HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK …digilib.unila.ac.id/58475/3/SKRIPSI TANPA...

65
HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN (Skripsi) Oleh Devrizal FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK …digilib.unila.ac.id/58475/3/SKRIPSI TANPA...

HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUAN

MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN

(Skripsi)

Oleh

Devrizal

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ABSTRAK

HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUANMOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN

OLEH

DEVRIZAL

Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar pada anak usia

dini yang belum berkembang secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahu i hubungan permainan tradisional dengan kemampuan motorik kasar

pada anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan korelasional yang

menghubungkan 2 variabel yaitu permainan tradisional sebagai variabel X dan

kemampuan motorik kasar anak sebagai variabel Y. Populasi yang digunakan

adalah seluruh anak kelompok B yang berjumlah 30 anak. Pengumpulan data

menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah analisis

korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara permainan tradisional dengan kemampuan motorik kasar

anak sebesar 0,778.

Kata Kunci : anak usia dini, motorik kasar, permainan tradisional

ABSTRACT

RELATION TRADITIONAL GAME WITH CHILDREN’S GROSS MOTORSKILL ABILITIES AGES 5-6 YEARS

BY

DEVRIZAL

The problem in this study is the gross motor skills in early childhood have notdeveloped optimally. This research aimed to know the corelation traditional gamewith children’s gross motor skill abilities ages 5-6 years old. The research used iscorrelation to connect two variables the steep lechase game as the variables Xand gross motor skills of children as the variables Y. Population in this researchwere 30 children. Data were collected by observasion and documentation. Thedata was analyzed by using product moment corelation. The results showed thatno significant relationship between traditional game with gross motor skill 0,778.

Keywords : early childhood, gross motor skill, traditional game

HUBUNGAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN KEMAMPUANMOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

DEVRIZAL

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

RIWAYAT HIDUP

Devrizal lahir di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada

tanggal 16 Desember 1993, Anak kedua dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Idris dan Ibu Asnimar

dengan satu kakak perempuan (Riana Safitri) dan satu adik

perempuan (Dian Kurnia)

Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisiyah

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000 kemudian penulis

melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD N 2 Rawa Laut ( Teladan) Kota

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di SMP N 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada

tahun 2009 dan penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan ke SMA Adiguna

Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 – sampai

sekarang, penulis terdaftar sebagai mahasiswa angkatan kedua Program Studi

Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini (PG–PAUD) Jurusan Ilmu

Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

Pada semester tujuh, penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) di desa

Way Sindi Krui Pesisir Barat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di TK Darma

Wanita Pesisir Barat.

MOTTO HIDUP

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa allah

tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

(HR. Tirmidzi no. 3479)

“Hasbunallah wa ni’mal wakil, cukup Allah sebagai penolong kami dam Dia adalah sebaik-

baik pelindung”

(Qs. Ali Imran 173)

“Tidak ada yang mudah tapi tidak ada yang tidak mungkin”

(Napoleon Bonaparte)

“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang

akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit”

(Ali bin Abi Thalib)

i

KATA PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada ALLAH SWT besertaNabi

junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggakukepada:

Ibuku tercinta (Asnimar)Yang sudah membesarkanku dan mendidiku dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran, selalu memberikan semangat untuk terus berjuang dalam menggapaicita-cita, dan tidak pernah lelah untuk selalu memberikan do’a, dan nasehat.

Ayahku tersayang (Idris)Yang telah bekerja keras dan menjadi sosok seorang ayah yang aku banggakan,seseorang yang menjadi panuitanku, selalu menmberi contoh hal hal yang baikdan yang selalu memberikan motivasi serta dorongan untuk menggapai cita-

citaku.

kakak dan adikku tersayang(Riana Safitri dan Dian Kurnia)

Yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menggapai cita-cita,terimakasih.

Almamater tercinta Universitas LampungSebagai tempat dalam menggali ilmu, menjadikanku sosok yang mandiri, serta

jatidiriku kelak

ii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul

“Hubungan Permainan Tradisional dengan Kemampuan Motorik Kasar Anak

Usia 5-6 Tahun”, penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus

dosen pembimbing I yang telah membimbing, membantu, serta memberikan

saran guna kelancaran skripsi ini.

3. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Ibu Ari Sofia, S. Psi., M. A. Psi., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Pendidikan Anak Usia Dini sekaligus selaku dosen penguji yang telah

iii

memberikan banyak masukan dan saran-saran yang membangun dalam

selesainya skripsi ini.

5. Ibu Nia Fatmawati, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah

menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Lampung. Terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah

diberikan selama ini.

7. Seluruh Staf Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas

Lampung, yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama kuliah.

8. Ibu Suparlina, selaku Kepala Sekolah PAUD beserta seluruh pengajar di

PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung, Kecamatan Tanjung Karang

Pusat, Kota Bandar Lampung, yang telah memberikan izin serta membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

9. Keluarga besarku yang selalu mendukung apa yang aku inginkan dan selalu

memberikan kebenaran.

10. Elsa Desmira, teman seangkatan yang selalu menolong dan memberikan

motivasi serta masukan-masukan positif.

11. Teman yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta selalu

membantu tanpa imbalan apapun, Angga, Indy, Ipul, Karo, Maco.

12. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa PG-PAUD angkatan 12, yang

telah bersama-sama berjuang selama ini. Mari kita sama-sama berdoa untuk

sukses bersama. Sahabat-sahabat KKN dan PPL Kedaloman, Gunung Alip,

Akda, Arbain, Heru, Intan, Nosya dan Umi.

iv

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap agar skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 31 Juli 2019Yang membuat pernyataan.

DevrizalNPM. 1213054016

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Indentifikasi Masalah ........................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 7

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

F. Manfaat Penilitian ................................................................................. 8

II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 10

A. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini .................................................... 10

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ........................................ 10

2. Teori Belajat Anak Usia Dini ........................................................ 11

B. Perkembangan Motorik Kasar ............................................................... 14

1. Pengertian Motorik Kasar .............................................................. 14

2. Prinsip Perkembangan Motorik ..................................................... 16

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar ....... 17

C. Bermain Bagi Anak Usia Dini ............................................................... 18

1. Pengertian Bermain dan Permainan .............................................. 18

2. Ciri-Ciri Bermain ........................................................................... 20

3. Fungsi Bermain dan Permainan .................................................... 21

D. Permainan Tradisional ........................................................................... 23

1. Macam-Macam Permainan Tradisional ........................................ 24

2. Hakikat Bermain Engklek .............................................................. 24

3. Implementasi Permainan Engklek ................................................. 27

E. Penelitian Relavan .................................................................................. 28

F. Kerangka Pikir ....................................................................................... 29

G. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 31

vi

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 32

A. Metode Penelitian .............................................................................. 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 32

1. Tempat Penelitian ........................................................................... 32

2. Waktu Penelitian ............................................................................ 32

C. Populasi Dan Sampel ............................................................................. 33

D. Variabel Penelitian ................................................................................ 33

1. Variabel Independent ..................................................................... 33

2. Variabel Dependent ........................................................................ 34

E. Definisi Konseptual Variabel dan Operasional Variabel .................... 34

1. Variabel X ....................................................................................... 34

2. Variabel Y ....................................................................................... 35

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 36

G. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.............................................................. 37

H. Uji Instrumen Penelitian ........................................................................ 39

I. Teknik Analisis Data ............................................................................. 39

J. Uji Hipotesis .......................................................................................... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 43

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 43

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................... 43

2. Uji Analisis Data ............................................................................ 47

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ......................................................... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52

A. Kesimpulan ......................................................................................... 52

B. Saran ...................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 57

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 30

3.1 Rumus Persentase .................................................................................... 40

3.2 Rumus Product Moment ......................................................................... 41

3.3 Rumus Uji Product Moment .................................................................. 42

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Permainan Engklek ............................................... 38

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Motorik Kasar ....................................................... 39

3.3 Pedoman Koefisien Korelasi Interpretasi Kuatnya Hubungan ............ 42

4.1 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Permainan Tradisional ............... 44

4.4 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Motorik Kasar AUD ........................... 46

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Validitas Ahli ...................................................................................... 57

2. Rubrik Penilaian Permainan Tradisional dan Motorik Kasar .................. 67

3. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Permainan Tradisional ................. 70

4. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Motorik Kasar AUD ............................. 71

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) ............................. 72

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan generasi masa depan yang harus dikembangkan secara

optimal orang tua berperan penting dalam memberikan stimulasi yang tepat,

tanpa adanya stimulus yang tepat dari orang tua potensi yang dimiliki anak

sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal. Pendidikan anak

usia dini menjadi pondasi awal pembentukan awak karakter, pengembangan

potensi dan pengetahuan bagi anak untuk melanjutkan pendindikan

selanjutnya. Pendidikan Anak Usia Dini adalah proses awal dalam

mengembangkan semua kemampuan, bakat yang dimiliki anak.

Penyelenggaran PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-

Kanak (TK)/ Raudatul Atfal (RA) dan bentuk lainnya yang sederajat yang

menyelenggarakan program untuk anak usia 4-6 tahun. Penyelenggaraan

PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA)

dan bentuk lainnya yang sederajat yang menyelenggarakan program untuk

anak usia 0-2 tahun, 2-4 tahun, 4-6 tahun dan program pengasuhan untuk

anak usia 0-6 tahun, Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang

sederajat yang menyelenggarakan program untuk anak usia 2-4 tahun dan 4-

6 tahun.

2

Menurut Musfiroh (2009:1), pendidikan anak usia dini adalah pendidikan

yang ditujukan untuk anak usia 0 hingga usia 6 tahun guna mengembangkan

potensi sejak dini sehingga anak berkembang secara wajar. Suyadi (2013:1)

mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah usia anak-anak (0-6

tahun) sebagai usia emas atau lebih dikenal the golden age, dimana masa

perkembangan sangat menentukan bagi anak dimasa depan atau disebut juga

masa keemasan. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk

Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lainnya yang

sederajat.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan faktor penting yang mejadi landasan

dasar bagi pembentukan karakteristik suatu bangsa. Pendidikan anak usia

dini diselenggarakan dalam upaya pembinaan kepada anak usia dini sejak

lahir hingga usia enam tahun sesuai dengan minat, bakat, dan tahap

perkembangannya sebagai persiapan memasuki pendidikan selanjutnya,

yaitu sekolah dasar. PAUD bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan

sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu

perbaikan yang bersifat berkelanjutan.

Usia dini merupakan usia yang sangat efektif untuk mengembangkan

seluruh potensi yang ada pada diri anak. Usia inilah potensi yang dimiliki

anak secara perlahan-lahan mulai terlihat dari bagaimana cara dia

melakukan suatu kegiatan, baik itu dalam kegiatan akedemis maupun non-

akedemis, atau kegiatan individu maupun kelompok. Potensi tersebut

seharusnya dapat dikembangkan dengan baik secara optimal. Anak usia dini

adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

3

perkembangan yang bersifat unik, yang artinya memiliki karakteristik

pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif atau intelektual

(daya fikir, daya cipta) sosial emosional serta bahasa.

Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam PAUD sebagai mana telah

diatur dalam peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 137 Tahun 2014, Tentang Standar Nasional Pendidikan

Anak Usia Dini, bahwa ada enam aspek perkembangan yang harus

dikembangkan pada anak. Dari keenam aspek perkembangan, motorik kasar

menjadi penting karna dengan anak mengusai keterampilan bergerak anak

akan mampu berinteraksi baik dengan lingkungan sekitarnya. Bergerak

merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan dan mengkomunikasikan

kebutuhan fisik motorik anak. Dimana pada usia dini anak sangat aktif

dalam bergerak demi kepuasannya sendiri. Perkembangan fisik-motorik ini

sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam mengontrol dan

menggunakan gerakan yang secara optimal, selain itu pula dapat

membantunya pada tahap pendidikan yangselanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Asmawi, dkk (2017) di Malaysia

menjelaskan bahwa:

“One aspect of child development that need to be optimized from anearly child-hood is gross motor skills, because is existance to maximizegrowth and development of the child’s body that further supporting theoptimization of another aspect development”.

Salah satu aspek perkembangan anak yang dioptimalkan dari anak usia

dini adalah keterampilan motorik kasar, karena keberadaannya sangat

4

penting untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh

anak yang selanjutnya mendukung optimalisiasi pengembangan aspek

lain.

Penelitian lain yang dilakukan Hasanah (2016) menunjukkan bahwa

permainan tradisional mampu membentuk motorik anak, baik motorik

kasar maupun halus. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati

(2017) menunjukan bahwa permainan tradisional engklek gunung dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak terutama pada aspek

keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Selain itu hasil penelitian Apriani

(2013) juga menunjukan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak.

Penelitian-penelitian tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan oleh

Abdullah, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa:

“Traditional games may contribute a great and significant effect towardsthe development of subjects gross motor, analisis results clearly supportwith significant evidence that the traditional games may lead to a greateffect in improving the development of gross motor skills”.

Permainan tradisional dapat berkontribusi yang besar dan berefek signifikan

terhadap perkembangan subjek motorik kasar, hasil analisis jelas

mendukung dengan bukti signifikan bahwa permainan tradisional dapat

menyebabkan efek yang besar dalam meningkatkan pengembangan tingkat

keterampilan motorik kasar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat prapenelitian di PAUD

Cahaya Kartini Bandar Lampung peneliti menemukan masalah bahwa

kemampuan motorik kasar anak belum berkembang sesuai dengan yang

5

diharapkan. Jumlah anak sebanyak 30 baru sekitar 17,67% anak yang sudah

mampu mengikuti permainan fisik dengan aturan seperti berlari melewati

susunan kardus, berjalan melewati titian, dan melompat melewati susunan

puzzle, ini berarti masih terdapat 82,33% anak yang belum mampu

melakukan permainan fisik dengan aturan. Hal ini dapat dilihat saat

melompati susunan puzzle, anak ragu saat akan melompatinya, dan juga

anak kesulitan mengatur keseimbangan tubuhnya, anak kurang tangkas,

sering terjatuh dan menabrak saat melakukan kegiatan, refleks anak kurang

cepat. Misalnya, lambat saat berlari, melompat dan berjalan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wiyani (2014 : 51-52) ada 2 hal yang menjadi masalah

bagi anak usia dini terkait dengan kemampuan motorik kasarnya, yaitu:

1. Ketidakmampuan mengatur keseimbangan

Pengaturan keseimbangan tubuh sangat diperlukan oleh anak usia dini

untuk melakukan berbagai kegiatan yang lebih sulit dan kompleks,

misalnya melompat berdiri diatas satu kaki, atau berjalan dititian.

2. Reaksi kurang cepat dan kordinasi kurang baik

Salah satu perkembangan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun yang

harus diperhatikan adalah kemampuan bereaksinya yang semakin cepat,

kordinasi mata yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran

tubuhnya secara keseluruhan.

Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang diberikan bersifat

monoton. Media yang digunakan hanya berupa lembaran LKS dan buku

tulis. Kegiatan anak hanya sekedar melaksanakan perintah guru berupa

tugas-tugas akademis seperti membaca, menulis dan berhitung,masih

6

rendahnya kegiatan bermain yang dapat menstimulasi motorik kasar anak,

serta anak dan guru hanya melakukan gerakan senam yang berulang ulang

pada satu hari saja. Hal ini menyebabkan anak merasa bosan dan tidak

responsive dalam melakukannya. Melakukan kegiatan diluar kelas masih

banyakanak-anak yang kurang tertarik. Banyak anak yang memilih diam

ataupun memilih bermain didalam kelas dengan buku yang mereka bawa,

bahkan ada yang harus dibujuk agar mau bergabung dengan teman-

temannya yang lain. Oleh karna itu kemampuan motorik kasar anak harus

distimulasi sejak dini.

Perkembangan kemampuan motorik kasar harus distimulasi sejak dini

dengan menggunakan prinsip pedoman pada perkembangan, terutama yang

terkait dengan motorik kasar anak. Upaya membantu anak pada lingkup

perkembangan motorik kasar,kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan

melalui kegiatan bermain baik bermain indoor maupun outdoor. Karena

melalui bermain, pengetahuan dan pengalamanan akan sangat bertambah,

terlebih lagi jika permainan tersebut dikemas semenarik mungkin, sehingga

anak akan tertarik dengan permainan tersebut. Permainan tradisional inipun

bisa dilakukan didalam maupun diluar ruangan. Kita bisa memaksimalkan

permainan yang ada. Ada beberapa permainan tradisional yang bisa kita

gunakan, salah satunya yaitu dengan bermain taplak. Bermain taplak sangat

mudah dilakukan dan alat yang digunakan juga mudah diperoleh. Walaupun

permainannya sangat sederhana,namun permainan ini dapat meningkatan

perkembangan motorik kasar anak. Melalui kegiatan permainan taplak ini

7

diharapkan perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang dengan

baik sesuai dengan harapan semua pihak.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “hubungan permainan tradisional dengan

kemampuan motorik kasar anak.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Anak belum mampu melewati berbagai rintangan.

2. Anak belum mampu mengikuti permainan fisik dengan aturan.

3. Kegiatan pembelajaran masih banyak dilakukan melalu kegiatan

membaca, menulis, berhitung dan mewarnai.

4. Anak belum terampil dalam menggerakan anggota tubuh.

5. Masih rendahnya kegiatan bermain yang dapat menstimulasi motorik

kasar anak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat keterbatasan peneliti, maka

masalah yang diteliti adalah perkembangan motorik kasar anak usia 5-6

tahun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka masalah yang dirumuskan dalam

penelitian adalah apakah terdapat hubungan permainan tradisional dengan

kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun?

8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan

masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui adanya hubungan permainan tradisional dengan

kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dan menambah ilmu

pengetahuan pada bidang pendidikan anak usia dini yang berkaitan

dengan permainan tradisional dan kemampuan motorik kasar anak

usia dini khususnya usia 5-6 tahun.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat praktis, diantaranya yaitu:

a. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan

agar pihak sekolah lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran

yang lebih menggunakan kegiatan bermain untuk

mengembangkan motorik kasar pada siswa dan juga menambah

pengetahuan permainan tradisional sebagai bahan pembelajaran

untuk anak.

9

b. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan

masukan dalam pemilihan kegiatan untuk peningkatan

keterampilan motorik kasar anak

c. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

peneliti tentang penyediaan kegiatan yang mengembangkan

kemampuan motorik kasar anak.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini dapat diartikan sebagai salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan

dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan, baik koordinasi

motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak,

maupun kecerdasan spiritual. Pendidikan bagi anak usia dini

disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak

Usia Dini itu sendiri.

Menurut Isjoni (2011:53), Konsep pendidikan sepanjang hayat

menjadi panduan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia

dengan pendidikan, oleh karna itu pendidikan sejak dini harus

ditanamkan kepada mereka.

Menurut Mulyasa (2012:43), PAUD merupakan peletak dasar pertama

dan utama dalam pengembangan pribadi anak; baik berkaitan dengan

karakter, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional,

spiritual, disiplin diri, konsep diri, maupun kemandirian. Proses

11

pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak

harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan

perkembangan anak.

Berdasarkan pengertian dini atas, pendidikan anak usia dini

merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

perkembangan fisik(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio

emosional (sikap dan perilaku serta beragam), bahasa dan komunikasi,

sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui

oleh anak usia dini

2. Teori Belajar Anak Usia Dini

Teori belajar merupakan teori yang menjelaskan atau mendeskripsikan

bagaimana proses belajar berlangsung pada diri seseorang. Karna

sifatnya hanyan menjelaskan maka teori belajar disebut sebagai teori

yang bersifat deskriptif.

Menurut Watson dalam Budiningsih (2004: 22) belajar adalah proses

interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang

dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat

diamati(observabel)dan dapat diukur.

Menurut Thorndike dalam Budiningsih (2004:20) menyatakan bahwa

belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus

12

yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar

seperti pikiran, perasaan atau hal hal lain yang dapat ditangkap

melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan

peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan,

atau gerakan/tindakan.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah

adanya stimulus dan respon yang dapat membawa perubahan dari diri

seseorang. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah

yang lebih baik.

Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai

pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang

meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang

berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi

bertambah, baik kuantitasmaupun kualitasnya. Dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang

paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran

dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap

pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu

mengajar.

13

a. Behaviorisme

Menurut Budiningsih (2004:20) dalam teori behavioristik, belajar

adalah perubahan tingkah laku sabagai akibat dari adanya

interaksi antara stimulus dan respon. Belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi

antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting

adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran

atau output yang berupa respons. Stimulus dan respon yang

terjadi dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat

diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati hanyalah

stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan

guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon),

semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu

hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan

tingkah laku tersebut.

b. Konstruktivistik

Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan

kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung

satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai

pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui

proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada

pemutakhiran struktur kognitifnya.

14

Menurut Slavin dalam Trianto (2012:74) teori pembelajaran

konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru

dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa anak harus

menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama

dan merevisikannya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi

bagi anak agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah,

menemukan sesuatu untuk dirinya berusaha dengan susah payah

dengan ide-ide nya.

Berdasarkan teori yang diungkapkan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran akan terjadi jika dalam pemberian materi pelajaran

sebaiknya dikaitkan dengan pengalaman yang anak punya sebelumnya

yang melibatkan pemikiran siswa sehingga akan timbul pertanyaan-

pertanyaan siswa itu sendiri, dengan demikian proses belajar dapat

berlangsung.

B. Perkembangan Motorik Kasar

Kemampuan motorik kasar anak pada hakikanya merupakan keahlian

seseorang dalam mengelola tubuhnya, mengekspresikan gagasan dan

emosional melalui gerakan tubuh.

1. Pengertian Motorik Kasar

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat di lakukan seluruh

tubuh, sedangan perkembangan motorik dapat disebut sebagai

15

perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang

terkoordianasi. Selama 4 atau 5 tahun pertama pasca lahir, anak dapat

mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan

badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat,

berenang dan sebagainya. Anak setelah berusia 5 tahun, terjadi

perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih

baik yang melibatkan otot yang lebih kecil yang digunakan dalam

menggenggam, melempar, menangkap bola, melompat, menulis, dan

menggunakan alat.

Menurut Zulkifli dalam Samsudin (2008:11) menjelaskan bahwa,

motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengangerakan-

gerakan tubuh. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam

perkembangan motorik ada tiga unsur yang menentukannya yaitu otot,

saraf dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing

perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling

berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya

untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.

Selanjutnya, menurut Gallahue dalam Yuliarto (2010:5) motorik berasal

dari kata “motor” yang merupakan suatu dari biologis atau mekanika

yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Motorik disebut juga dengan

16

gerak. Gerak adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh

suatu gerak motorik

Hurlock dalam Sukamti (2007: 14) perkembangan motorik merupakan

pengembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,

urat syaraf, dan otot terkoordinasi.

Berdasarkan paparan tersebut, disimpulkan bahwa motorik adalah

melakukan kegiatan berupa gerakan-gerakan melibatkan otot otot dalam

tubuh seperti berjalan, berlari, melompat dan sebagainya.

2. Prinsip Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik kasar pada anak usia dini memiliki beberapa

prinsip. Wiyani (2014:37) mengemukakan bahwa terdapat dua prinsip

perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk keterampilan

motorik anak, yaitu:

a. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang sederhanakepada yang kompleks.

b. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang kasar danglobal kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan.

Aisyah, dkk (2007:4.40-4.42) berpendapat bahwa ada 5 prinsip

perkembangan motorik sebagai berikut:

a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dansyaraf Gerakan terampil belum dapat dikuasai anak sebelummekanisme otot anak berkembang optimal.

b. Belajar keterampilan motorik tidak akan terjadi sebelum anakmatang sebelum sistem syaraf dan otot berkembang denganbaik, upaya untuk melatih gerakan terampil akan sia-sia.

c. Perkembangan motorik mengikuti polayang dapat diramalkanPerkembangan motorik mengikuti pola perkembangansebelumnya melandasi perkembangan berikutnya.

17

d. Perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukanPerkembangan motorik anak dimungkinkan untuk dapatdiramalkan berdasarkan karakteristik tingkat kemampuansesuai dengan usianya. Misalnya anak usia 2 tahundiperkirakan sudah dapat berjalan apabila belum dapat makadikatakan mengalami keterlambatan.

e. Perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik,meskipun terdapat pola untuk perkembangan motorik secaraumum namun pada dasarnya setiap individu memiliki lajupertumbuhan yang berbeda antara anak satu dan anak yanglain.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada lima prinsip

dalam perkembangan motorik yaitu perkembangan motorik bergantung

kepada kematangan otot syaraf, belajar keterampilan motorik tidak

terjadi sebelum anak matang, perkembangan motorik mengikuti pola

yang dapat diramalkan, perkembangan motorik dimungkinkan untuk

dapat ditentukan, dan adanya perbedaan indiivdu dalam laju

pertumbuhan motorik.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak

Perkembangan motorik kasar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Wiyani (2014:38-41) mengungkapkan bahwa terdapat lima faktor

yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak usia

dini, yaitu:

a. MakananPemberian makanan yang bergizi kepada anak usia dini olehorang tua sangat penting sangat penting untuk memberikanenergi kepada anak yang sangat aktif diusia dini. Pemberiangizi atau nutrisi yang cukup dapat merangsang pertumbuhandan perkembangan organ-organ tubuh manusia.

b. Pemberian StimulusPemberian stimulus seperti dengan mengajak anak bermainkhususnya bermain yang melibatkan gerakan fisik anak usiadini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik

18

motorik anak. Contohnya seperti kegiatan berlari, melompat,merangkak, memanjat dan sebagainya.

c. Kesiapan FisikKesiapan fisik kuncinya terletak pada kematangan fisik dansyaraf-syarafnya. Perkembangan fisik motorik tidak semata-mata karena pemberian stimulus, tetapi juga melibatkanfaktor kesiapan fisik anak itu sendiri.

d. Jenis KelaminJenis kelamin juga tidak dapat diabaikan dalamperkembangan fisik motorik anak usia dini. Jika kitaperhatikan dengan seksama, anak perempuan lebih sukamelakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan motorikhalus, sedangkan anak laki- laki cenderung suka melakukanaktivitas yang melibatkan keterampilan motorik kasar dantentu saja itu dapat mempengaruhi perkembangan fisikmotorik anak.

e. BudayaBudaya masyarakat kita yang patriarkhi juga sangatmempengaruhi perkembangan motorik anak usia dini. Masaanak usia dini faktor budaya yang menjadikan anak laki-lakiharus bermain dengan anak laki-laki lainnya denganmelakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya mereka,seperti bermain bola, mobil-mobilan. Anak perempuanharus bermain dengan anak perempuan lainnya danmelakukan kegiatan seperti bermain boneka, masak-masakan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat lima

faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak, yaitu

makanan, pemberian stimulus, kesiapan fisik, jenis kelamin dan

budaya.

C. Bermain Bagi Anak Usia Dini

1. Pengertian Bermain dan Permainan

Semua anak pada hakikatnya suka bermain, hanya anak-anak yang

sedang kurang enak badan yang tidak suka bermain. Mereka

menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik sendiri,

dengan teman sebayanya, maupun dengan orang yang lebih dewasa.

Menurut para ahli PAUD mengemukakan bahwa bermain merupakan

19

faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus

menjadi jiwa dari setiap kegiataan pembelajaran anak usia dini.

Catron dan Ajlen dalam Musfiroh (2005:1) berpendapat bahwa masa

kanak kanak awal seringkali dianggap sebagai usia bermain yang

sesungguhnya. Bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang

rentang kehidupan, dalam kultur manapun. Bermain merupakan

wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang dengan optimal.

Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat

memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara

berulang ulang dan dapat menggembangkan ide ide sesuai dengan

cara dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat

berguna dalam memahami tahap perkembangan anak yang kompleks.

Menurut Hurlock dalam Mulyani (2016:24) bermain adalah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela

tanpa adanya paksaan dari orang lain. Sementara itu Bettelhim

menjelaskan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai

peraturan lain, kecuali yang ditetapkan pemain. Selanjutnya menurut

Piaget dalam Sujiono (2012:144) mengatakan bahwa bermain adalah

suatu kegiatan yang dilakukan berrulang-ulang dan menimbulkan

kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang.

20

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatasa dapat disimpulkan bahwa

bermain adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anak anak untuk

mengembangkan aspek perkembangan pada diri anak yang bersifat

sukarela dan dapat dilakukan secara bebas dalam kelompok maupun

tunggal.

2. Ciri-Ciri Bermain

Bermain memiliki ciri-ciri yang khas, yang membedakannya dari

kegiatan lain. Kegiatan bermain pada anak-anak menurut beberapa

ahli memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Garvey dalam Musfiroh (2005:6) mengemukakan bahwa

bermain selalu menyenangkan (pleasurable) dan menikmatkan

atau menggembirakan(enjoyable). Bahkan ketika tidak disertai

oleh tanda-tanda keriangan, bermain tetaplah bernilai positif

bagi para pemainnya, ini berarti suatu kegiatan dapat

dikategorikan bermain apabila anak-anak merasa senang

melakukan aktivitas tersebut.

b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi bermain

adalah motivasi instrinsik, ini berarti anak bermain bukan karena

mereka melaksanakan tugas yang diberikan oleh orang lain,

tetapi memang semata-mata karena anak memang ingin

melakukannya

c. Bermain spontan dan sukarela. Kegiatan bermain dilakukan

bukan karena terpaksa. Bermain tidak bersifat wajib melainkan

dipilih sendiri oleh anak. Anak saat bermain ditentukan seketika

21

ketika anak menginginkan dan dilakukan dengan sesuka hati

tanpa keterpaksaan.

d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta. Kegiatan

bermain terjadi karena adanya keterlibatan semua anak sesuai

peran dan giliran masing-masing.

e. Bermain juga bersifat nonliteral, pura-pura, atau tidak

senyatanya. Kegiata bermain mempunyai kerangka tersendiri

yang memisahkannya dari kehidupan nyata (realitas) sehari-hari.

f. Bermain tidak memiliki kaidah ekstrinsik, artinya kegiatan

bermain memiliki aturan sendiri yang hanya ditentukan oleh

para pemainnya.

g. Bermain bersifat aktif. Semua kegiatan bermain menuntut

keaktifan anak yang bermain. Bermain bukanlah kegiatan yang

pasif.

h. Bermain bersifat fleksibel, artinya anak dapat dengan bebas

memilih dan beralih kekegiatan bermain apa saja yang mereka

inginkan.

3. Fungsi Bermain dan Permainan

Bermain dan permainan mempunyai fungsi yang baik bagi anak.

Hartley dalam Mulyani (2016:27) mengemukakan fungsi bermain

sebagai berikut:

a. Menirukan sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa.Contohnya meniru ibu memasak, dokter mengobati orangsakit, ibu berjalan kepasar, ayah memperbaiki motor yangrusak, dan sebagainya.

22

b. Melakukan berbagai peran yang ada didalam kehidupannyata, seperti guru mengajar dikelas, supir mengendarai busatau truk, petani sedang mencangkul disawah dan lainnya.

c. Menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul mukulkaleng, menepuk air dan lainnya.

d. Kilas balik peran peran yang dapat dilakukan, seperti mandi,sarapan pagi, naik angkutan kota dan lainnya.

Menurut Rachmawati, dkk (2011) bermain memiliki fungsi yang

sangat luas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara

fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional maupun psikomotor.

Perkembangan secara fisik seperti keterampilan motorik kasar

menjadi lebih fleksibel dalam berlari, melompat memanjat, berguling,

berputar, dan lain sebagainya.

Menurut Hartley, Frank dan Golden dalam Moeslichatoen (2004: 33)

ada beberapa fungsi bermain bagi anak:

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.b. Melakukan beberapa peran yang ada didalam kehidupan

nyata.c. Mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman

hidup yang nyata.d. Menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul kaleng.e. Melepas dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima.f. Kilas balik peran-peran yang biasanya dilakukan.

Berdasarkan paparan tersebut disimpulkan bahwa fungsi bermain

pada anak memang begitu beragam. Anak akan menemukan

perkembangan fisik serta mental yang ia miliki. Melalu permainan

pula, seorang anak akan mampu mempelajari begitu banyak hal

bahkan akan mendapatkan sistem pemecahan masalah yang jauh

lebih baik dari pada anak-anak yang tidak bermain.

23

D. Permainan Tradisional

Permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan anak-anak

jaman dahulu. Menurut Setyo (2009:21) permainan tradisional adalah

permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam

kehidupan dilingkungan serta banyak mempunyai variasi yang dilakukan

secara spontan.

Menurut Soepandi dalam Setyo (2009:22) permainan tradisional ini bisa

dikatagorikan dalam tiga golongan, yaitu: permainan untuk bermain

(rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan yang

bersifat edukatif. Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada

umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan tradisional

yang bersifat kompetitif, memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat

kompetitif, dimiankan paling sedikit oleh 2 orang, mempunyai kriteria yang

menentukan siapa yang menang dan kalah, serta mempunyai peraturan

yang diterima oleh pesertanya. Sedangkan permainan tradisional yang

bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur pendidikan didalamnya.

Permainan tradisional seperti ini diperkenalkan dengan berbagai macam

keterampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam

menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Berbagai jenis bentuk

dan permainan pasti terkandung unsur pendidikannya. Inilah salah satu

bentuk pendidikan non-formal di dalam masyarakat. Permainan jenis ini

menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak agar mereka dapat menyesuaikan

diri sebagai anggota kelompok sosial.

24

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpukan bahwa permainan

tradisional adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana yang sesuai

dengan aspek budaya dalam kehidupan dilingkungan, yang mempunyai

banyak variasi dan dilakukan secara spontan serta dimainkan secara

berkelompok.

1. Macam-Macam Permainan Tradisional

Permainan tradisional sangat bermacam-macam. Menurut Rahmawati

(2009:4) ada beberapa macam permainan tradisional yang dapat

dilakukan oleh anak TK antara lain:

a. Permainan berpasangan, congklak, engklek, lompat tali danjungkat-jangkit.

b. Permainan individu, mobil mobilan botol bekas, ayunayunan, anjang-anjangan dan sosorodotan.

c. Permainan berkelompok , engklek, angklung, anjang-anjangan, pa cici pa cici putri, cacaburange, hayam jeungcareuh, babacakan, sumputan dan lain lain.

2. Hakikat Bermain Engklek

a. Pengertian Bermain Engklek

Menurut Montolalu, dkk (2005:34) permainan engklek

merupakan permainan melompat pada bidang datar yang

digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak kotak

kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak

berikutnya. Permainan engklek bisa dimainkan oleh 2 sampain 5

orang anak dan dilakukan di halaman. Namun sebelum memulai

permaina ini kita harus menggambar kotak-kotak dipelataran

semen, aspal, atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet

25

vertikal kemudian disebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi

empat.

Menurut Dharmamulya (2018:145) permainan ini dinamakan

taplak atau ingklik karna dilakukan engklek, yauitu berjalan

dengan satu kaki. Permainan taplak dilakukan dengan cara

berjalan, melompat dengan satu kaki yang dapat meningkatkan

keseimbangan, kelincahan, anak dan kemampuan motorik

kasarnya.

Permainan engklek bermakna sebagai perjuangan manusia dalam

meraih wilayah, namun bukan dengan saling sruduk. Ada aturan

tertentu yang harus disepakati untuk mendapatkan tempat

berpinjak. Menurut Rahmawati (2009: 10) menyatakan engklek

atau sondah adalah permainan meloncati garis dengan satu kaki,

permainan ini di daerah Jawa Barat dan dari luar Jawa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan

engklek adalah permainan tradisional yang mempunyai sebutan

jenis/bentuk yang berbeda disetiap daerahnya, dan menggunkan

media dan alat sederhana yang berupa gambar persegi empat

ataupun petak yang digambar dilantai ataupun ditanah yang datar,

dengan cara bermain melompati garis dengan satu kaki.

26

b. Alat yang Digunakan Bermain Engklek

Bermainan engklek terdapat beberapa alat yang dapat digunakan.

Menurut Mulyani (2016:112) alat yang digunakan dalam

permainan ini adalah pecahan genting, pecahan keramik, atau

batu yang berbentuk datar, dan sebagainya. Sarana permainan ini

adalah sebuah tanah yang tidak merumput dan sedikit berdebu.

c. Pemain dan Tempat Bermain

Permainan engklek dapat dilakukan oleh beberapa orang dan

dapat dilakukan ditempat terbuka. Menurut Mulyani (2016:113)

permainan ini biasanya dilakukan 2-5 orang atau sesuai dengan

jumlah anak, permainan engklek sangat baik untuk pertumbuhan

anak. Anak akan menjadi sehat karna bermain harus selalu aktif

bergerak, permainan ini membutuhkan tempat yang lumayan luas

misalnya perkarangan runah, kebun, atau ditanah kosong

sehingga akan lebih nyaman jika dimainkan. Engklek bisa

dimainkan pada waktu pagi sampai sore hari.

d. Cara Bermain Engklek

Cara bermain engklek memiliki langkah-langkah yang harus

dilakukan. Menurut Achroni (2012:52) cara bermain engklek

sebagai berikut:

1) Sebelum mulai bermain, pemain melemparkan gacukatau kreweng miliknya kedalam kotak. Kreweng ataugacuk tidak boleh dilempar melebihi gariis kotak. Jikapemain melempar melebihi garis kotak pemain dianggapgugur dan diganti pemain lain.

2) Pemain melompat lompat dari satu kotak ke kotak lainmenggunakan (engklek) dan tidak boleh bergantian,engklek menggunakan satu kaki yang sama hingga

27

selesai satu putaran, namun ketika sampai dua kotakyang berada disamping ke dua kaki harus menginjaktanah.

3) Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh diinjak olehsetiap pemain. Jadi para pemain harus melompat kekotakselanjutnya dan mengelilingi petak petak yang ada, saatmelompat pemain tidak boleh menginjak garis ataukeluar kotak. Jika melakukan hal tersebut pemaindianggap gugur dan digantikan pemain lain.

4) Pemain yang sudah melakukan satu putaran, lalumelempar gacuk dengan cara membelakangi bidangpermainan. Jika gacuk tepat jatuh pada satu petak, petaktersebut menjadi milik pemain tersebut. Pemain yangmemiliki petak tersebut boleh menginjak petak tersebut,sedangkan pemain lain tidak boleh menginjak petaktersebut.

5) Pemenang pada permainan ini yang memiliki petakpaling banyak.

3. Implementasi Permainan Engklek

Bahan yang digunakan aman bagi anak dan tahan lama untuk

digunakan karna sudah dilapisi plastik dan diatas kain flanel dalam

permainan ini adalah petak petak yang terbuat dari kertas karton dan

bener, beralaskan kain flanel dan penambahan kain berwarna warni di

setiap kotak diberi angka berurutan untuk membuat pemain lebih

tertarik dan membuat fokus pemain sehingga motorik kasar anak

berkembang dengan optimal. Permainan ini sudah saya sesuikan

dengan anak usia 5-6 tahun, untuk digunakan sebagai objek yang akan

saya teliti. Ukuran pada petak yang saya gunakan dalam permainan ini

sebesar 60cm x 60cm yang berjumlah 8 dengan puncak taplak yang

berbentuk setengah lingkaran berdiameter 60cm.

28

E. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian saat ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2017) di TK PKK

Minggiran Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa

permainan tradisional engklek gunung dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak terutama pada aspek keseimbangan,

kekuatan dan kelincahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa permainan tradisional meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak melalui permainan engklek.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2013) di TK Al-Hidayah 2

Tarik, Sidoarjo. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek membuat anak-

anak mampu meningkatkan motorik kasarnya dengan baik yang

dipengaruhi oleh kesenangan anak dalam bermain sehingga dapat

meningkatkan kemampuan fisiknya, dikarenakan dalam permainan

engklek ini anak diharuskan untuk melompat lompat mengasah

kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Asmawi, dkk (2017) di Malaysia.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa salah satu aspek

perkembangan anak yang dioptimalkan dari anak usia dini adalah

keterampilan motorik kasar, karena keberadaannya sangat penting

untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak

yang selanjutnya mendukung optimalisiasi pengembangan aspek

lain.

29

4. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, dkk (2013) di Malaysia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat

berkontribusi yang besar dan berefek signifikan terhadap

perkembangan subjek motorik kasar, hasil analisis jelas mendukung

dengan bukti signifikan bahwa permainan tradisional dapat

menyebabkan efek yang besar dalam meningkatkan pengembangan

tingkat keterampilan motorik kasar.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2016) di Metro, Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional mampu

membentuk motorik anak, baik motorik kasar maupun halus.

Berdasarkan penelitian yang relavan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa

permainan tradisional engklek digunakan sebagai media untuk

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Usia dini merupakan usia yang sangat penting untuk diperhatikan, karena

pada usia ini seluruh aspek perkembangan yang ada dalam tubuh

berkembang. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah fisik-motorik.

Perkembangan fisik-motorik merupakan kecerdasan anak dalam melakukan

gerakan-gerakan yang menggunakan otot-otot yang ada pada tubuh.

Kecerdasan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik

halus. Motorik kasar yaitu gerakan-gerakan yang menggunakan otot-otot

yang terkoordinasi pada seluruh bagian tubuh seperti berjalan, berlari,

melompat.

30

Perkembangan motorik kasar yang harus dikembangkan beberapa

diantaranya adalah kekuatan otot, kelenturan, kelincahan dan keseimbangan.

Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui permainan engklek.

Permainan ini, melompat adalah hal utama yang harus dilakukan oleh anak.

Selain itu. kelenturan, kelincahan dan keseimbangan saat melompat adalah

yang yang tidak boleh dilupakan, karena tanpa kelincahan dan

keseimbangan maka lompatan yang dilakukan tidak akan maksimal.

Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian guru dalam memberikan motivasi

kepada anak. Anak hanya dibiarkan saja jika anak tersebut tidak mau

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan motorik kasar. Namun sudah

ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan

motorik kasar anak walau dalam pelaksanaannya kemampuan motorik anak

belum diperhatikan secara optimal yaitu senam, lempar tangkap bola, lari

bola, jalan sehat. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang optimal,

peneliti melakukan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan

motorik kasar anak dalam hal ini kekuatan otot, kelenturan, kelincahan dan

keseimbangan, yaitu melalui permainan engklek pada anak usia 5-6 tahun

di PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung

Berikut ini peneliti mencoba menggambarkan kerangka pikir dalam bentuk

sebagai berikut :

Hipotesis

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Permainan tradisional

(X)

Kemampuan motorik kasar

(Y)

31

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus diuji

kebenarannya. Berdasarkan uraian kerangka pikir dalam penelitian, maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ada hubungan antara permainan tradisional dengan kemampuan motorik

kasar anak di PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung.

32

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan

metode non eksperimental dan pendekatan analisis data korelasi. Korelasi

ialah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua

variabel atau lebih.analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis

data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau

bentuk arah hubungan dua variable dan besarnya pengaruh yang disebabkan

oleh variabel yang satu yaitu variabel bebas terhadap variabel lainnya yaitu

variabel terikat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun

pelajaran 2018/2019 selama 4 kali tatap muka.

33

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa PAUD Cahaya

Kartini Bandar Lampung yang berjumlah 30 anak yang terdiri dari

perempun 14 siswa dan laki laki 16 siswa, dan sampel pada penelitian ini

menggunakan seluruh populasi atau total sampling dikarnakan polulasi

hanya berjumlah 30 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Variabel

adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik

kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu

variabel independen (bebas) danvariabeldependen (terikat).

1. Variabel Independent (Bebas)

Permainan Tradisional (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Adapun

variabel bebas dalam penelitian ini yaitu aktivitas permainan

tradisional sebagai variabel (X) merupakan permainan yang dapat

34

membantu dalam proses meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak.

2. Variabel Dependen(Terikat)

Kemampuan Motorik Kasar (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu kemampuan motorik kasar sebagai variabel

(Y). Motorik kasar anak usia dini sebagai variabel Y merupakan suatu

kemampuan yang dimiliki seorang anak, jika anak telah mampu

mengendalikan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf

dan otot yang terkoordinasi.

E. Definisi Konseptual Variabel dan Operasional Variabel

Definisi konseptual dan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel X (Permainan Tradisional)

a. Definisi Konseptual

Permainan tradisional adalah permainan anak-anak dari bahan

sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan dilingkungan

serta banyak mempunyai variasi yang dilakukan secara spontan.

b. Definisi Operasional

Permainan tradisional yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah permainan engklek. Adapun dalam aspek perkembangan

sosial emosional, fisik motorik dan kognitif terdapat salah satu

tingkat pencapaian perkembangan (dimensi) yang menjadi

35

acuan penelitian dan dikembangkan dengan indikator dalam

penelitian ini, adalah:

1) Menaaati aturan yang berlaku dipermainan.

2) Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu

bentuk angka dengan menggunakan berbagai media.

2. Variabel Y (Motorik Kasar)

a. Definisi Konseptual

Perkembangan motorik kasar ialah pengendalian gerakan tubuh

(jasmaniah) melalui gerakan yang terkoordinasi antara susunan

syaraf, otot, otak, urat syaraf dan spinalcord yang bertujuan untuk

mencapai kebugaran jasmani (kesehatan tubuh), yang meliputi

beberapa fakor utama/dimensi (ukuran) yaitu kelincahan,

keseimbangan, koordinasi dan kecepatan serta kelenturan yang

akan dicapai anak.

b. Definisi Operasional

Pengendalian gerak tubuh secara terkoordinasi untuk mencapai

kebugaran jasmani dengan dimensi yaitu, (1) kelincahan, (2)

keseimbangan, (3) koordinasi, (4) kecepatan dan (5) kelenturan.

Dimensi tersebut dikembangkan menjadi indikator yang masing-

masing dimensi dibagi menjadi indikator, yaitu: 1) mengayunkan

tangan kedepan, 2) mengayunkan tangan kebelakang, 3) memutar

badan, 4) berjalan jinjit, 5) melompat melewati kotak 6) melompat

dengan cepat.

36

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang komplieks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dua diantara

yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi

dapat dilakukan secara partisipatif atau nonpartisipatif. Dalam

observasi partisipatif pengamat ikut ke dalam kegiatan yang sedang

berlangsung, sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut

serta dalam dalam kegiatan dia hanya berperan mengamati kegiatan

dan tidak ikut dalam kegiatan. Di dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan observasi partisipatif, karena dengan observasi ini

peneliti kut dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta melakukan

pengamatan kepada anak.Pedoman observasi yang dibuat dalam

penelitian ini yaitu pedoman yang disusun dalam bentuk rating scale

yaitu Belum Berkembang (BB) – Mulai Berkembang (MB) –

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) – Berkembang Sangat Baik

(BSB). Untuk tiap butir kegiatan telah disipakan rentang skala, dan

pada tiap rentang skala telah diberi angka yaitu 1, 2, 3, dan 4 sehingga

hasilnya dapat dianalisisis secara kuantitatif menggunakan analisis

statisti

37

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, foto dan video yang

diambil pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dalam

penelitian ini adalah mengumpulkan data tentang kegiatan

pembelajaran yang ada di PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung

yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

G. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penilaian. Penelitian ini

menggunakan bentuk checklist yang bersifat terstruktur, pengisiannya cukup

dengan memberikan tanda cek (√) pada pernyataan yang menunjukan

perilaku yang nampak pada anak. Lembar observasi yang digunakan

tersebut ditujukan pada anak di PAUD Cahaya Kartini Bandar Lampung

yang sedang melakukan proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.

Instrumen yang peneliti buat untuk permainan tradisional (X) berupa

dimensi yang kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator, yaitu,

(1) mentaati peraturan yang berlaku dalam permainan, (2) melakukan

gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk angka dengan

menggunakan berbagai media. Dan dikembangkan menjadi indicator yang

masing-masing dimensi dibagi menjadi 3 indikator, yaitu: 1) menunggu

giliran dalam bermain, 2) melakukan permainan sampai selesai, 3)

sport i f dalam bermain, 4) melakukan gerakan melompat, 5)mengambil

suatu benda, 6) melempar suatu benda .Dimensi tersebut diturunkan

berdasarkan konseptual variabel dan operasional variabel.

38

Adapun kisi-kisi instrument untuk variable X (permainan tradisional) dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Permainan engklek (X)

Variabel Dimensi Indikator Rentang skala

1 2 3 4PermainanTradisional

1. Mentaatipraturan yangberlaku dalampermainan,

a. Menunggugilirandalambermain.

b. Melakukanpermainansampaiselesai.

c. Sportifdalambermain

2. Melakukangerakanmanipulatifuntukmenghasilkansuatu bentukangga denganmenggunakanberbagaimedia.

a. Melakukangerakanberpindahtempat

b. Mengambilsuatu benda

c. Melemparsuatu benda

Instrumen yang peneliti buat untuk motorik kasar (Y) berupa dimensi

yang kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator, yaitu,(1)

kelenturan, (2) keseimbangan, dan (3) kelincahan. Dikembangkan

menjadi indikator yang masing-masing dimensi dibagi menjadi 3

indikator, yaitu: 1. mengayunkan tangan kedepan, 2. Mengayunkan

tangan kebelakang, 3. Memutar badan, 4. Berjalan jinjit, 5. Melompat

melewati kotak, 6. Melompat dengan cepat. Adapun kisi-kisi intrumen

untuk variabel Y (motorik kasar) dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Motorik Kasar (Y)

Variabel Dimensi Indikator Rentang skala

1 2 3 4

Motorik

Kasar

1. Kelenturan a. Mengayunkantangankedepan.

b. Mengayunkantangankebelakang.

c. Memutar badankesegala arah.

2. Keseimbangan a. Berjalan jinjit.

3. Kelincahan a. Melompatmelewatikotak.

b. Melompatdengan cepat.

H. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrument dalam penelitian ini adalah uji validitas. Instrument yang

valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

harus diukur. Penelitian ini menggunakan pengujian validitas yang

dilakukan dengan cara pengujian validitas isi (uji ahli) dimana diuji oleh

ahli, yang dalam penelitian ini instrumen divalidasi oleh dosen dosen yang

ahli dalam bidang kepaudan.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber

data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang

40

digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah

atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.

Penelitian ini menggunakan lembar observasi diperlukan rumus rubrik

untuk menghitung jumlah nilai yang didapat oleh anak karena untuk

menyajikan data pada penelitian korelasi ini membutuhkan angka. Dimana

dalam rumus rubrik memiliki 4 rentan skala prestasi atau kriteria tingkat

kemampuan anak. adapun penilaian yang diberikan untuk variabel x

(permainan tradisional) jika anak kurang aktif (KA) diberikan nilai 1, jika

anak cukup aktif (CA) diberikan nilai 2, jika anak aktif (A) diberikan nilai

3, dan jika anak sangat aktif (SA) diberi nilai 4. Sedangkan penilaian yang

diberikan pada variabel X (Motorik kasar) jika anak belum berkembang

(BB) diberi nilai 1, jika anak mulai berkembang (MB) diberi nilai 2, Jika

anak berkembang sesuai harapan (BSH) diberi nilai 3, dan jika anak

berkembang sangat baik (BSB) diberi nilai 4. Untuk menyajikan data atau

nilai yang diperoleh anak maka digunakan rumus persentase sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Rumus Persentase (sumber Purwanto, 2006 : 102)

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = Jumlah mentah yang diperoleh anak

SM = Skor maksimal

100% = Bilangan tetap

41

J. Uji Hipotesis

Hipotesis asosiatif yang dirumuskan oleh peneliti merupakan hipotesis yang

dibuat untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat

hubungan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis

korelasi Product Moment untuk menguji hipotesis yang sudah

dirumuskan sebelumnya. Teknik tersebut digunakan untuk menguji

hubungan antara variabel X dan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.2 Rumus Product Moment (Sugiyono, 2012:255)

Keterangan:

Koefisien validitas item yang dicari

Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Skor total

Jumlah skor dalam distribusi X

Jumlah skor dalam distribusi Y

Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

Jumlah responden

Setelah mendapatkanperhitungan antara korelasi antara variabel X dan

variabel Y, maka kemudian melakukan uji signifikan yaitu dengan

membandingkan antara r hitung denganr tabel. Adapun ketentuannya

menurut Sugiyono (2010:261) bahwa apabila r hitung lebih kecil dari r tabel

42

maka Ho diterima dan Ha ditolak, tetapi sebaliknya apabila r hitung lebih

besar dari r tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya untuk

menguji signifikan koefisien korelasi selain menggunakan tabel, juga dapat

dihitung dengan uji t yang menggunakan rumuss sebagai berikut:

Gambar 3.3 Rumus Uji Product Moment Sumber (Sugiyono,

2011 :230)

Keterangan:

r = Hasil perhitungan product moment

n = Jumlah sampel

1 = Bilangan konstan

Setelah membandingkan antara r hitung dan r tabel kemudian selanjutnya

memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut

apakah besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Koefisien Korelasi Interpretasi Kuatnya Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Belum Berkembang (BB)

0,20-0,399 Mulai Berkembang (MB)

0,40-0,599 Berkembang (B)

0,60-0,799 Berkembang Sesuai Harapan(BSH)

0,80-1,000 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Sumber: Sugiyono (2010:23)

t=

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan permainan tradisional

dengan kemampuan motorik kasar anak usia dini kelompok B PAUD

Cahaya Karttini Bandar Lampung. Hasil perhitungan korelasi product

moment (Rxy) sebesar 0,778, sehingga korelasi bersifat positif. Koefisien

determinasi sebesar 60%, artinya sumbangan permainan tradisional dengan

kemampuan motorik kasar adalah sebesar 60% yang dilanjutkan dengan

penafsiran terhadap koefisien sebesar 0,60. Angka tersebut berada pada

interval koefisien 0,60-0,799 dengan tingkat hubungan yang kuat antara X

dan Y.

B. Saran

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah diharapkan untuk memperbaiki praktik-praktik

pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga

kualitas pembelajaran dan hasil belajar anak meningkat.

b. Sekolah diharapkan untuk meningkatkan kualitas sekolah melalui

program dan kegiatan pembelajaran melalui bermain permainan yang

53

tepat dan bermanfat bagi peningkatan perkembangan aspek anak

didiknya.

c. Guru diharapkan dapat meningkatkan perkembangan kemampuan

motorik kasar anak usia dini dengan menerapkan metode pembelajaran

yang tepat, salah satunya penggunaan permainan tradisional. Sehingga

dalam proses belajar mengajar terasa menyenangkan.

d. Pendidik diharapkan dapat lebih kreatif dan selektif dalam memilih dan

menyediakan media, APE dan permainan agar anak lebih tertarik dan

lebih bermanfaat.

e. Peneliti lain diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai

acuan agar dapat menyusun penelitian yang lebih baik lagi dan dapat

mencoba menggunakan media atau jenis permainan lain dalam

meningkatkan perkembangan kemampuan gerak atau motorik kasar.

54

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, dkk. 2013. The Impact of Traditional Games on the Gross Motor SkilDevelopment of an Early Childhood. Medwell Journals. 8:590-595.

Achroni, K. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui PermainanTradisional. Yogyakarta: Javalitera.

Aisyah, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak UsiaDini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Apriani, D. 2013. Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk MeningkatkanMotorik Kasar Anak Kelompok B RA Al Hidayah 2 Tarik Rejo. JurnalPaud Teratai. 2:1-13.

Asmawi, Dkk. 2017. Effect of Traditional Games, Learning Motivation AndLearning Style On Childhoods Gross Motor Skills. International Journal ofEducation and Research. 5:53-66.

Budiningsih, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dharmamulya, S. 2018. Permainan Tradisional Java. Yogyakarta: Kepelpress.

Jufri, A. W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka RekaCipta.

Hasanah, U. 2016. Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui PermainanTradisional Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. 2:114-134.

55

Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.Bandung: Alfabeta.

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT.Asdi Mahastya.

Montolalu, dkk. 2005. Bermain dan Permainan anak. Jakarta: Universitas.

Mulyani, N. 2016. Super Asik Permainan Tradisional anak Indonesia.Yogyakarta: Diva Press.

Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT RemajaRosdakarta.

Musfiroh, T. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (StimulasiMultiple Intelligences Anak Usia Taman Kanak-kanak). Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDirektorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan KetenagaanPerguruan Tinggi.

Musfiroh, T. 2009. Menumbuhkembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini. Jakarta:PT Grasindo Anggota IKAPI.

Nurhayati, R. 2017. Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar MelaluiPermainan Tradisional Engklek Gunung Pada Anak Kelompok B TK PKKMinggiran Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1:65-76.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Purwanto, N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rachmawati, dkk. 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak UsiaTaman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rahmawati. 2009. Permainan Tradisional Untuk Anak Usia 3-4 Tahun. Bandung:Sandrata Sukses.

56

Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PrenadaMedia Grup.

Setyo, A. 2009. Permainan Tradisional. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sujiono. 2007. Pengertian Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sujiono, Y. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sukamti, E. R. 2007. Perkembangan Motorik. Yogyakarta: UNY.

Susanti, I. 2010. Statistik Deskriptif dan Indukatif. Yogyakarta: Graga Ilmu.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: RemajaRosdakarya.

Suyanto. 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen PendidikanNasional.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Wiyani, A. 2014. Psikologi Perkembangan AUD. Yogyakarta: Gava Media.

Yuliarto, H. 2010. Aktivitas Luar Sekolah Sebagai Pilar Pembentukan KarakterSiswa. Yogyakarta: FIK.INY.