HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga...

99
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA With a Summary in English The Relationship Of Trash Management Knowledge And Creative Thinking with Creative Behavior Of Students In Trash Management In The SMAN 12 Jakarta TESIS Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA, JULI, 2011 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga...

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA

PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA

With a Summary in English The Relationship Of Trash Management Knowledge And Creative Thinking with Creative

Behavior Of Students In Trash Management In The SMAN 12

Jakarta TESIS

Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA, JULI, 2011

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA

PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar

MAGISTER DALAM ILMU LINGKUNGAN

TESIS

Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA

JAKARTA, JULI, 2011

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutif mapupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Tanda Tangan : Tanggal : 11 Juli 2011

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

i

HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh : Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Program Studi : Ilmu Lingkungan Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir

Kreatif dengan Perilaku Kreatif pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan pada Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua Sidang : Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH ( )

Sekretaris : Dr. Suyud Warno Utomo, M.Si ( )

Pembimbing I : Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si ( )

Pembimbing II : Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi ( )

Penguji Ahli : Prof. Dr. Rukaesih Achmad, M.Si ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 11 Juli 2011

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

BIODATA PENULIS Nama dan Gelar

Tempat, Tgl Lahir

Status Perkawinan

Alamat Terakhir

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Kerja

:

:

:

:

:

:

Yoga Maryanto Abdullah, S. Pd.

Sukabumi, 13 Maret 1984

Menikah

Kompleks Polri Jatirangga Apartemen L Lantai I kamar 2, Kota

Bekasi.

1. MAN Surade, Program IPA

2. Universitas Pendidikan Indonesia, Pendidikan Biologi

2007-2008, Pengajar Biologi di MAN Surade, Sukabumi

2009-2010, Pengajar Biologi dan Matematika di Yellow Jacket

2010-2011, Pengajar Biologi di Ganesha Operation

2011-Sekarang, Tenaga Pembantu di Kemendiknas PPTK DIKDAS

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766 Program Studi : Ilmu Lingkungan Fakultas : Program Pascasarjana Jenis karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 11 Juli 2011.

Yang menyatakan

Yoga Maryanto Abdullah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

i

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kekuatan

dan kesehatan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam

penulis curahkan pada nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memberi

penerangan tehadap kehidupan dibumi, serta pada para sohabat, dan alim ulama yang

telah menyampaikan cahaya kebenaran dari Rasulullah kepada kita semua.

Dengan telah selesainya penulisan tesis ini penulis sampaikan ungkapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dan adik-

adiku tersayang yang tiada henti mendo’akan dan selalu mencurahkan kasih sayang

yang tulus tanpa henti-hentinya. Semoga persembahan ini dapat menjadi satu bukti

bahwa kasih sayang dan rasa cinta yang diberikan tidak pernah tersiakan.

Selain itu dengan kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis haturkan terimakasih yang

tidak terhingga kepada:

1. Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si dan Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi selaku

dosen pembimbing tesis yang telah menyediakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran

untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;

2. Staf pengajar dan siswa-siswi SMAN 12 Jakarta yang telah banyak membantu dalam

usaha memperoleh data penelitian;

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia yang

telah mendidik dan memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama perkuliahan;

4. Staf sekretariat Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia atas

kelancaran administrasi yang diberikan;

5. Sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis

ini;

Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang dilakukan dan menjadikan amal baik

disisi-Nya. (Jazakallohu khoiron katsiro….) Amin.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pengelolaan

sampah dan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode sampling yang

digunakan adalah non random sampling dengan teknik sampling insidental. Sampel

yang digunakan sebanyak 34 orang siswa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 12

Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari 3 kategori, pertama

kemampuan berpikir kreatif setiap siswa dijaring menggunakan Tes Kreativitas

Figural (TKF) dari Torance. Kedua, data pengetahuan tentang pengelolaan sampah di

jaring menggunakan tes pilihan berganda (multiple choice). Ketiga, data perilaku

kreatif didapatkan dari guru Pembimbing KIR, nilai tersebut adalah nilai

keterampilan siswa dalam hal membuat keterampilan berbahan dasar sampah.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan

sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan

tidak signifikan. Kedua, hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada

pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.

Kata Kunci: Pengetahuan Pengelolaan Sampah, berpikir kreatif, Perilaku Kreatif,

Pengelolaan Sampah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Abstract

This study aimed analyzing the relationship of trash management knowledge and creative thinking with creative behavior. The research method was quantitative method. The sampling method used was non-random sampling with saturated sampling techniques. The number of samples that had been used in this study was 34 high school students who are registered as the members of Trash Management Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The data collected in this research include 3 categories. First, students’ creative thinking abilities were tested using figural creativity tests from Torance. Second, the data about trash management knowledge were tested using multiple-choice tests. Third, creative behavioral data related to the value of students’ trash management skills were obtained from the teacher of Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The conclusions of this study

are, The first relationship of trash management knowledge with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant.

Key words: knowledge, creative thinking, creative behaviour, trash management

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

vi

RINGKASAN

Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia

Tesis Juli 2011 Nama : Yoga Maryanto A Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir

Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta

Jumlah Halaman : halaman permulaan xii, halaman isi 85, gambar 4, dan tabel 19.

Isi Ringkasan. Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional. Sedangkan di Pulau Jawa saja baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008). Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2% per hari atau sekitar 540 m3/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan.

Sampah yang tidak tertangani oleh pemerintah pada umumnya masyarakat membuangnya secara tradisional. Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%), dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta.

Upaya untuk mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52). Hanya saja penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang, karena akan menyangkut nilai, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat (Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk membentuk pola perilaku yang relatif menetap.

Perilaku menurut Bloom (1956) adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

vii

Oman Roesman (2008) dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan perilaku membuang sampah.

Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah.

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH). Silabus PLH yang digunakan di sekolah tersebut, termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah.

Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan tersebut Torrance (dalam Shaughnessy, 1998) memandangnya sebagai kreativitas. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61).

Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007 masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009). Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu, belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah terhadap Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta, kedua menganalisis pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa KIR SMAN 12 Jakarta. Sampel penelitian diambil berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik insidental, Artinya siswa yang ada dan bersedia saja yang dijadikan sampel. Untuk data penelitian data pengetahuan dijaring menggunakan tes pilihan berganda, berpikir kreatif dengan Tes

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

viii

Kemampuan Figural (TKF), dan perilaku kreatif diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh dari guru pembimbing KIR.

Kesimpulan yang didapatkan adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Kedua, Hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.

Daftar Kepustakaan : 47 (dari tahun 1965 sampai tahun 2010)

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

vii

SUMMARY

Environmental Science Program Graduate Program University of Indonesia

Thesis in July 2011 Name : Yoga Maryanto A Thesis title : The Relationship of Trash Management Knowledge and

Creative Thinking with Students’ Creative Behavior on Managing Solid Trash in SMAN 12 Jakarta

Number of Pages : start page xii, the contents page 85, figure 4 and table 19.

The Content of Summary Trash has become the environmental problem receives special attention from the societies. That is because the amount of the trash continues to increase with the increase of the number of population. To solve this problem, the Government has given a lot of efforts, but only the results are not yet optimal. The government only can handle 56% of the total trash from the population. In Java it was just served around 59% from the total population (JICA, 2008). In Jakarta the amount of trash that was not handled by the Government was only 2% per day or about 540 m3

Based on the fact in reality, despite the important factors that influence the behavior have been found in managing the trash, the trash still becomes a problem in everyday

/day (Kirmanto, 2010). Although it was just a few numbers but if it is untreated well, then it will cause many problems for the environment.

In general, the trash is not handled by the government but people traditionally throw it away. Padmi (in Trihadiningrum, 2010: 36) states that the trash which are not managed by the government are handled by the communities by burning (35%), burying (7.5%), composting (1.6%), and by other means (15,9%). These conditions still occur, including in Jakarta.

The efforts to reduce the trash generation can be done using the 3R principles, namely Recycle, Reuse, and Reduce. The 3R can reduce the trash as much as 68.3% (Trihadiningrum, 2010: 52). However, the application of 3R principles is not easy. In general the communities are difficult to change their habit. It takes a long process because it involves the values, perceptions, knowledge, and attitudes that have been attached to people's lives (Kasnodihardjo, at al., 1997). These results are in line with the result of the research of Wibowo (2009) which states that the society as a collective action against the trash that occurs continuously from day to day is a process to form a pattern of behavior that are relatively sedentary.

According to Bloom (1956) behaviour is a form of real action from the knowledge and attitudes. It is in line with the research of Farida (1999) which stated that the knowledge and attitudes have a positive relationship with behavior. Roesman Hermawan and Oman (2008) stated that knowledge has a positive relationship with the behavior of managing the trash.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

viii

life. Therefore, it shows that the knowledge of its influence on behavior is not optimal in managing the trash.

In this research, the research subjects were students of SMAN 12 East Jakarta who follow the extracurricular of Youth Scientific Group (Kelompok Ilmiah Remaja/ KIR). This selection was based on the consideration that, first, SMAN 12 Jakarta has a curriculum of Environmental Education Local Content (Mulok PLH). PLH syllabus used in this school includes the teaching of creativity for their students. The syllabus requires the students to design and to make useful products from the manufacture of inorganic trash in the school.

The efforts of students to learn various skills are viewed as creativity (Torrance in Shaughnessy, 1998). Many experts believe that creativity is the potential that is essentially owned by everyone, in various degrees (Semiawan, 2002:60-61).

Another reason of choosing KIR students in SMAN 12 Jakarta because they won the competition of trash management for four consecutive years since 2007. Based on many achievements that they had, we can see that the KIR students of SMAN 12 Jakarta have a good creative behavior. Creative behavior is the ability to generate new ideas to improve or develop work-owned (Pratoom, 2009). The idea is not always a new thing, but a combination of things that already existed before (Munandar, 1999: 47).

Based on the above, can be formulated in a formulation of research problems, not optimal effect of knowledge of waste management and creative thinking to creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta. The purpose of this study was to analyze the influence of waste management Knowledge of Creative Behavior on Waste Management student at SMAN 12 Jakarta, the second analyzes the effect of creative thinking on the creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta

The research method used is quantitative methods. Selection of the research done by purposive sampling technique, with the inclusion criteria of the school in which there were subjects of Environmental Education Local Content (Mulok PLH) and there are extracurricular Scientific Group Youth (KIR), who reviewed about waste management, and students are producing skills of trash. The population in this study were 34 students KIR SMAN 12 Jakarta. The samples are taken by non probability sampling approach, using the techniques incidentally, means that students who have just sampled. For research data using data captured knowledge multiple choice test, think creatively with figural Ability Test (TKF), and creative behavior gathered of students who value the skills gained from the supervising teacher KIR.

The results of this study are, first the relationship of knowledge of waste management with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant.

Resource Library : 47 (from 1965 to 2010)

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i ABSTRAK .......................................................................................................... ii RINGKASAN ..................................................................................................... iv SUMMARY ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7 2.1 Kerangka Teori......................................................................................... 7

2.1.1 Kreativitas ...................................................................................... 7 2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 17

2.2.Kerangka Pikir ......................................................................................... 24 2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah ......................................... 26 2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas ...................................................... 27

2.3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 27 2.4 Hipotesis ................................................................................................... 27

3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 29 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................................... 29 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 29 3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 29 3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 29 3.5 Data Penelitian ......................................................................................... 30 3.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 30 3.7 Pengolahan Data....................................................................................... 32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................................... 35

4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta ................................................................. 35 4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta .............................. 35

4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 36 4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah .......... 37

4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 37 4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah ............................................ 43 4.3.3 Pengeruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif ................................ 45

4.4 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif Mengelola Sampah ....... 50 4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................................... 50 4.4.2 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif ............................. 52

5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 57 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57 5.2 Saran ......................................................................................................... 57

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

x

5.2.1 Bagi Peneliti ................................................................................... 57 5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta .................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

xi

Daftar Gambar Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah terpadu .......................................................... 22 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ................................................................................ 25 Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel ............................................................... 27 Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta

Berdasarkan Kategori ..................................................................... 38 Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan

Kategori .......................................................................................... 45 Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ............... 51

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

xii

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif .............................................. 16 Tabel 2.2 SK Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat .............................. 21 Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Devinisi Operasional, Metode Pengukuran ............. 30 Tabel 3.2 Variable, Sumber Data, dan Jenis Data ................................................ 30 Tabel 3.3 Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............... 31 Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan

Pengelolaan Sampah ............................................................................ 31 Tabel 3.5 Tujuan Penelitian dan Metode Pengolahan Data .................................. 33 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan

Kategori ................................................................................................ 37 Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan

Indikator ............................................................................................... 38 Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik ................. 39 Tabel 4.4 Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah .................... 41 Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta .................................... 43 Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan

Kategori ................................................................................................ 44 Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan

Sampah ................................................................................................. 45 Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan

Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer .............................................................................................. 47

Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta ........................ 50 Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori .................. 51 Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12

Jakarta ................................................................................................... 52 Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif pada Perilaku Kreatif ......... 53

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

xiii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Instrumen Pengetahuan .............................................................. 65 LAMPIRAN 2 Silabus PLH ............................................................................... 67 LAMPIRAN 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................... 77 LAMPIRAN 4 Data pengetahuan Pengelolaan Sampah .................................... 77 LAMPIRAN 5 Hasil Analisis Statistik Korelasi ................................................ 81 LAMPIRAN 6 Surat KeteranganTelah Melakukan Penelitian ........................... 85

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus

berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat

seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah

berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya

mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional.

Sedangkan di Pulau Jawa baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008).

Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2%

per hari atau sekitar 540 m3

Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak

terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%),

dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut

sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta.

/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi

jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan.

Damapak dari pembuangan sampah yang tidak benar, menyebabkan timbulan sampah

menumpuk di berbagai tempat. Sampah tersebut memenuhi sepanjang aliran sungi-

sungi di Jakarta, menumpuk di pintu-pintu air, dan terdampar di sepanjang pesisir pantai

Jakarta dan kepulauan seribu. Akibatnya, perairan menjadi tercemar yang menyebabkan

populasi ikan menurun, pendapatan nelayan menurun, dan jumlah pariwisata juga ikut

menurun.

Dana 1,5 Milyar/tahun tidak cukup untuk menangani sampah di Jakarta (Trans7, 10 Juli

2011 Pkl 16:00-16:30). Padahal jika sampah tersebut dikelola akan mendatangkan

keuntungan yang melimpah. Berdasarkan studi yang dilakukan Trihadiningrum (2010)

di Yogyakarta dapat ditaksir nilai ekonomi sampah dapat mencapai Rp.

618.600.000/hari. Dengan menggunakan estimasi harga Pelastik Rp. 1500/Kg, kertas

Rp. 1000/Kg, Gelas/kaca Rp. 500/Kg, logam Rp. 4000/Kg, dan Kompos Rp. 750/Kg.

Jika estimasi tersebut dipakai untuk mengestimasi nilai ekonomi sampah Jakarta yang

menghasilkan sampah 6.594,72 ton/hari (Kurniawan, 2010), maka didapatkan nilai

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

2

ekonomi sebesar Rp. 3.297.360.000/hari (6.594,72 x 1000 x Rp.500) atau 1,18

triliun/tahun. Jumlah yang cukup banyak untuk meningkatkan kesejakteraan rakyat jika

pengelolaan sampah dilakukan dengan baik.

Berdasarkan hasil survey KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) bekerjasama dengan

JICA (Japan International Cooperation Agency). Pada umumnya masarakat tidak

melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang. Pemilahan sampah di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kualitas

sampah, membahayakan kesehatan pemulung, dan menyulitkan operasional dan

perawatan TPA (KLH, 2008: 7). Pemilahan sampah harus dilakukan sedini mungkin

dari sumbernya (Perumahan, kawasan komersil, dan lainnya).

Pemilahan sampah yang dilakukan di sumber sampah selanjutnya dikelola dengan

menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Recycle adalah mendaur

ulang sampah untuk dijadikan barang lain yang bermanfaat. Reuse adalah menggunakan

kembali barang-barang yang masih dapat digunakan. Reduce adalah mengurangi jumlah

sampah yang dihasilkan misalnya dengan membawa keranjang belanja ketika berbelanja

(Trihadiningrum, 1010: 44). Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi

sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52).

Penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit

untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya

diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang karena akan menyangkut nilai,

persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat

(Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian

Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap

sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk

membentuk pola perilaku yang relatif menetap.

Perilaku menurut Bloom adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan

sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya

menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan

perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan Oman Roesman (2008) dalam

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

3

hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif

dengan perilaku membuang sampah.

Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi

perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan

pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa yang menjadi subjek

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

Kemdiknas, 2010). Pengambilan subjek pada siswa dilakukan dengan harapan untuk

membentuk pola perilaku siswa yang tetap sesuai dengan apa yang diharpakan.

Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang

mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR

SMAN 12 Jakarta sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama

SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup

(Mulok PLH). Dalam silabus Mulok PLH terdapat materi pengelolaan sampah dengan

menggunakan prinsip 3R. Penerapan prinsip 3R dalam silabus SMAN 12 sudah

berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan siswa

memiliki pengalaman belajar yang lebih dibanding dengan pembelajaran yang berpusat

pada guru.

Jika melihat silabus Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang digunakan di SMAN 12

Jakarta, maka SMAN 12 termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya.

Hal tersebut ditunjukkan dengan rencana kegiatan pembelajaran yang tercantum di

dalam silabus PLH. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan

melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah.

Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan adalah salah satu upaya untuk

meningkatkan kreativitas. Kreativitasas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

4

baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang

diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan

gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:47).

Munandar menambahkan bahwa hanya dibutuhkan 1% inspirasi dan 99% adalah kerja

keras. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya

dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61).

Meskipun telah disetujui bahwa kreativitas adalah konsep yang luas dan majemuk

meliputi aspek kognitif dan non kognitif, tetapi penelitian yang membahas konsep ini

lebih banyak menekankan pada keterkaitan antara kreativitas dengan aspek kognitif

seperti inteligensi dan prestasi belajar (Munandar, 1999:35). Munandar juga

menambahkan bahwa untuk mengembangkan potensi kreatif, dibutuhkan usaha-usaha

mengembangkan aspek non kognitif. Salah satu aspek non kognitif tersebut adalah sifat-

sifat dalam kepribadian seseorang.

Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007

masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Tahun 2007

juara II lomba daur ulang sampah se JABODETABEK, Tahun 2008 Juara I kelompok

IPA Pemanfaatan Limbah Biji Mengkudu Menjadi Bioetanol, Tahun 2009 Juara III KIR

se Jawa, Tahun 2010 mendapat juara 2 Daur Ulang Sampah se JABODETABEK dan

juara 3 Teknologi Ramah Lingkungan se JABODETABEK.

Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh siswa KIR SMAN 12 dalam

pengelolaan sampah, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku

kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru

untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009).

Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan

gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47).

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu,

belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif

terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta. Dari

rumusan masalah tersebut, untuk memudahkan dalam pembahasannya, penulis

menguraikannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

5

a. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan sampah

dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta?

b. Apakah terdapat hubungan antar berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa

pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Menganalisis perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12

Jakarta

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis hubungan antara Pengetahuan Pengelolaan sampah dengan

Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta

2) Menganalisis hubungan antara berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa

pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi lembaga tempat penelitian, penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi

untuk terus meningkatkan kemampuan perilaku kreatif para anak didiknya dalam

hal mengelola sampah sehingga dengan demikian diharapkan pembangunan

berkelanjutan dapat terwujud.

b. Bagi Ilmu Lingkungan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk

pengembangan ilmu lingkungan dari aspek lingkungan sosialnya (Psikologi

Pendidikan) .

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian pembuktian,

lanjutan, maupun penelitian pengembangan.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori Dalam penulisan Tinjauan Pustaka ini untuk mempermudah dalam pemahaman,

maka akan dibagi kedalam 4 (empat) sub bab. Ke empat sub bab tersebut adalah sub

bab Kerangka Teori, Kerangka Berpikir, Kerangka Konsep, dan Hipotesis. Sub bab

kerangka teori memuat teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti sebagai

landasan dalam pembahasan. Sub konsep Kerangka berpikir berisi hasil elaborasi

peneliti berdasarkan teori yang peneliti gunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Sub konsep Kerangka konsep adalah berupa bagan yang menggambarkan

hubungan antar variabel yan digunakan dalam penelitian ini. Sub konsep Hipotesis

adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan

kerangka konsep yang ada.

2.1.1 Kreativitas Kreativitas dalam KBBI didefinisikan sebagai 1) kemampuan untuk mencipta; daya

cipta; 2) perihal berkreasi; kekreatifan, sedangkan menurut kamus Oxford kreativitas

didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide baru, berusaha

memunculkan pemikiran-pemikiran baru dan menemukan cara baru untuk

melakukan sesuatu. Munandar (1999: 47) mengemukakan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau

unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal

yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang

sudah ada sebelumnya. Munandar (2009:12) juga menambahkan bahwa kreativitas

muncul dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Seseorang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian

baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang

atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah bahwa kemampuan

kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Torrance (dalam Shaughnessy,

1998:443) mengatakan “….creativity is what I refer to as my survival definition:

When a person has no learned or practiced solution to a problem, some degree of

creativity is required” maksudanya kreativitas dapat didefinisikan sebagai bertahan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

8

hidup, seseorang yang tidak belajar atau menemukan pemecahan masalah yang

praktis, maka kreativitas sangat diperlukan. Solso et.al (2008: 444) mengatakan

bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan

yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang

pragmatis. Kreativitas juga sering didefinisikan sebagai kelancaran, orisinalitas dan

fleksibilitas berpikir, dan kemampuan untuk menghasilkan ide asli dan tidak kuno

(Munandar, 1999:88-90; Subramaniam dalam Girl Tan, 2007: 263). Berdasarkan

definisi kreativitas yang di kemukakan di atas, penelitian ini menggunakan definisi

kreativitas dari Torrance.

Amabile (dalam Munandar, 1999) mengemukakan bahwa definisi kreativitas dapat

dibedakan ke dalam definisi konsensual dan definisi konseptual. Definisi konsensual

menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat.

Menurutnya, suatu produk atau respon seseorang dikatakan kreatif apabila menurut

penilaian orang yang ahli atau pengamat yang memiliki kewenangan dalam bidang

itu bahwa produk itu kreatif. Secara konseptual, suatu produk dinilai kreatif apabila:

(a) bersifat baru, unik, berguna, benar atau bernilai jika dilihat dari segi kebutuhan

tertentu; (b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang belum pernah

atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya.

Baihaqi (2008:2) mengemukakan bahwa kreativitas didefinisikan secara berbeda-

beda, sehingga pengertian kreativitas bergantung kepada bagaimana orang

mendefinisikannya. Oleh karena itu tidak ada satu definisi-pun yang dianggap dapat

mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal tersebut disebabkan

karena kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang sulit, yang menimbulkan

berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan itu terletak pada definisi kreativitas,

kriteria prilaku kreatif, proses kreatif, hubungan kreativitas dan intelegensi,

karakteristik orang kreatif, dan upaya untuk mengembangkan kreativitas (Supriadi,

1997:6). Guilford (1950) juga mengemukakan bahwa kreativitas secara khusus

merupakan proses mental dan kreativitas juga tumpang tindih dengan kecerdasan dan

gaya kognitif (Guilford, 1950; Stenberg, 2001 dalam Simpson 2007:3). Baihaki juga

menambahkan bahwa tidak adanya kejelasan tentang definisi kreativitas disebabkan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

9

oleh dua alasan. Pertama, sebagai suatu konstruk hipotesis, kreativitas merupakan

ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional, mengundang berbagai

penafsiran yang beragam. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan

yang berbeda-beda, bergantung pada teori yang menjadi acuan pembuat definisi.

Berdasarkan penekanannya, definisi-definisi kreativitas dapat dibedakan kedalam

dimensi person, proses, press, dan produk, yang oleh Rhodes disebut sebagai “the

Four P’s of Creativity (Baihaqi,2008:2).

1) Definisi Person atau Pribadi Dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada

individu. Kreativitas menunjukkan kemampuan yang ditunjukkan oleh orang yang

kreatif yang menunjukkan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri

seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

2) Dimensi Process Dimensi proses kreativitas berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan

ide-ide unik. Munandar (1999:88-90) menerangkan bahwa kreativitas adalah

sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada

definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses

terbentuknya kreativitas sebagai berikut :

Wallas (dalam Solso, 2008:445; Muandar, 2009:39) dan Campbell (1986:18)

menjelaskan tentang tahap-tahap dalam proses kreativitas. Tahapan tersebut

terbagi kedalam lima tahap yaitu, tahap persiapan, Inkubasi, Iluminasi, Evaluasi,

dan revisi.

a) Tahap Persiapan Dalam masa persiapan seorang pemikir atau kreator memformulasikan

masalahnya dan mengumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk

memecahkan masalah. Terkadang meski sudah lama berkonsentrasi,

pemecahan masalah belum juga muncul dalam pikiran.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

10

b) Tahap Inkubasi Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang

dihadapinya tersebut berarti ia telah memasuki tahap inkubasi. Pada tahap ini,

ide-ide yang mencampuri dan mengganggu cenderung menghilang. Sementara

itu, pemikir mendapat pengalaman baru. Pengalaman tersebut dapat menambah

kunci bagi pemecahan masalah.

c) Tahap Iluminasi Pada periode ini pemikir memperoleh insight (pemahaman yang mendalam)

dari masalah yang sedang dihadapi.

d) Tahap Evaluasi Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah, tujuannya adalah untuk

menilai apakah pemecahan masalah tersebut sudah tepat. Seringkali

pemecahan masalah yang muncul tidak tepat, sehingga pemikir harus

memulainya kembali dari awal tahapan.

e) Tahap Revisi Apabila cara pemecahan tersebut sudah tepat atau mungkin masih memerlukan

penyesuaian dan perbaikan-perbaikan, maka tahap ini adalah tahap revisi, yaitu

perbaikan pemecahan masalah agar menjadi lebih tepat.

3) Dimensi Press Dimensi Press adalah faktor dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa

keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun

dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.

4) Dimensi Product Dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada

produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original

atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.

a. Pentingnya Kreativitas Munandar (1999:45-46) mengemukakan tentang pentingnya kreativitas bagi

seseorang. Untuk itu kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan. Pertama,

dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

11

salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, memungkinkan untuk

melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,

meupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian

dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif selain bermanfaat juga

dapat menimbulkan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas dapat

meningkatkan tarap kualitas kehidupannya kea rah yang lebih baik.

b. Perilaku Kreatif 1). Pengertian Perilaku Perliaku menurut KBBI adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang

atau lingkungan. Wawan & Dewi (2010:48) mengatakan bahwa perilaku adalah

respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati

dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.

Wawan & Dewi juga menambahkan bahwa perilaku merupakan kumpulan

berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi

individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan

biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang

bersangkutan. Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

(dalam Notoatmodjo, 2003). Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar.

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini

disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon (dalam Wawan &

Dewi 2010:50). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

dipelajari sebagai suatu respon atas adanya rangsang baik dari lingkungan maupun

dari dalam individu.

2). Pengelompokan Perilaku Skinner (1938) mengelompokan perilaku seseorang berdasarkan bentuk respon

terhadap stimulus menjadi dua kelompok, yaitu perilaku tertutup dan perilaku

terbuka (Yusuf, 2002). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

12

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati secara jelas. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati

atau dengan mudah dipelajari.

Notoatmodjo (1993) mengelompokan perilaku dalam bentuk operasional menjadi

tiga bentuk operasional. Ketiga kelompok tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan

tindakan konkrit. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui

situasi atau rangsangan dari luar. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan

batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan

berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Lingkungan

yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam

adalah lingkungan yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai

dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Lingkungan sosial adalah budaya yang

bersifat nonfisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat pada pembentukan

perilaku manusia. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni

berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Jenis

perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku dalam bentuk

tindakan konkrit sebagaimana yang dimasud oleh Notoatmodjo.

3). Perilaku Kreatif Maher (2009) mengatakan bahwa kreativitas yang sering dikaitkan dengan adanya

pemikiran yang surprise, kebaruan, dan memiliki nilai kegunaan tidak membantu

dalam pengembangan model yang baik untuk mencapai perilaku kreatif.

Kreativitas hanya membantu dalam hal mengidentifikasi seseorang yang kreatif

(Maher, 2009). Pratoom (2009) mendefinisikan perilaku kreatif sebagai

kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau

mengembangkan hasil karya yang dimiliki. Berdasarkan definisi perilaku kreatif

dari para ahli di atas, dalam penelitian ini perilaku kreatif didefinisikan sebagi

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

13

upaya yang dilakukan oleh siswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang

dituangkan dalam hasil karyanya.

c. Berpikir Kreatif Untuk melakukan Tinjauan Pustaka mengenai Berpikir Kreatif, maka sebagai

pendahuluan akan ditinjau terlebih dahulu mengenai pengertian Berpikir, Hakikat

Berpikir, pengertian Berpikir Kreatif, dan Keterampilan Berpikir Kreatif.

1). Pengertian Berpikir Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Para ahli

mendefinisikan kemampuan berpikir berbeda-beda, diantaranya Suriasumantri

(1981) mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses yang dapat menghasilkan

suatu pengetahuan. Rooijakkers (1990) mengungkapkan bahwa berpikir adalah

kemampuan manusia dalam memecahkan masalah sesuai dengan hasil belajar

yang pernah mereka alami. Purwanto (1992) mengemukakan bahwa berpikir

adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan

manusia dengan hewan. Karli (2003) mendefinisikan berpikir sebagai suatu

aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan yang dihubungkan dengan pola

perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif berpikir. Berdasarkan

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, berpikir adalah suatu proses

pengolahan informasi berupa fakta dan data yang terjadi di dalam otak untuk

menghasilkan sebuah konsep yang bermanfaat bagi kehidupannya.

2). Hakikat Berpikir Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada masalah yang menuntut

untuk berpikir. Berpikir memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang

baru merupakan kegiatan kompleks dan erat hubungannya satu sama lainnya,

(Slameto, 2003). Preseisen (dalam Costa, 1985) menyatakan bahwa keterampilan

berpikir meliputi kemampuan berpikir dasar dan berpikir komplek. Berpikir dasar

meliputi kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, transpormasi, hubungan

sebab-akibat, sedangkan berpikir komplek meliputi problem solving, pengambilan

keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

14

Menurut penelitian Swartz & Perkins (Hassoubah, 2004), manusia cenderung

mengalami empat pola berpikir yang tidak efektif. Keempat kecenderungan

berpikir yang tidak efektif tersebut adalah tergesa-gesa, acak-acakan, tidak fokus

dan sempit. Lebih lanjut lagi Hassoubah (2004) menyatakan bahwa kesalahan

pola dalam berpikir dapat mempengaruhi pola berpikir kreatif seseorang.

Seorang pakar psikologi perkembangan kognitif menyatakan bahwa

perkembangan intelektual bukan merupakan hasil kematangan individu, bukan

pula pengaruh lingkungan saja, melainkan hasil interaksi antara keduannya

(Syamsudin, 2002). Menurut pandangan ini individu berperan aktif dalam

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Adaptasi individu terhadap objek

di dalam lingkungan merupakan suatu proses interaksi yang dinamis, inilah yang

disebut keterampilan kognitif.

Berkaitan dengan masalah perkembangan individu, Piaget (Syamsudin, 2002)

membagi proses perkembangan individu ke dalam empat tahapan utama yang

secara kualitas setiap tahapan menunjukan tahapan yang berbeda. Tahapan

perkembangan individu penurut Piaget, antara lain:

a) Tahap Sensorimotor (0,0–2,0 tahun) Tahapan ini ditandai oleh penggunaan sensorimotorik (dalam pengamatan dan

penginderaan) yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual yang

dicapi dalam tahapan ini adalah perkembangan bahasa, hubungan tentang objek,

kontrol skema, kerangka pikir, pembentukan pengertian, pemahaman hubungan

sebab akibat. Dalam tahapan ini yang paling penting adalah tindakan konkrit dan

bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangkan saja (Haditono, 1996).

b) Tahap Praoperational (2,0–7,0 tahun) Pada tahapan ini anak belum dapat melakukan operasional mental seperti

menambah, mengurangi, membagi, dan mengalikan (Arifin, et al, 2000).

Tahapan ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu preconseptual (2,00 – 4,0 tahun)

dan intuitive (4,0 – 7,0 tahun). Tahapan preconseptual ditandai dengan cara

berpikir yang bersikap transduksi (menarik kesimpulan tentang suatu yang

khusus), intuitive ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egocentric

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

15

(belum memahami orang lain ketika memandang objek yang sama). Sifat ini

dilihat pada waktu anak bermain, saling berbicara, tetapi mereka tidak saling

memperhatikan pembicara tersebut.

c) Tahap Operasional konkrit (7,0 – 12,0 tahun) Anak-anak pada tahap ini umumnya sudah memahami operasi logis dengan

bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami

konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi, mampu

memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek.

Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika,

tetapi hanya objek fisik yang ada, tanpa objek fisik di hadapannya, mereka

masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

d) Tahap Operasi Formal (12,0 tahun ke atas) Tahapan ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah

logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit.

Karakteristik anak yang berada pada tingkat operasi formal menurut Flavel

(Arifin et al., 2000) adalah dapat berpikir hipotesis deduktif, dan dapat berpikir

proporsional, serta dapat berpikir kombinasional.

3). Berpikir Kreatif Berdasarkan pengertian berpikir dan pengertian kreativitas di atas, berpikir kreatif

dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan informasi berupa fakta dan

data yang terjadi di dalam otak untuk menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang

beragam, bersifat baru, unik, memiliki nilai kebenaran serta bermanfaat bagi

kehidupannya maupun orang lain. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak

perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan dari hal-hal yang

sudah ada sebelumnya. Fakta dan data yang dimaksudkan adalah berupa

pengetahuan atau informasi yang sudah dikenal sebelumnya atau semua

pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya.

4). Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu,

dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan hal yang baru

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

16

(Wijaya, 1996). Setiap manusia telah memiliki keterampilan berpikir kreatif dari

sejak lahir sampai meninggal dunia, hanya saja potensinya yang berbeda-beda

(Supriadi, 1985). Potensi kreatif menurut Guilford (1965) adalah sebagai

kumpulan dari kemampuan beserta sifat-sifat lainnya yang sangat berperan

menuju tercapainya keberhasilan dalam berpikir kreatif. Berdasarkan pernyataan

tersebut, potensi kreatif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kreativitas dalam berpikir.

Guilford (1965) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan

keterampilan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam

alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Selanjutnya

dilakukan penelitian mengenai kreativitas dengan menggunakan analisis faktor,

ditemukan faktor penting yang merupakan sifat dari keterampilan berpikir kreatif

yaitu keterampilan berpikir lancar (Fluency), keterampilan berpikir luwes

(Flexibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), dan keterampilan

memerinci (Elaboration), Berikut disajikan tabel 2.1 daftar indikator keterampilan

berpikir kreatif. (Munandar, 1999)

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan

Berpikir Definisi

Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi

2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda 4) Mampu mengubah cara pemikiran atau cara pendekatan.

Orisinil (Originality)

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri 3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur. Memerinci (Elaboration)

1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

2) Menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

17

5). Pengukuran Kreativitas Jenis tes yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif cukup banyak

ditemukan. Pada umumnya tes berpikir kreatif tersebut dapat dikelompokan

menjadi dua yaitu, tes untuk kreativitas verbal dan tes kreativitas vigural. Tes

kreativitas vigural untuk mengukur kreativitas dalam hal bahasa atau olah kata

sedangkan tes kreativitas Figural berhubungan dengan tindakan. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) yang disusun

oleh Torrance. TKF merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance yang

pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1976, pada tahun 1988 TKF

dilakukan penelitian standarisasi untuk usia 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia (Munandar et.al, 1988 dalam Munandar, 2009:69-70).

Manfaat dari penelitian standarisasi yang dilakukan Munandar et.al. adalah

memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir

kreatif. TKF memungkinkan penyelesaian dalam waktu singkat (10 menit) dan

dapat diberikan kepada perorangan maupun kelompok (Munandar, 2009:70).

Dimensi-dimensi yang dimiliki TKF sama dengan TKV hanya saja dalam TKF..

Dimensi tersebut adalah kelancaran, kelenturan, orsinalitas dan elaborasi dari

kemampuan berpikir kreatif. Hanya saja TKF memiliki kelebihan untuk

memberikan kemampuan membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan

dengan cara memberikan skor bonus orsinalitas. Bonus tersebut diberikan jika

subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek. Semakin

banyak lingkaran yang dapat digabung maka nilai bonus orsinalitasnya semaik

besar (Munandar, 2009:70).

2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah a. Pengertian Pengetahuan Banyak orang yang menganggap bahwa pengetahuan dan keyakinan adalah sama

atau hampir sama pengertiannya. Keraf dan Mikhael Dua (2001:30) menegaskan,

bahwa pengertian pengetahuan dan keyakinan adalah berbeda. Pengetahuan dan

keyakinan merupakan sama-sama sikap mental seseorang dalam hubungan dengan

obyek tertentu yang disadarinya sebagai sesuatu yang ada atau terjadi. Hanya saja,

dalam keyakinan, obyek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus ada

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

18

sebagaimana adanya. Sebaliknya, dalam hal pengetahuan, obyek yang disadari

tersebut memang ada sebagaimana adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak

sama pengertiannya dengan keyakinan karena keyakinan dapat saja salah tetapi sah

untuk dianut sebagai keyakinan. Sesuatu yang disadari sebagai ada, dapat saja tidak

ditemukan dalam kenyataan. Sebaliknya pengetahuan tidak dapat salah karena jika

suatu pengetahuan terbukti salah, maka tidak dapat lagi dianggap sebagai

pengetahuan. Sesuatu yang awalnya dianggap sebagi pengetahuan kemudian berubah

status menjadi keyakinan saja.

Keraf (2001:31) memberikan contoh tentang perbedaan pengetahuan dan keyakinan.

contoh yang diberikan Keraf adalah semua angsa berwarna putih hanya sah menjadi

pengetahuan jika dalam kenyataannya semua angsa berwarna putih. Jika

kenyataannya tidak benar, maka proposisi tersebut hanya menjadi sebuah keyakinan.

Pada dasarnya pengetahuan lebih menekankan pada pengamatan dan pengalaman

inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan biasa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang

dilakukan secara empiris dan rasional (Mundiri, 2008:7). Pengetahuan empiris dapat

berkembang menjadi pengetahuan deskriptif jika seseorang dapat melukiskan dan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.

Pengetahuan empiris juga didapatkan melalui pengalaman manusia yang terjadi

berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi

dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Solso (2008:273) berpendapat bahwa pengetahuan adalah penyimpanan,

pengintegrasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori. Solso

menambahkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisir dalam

memori dan merupakan bagian dari sebuah sistem informasi yang terstruktur.

Artinya pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem

yang digunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut. Definisi pengetahuan dari

solso di atas, peneliti berpikir lebih cocok dengan penelitian yang dilakukan, dengan

demikian definisi pengetahuan yang dipakai dalam penelitian ini adalah definisi

pengetahuan dari Solso.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

19

b. Jenis-jenis Pengetahuan Keraf dan Mikhael Dua (2001:34-36) mengelompokan pengetahuan menjadi empat

kelompok, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, tahu mengenai, dan tahu mengapa.

1) Tahu bahwa Pengetahuan jenis ini adalah pengetahuan tentang informasi tertentu. Jenis

pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoretis, pengetahuan ilmiah,

meskipun berada pada tingkat yang mendalam. Pengetahuan ini berkaitan

dengan keberhasilan dalam mengumpukan informasi atau data yang dimilikinya.

Seseorang yang memiliki pengetahuan seperti jenis ini dapat dipastikan

mempunyai data atau informasi akurat melebihi yang lainnya, dengan kata lain

tidak ada orang yang memiliki informasi sepertinya.

2) Tahu bagaimana Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, dan dikenal

sebagai know-how. Pengetahuan jenis ini berkaitan dengan keterampilan atau

lebih tepat dengan keahlian dan kemahiran teknis dalam hal melakukan sesuatu.

Pengetahuan-pengetahuan dibidang teknik umunya digolongkan ke dalam jenis

ini. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini dapat dipastikan tahu

bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain, pengetahuan jenis ini berkaitan

dengan praktek, maka disebut juga pengetahuan praktis.

3) Tahu mengenai Pengetahuan jenis ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut

pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melaui pengalaman atau pengenalan

pribadi. Unsur yang paling penting dalam jenis ini adalah pengalaman dan

pengenalan pribadi secara langsung dengan obyeknya. Oleh karena itu, sering

juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa

Indonesia knowing di sini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu

secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan

langsung yang bersifat personal.

4) Tahu mengapa Pengetahuan jenis ini berkaitan erat dengan pengetahuan bahwa. Hanya saja

tahu mengapa jauh lebih mendalam dan serius dari pada tahu bahwa karena tahu

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

20

mengapa berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan tersebut tidak hanya berhenti

pada informasi yang ada sebagaimana pada tahu bahwa, melainkan jauh masuk

kebalik data dan informasi yang ada. Dengan penjelasan tersebut tahu mengapa

jauh lebih kritis. Bahkan tahu mengapa sudah sampai pada tingkat mengaitkan

dan menyusun hubungan-hubungan yang tidak tampak antara berbagai informasi

yang ada.

c. Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta Pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta merupakan salah satu materi yang masuk

dalam kurikulum sekolah. Materi tersebut berada pada mata pelajaran muatan lokal

(MULOK) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Mulok PLH tersebut tidak semua

sekolah memilih PLH sebagai mata pelajaran pilihan di sekolahnya. Pemilihan

Mulok PLH tersebut bergantung pada visi dan misi sekolah, minat siswa, dan tenaga

ahli yang mengajarkannya.

Di dalam mata pelajaran Mulok PLH, materi pengelolaan sampah masuk dalam

standar kompetensi kedua yaitu Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat

setelah standar kompetensi Memahami Lingkungan Hidup. Standar kompetensi

tersebut diberikan di kelas satu semester satu. Waktu yang dialokasikan untuk materi

tersebut sebanyak 10 x 45 menit (10 jam pelajaran) yang diberikan selam 10 minggu

(1 jam pelajaran/minggu). Standar kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan

Limbah Padat membawahi dua buah Kompetensi Dasar, masing-masing kompetensi

dasar memiliki 4 dan 3 buah indikator. Untuk lebih jelasnya mengenai masing-

masing indikator tersebut disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat

No Kompetensi Dasar Indikator Alokasi

Waktu 1 Pemilahan

Sampah (limbah padat)

1. Mendiskusikan pengertian sampak 2. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik 3. Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan

sekolah 4. Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian

dari sampah yang di buang sembarangan

4 x 45’

2 Pengelolaan limbah organik dan anorganik

1. Membuat produk daur ulang limbah padat anorganik yang bermanfaat

2. Mendaur ulang kertas 3. Mengolah sampah organik menjadi kompos

6 x 45’

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

21

d. Sampah Berdasrkan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,

sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padat. Pada pasal dua UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah, sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sampah rumah tangga, sampah

sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga adalah limbah

yang berbentuk padat yang dihasilkan dari kegitan sehari-hari dalam rumah tangga,

dan tinja tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga. Sampah sejenis rumah

tangga adalah sampah yang dihasilkan bukan berasal dari rumah tangga tetapi berasal

dari tempat-tempat aktivitas manusia sehari-hari selain di rumah. Tempat-tempat

tersebut diantaranya, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas

sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya. Sampah spesifik adalah semua jenis

sampah yang tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga dan sampah sejenis

rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi, dan volumenya memerlukan

pengelolaan khusus. Sampah spesifik tersebut contohnya adalah sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung limbah bahan

berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran

bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang

timbul secara tidak periodik.

Miller (2007:520) membagi sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah padat dan

sampah beracun. Sampah beracun adalah sampah yang berbahaya bagi kesehatan

manusia atau lingkungan karena mengandung racun, bahan kimia aktif, bersifat

korosif atau mudah terbakar. Contoh sampah beracun adalah sampah dari industry

pelarutan, sampah medis Rumah Sakit, batrei mobil yang mengandung timah dan

asam, produk pestisida rumahan, pembersih lantai, accu kering yang mengandung

merkuri dan cadmium, endapan lumpur industry dan asap hasil pembakaran. Sampah

padat dibagi menjadi dua yaitu, sampah padat industri dan sampah padat perkotaan.

Sampah padat industri diproduksi secara tidak langsung dari kegiatan pertambangan,

pabrik, perakitan, industri makanan, dan lain sebagainya. Sedangkan sampah padat

perkotaan disebut juga garbage atau trash. Diproduksi secara langsung dari rumah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

22

tangga dan tempat kerja. Contohnya adalah kertas, sisa makanan, pelastik, botol,

sampah kebun, perabotan bekas, dan furniture.

e. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Miller

(2008:384) sampah dikelola menjadi tiga tahapan utama. Tahapan tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tahapan prioritas utama mengurangi sampah

berdasarkan sumbernya, prioritas kedua mengurangi penggunaan sampah secara

berlebih, dan ketiga penanganan sampah di tempat pembuangan akhir samapah.

Prioritas pertama dan ketiga pada umumnya diatur oleh pemerintah atau dikerjakan

oleh perusahaan swasta. Prioritas kedua pada umunya dilakukan oleh masyarakat

dengan tujuan membatu atau memudahkan pemerintah dalam penanganannya di

tempat pembuangan akhir.

Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya memakai

prinsip 3R (reuse, reduced, recycle). Reused adalah pemanfaatan kembali barang-

barang yang sudah tidak digunakan lagi, penggunaan kembali maksudnya dapat

Prioritas Utama Pencegahan primer polusi dan sampah. 1. perubahan proses

industry untuk mengurangi bahan-bahan kimia berbahaya

2. mengurangi penggunaan produk berbahaya

3. mengurangi bahan pengepakan pada produk

4. memakai produk tahan lama dan dapat di reused, recycle, reduced, dan mudah diperbaiki.

Prioritas Ketiga Pengelolaan sampah 1. Mengelola sampah

untuk mengurangi toksisitas

2. Pembakaran sampah 3. Menimbun sampah

dalam landfill 4. Membuang sampah

kelahan kosong

Prioritas kedua Pencegahan sekunder polusi dan sampah 1. Reused 2. Repair 3. Recycle 4. Kompos 5. Membeli produk yang

dapat di reused dan di recycle

Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah Terpadu (Miller, 2008:384)

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

23

sesuai dengan fungsi sebelumnya atau dapat juga tidak sesuai dengan fungsi

sebelumnya. Reduced adalah mengurangi timbulan sampah dengan cara menghemat

pemakaian sumber daya yang kita gunakan, sehingga sampah yang dihasilkan

jumlahnya berkurang. Recycle adalah mendaur ulang sampah dengan cara melebur

barang bekas menjadi cairan untuk kemudian dibentuk kembali menjadi barang-

barang yang memiliki manfaat. Prinsip recycle ini pada umumnya dipakai untuk

mengelola sampah anorganik.

Pengelolaan sampah secara 3R sudah mengalami pengembangan menjadi 4R dengan

menambahkan prinsip recovery, 7R dengan penambahan prinsip replace, recovery,

relocation, dan responsible. Penggunaan prinsip 4R dan 7R tidak semua lembaga

menggunakannya, pada umumnya masih menggunakan prinsip 3R. Berdasarkan hal

tersebut dalam penelitian ini digunakan prinsip pengelolaan sampah 3R dengan

harapan siswa yang dijadikan sampel penelitian mengetahuinya.

h. Pengukuran Pengetahuan Bloom (1956) seorang profesor dari Univeritas Chicago, menyusun indikator

tercapainya tujuan pembelajaran. Indikator tersebut dijabarkan kedalam tiga tujuan,

yaitu tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini tujuan

pembelajaran yang akan diukur adalah tujuan pembelajaran kognitif saja. Tujuan

pembelajaran kognitif adalah suatu indikator untuk mengukur pengetahuan peserta

didik yang disusun kedalam enam tahapan atau tingkatan. Keenam tahapan itu

adalah:

a) Mengingat (C-1) Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk

mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas

mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas

dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua

macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

b) Memahami (C-2) Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,

mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

24

mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan

konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh

proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi

(inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

c) Mengaplikasikan (C-3) Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan

pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk

pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

d) Menganalisis (C-4) Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan

bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada

tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan

(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat

(attributting).

e) Mengevaluasi (C-5) Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua

macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan

mengritik (critiquing).

f) Membuat (C-6) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam

proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),

merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).

2.2 Kerangka Pikir Penelitian ini membahas masalah kreativitas dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan

sampah yang baik akan terciptanya pembangunan berkelanjutan berwawasan

lingkungan. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar

dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

25

proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan (Sugandhy, 2007:4). Pengertian tersebut

membawa pesan supaya generasi masa kini untuk meningkatkan kualitas

kehidupannya. Peningkatan kualitas hidup dapat tercapai jika sumber daya

mencukupi. Oleh karena itu, generasi masa kini harus hemat dalam memakai sumber

daya.

Gambar 2.2. Kerangka Pikir

Pemakaian sumber daya yang tidak tepat guna dapat merusak sumber alam yang

tersedia. Salah satu indikator pemakaian sumber daya tidak tepat guna adalah

meningkatnya jumlah timbulan sampah. Sampah merupakan sisa yang tidak terpakai

dalam suatu produksi dan dapat menjadi sumber daya bagi produksi berikutnya. Oleh

karena itu, sampah perlu dikelola dengan baik.

Pengelolaan sampah yang baik adalah mengurangi volume sampah mulai dari

sumber (Trihadiningrum, 2010:58). Sumber-sumber timbulan sampah diantaranya

adalah dari pemukiman, pasar, jalan raya, perkantoran, termasuk sekolah. Sampah

Pribadi Dorongan

Berpikir Kreatif

Perilaku Kreatif Mengelola Sampah

Pengetahuan Pengelolaan

sampah

Lingkungan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

26

yang dihasilkan dari sekolah pada umumnya adalah garbage atau trash. Pengelolaan

sampah garbage dapat dilakukan dengan prinsip 3R (Reused, Reduced, Recycle).

Penerapan prinsip 3R di sekolah dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk

menumbuhkan kreativitas siswa dalam mengelola sampah.

2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru,

berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang

diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan

gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:

47). Berdasarkan penekanannya, kreativitas dibagi menjadi dimensi peribadi,

dorongan proses, dan produk.

Kaitannya dalam pengelolaan sampah, keempat dimensi kreativitas tersebut dapat di

jelaskan sebagai berikut. Sejauhmana pribadi (person) bersama lingkungan

mendorong (press) seseorang utuk melibatkan diri dalam proses kreatif. Maksudnya,

ketika seseorang menemukan timbulan sampah yang terus menumpuk dan kurang

pengelolaan, maka dalam individu akan tercipta suatu keinginan untuk

menyelesaikan timbulan sampah. Keinginan untuk menyelesaikan masalah sampah

tersebut akan akan tercipta jika individu tersebut memiliki dorongan yang kuat untuk

mengelola sampah. Dorongan tersebut muncul dari dalam individu (motivasi

internal) dan dari luar individu (motivasi eksternal). Salah satu yang menjadi

pendorong seseorang untuk mengelola sampah adalah dapat meningkatkan atau

membatu dalam hal perekonomian. Karya-karya yang dihasilkan dalam pengelolaan

sampah (3R) jika memiliki kualitas yang baik, maka karya tersebut dapat dijual,

dengan harpan kedepan memiliki usaha tersendiri dalam bidang pengelolaan sampah.

Bermodalkan keinginan untuk meningkatkan tingkat perekonomian dan keinginan

untuk menyelesaikan masalah timbulan sampah, maka diperlukan suatu proses

berpikir untuk mewujudkannya sehingga suatu produk dapat tercipta dari hasil

perilaku kreatif. Perilaku kreatif muncul dari pemikiran yang kreatif.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

27

2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas Campbell (1986) mengemukakan bahwa yang melandasi kreativitas seseorang adalah

pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Campbell juga mengilustrasikan

tentang kreativitas bahwa :

“Tidak mungkin seseorang secara tiba-tiba membuat gambar rencana sebuah gedung pencakar langit yang fantastis, kalau dia belum memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman kuat dibidang desain arsitektural, prinsip-peinsip keinsinyuran dan masalah finansial yang berhubungan dengan pembangunan besar.”.

Ilustrasi yang dikemukakan Campbell di atas mengandung arti bahwa seorang siswa

tidak mungkin dapat membuat keterampilan berbahan dasar sampah jika siswa

tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah.

2.3 Kerangka Konsep

Keterangan:

= Pengetahuan mengelola sampah akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah

= Berpikir kreatif akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel

2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 2.2, dapat disusun hipotesis pengarah

sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja Pertama

H0 = Tidak Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah

dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.

Pengetahuan Pengelolaan

Sampah

Berpikir Kreatif

Perilaku Kreatif Mengelola Sampah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

28

H1

Ditentukan α sebesar 5%

= Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan

Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.

Jika p> α = H0 Diterima dan H1

p< α = H

Ditolak

0 Ditolak dan H1

Diterima

2. Hipotesis Kerja Kedua

H0

H

= Tidak Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku

Kreatif Mengelola Sampah.

1

Ditentukan α sebesar 5%

= Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku Kreatif

Mengelola Sampah.

Jika p> α = H0 Diterima dan H1

p< α = H

Ditolak

0 Ditolak dan H1

Diterima

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

29

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Kuantitatif. Bentuk Penelitian menurut

tujuan umumnya adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk

mengembangkan ilmu yang sudah ada, sedangkan metode yang digunakan adalah

metode survey dengan analisis deskriptif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 12, Jl. Pertanian, Kelurahan Klender, Kecamatan

Duren Sawit, Kodya Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada Pebruari-Mei 2011.

3.3 Populasi dan Subjek penelitian Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan

kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan

Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan

siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh Siswa yang mengikuti kegiatan KIR Pengelolaan

Sampah di SMAN 12 Jakarta sebanyak 53 siswa. Sampel penelitian diambil

berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik

insidental. Ketika pengambilan data, dari 53 siswa yang terdaftar KIR, hanya 39

siswa yang hadir dan 1 orang siswa datangnya terlambat. Selanjutnya lembar

jawaban siswa diolah, ternyata yang dapat diolah lebih lanjut hanya 34 siswa.

3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel Pengetahuan

Pengelolaan Sampah (X1), Berpikir Kreatif (X2), dan Perilaku Kreatif pada

pengelolaan sampah (Y). Variabel Pengetahuan dan Berpikir Kreatif sebagai variabel

bebas (Independent) dan variabel perilaku sebagai variabel terikat (dependent).

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

30

Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Definisi Operasional, dan metode Pengukuran

Tujuan Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran

Menganalisis pengaruh pengetahuan pada perilaku kreatif mengelola sampah

Pengetahuan Pengelolaan Sampah

pengetahun siswa dalam hal mengelola sampah (Sampah Organic dan Anorganic, Reuse, Recycle, dan Reduced)

Survey

Perilaku Kreatif perilaku siswa dalam mengelola sampah dengan cara mempelajari berbagai keterampilan atau keahlian yang berbasiskan sampah sehingga menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat

Survey

Menganalisis pengaruh berpikir kreatif pada perilaku kreatif mengelola sampah.

Berpikir Kreatif kemampuan berpikir kreatif siswa yang diukur dengan circle test untuk menunjukkan adanya kemampuan berpikir lancar, luwes, asli, dan elaborasi

Survey

3.5 Data Penelitian Data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data

Pengetahuan tentang Pengelolaan Sampah adalah data primer, sedangkan Berpikir

Kreatif dan Perilaku Kreatif adalah data skunder. Untuk lebih jelasnya tentang data

yang didapatkan dapat dilihat pada table 3.1.

Tabel 3.2 Variabel, Sumber, dan Jenis Data

Variabel Sumber data Instrumen Jenis Data Berpikir Kreatif Primer TKF Interval Pengetahuan Primer Kuesioner Interval Perilaku Skunder - Interval

Keterangan : TKF = Tes Kreativitas Figural (Circle Test)

3.6. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua buah instrumen,

istrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan instrumen Berpikir Kreatif.

Perolehan data Perilaku Kreatif tidak didapatkan dengan instrumen, data Perilaku

Kreatif diperoleh dari nilai keterampilan pengelolaan sampah (keterampilan dari

sampah plastik, daur ulang kertas, dan kompos) yang diberikan oleh guru

pembimbing ekstrakurikuler KIR.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

31

a. Instrumen Berpikir Kreatif Data Berpikir Kreatif dijaring menggunakan circle test yang disusun oleh Paul E.

Torrance dan sudah digunakan di Indonesia sejak 1974. Tes tersebut berupa

lingkaran. Dalam waktu 10 menit siswa diberi kesempatan untuk merubah lingkaran-

lingkaran tersebut menjadi gambar lain yang memiliki makna.

b. Pengetauan Pengelolaan Sampah Data Pengetahuan Pengelolaan Sampah dijaring dengan menggunakan tes multiple

choice sebanyak 21 item. Sebelum instrument tersebut digunakan peneliti

menyusunnya sendiri dengan sebaran item soal sebagai berikut:

Tabel 3.3. Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah

NO Indikator Jenjang Jumlah C-1 C-2 1 Sampah Organik 1, 16, 21 6, 11, 22, 27 7 Item 2 Sampah An-Organik 2, 30, 29 7, 12, 20, 23 7 Item 3 Reused 3, 19, 24 8, 13, 18, 25 7 Item 4 Reduced 4, 17, 27 9, 14, 5 Item 5 Recycle 5, 26 10, 15 4 Item Jumlah 13 Item 17 Item 30 Item

Instrumen yang berhasil disusun selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui

validitas dan reliabilitasnya. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan

bantuan Perangkat lunak komputer tentang pengolahan data yang didalamnya

terdapat analisis Cronbach’s alpha. Setelah dianalisis, butir soal yang layak

digunakan sebanyak 21 butir dari 30 butir soal dengan koefisien reliabilitas (r) 0,797,

untuk lebih jelasnya mengenai sebaran soal yang layak dipakai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan Pengelolaan Sampah

Interpretasi Validitas Jumlah soal No. soal Keterangan Sangat Tinggi 0 - -

Tinggi 2 7, 29 Dipakai Sedang 9 1, 2, 3, 4, 6, 9, 24, 27, 30 Dipakai

Rendah 12 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 26, 28 Dipakai

Sangat Rendah 7 20, 22, 8, 12, 18, 21, 25, 23, 17 Tidak Dipakai

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

32

3.7 Pengolahan Data a. Pengetahuan Pengelolaan Sampah Lembar jawaban pengetahuan pengelolaan yang telah diisi siswa selanjutnya

dilakukan scoring. Scoring yang dilakukan adalah setiap item yang benar di beri skor

satu (1) dan jika salah diberi skor nol (0). Skor yang diperoleh setiap siswa

selanjutnya dibuat tabulasi dan dikemas dalam tabel. Tabel yang berisi sekor

pengetahuan pengelolaan sampah tersebut selanjutnya dilakukan analisis deskriptif.

b. Berpikir Kreatif lembar jawaban berpikir kreatif siswa berupa circle test atau TKF yang telah di

kerjakan siswa, selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan indikator berpikir kreatif.

Setiap ide siswa yang muncul diberi skor 1-3 tergantung dari ide yang muncul. Skor

yang didapatkan siswa selanjutnya dijumlahkan dan dikonversikan berdasarkan

indikator (kelancaran, keluwesan, elaborasi, keaslian, dan bonus orsinalitas).

Selanjutnya skor yang didapatkan dikonversi lagi menjadi skor total yang disebut

Creative Quotation (CQ). CQ yang didapatkan siswa selanjutnya dikemas dalam

tabel untuk diolah lebih lanjut.

b. Perilaku Kreatif Nilai perilaku kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah didapatkan dari

guru pembimbing KIR. Data tersebut berasal dari nilai siswa ketika membuat

keterampilan berbahan dasar pelastik, membuat kompos, dan membuat daur ulang

kertas. Nilai yang didapatkan dari guru pembimbing tersebut selanjutnya dikemas

dalam tabel untuk di olah lebih lanut.

b. Pengolahan Data dengan Analisis Statistik Korelasional Dilakukan uji alaisis statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor satu dan

dua, data yang terkumpul diolah menggunakan perangkat lunak komputer yang

khusus mengolah data statistik. Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat

lunak yang dapat membantu mendapatkan nilai koefisien korelasi (r). Pengujian

signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan taraf signifikansi (p) dengan

taraf kesalahan (α). Jika p> α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika p< α, maka H0

ditolak dan H1 diterima.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

33

Pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen didapatkan dengan cara nilai koefisien korelasi dikuadratkan

(koefisien determinasi) dan dikalikan 100%. Untuk lebih jelasnya tentang

pengolahan data untuk menjawab pertanyaan penelitian dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.5 Tujuan Penelitian, dan Metode Pengolahan Data

No Tujuan Penelitian Metode 1 Menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah

pada Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah. Korelasi

2 Menganalisis pengaruh Berpikir Kreatif pada Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah

Korelasi

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta SMAN 12 Jakarta berada di Jalan Pertanian, kelurahan klender, Kodya Jakarta

Timur. Saat ini SMAN 12 Jakarta dikepalai oleh Drs. H. Jahidin, M.Pd. dengan

jumlah siswa sebanyak 714 siswa yang tersebar di 18 kelas belajar, yaitu 237 siswa

kelas X, 120 siswa kelas XI IPA, 118 siswa kelas XI IPS, 120 siswa kelas XII IPA,

dan 119 siswa kelas XII IPS. Fasilitias-fasilitas yang dimiliki oleh SMAN 12 berupa

5 buah laboratorium yang dilengkapi dengan mesin pendingin, perpustakaan,

mushola, UKS, lapangan olah raga, kantin, ruang audio visula (1 unit komputer, 1

unit LCD, dan 3 buah mesin pendingin), Photo copy, wi-fi, 18 ruangan kelas

dilengkapi dengan proyektor dan mesin pendingin, serta beberapa kelas dilengkapi

dengan LCD gantung layar OHP. Semua fasilitas yang dimiliki SMAN 12 Jakarta

diperuntukan untuk menunjang kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di

SMAN 12 Jakarta.

4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta Keberadaan sampah yang begitu melimpah menimbulkan berbagai pemikiran untuk

mengurangi jumlah timbulan sampah. SMAN 12 Jakarta memiliki cara tersendiri

untuk memecahkan masalah tersebut. Dipelopori oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan

didasari oleh rasa cintanya terhadap lingkungan, Ibu Teti biasa beliau disapa mulai

gencar mensosialisasikan pengelolaan sampah menjadi kompos.

Pada awalnya Ibu Teti yang merupakan seorang guru Biologi SMAN 12 Jakarta ini

hanya sekedar berbagi ilmu dengan sesama guru di Jakarta, sampai akhirnya meluas

ke seluruh tanah air. Hingga akhirnya beliau terkenal dengan julukan Ibu Guru

Sampah.

Keengganan warga mengelola sampah dikarenakan prosesnya yang merepotkan,

akhirnya dijawab oleh Ibu Teti, beliau menciptakan alat pembuat kompos atau biasa

disebut Komposter yang disimpan di saung kompos dan digantung di area parkir

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

36

motor. Bahan yang diperlukanpun sangat sederhana, yakni sebuah kaleng bekas cat

berukuran 25 kg yang diberi alat pemutar pada bagian samping atau tutup kaleng.

SMAN 12 Jakarta juga memperkenalkan pembuatan kompos pada siswa baru SMAN

12 pada masa orientasi siswa baru. Semua siswa baru diajarkan bagaimana membuat

kompos yang baik, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mensosialisasikan

pendidikan lingkungan khususnya dalam pembuatan kompos. Selain pada masa

orientasi, pembutan kompos juga termasuk salah satu indikator dalam mata pelajaran

muatan lokal (MULOK) lingkungan hidup di kelas X. Dalam pelajaran mulok, siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diwajibkan membuat

komposter. Setelah komposter selesai dibuat siswa diajarkan bagaimana

menggunakannya untuk membuat kompos, siswa juga diajarkan bagaimana

mengelola sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat. Hasil karya siswa-siswi

SMAN 12 Jakarta ternyata sangat bervariatif dan berdaya guna. Tas, kipas, dompet,

lampion, pernak-pernik merupakan bebrapa contoh hasil karya siswa-siswi SMAN

12 Jakarta. Selain itu, SMAN 12 juga mempunyai ekstrakurikuler yang mendukung

kegiatan cinta lingkungan tersebut yaitu Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang

dibimbing langsung oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan Bapak Sumarwoto. KIR SMAN

12 Jakarta sering sekali mendapat prestasi dan nama KIR SMAN 12 Jakarta pun

terkenal hingga tingkat Provinsi.

4.2 Keterbatasan Penelitian 1. Pada penelitian ini, pengukuran berpikir kreatif dilakukan oleh Psikolog berikut

dalam hal pemberian skornya. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak

memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Selain itu instrumen dan cara

pemberian skor berpikir kreatif memiliki hak cipta maka peneliti tidak dapat

memperoleh lembaran hasil jawaban siswa. Dengan demikian pembahasan di

dalam penelitian ini tidak banyak membahas data berpikir kreatif.

2. Peneliti tidak membuat instrumen perilaku kreatif pada penelitian ini. Hal

tersebut disebabkan peneliti tidak memiliki keahlian dalam pemuatan instrumen

perilaku kreatif. Data perilaku kreatif yang digunakan adalah data nilai

keterampilan siswa tentang pengelolaan sampah yang diperoleh dari guru.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

37

Dengan demikian peneliti tidak banyak membahas data perilaku kreatif pada

pembahasan ini.

3. Berhubung waktu dan biaya peneliti yang terbatas, maka dalam hal penggunaan

populasi dan sampel dibatasi. Seyogyanya populasi yang digunakan adalah

seluruh sekolah SMA di Jakarta, tetapi populasi yang digunakan hanyalah satu

sekolah saja yang ditentukan secara purposive dengan kriteria inklusif sekolah

tersebut mengadakan KIR Pengelolaan sampah. Meskipun demikian peneliti

berharap kesimpulan dari penelitian ini bersifat umum.

4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif 4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan sampah Kuesioner pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang berisi 21 item pertanyaan

disebar kepada 39 siswa yang hadir dan bersedia untuk dijadikan subyek penelitian.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan penilaian ternyata yang dapat diolah lebih lanjut

hanya 34 lembar jawaban. Lima lembar jawaban siswa tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi

jawaban siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

Berdasarkan data pada lampiran 4.1 diketahui bahwa rata-rata pengetahuan

pengelolaan sampah sebesar 15,09 (71,85%) dengan Setandar Deviasi (SD) 2,27.

Skor setandar kelulusan minimum yang ditetapkan oleh SMAN 12 dan sekolah lain

pada umumnya adalah 70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata

pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR SMAN 12 termasuk kategori cukup.

Skor pengetahuan pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya dilakukan

pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� + (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang

𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari pengkategorikan

tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori

No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 7 20,59% 2 Sedang 20 58,82% 3 Rendah 7 20,59%

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

38

Berdasarkan Tabel 4.1 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori

Jika ditelusuri lebih dalam ternyata siswa KIR SMAN 12 dalam hal pemilahan

sampah organik dan an organik dapat dikatakan kurang mengetahui, tetapi untuk

pengetahuan 3R rata-ratanya sudah dianggap mengetahui. Dengan demikian yang

menyebabkan kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR adalah bahwa

siswa KIR SMAN 12 belum dapat membedakan sampah organik dan anorganik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan Indikator

No Responden

Organik & Anorganik Reduced Reused Recycle Pengetahuan

Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % 1 6 85,71 2 33,33 0 0,00 2 66,67 10 47,62 2 5 71,43 5 83,33 3 60,00 3 100,00 16 76,19 3 5 71,43 4 66,67 2 40,00 3 100,00 14 66,67 4 5 71,43 5 83,33 4 80,00 2 66,67 16 76,19 5 5 71,43 5 83,33 4 80,00 3 100,00 17 80,95 6 5 71,43 5 83,33 3 60,00 2 66,67 15 71,43 7 6 85,71 5 83,33 5 100,00 3 100,00 19 90,48 8 5 71,43 3 50,00 3 60,00 2 66,67 13 61,90 9 7 100,00 4 66,67 4 80,00 1 33,33 16 76,19

10 4 57,14 3 50,00 5 100,00 3 100,00 15 71,43

20,59%

58,82%

20,59%

Tinggi

Sedang

Rendah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

39

No Responden

Organik & Anorganik Reduced Reused Recycle Pengetahuan

Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % 11 3 42,86 4 66,67 3 60,00 2 66,67 12 57,14 12 4 57,14 5 83,33 5 100,00 2 66,67 16 76,19 13 4 57,14 6 100,00 3 60,00 2 66,67 15 71,43 14 3 42,86 5 83,33 5 100,00 3 100,00 16 76,19 15 5 71,43 4 66,67 3 60,00 1 33,33 13 61,90 16 4 57,14 5 83,33 3 60,00 2 66,67 14 66,67 17 4 57,14 6 100,00 4 80,00 2 66,67 16 76,19 18 7 100,00 3 50,00 4 80,00 2 66,67 16 76,19 19 6 85,71 4 66,67 2 40,00 2 66,67 14 66,67 20 3 42,86 5 83,33 4 80,00 2 66,67 14 66,67 21 4 57,14 5 83,33 3 60,00 1 33,33 13 61,90 22 4 57,14 4 66,67 5 100,00 3 100,00 16 76,19 23 2 28,57 4 66,67 4 80,00 2 66,67 12 57,14 24 3 42,86 6 100,00 4 80,00 1 33,33 14 66,67 25 1 14,29 2 33,33 4 80,00 2 66,67 9 42,86 26 4 57,14 6 100,00 4 80,00 3 100,00 17 80,95 27 6 85,71 3 50,00 4 80,00 3 100,00 16 76,19 28 6 85,71 5 83,33 2 40,00 3 100,00 16 76,19 29 7 100,00 4 66,67 5 100,00 3 100,00 19 90,48 30 6 85,71 4 66,67 4 80,00 2 66,67 16 76,19 31 4 57,14 6 100,00 2 40,00 3 100,00 15 71,43 32 7 100,00 4 66,67 4 80,00 2 66,67 17 80,95 33 6 85,71 5 83,33 5 100,00 3 100,00 19 90,48 34 6 85,71 3 50,00 5 100,00 3 100,00 17 80,95

Jumlah 4,76 68,07 4,38 73,04 3,65 72,94 2,29 76,47 15,09 71,85 Keterangan : Pengetahuan : Jumlah dari pengetahuan sampah organik, an-organik dan 3R Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa tentang pengetahuan

sampah organik dan anorganik masih kurang. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata

terdapat beberapa soal yang nilainya sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik

No Responden

Nomor Soal Jumlah

1 2 7 11 19 20 21 1 1 1 1 1 0 1 1 6 2 1 1 0 1 0 1 1 5

Lanjutan Tabel 4.2

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

40

No Responden

Nomor Soal Jumlah

1 2 7 11 19 20 21 3 1 1 1 0 1 0 1 5 4 1 1 1 0 1 1 0 5 5 0 1 1 0 1 1 1 5 6 1 1 0 0 1 1 1 5 7 1 1 1 0 1 1 1 6 8 1 1 1 0 0 1 1 5 9 1 1 1 1 1 1 1 7

10 0 1 1 0 0 1 1 4 11 0 0 0 0 1 1 1 3 12 0 0 0 1 1 1 1 4 13 0 0 1 0 1 1 1 4 14 0 1 1 0 0 0 1 3 15 1 1 1 0 1 1 0 5 16 0 0 0 1 1 1 1 4 17 1 1 0 0 0 1 1 4 18 1 1 1 1 1 1 1 7 19 1 1 1 0 1 1 1 6 20 0 0 1 0 0 1 1 3 21 0 0 0 1 1 1 1 4 22 1 1 0 0 0 1 1 4 23 0 0 0 0 0 1 1 2 24 0 0 0 0 1 1 1 3 25 0 0 0 0 0 1 0 1 26 0 1 0 0 1 1 1 4 27 0 1 1 1 1 1 1 6 28 1 1 1 0 1 1 1 6 29 1 1 1 1 1 1 1 7 30 1 1 1 0 1 1 1 6 31 0 0 0 1 1 1 1 4 32 1 1 1 1 1 1 1 7 33 1 1 1 0 1 1 1 6 34 0 1 1 1 1 1 1 6

Jumlah 18 24 21 12 24 32 31 537 Presentase 53 71 62 35 71 94 91 68,07

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 8, dan 12 adalah soal yang

paling banyak dijawab salah oleh siswa. Untuk lebih jelasanya mengenai sebaran

jawaban siswa dalam setiap item dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Lanjutan Tabel 4.3

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

41

Tabel 4.4. Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah

No Responden

Nomor Soal 1 7 11

A B C D A B C D A B C D 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1 5 1 1 1 6 1 1 1 7 1 1 1 8 1 1 1 9 1 1 1

10 1 1 1 11 1 1 1 12 1 1 1 13 1 1 1 14 1 1 1 15 1 1 1 16 1 1 1 17 1 1 1 18 1 1 1 19 1 1 1 20 1 1 1 21 1 1 1 22 1 1 1 23 1 1 1 24 1 1 1 25 1 1 1 26 1 1 1 27 1 1 1 28 1 1 1 29 1 1 1 30 1 1 1 31 1 1 1 32 1 1 1 33 1 1 1 34 1 1 1

Jumlah 15 18 1 0 2 21 0 11 2 12 15 5 Persentase 44 53 2,9 0 5,9 62 0 32 5,9 35 44 15

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

42

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada item soal nomor 1 siswa banyak

memilih pilihan A dan B. Pertanyaan nomor 1 adalah “Sampah organik adalah …”.

Jawaban dari item soal nomor 1 adalah bahwa sampah organik itu adalah sampah

yang dapat terurai oleh makhluk hidup (pilihan B). sebagian siswa (15 siswa)

menjawab bahwa sampah organik itu adalah sampah yang dapat terurai tanpa

bantuan makhluk hidup (pilihan A).

Menurut hemat peneliti seharusnya siswa KIR SMAN 12 mengetahui bahwa setiap

makhluk hidup atau sisa makhluk hidup yang mati akan diuraikan oleh pengurai

(bakteri dan jamur) termasuk sampah organik yang berasal dari makhluk hidup.

Materi tersebut pada tingkat SMA diberikan dalam mata pelajaran Biologi kelas X

pada Bab Ekologi Subbab Rantai Makanan.

Item soal nomor 7 menanyakan “manakah pernyataan berikut yang benar?...”. Siswa

yang menjawab benar item soal ini 21 siswa (62%). Jumlah tersebut lebih baik

dibanding jawaban item soal no 1 dan 11.

Pada umumnya mereka sudah mengetahui bahwa sampah an organik penanganannya

lebih susah. Sampah organik dengan hanya dibiarkan saja di tempat terbuka, sampah

tersebut akan terurai. Hal tersebut disebabkan sampah organik menjadi sumber

makanan bagi organiseme atau mahkluk hidup lainnya. Lain halnya dengan sampah

an organik yang tidak menjadi makanan bagi makhluk hidup lainnya sehingga sulit

sekali terurai. Meskipun sampah organik dapat terurai dalam jangka waktu lama,

tetapi terurainya bukan oleh makhluk hidup tetapi terurai oleh keadaan cuaca.

Item soal nomor 11 menanyakan tentang unsur pembentuk zat sampah organik.

Jawaban soal tersebut adalah pilihan B bahwa sampah organik tersusun atas unsur

karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Hanya 12 siswa (35%) yang mengetahui

jawabannya.

Materi tentang unsur pembentuk zat diberikan pada mata pelajaran Kimia SMA kelas

2. Ketika data pengetahuan ini diambil, materi tersebut belum dipelajari sehingga

sesuatu hal yang wajar bila sebagian besar siswa belum mengetahuinya.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

43

4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah Untuk nilai perilaku kreatif yang didapatkan adalah nilai keterampilan siswa dalam

pembuatan barang-barang bermanfaat berbahan dasar sampah yang didapatkan dari

guru pembimbing ekstrakurikuler KIR SMAN 12 Jakarta. Nilai tersebut adalah nilai

daur ulang kertas (Kertas), penggunaan sampah botol mineral dan bungkus permen

(Plastik), dan Kompos. Untuk lebih jelasnya mengenai data Perilaku Kreatif dapat

dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta

No Responden Perilaku Kreatif Plastik Kertas Kompos Rata-rata

1 82 78 75 78,3 2 84 84 77 81,7 3 84 84 78 81,8 4 84 82 78 81,2 5 84 86 77 82,2 6 85 86 77 82,5 7 82 85 78 81,7 8 90 90 90 89,8 9 92 92 92 91,8

10 82 80 77 79,7 11 81 80 77 79,3 12 86 86 80 84,0 13 93 96 93 93,8 14 82 82 78 80,7 15 80 84 75 79,7 16 94 95 95 94,7 17 82 78 78 79,2 18 81 82 78 80,3 19 81 80 77 79,2 20 89 86 80 85,0 21 84 96 77 85,5 22 85 78 80 81,0 23 84 80 78 80,5 24 89 92 80 87,0 25 80 78 75 77,7 26 93 96 93 94,0 27 80 78 77 78,3 28 80 80 77 79,0 29 83 80 76 79,7

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

44

No Responden Perilaku Kreatif Plastik Kertas Kompos Rata-rata

30 81 80 77 79,3 31 81 82 76 79,7 32 86 90 90 88,7 33 93 95 93 93,7 34 89 88 90 89,0

Rerata 84,72 84,97 80,85 83,51 SD 4,35 5,99 6,46 5,28

Keterangan : Plastik :Perilaku siswa dalam hal membuat kerajinan berbahan dasar sampah plastic Kertas :Perilaku siswa dalam hal membuat daur ulang kertas Kompos :Perilaku siswa dalam hal membuat kompos

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Kertas sebesar 84,97

dengan SD = 5,99. Nilai rata-rata Plastik adalah 84,72 dengan SD = 4,35 Nilai rata-

rata untuk kompos sebesar 80,85 SD = 6,46. Untuk keseluruhan (Perilaku) rata-rata

perilaku kreatif siswa sebesar 83,51 dengan SD = 5,28. Dengan demikian bahwa

rata-rata perilaku kreatif siswa dapat dikatakan baik, Hal tersebut ditunjukkan dengan

nilai rata-rata yang berada di atas 70 yang merupakan syarat kelulusan yang

ditetapkan sekolah pada umumnya termasuk SMAN 12 Jakarta.

Data perilaku kreatif pada pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya

dilakukan pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� +

(0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari

pengkategorikan tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan

Kategori

No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 9,00 26,47% 2 Sedang 10,00 29,41% 3 Rendah 15,00 44,12%

Berdasarkan Tabel 4.6 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.

Lanjutan Tabel 4.5

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

45

Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori

Berdasarkan perilaku kreatif siswa KIR SMAN 12 Jakarta yang termasuk baik ini,

diharapkan menjadi kader pengelolaan sampah bagi masyarakat dilingkungan tempat

tinggalnya. Siswa KIR ketika kembali ke masyarakat diharapkan dapat

mengembangkan dan mengajarkan keterampilan yang dimilikinya tentang mengelola

sampah dan dapat memasarkan hasil karyanya. Dengan demikian diharapkan

permasalahan timbulan sampah dapat teratasi dan tingkat ekonomi masyarakatpun

menjadi lebih baik.

4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah Pada Perilku Kreatif Mengelola sampah

Berdasarkan data pengetahuan sebagaimana dihasilkan pada subbab 4.3.1 dan

perilaku kreatif sebagaimana dihasilkan pada sub bab 4.3.2, maka data tersebut

dirangkum ke dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan Sampah

No Responden

Pengetahuan Perilaku Kreatif Organik & An Organik

Red uced

Reu sed

Rec ycle

Jum lah

Pelas tik

Ker tas

Kom pos

Rata- rata

1 6 2 0 2 10 82 78 75 78 2 5 5 3 3 16 84 84 77 82 3 5 4 2 3 14 84 84 78 82

26,47%

29,41%

44,12%

Tinggi

Sedang

Rendah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

46

No Responden

Pengetahuan Perilaku Kreatif Organik & An Organik

Red uced

Reu sed

Rec ycle

Jum lah

Pelas tik

Ker tas

Kom pos

Rata- rata

4 5 5 4 2 16 84 82 78 81 5 5 5 4 3 17 84 86 77 82 6 5 5 3 2 15 85 86 77 83 7 6 5 5 3 19 82 85 78 82 8 5 3 3 2 13 90 90 90 90 9 7 4 4 1 16 92 92 92 92

10 4 3 5 3 15 82 80 77 80 11 3 4 3 2 12 81 80 77 79 12 4 5 5 2 16 86 86 80 84 13 4 6 3 2 15 93 96 93 94 14 3 5 5 3 16 82 82 78 81 15 5 4 3 1 13 80 84 75 80 16 4 5 3 2 14 94 95 95 95 17 4 6 4 2 16 82 78 78 79 18 7 3 4 2 16 81 82 78 80 19 6 4 2 2 14 81 80 77 79 20 3 5 4 2 14 89 86 80 85 21 4 5 3 1 13 84 96 77 86 22 4 4 5 3 16 85 78 80 81 23 2 4 4 2 12 84 80 78 81 24 3 6 4 1 14 89 92 80 87 25 1 2 4 2 9 80 78 75 78 26 4 6 4 3 17 93 96 93 94 27 6 3 4 3 16 80 78 77 78 28 6 5 2 3 16 80 80 77 79 29 7 4 5 3 19 83 80 76 80 30 6 4 4 2 16 81 80 77 79 31 4 6 2 3 15 81 82 76 80 32 7 4 4 2 17 86 90 90 89 33 6 5 5 3 19 93 95 93 94 34 6 3 5 3 17 89 88 90 89

Rata-rata 4,76 4,38 3,65 2,29 15,09 84,72 84,97 80,85 83,51 Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dilakukan analisis statistik dengan menggunakan

bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung koefisien korelasi

Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis tersebut

dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Lanjutan Tabel 4.7

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

47

Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan

Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer

Perilaku Kreatif Pelastik Kertas Kompos Rata2

Peng

etah

uan

Peng

elol

aan

Sam

pah

Pemilahan Sampah Organik & An Organik

Pearson Correlation -.014 .044 .158 .065

Sig. (2-tailed) .938 .806 .372 .716

N 34 34 34 34

Reduced Pearson Correlation .337 .443** .187 .339*

Sig. (2-tailed) .052 .009 .289 .050

N 34 34 34 34

Reused Pearson Correlation .178 .082 .184 .164

Sig. (2-tailed) .314 .645 .297 .353

N 34 34 34 34

Recycle Pearson Correlation -.121 -.268 -.038 -.144

Sig. (2-tailed) .495 .126 .829 .417

N 34 34 34 34

jumlah Pearson Correlation .208 .205 .275 .247

Sig. (2-tailed) .237 .245 .115 .160

N 34 34 34 34

Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 4.8 adalah cuplikan dari lampiran 5. Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat

dilihat bahwa terdapat korealasi positif sebesar 0,247 antara Jumlah (Pengetahuan

Pengelolaan Sampah) dan Rata2 (Prilaku Kreatif Mengelola Sampah). Hal ini berarti

semakin tinggi pengetahuan tentang pengelolaan sampah, maka semakin tinggi

perilaku kreatif siswa dalam hal mengelola sampah. Jika tarap kesalahan ditetapkan

α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p berdasarkan hasil analisis

statistik sebesar 0,160. Karena p>α (0,160>0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pengelolaan sampah dan

perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

48

Jika ditelusuri lebih jauh, berdasarkan tabel 4.6 ternyata hampir semua indikator

pengetahuan pengelolaan sampah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

kesimpulan yang sama yaitu tidak terdapat hubungan dan tidak signifikan. Indikator

yang memiliki hubungan positif dan signifikan hanya indikator Reduced. Indikator

Reduced dan Perilaku Kreatif terdapat korelasi positif sebesar 0,339. Jika tarap

kesalahan untuk korelasi reduced dan Perilaku kreatif ditetapkan 5%, maka H0

ditolak dan H1

Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara pengetahuan pengelolaan sampah

dengan perilaku kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r

diterima (p=α ; 0,050=0,050) artinya terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara reduced dengan perilaku kreatif dalam mengelola sampah.

2

Untuk menganalisis kecilnya nilai koefisien korelasi yang terjadi, pertama mungkin

diperlukan jumlah sampel yang lebih besar dari penelitian ini. Meskipun Korelasi

yang diukur dalam sampel menaksir korelasi dalam populasi yang diambil

sampelnya. Korelasi dalam suatu sampel tidak menjadi meningkat atau menjadi lebih

kuat dengan menambah jumlah satuan sampel, tetapi sampel yang lebih besar

mungkin diperlukan untuk meyakinkan keberartian statistik dari korelasi yang lemah.

).

Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,0610. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pengetahuan pengelolaan sampah memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan

sampah sebesar 6,10%. Artinya 93,90% perilaku kreatif mengelola sampah

dipengaruhi oleh faktor lain.

Kedua, banyak siswa yang baru mengikuti ekstrakurikuler KIR. Siswa baru KIR

tersebut tidak memahami setiap langkah dalam pembuatan karya berbahan dasar

sampah. Siswa tersebut hanya melakukannya berdasarkan langkah kerja yang ada.

Jika siswa tersebut melakukan sesuatu tanpa memahami setiap langkah yang

dilakukan, maka dampaknya akan menimbulkan kegagalan. Contoh langkah kerja

yang harus dipahami setiap langkah adalah dalam pembuatan kompos. Pada

pembuatan kompos diperlukan peran bakteri pengurai didalamnya. Ketika tidak tepat

menangani bakteri pengurai dalam pembutan kompos, maka akan menyebabkan

bakteri pengurai mati. Jika hal tersebut terjadi, maka kompos tidak akan jadi. Hal

tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata siswa dalam hal pembuatan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

49

kompos. Rata-rata tersebut merupaka rata-rata yang terendah dibanding nilai rata-

rata pembuatan karya yang lainnya.

Ketiga, instrumen yang kurang baik. Realiabilitas instrumen yang digunakan kurang

begitu baik (r = 0,79) dengan validitas item soal terkonsentrasi pada derajat rendah (r

= 0,2 - 0,4). Implikasi dari rendahnya validitas dan reliabilitas tersebut adalah

menjadi lemahnya daya pembeda, dan tingkat kesukaran setiap item soal.

Dampaknya siswa menjadi bingung dalam menentukan pilihan jawaban.

Keempat, pengetahuan pengelolaan sampah yang ditanyakan tidak tepat dengan apa

yang dilakukan oleh siswa dalam pembutan karya berbahan dasar sampah.

Pengetahuan yang diukur seharusnya pengetahuan “bagaimana”, sedangkan

pengetahuan yang diukur adalah pengetahuan “mengapa”. Dengan demikian wajar

jika pengetahuan pengelolaan sampah menjadi lemah pengaruhnya terhadap perilaku

pengelolaan sampah.

Kelima, jika melihat data yang dihasilkan. Terdapat beberapa siswa yang memiliki

perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan pengelolaan

sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya. Hal tersebut dapat diperhatikan pada

Tabel 4.7.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa lemahnya pengaruh

pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif pada pengelolaan

samapah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya sampel

yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR sehingga mereka belum

terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar sampah. Ketiga, instrument

yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang lemah. Keempat,

ketidaktepatan pengetahuan yang diukur. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang

memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan

pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

50

4.4 Pengaruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah 4.4.1 Kemampuan Berpikir kreatif Untuk penilaian berpikir kreatif, peneliti tidak memiliki keahlian dalam pengukuran

dan pemberian skoranya. Dengan demikian pengukuran dan pemberian skor

dilakukan oleh Psikolog. Peneliti hanya mengetahui langkah-langkah pemberian skor

saja. Skor rata-rata berpikir kreatif (CQ) dari 34 siswa adalah 105,85 SD = 10,33.

Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan nilai berpikir kreatif siswa dapat dilihat

pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta

Nomor Responden Kelas Berpikir Kreatif (CQ) 1 X-1 101 2 XI IPA 2 109 3 XI IPA 1 92 4 X-4 109 5 XI IPA 3 114 6 X-5 101 7 XI IPA 1 103 8 XI IPA 2 110 9 XI IPA 1 88

10 XI IPA 1 124 11 XI IPA 3 118 12 XI IPA 2 110 13 XI IPA 3 128 14 XI IPA 1 110 15 X-5 101 16 XI IPA 2 107 17 XI IPA 3 93 18 X-3 92 19 XI IPA 1 124 20 XI IPA 1 110 21 XI IPA 2 116 22 X-4 95 23 X-6 97 24 XI IPA 1 110 25 X-5 103 26 XI IPS 2 96 27 XI IPA 3 112 28 XI IPA 1 110 29 X-6 121

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

51

Nomor Responden Kelas Berpikir Kreatif (CQ) 30 XI IPA 3 94 31 XI IPA 1 101 32 XI IPA 2 99 33 XI IPA 1 109 34 XI IPA 3 92

Rerata 105,85 SD 10,33 Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa rata-rata Creative Quotient (CQ) yang

dimiliki siswa KIR SMAN 12 adalah 105,85 dengan Standar Deviasi (SD) 10,33.

Nilai rata rata tersebut dapat dikatogoikan cukup ( CQ Nasional 90-110). CQ di atas

110 dikategorikan baik, dan di bawah 90 termasuk kategoi rendah. Untuk lebih

jelasnya tentang kategori CQ yang didapatkan siswa KIR SMAN 12 dapat dilihat

pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori

No Kategori Jumlah % 1 Tinggi 8 23,53% 2 Sedang 25 73,53% 3 Rendah 1 2,94%

Berdasarkan Tabel 4.10 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.

Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori

23,53%

73,53%

2,94%

Tinggi

Sedang

Rendah

Lanjutan Tabel 4.9

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

52

4.4.2 Pengeruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Berdasarkan data berpikir kreatif (CQ) yang berada pada subbab 4.4.1 dan perilaku

kreatif yang berada pada subbab 4.3.2, maka kedua data tersebut digabungkan untuk

dianalisis lebih lanjut. Gabuangan kedua data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta

Nomor Responden Kelas Berpikir

Kreatif (CQ) Perilaku Kreatif

Pelastik Kertas Kompos Rata-rata 1 X-1 101 82 78 75 78,3 2 XI IPA 2 109 84 84 77 81,7 3 XI IPA 1 92 84 84 78 81,8 4 X-4 109 84 82 78 81,2 5 XI IPA 3 114 84 86 77 82,2 6 X-5 101 85 86 77 82,5 7 XI IPA 1 103 82 85 78 81,7 8 XI IPA 2 110 90 90 90 89,8 9 XI IPA 1 88 92 92 92 91,8

10 XI IPA 1 124 82 80 77 79,7 11 XI IPA 3 118 81 80 77 79,3 12 XI IPA 2 110 86 86 80 84,0 13 XI IPA 3 128 93 96 93 93,8 14 XI IPA 1 110 82 82 78 80,7 15 X-5 101 80 84 75 79,7 16 XI IPA 2 107 94 95 95 94,7 17 XI IPA 3 93 82 78 78 79,2 18 X-3 92 81 82 78 80,3 19 XI IPA 1 124 81 80 77 79,2 20 XI IPA 1 110 89 86 80 85,0 21 XI IPA 2 116 84 96 77 85,5 22 X-4 95 85 78 80 81,0 23 X-6 97 84 80 78 80,5 24 XI IPA 1 110 89 92 80 87,0 25 X-5 103 80 78 75 77,7 26 XI IPS 2 96 93 96 93 94,0 27 XI IPA 3 112 80 78 77 78,3 28 XI IPA 1 110 80 80 77 79,0 29 X-6 121 83 80 76 79,7 30 XI IPA 3 94 81 80 77 79,3 31 XI IPA 1 101 81 82 76 79,7 32 XI IPA 2 99 86 90 90 88,7

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

53

Nomor Responden Kelas Berpikir

Kreatif (CQ) Perilaku Kreatif

Pelastik Kertas Kompos Rata-rata 33 XI IPA 1 109 93 95 93 93,7 34 XI IPA 3 92 89 88 90 89,0

Rerata 105,85 84,72 84,97 80,85 83,51 SD 10,33 4,35 5,99 6,46 5,28 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, data tersebut selanjutnya dilakukan analisis statistik

dengan menggunakan bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung

koefisien korelasi Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil

analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 adalah cuplikan dari lampiran 5.2. Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat

dilihat bahwa terdapat korealasi negatif sebesar -0,024 antara berpikir kreatif dan

perilaku kreatif (Rata2) dalam mengelola sampah. Hal ini berarti jika berpikir kreatif

tinggi maka perilaku kreatif siswa rendah dalam hal mengelola sampah. Jika tarap

kesalahan ditetapkan α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p

berdasarkan hasil analisis statistik sebesar 0,895. Karena p>α (0,895>0,05), maka H0

diterima dan H1

Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif

ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara berpikir kreatif dan

perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan.

Perilaku Kreatif

Pelastik Kertas Kompos Rata2

Berpikir

Kreatif (CQ)

Pearson Correlation -.030 .070 -.109 -.024

Sig. (2-tailed) .867 .696 .538 .895

N 34 34 34 34

Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara berpikir kreatif dengan perilaku

kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r2). Koefisien

determinasi yang didapat adalah 0,00058. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir

Lanjutan Tabel 4.11

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

54

kreatif memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan sampah sebesar 0,058%.

Artinya 99,42% perilaku kreatif mengelola sampah dipengaruhi oleh faktor lain.

Kecilnya nilai korelasi yang terjadi antara berpikir kreatif dan perilaku kreatif dalam

hal mengelola sampah, peneliti mencoba mengkonfirmasi pada guru pembimbing

KIR SMAN 12. Sebelum saya mengkonfirmasi atas apa yang ditemukan, guru

pembimbing langsung bertanya mengenai hasil yang diperoleh beberapa siswa yang

dianggapnya bagus ketika mengikuti KIR. Siswa yang ditanyakan adalah responden

nomor 8, 13, 26, 33. Beliau mengemukakan bahwa siswa-siswa tersebut berperan

aktif dalam KIR. Ketika mengetahui ada beberapa siswa yang ditanyakannya

memiliki nilai berpikir kreatif rendah beliau langsung bertanya, kenapa nilai

berpikirnya rendah padahal mereka sangat kreatif menurutnya.

Mendapatkan pernyataan yang dikemukakan pembimbing KIR, peneliti langsung

memeriksa nilai berpikir kreatif dan perilaku kreatif siswa yang didapatkan.

Berdasarkan penelusuran tersebut didapatkan bahwa terdapat siswa yang memiliki

nilai berpikir kreatif tinggi sedangkan perilaku kreatifnya rendah hal tersebut

ditemukan pada responden nomor 10, 11, 12, 14, 19, 20, 21, 24, 27, 28, dan 29.

Ditemukan juga siswa yang memiliki nilai perilaku kreatifnya rendah tetapi perilaku

kreatifnya tinggi. Responden tersebut adalah responden nomor 9, 26, dan 33.

Berdasarkan paparan guru pembimbing, peneliti mendapatkan informasi bahwa

responden nomor 13 yang memiliki nilai berpikir kreatif tertinggi mempunyai karya

yang menurutnya sangat kreatif. Responden nomor 13 membuat suatu karya

berbahan dasar rumput dan daun pisang diolah dengan menggunakan prinsip dan

sedikit perubahan langkah-langkah seperti membuat daur ulang kertas. Hasil dari

karya tersebut adalah berupa kertas berwarna hijau menyerupai karpet. Hasil karya

tersebut mendapatkan juara dan penghargaan dalam perlombaan.

Mendapat informasi tersebut, peneliti sependapat dengan apa yang dikemukakan

guru pembimbing bahwa karya yang dibuat oleh responden nomor 13 termasuk hasil

karya yang kreatif. Pada umunya orang lain menggunakan bahan sampah kertas

untuk membuat daur ulang kertas, tetapi responden 13 menggunakan bahan lain

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

55

sebagai bahan dasarnya. Jika melihat bahan dasar untuk membuat kertas yang berasal

dari kayu, hal tersebut dapat, difahami dan memungkinkan untuk dilakukan.

Jika hasil karya yang dibuat oleh responden 13 tersebut memiliki kualitas baik, maka

merupakan sebuah kabar gembira bagi pengelola sampah. Rumuput-rumput yang

tumbuh liar di pekarangan rumah yang dapat menggangu keindahan menjadi

bermanfaat karena dapat dibuat sesuatu yang berarti.

Berdasarkan hasil analisi statistik dan informasi yang didpatkan dari guru

pembimbing, hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Munandar yang mengatakan bahwa 1). Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu

memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif

tinggi diduga memiliki kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang

dilakukan bahwa siswa berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes

kreativitas termasuk memiliki prestasi dibawah kemapuan.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

57

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif siswa pada

pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya

pengaruh tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah

kurangnya sampel yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR

sehingga mereka belum terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar

sampah. Ketiga, instrument yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas

yang lemah sehingga tidak dapat mengukur apa yang akan diukur. Keempat,

ketidaktepatan pengukuran pengetahuan. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang

memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan

pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya.

2. Pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan

sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya pengaruh tersebut

disebabkan krena terdapat beberapa siswa yang memiliki nilai berpikir kreatif

tinggi tetapi perilaku kreatifnya rendah, dan sebaliknya. Kenyataan tersebut

sejalan dengan yang dikatakan Munandar (1999) yang mengatakan bahwa 1).

Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu memiliki kreativitas yang tinggi,

tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi diduga memiliki

kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang dilakukan bahwa siswa

berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes kreativitas termasuk

memiliki prestasi dibawah kemapuan

5.2 Saran 5.2.1 Bagi peneliti 1. Perlu dilakukan penelitian ulang untuk memastikan hubungan yang terjadi anatar

pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif pada perilaku kreatif

pengelolaan sampah. Penelitian ulang sebaiknya menggunakan instrument yang

benar-benar valid supaya dapat mengukur apa yang diukur.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

58

2. Untuk pengukuran perilaku kreatif sebaiknya dilakukan langsung pada hasil

karya yang dibuat siswa. Jika pengukuran perilaku kreatif tersebut berdasar dari

hasil penilaian guru dikhawatirkan indikator yang digunakan tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan dalam penelitian.

3. Hasil pengukuran kreativitas sangatlah subjektif, untuk itu dalam pengukuran

dan menginpretasikan hasilnya perlu didampingi oleh orang yang benar-benar

ahli sehingga subjektivitas dalam pengukuran dapat berkurang.

4. Untuk instrumen pengetahuan pengelolaan sampah, sebelum instrument disusun

sebaiknya pastikan untuk memiliki silabus pengelolaan sampah yang akan

diukur. Selanjutnya buat kisi-kisi sebaik mungkin untuk membuat item soal.

Item soal harus dibuat berdasarkan indikator dalam silabus dengan

memperhatikan kaidah-kaidah dalam pembuatan item soal untuk penelitian.

Instrument yang telah disusun selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas instrument. Untuk menguji validitas, sebaiknya tidak hanya

berdasarkan hitungan statistik saja, tetapi mintalah pendapat para ahli dibidang

pengelolaan sampah dan yang menekuni dalam hal pembuatan instrumen.

5. Penelitian ini sebaiknya dilakukan secara kerjasama antara yang menekuni

pengelolaan sampah, psikolog, dan pengajar. Ahli pengelolaan sampah bertugas

untuk memahami maslah lingkungan yang diakubatkan oleh sampah. Psikolog

bertugas menjaring data berpikir kreatif, perilaku kreatif, dan pengetahuan

pengelolaan sampah serta menganalisis lembar kuesioner yang didapatkan dari

siswa. Pengajar bertugas untuk memahami apa yang dirasakan oleh siswa.

Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan yang lebih mendalam.

6. Untuk pemilihan subjek, sebaiknya subjek yang digunakan lebih banyak supaya

kesimpulan yang dihasilkan bermakna.

5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta 1. Meningkatkan terus kreativitas anak didiknya dalam pengelolaan sampah.

dengan cara lebih meningkatkan lagi kebebasan yang diberikan pihak sekolah

pada siswanya untuk berkarya lebih banyak. Mengadakan lomba kreativitas

tentang sampah secara berjenjang, mulai dari tingkat kelas, kelas paralel,

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

59

sekolah, dst. Dengan demikian diharapkan kreativitas siswa dapat terbina dengan

baik.

2. Pengelolaan sampah sebaiknya tidak hanya diberlakukan pada siswa KIR dan

kelas X saja, juga diberlakukan bagi kelas XI dan XII sehingga lingkungan

sekolah menjadi bersih dan indah. Dengan demikian diharapkan sekolah menjadi

pembentukan karakter siswa dalam pengelolaan sampah khususnya dan menjaga

lingkungan pada umumnya.

3. Meningkatkan pendampingan pada siswa supaya dapat memasarkan hasil

karyanya.

4. Untuk mendukung penerapan UU No 32 tahun 2009 tentang PPLH sebaiknya

pengelolaan sampah tidak hanya diberikan bagi siswa KIR dan siswa kelas X

saja, tetapi diberikan juga pada kelas XI dan XII.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

61

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Baihaqi. 2008. Menggali Kreativitas Tenaga Didik. 7 hlm.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196212081988031-M.I.F_BAIHAQI/MIF_Makalah_disajikan/Mif_Forum_Ilmu_6/Makalah_Menggali_Kreativitas_TenagaDidik_MIF.pdf. 2 Juli 2010.

Campbell. 1986. Take The Road to Creativity and get off your dead end. Disadur

oleh Mangunhardjana. Kanisius. Yogyakarta. Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria, Virginia ASCD. de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. KAIFA, Bandung. Farida, W. 1999. Beberapa Faktor yang Behubungan Dengan Perilaku (Pengetahuan,

Sikap Praktek) Masyarakat dalam Mengelola Limbah Domestik di Wilayah Das Garang Semarang. Tesis, Universitas Diponegoro

Girl Tan (Editor). 2007. Creativity, a Handbook for Teachers. National Institute of

Education, Nanyang Technological University, Singapor Guilford, JP. 1965. “Intellectual Factors in Productive Thinking”. Dalam Ascher

dan Bish. Produktif Thinking in Education. Woshington DC: The Nasional Education Association & The Carnegie Cooperation of New York.

Hassoubah, Z. I. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Terj. Dari Developing

Creative & Critical Thingking Skill. Nuansa, Bandung. Hermawan dan Oman Roesman. 2008.Perilaku Pedagang Sayur dalam Mengelola

Kebersihan Lingkungan Hidup. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2 Hal. 186-192.

JICA. 2008. Statistik Persampahan Indonesia. Kementerian Negara Lingkungan

Hidup, Jakarta. Karli, H. 2003. Head Hand Heart 3H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bina

Media Informasi, Bandung. Kasnodihardjo, at al. 1997. Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan

Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat. Depkes RI, Jakarta.

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

62

Keraf, S dan Mikhael D. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Kanisius, Yogyakarta

Kirmato, D. 2010. Seminar Nasional : Keberlanjutan Jakarta Sebagai Ibu Kota

Negara dan Kota Pusat Pemerintahan. PSIL-UI, Jakarta. KLH. 2008. Panduan Praktis Pemilahan Smapah. KLH, Jakarta. Kominfomas JT. 2010. Tanpa Peran Masyarakat, Sampah Akan Tetap Jadi Masalah

Jaktim 2010. http://timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=210. 4 Juli 2011. Kurniawan, E. 2010. Pengelolaan Smapah di Indonesia.

http://www.iec.co.id/berita/pengelolaan-sampah-di-indonesia 4 Juli 2011 Krathwohl, DR. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. THEORY

INTO PRACTICE, Volume 41, Number 4. Maher, ML. Kathryn Merrick & Rob Saunders. 2009. Achieving Creative Behaviour

Using Curious Learning Agents, University of Sydney Miller. 2007. Living In The Environmen. Thomoson, Canada. --------. 2008. Environmental Science. Thomson, Canada Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Grasindo, Jakarta --------------- 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta, Jakarta. Mundiri. 1994. Logika. Rajawali Press, Jakarta. Notoatmodjo. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Pratoom, et. al. 2009. Exploring the interaction effect between constructive culture

and organizational knowledge management affecting creative behavior. European Journal of Management, 8 hlm. http://www.freepatentsonline.com/article/European-Journal-Management/208535114.html, 10 Desember 2010.

Rooijakkers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Gramedia, Jakarta. Ruseffendi, E. 1994 Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang non-Eksakta

Lainnya. Ikip Semarang Press, Semarang. Sembel, R. 2006. 7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif. Tersedia:

http://alexbudiyanto.web.id/?p=34. 08 September 2009)

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

63

Semiawan, Conny R, et. al. 2002. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Shaughnessy, MF. 1998. An Interview with E. Paul Torrance: About Creativity.

Educational Psychology Review, Vol. 10, No. 4, 1998 Simpson, M. 2007. The Importance of Creativity on Our Global Society and in

Today’s Educational System. Baylor University. 18 hlm. http://www.wfate.org/papers/Power_and_Influence_of_the_Right_Brain.pdf, 12Mei 2010, pk. 18.30 WIB.

Soeryani M., R. Ahmad, R. Munir. 2008. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press, Jakarta. Solso, R. Otto HM, M Kimberly M. 2008. Psikologi kognitif. Terj. dari Cognitive

Psycology. Oleh Mikael Raharjanto dan Kristianto Batuadji. Erlangga, Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta,

Jakarta. Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar KebijakanPembangunan

Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta Sugiono. 2003. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung. Supriadi, D. 1997. Kreativitas dalam Perkembangan Kebudayaan dan IPTEK.

Gramedia, Jakarta. Suriasumantri 1981. Logika Ilmu Nalar. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Syamsudin, A. 2002. Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Trihadiningrum, Y. 2010. Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota

dalam Rangka Pencapaian Millennium Development Goals. Dalam MDGs. Kompas, Jakarta

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Numed, Yogyakarta Wijaya, C. 1996. PENDIDIKAN REMEDIAL. Sarana Pengembangan Mutu Sumber

Daya Manusia. Rosdakarya, Bandung. Yusuf, S. 2002. Pengantar Teori Kepribadian. Jurusan psikologi dan bimbingan FIP

UPI, Bandung

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 1

63

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif pada Perilaku Siwa dalam mengelola sampah. Untuk itu mohon agar dapat diisi apa adanya, sesuai dengan kemampuan, sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Hasil dari lembar kuesioner ini tidak dipublikasikan dan hanya digunakan untuk keperluan akademis. Atas kerja samanya, saya ucapkan terima kasih… I. Petunjuk pengisian: a. Bacalah dengan cermat dan teliti

setiap item dari pertanyaan berikut ini.

b. Berilah tanda (X) pada kolom lembar jawaban yang Anda anggap benar.

II. Pilihan Soal berganda 1. Sampah organik adalah …

a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup

b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup

c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup

d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar

2. Sampah an-organik adalah …

a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup

b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup

c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup

d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar

3. Prinsip reused adalah menggunakan

kembali … a. barang-barang bekas tidak layak

pakai b. barang-barang bekas layak pakai

c. barang-barang yang sudah dibuang d. barang-barang yang sudah tidak

memiliki nilai 4. Prinsip reduced adalah mengurangi

sampah dengan cara … a. mengganti barang-barang tidak

layak pakai b. membeli barang-barang berkualitas

baik c. membeli keranjang belanja ketika

berbelanja d. membawa keranjang belanja ketika

berbelanja

5. Prinsip recycle adalah … a. menghancurkan barang bekas

untuk dibentuk kembali b. menghancurkan sampah untuk

dibentuk kembali c. menghancurkan barang bekas

supaya mudah terurai d. menghancurkan sampah supaya

mudah terurai 6. Pernyataan manakah yang paling

tepat dalam menggambarkan prinsip reduced? a. membakar sampah di tempat

terbuka b. menimbun sampah di lahan kosong c. membeli jajanan berkemasan

tradisional d. memakan baso di warung baso

7. Manakah pernyataan berikut yang

benar … a. Sampah organik pengelolaannya

lebih susah dari sampah an-organik b. Sampah an-organik

pengelolaannya lebih susah dari sampah organik

c. Sampah organik dan sampah an-organik sama-sama mudah terurai

d. Sampah organik dan sampah an-organik dihasilkan dari makhluk hidup

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 1

64

8. Dalam aksinya di panggung musik, Kelompok musik Klanting menggunakan perabot dapur bekas sebagai alat musiknya. Sebetulnya klanting telah menerapkan prinsip 3R, yaitu…. a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi

9. Jajanan manakah yang berpotensi

menimbulkan sampah paling sedikit ? a. Ayam goreng c. Soto ceker b. Sate d. Bakpau

10. Manakah produk berikut yang

dihasilkan dari proses daur ulang ? a. Kertas - Bubur kertas - Kertas b. Kulit pisang - pakan ternak -

Pupuk kandang c. Sampah sayur - Fermentasi -

Pupuk kompos d. Ember cat - cuci - Penampungan

air

11. Unsur-unsur manakah di bawah ini yang menyusun molekul sampah organik? a. C, H c. C, H, N b. C, H, O d. N, H

12. Berusaha untuk tidak membeli

jajanan dalam kemasan plastik merupakan prinsip … a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi

13. Gas yang dihasilkan dari biogas yang

kegunaannya setara dengan Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah ... a. karbon dioksida (CO2b. Karbon monoksida (CO)

)

c. metana (CH4d. hidrogrn (H

) 2

)

14. Cara pengelolaan sampah organik yang tepat adalah dengan cara … a. Komposting c. Penimbunan b. Pembakaran d. Daur ulang

15. Jajanan yang berpotensi

menimbulkan sampah paling Banyak adalah … a. ayam goreng c. soto ceker b. sate d. Bakpau

16. Penggunakan kembali pakaian kalian yang sudah tidak cukup untuk dijadikan lap atau keset, sebenarnya menerapkan prinsip ... a. reuse c. recycle b. reduce d. Reabsorpsi

III. Pilihan Benar atau Salah. 17. Untuk mempermudah dalam

pembuatan bubur kertas, kertas disobek kecil-kecil dan direndam selama satu malam sebelum diblender. a. Benar b. Salah

18. Reduced adalah mengurangi timbulan sampah dengan cara dibakar…. a. Benar b. Salah

19. Limbah kayu tidak termasuk sampah

organik a. Benar b. Salah

20. Sampah organik yang mengandung

banyak air (sampah basah) lebih mudah terurai dibanding sampah organik yang mengandung sedikit air (sampah kering). a. Benar b. Salah

21. Semua zat organik jika terurai akan

menjadi zat anorganik a. Benar b. Salah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 12 JAKARTA Jl.Pertanian Klender – Jakarta Timur. Telp. 021 - 8615180

SILABUS

Nama Sekolah : SMA N egeri 12 Jakarta Mata Pelajaran : Muatan Lokal (Lingkungan Hidup ) Kelas/Program : X Semester : 1 Alokasi : 12 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 1. Memahami tentang lingkungan hidup

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

1.1 Mendeskripsikan

masalah lingkungan hidup

Lingkungan Hidup • Merupakan sistem

kehidupan dengan semua benda

• Permasalahan lingkungan seperti sampah, banjir, pemanasan global dan polusi

• Penyebab masalah lingkungan karena aktifitas manusia

• Solusi masalah lingkungan, pembinaan

• Pengertian lingkungan hidup

• Mendeskripsikan secara kelompok permasalahan - permasalahan lingkungan

• Penyebab munculnya

permasalah lingkungan yang ada

• Memberikan pendapat atau

contoh masalah lingkungan berikut solusinya

• Menjelaskan pengertian lingkungan hidup

• Menjelaskan permasalahan-permasalahan lingkungan

• Mendeskripsikan

penyebab masalah lingkungan

• Memberikan pendapat

contoh masalah lingkungan

Jenis Tagihan: Performansi, Tugas kelompok, Ulangan Bentuk Tagihan: Pengamatan sikap, Uraian, Pilihan

4 X 45 ‘

Sumber: Pendidikan lingkungan hidup depdiknas

F.PM.KUR.02.L5.0

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

dan penyuluhan, pengawasan terhadap pembuangan limbah

• Mendeskripsikan pemecahan masalah lingkungan yang sedang berlangsung di muka bumi ini

ganda,

1.2 Menjelaskan tujuan

pengelolaan lingkungan hidup

Sadar bahwa dalam hidup dan kehidupan sangat tergantung kepada faktor-faktor yang ada di dalam dan di lingkungan sekitar Lingkungan Bersih • Sampah berada pada

tempatnya • Menanam pohon • Menata tanaman • Saluran air lancar • Hemat pemakaian air • Hemat pemakaian energi Manfaat • Kadar O2 tinggi, CO2

terserap tumbuhan melalui proses Fotosintesis, sarang nyamuk hilang dan bebas polusi

• Menggali informasi difinisi

Pengelolaan lingkungan hidup

• Mendeskripsikan manfaat

yang dapat dirasakan dari lingkungan bersih

• Menjelaskan pengertian

pengelolaan lingkungan • Memberikan contoh cara

pemgelolaan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat

• Menjelaskan manfaat

yang didapat dari pengelolaan lingkungan

Jenis Tagihan: Tugas kelompok, performans, ulangan. Bentuk pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.

2 X 45’

Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas

1.3 Melakukan pengelolaan lingkungan dilokasi

• Merencanakan aksi bersih • Merencanakan aksi

penghijauan

• Membuat rencana aksi bersih dikelas

• Mendiskusikan alat apa

• Menyiapkan alat-alat kebersihan kelas

Jenis tagihan: Tugas

6x 45’ Sumber: Acuan

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

sekitar • Kriteria bersih adalah bebas dari sampah dan debu dalam kelas tanpa ada coret-coretan

• Penanaman pohon adalah suatu cara untuk penghijauan dan penyejuk lingkungan

• Pohon adalah mahluk hidup yang perlu di rawat dan di jaga

saja yang akan dipakai • Pembagian tugas

berdasarkan kelompok menyapu, bersihkan kaca, bersihkan meja, tembok, ac dan papan tulis

• Penataan asesoris ruangan berupa gambar-gambar, jam dinding, papan pengumuman, letak OHP dan lemari

• Setiap siswa wajib menanam satu pohon untuk penghijauan di sekitar sekolah

• Membersihkan kelas • Melakukan penataan kelas • Melakukan penanaman

pohon di lingkungan sekolah

• Melakukan perawatan

dan penyiraman pohon

kelompok, performans, ulangan. Bentuk instrumen: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, pilihan ganda,

Pendidikan lingkungan hidup depdiknas

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

SILABUS

Nama sekolah : SMA N 12 Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 1 Alokasi waktu : 10 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 2. Memahami tehnik pengelolaan limbah padat

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

2.1. Pemilahan

Sampah (limbah padat)

• Berdasarkan sumbernya sampah

(limbah padat) terdapat disetiap tempat dimana mahluk hidup mengadakan aktifitas

• Limbah padat berdasarkan jenisnya terdiri dari sampah organik (daun), sampah anorganik (plastik, karet, kaca),dan sampah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun)

• Sampah dapat menimbulkan masalah lingkungan

• Sampah dapat dikelola

• Mendiskusikan pengertian

sampah, sumber sampah dan jenis sampah

Unjuk kerja • melakukan pemilahan

sampah • membuat tabel

penghitungan jenis sampah • membuat laporan • Mendiskusikan masalah

sampah yang di buang sembarangan

• Mendiskusikan pengertian

sampak • Melakukan pemilahan

sampah organik dan anorganik

• Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan sekolah

• Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian dari sampah yang di buang sembarangan

Jenis tagihan: Tugas kelompok, ulangan. Bentuk tagihan: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, uraian.

4 X 45’

Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup Depdiknas Alat: Tong sampah

2.2. Pengelolaan limbah organik dan anorganik

Limbah padat anorganik sulit untuk diuraikan alam, untuk mengurangi jumlah sampah maka perlu dilakukan proses 3 R (Recycle, Reuse, Reduce)

• Merancang dan melakukan

pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada disekolah

• Melakukan percobaan Recycle dari sampah organik

• Membuat produk daur

ulang limbah padat anorganik yang bermanfaat

• Mendaur ulang kertas

Jenis tagihan: Tugas Kelompok, Tugas Individu, Performans, ulangan.

6 x 45’

Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

Mendaur ulang kertas pembuatan kompos dari daun-daun kering dan basah, serbuk gergaji, dedak dan Bioaktifator berupa EM4

• Mengolah sampah organik menjadi kompos

Bentuk instrumen Produk, Tes unjuk kerja, Tes sikap, Uraian, pilihan ganda

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 12 Jakarta Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Alokasi waktu : 10 jam Pelajaran Standar Kompetensi: : 3. Pengelolaan sumber daya air dan limbah cair

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

3.1. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sumber daya air

AIR • Air yang berada dimuka

bumi 97% air laut • 2% gunung es • 0,75% air tawar • 0,25% penguapan

Pemanfaatan air • Minum, makan • MCK • Transfortasi • Industri • Rekreasi • Perairan • Pertanian Konservasi air Konservasi air adalah menjaga kwalitas air

• Melakukan studi Pustaka

tentang sumber daya air, upaya konservasi

• Mendiskusikan Jumlah air bersih yang dimanfaatkan setiap hari dibandingkan dengan ketersediaan air bersih dimuka bumi

• Mendiskusikan fungsi dan manfaat air

• Merancang pemanfaatan

air yang sudah tercemar • Melakukan percobaan

dari hasil rancangan mengenai penjernihan air yang tercemar dapat dimanfaatkan kembali

• Mengenali upaya-

upaya pemanfaatan sumber daya air

• Menjelaskan upaya-

upaya konservasi sumber daya air yang dapat dilakukan oleh manusia

• Merancang proses

pemanfaatan air yang sudah tecemar

• Melakukan upaya

penjernihan air tercemar

Jenis Tagihan: Tugas kelompok, Tugas Individu,, Ulangan, Performans Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap

4 X 45’

Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Botol plastik Sabut kelapa Pasir,batu,kerikil arang

3.2 . Mendeskripsikan konsep melestarikan persediaan air tanah

Ait tanah adalah air tawar yang berada dalam tanah hasil penyerapan dari air

• Mendiskusikan mengenai siklus air

• Mendiskusikan tentang

• Menjelaskan siklus air • Menjelaskan manfaat

sumur resapan dan

Jenis Tagihan: Tugas kelompok,

4 x 45’

Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

hujan yang dapat disimpan dilapisan tanah untuk kehidupan mahluk hidup

upaya persediaan air tanah bagi kehidupan

• Mendiskusikan manfaat sumur resapan dan biopori

• Melakukan percobaan biopori di lingkungan sekolah

biopori • Melakukan percobaab

membuat lubang biopori di lingkungan sekolah

Tugas Individu,, Ulangan, Performans Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap

depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Contoh sumur resapan Alat biopori

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

SILABUS Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Waktu : 4 jam pelajaran Standar Kompetensi: : 4. Pencemaran Udara

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

4.1.Mengkomunikasikan

Terjadinya pencemaran udara

Udara

• Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan atmosfir

• Dalam keadaan bersih

uadar didominasi oleh jenis gas : Nitrogen (N2) 77,5 % Oksigen (O2) = 20,94% Argon (Ar) = 0,93%

Karbon dioksida (CO2) = 0,032%

Akibat pencemaran udara terjadi global worming, efek rumah kaca dan hujan asan

• Mendiskusikan secara

kelompok definisi udara • Mendiskusikan kandungan

gas dalam atmosfir dalam keadaan normal dan tidak normal

• Upaya penanggulangan

pencemaran udara • Membuat laporan hasil

diskusi

• Menjelaskan defini udara • Menjelaskan kandungan

gas yang ada di atmosfir • Memjelaskan macam

dan penyebab pencemaran udara dan penanggulangannya

• Menjelaskan bahaya

pencemaran udara bagi kehidupan

Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan. Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.

4 X 45’

Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

SILABUS Mata Pelajaran : MULOK (Lingkungan Hidup) Kelas/Program : X Semester : 2 Waktu : 6 Jam pelajaran Standar Kompetensi: : 5 Hemat Energi

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber/ Bahan/Alat

5.1.Mengkomunikasikan

upaya-upaya hemat energi

Energi

• Energi adalah daya yang tidak dapat dikreasi maupun dihilangkan tetapi dapat berubah bentuk

• Energi pemakaiannya

harus dihemat dengan melakukan konservasi energi penggunaan sehari-hari

• Mendiskusikan secara

kelompok definisi energi sumber energi

• Sumber energi • Upaya penghematan

energi dan cara memperoleh energi alternatif

• Membuat laporan hasil

diskusi

• Menjelaskan defini hemat

energi • Menjelaskan upaya –

upaya penghematan energi

• Antusias terhadap upaya-

upaya penghematan energi

• Membuat energi alternatif

secara sederhana

Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan. Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.

4 X 45’

Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta berbagai bukti pemakaian listrik

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 2

Jakarta,12 Juli 2010 Mengetahui Kepala SMA Negeri 12 Jakarta Penyusun Guru mata pelajaran Lingkungan Hidup Drs.H. Jahidin, M.Pd Dra.Hj.Teti Suryati NIP : 131 680 585 NIP : 131773687

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 3

75

Hasil uji coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah

SEBARAN ITEM INSTRUMEN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH

NO Indikator JENJANG Jumlah C-1 C-2 1 Sampah Organik 1, 16, 21 6, 11, 22, 27 7 Item 2 Sampah An-Organik 2, 30, 29 7, 12, 20, 23 7 Item 3 Reused 3, 19, 24 8, 13, 18, 25 7 Item 4 Reduced 4, 17, 27 9, 14, 5 Item 5 Recycle 5, 26 10, 15 4 Item Jumlah 13 Item 17 Item 30 Item

Item-Total Statistics

Nomor Soal Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 17.6000 21.095 .497 .781 VAR00002 17.3500 21.924 .462 .785 VAR00003 17.4500 21.418 .493 .782 VAR00004 17.5500 21.103 .512 .781 VAR00005 17.5500 21.629 .390 .787 VAR00006 17.9000 21.568 .424 .785 VAR00007 17.9500 20.471 .740 .771 VAR00008 18.1500 24.345 -.341 .807 VAR00009 18.0000 21.684 .468 .784 VAR00010 18.0000 22.105 .355 .789 VAR00011 17.8000 21.853 .327 .790 VAR00012 17.3500 23.292 .061 .800 VAR00013 17.3000 22.432 .383 .789 VAR00014 17.4500 21.839 .387 .787 VAR00015 17.4500 21.945 .360 .788 VAR00016 17.7000 21.800 .330 .790 VAR00017 17.2500 23.039 .257 .794 VAR00018 17.9000 26.305 -.598 .830 VAR00019 17.6000 21.832 .332 .790 VAR00020 17.5000 23.000 .093 .801 VAR00021 17.9500 23.208 .055 .802 VAR00022 17.4000 22.779 .177 .796 VAR00023 17.5000 22.263 .261 .793 VAR00024 17.3500 21.924 .462 .785 VAR00025 17.9000 23.147 .060 .802 VAR00026 17.3000 22.642 .309 .791 VAR00027 17.4500 21.524 .466 .784 VAR00028 17.3500 22.239 .367 .789 VAR00029 17.5000 20.789 .614 .776 VAR00030 17.3000 22.221 .457 .787 0,00 – 0,19 = 7 0,20 – 0,39 = 12 0,40 – 0,59 = 9 0,60 – 0,79 = 2 0,80 – 0,99 = 0 (Sangat rendah) (Rendah) (Sedang) (Tinggi) (Sangat Tinggi)

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 3

76

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.797 30

Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen No

Resp. Nomor Soal Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 4 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 16 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 14 6 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 17 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 25 8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 9 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12

10 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 11 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 18 12 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12 13 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 14 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19 15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25 17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 10 19 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 12 20 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17

JML 12 17 15 13 13 6 5 1 4 4 8 17 18 15 15 10 19 6 12 14 5 16 14 17 6 18 15 17 14 18 364

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 4

Lampiran 4.1 Data Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah KIR SMAN 12 Jakarta

No Responden

Nomor Soal Jumlah % Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 10 47,62 Rendah 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 3 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 14 66,67 Sedang 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 76,19 Sedang 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 6 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 8 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13 61,90 Rendah 9 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang

10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 71,43 Sedang 11 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 57,14 Rendah 12 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 13 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 14 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 76,19 Sedang 15 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 13 61,90 Rendah 16 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 17 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 18 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 76,19 Sedang 19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 20 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 66,67 Sedang 21 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13 61,90 Rendah 22 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16 76,19 Sedang 23 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 12 57,14 Rendah 24 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 66,67 Sedang 25 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 9 42,86 Rendah

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 4

No Responden

Nomor Soal Jumlah % Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 26 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 27 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 28 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 29 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 30 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 76,19 Sedang 31 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15 71,43 Sedang 32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi 33 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 90,48 Tinggi 34 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 80,95 Tinggi

Jumlah 18 24 18 27 21 14 21 29 25 24 12 32 23 26 20 28 33 31 24 32 31 537

Rata-Rata 15,088 71,85 SD 2,2746 10,83

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 4

Lampiran 4.2 Sebaran Jawaban Siswa pada Setiap Item Soal Pengetahuan Sampah Organik dan An Organik

No Responden

Nomor Soal 1 2 7 8 12 20 21 22

A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B A B A B 1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1 3

1

1

1

1

1

1

1

1

4

1

1

1

1

1

1 1

1 5 1

1

1

1

1

1 1

1

6

1

1

1

1

1

1 1

1 7

1

1

1

1

1

1 1

1

8

1

1

1

1

1

1

1

1 9

1

1

1

1

1

1 1

1

10 1

1

1

1

1

1

1

1 11

1

1

1

1

1

1 1

1

12 1

1

1

1

1

1 1

1 13 1

1

1

1

1

1 1

1

14 1

1

1

1

1

1

1

1 15

1

1

1

1

1

1 1

1

16 1

1

1

1

1

1 1

1 17

1

1

1

1

1

1

1

1

18

1

1

1

1

1

1 1

1 19

1

1

1

1

1

1 1

1

20 1

1

1

1

1

1

1

1 21 1

1

1

1

1

1 1

1

22

1

1

1

1

1

1

1

1 23 1

1

1

1

1

1

1

1

24 1

1

1

1

1

1 1

1

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 4

No Responden

Nomor Soal 1 2 7 8 12 20 21 22

A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B A B A B 25 1

1

1

1

1 1

1

26 1

1

1

1

1

1 1

1 27 1

1

1

1

1

1 1

1

28

1

1

1

1

1

1 1

1 29

1

1

1

1

1

1 1

1

30

1

1

1

1

1

1 1

1 31 1

1

1

1

1

1 1

1

32

1

1

1

1

1

1 1

1 33

1

1

1

1

1

1 1

1

34 1

1

1

1

1

1 1

1 Jumlah 16 18 1 0 1 9 24 0 19 13 0 2 2 21 0 11 2 12 15 5 10 24 32 2 2 31 Presentase 47 53 2,9 0 2,9 26 71 0 56 38 0 5,9 5,9 62 0 32 5,9 35 44 15 29 71 94 5,9 5,9 91

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Lampiran 5.1 Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah

Pemilahan Reduced Reused Recycle jumlah Pelastik Kertas Kompos Rata2

Pemilahan Pearson Correlation 1 -.185 -.068 .132 .565** -.014 .044 .158 .065

Sig. (2-tailed) .295 .702 .456 .000 .938 .806 .372 .716

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Reduced Pearson Correlation -.185 1 .086 .007 .409* .337 .443** .187 .339*

Sig. (2-tailed) .295 .630 .968 .016 .052 .009 .289 .050

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Reused Pearson Correlation -.068 .086 1 .215 .568** .178 .082 .184 .164

Sig. (2-tailed) .702 .630 .221 .000 .314 .645 .297 .353

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Recycle Pearson Correlation .132 .007 .215 1 .495** -.121 -.268 -.038 -.144

Sig. (2-tailed) .456 .968 .221 .003 .495 .126 .829 .417

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

jumlah Pearson Correlation .565** .409* .568** .495** 1 .208 .205 .275 .247

Sig. (2-tailed) .000 .016 .000 .003 .237 .245 .115 .160

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Pelastik Pearson Correlation -.014 .337 .178 -.121 .208 1 .842** .900** .957**

Sig. (2-tailed) .938 .052 .314 .495 .237 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Kertas Pearson Correlation .044 .443** .082 -.268 .205 .842** 1 .777** .930**

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah Pemilahan Reduced Reused Recycle jumlah Pelastik Kertas Kompos Rata2

Sig. (2-tailed) .806 .009 .645 .126 .245 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Kompos Pearson Correlation .158 .187 .184 -.038 .275 .900** .777** 1 .944**

Sig. (2-tailed) .372 .289 .297 .829 .115 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Rata2 Pearson Correlation .065 .339* .164 -.144 .247 .957** .930** .944** 1

Sig. (2-tailed) .716 .050 .353 .417 .160 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 5.2 Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah

CQ Pelastik Kertas Kompos Rata2

CQ Pearson Correlation 1 -.030 .070 -.109 -.024

Sig. (2-tailed) .867 .696 .538 .895

N 34 34 34 34 34

Pelastik Pearson Correlation -.030 1 .842** .900** .957**

Sig. (2-tailed) .867 .000 .000 .000

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294476-T30189-Yoga Maryanto... · 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok

Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah

CQ Pelastik Kertas Kompos Rata2

N 34 34 34 34 34

Kertas Pearson Correlation .070 .842** 1 .777** .930**

Sig. (2-tailed) .696 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34

Kompos Pearson Correlation -.109 .900** .777** 1 .944**

Sig. (2-tailed) .538 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34

Rata2 Pearson Correlation -.024 .957** .930** .944** 1

Sig. (2-tailed) .895 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.