HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga...
Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga...
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA
PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA
With a Summary in English The Relationship Of Trash Management Knowledge And Creative Thinking with Creative
Behavior Of Students In Trash Management In The SMAN 12
Jakarta TESIS
Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA, JULI, 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA
PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar
MAGISTER DALAM ILMU LINGKUNGAN
TESIS
Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA
JAKARTA, JULI, 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutif mapupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Tanda Tangan : Tanggal : 11 Juli 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
i
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh : Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Program Studi : Ilmu Lingkungan Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir
Kreatif dengan Perilaku Kreatif pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan pada Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
KOMISI PENGUJI TESIS
Ketua Sidang : Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH ( )
Sekretaris : Dr. Suyud Warno Utomo, M.Si ( )
Pembimbing I : Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si ( )
Pembimbing II : Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi ( )
Penguji Ahli : Prof. Dr. Rukaesih Achmad, M.Si ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 11 Juli 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
BIODATA PENULIS Nama dan Gelar
Tempat, Tgl Lahir
Status Perkawinan
Alamat Terakhir
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Kerja
:
:
:
:
:
:
Yoga Maryanto Abdullah, S. Pd.
Sukabumi, 13 Maret 1984
Menikah
Kompleks Polri Jatirangga Apartemen L Lantai I kamar 2, Kota
Bekasi.
1. MAN Surade, Program IPA
2. Universitas Pendidikan Indonesia, Pendidikan Biologi
2007-2008, Pengajar Biologi di MAN Surade, Sukabumi
2009-2010, Pengajar Biologi dan Matematika di Yellow Jacket
2010-2011, Pengajar Biologi di Ganesha Operation
2011-Sekarang, Tenaga Pembantu di Kemendiknas PPTK DIKDAS
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Program Studi : Ilmu Lingkungan Fakultas : Program Pascasarjana Jenis karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 11 Juli 2011.
Yang menyatakan
Yoga Maryanto Abdullah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
i
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kekuatan
dan kesehatan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam
penulis curahkan pada nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memberi
penerangan tehadap kehidupan dibumi, serta pada para sohabat, dan alim ulama yang
telah menyampaikan cahaya kebenaran dari Rasulullah kepada kita semua.
Dengan telah selesainya penulisan tesis ini penulis sampaikan ungkapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dan adik-
adiku tersayang yang tiada henti mendo’akan dan selalu mencurahkan kasih sayang
yang tulus tanpa henti-hentinya. Semoga persembahan ini dapat menjadi satu bukti
bahwa kasih sayang dan rasa cinta yang diberikan tidak pernah tersiakan.
Selain itu dengan kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis haturkan terimakasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si dan Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi selaku
dosen pembimbing tesis yang telah menyediakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
2. Staf pengajar dan siswa-siswi SMAN 12 Jakarta yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data penelitian;
3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia yang
telah mendidik dan memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama perkuliahan;
4. Staf sekretariat Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia atas
kelancaran administrasi yang diberikan;
5. Sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis
ini;
Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang dilakukan dan menjadikan amal baik
disisi-Nya. (Jazakallohu khoiron katsiro….) Amin.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pengelolaan
sampah dan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode sampling yang
digunakan adalah non random sampling dengan teknik sampling insidental. Sampel
yang digunakan sebanyak 34 orang siswa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 12
Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari 3 kategori, pertama
kemampuan berpikir kreatif setiap siswa dijaring menggunakan Tes Kreativitas
Figural (TKF) dari Torance. Kedua, data pengetahuan tentang pengelolaan sampah di
jaring menggunakan tes pilihan berganda (multiple choice). Ketiga, data perilaku
kreatif didapatkan dari guru Pembimbing KIR, nilai tersebut adalah nilai
keterampilan siswa dalam hal membuat keterampilan berbahan dasar sampah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan
sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan
tidak signifikan. Kedua, hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada
pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.
Kata Kunci: Pengetahuan Pengelolaan Sampah, berpikir kreatif, Perilaku Kreatif,
Pengelolaan Sampah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Abstract
This study aimed analyzing the relationship of trash management knowledge and creative thinking with creative behavior. The research method was quantitative method. The sampling method used was non-random sampling with saturated sampling techniques. The number of samples that had been used in this study was 34 high school students who are registered as the members of Trash Management Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The data collected in this research include 3 categories. First, students’ creative thinking abilities were tested using figural creativity tests from Torance. Second, the data about trash management knowledge were tested using multiple-choice tests. Third, creative behavioral data related to the value of students’ trash management skills were obtained from the teacher of Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The conclusions of this study
are, The first relationship of trash management knowledge with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant.
Key words: knowledge, creative thinking, creative behaviour, trash management
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
vi
RINGKASAN
Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia
Tesis Juli 2011 Nama : Yoga Maryanto A Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir
Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta
Jumlah Halaman : halaman permulaan xii, halaman isi 85, gambar 4, dan tabel 19.
Isi Ringkasan. Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional. Sedangkan di Pulau Jawa saja baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008). Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2% per hari atau sekitar 540 m3/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan.
Sampah yang tidak tertangani oleh pemerintah pada umumnya masyarakat membuangnya secara tradisional. Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%), dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta.
Upaya untuk mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52). Hanya saja penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang, karena akan menyangkut nilai, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat (Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk membentuk pola perilaku yang relatif menetap.
Perilaku menurut Bloom (1956) adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
vii
Oman Roesman (2008) dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan perilaku membuang sampah.
Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah.
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH). Silabus PLH yang digunakan di sekolah tersebut, termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah.
Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan tersebut Torrance (dalam Shaughnessy, 1998) memandangnya sebagai kreativitas. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61).
Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007 masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009). Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu, belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah terhadap Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta, kedua menganalisis pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa KIR SMAN 12 Jakarta. Sampel penelitian diambil berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik insidental, Artinya siswa yang ada dan bersedia saja yang dijadikan sampel. Untuk data penelitian data pengetahuan dijaring menggunakan tes pilihan berganda, berpikir kreatif dengan Tes
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
viii
Kemampuan Figural (TKF), dan perilaku kreatif diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh dari guru pembimbing KIR.
Kesimpulan yang didapatkan adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Kedua, Hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.
Daftar Kepustakaan : 47 (dari tahun 1965 sampai tahun 2010)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
vii
SUMMARY
Environmental Science Program Graduate Program University of Indonesia
Thesis in July 2011 Name : Yoga Maryanto A Thesis title : The Relationship of Trash Management Knowledge and
Creative Thinking with Students’ Creative Behavior on Managing Solid Trash in SMAN 12 Jakarta
Number of Pages : start page xii, the contents page 85, figure 4 and table 19.
The Content of Summary Trash has become the environmental problem receives special attention from the societies. That is because the amount of the trash continues to increase with the increase of the number of population. To solve this problem, the Government has given a lot of efforts, but only the results are not yet optimal. The government only can handle 56% of the total trash from the population. In Java it was just served around 59% from the total population (JICA, 2008). In Jakarta the amount of trash that was not handled by the Government was only 2% per day or about 540 m3
Based on the fact in reality, despite the important factors that influence the behavior have been found in managing the trash, the trash still becomes a problem in everyday
/day (Kirmanto, 2010). Although it was just a few numbers but if it is untreated well, then it will cause many problems for the environment.
In general, the trash is not handled by the government but people traditionally throw it away. Padmi (in Trihadiningrum, 2010: 36) states that the trash which are not managed by the government are handled by the communities by burning (35%), burying (7.5%), composting (1.6%), and by other means (15,9%). These conditions still occur, including in Jakarta.
The efforts to reduce the trash generation can be done using the 3R principles, namely Recycle, Reuse, and Reduce. The 3R can reduce the trash as much as 68.3% (Trihadiningrum, 2010: 52). However, the application of 3R principles is not easy. In general the communities are difficult to change their habit. It takes a long process because it involves the values, perceptions, knowledge, and attitudes that have been attached to people's lives (Kasnodihardjo, at al., 1997). These results are in line with the result of the research of Wibowo (2009) which states that the society as a collective action against the trash that occurs continuously from day to day is a process to form a pattern of behavior that are relatively sedentary.
According to Bloom (1956) behaviour is a form of real action from the knowledge and attitudes. It is in line with the research of Farida (1999) which stated that the knowledge and attitudes have a positive relationship with behavior. Roesman Hermawan and Oman (2008) stated that knowledge has a positive relationship with the behavior of managing the trash.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
viii
life. Therefore, it shows that the knowledge of its influence on behavior is not optimal in managing the trash.
In this research, the research subjects were students of SMAN 12 East Jakarta who follow the extracurricular of Youth Scientific Group (Kelompok Ilmiah Remaja/ KIR). This selection was based on the consideration that, first, SMAN 12 Jakarta has a curriculum of Environmental Education Local Content (Mulok PLH). PLH syllabus used in this school includes the teaching of creativity for their students. The syllabus requires the students to design and to make useful products from the manufacture of inorganic trash in the school.
The efforts of students to learn various skills are viewed as creativity (Torrance in Shaughnessy, 1998). Many experts believe that creativity is the potential that is essentially owned by everyone, in various degrees (Semiawan, 2002:60-61).
Another reason of choosing KIR students in SMAN 12 Jakarta because they won the competition of trash management for four consecutive years since 2007. Based on many achievements that they had, we can see that the KIR students of SMAN 12 Jakarta have a good creative behavior. Creative behavior is the ability to generate new ideas to improve or develop work-owned (Pratoom, 2009). The idea is not always a new thing, but a combination of things that already existed before (Munandar, 1999: 47).
Based on the above, can be formulated in a formulation of research problems, not optimal effect of knowledge of waste management and creative thinking to creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta. The purpose of this study was to analyze the influence of waste management Knowledge of Creative Behavior on Waste Management student at SMAN 12 Jakarta, the second analyzes the effect of creative thinking on the creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta
The research method used is quantitative methods. Selection of the research done by purposive sampling technique, with the inclusion criteria of the school in which there were subjects of Environmental Education Local Content (Mulok PLH) and there are extracurricular Scientific Group Youth (KIR), who reviewed about waste management, and students are producing skills of trash. The population in this study were 34 students KIR SMAN 12 Jakarta. The samples are taken by non probability sampling approach, using the techniques incidentally, means that students who have just sampled. For research data using data captured knowledge multiple choice test, think creatively with figural Ability Test (TKF), and creative behavior gathered of students who value the skills gained from the supervising teacher KIR.
The results of this study are, first the relationship of knowledge of waste management with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant.
Resource Library : 47 (from 1965 to 2010)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i ABSTRAK .......................................................................................................... ii RINGKASAN ..................................................................................................... iv SUMMARY ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7 2.1 Kerangka Teori......................................................................................... 7
2.1.1 Kreativitas ...................................................................................... 7 2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 17
2.2.Kerangka Pikir ......................................................................................... 24 2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah ......................................... 26 2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas ...................................................... 27
2.3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 27 2.4 Hipotesis ................................................................................................... 27
3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 29 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................................... 29 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 29 3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 29 3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 29 3.5 Data Penelitian ......................................................................................... 30 3.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 30 3.7 Pengolahan Data....................................................................................... 32
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................................... 35
4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta ................................................................. 35 4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta .............................. 35
4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 36 4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah .......... 37
4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 37 4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah ............................................ 43 4.3.3 Pengeruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif ................................ 45
4.4 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif Mengelola Sampah ....... 50 4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................................... 50 4.4.2 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif ............................. 52
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 57 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57 5.2 Saran ......................................................................................................... 57
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
x
5.2.1 Bagi Peneliti ................................................................................... 57 5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta .................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
xi
Daftar Gambar Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah terpadu .......................................................... 22 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ................................................................................ 25 Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel ............................................................... 27 Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta
Berdasarkan Kategori ..................................................................... 38 Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan
Kategori .......................................................................................... 45 Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ............... 51
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
xii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif .............................................. 16 Tabel 2.2 SK Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat .............................. 21 Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Devinisi Operasional, Metode Pengukuran ............. 30 Tabel 3.2 Variable, Sumber Data, dan Jenis Data ................................................ 30 Tabel 3.3 Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............... 31 Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan
Pengelolaan Sampah ............................................................................ 31 Tabel 3.5 Tujuan Penelitian dan Metode Pengolahan Data .................................. 33 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan
Kategori ................................................................................................ 37 Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan
Indikator ............................................................................................... 38 Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik ................. 39 Tabel 4.4 Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah .................... 41 Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta .................................... 43 Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan
Kategori ................................................................................................ 44 Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan
Sampah ................................................................................................. 45 Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan
Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer .............................................................................................. 47
Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta ........................ 50 Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori .................. 51 Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12
Jakarta ................................................................................................... 52 Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif pada Perilaku Kreatif ......... 53
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Instrumen Pengetahuan .............................................................. 65 LAMPIRAN 2 Silabus PLH ............................................................................... 67 LAMPIRAN 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................... 77 LAMPIRAN 4 Data pengetahuan Pengelolaan Sampah .................................... 77 LAMPIRAN 5 Hasil Analisis Statistik Korelasi ................................................ 81 LAMPIRAN 6 Surat KeteranganTelah Melakukan Penelitian ........................... 85
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus
berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah
berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya
mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional.
Sedangkan di Pulau Jawa baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008).
Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2%
per hari atau sekitar 540 m3
Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak
terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%),
dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut
sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta.
/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi
jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan.
Damapak dari pembuangan sampah yang tidak benar, menyebabkan timbulan sampah
menumpuk di berbagai tempat. Sampah tersebut memenuhi sepanjang aliran sungi-
sungi di Jakarta, menumpuk di pintu-pintu air, dan terdampar di sepanjang pesisir pantai
Jakarta dan kepulauan seribu. Akibatnya, perairan menjadi tercemar yang menyebabkan
populasi ikan menurun, pendapatan nelayan menurun, dan jumlah pariwisata juga ikut
menurun.
Dana 1,5 Milyar/tahun tidak cukup untuk menangani sampah di Jakarta (Trans7, 10 Juli
2011 Pkl 16:00-16:30). Padahal jika sampah tersebut dikelola akan mendatangkan
keuntungan yang melimpah. Berdasarkan studi yang dilakukan Trihadiningrum (2010)
di Yogyakarta dapat ditaksir nilai ekonomi sampah dapat mencapai Rp.
618.600.000/hari. Dengan menggunakan estimasi harga Pelastik Rp. 1500/Kg, kertas
Rp. 1000/Kg, Gelas/kaca Rp. 500/Kg, logam Rp. 4000/Kg, dan Kompos Rp. 750/Kg.
Jika estimasi tersebut dipakai untuk mengestimasi nilai ekonomi sampah Jakarta yang
menghasilkan sampah 6.594,72 ton/hari (Kurniawan, 2010), maka didapatkan nilai
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
2
ekonomi sebesar Rp. 3.297.360.000/hari (6.594,72 x 1000 x Rp.500) atau 1,18
triliun/tahun. Jumlah yang cukup banyak untuk meningkatkan kesejakteraan rakyat jika
pengelolaan sampah dilakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil survey KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) bekerjasama dengan
JICA (Japan International Cooperation Agency). Pada umumnya masarakat tidak
melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang. Pemilahan sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kualitas
sampah, membahayakan kesehatan pemulung, dan menyulitkan operasional dan
perawatan TPA (KLH, 2008: 7). Pemilahan sampah harus dilakukan sedini mungkin
dari sumbernya (Perumahan, kawasan komersil, dan lainnya).
Pemilahan sampah yang dilakukan di sumber sampah selanjutnya dikelola dengan
menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Recycle adalah mendaur
ulang sampah untuk dijadikan barang lain yang bermanfaat. Reuse adalah menggunakan
kembali barang-barang yang masih dapat digunakan. Reduce adalah mengurangi jumlah
sampah yang dihasilkan misalnya dengan membawa keranjang belanja ketika berbelanja
(Trihadiningrum, 1010: 44). Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi
sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52).
Penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit
untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya
diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang karena akan menyangkut nilai,
persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat
(Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap
sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk
membentuk pola perilaku yang relatif menetap.
Perilaku menurut Bloom adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan
sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya
menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan
perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan Oman Roesman (2008) dalam
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
3
hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif
dengan perilaku membuang sampah.
Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi
perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan
pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa yang menjadi subjek
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
Kemdiknas, 2010). Pengambilan subjek pada siswa dilakukan dengan harapan untuk
membentuk pola perilaku siswa yang tetap sesuai dengan apa yang diharpakan.
Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang
mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR
SMAN 12 Jakarta sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama
SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup
(Mulok PLH). Dalam silabus Mulok PLH terdapat materi pengelolaan sampah dengan
menggunakan prinsip 3R. Penerapan prinsip 3R dalam silabus SMAN 12 sudah
berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan siswa
memiliki pengalaman belajar yang lebih dibanding dengan pembelajaran yang berpusat
pada guru.
Jika melihat silabus Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang digunakan di SMAN 12
Jakarta, maka SMAN 12 termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya.
Hal tersebut ditunjukkan dengan rencana kegiatan pembelajaran yang tercantum di
dalam silabus PLH. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan
melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah.
Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan kreativitas. Kreativitasas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
4
baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang
diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan
gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:47).
Munandar menambahkan bahwa hanya dibutuhkan 1% inspirasi dan 99% adalah kerja
keras. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61).
Meskipun telah disetujui bahwa kreativitas adalah konsep yang luas dan majemuk
meliputi aspek kognitif dan non kognitif, tetapi penelitian yang membahas konsep ini
lebih banyak menekankan pada keterkaitan antara kreativitas dengan aspek kognitif
seperti inteligensi dan prestasi belajar (Munandar, 1999:35). Munandar juga
menambahkan bahwa untuk mengembangkan potensi kreatif, dibutuhkan usaha-usaha
mengembangkan aspek non kognitif. Salah satu aspek non kognitif tersebut adalah sifat-
sifat dalam kepribadian seseorang.
Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007
masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Tahun 2007
juara II lomba daur ulang sampah se JABODETABEK, Tahun 2008 Juara I kelompok
IPA Pemanfaatan Limbah Biji Mengkudu Menjadi Bioetanol, Tahun 2009 Juara III KIR
se Jawa, Tahun 2010 mendapat juara 2 Daur Ulang Sampah se JABODETABEK dan
juara 3 Teknologi Ramah Lingkungan se JABODETABEK.
Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh siswa KIR SMAN 12 dalam
pengelolaan sampah, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku
kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru
untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009).
Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan
gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu,
belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif
terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta. Dari
rumusan masalah tersebut, untuk memudahkan dalam pembahasannya, penulis
menguraikannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
5
a. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan sampah
dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta?
b. Apakah terdapat hubungan antar berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa
pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Menganalisis perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12
Jakarta
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis hubungan antara Pengetahuan Pengelolaan sampah dengan
Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta
2) Menganalisis hubungan antara berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa
pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi lembaga tempat penelitian, penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi
untuk terus meningkatkan kemampuan perilaku kreatif para anak didiknya dalam
hal mengelola sampah sehingga dengan demikian diharapkan pembangunan
berkelanjutan dapat terwujud.
b. Bagi Ilmu Lingkungan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk
pengembangan ilmu lingkungan dari aspek lingkungan sosialnya (Psikologi
Pendidikan) .
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian pembuktian,
lanjutan, maupun penelitian pengembangan.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori Dalam penulisan Tinjauan Pustaka ini untuk mempermudah dalam pemahaman,
maka akan dibagi kedalam 4 (empat) sub bab. Ke empat sub bab tersebut adalah sub
bab Kerangka Teori, Kerangka Berpikir, Kerangka Konsep, dan Hipotesis. Sub bab
kerangka teori memuat teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti sebagai
landasan dalam pembahasan. Sub konsep Kerangka berpikir berisi hasil elaborasi
peneliti berdasarkan teori yang peneliti gunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Sub konsep Kerangka konsep adalah berupa bagan yang menggambarkan
hubungan antar variabel yan digunakan dalam penelitian ini. Sub konsep Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan
kerangka konsep yang ada.
2.1.1 Kreativitas Kreativitas dalam KBBI didefinisikan sebagai 1) kemampuan untuk mencipta; daya
cipta; 2) perihal berkreasi; kekreatifan, sedangkan menurut kamus Oxford kreativitas
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide baru, berusaha
memunculkan pemikiran-pemikiran baru dan menemukan cara baru untuk
melakukan sesuatu. Munandar (1999: 47) mengemukakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau
unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal
yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang
sudah ada sebelumnya. Munandar (2009:12) juga menambahkan bahwa kreativitas
muncul dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian
baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang
atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah bahwa kemampuan
kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Torrance (dalam Shaughnessy,
1998:443) mengatakan “….creativity is what I refer to as my survival definition:
When a person has no learned or practiced solution to a problem, some degree of
creativity is required” maksudanya kreativitas dapat didefinisikan sebagai bertahan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
8
hidup, seseorang yang tidak belajar atau menemukan pemecahan masalah yang
praktis, maka kreativitas sangat diperlukan. Solso et.al (2008: 444) mengatakan
bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan
yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang
pragmatis. Kreativitas juga sering didefinisikan sebagai kelancaran, orisinalitas dan
fleksibilitas berpikir, dan kemampuan untuk menghasilkan ide asli dan tidak kuno
(Munandar, 1999:88-90; Subramaniam dalam Girl Tan, 2007: 263). Berdasarkan
definisi kreativitas yang di kemukakan di atas, penelitian ini menggunakan definisi
kreativitas dari Torrance.
Amabile (dalam Munandar, 1999) mengemukakan bahwa definisi kreativitas dapat
dibedakan ke dalam definisi konsensual dan definisi konseptual. Definisi konsensual
menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat.
Menurutnya, suatu produk atau respon seseorang dikatakan kreatif apabila menurut
penilaian orang yang ahli atau pengamat yang memiliki kewenangan dalam bidang
itu bahwa produk itu kreatif. Secara konseptual, suatu produk dinilai kreatif apabila:
(a) bersifat baru, unik, berguna, benar atau bernilai jika dilihat dari segi kebutuhan
tertentu; (b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang belum pernah
atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya.
Baihaqi (2008:2) mengemukakan bahwa kreativitas didefinisikan secara berbeda-
beda, sehingga pengertian kreativitas bergantung kepada bagaimana orang
mendefinisikannya. Oleh karena itu tidak ada satu definisi-pun yang dianggap dapat
mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal tersebut disebabkan
karena kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang sulit, yang menimbulkan
berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan itu terletak pada definisi kreativitas,
kriteria prilaku kreatif, proses kreatif, hubungan kreativitas dan intelegensi,
karakteristik orang kreatif, dan upaya untuk mengembangkan kreativitas (Supriadi,
1997:6). Guilford (1950) juga mengemukakan bahwa kreativitas secara khusus
merupakan proses mental dan kreativitas juga tumpang tindih dengan kecerdasan dan
gaya kognitif (Guilford, 1950; Stenberg, 2001 dalam Simpson 2007:3). Baihaki juga
menambahkan bahwa tidak adanya kejelasan tentang definisi kreativitas disebabkan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
9
oleh dua alasan. Pertama, sebagai suatu konstruk hipotesis, kreativitas merupakan
ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional, mengundang berbagai
penafsiran yang beragam. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan
yang berbeda-beda, bergantung pada teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Berdasarkan penekanannya, definisi-definisi kreativitas dapat dibedakan kedalam
dimensi person, proses, press, dan produk, yang oleh Rhodes disebut sebagai “the
Four P’s of Creativity (Baihaqi,2008:2).
1) Definisi Person atau Pribadi Dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada
individu. Kreativitas menunjukkan kemampuan yang ditunjukkan oleh orang yang
kreatif yang menunjukkan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri
seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
2) Dimensi Process Dimensi proses kreativitas berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan
ide-ide unik. Munandar (1999:88-90) menerangkan bahwa kreativitas adalah
sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada
definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses
terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (dalam Solso, 2008:445; Muandar, 2009:39) dan Campbell (1986:18)
menjelaskan tentang tahap-tahap dalam proses kreativitas. Tahapan tersebut
terbagi kedalam lima tahap yaitu, tahap persiapan, Inkubasi, Iluminasi, Evaluasi,
dan revisi.
a) Tahap Persiapan Dalam masa persiapan seorang pemikir atau kreator memformulasikan
masalahnya dan mengumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah. Terkadang meski sudah lama berkonsentrasi,
pemecahan masalah belum juga muncul dalam pikiran.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
10
b) Tahap Inkubasi Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang
dihadapinya tersebut berarti ia telah memasuki tahap inkubasi. Pada tahap ini,
ide-ide yang mencampuri dan mengganggu cenderung menghilang. Sementara
itu, pemikir mendapat pengalaman baru. Pengalaman tersebut dapat menambah
kunci bagi pemecahan masalah.
c) Tahap Iluminasi Pada periode ini pemikir memperoleh insight (pemahaman yang mendalam)
dari masalah yang sedang dihadapi.
d) Tahap Evaluasi Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah, tujuannya adalah untuk
menilai apakah pemecahan masalah tersebut sudah tepat. Seringkali
pemecahan masalah yang muncul tidak tepat, sehingga pemikir harus
memulainya kembali dari awal tahapan.
e) Tahap Revisi Apabila cara pemecahan tersebut sudah tepat atau mungkin masih memerlukan
penyesuaian dan perbaikan-perbaikan, maka tahap ini adalah tahap revisi, yaitu
perbaikan pemecahan masalah agar menjadi lebih tepat.
3) Dimensi Press Dimensi Press adalah faktor dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa
keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun
dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
4) Dimensi Product Dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada
produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original
atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
a. Pentingnya Kreativitas Munandar (1999:45-46) mengemukakan tentang pentingnya kreativitas bagi
seseorang. Untuk itu kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan. Pertama,
dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
11
salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, memungkinkan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,
meupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian
dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif selain bermanfaat juga
dapat menimbulkan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas dapat
meningkatkan tarap kualitas kehidupannya kea rah yang lebih baik.
b. Perilaku Kreatif 1). Pengertian Perilaku Perliaku menurut KBBI adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang
atau lingkungan. Wawan & Dewi (2010:48) mengatakan bahwa perilaku adalah
respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Wawan & Dewi juga menambahkan bahwa perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan
biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang
bersangkutan. Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
(dalam Notoatmodjo, 2003). Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon (dalam Wawan &
Dewi 2010:50). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
dipelajari sebagai suatu respon atas adanya rangsang baik dari lingkungan maupun
dari dalam individu.
2). Pengelompokan Perilaku Skinner (1938) mengelompokan perilaku seseorang berdasarkan bentuk respon
terhadap stimulus menjadi dua kelompok, yaitu perilaku tertutup dan perilaku
terbuka (Yusuf, 2002). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
12
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati
atau dengan mudah dipelajari.
Notoatmodjo (1993) mengelompokan perilaku dalam bentuk operasional menjadi
tiga bentuk operasional. Ketiga kelompok tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan
tindakan konkrit. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui
situasi atau rangsangan dari luar. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan
batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan
berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam
adalah lingkungan yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai
dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Lingkungan sosial adalah budaya yang
bersifat nonfisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat pada pembentukan
perilaku manusia. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni
berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Jenis
perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku dalam bentuk
tindakan konkrit sebagaimana yang dimasud oleh Notoatmodjo.
3). Perilaku Kreatif Maher (2009) mengatakan bahwa kreativitas yang sering dikaitkan dengan adanya
pemikiran yang surprise, kebaruan, dan memiliki nilai kegunaan tidak membantu
dalam pengembangan model yang baik untuk mencapai perilaku kreatif.
Kreativitas hanya membantu dalam hal mengidentifikasi seseorang yang kreatif
(Maher, 2009). Pratoom (2009) mendefinisikan perilaku kreatif sebagai
kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau
mengembangkan hasil karya yang dimiliki. Berdasarkan definisi perilaku kreatif
dari para ahli di atas, dalam penelitian ini perilaku kreatif didefinisikan sebagi
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
13
upaya yang dilakukan oleh siswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang
dituangkan dalam hasil karyanya.
c. Berpikir Kreatif Untuk melakukan Tinjauan Pustaka mengenai Berpikir Kreatif, maka sebagai
pendahuluan akan ditinjau terlebih dahulu mengenai pengertian Berpikir, Hakikat
Berpikir, pengertian Berpikir Kreatif, dan Keterampilan Berpikir Kreatif.
1). Pengertian Berpikir Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Para ahli
mendefinisikan kemampuan berpikir berbeda-beda, diantaranya Suriasumantri
(1981) mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses yang dapat menghasilkan
suatu pengetahuan. Rooijakkers (1990) mengungkapkan bahwa berpikir adalah
kemampuan manusia dalam memecahkan masalah sesuai dengan hasil belajar
yang pernah mereka alami. Purwanto (1992) mengemukakan bahwa berpikir
adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan
manusia dengan hewan. Karli (2003) mendefinisikan berpikir sebagai suatu
aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan yang dihubungkan dengan pola
perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif berpikir. Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, berpikir adalah suatu proses
pengolahan informasi berupa fakta dan data yang terjadi di dalam otak untuk
menghasilkan sebuah konsep yang bermanfaat bagi kehidupannya.
2). Hakikat Berpikir Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada masalah yang menuntut
untuk berpikir. Berpikir memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang
baru merupakan kegiatan kompleks dan erat hubungannya satu sama lainnya,
(Slameto, 2003). Preseisen (dalam Costa, 1985) menyatakan bahwa keterampilan
berpikir meliputi kemampuan berpikir dasar dan berpikir komplek. Berpikir dasar
meliputi kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, transpormasi, hubungan
sebab-akibat, sedangkan berpikir komplek meliputi problem solving, pengambilan
keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
14
Menurut penelitian Swartz & Perkins (Hassoubah, 2004), manusia cenderung
mengalami empat pola berpikir yang tidak efektif. Keempat kecenderungan
berpikir yang tidak efektif tersebut adalah tergesa-gesa, acak-acakan, tidak fokus
dan sempit. Lebih lanjut lagi Hassoubah (2004) menyatakan bahwa kesalahan
pola dalam berpikir dapat mempengaruhi pola berpikir kreatif seseorang.
Seorang pakar psikologi perkembangan kognitif menyatakan bahwa
perkembangan intelektual bukan merupakan hasil kematangan individu, bukan
pula pengaruh lingkungan saja, melainkan hasil interaksi antara keduannya
(Syamsudin, 2002). Menurut pandangan ini individu berperan aktif dalam
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Adaptasi individu terhadap objek
di dalam lingkungan merupakan suatu proses interaksi yang dinamis, inilah yang
disebut keterampilan kognitif.
Berkaitan dengan masalah perkembangan individu, Piaget (Syamsudin, 2002)
membagi proses perkembangan individu ke dalam empat tahapan utama yang
secara kualitas setiap tahapan menunjukan tahapan yang berbeda. Tahapan
perkembangan individu penurut Piaget, antara lain:
a) Tahap Sensorimotor (0,0–2,0 tahun) Tahapan ini ditandai oleh penggunaan sensorimotorik (dalam pengamatan dan
penginderaan) yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual yang
dicapi dalam tahapan ini adalah perkembangan bahasa, hubungan tentang objek,
kontrol skema, kerangka pikir, pembentukan pengertian, pemahaman hubungan
sebab akibat. Dalam tahapan ini yang paling penting adalah tindakan konkrit dan
bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangkan saja (Haditono, 1996).
b) Tahap Praoperational (2,0–7,0 tahun) Pada tahapan ini anak belum dapat melakukan operasional mental seperti
menambah, mengurangi, membagi, dan mengalikan (Arifin, et al, 2000).
Tahapan ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu preconseptual (2,00 – 4,0 tahun)
dan intuitive (4,0 – 7,0 tahun). Tahapan preconseptual ditandai dengan cara
berpikir yang bersikap transduksi (menarik kesimpulan tentang suatu yang
khusus), intuitive ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egocentric
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
15
(belum memahami orang lain ketika memandang objek yang sama). Sifat ini
dilihat pada waktu anak bermain, saling berbicara, tetapi mereka tidak saling
memperhatikan pembicara tersebut.
c) Tahap Operasional konkrit (7,0 – 12,0 tahun) Anak-anak pada tahap ini umumnya sudah memahami operasi logis dengan
bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek.
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika,
tetapi hanya objek fisik yang ada, tanpa objek fisik di hadapannya, mereka
masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
d) Tahap Operasi Formal (12,0 tahun ke atas) Tahapan ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit.
Karakteristik anak yang berada pada tingkat operasi formal menurut Flavel
(Arifin et al., 2000) adalah dapat berpikir hipotesis deduktif, dan dapat berpikir
proporsional, serta dapat berpikir kombinasional.
3). Berpikir Kreatif Berdasarkan pengertian berpikir dan pengertian kreativitas di atas, berpikir kreatif
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan informasi berupa fakta dan
data yang terjadi di dalam otak untuk menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang
beragam, bersifat baru, unik, memiliki nilai kebenaran serta bermanfaat bagi
kehidupannya maupun orang lain. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak
perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan dari hal-hal yang
sudah ada sebelumnya. Fakta dan data yang dimaksudkan adalah berupa
pengetahuan atau informasi yang sudah dikenal sebelumnya atau semua
pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya.
4). Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu,
dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan hal yang baru
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
16
(Wijaya, 1996). Setiap manusia telah memiliki keterampilan berpikir kreatif dari
sejak lahir sampai meninggal dunia, hanya saja potensinya yang berbeda-beda
(Supriadi, 1985). Potensi kreatif menurut Guilford (1965) adalah sebagai
kumpulan dari kemampuan beserta sifat-sifat lainnya yang sangat berperan
menuju tercapainya keberhasilan dalam berpikir kreatif. Berdasarkan pernyataan
tersebut, potensi kreatif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kreativitas dalam berpikir.
Guilford (1965) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan
keterampilan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam
alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Selanjutnya
dilakukan penelitian mengenai kreativitas dengan menggunakan analisis faktor,
ditemukan faktor penting yang merupakan sifat dari keterampilan berpikir kreatif
yaitu keterampilan berpikir lancar (Fluency), keterampilan berpikir luwes
(Flexibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), dan keterampilan
memerinci (Elaboration), Berikut disajikan tabel 2.1 daftar indikator keterampilan
berpikir kreatif. (Munandar, 1999)
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan
Berpikir Definisi
Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal
3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi
2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda
3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda 4) Mampu mengubah cara pemikiran atau cara pendekatan.
Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri 3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur. Memerinci (Elaboration)
1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
2) Menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
17
5). Pengukuran Kreativitas Jenis tes yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif cukup banyak
ditemukan. Pada umumnya tes berpikir kreatif tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu, tes untuk kreativitas verbal dan tes kreativitas vigural. Tes
kreativitas vigural untuk mengukur kreativitas dalam hal bahasa atau olah kata
sedangkan tes kreativitas Figural berhubungan dengan tindakan. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) yang disusun
oleh Torrance. TKF merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance yang
pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1976, pada tahun 1988 TKF
dilakukan penelitian standarisasi untuk usia 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia (Munandar et.al, 1988 dalam Munandar, 2009:69-70).
Manfaat dari penelitian standarisasi yang dilakukan Munandar et.al. adalah
memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir
kreatif. TKF memungkinkan penyelesaian dalam waktu singkat (10 menit) dan
dapat diberikan kepada perorangan maupun kelompok (Munandar, 2009:70).
Dimensi-dimensi yang dimiliki TKF sama dengan TKV hanya saja dalam TKF..
Dimensi tersebut adalah kelancaran, kelenturan, orsinalitas dan elaborasi dari
kemampuan berpikir kreatif. Hanya saja TKF memiliki kelebihan untuk
memberikan kemampuan membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan
dengan cara memberikan skor bonus orsinalitas. Bonus tersebut diberikan jika
subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek. Semakin
banyak lingkaran yang dapat digabung maka nilai bonus orsinalitasnya semaik
besar (Munandar, 2009:70).
2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah a. Pengertian Pengetahuan Banyak orang yang menganggap bahwa pengetahuan dan keyakinan adalah sama
atau hampir sama pengertiannya. Keraf dan Mikhael Dua (2001:30) menegaskan,
bahwa pengertian pengetahuan dan keyakinan adalah berbeda. Pengetahuan dan
keyakinan merupakan sama-sama sikap mental seseorang dalam hubungan dengan
obyek tertentu yang disadarinya sebagai sesuatu yang ada atau terjadi. Hanya saja,
dalam keyakinan, obyek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus ada
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
18
sebagaimana adanya. Sebaliknya, dalam hal pengetahuan, obyek yang disadari
tersebut memang ada sebagaimana adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak
sama pengertiannya dengan keyakinan karena keyakinan dapat saja salah tetapi sah
untuk dianut sebagai keyakinan. Sesuatu yang disadari sebagai ada, dapat saja tidak
ditemukan dalam kenyataan. Sebaliknya pengetahuan tidak dapat salah karena jika
suatu pengetahuan terbukti salah, maka tidak dapat lagi dianggap sebagai
pengetahuan. Sesuatu yang awalnya dianggap sebagi pengetahuan kemudian berubah
status menjadi keyakinan saja.
Keraf (2001:31) memberikan contoh tentang perbedaan pengetahuan dan keyakinan.
contoh yang diberikan Keraf adalah semua angsa berwarna putih hanya sah menjadi
pengetahuan jika dalam kenyataannya semua angsa berwarna putih. Jika
kenyataannya tidak benar, maka proposisi tersebut hanya menjadi sebuah keyakinan.
Pada dasarnya pengetahuan lebih menekankan pada pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan biasa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional (Mundiri, 2008:7). Pengetahuan empiris dapat
berkembang menjadi pengetahuan deskriptif jika seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
Pengetahuan empiris juga didapatkan melalui pengalaman manusia yang terjadi
berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi
dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Solso (2008:273) berpendapat bahwa pengetahuan adalah penyimpanan,
pengintegrasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori. Solso
menambahkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisir dalam
memori dan merupakan bagian dari sebuah sistem informasi yang terstruktur.
Artinya pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem
yang digunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut. Definisi pengetahuan dari
solso di atas, peneliti berpikir lebih cocok dengan penelitian yang dilakukan, dengan
demikian definisi pengetahuan yang dipakai dalam penelitian ini adalah definisi
pengetahuan dari Solso.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
19
b. Jenis-jenis Pengetahuan Keraf dan Mikhael Dua (2001:34-36) mengelompokan pengetahuan menjadi empat
kelompok, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, tahu mengenai, dan tahu mengapa.
1) Tahu bahwa Pengetahuan jenis ini adalah pengetahuan tentang informasi tertentu. Jenis
pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoretis, pengetahuan ilmiah,
meskipun berada pada tingkat yang mendalam. Pengetahuan ini berkaitan
dengan keberhasilan dalam mengumpukan informasi atau data yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki pengetahuan seperti jenis ini dapat dipastikan
mempunyai data atau informasi akurat melebihi yang lainnya, dengan kata lain
tidak ada orang yang memiliki informasi sepertinya.
2) Tahu bagaimana Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, dan dikenal
sebagai know-how. Pengetahuan jenis ini berkaitan dengan keterampilan atau
lebih tepat dengan keahlian dan kemahiran teknis dalam hal melakukan sesuatu.
Pengetahuan-pengetahuan dibidang teknik umunya digolongkan ke dalam jenis
ini. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini dapat dipastikan tahu
bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain, pengetahuan jenis ini berkaitan
dengan praktek, maka disebut juga pengetahuan praktis.
3) Tahu mengenai Pengetahuan jenis ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut
pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melaui pengalaman atau pengenalan
pribadi. Unsur yang paling penting dalam jenis ini adalah pengalaman dan
pengenalan pribadi secara langsung dengan obyeknya. Oleh karena itu, sering
juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa
Indonesia knowing di sini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu
secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan
langsung yang bersifat personal.
4) Tahu mengapa Pengetahuan jenis ini berkaitan erat dengan pengetahuan bahwa. Hanya saja
tahu mengapa jauh lebih mendalam dan serius dari pada tahu bahwa karena tahu
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
20
mengapa berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan tersebut tidak hanya berhenti
pada informasi yang ada sebagaimana pada tahu bahwa, melainkan jauh masuk
kebalik data dan informasi yang ada. Dengan penjelasan tersebut tahu mengapa
jauh lebih kritis. Bahkan tahu mengapa sudah sampai pada tingkat mengaitkan
dan menyusun hubungan-hubungan yang tidak tampak antara berbagai informasi
yang ada.
c. Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta Pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta merupakan salah satu materi yang masuk
dalam kurikulum sekolah. Materi tersebut berada pada mata pelajaran muatan lokal
(MULOK) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Mulok PLH tersebut tidak semua
sekolah memilih PLH sebagai mata pelajaran pilihan di sekolahnya. Pemilihan
Mulok PLH tersebut bergantung pada visi dan misi sekolah, minat siswa, dan tenaga
ahli yang mengajarkannya.
Di dalam mata pelajaran Mulok PLH, materi pengelolaan sampah masuk dalam
standar kompetensi kedua yaitu Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat
setelah standar kompetensi Memahami Lingkungan Hidup. Standar kompetensi
tersebut diberikan di kelas satu semester satu. Waktu yang dialokasikan untuk materi
tersebut sebanyak 10 x 45 menit (10 jam pelajaran) yang diberikan selam 10 minggu
(1 jam pelajaran/minggu). Standar kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan
Limbah Padat membawahi dua buah Kompetensi Dasar, masing-masing kompetensi
dasar memiliki 4 dan 3 buah indikator. Untuk lebih jelasnya mengenai masing-
masing indikator tersebut disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat
No Kompetensi Dasar Indikator Alokasi
Waktu 1 Pemilahan
Sampah (limbah padat)
1. Mendiskusikan pengertian sampak 2. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik 3. Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan
sekolah 4. Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian
dari sampah yang di buang sembarangan
4 x 45’
2 Pengelolaan limbah organik dan anorganik
1. Membuat produk daur ulang limbah padat anorganik yang bermanfaat
2. Mendaur ulang kertas 3. Mengolah sampah organik menjadi kompos
6 x 45’
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
21
d. Sampah Berdasrkan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Pada pasal dua UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sampah rumah tangga, sampah
sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga adalah limbah
yang berbentuk padat yang dihasilkan dari kegitan sehari-hari dalam rumah tangga,
dan tinja tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga. Sampah sejenis rumah
tangga adalah sampah yang dihasilkan bukan berasal dari rumah tangga tetapi berasal
dari tempat-tempat aktivitas manusia sehari-hari selain di rumah. Tempat-tempat
tersebut diantaranya, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya. Sampah spesifik adalah semua jenis
sampah yang tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi, dan volumenya memerlukan
pengelolaan khusus. Sampah spesifik tersebut contohnya adalah sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran
bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang
timbul secara tidak periodik.
Miller (2007:520) membagi sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah padat dan
sampah beracun. Sampah beracun adalah sampah yang berbahaya bagi kesehatan
manusia atau lingkungan karena mengandung racun, bahan kimia aktif, bersifat
korosif atau mudah terbakar. Contoh sampah beracun adalah sampah dari industry
pelarutan, sampah medis Rumah Sakit, batrei mobil yang mengandung timah dan
asam, produk pestisida rumahan, pembersih lantai, accu kering yang mengandung
merkuri dan cadmium, endapan lumpur industry dan asap hasil pembakaran. Sampah
padat dibagi menjadi dua yaitu, sampah padat industri dan sampah padat perkotaan.
Sampah padat industri diproduksi secara tidak langsung dari kegiatan pertambangan,
pabrik, perakitan, industri makanan, dan lain sebagainya. Sedangkan sampah padat
perkotaan disebut juga garbage atau trash. Diproduksi secara langsung dari rumah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
22
tangga dan tempat kerja. Contohnya adalah kertas, sisa makanan, pelastik, botol,
sampah kebun, perabotan bekas, dan furniture.
e. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Miller
(2008:384) sampah dikelola menjadi tiga tahapan utama. Tahapan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tahapan prioritas utama mengurangi sampah
berdasarkan sumbernya, prioritas kedua mengurangi penggunaan sampah secara
berlebih, dan ketiga penanganan sampah di tempat pembuangan akhir samapah.
Prioritas pertama dan ketiga pada umumnya diatur oleh pemerintah atau dikerjakan
oleh perusahaan swasta. Prioritas kedua pada umunya dilakukan oleh masyarakat
dengan tujuan membatu atau memudahkan pemerintah dalam penanganannya di
tempat pembuangan akhir.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya memakai
prinsip 3R (reuse, reduced, recycle). Reused adalah pemanfaatan kembali barang-
barang yang sudah tidak digunakan lagi, penggunaan kembali maksudnya dapat
Prioritas Utama Pencegahan primer polusi dan sampah. 1. perubahan proses
industry untuk mengurangi bahan-bahan kimia berbahaya
2. mengurangi penggunaan produk berbahaya
3. mengurangi bahan pengepakan pada produk
4. memakai produk tahan lama dan dapat di reused, recycle, reduced, dan mudah diperbaiki.
Prioritas Ketiga Pengelolaan sampah 1. Mengelola sampah
untuk mengurangi toksisitas
2. Pembakaran sampah 3. Menimbun sampah
dalam landfill 4. Membuang sampah
kelahan kosong
Prioritas kedua Pencegahan sekunder polusi dan sampah 1. Reused 2. Repair 3. Recycle 4. Kompos 5. Membeli produk yang
dapat di reused dan di recycle
Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah Terpadu (Miller, 2008:384)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
23
sesuai dengan fungsi sebelumnya atau dapat juga tidak sesuai dengan fungsi
sebelumnya. Reduced adalah mengurangi timbulan sampah dengan cara menghemat
pemakaian sumber daya yang kita gunakan, sehingga sampah yang dihasilkan
jumlahnya berkurang. Recycle adalah mendaur ulang sampah dengan cara melebur
barang bekas menjadi cairan untuk kemudian dibentuk kembali menjadi barang-
barang yang memiliki manfaat. Prinsip recycle ini pada umumnya dipakai untuk
mengelola sampah anorganik.
Pengelolaan sampah secara 3R sudah mengalami pengembangan menjadi 4R dengan
menambahkan prinsip recovery, 7R dengan penambahan prinsip replace, recovery,
relocation, dan responsible. Penggunaan prinsip 4R dan 7R tidak semua lembaga
menggunakannya, pada umumnya masih menggunakan prinsip 3R. Berdasarkan hal
tersebut dalam penelitian ini digunakan prinsip pengelolaan sampah 3R dengan
harapan siswa yang dijadikan sampel penelitian mengetahuinya.
h. Pengukuran Pengetahuan Bloom (1956) seorang profesor dari Univeritas Chicago, menyusun indikator
tercapainya tujuan pembelajaran. Indikator tersebut dijabarkan kedalam tiga tujuan,
yaitu tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini tujuan
pembelajaran yang akan diukur adalah tujuan pembelajaran kognitif saja. Tujuan
pembelajaran kognitif adalah suatu indikator untuk mengukur pengetahuan peserta
didik yang disusun kedalam enam tahapan atau tingkatan. Keenam tahapan itu
adalah:
a) Mengingat (C-1) Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas
mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas
dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
b) Memahami (C-2) Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
24
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan
konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh
proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi
(inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
c) Mengaplikasikan (C-3) Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk
pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
d) Menganalisis (C-4) Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada
tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan
(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat
(attributting).
e) Mengevaluasi (C-5) Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan
mengritik (critiquing).
f) Membuat (C-6) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
2.2 Kerangka Pikir Penelitian ini membahas masalah kreativitas dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan
sampah yang baik akan terciptanya pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar
dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
25
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan (Sugandhy, 2007:4). Pengertian tersebut
membawa pesan supaya generasi masa kini untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Peningkatan kualitas hidup dapat tercapai jika sumber daya
mencukupi. Oleh karena itu, generasi masa kini harus hemat dalam memakai sumber
daya.
Gambar 2.2. Kerangka Pikir
Pemakaian sumber daya yang tidak tepat guna dapat merusak sumber alam yang
tersedia. Salah satu indikator pemakaian sumber daya tidak tepat guna adalah
meningkatnya jumlah timbulan sampah. Sampah merupakan sisa yang tidak terpakai
dalam suatu produksi dan dapat menjadi sumber daya bagi produksi berikutnya. Oleh
karena itu, sampah perlu dikelola dengan baik.
Pengelolaan sampah yang baik adalah mengurangi volume sampah mulai dari
sumber (Trihadiningrum, 2010:58). Sumber-sumber timbulan sampah diantaranya
adalah dari pemukiman, pasar, jalan raya, perkantoran, termasuk sekolah. Sampah
Pribadi Dorongan
Berpikir Kreatif
Perilaku Kreatif Mengelola Sampah
Pengetahuan Pengelolaan
sampah
Lingkungan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
26
yang dihasilkan dari sekolah pada umumnya adalah garbage atau trash. Pengelolaan
sampah garbage dapat dilakukan dengan prinsip 3R (Reused, Reduced, Recycle).
Penerapan prinsip 3R di sekolah dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk
menumbuhkan kreativitas siswa dalam mengelola sampah.
2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang
diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan
gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:
47). Berdasarkan penekanannya, kreativitas dibagi menjadi dimensi peribadi,
dorongan proses, dan produk.
Kaitannya dalam pengelolaan sampah, keempat dimensi kreativitas tersebut dapat di
jelaskan sebagai berikut. Sejauhmana pribadi (person) bersama lingkungan
mendorong (press) seseorang utuk melibatkan diri dalam proses kreatif. Maksudnya,
ketika seseorang menemukan timbulan sampah yang terus menumpuk dan kurang
pengelolaan, maka dalam individu akan tercipta suatu keinginan untuk
menyelesaikan timbulan sampah. Keinginan untuk menyelesaikan masalah sampah
tersebut akan akan tercipta jika individu tersebut memiliki dorongan yang kuat untuk
mengelola sampah. Dorongan tersebut muncul dari dalam individu (motivasi
internal) dan dari luar individu (motivasi eksternal). Salah satu yang menjadi
pendorong seseorang untuk mengelola sampah adalah dapat meningkatkan atau
membatu dalam hal perekonomian. Karya-karya yang dihasilkan dalam pengelolaan
sampah (3R) jika memiliki kualitas yang baik, maka karya tersebut dapat dijual,
dengan harpan kedepan memiliki usaha tersendiri dalam bidang pengelolaan sampah.
Bermodalkan keinginan untuk meningkatkan tingkat perekonomian dan keinginan
untuk menyelesaikan masalah timbulan sampah, maka diperlukan suatu proses
berpikir untuk mewujudkannya sehingga suatu produk dapat tercipta dari hasil
perilaku kreatif. Perilaku kreatif muncul dari pemikiran yang kreatif.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
27
2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas Campbell (1986) mengemukakan bahwa yang melandasi kreativitas seseorang adalah
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Campbell juga mengilustrasikan
tentang kreativitas bahwa :
“Tidak mungkin seseorang secara tiba-tiba membuat gambar rencana sebuah gedung pencakar langit yang fantastis, kalau dia belum memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman kuat dibidang desain arsitektural, prinsip-peinsip keinsinyuran dan masalah finansial yang berhubungan dengan pembangunan besar.”.
Ilustrasi yang dikemukakan Campbell di atas mengandung arti bahwa seorang siswa
tidak mungkin dapat membuat keterampilan berbahan dasar sampah jika siswa
tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
2.3 Kerangka Konsep
Keterangan:
= Pengetahuan mengelola sampah akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah
= Berpikir kreatif akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel
2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 2.2, dapat disusun hipotesis pengarah
sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja Pertama
H0 = Tidak Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah
dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
Pengetahuan Pengelolaan
Sampah
Berpikir Kreatif
Perilaku Kreatif Mengelola Sampah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
28
H1
Ditentukan α sebesar 5%
= Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan
Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
Jika p> α = H0 Diterima dan H1
p< α = H
Ditolak
0 Ditolak dan H1
Diterima
2. Hipotesis Kerja Kedua
H0
H
= Tidak Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku
Kreatif Mengelola Sampah.
1
Ditentukan α sebesar 5%
= Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku Kreatif
Mengelola Sampah.
Jika p> α = H0 Diterima dan H1
p< α = H
Ditolak
0 Ditolak dan H1
Diterima
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
29
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Kuantitatif. Bentuk Penelitian menurut
tujuan umumnya adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk
mengembangkan ilmu yang sudah ada, sedangkan metode yang digunakan adalah
metode survey dengan analisis deskriptif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 12, Jl. Pertanian, Kelurahan Klender, Kecamatan
Duren Sawit, Kodya Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada Pebruari-Mei 2011.
3.3 Populasi dan Subjek penelitian Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan
kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan
Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan
siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Siswa yang mengikuti kegiatan KIR Pengelolaan
Sampah di SMAN 12 Jakarta sebanyak 53 siswa. Sampel penelitian diambil
berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik
insidental. Ketika pengambilan data, dari 53 siswa yang terdaftar KIR, hanya 39
siswa yang hadir dan 1 orang siswa datangnya terlambat. Selanjutnya lembar
jawaban siswa diolah, ternyata yang dapat diolah lebih lanjut hanya 34 siswa.
3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel Pengetahuan
Pengelolaan Sampah (X1), Berpikir Kreatif (X2), dan Perilaku Kreatif pada
pengelolaan sampah (Y). Variabel Pengetahuan dan Berpikir Kreatif sebagai variabel
bebas (Independent) dan variabel perilaku sebagai variabel terikat (dependent).
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
30
Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Definisi Operasional, dan metode Pengukuran
Tujuan Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran
Menganalisis pengaruh pengetahuan pada perilaku kreatif mengelola sampah
Pengetahuan Pengelolaan Sampah
pengetahun siswa dalam hal mengelola sampah (Sampah Organic dan Anorganic, Reuse, Recycle, dan Reduced)
Survey
Perilaku Kreatif perilaku siswa dalam mengelola sampah dengan cara mempelajari berbagai keterampilan atau keahlian yang berbasiskan sampah sehingga menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat
Survey
Menganalisis pengaruh berpikir kreatif pada perilaku kreatif mengelola sampah.
Berpikir Kreatif kemampuan berpikir kreatif siswa yang diukur dengan circle test untuk menunjukkan adanya kemampuan berpikir lancar, luwes, asli, dan elaborasi
Survey
3.5 Data Penelitian Data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data
Pengetahuan tentang Pengelolaan Sampah adalah data primer, sedangkan Berpikir
Kreatif dan Perilaku Kreatif adalah data skunder. Untuk lebih jelasnya tentang data
yang didapatkan dapat dilihat pada table 3.1.
Tabel 3.2 Variabel, Sumber, dan Jenis Data
Variabel Sumber data Instrumen Jenis Data Berpikir Kreatif Primer TKF Interval Pengetahuan Primer Kuesioner Interval Perilaku Skunder - Interval
Keterangan : TKF = Tes Kreativitas Figural (Circle Test)
3.6. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua buah instrumen,
istrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan instrumen Berpikir Kreatif.
Perolehan data Perilaku Kreatif tidak didapatkan dengan instrumen, data Perilaku
Kreatif diperoleh dari nilai keterampilan pengelolaan sampah (keterampilan dari
sampah plastik, daur ulang kertas, dan kompos) yang diberikan oleh guru
pembimbing ekstrakurikuler KIR.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
31
a. Instrumen Berpikir Kreatif Data Berpikir Kreatif dijaring menggunakan circle test yang disusun oleh Paul E.
Torrance dan sudah digunakan di Indonesia sejak 1974. Tes tersebut berupa
lingkaran. Dalam waktu 10 menit siswa diberi kesempatan untuk merubah lingkaran-
lingkaran tersebut menjadi gambar lain yang memiliki makna.
b. Pengetauan Pengelolaan Sampah Data Pengetahuan Pengelolaan Sampah dijaring dengan menggunakan tes multiple
choice sebanyak 21 item. Sebelum instrument tersebut digunakan peneliti
menyusunnya sendiri dengan sebaran item soal sebagai berikut:
Tabel 3.3. Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah
NO Indikator Jenjang Jumlah C-1 C-2 1 Sampah Organik 1, 16, 21 6, 11, 22, 27 7 Item 2 Sampah An-Organik 2, 30, 29 7, 12, 20, 23 7 Item 3 Reused 3, 19, 24 8, 13, 18, 25 7 Item 4 Reduced 4, 17, 27 9, 14, 5 Item 5 Recycle 5, 26 10, 15 4 Item Jumlah 13 Item 17 Item 30 Item
Instrumen yang berhasil disusun selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitasnya. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan
bantuan Perangkat lunak komputer tentang pengolahan data yang didalamnya
terdapat analisis Cronbach’s alpha. Setelah dianalisis, butir soal yang layak
digunakan sebanyak 21 butir dari 30 butir soal dengan koefisien reliabilitas (r) 0,797,
untuk lebih jelasnya mengenai sebaran soal yang layak dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Interpretasi Validitas Jumlah soal No. soal Keterangan Sangat Tinggi 0 - -
Tinggi 2 7, 29 Dipakai Sedang 9 1, 2, 3, 4, 6, 9, 24, 27, 30 Dipakai
Rendah 12 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 26, 28 Dipakai
Sangat Rendah 7 20, 22, 8, 12, 18, 21, 25, 23, 17 Tidak Dipakai
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
32
3.7 Pengolahan Data a. Pengetahuan Pengelolaan Sampah Lembar jawaban pengetahuan pengelolaan yang telah diisi siswa selanjutnya
dilakukan scoring. Scoring yang dilakukan adalah setiap item yang benar di beri skor
satu (1) dan jika salah diberi skor nol (0). Skor yang diperoleh setiap siswa
selanjutnya dibuat tabulasi dan dikemas dalam tabel. Tabel yang berisi sekor
pengetahuan pengelolaan sampah tersebut selanjutnya dilakukan analisis deskriptif.
b. Berpikir Kreatif lembar jawaban berpikir kreatif siswa berupa circle test atau TKF yang telah di
kerjakan siswa, selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan indikator berpikir kreatif.
Setiap ide siswa yang muncul diberi skor 1-3 tergantung dari ide yang muncul. Skor
yang didapatkan siswa selanjutnya dijumlahkan dan dikonversikan berdasarkan
indikator (kelancaran, keluwesan, elaborasi, keaslian, dan bonus orsinalitas).
Selanjutnya skor yang didapatkan dikonversi lagi menjadi skor total yang disebut
Creative Quotation (CQ). CQ yang didapatkan siswa selanjutnya dikemas dalam
tabel untuk diolah lebih lanjut.
b. Perilaku Kreatif Nilai perilaku kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah didapatkan dari
guru pembimbing KIR. Data tersebut berasal dari nilai siswa ketika membuat
keterampilan berbahan dasar pelastik, membuat kompos, dan membuat daur ulang
kertas. Nilai yang didapatkan dari guru pembimbing tersebut selanjutnya dikemas
dalam tabel untuk di olah lebih lanut.
b. Pengolahan Data dengan Analisis Statistik Korelasional Dilakukan uji alaisis statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor satu dan
dua, data yang terkumpul diolah menggunakan perangkat lunak komputer yang
khusus mengolah data statistik. Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat
lunak yang dapat membantu mendapatkan nilai koefisien korelasi (r). Pengujian
signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan taraf signifikansi (p) dengan
taraf kesalahan (α). Jika p> α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika p< α, maka H0
ditolak dan H1 diterima.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
33
Pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen didapatkan dengan cara nilai koefisien korelasi dikuadratkan
(koefisien determinasi) dan dikalikan 100%. Untuk lebih jelasnya tentang
pengolahan data untuk menjawab pertanyaan penelitian dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.5 Tujuan Penelitian, dan Metode Pengolahan Data
No Tujuan Penelitian Metode 1 Menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah
pada Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah. Korelasi
2 Menganalisis pengaruh Berpikir Kreatif pada Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah
Korelasi
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
35
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta SMAN 12 Jakarta berada di Jalan Pertanian, kelurahan klender, Kodya Jakarta
Timur. Saat ini SMAN 12 Jakarta dikepalai oleh Drs. H. Jahidin, M.Pd. dengan
jumlah siswa sebanyak 714 siswa yang tersebar di 18 kelas belajar, yaitu 237 siswa
kelas X, 120 siswa kelas XI IPA, 118 siswa kelas XI IPS, 120 siswa kelas XII IPA,
dan 119 siswa kelas XII IPS. Fasilitias-fasilitas yang dimiliki oleh SMAN 12 berupa
5 buah laboratorium yang dilengkapi dengan mesin pendingin, perpustakaan,
mushola, UKS, lapangan olah raga, kantin, ruang audio visula (1 unit komputer, 1
unit LCD, dan 3 buah mesin pendingin), Photo copy, wi-fi, 18 ruangan kelas
dilengkapi dengan proyektor dan mesin pendingin, serta beberapa kelas dilengkapi
dengan LCD gantung layar OHP. Semua fasilitas yang dimiliki SMAN 12 Jakarta
diperuntukan untuk menunjang kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di
SMAN 12 Jakarta.
4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta Keberadaan sampah yang begitu melimpah menimbulkan berbagai pemikiran untuk
mengurangi jumlah timbulan sampah. SMAN 12 Jakarta memiliki cara tersendiri
untuk memecahkan masalah tersebut. Dipelopori oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan
didasari oleh rasa cintanya terhadap lingkungan, Ibu Teti biasa beliau disapa mulai
gencar mensosialisasikan pengelolaan sampah menjadi kompos.
Pada awalnya Ibu Teti yang merupakan seorang guru Biologi SMAN 12 Jakarta ini
hanya sekedar berbagi ilmu dengan sesama guru di Jakarta, sampai akhirnya meluas
ke seluruh tanah air. Hingga akhirnya beliau terkenal dengan julukan Ibu Guru
Sampah.
Keengganan warga mengelola sampah dikarenakan prosesnya yang merepotkan,
akhirnya dijawab oleh Ibu Teti, beliau menciptakan alat pembuat kompos atau biasa
disebut Komposter yang disimpan di saung kompos dan digantung di area parkir
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
36
motor. Bahan yang diperlukanpun sangat sederhana, yakni sebuah kaleng bekas cat
berukuran 25 kg yang diberi alat pemutar pada bagian samping atau tutup kaleng.
SMAN 12 Jakarta juga memperkenalkan pembuatan kompos pada siswa baru SMAN
12 pada masa orientasi siswa baru. Semua siswa baru diajarkan bagaimana membuat
kompos yang baik, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mensosialisasikan
pendidikan lingkungan khususnya dalam pembuatan kompos. Selain pada masa
orientasi, pembutan kompos juga termasuk salah satu indikator dalam mata pelajaran
muatan lokal (MULOK) lingkungan hidup di kelas X. Dalam pelajaran mulok, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diwajibkan membuat
komposter. Setelah komposter selesai dibuat siswa diajarkan bagaimana
menggunakannya untuk membuat kompos, siswa juga diajarkan bagaimana
mengelola sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat. Hasil karya siswa-siswi
SMAN 12 Jakarta ternyata sangat bervariatif dan berdaya guna. Tas, kipas, dompet,
lampion, pernak-pernik merupakan bebrapa contoh hasil karya siswa-siswi SMAN
12 Jakarta. Selain itu, SMAN 12 juga mempunyai ekstrakurikuler yang mendukung
kegiatan cinta lingkungan tersebut yaitu Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang
dibimbing langsung oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan Bapak Sumarwoto. KIR SMAN
12 Jakarta sering sekali mendapat prestasi dan nama KIR SMAN 12 Jakarta pun
terkenal hingga tingkat Provinsi.
4.2 Keterbatasan Penelitian 1. Pada penelitian ini, pengukuran berpikir kreatif dilakukan oleh Psikolog berikut
dalam hal pemberian skornya. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak
memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Selain itu instrumen dan cara
pemberian skor berpikir kreatif memiliki hak cipta maka peneliti tidak dapat
memperoleh lembaran hasil jawaban siswa. Dengan demikian pembahasan di
dalam penelitian ini tidak banyak membahas data berpikir kreatif.
2. Peneliti tidak membuat instrumen perilaku kreatif pada penelitian ini. Hal
tersebut disebabkan peneliti tidak memiliki keahlian dalam pemuatan instrumen
perilaku kreatif. Data perilaku kreatif yang digunakan adalah data nilai
keterampilan siswa tentang pengelolaan sampah yang diperoleh dari guru.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
37
Dengan demikian peneliti tidak banyak membahas data perilaku kreatif pada
pembahasan ini.
3. Berhubung waktu dan biaya peneliti yang terbatas, maka dalam hal penggunaan
populasi dan sampel dibatasi. Seyogyanya populasi yang digunakan adalah
seluruh sekolah SMA di Jakarta, tetapi populasi yang digunakan hanyalah satu
sekolah saja yang ditentukan secara purposive dengan kriteria inklusif sekolah
tersebut mengadakan KIR Pengelolaan sampah. Meskipun demikian peneliti
berharap kesimpulan dari penelitian ini bersifat umum.
4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif 4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan sampah Kuesioner pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang berisi 21 item pertanyaan
disebar kepada 39 siswa yang hadir dan bersedia untuk dijadikan subyek penelitian.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penilaian ternyata yang dapat diolah lebih lanjut
hanya 34 lembar jawaban. Lima lembar jawaban siswa tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi
jawaban siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
Berdasarkan data pada lampiran 4.1 diketahui bahwa rata-rata pengetahuan
pengelolaan sampah sebesar 15,09 (71,85%) dengan Setandar Deviasi (SD) 2,27.
Skor setandar kelulusan minimum yang ditetapkan oleh SMAN 12 dan sekolah lain
pada umumnya adalah 70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR SMAN 12 termasuk kategori cukup.
Skor pengetahuan pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya dilakukan
pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� + (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang
𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari pengkategorikan
tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 7 20,59% 2 Sedang 20 58,82% 3 Rendah 7 20,59%
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
38
Berdasarkan Tabel 4.1 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
Jika ditelusuri lebih dalam ternyata siswa KIR SMAN 12 dalam hal pemilahan
sampah organik dan an organik dapat dikatakan kurang mengetahui, tetapi untuk
pengetahuan 3R rata-ratanya sudah dianggap mengetahui. Dengan demikian yang
menyebabkan kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR adalah bahwa
siswa KIR SMAN 12 belum dapat membedakan sampah organik dan anorganik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan Indikator
No Responden
Organik & Anorganik Reduced Reused Recycle Pengetahuan
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % 1 6 85,71 2 33,33 0 0,00 2 66,67 10 47,62 2 5 71,43 5 83,33 3 60,00 3 100,00 16 76,19 3 5 71,43 4 66,67 2 40,00 3 100,00 14 66,67 4 5 71,43 5 83,33 4 80,00 2 66,67 16 76,19 5 5 71,43 5 83,33 4 80,00 3 100,00 17 80,95 6 5 71,43 5 83,33 3 60,00 2 66,67 15 71,43 7 6 85,71 5 83,33 5 100,00 3 100,00 19 90,48 8 5 71,43 3 50,00 3 60,00 2 66,67 13 61,90 9 7 100,00 4 66,67 4 80,00 1 33,33 16 76,19
10 4 57,14 3 50,00 5 100,00 3 100,00 15 71,43
20,59%
58,82%
20,59%
Tinggi
Sedang
Rendah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
39
No Responden
Organik & Anorganik Reduced Reused Recycle Pengetahuan
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % 11 3 42,86 4 66,67 3 60,00 2 66,67 12 57,14 12 4 57,14 5 83,33 5 100,00 2 66,67 16 76,19 13 4 57,14 6 100,00 3 60,00 2 66,67 15 71,43 14 3 42,86 5 83,33 5 100,00 3 100,00 16 76,19 15 5 71,43 4 66,67 3 60,00 1 33,33 13 61,90 16 4 57,14 5 83,33 3 60,00 2 66,67 14 66,67 17 4 57,14 6 100,00 4 80,00 2 66,67 16 76,19 18 7 100,00 3 50,00 4 80,00 2 66,67 16 76,19 19 6 85,71 4 66,67 2 40,00 2 66,67 14 66,67 20 3 42,86 5 83,33 4 80,00 2 66,67 14 66,67 21 4 57,14 5 83,33 3 60,00 1 33,33 13 61,90 22 4 57,14 4 66,67 5 100,00 3 100,00 16 76,19 23 2 28,57 4 66,67 4 80,00 2 66,67 12 57,14 24 3 42,86 6 100,00 4 80,00 1 33,33 14 66,67 25 1 14,29 2 33,33 4 80,00 2 66,67 9 42,86 26 4 57,14 6 100,00 4 80,00 3 100,00 17 80,95 27 6 85,71 3 50,00 4 80,00 3 100,00 16 76,19 28 6 85,71 5 83,33 2 40,00 3 100,00 16 76,19 29 7 100,00 4 66,67 5 100,00 3 100,00 19 90,48 30 6 85,71 4 66,67 4 80,00 2 66,67 16 76,19 31 4 57,14 6 100,00 2 40,00 3 100,00 15 71,43 32 7 100,00 4 66,67 4 80,00 2 66,67 17 80,95 33 6 85,71 5 83,33 5 100,00 3 100,00 19 90,48 34 6 85,71 3 50,00 5 100,00 3 100,00 17 80,95
Jumlah 4,76 68,07 4,38 73,04 3,65 72,94 2,29 76,47 15,09 71,85 Keterangan : Pengetahuan : Jumlah dari pengetahuan sampah organik, an-organik dan 3R Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa tentang pengetahuan
sampah organik dan anorganik masih kurang. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata
terdapat beberapa soal yang nilainya sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik
No Responden
Nomor Soal Jumlah
1 2 7 11 19 20 21 1 1 1 1 1 0 1 1 6 2 1 1 0 1 0 1 1 5
Lanjutan Tabel 4.2
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
40
No Responden
Nomor Soal Jumlah
1 2 7 11 19 20 21 3 1 1 1 0 1 0 1 5 4 1 1 1 0 1 1 0 5 5 0 1 1 0 1 1 1 5 6 1 1 0 0 1 1 1 5 7 1 1 1 0 1 1 1 6 8 1 1 1 0 0 1 1 5 9 1 1 1 1 1 1 1 7
10 0 1 1 0 0 1 1 4 11 0 0 0 0 1 1 1 3 12 0 0 0 1 1 1 1 4 13 0 0 1 0 1 1 1 4 14 0 1 1 0 0 0 1 3 15 1 1 1 0 1 1 0 5 16 0 0 0 1 1 1 1 4 17 1 1 0 0 0 1 1 4 18 1 1 1 1 1 1 1 7 19 1 1 1 0 1 1 1 6 20 0 0 1 0 0 1 1 3 21 0 0 0 1 1 1 1 4 22 1 1 0 0 0 1 1 4 23 0 0 0 0 0 1 1 2 24 0 0 0 0 1 1 1 3 25 0 0 0 0 0 1 0 1 26 0 1 0 0 1 1 1 4 27 0 1 1 1 1 1 1 6 28 1 1 1 0 1 1 1 6 29 1 1 1 1 1 1 1 7 30 1 1 1 0 1 1 1 6 31 0 0 0 1 1 1 1 4 32 1 1 1 1 1 1 1 7 33 1 1 1 0 1 1 1 6 34 0 1 1 1 1 1 1 6
Jumlah 18 24 21 12 24 32 31 537 Presentase 53 71 62 35 71 94 91 68,07
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 8, dan 12 adalah soal yang
paling banyak dijawab salah oleh siswa. Untuk lebih jelasanya mengenai sebaran
jawaban siswa dalam setiap item dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Lanjutan Tabel 4.3
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
41
Tabel 4.4. Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah
No Responden
Nomor Soal 1 7 11
A B C D A B C D A B C D 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1 5 1 1 1 6 1 1 1 7 1 1 1 8 1 1 1 9 1 1 1
10 1 1 1 11 1 1 1 12 1 1 1 13 1 1 1 14 1 1 1 15 1 1 1 16 1 1 1 17 1 1 1 18 1 1 1 19 1 1 1 20 1 1 1 21 1 1 1 22 1 1 1 23 1 1 1 24 1 1 1 25 1 1 1 26 1 1 1 27 1 1 1 28 1 1 1 29 1 1 1 30 1 1 1 31 1 1 1 32 1 1 1 33 1 1 1 34 1 1 1
Jumlah 15 18 1 0 2 21 0 11 2 12 15 5 Persentase 44 53 2,9 0 5,9 62 0 32 5,9 35 44 15
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
42
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada item soal nomor 1 siswa banyak
memilih pilihan A dan B. Pertanyaan nomor 1 adalah “Sampah organik adalah …”.
Jawaban dari item soal nomor 1 adalah bahwa sampah organik itu adalah sampah
yang dapat terurai oleh makhluk hidup (pilihan B). sebagian siswa (15 siswa)
menjawab bahwa sampah organik itu adalah sampah yang dapat terurai tanpa
bantuan makhluk hidup (pilihan A).
Menurut hemat peneliti seharusnya siswa KIR SMAN 12 mengetahui bahwa setiap
makhluk hidup atau sisa makhluk hidup yang mati akan diuraikan oleh pengurai
(bakteri dan jamur) termasuk sampah organik yang berasal dari makhluk hidup.
Materi tersebut pada tingkat SMA diberikan dalam mata pelajaran Biologi kelas X
pada Bab Ekologi Subbab Rantai Makanan.
Item soal nomor 7 menanyakan “manakah pernyataan berikut yang benar?...”. Siswa
yang menjawab benar item soal ini 21 siswa (62%). Jumlah tersebut lebih baik
dibanding jawaban item soal no 1 dan 11.
Pada umumnya mereka sudah mengetahui bahwa sampah an organik penanganannya
lebih susah. Sampah organik dengan hanya dibiarkan saja di tempat terbuka, sampah
tersebut akan terurai. Hal tersebut disebabkan sampah organik menjadi sumber
makanan bagi organiseme atau mahkluk hidup lainnya. Lain halnya dengan sampah
an organik yang tidak menjadi makanan bagi makhluk hidup lainnya sehingga sulit
sekali terurai. Meskipun sampah organik dapat terurai dalam jangka waktu lama,
tetapi terurainya bukan oleh makhluk hidup tetapi terurai oleh keadaan cuaca.
Item soal nomor 11 menanyakan tentang unsur pembentuk zat sampah organik.
Jawaban soal tersebut adalah pilihan B bahwa sampah organik tersusun atas unsur
karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Hanya 12 siswa (35%) yang mengetahui
jawabannya.
Materi tentang unsur pembentuk zat diberikan pada mata pelajaran Kimia SMA kelas
2. Ketika data pengetahuan ini diambil, materi tersebut belum dipelajari sehingga
sesuatu hal yang wajar bila sebagian besar siswa belum mengetahuinya.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
43
4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah Untuk nilai perilaku kreatif yang didapatkan adalah nilai keterampilan siswa dalam
pembuatan barang-barang bermanfaat berbahan dasar sampah yang didapatkan dari
guru pembimbing ekstrakurikuler KIR SMAN 12 Jakarta. Nilai tersebut adalah nilai
daur ulang kertas (Kertas), penggunaan sampah botol mineral dan bungkus permen
(Plastik), dan Kompos. Untuk lebih jelasnya mengenai data Perilaku Kreatif dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta
No Responden Perilaku Kreatif Plastik Kertas Kompos Rata-rata
1 82 78 75 78,3 2 84 84 77 81,7 3 84 84 78 81,8 4 84 82 78 81,2 5 84 86 77 82,2 6 85 86 77 82,5 7 82 85 78 81,7 8 90 90 90 89,8 9 92 92 92 91,8
10 82 80 77 79,7 11 81 80 77 79,3 12 86 86 80 84,0 13 93 96 93 93,8 14 82 82 78 80,7 15 80 84 75 79,7 16 94 95 95 94,7 17 82 78 78 79,2 18 81 82 78 80,3 19 81 80 77 79,2 20 89 86 80 85,0 21 84 96 77 85,5 22 85 78 80 81,0 23 84 80 78 80,5 24 89 92 80 87,0 25 80 78 75 77,7 26 93 96 93 94,0 27 80 78 77 78,3 28 80 80 77 79,0 29 83 80 76 79,7
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
44
No Responden Perilaku Kreatif Plastik Kertas Kompos Rata-rata
30 81 80 77 79,3 31 81 82 76 79,7 32 86 90 90 88,7 33 93 95 93 93,7 34 89 88 90 89,0
Rerata 84,72 84,97 80,85 83,51 SD 4,35 5,99 6,46 5,28
Keterangan : Plastik :Perilaku siswa dalam hal membuat kerajinan berbahan dasar sampah plastic Kertas :Perilaku siswa dalam hal membuat daur ulang kertas Kompos :Perilaku siswa dalam hal membuat kompos
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Kertas sebesar 84,97
dengan SD = 5,99. Nilai rata-rata Plastik adalah 84,72 dengan SD = 4,35 Nilai rata-
rata untuk kompos sebesar 80,85 SD = 6,46. Untuk keseluruhan (Perilaku) rata-rata
perilaku kreatif siswa sebesar 83,51 dengan SD = 5,28. Dengan demikian bahwa
rata-rata perilaku kreatif siswa dapat dikatakan baik, Hal tersebut ditunjukkan dengan
nilai rata-rata yang berada di atas 70 yang merupakan syarat kelulusan yang
ditetapkan sekolah pada umumnya termasuk SMAN 12 Jakarta.
Data perilaku kreatif pada pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya
dilakukan pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� +
(0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari
pengkategorikan tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan
Kategori
No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 9,00 26,47% 2 Sedang 10,00 29,41% 3 Rendah 15,00 44,12%
Berdasarkan Tabel 4.6 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.
Lanjutan Tabel 4.5
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
45
Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
Berdasarkan perilaku kreatif siswa KIR SMAN 12 Jakarta yang termasuk baik ini,
diharapkan menjadi kader pengelolaan sampah bagi masyarakat dilingkungan tempat
tinggalnya. Siswa KIR ketika kembali ke masyarakat diharapkan dapat
mengembangkan dan mengajarkan keterampilan yang dimilikinya tentang mengelola
sampah dan dapat memasarkan hasil karyanya. Dengan demikian diharapkan
permasalahan timbulan sampah dapat teratasi dan tingkat ekonomi masyarakatpun
menjadi lebih baik.
4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah Pada Perilku Kreatif Mengelola sampah
Berdasarkan data pengetahuan sebagaimana dihasilkan pada subbab 4.3.1 dan
perilaku kreatif sebagaimana dihasilkan pada sub bab 4.3.2, maka data tersebut
dirangkum ke dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan Sampah
No Responden
Pengetahuan Perilaku Kreatif Organik & An Organik
Red uced
Reu sed
Rec ycle
Jum lah
Pelas tik
Ker tas
Kom pos
Rata- rata
1 6 2 0 2 10 82 78 75 78 2 5 5 3 3 16 84 84 77 82 3 5 4 2 3 14 84 84 78 82
26,47%
29,41%
44,12%
Tinggi
Sedang
Rendah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
46
No Responden
Pengetahuan Perilaku Kreatif Organik & An Organik
Red uced
Reu sed
Rec ycle
Jum lah
Pelas tik
Ker tas
Kom pos
Rata- rata
4 5 5 4 2 16 84 82 78 81 5 5 5 4 3 17 84 86 77 82 6 5 5 3 2 15 85 86 77 83 7 6 5 5 3 19 82 85 78 82 8 5 3 3 2 13 90 90 90 90 9 7 4 4 1 16 92 92 92 92
10 4 3 5 3 15 82 80 77 80 11 3 4 3 2 12 81 80 77 79 12 4 5 5 2 16 86 86 80 84 13 4 6 3 2 15 93 96 93 94 14 3 5 5 3 16 82 82 78 81 15 5 4 3 1 13 80 84 75 80 16 4 5 3 2 14 94 95 95 95 17 4 6 4 2 16 82 78 78 79 18 7 3 4 2 16 81 82 78 80 19 6 4 2 2 14 81 80 77 79 20 3 5 4 2 14 89 86 80 85 21 4 5 3 1 13 84 96 77 86 22 4 4 5 3 16 85 78 80 81 23 2 4 4 2 12 84 80 78 81 24 3 6 4 1 14 89 92 80 87 25 1 2 4 2 9 80 78 75 78 26 4 6 4 3 17 93 96 93 94 27 6 3 4 3 16 80 78 77 78 28 6 5 2 3 16 80 80 77 79 29 7 4 5 3 19 83 80 76 80 30 6 4 4 2 16 81 80 77 79 31 4 6 2 3 15 81 82 76 80 32 7 4 4 2 17 86 90 90 89 33 6 5 5 3 19 93 95 93 94 34 6 3 5 3 17 89 88 90 89
Rata-rata 4,76 4,38 3,65 2,29 15,09 84,72 84,97 80,85 83,51 Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dilakukan analisis statistik dengan menggunakan
bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung koefisien korelasi
Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Lanjutan Tabel 4.7
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
47
Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan
Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer
Perilaku Kreatif Pelastik Kertas Kompos Rata2
Peng
etah
uan
Peng
elol
aan
Sam
pah
Pemilahan Sampah Organik & An Organik
Pearson Correlation -.014 .044 .158 .065
Sig. (2-tailed) .938 .806 .372 .716
N 34 34 34 34
Reduced Pearson Correlation .337 .443** .187 .339*
Sig. (2-tailed) .052 .009 .289 .050
N 34 34 34 34
Reused Pearson Correlation .178 .082 .184 .164
Sig. (2-tailed) .314 .645 .297 .353
N 34 34 34 34
Recycle Pearson Correlation -.121 -.268 -.038 -.144
Sig. (2-tailed) .495 .126 .829 .417
N 34 34 34 34
jumlah Pearson Correlation .208 .205 .275 .247
Sig. (2-tailed) .237 .245 .115 .160
N 34 34 34 34
Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 4.8 adalah cuplikan dari lampiran 5. Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat
dilihat bahwa terdapat korealasi positif sebesar 0,247 antara Jumlah (Pengetahuan
Pengelolaan Sampah) dan Rata2 (Prilaku Kreatif Mengelola Sampah). Hal ini berarti
semakin tinggi pengetahuan tentang pengelolaan sampah, maka semakin tinggi
perilaku kreatif siswa dalam hal mengelola sampah. Jika tarap kesalahan ditetapkan
α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p berdasarkan hasil analisis
statistik sebesar 0,160. Karena p>α (0,160>0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pengelolaan sampah dan
perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
48
Jika ditelusuri lebih jauh, berdasarkan tabel 4.6 ternyata hampir semua indikator
pengetahuan pengelolaan sampah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
kesimpulan yang sama yaitu tidak terdapat hubungan dan tidak signifikan. Indikator
yang memiliki hubungan positif dan signifikan hanya indikator Reduced. Indikator
Reduced dan Perilaku Kreatif terdapat korelasi positif sebesar 0,339. Jika tarap
kesalahan untuk korelasi reduced dan Perilaku kreatif ditetapkan 5%, maka H0
ditolak dan H1
Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara pengetahuan pengelolaan sampah
dengan perilaku kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r
diterima (p=α ; 0,050=0,050) artinya terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara reduced dengan perilaku kreatif dalam mengelola sampah.
2
Untuk menganalisis kecilnya nilai koefisien korelasi yang terjadi, pertama mungkin
diperlukan jumlah sampel yang lebih besar dari penelitian ini. Meskipun Korelasi
yang diukur dalam sampel menaksir korelasi dalam populasi yang diambil
sampelnya. Korelasi dalam suatu sampel tidak menjadi meningkat atau menjadi lebih
kuat dengan menambah jumlah satuan sampel, tetapi sampel yang lebih besar
mungkin diperlukan untuk meyakinkan keberartian statistik dari korelasi yang lemah.
).
Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,0610. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan pengelolaan sampah memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan
sampah sebesar 6,10%. Artinya 93,90% perilaku kreatif mengelola sampah
dipengaruhi oleh faktor lain.
Kedua, banyak siswa yang baru mengikuti ekstrakurikuler KIR. Siswa baru KIR
tersebut tidak memahami setiap langkah dalam pembuatan karya berbahan dasar
sampah. Siswa tersebut hanya melakukannya berdasarkan langkah kerja yang ada.
Jika siswa tersebut melakukan sesuatu tanpa memahami setiap langkah yang
dilakukan, maka dampaknya akan menimbulkan kegagalan. Contoh langkah kerja
yang harus dipahami setiap langkah adalah dalam pembuatan kompos. Pada
pembuatan kompos diperlukan peran bakteri pengurai didalamnya. Ketika tidak tepat
menangani bakteri pengurai dalam pembutan kompos, maka akan menyebabkan
bakteri pengurai mati. Jika hal tersebut terjadi, maka kompos tidak akan jadi. Hal
tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata siswa dalam hal pembuatan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
49
kompos. Rata-rata tersebut merupaka rata-rata yang terendah dibanding nilai rata-
rata pembuatan karya yang lainnya.
Ketiga, instrumen yang kurang baik. Realiabilitas instrumen yang digunakan kurang
begitu baik (r = 0,79) dengan validitas item soal terkonsentrasi pada derajat rendah (r
= 0,2 - 0,4). Implikasi dari rendahnya validitas dan reliabilitas tersebut adalah
menjadi lemahnya daya pembeda, dan tingkat kesukaran setiap item soal.
Dampaknya siswa menjadi bingung dalam menentukan pilihan jawaban.
Keempat, pengetahuan pengelolaan sampah yang ditanyakan tidak tepat dengan apa
yang dilakukan oleh siswa dalam pembutan karya berbahan dasar sampah.
Pengetahuan yang diukur seharusnya pengetahuan “bagaimana”, sedangkan
pengetahuan yang diukur adalah pengetahuan “mengapa”. Dengan demikian wajar
jika pengetahuan pengelolaan sampah menjadi lemah pengaruhnya terhadap perilaku
pengelolaan sampah.
Kelima, jika melihat data yang dihasilkan. Terdapat beberapa siswa yang memiliki
perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan pengelolaan
sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya. Hal tersebut dapat diperhatikan pada
Tabel 4.7.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa lemahnya pengaruh
pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif pada pengelolaan
samapah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya sampel
yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR sehingga mereka belum
terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar sampah. Ketiga, instrument
yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang lemah. Keempat,
ketidaktepatan pengetahuan yang diukur. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang
memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan
pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
50
4.4 Pengaruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah 4.4.1 Kemampuan Berpikir kreatif Untuk penilaian berpikir kreatif, peneliti tidak memiliki keahlian dalam pengukuran
dan pemberian skoranya. Dengan demikian pengukuran dan pemberian skor
dilakukan oleh Psikolog. Peneliti hanya mengetahui langkah-langkah pemberian skor
saja. Skor rata-rata berpikir kreatif (CQ) dari 34 siswa adalah 105,85 SD = 10,33.
Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan nilai berpikir kreatif siswa dapat dilihat
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta
Nomor Responden Kelas Berpikir Kreatif (CQ) 1 X-1 101 2 XI IPA 2 109 3 XI IPA 1 92 4 X-4 109 5 XI IPA 3 114 6 X-5 101 7 XI IPA 1 103 8 XI IPA 2 110 9 XI IPA 1 88
10 XI IPA 1 124 11 XI IPA 3 118 12 XI IPA 2 110 13 XI IPA 3 128 14 XI IPA 1 110 15 X-5 101 16 XI IPA 2 107 17 XI IPA 3 93 18 X-3 92 19 XI IPA 1 124 20 XI IPA 1 110 21 XI IPA 2 116 22 X-4 95 23 X-6 97 24 XI IPA 1 110 25 X-5 103 26 XI IPS 2 96 27 XI IPA 3 112 28 XI IPA 1 110 29 X-6 121
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
51
Nomor Responden Kelas Berpikir Kreatif (CQ) 30 XI IPA 3 94 31 XI IPA 1 101 32 XI IPA 2 99 33 XI IPA 1 109 34 XI IPA 3 92
Rerata 105,85 SD 10,33 Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa rata-rata Creative Quotient (CQ) yang
dimiliki siswa KIR SMAN 12 adalah 105,85 dengan Standar Deviasi (SD) 10,33.
Nilai rata rata tersebut dapat dikatogoikan cukup ( CQ Nasional 90-110). CQ di atas
110 dikategorikan baik, dan di bawah 90 termasuk kategoi rendah. Untuk lebih
jelasnya tentang kategori CQ yang didapatkan siswa KIR SMAN 12 dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 8 23,53% 2 Sedang 25 73,53% 3 Rendah 1 2,94%
Berdasarkan Tabel 4.10 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.
Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
23,53%
73,53%
2,94%
Tinggi
Sedang
Rendah
Lanjutan Tabel 4.9
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
52
4.4.2 Pengeruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Berdasarkan data berpikir kreatif (CQ) yang berada pada subbab 4.4.1 dan perilaku
kreatif yang berada pada subbab 4.3.2, maka kedua data tersebut digabungkan untuk
dianalisis lebih lanjut. Gabuangan kedua data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta
Nomor Responden Kelas Berpikir
Kreatif (CQ) Perilaku Kreatif
Pelastik Kertas Kompos Rata-rata 1 X-1 101 82 78 75 78,3 2 XI IPA 2 109 84 84 77 81,7 3 XI IPA 1 92 84 84 78 81,8 4 X-4 109 84 82 78 81,2 5 XI IPA 3 114 84 86 77 82,2 6 X-5 101 85 86 77 82,5 7 XI IPA 1 103 82 85 78 81,7 8 XI IPA 2 110 90 90 90 89,8 9 XI IPA 1 88 92 92 92 91,8
10 XI IPA 1 124 82 80 77 79,7 11 XI IPA 3 118 81 80 77 79,3 12 XI IPA 2 110 86 86 80 84,0 13 XI IPA 3 128 93 96 93 93,8 14 XI IPA 1 110 82 82 78 80,7 15 X-5 101 80 84 75 79,7 16 XI IPA 2 107 94 95 95 94,7 17 XI IPA 3 93 82 78 78 79,2 18 X-3 92 81 82 78 80,3 19 XI IPA 1 124 81 80 77 79,2 20 XI IPA 1 110 89 86 80 85,0 21 XI IPA 2 116 84 96 77 85,5 22 X-4 95 85 78 80 81,0 23 X-6 97 84 80 78 80,5 24 XI IPA 1 110 89 92 80 87,0 25 X-5 103 80 78 75 77,7 26 XI IPS 2 96 93 96 93 94,0 27 XI IPA 3 112 80 78 77 78,3 28 XI IPA 1 110 80 80 77 79,0 29 X-6 121 83 80 76 79,7 30 XI IPA 3 94 81 80 77 79,3 31 XI IPA 1 101 81 82 76 79,7 32 XI IPA 2 99 86 90 90 88,7
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
53
Nomor Responden Kelas Berpikir
Kreatif (CQ) Perilaku Kreatif
Pelastik Kertas Kompos Rata-rata 33 XI IPA 1 109 93 95 93 93,7 34 XI IPA 3 92 89 88 90 89,0
Rerata 105,85 84,72 84,97 80,85 83,51 SD 10,33 4,35 5,99 6,46 5,28 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, data tersebut selanjutnya dilakukan analisis statistik
dengan menggunakan bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung
koefisien korelasi Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil
analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 adalah cuplikan dari lampiran 5.2. Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat
dilihat bahwa terdapat korealasi negatif sebesar -0,024 antara berpikir kreatif dan
perilaku kreatif (Rata2) dalam mengelola sampah. Hal ini berarti jika berpikir kreatif
tinggi maka perilaku kreatif siswa rendah dalam hal mengelola sampah. Jika tarap
kesalahan ditetapkan α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p
berdasarkan hasil analisis statistik sebesar 0,895. Karena p>α (0,895>0,05), maka H0
diterima dan H1
Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif
ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara berpikir kreatif dan
perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan.
Perilaku Kreatif
Pelastik Kertas Kompos Rata2
Berpikir
Kreatif (CQ)
Pearson Correlation -.030 .070 -.109 -.024
Sig. (2-tailed) .867 .696 .538 .895
N 34 34 34 34
Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara berpikir kreatif dengan perilaku
kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r2). Koefisien
determinasi yang didapat adalah 0,00058. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir
Lanjutan Tabel 4.11
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
54
kreatif memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan sampah sebesar 0,058%.
Artinya 99,42% perilaku kreatif mengelola sampah dipengaruhi oleh faktor lain.
Kecilnya nilai korelasi yang terjadi antara berpikir kreatif dan perilaku kreatif dalam
hal mengelola sampah, peneliti mencoba mengkonfirmasi pada guru pembimbing
KIR SMAN 12. Sebelum saya mengkonfirmasi atas apa yang ditemukan, guru
pembimbing langsung bertanya mengenai hasil yang diperoleh beberapa siswa yang
dianggapnya bagus ketika mengikuti KIR. Siswa yang ditanyakan adalah responden
nomor 8, 13, 26, 33. Beliau mengemukakan bahwa siswa-siswa tersebut berperan
aktif dalam KIR. Ketika mengetahui ada beberapa siswa yang ditanyakannya
memiliki nilai berpikir kreatif rendah beliau langsung bertanya, kenapa nilai
berpikirnya rendah padahal mereka sangat kreatif menurutnya.
Mendapatkan pernyataan yang dikemukakan pembimbing KIR, peneliti langsung
memeriksa nilai berpikir kreatif dan perilaku kreatif siswa yang didapatkan.
Berdasarkan penelusuran tersebut didapatkan bahwa terdapat siswa yang memiliki
nilai berpikir kreatif tinggi sedangkan perilaku kreatifnya rendah hal tersebut
ditemukan pada responden nomor 10, 11, 12, 14, 19, 20, 21, 24, 27, 28, dan 29.
Ditemukan juga siswa yang memiliki nilai perilaku kreatifnya rendah tetapi perilaku
kreatifnya tinggi. Responden tersebut adalah responden nomor 9, 26, dan 33.
Berdasarkan paparan guru pembimbing, peneliti mendapatkan informasi bahwa
responden nomor 13 yang memiliki nilai berpikir kreatif tertinggi mempunyai karya
yang menurutnya sangat kreatif. Responden nomor 13 membuat suatu karya
berbahan dasar rumput dan daun pisang diolah dengan menggunakan prinsip dan
sedikit perubahan langkah-langkah seperti membuat daur ulang kertas. Hasil dari
karya tersebut adalah berupa kertas berwarna hijau menyerupai karpet. Hasil karya
tersebut mendapatkan juara dan penghargaan dalam perlombaan.
Mendapat informasi tersebut, peneliti sependapat dengan apa yang dikemukakan
guru pembimbing bahwa karya yang dibuat oleh responden nomor 13 termasuk hasil
karya yang kreatif. Pada umunya orang lain menggunakan bahan sampah kertas
untuk membuat daur ulang kertas, tetapi responden 13 menggunakan bahan lain
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
55
sebagai bahan dasarnya. Jika melihat bahan dasar untuk membuat kertas yang berasal
dari kayu, hal tersebut dapat, difahami dan memungkinkan untuk dilakukan.
Jika hasil karya yang dibuat oleh responden 13 tersebut memiliki kualitas baik, maka
merupakan sebuah kabar gembira bagi pengelola sampah. Rumuput-rumput yang
tumbuh liar di pekarangan rumah yang dapat menggangu keindahan menjadi
bermanfaat karena dapat dibuat sesuatu yang berarti.
Berdasarkan hasil analisi statistik dan informasi yang didpatkan dari guru
pembimbing, hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Munandar yang mengatakan bahwa 1). Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu
memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif
tinggi diduga memiliki kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang
dilakukan bahwa siswa berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes
kreativitas termasuk memiliki prestasi dibawah kemapuan.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
57
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif siswa pada
pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya
pengaruh tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah
kurangnya sampel yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR
sehingga mereka belum terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar
sampah. Ketiga, instrument yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas
yang lemah sehingga tidak dapat mengukur apa yang akan diukur. Keempat,
ketidaktepatan pengukuran pengetahuan. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang
memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan
pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya.
2. Pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan
sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya pengaruh tersebut
disebabkan krena terdapat beberapa siswa yang memiliki nilai berpikir kreatif
tinggi tetapi perilaku kreatifnya rendah, dan sebaliknya. Kenyataan tersebut
sejalan dengan yang dikatakan Munandar (1999) yang mengatakan bahwa 1).
Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu memiliki kreativitas yang tinggi,
tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi diduga memiliki
kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang dilakukan bahwa siswa
berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes kreativitas termasuk
memiliki prestasi dibawah kemapuan
5.2 Saran 5.2.1 Bagi peneliti 1. Perlu dilakukan penelitian ulang untuk memastikan hubungan yang terjadi anatar
pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif pada perilaku kreatif
pengelolaan sampah. Penelitian ulang sebaiknya menggunakan instrument yang
benar-benar valid supaya dapat mengukur apa yang diukur.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
58
2. Untuk pengukuran perilaku kreatif sebaiknya dilakukan langsung pada hasil
karya yang dibuat siswa. Jika pengukuran perilaku kreatif tersebut berdasar dari
hasil penilaian guru dikhawatirkan indikator yang digunakan tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan dalam penelitian.
3. Hasil pengukuran kreativitas sangatlah subjektif, untuk itu dalam pengukuran
dan menginpretasikan hasilnya perlu didampingi oleh orang yang benar-benar
ahli sehingga subjektivitas dalam pengukuran dapat berkurang.
4. Untuk instrumen pengetahuan pengelolaan sampah, sebelum instrument disusun
sebaiknya pastikan untuk memiliki silabus pengelolaan sampah yang akan
diukur. Selanjutnya buat kisi-kisi sebaik mungkin untuk membuat item soal.
Item soal harus dibuat berdasarkan indikator dalam silabus dengan
memperhatikan kaidah-kaidah dalam pembuatan item soal untuk penelitian.
Instrument yang telah disusun selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas instrument. Untuk menguji validitas, sebaiknya tidak hanya
berdasarkan hitungan statistik saja, tetapi mintalah pendapat para ahli dibidang
pengelolaan sampah dan yang menekuni dalam hal pembuatan instrumen.
5. Penelitian ini sebaiknya dilakukan secara kerjasama antara yang menekuni
pengelolaan sampah, psikolog, dan pengajar. Ahli pengelolaan sampah bertugas
untuk memahami maslah lingkungan yang diakubatkan oleh sampah. Psikolog
bertugas menjaring data berpikir kreatif, perilaku kreatif, dan pengetahuan
pengelolaan sampah serta menganalisis lembar kuesioner yang didapatkan dari
siswa. Pengajar bertugas untuk memahami apa yang dirasakan oleh siswa.
Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan yang lebih mendalam.
6. Untuk pemilihan subjek, sebaiknya subjek yang digunakan lebih banyak supaya
kesimpulan yang dihasilkan bermakna.
5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta 1. Meningkatkan terus kreativitas anak didiknya dalam pengelolaan sampah.
dengan cara lebih meningkatkan lagi kebebasan yang diberikan pihak sekolah
pada siswanya untuk berkarya lebih banyak. Mengadakan lomba kreativitas
tentang sampah secara berjenjang, mulai dari tingkat kelas, kelas paralel,
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
59
sekolah, dst. Dengan demikian diharapkan kreativitas siswa dapat terbina dengan
baik.
2. Pengelolaan sampah sebaiknya tidak hanya diberlakukan pada siswa KIR dan
kelas X saja, juga diberlakukan bagi kelas XI dan XII sehingga lingkungan
sekolah menjadi bersih dan indah. Dengan demikian diharapkan sekolah menjadi
pembentukan karakter siswa dalam pengelolaan sampah khususnya dan menjaga
lingkungan pada umumnya.
3. Meningkatkan pendampingan pada siswa supaya dapat memasarkan hasil
karyanya.
4. Untuk mendukung penerapan UU No 32 tahun 2009 tentang PPLH sebaiknya
pengelolaan sampah tidak hanya diberikan bagi siswa KIR dan siswa kelas X
saja, tetapi diberikan juga pada kelas XI dan XII.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
61
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Baihaqi. 2008. Menggali Kreativitas Tenaga Didik. 7 hlm.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196212081988031-M.I.F_BAIHAQI/MIF_Makalah_disajikan/Mif_Forum_Ilmu_6/Makalah_Menggali_Kreativitas_TenagaDidik_MIF.pdf. 2 Juli 2010.
Campbell. 1986. Take The Road to Creativity and get off your dead end. Disadur
oleh Mangunhardjana. Kanisius. Yogyakarta. Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.
Alexandria, Virginia ASCD. de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. KAIFA, Bandung. Farida, W. 1999. Beberapa Faktor yang Behubungan Dengan Perilaku (Pengetahuan,
Sikap Praktek) Masyarakat dalam Mengelola Limbah Domestik di Wilayah Das Garang Semarang. Tesis, Universitas Diponegoro
Girl Tan (Editor). 2007. Creativity, a Handbook for Teachers. National Institute of
Education, Nanyang Technological University, Singapor Guilford, JP. 1965. “Intellectual Factors in Productive Thinking”. Dalam Ascher
dan Bish. Produktif Thinking in Education. Woshington DC: The Nasional Education Association & The Carnegie Cooperation of New York.
Hassoubah, Z. I. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Terj. Dari Developing
Creative & Critical Thingking Skill. Nuansa, Bandung. Hermawan dan Oman Roesman. 2008.Perilaku Pedagang Sayur dalam Mengelola
Kebersihan Lingkungan Hidup. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2 Hal. 186-192.
JICA. 2008. Statistik Persampahan Indonesia. Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, Jakarta. Karli, H. 2003. Head Hand Heart 3H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bina
Media Informasi, Bandung. Kasnodihardjo, at al. 1997. Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan
Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat. Depkes RI, Jakarta.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
62
Keraf, S dan Mikhael D. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Kanisius, Yogyakarta
Kirmato, D. 2010. Seminar Nasional : Keberlanjutan Jakarta Sebagai Ibu Kota
Negara dan Kota Pusat Pemerintahan. PSIL-UI, Jakarta. KLH. 2008. Panduan Praktis Pemilahan Smapah. KLH, Jakarta. Kominfomas JT. 2010. Tanpa Peran Masyarakat, Sampah Akan Tetap Jadi Masalah
Jaktim 2010. http://timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=210. 4 Juli 2011. Kurniawan, E. 2010. Pengelolaan Smapah di Indonesia.
http://www.iec.co.id/berita/pengelolaan-sampah-di-indonesia 4 Juli 2011 Krathwohl, DR. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. THEORY
INTO PRACTICE, Volume 41, Number 4. Maher, ML. Kathryn Merrick & Rob Saunders. 2009. Achieving Creative Behaviour
Using Curious Learning Agents, University of Sydney Miller. 2007. Living In The Environmen. Thomoson, Canada. --------. 2008. Environmental Science. Thomson, Canada Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Grasindo, Jakarta --------------- 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta, Jakarta. Mundiri. 1994. Logika. Rajawali Press, Jakarta. Notoatmodjo. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Pratoom, et. al. 2009. Exploring the interaction effect between constructive culture
and organizational knowledge management affecting creative behavior. European Journal of Management, 8 hlm. http://www.freepatentsonline.com/article/European-Journal-Management/208535114.html, 10 Desember 2010.
Rooijakkers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Gramedia, Jakarta. Ruseffendi, E. 1994 Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang non-Eksakta
Lainnya. Ikip Semarang Press, Semarang. Sembel, R. 2006. 7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif. Tersedia:
http://alexbudiyanto.web.id/?p=34. 08 September 2009)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
63
Semiawan, Conny R, et. al. 2002. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Shaughnessy, MF. 1998. An Interview with E. Paul Torrance: About Creativity.
Educational Psychology Review, Vol. 10, No. 4, 1998 Simpson, M. 2007. The Importance of Creativity on Our Global Society and in
Today’s Educational System. Baylor University. 18 hlm. http://www.wfate.org/papers/Power_and_Influence_of_the_Right_Brain.pdf, 12Mei 2010, pk. 18.30 WIB.
Soeryani M., R. Ahmad, R. Munir. 2008. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press, Jakarta. Solso, R. Otto HM, M Kimberly M. 2008. Psikologi kognitif. Terj. dari Cognitive
Psycology. Oleh Mikael Raharjanto dan Kristianto Batuadji. Erlangga, Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta,
Jakarta. Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar KebijakanPembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta Sugiono. 2003. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung. Supriadi, D. 1997. Kreativitas dalam Perkembangan Kebudayaan dan IPTEK.
Gramedia, Jakarta. Suriasumantri 1981. Logika Ilmu Nalar. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Syamsudin, A. 2002. Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Trihadiningrum, Y. 2010. Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota
dalam Rangka Pencapaian Millennium Development Goals. Dalam MDGs. Kompas, Jakarta
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Numed, Yogyakarta Wijaya, C. 1996. PENDIDIKAN REMEDIAL. Sarana Pengembangan Mutu Sumber
Daya Manusia. Rosdakarya, Bandung. Yusuf, S. 2002. Pengantar Teori Kepribadian. Jurusan psikologi dan bimbingan FIP
UPI, Bandung
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 1
63
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif pada Perilaku Siwa dalam mengelola sampah. Untuk itu mohon agar dapat diisi apa adanya, sesuai dengan kemampuan, sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Hasil dari lembar kuesioner ini tidak dipublikasikan dan hanya digunakan untuk keperluan akademis. Atas kerja samanya, saya ucapkan terima kasih… I. Petunjuk pengisian: a. Bacalah dengan cermat dan teliti
setiap item dari pertanyaan berikut ini.
b. Berilah tanda (X) pada kolom lembar jawaban yang Anda anggap benar.
II. Pilihan Soal berganda 1. Sampah organik adalah …
a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup
b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup
c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup
d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar
2. Sampah an-organik adalah …
a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup
b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup
c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup
d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar
3. Prinsip reused adalah menggunakan
kembali … a. barang-barang bekas tidak layak
pakai b. barang-barang bekas layak pakai
c. barang-barang yang sudah dibuang d. barang-barang yang sudah tidak
memiliki nilai 4. Prinsip reduced adalah mengurangi
sampah dengan cara … a. mengganti barang-barang tidak
layak pakai b. membeli barang-barang berkualitas
baik c. membeli keranjang belanja ketika
berbelanja d. membawa keranjang belanja ketika
berbelanja
5. Prinsip recycle adalah … a. menghancurkan barang bekas
untuk dibentuk kembali b. menghancurkan sampah untuk
dibentuk kembali c. menghancurkan barang bekas
supaya mudah terurai d. menghancurkan sampah supaya
mudah terurai 6. Pernyataan manakah yang paling
tepat dalam menggambarkan prinsip reduced? a. membakar sampah di tempat
terbuka b. menimbun sampah di lahan kosong c. membeli jajanan berkemasan
tradisional d. memakan baso di warung baso
7. Manakah pernyataan berikut yang
benar … a. Sampah organik pengelolaannya
lebih susah dari sampah an-organik b. Sampah an-organik
pengelolaannya lebih susah dari sampah organik
c. Sampah organik dan sampah an-organik sama-sama mudah terurai
d. Sampah organik dan sampah an-organik dihasilkan dari makhluk hidup
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 1
64
8. Dalam aksinya di panggung musik, Kelompok musik Klanting menggunakan perabot dapur bekas sebagai alat musiknya. Sebetulnya klanting telah menerapkan prinsip 3R, yaitu…. a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi
9. Jajanan manakah yang berpotensi
menimbulkan sampah paling sedikit ? a. Ayam goreng c. Soto ceker b. Sate d. Bakpau
10. Manakah produk berikut yang
dihasilkan dari proses daur ulang ? a. Kertas - Bubur kertas - Kertas b. Kulit pisang - pakan ternak -
Pupuk kandang c. Sampah sayur - Fermentasi -
Pupuk kompos d. Ember cat - cuci - Penampungan
air
11. Unsur-unsur manakah di bawah ini yang menyusun molekul sampah organik? a. C, H c. C, H, N b. C, H, O d. N, H
12. Berusaha untuk tidak membeli
jajanan dalam kemasan plastik merupakan prinsip … a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi
13. Gas yang dihasilkan dari biogas yang
kegunaannya setara dengan Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah ... a. karbon dioksida (CO2b. Karbon monoksida (CO)
)
c. metana (CH4d. hidrogrn (H
) 2
)
14. Cara pengelolaan sampah organik yang tepat adalah dengan cara … a. Komposting c. Penimbunan b. Pembakaran d. Daur ulang
15. Jajanan yang berpotensi
menimbulkan sampah paling Banyak adalah … a. ayam goreng c. soto ceker b. sate d. Bakpau
16. Penggunakan kembali pakaian kalian yang sudah tidak cukup untuk dijadikan lap atau keset, sebenarnya menerapkan prinsip ... a. reuse c. recycle b. reduce d. Reabsorpsi
III. Pilihan Benar atau Salah. 17. Untuk mempermudah dalam
pembuatan bubur kertas, kertas disobek kecil-kecil dan direndam selama satu malam sebelum diblender. a. Benar b. Salah
18. Reduced adalah mengurangi timbulan sampah dengan cara dibakar…. a. Benar b. Salah
19. Limbah kayu tidak termasuk sampah
organik a. Benar b. Salah
20. Sampah organik yang mengandung
banyak air (sampah basah) lebih mudah terurai dibanding sampah organik yang mengandung sedikit air (sampah kering). a. Benar b. Salah
21. Semua zat organik jika terurai akan
menjadi zat anorganik a. Benar b. Salah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 12 JAKARTA Jl.Pertanian Klender – Jakarta Timur. Telp. 021 - 8615180
SILABUS
Nama Sekolah : SMA N egeri 12 Jakarta Mata Pelajaran : Muatan Lokal (Lingkungan Hidup ) Kelas/Program : X Semester : 1 Alokasi : 12 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 1. Memahami tentang lingkungan hidup
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
1.1 Mendeskripsikan
masalah lingkungan hidup
Lingkungan Hidup • Merupakan sistem
kehidupan dengan semua benda
• Permasalahan lingkungan seperti sampah, banjir, pemanasan global dan polusi
• Penyebab masalah lingkungan karena aktifitas manusia
• Solusi masalah lingkungan, pembinaan
• Pengertian lingkungan hidup
• Mendeskripsikan secara kelompok permasalahan - permasalahan lingkungan
• Penyebab munculnya
permasalah lingkungan yang ada
• Memberikan pendapat atau
contoh masalah lingkungan berikut solusinya
• Menjelaskan pengertian lingkungan hidup
• Menjelaskan permasalahan-permasalahan lingkungan
• Mendeskripsikan
penyebab masalah lingkungan
• Memberikan pendapat
contoh masalah lingkungan
Jenis Tagihan: Performansi, Tugas kelompok, Ulangan Bentuk Tagihan: Pengamatan sikap, Uraian, Pilihan
4 X 45 ‘
Sumber: Pendidikan lingkungan hidup depdiknas
F.PM.KUR.02.L5.0
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
dan penyuluhan, pengawasan terhadap pembuangan limbah
• Mendeskripsikan pemecahan masalah lingkungan yang sedang berlangsung di muka bumi ini
ganda,
1.2 Menjelaskan tujuan
pengelolaan lingkungan hidup
Sadar bahwa dalam hidup dan kehidupan sangat tergantung kepada faktor-faktor yang ada di dalam dan di lingkungan sekitar Lingkungan Bersih • Sampah berada pada
tempatnya • Menanam pohon • Menata tanaman • Saluran air lancar • Hemat pemakaian air • Hemat pemakaian energi Manfaat • Kadar O2 tinggi, CO2
terserap tumbuhan melalui proses Fotosintesis, sarang nyamuk hilang dan bebas polusi
• Menggali informasi difinisi
Pengelolaan lingkungan hidup
• Mendeskripsikan manfaat
yang dapat dirasakan dari lingkungan bersih
• Menjelaskan pengertian
pengelolaan lingkungan • Memberikan contoh cara
pemgelolaan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat
• Menjelaskan manfaat
yang didapat dari pengelolaan lingkungan
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, performans, ulangan. Bentuk pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
2 X 45’
Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas
1.3 Melakukan pengelolaan lingkungan dilokasi
• Merencanakan aksi bersih • Merencanakan aksi
penghijauan
• Membuat rencana aksi bersih dikelas
• Mendiskusikan alat apa
• Menyiapkan alat-alat kebersihan kelas
Jenis tagihan: Tugas
6x 45’ Sumber: Acuan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
sekitar • Kriteria bersih adalah bebas dari sampah dan debu dalam kelas tanpa ada coret-coretan
• Penanaman pohon adalah suatu cara untuk penghijauan dan penyejuk lingkungan
• Pohon adalah mahluk hidup yang perlu di rawat dan di jaga
saja yang akan dipakai • Pembagian tugas
berdasarkan kelompok menyapu, bersihkan kaca, bersihkan meja, tembok, ac dan papan tulis
• Penataan asesoris ruangan berupa gambar-gambar, jam dinding, papan pengumuman, letak OHP dan lemari
• Setiap siswa wajib menanam satu pohon untuk penghijauan di sekitar sekolah
• Membersihkan kelas • Melakukan penataan kelas • Melakukan penanaman
pohon di lingkungan sekolah
• Melakukan perawatan
dan penyiraman pohon
kelompok, performans, ulangan. Bentuk instrumen: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, pilihan ganda,
Pendidikan lingkungan hidup depdiknas
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
SILABUS
Nama sekolah : SMA N 12 Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 1 Alokasi waktu : 10 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 2. Memahami tehnik pengelolaan limbah padat
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
2.1. Pemilahan
Sampah (limbah padat)
• Berdasarkan sumbernya sampah
(limbah padat) terdapat disetiap tempat dimana mahluk hidup mengadakan aktifitas
• Limbah padat berdasarkan jenisnya terdiri dari sampah organik (daun), sampah anorganik (plastik, karet, kaca),dan sampah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun)
• Sampah dapat menimbulkan masalah lingkungan
• Sampah dapat dikelola
• Mendiskusikan pengertian
sampah, sumber sampah dan jenis sampah
Unjuk kerja • melakukan pemilahan
sampah • membuat tabel
penghitungan jenis sampah • membuat laporan • Mendiskusikan masalah
sampah yang di buang sembarangan
• Mendiskusikan pengertian
sampak • Melakukan pemilahan
sampah organik dan anorganik
• Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan sekolah
• Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian dari sampah yang di buang sembarangan
Jenis tagihan: Tugas kelompok, ulangan. Bentuk tagihan: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, uraian.
4 X 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup Depdiknas Alat: Tong sampah
2.2. Pengelolaan limbah organik dan anorganik
Limbah padat anorganik sulit untuk diuraikan alam, untuk mengurangi jumlah sampah maka perlu dilakukan proses 3 R (Recycle, Reuse, Reduce)
• Merancang dan melakukan
pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada disekolah
• Melakukan percobaan Recycle dari sampah organik
• Membuat produk daur
ulang limbah padat anorganik yang bermanfaat
• Mendaur ulang kertas
Jenis tagihan: Tugas Kelompok, Tugas Individu, Performans, ulangan.
6 x 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
Mendaur ulang kertas pembuatan kompos dari daun-daun kering dan basah, serbuk gergaji, dedak dan Bioaktifator berupa EM4
• Mengolah sampah organik menjadi kompos
Bentuk instrumen Produk, Tes unjuk kerja, Tes sikap, Uraian, pilihan ganda
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 12 Jakarta Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Alokasi waktu : 10 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 3. Pengelolaan sumber daya air dan limbah cair
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
3.1. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sumber daya air
AIR • Air yang berada dimuka
bumi 97% air laut • 2% gunung es • 0,75% air tawar • 0,25% penguapan
Pemanfaatan air • Minum, makan • MCK • Transfortasi • Industri • Rekreasi • Perairan • Pertanian Konservasi air Konservasi air adalah menjaga kwalitas air
• Melakukan studi Pustaka
tentang sumber daya air, upaya konservasi
• Mendiskusikan Jumlah air bersih yang dimanfaatkan setiap hari dibandingkan dengan ketersediaan air bersih dimuka bumi
• Mendiskusikan fungsi dan manfaat air
• Merancang pemanfaatan
air yang sudah tercemar • Melakukan percobaan
dari hasil rancangan mengenai penjernihan air yang tercemar dapat dimanfaatkan kembali
• Mengenali upaya-
upaya pemanfaatan sumber daya air
• Menjelaskan upaya-
upaya konservasi sumber daya air yang dapat dilakukan oleh manusia
• Merancang proses
pemanfaatan air yang sudah tecemar
• Melakukan upaya
penjernihan air tercemar
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, Tugas Individu,, Ulangan, Performans Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap
4 X 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Botol plastik Sabut kelapa Pasir,batu,kerikil arang
3.2 . Mendeskripsikan konsep melestarikan persediaan air tanah
Ait tanah adalah air tawar yang berada dalam tanah hasil penyerapan dari air
• Mendiskusikan mengenai siklus air
• Mendiskusikan tentang
• Menjelaskan siklus air • Menjelaskan manfaat
sumur resapan dan
Jenis Tagihan: Tugas kelompok,
4 x 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
hujan yang dapat disimpan dilapisan tanah untuk kehidupan mahluk hidup
upaya persediaan air tanah bagi kehidupan
• Mendiskusikan manfaat sumur resapan dan biopori
• Melakukan percobaan biopori di lingkungan sekolah
biopori • Melakukan percobaab
membuat lubang biopori di lingkungan sekolah
Tugas Individu,, Ulangan, Performans Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap
depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Contoh sumur resapan Alat biopori
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
SILABUS Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Waktu : 4 jam pelajaran Standar Kompetensi: : 4. Pencemaran Udara
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
4.1.Mengkomunikasikan
Terjadinya pencemaran udara
Udara
• Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan atmosfir
• Dalam keadaan bersih
uadar didominasi oleh jenis gas : Nitrogen (N2) 77,5 % Oksigen (O2) = 20,94% Argon (Ar) = 0,93%
Karbon dioksida (CO2) = 0,032%
Akibat pencemaran udara terjadi global worming, efek rumah kaca dan hujan asan
• Mendiskusikan secara
kelompok definisi udara • Mendiskusikan kandungan
gas dalam atmosfir dalam keadaan normal dan tidak normal
• Upaya penanggulangan
pencemaran udara • Membuat laporan hasil
diskusi
• Menjelaskan defini udara • Menjelaskan kandungan
gas yang ada di atmosfir • Memjelaskan macam
dan penyebab pencemaran udara dan penanggulangannya
• Menjelaskan bahaya
pencemaran udara bagi kehidupan
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan. Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
4 X 45’
Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
SILABUS Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Waktu : 6 Jam pelajaran Standar Kompetensi: : 5 Hemat Energi
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
5.1.Mengkomunikasikan
upaya-upaya hemat energi
Energi
• Energi adalah daya yang tidak dapat dikreasi maupun dihilangkan tetapi dapat berubah bentuk
• Energi pemakaiannya
harus dihemat dengan melakukan konservasi energi penggunaan sehari-hari
• Mendiskusikan secara
kelompok definisi energi sumber energi
• Sumber energi • Upaya penghematan
energi dan cara memperoleh energi alternatif
• Membuat laporan hasil
diskusi
• Menjelaskan defini hemat
energi • Menjelaskan upaya –
upaya penghematan energi
• Antusias terhadap upaya-
upaya penghematan energi
• Membuat energi alternatif
secara sederhana
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan. Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
4 X 45’
Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta berbagai bukti pemakaian listrik
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
Jakarta,12 Juli 2010 Mengetahui Kepala SMA Negeri 12 Jakarta Penyusun Guru mata pelajaran Lingkungan Hidup Drs.H. Jahidin, M.Pd Dra.Hj.Teti Suryati NIP : 131 680 585 NIP : 131773687
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 3
75
Hasil uji coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah
SEBARAN ITEM INSTRUMEN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH
NO Indikator JENJANG Jumlah C-1 C-2 1 Sampah Organik 1, 16, 21 6, 11, 22, 27 7 Item 2 Sampah An-Organik 2, 30, 29 7, 12, 20, 23 7 Item 3 Reused 3, 19, 24 8, 13, 18, 25 7 Item 4 Reduced 4, 17, 27 9, 14, 5 Item 5 Recycle 5, 26 10, 15 4 Item Jumlah 13 Item 17 Item 30 Item
Item-Total Statistics
Nomor Soal Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 17.6000 21.095 .497 .781 VAR00002 17.3500 21.924 .462 .785 VAR00003 17.4500 21.418 .493 .782 VAR00004 17.5500 21.103 .512 .781 VAR00005 17.5500 21.629 .390 .787 VAR00006 17.9000 21.568 .424 .785 VAR00007 17.9500 20.471 .740 .771 VAR00008 18.1500 24.345 -.341 .807 VAR00009 18.0000 21.684 .468 .784 VAR00010 18.0000 22.105 .355 .789 VAR00011 17.8000 21.853 .327 .790 VAR00012 17.3500 23.292 .061 .800 VAR00013 17.3000 22.432 .383 .789 VAR00014 17.4500 21.839 .387 .787 VAR00015 17.4500 21.945 .360 .788 VAR00016 17.7000 21.800 .330 .790 VAR00017 17.2500 23.039 .257 .794 VAR00018 17.9000 26.305 -.598 .830 VAR00019 17.6000 21.832 .332 .790 VAR00020 17.5000 23.000 .093 .801 VAR00021 17.9500 23.208 .055 .802 VAR00022 17.4000 22.779 .177 .796 VAR00023 17.5000 22.263 .261 .793 VAR00024 17.3500 21.924 .462 .785 VAR00025 17.9000 23.147 .060 .802 VAR00026 17.3000 22.642 .309 .791 VAR00027 17.4500 21.524 .466 .784 VAR00028 17.3500 22.239 .367 .789 VAR00029 17.5000 20.789 .614 .776 VAR00030 17.3000 22.221 .457 .787 0,00 – 0,19 = 7 0,20 – 0,39 = 12 0,40 – 0,59 = 9 0,60 – 0,79 = 2 0,80 – 0,99 = 0 (Sangat rendah) (Rendah) (Sedang) (Tinggi) (Sangat Tinggi)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 3
76
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.797 30
Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen No
Resp. Nomor Soal Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 4 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 16 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 14 6 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 17 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 25 8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 9 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12
10 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 11 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 18 12 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12 13 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 14 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19 15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25 17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 10 19 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 12 20 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17
JML 12 17 15 13 13 6 5 1 4 4 8 17 18 15 15 10 19 6 12 14 5 16 14 17 6 18 15 17 14 18 364
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 4
Lampiran 4.1 Data Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah KIR SMAN 12 Jakarta
No Responden
Nomor Soal Jumlah % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 10 47,62 Rendah 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 3 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 14 66,67 Sedang 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 76,19 Sedang 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 6 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 8 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13 61,90 Rendah 9 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang
10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 71,43 Sedang 11 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 57,14 Rendah 12 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 13 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 14 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 76,19 Sedang 15 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 13 61,90 Rendah 16 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 17 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 18 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 76,19 Sedang 19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 20 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 66,67 Sedang 21 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13 61,90 Rendah 22 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 23 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 12 57,14 Rendah 24 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 25 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 9 42,86 Rendah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 4
No Responden
Nomor Soal Jumlah % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 26 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 27 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 28 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 29 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 30 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 31 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 33 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 34 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi
Jumlah 18 24 18 27 21 14 21 29 25 24 12 32 23 26 20 28 33 31 24 32 31 537
Rata-Rata 15,088 71,85 SD 2,2746 10,83
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 4
Lampiran 4.2 Sebaran Jawaban Siswa pada Setiap Item Soal Pengetahuan Sampah Organik dan An Organik
No Responden
Nomor Soal 1 2 7 8 12 20 21 22
A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B A B A B 1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1 3
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1 1
1 5 1
1
1
1
1
1 1
1
6
1
1
1
1
1
1 1
1 7
1
1
1
1
1
1 1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1 9
1
1
1
1
1
1 1
1
10 1
1
1
1
1
1
1
1 11
1
1
1
1
1
1 1
1
12 1
1
1
1
1
1 1
1 13 1
1
1
1
1
1 1
1
14 1
1
1
1
1
1
1
1 15
1
1
1
1
1
1 1
1
16 1
1
1
1
1
1 1
1 17
1
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1 1
1 19
1
1
1
1
1
1 1
1
20 1
1
1
1
1
1
1
1 21 1
1
1
1
1
1 1
1
22
1
1
1
1
1
1
1
1 23 1
1
1
1
1
1
1
1
24 1
1
1
1
1
1 1
1
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 4
No Responden
Nomor Soal 1 2 7 8 12 20 21 22
A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B A B A B 25 1
1
1
1
1 1
1
26 1
1
1
1
1
1 1
1 27 1
1
1
1
1
1 1
1
28
1
1
1
1
1
1 1
1 29
1
1
1
1
1
1 1
1
30
1
1
1
1
1
1 1
1 31 1
1
1
1
1
1 1
1
32
1
1
1
1
1
1 1
1 33
1
1
1
1
1
1 1
1
34 1
1
1
1
1
1 1
1 Jumlah 16 18 1 0 1 9 24 0 19 13 0 2 2 21 0 11 2 12 15 5 10 24 32 2 2 31 Presentase 47 53 2,9 0 2,9 26 71 0 56 38 0 5,9 5,9 62 0 32 5,9 35 44 15 29 71 94 5,9 5,9 91
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 5.1 Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah
Pemilahan Reduced Reused Recycle jumlah Pelastik Kertas Kompos Rata2
Pemilahan Pearson Correlation 1 -.185 -.068 .132 .565** -.014 .044 .158 .065
Sig. (2-tailed) .295 .702 .456 .000 .938 .806 .372 .716
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Reduced Pearson Correlation -.185 1 .086 .007 .409* .337 .443** .187 .339*
Sig. (2-tailed) .295 .630 .968 .016 .052 .009 .289 .050
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Reused Pearson Correlation -.068 .086 1 .215 .568** .178 .082 .184 .164
Sig. (2-tailed) .702 .630 .221 .000 .314 .645 .297 .353
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Recycle Pearson Correlation .132 .007 .215 1 .495** -.121 -.268 -.038 -.144
Sig. (2-tailed) .456 .968 .221 .003 .495 .126 .829 .417
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
jumlah Pearson Correlation .565** .409* .568** .495** 1 .208 .205 .275 .247
Sig. (2-tailed) .000 .016 .000 .003 .237 .245 .115 .160
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Pelastik Pearson Correlation -.014 .337 .178 -.121 .208 1 .842** .900** .957**
Sig. (2-tailed) .938 .052 .314 .495 .237 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Kertas Pearson Correlation .044 .443** .082 -.268 .205 .842** 1 .777** .930**
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah Pemilahan Reduced Reused Recycle jumlah Pelastik Kertas Kompos Rata2
Sig. (2-tailed) .806 .009 .645 .126 .245 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Kompos Pearson Correlation .158 .187 .184 -.038 .275 .900** .777** 1 .944**
Sig. (2-tailed) .372 .289 .297 .829 .115 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Rata2 Pearson Correlation .065 .339* .164 -.144 .247 .957** .930** .944** 1
Sig. (2-tailed) .716 .050 .353 .417 .160 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 5.2 Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah
CQ Pelastik Kertas Kompos Rata2
CQ Pearson Correlation 1 -.030 .070 -.109 -.024
Sig. (2-tailed) .867 .696 .538 .895
N 34 34 34 34 34
Pelastik Pearson Correlation -.030 1 .842** .900** .957**
Sig. (2-tailed) .867 .000 .000 .000
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah
CQ Pelastik Kertas Kompos Rata2
N 34 34 34 34 34
Kertas Pearson Correlation .070 .842** 1 .777** .930**
Sig. (2-tailed) .696 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Kompos Pearson Correlation -.109 .900** .777** 1 .944**
Sig. (2-tailed) .538 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
Rata2 Pearson Correlation -.024 .957** .930** .944** 1
Sig. (2-tailed) .895 .000 .000 .000
N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.