HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

129
HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT DI RW 022 KELURAHAN PAMULANG BARAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH : UMMI ZULAIKHAH NIM: 109104000037 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PADA MASYARAKAT DI RW 022 KELURAHAN PAMULANG BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

UMMI ZULAIKHAH

NIM: 109104000037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

i

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

ii

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

iii

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

iv

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014 Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat xvii+ 69 halaman + 4 lampiran

ABSTRAK

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Angka terjadinya kasus demam berdarah dengue mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan 50-100 juta orang diseluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara tropis didunia yang termasuk wilayah endemik terhadap penyakit demam berdarah dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue di RW 022 Pamulang Barat. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain correlation. Pengambilan data dilakukan pada 54 responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner. Hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan demam berdarah dengue (p = 0,13 r = 0,206). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat melakukan pengawasan terhadap praktik pencegahan demam berdarah di masyarakat yang berguna untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue. Kata Kunci : Pengetahuan, Praktek, Masyarakat, Demam Berdarah Dengue Referensi : 43 (tahun 2003-2012)

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2014 Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037 Correlation between Community Knowledge for Community Practice of Dengue Hemorrhagic Fever in RW: 022 West Pamulang xvii+ 69page + 4 attachments

ABSTRACT Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease transmitted through mosquito bites . Figures occurrence of cases of dengue fever has increased dramatically worldwide in recent years, an estimated 50-100 million people worldwide infected with dengue hemorrhagic fever each year . Indonesia is a tropical country in the world including the endemic areas of the disease dengue fever. The purpose of this study was to determine the correlation between the community knownledge about dengue hemorrhagic fever and community practice of dengue hemorrhagic fever in RW: 022 West Pamulang. This research is a quantitatie study of the correlation design. Data collection was conducted on 54 respondents using questionnaires. The results of the analysis showed that there was no relationship between knownledge of the practice of prevention of dengue hemorrhagic fever (p = 0,13 r = 0,206). The results of this study are expected to be a consideration for health agencies in order to conduct surveillance of dengue prevention practices in the community that can reduce the incidence of dengue hemorrhagic fever. Keywords: Knownledge, Practice, Community, Dengue Hemorrhagic Fever Reference : 43 (years 2003-2012)

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ummi Zulaikhah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1991

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Jl. Ciptomangunkusumo Gg. H. Kana Rt: 04 Rw:

06 No.63 Kelurahan Paninggilan, Ciledug-

Tangerang Kode Pos: 15154

Telepon : 08979787006

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. MI Darunnajah [1997-2003]

2. SMP Negeri 245 Jakarta Selatan [2003-2006]

3. SMA Budi Mulia [2006-2009]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

pada tahun 2009

2. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di

Rumah” tahun 2010

3. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”

tahun 2012

4. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

viii

5. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam

Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

6. Seminar Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan

Diagnostic Reasoning” tahun 2012

7. Workshop Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan

Diagnostic Reasoning” tahun 2012

8. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,

Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in

Indonesia” tahun 2013

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

ix

PERSEMBAHAN

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-

orang yang beriman.” (Q.S. Al-Imran: 139)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Seluruh keluarga besarku terutama Ibu, Bapak, Mbak Nur, Mbak Siti dan

Mba Fitri yang telah memberikan motivasi, fasilitas dan doa yang tiada

hentinya untukku.

Hendri Arfian sebagai orang terdekat yang selalu memberikan aku semangat

dan nasihat selama ini.

Untuk sahabat dan teman- temanku tercinta khususnya untuk walidatul laili

mardliyah dan Rusmanto yang tiada hentinya memberikanku motivasi, kritik

dan saran selama skripsi, serta tidak lupa Ares, Eva, Anggi, Desi, Nami, Sri

Inggar, Nining, serta seluruh keluarga besar PSIK.

Kehadiran kalian memberikan semangat disaat keputusasaanku, memberi

kesempurnaan di setiap keterbatasanku, memberikan keceriaan dikala tangisku

terima kasih atas segalanya yang telah kalian berikan.

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan

Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada

Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat” sebagai salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) .

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang memberikan dukungan serta

bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp.and selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan

3. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan

4. Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Ns. Waras

Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberikan banyak ilmu, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.

5. Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat selama

penulis belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan.

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xi

6. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang

memberikan banyak sekali ilmu kepada penulis selama belajar di Program

Studi Ilmu Keperawatan.

7. Ibu, Bapak serta saudara- saudaraku tercinta yang telah memberikan doa,

dukungan dan fasilitas selama penulis menempuh pendidikan.

8. Teman- temanku tercinta di PSIK 2009 yang senantiasa memberikan

semangat, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini, khususnya untuk

wali, desi, sri, ares, eva, inggar, nami dan rusmanto.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh

dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

yang memerlukan.

Jakarta, Januari 2014

Ummi Zulaikhah

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iii

ABSTRAK .........................................................................................................v

ABSTRACT .......................................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................................ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................7 C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................8 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................8

1. Tujuan umum ..........................................................................8 2. Tujuan khusus .........................................................................8

E. Manfaat Penelitian .........................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah ...........................................................................10 1. Pengertian DBD ......................................................................10 2. Penyebaran Penyakit DBD .....................................................10 3. Vektor Penyebab DBD ...........................................................12 4. Faktor-Faktor Resiko pada DBD ............................................14 5. Siklus Penularan DBD ............................................................14 6. Patogenesis DBD ....................................................................15 7. Macam-macam DBD ..............................................................16 8. Manifestasi Klinis DBD .........................................................19

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xiii

9. Diagnosa DBD ........................................................................20 10. Penatalaksanaan DBD ............................................................21 11. Kebijakan Pemerintah Terkait DBD .......................................22 12. Upaya Pencegahan DBD ........................................................23

B. Perilaku 1. Pengertian Perilaku .................................................................26 2. Teori Stimulus-Organisme-Respon (SOR) .............................27 3. Pengertian Perilaku Kesehatan ...............................................28 4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan ...............................................29 5. Domain Perilaku .....................................................................29 6. Teori Pembentukan Perilaku ...................................................32

C. Penelitian Terkait ...........................................................................33 D. Kerangka Teori ..............................................................................34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ...........................................................................35 B. Definisi Operasional ......................................................................36 C. Hipotesis ........................................................................................37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...........................................................................38 B. Tempat danWaktu Penelitian .........................................................38 C. Populasi dan Sampel ......................................................................39

1. Populasi Penelitian ..................................................................39 2. Sampel Penelitian ...................................................................39

D. Instrumen Penelitian ......................................................................41 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................42

1. Uji Validitas ............................................................................42 2. Uji Realibilitas ........................................................................43

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................43 G. Etika Penelitian ..............................................................................44 H. Pengolahan Data..............................................................................45 I. Analisa Data.....................................................................................46

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ..........................................................48 B. Karakteristik Responden ................................................................48

1. Umur .......................................................................................48 2. Pendidikan ..............................................................................49 3. Pendidikan ..............................................................................50

C. Pengetahuan Responden ................................................................50 D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD ...........................51 E. Hasil Analisis Bivariat ...................................................................52

1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue Terhadap Praktik Pencegahan Demam

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xiv

2. Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat .......................................................................52

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat 1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang

Barat ........................................................................................60 a. Umur ..................................................................................60 b. Pendidikan ..........................................................................60 c. Jenis Kelamin .....................................................................61

2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat .......................62

3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencagahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat .........63

B. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat ...............................................................64

C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................66

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................68 B. Saran. ...........................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

2.1 Kerangka Teori………………………………………......... 34

3.1 Kerangka Konsep………………………………….............. 35

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF

atau DSS………………………………………………… 17

3.1 Definisi Operasional……………………………………..36

4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat

tahun 2013……………………………………………….39

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di

RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di

RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013…….50

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan

Pamulang Barat Tahun 2013……………………………..50

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik

Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan

Pamulang Barat Tahun 2013……………………………..51

5.7 Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan

No. 3 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 5……………52

5.8 Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan

No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 1……………53

5.9 Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan

No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 2……………54

5.10 Tabel Silang 5.10 Hubungan Item Pertanyaan

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

xvii

No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 3……………55

5.11 Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan

No. 6 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 11……………56

5.12 Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan

No. 7 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 15……………57

5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap

Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue………….58

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Kuisoner Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Hasil SPSS

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu

penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak

ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa

tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DBD didaerah

urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama

kesehatan masyarakat internasional (World Health Organization , 2012).

Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis

diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk

didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan

50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap

tahunnya. (WHO, 2012)

Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan

mengalami epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat

ini penyakit demam berdarah menjadi endemik di berbagai negara di kawasan

Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia tenggara dan Pasifik Barat yang

merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus

demam berdarah di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta

kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembaban

udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti

Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

2

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Hal tersebut menyebabkan

masalah kesehatan karena terdapat banyak daerah endemik sehingga jumlah

penderita semakin meningkat dan penyebaran pun semakin meluas ke wilayah

lain dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. (Widoyono,

2008).

Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DBD dapat

berpengaruh terhadap perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja,

waktu pendidikan maupun biaya selama perawatan penderita DBD selama

sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak

terhadap tingginya angka kesakitan dan meningkatkan resiko terjadinya

kematian penderita DBD jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes

RI, 2011)

Departemen kesehatan RI (2009) menyatakan seiring dengan

meluasnya daerah endemik DBD, angka terjadinya kasus demam berdarah di

Indonesia meningkat yaitu terhitung dari Januari – Oktober 2009, Demam

Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita

sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan

periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81).

Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang

menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal),

DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147

meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat

(5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527

kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal),

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

3

Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296

kasus, 20 meninggal). Dan terdapat Beberapa provinsi yang mengalami

peningkatan kasus dibandingkan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung,

Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi

Barat dan Papua.

Departemen kesehatan RI (2013) menyatakan angka kesakitan

penderita DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2012 adalah 34,3%

sedangkan data tahun 2011 adalah 26,67%. Data tahun 2010 adalah 65.70% .

Dinas kesehatan Tangerang Selatan tahun 2011, melaporkan bahwa 5

kasus DBD tertinggi sepanjang tahun 2011 berada di wilayah kecamatan

Pamulang yaitu sebanyak 75 kasus, disusul oleh puskesmas Benda Baru

dengan kasus DBD sebanyak 59, puskesmas Kampung Sawah dengan kasus

DBD sebanyak 44, puskesmas Rawa Buntu kasus DBD sebanyak 44, dan

puskesmas Ciputat Timur kasus DBD sebanyak 42, kemudian pada tahun 2012

kasus DBD tertinggi masih berada pada puskesmas Pamulang yaitu sebanyak

81 kasus, puskesmas Kampung Sawah 78 kasus, puskesmas Rawa Buntu 48

kasus, puskesmas Ciputat Timur 47 dan puskesmas Pondok Jagung 45 kasus

DBD.

Puskesmas Pamulang yang mempunyai 4 kelurahan sebagai binaan

yaitu Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Pamulang timur, Kelurahan

Pondok Cabe Ilir dan Kelurahan Pondok Cabe Udik. Sepanjang tahun 2011

dilaporkan berjumlah 75 kasus DBD yang tersebar di Kelurahan Pamulang

Barat sebagai Kelurahan terbanyak dengan kasus DBD yaitu sebanyak 36

kasus, Kelurahan Pamulang Timur sebanyak 26 kasus, Kelurahan Pondok Cabe

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

4

Udik 11 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir terdapat 2 kasus DBD. Tahun

2012 terjadi peningkatan kasus menjadi 81 kasus yaitu Kelurahan Pamulang

Barat sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan

Pondok Cabe Udik 25 kasus dan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan terhitung

sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu Kelurahan

Pamulang Barat 9 kasus, Pamulang Timur 7 kasus, Pondok Cabe Udik 9 kasus

dan Pondok Cabe Ilir 2 kasus. Hal ini menandakan bahwa kelurahan Pamulang

Barat merupakan salah satu daerah dengan kasus DBD tertinggi di wilayah

binaan Puskesmas Pamulang.

Seiring dengan semakin banyaknya kasus DBD, pemerintah membuat

beberapa kebijakan terhadap pencegahan DBD yaitu dengan meningkatkan

Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor yang dilakukan

dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui

surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh

masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan

menekankan kegiatan 3M plus (mengubur kaleng kaleng bekas, menguras

tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air

dengan rapat serta penggunaan bubuk abate). Keberhasilan terhadap kegiatan

PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih

atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau

dikurangi. (Depkes RI, 2010)

Pemerintah juga menambahkan kegiatan upaya promosi kesehatan

dengan membentuk Desa Siaga, dimana masyarakat desa dilatih untuk

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

5

memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mencegah vektor

penyakit dan Neglected Tropical Disease (NTD serta pemerintah melibatkan

peranan kader Jumantik (juru pemantau jentik ) yang bertugas untuk

mengawasi kegiatan PSN yang dilaksanakan dimasyarakat setempat untuk

meningkatkan partisipasi dan peranan masyarakat agar memperoleh derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan tidak

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dapat direalisasikan melalui

pembentukan kader Jumantik ini. (Depkes RI, Dirjen P2PL, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et al (2011) menyatakan

Bahwa, perilaku dari masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan

dari masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan

dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang

tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Tercatatnya Kota

Pekanbaru sebagai daerah endemis DBD, diperkirakan ada keterkaitannya

dengan perilaku masyarakat dalam PSN-DBD, hal ini dibuktikan dari hasil

penelitian bahwa perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN-DBD yang

kurang baik tercatat sebesar 43% sehingga masih ditemukannya keberadaan

jentik nyamuk yang merupakan indikator dari potensi terjangkitnya masyarakat

terhadap DBD, penelitian ini menyebutkan Angka Bebas Jentik di Kecamatan

Pekan Baru Kota masih tergolong rendah, yaitu 92% dibanding nilai standar

yang ditentukan oleh Departement Kesehatan yaitu lebih atau sama dengan

95% diharapkan penularan dapat dicegah atau dikurangi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wardani (2012) tentang pengaruh

penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan praktik ibu

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

6

dalam pencegahan DBD menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut

menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan

kelompok yang diberikan intervensi penyuluhan kesehatan tentang DBD

diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna yaitu

peningkatan pengetahuan terhadap DBD, sedangkan pada kelompok kontrol

terlihat tidak ada perubahan bermakna, diketahui nilai P= 0,4. Peningkatan

pengetahuan yang diperoleh dari kelompok intervensi tersebut juga diikuti

dengan peningkatan dalam melaksanakan praktik pencegahan DBD, yaitu

diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna setelah

dilakukan penyuluhan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi

perubahan yang bermakna diketahui nilai P= 0,2.

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa salah satu strategi dalam

meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan informasi untuk

mencapai hidup sehat salah satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan

pada masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh tersebut akan menyebabkan

seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Rogers

(1974) dalam Fitriani (2011) menjelaskan bahwa, perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan

pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hal

penting bagi seseorang sebelum melakukan tindakan kesehatan karena dengan

adanya pengetahuan maka seseorang mampu bertindak untuk meningkatkan

kesehatannya.

Berdasarkan data- data tersebut maka peneliti merasa perlu untuk

melakukan penelitian tentang demam berdarah dengue (DBD) dengan judul

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

7

“Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam

Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”.

Penulis memilih RW 022 kelurahan Pamulang Barat sebagai tempat penelitian

karena penulis memperoleh informasi bahwa RW 022 Pamulang Barat

merupakan salah satu wilayah binaan Puskesmas Pamulang dengan kasus DBD

tertinggi sehingga penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan

praktik masyarakat terhadap pencegahan DBD di wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah

WHO (2013) menjelaskan bahwa, angka terjadinya kasus DBD

mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia, diperkirakan 50-100

juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Negara Indonesia sebagai salah satu negara tropis merupakan daerah

endemik untuk penyakit DBD. Seiring dengan permasalahan tersebut,

pemerintah membuat beberapa kebijakan terkait pencegahan DBD melalui

pengendalian vektor yang diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992 dengan

lebih menekankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara

periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW, untuk Dinas

Kesehatan Tangerang Selatan sendiri telah melakukan upaya terhadap

pencegahan DBD yaitu dengan cara penyelidikan epidemiologi, kegiatan PSN,

Fogging fokus, penyuluhan tentang DBD, membentuk kader Jumantik untuk

mengawasi program PSN di masyarakat dan memeriksa keberadaan jentik

nyamuk di masyarakat, namun dari data- data yang diperoleh penulis, angka

kejadian DBD masih cukup tinggi jika di bandingkan kelurahan lain di wilayah

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

8

binaan Puskesmas Pamulang, maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan

Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang

Barat tentang pencegahan demam berdarah dengue?

2. Bagaimana praktik masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat

terhadap pencegahan demam berdarah dengue?

3. Bagaimana hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik

pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022

kelurahan Pamulang Barat kelurahan Pamulang Barat?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan

masyarakat di RW 022 Pamulang Barat terhadap praktik pencegahan

demam berdarah dengue .

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di RW 022

kelurahan Pamulang Barat tentang pencegahan demam berdarah

dengue

b. Untuk mengetahui praktik masyarakat terhadap pencegahan demam

berdarah dengue di masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

9

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap

praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW

022 kelurahan Pamulang Barat.

E. Manfaat

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan program studi ilmu keperawatan dan berguna untuk

menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti terhadap masalah

kesehatan Keluarga terutama tentang DBD.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan khususnya

bidang pendidikan keperawatan komunitas.

3. Bagi PUSKESMAS

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi terhadap

gambaran pengetahuan dan praktik pencegahan DBD di kelurahan

Pamulang Barat sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi puskesmas

dalam mengembangkan usaha pencegahan DBD di wilayah kerjanya.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Pengertian DBD

World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD)

merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang

terinfeksi dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat

menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO, 2013). Sedangkan

menurut Depkes RI, DBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh

Virus DBD dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk

(Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi virus DBD.

(Depkes RI, 2011)

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit

kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih

dan ruam- ruam. Demam berdarah dengue/ dengue hemorraghagic fever

(DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan

manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan

sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat

kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS)

(Mardiana, 2010).

2. Penyebaran Penyakit DBD

Epidemi penyakit demam dengue (dengue fever/ DF) pertama kali

dilaporkan di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

11

disebut penyakit demam 5 hari. Wabah demam dengue terjadi pada tahun

1871- 1873 di Zanzibar kemudian di Pantai Arab dan terus menyebar ke

Samudra Hindia. Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus

demam berdarah dengue di Philipina, kemudian disusul negara- negara

lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada dekade 60-an penyakit ini mulai

menyebar ke negara- negara Asia Tenggara, antara lain Singapura,

Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-an, penyakit ini

menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia. Dekade

80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang

dimulai dengan negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah

hingga saat ini terus menyebar luas di negara- negara tropis dan sub

tropis. (Nisa, 2007)

Kasus DBD di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya pada

tahun 1968, tetapi konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat

pada 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada 1969. Kemudian,

DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Yogyakarta pada 1972.

Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada 1972 di Sumatra Barat

dan Lampung, disusul oleh daerah Riau, Sulawesi utara dan Bali,

penyebaran DBD di Indonesia semakin meluas, hingga saat ini Indonesia

menempati urutan kedua terbesar setelah Thailand dengan jumlah

penderita dan tingkat kematian yang tinggi akibat demam berdarah.

(Ginanjar, 2007)

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

12

3. Vektor Penyebab DBD

Mardiana (2010) menjelaskan bahwa penyebab demam dengue

dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda

antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype tersebut

terdiri dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut

Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut yang

terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3 dan DEN-2. Infeksi

oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup

terhadap serotype tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap

serotype yang lain.

Menurut Widoyono (2008) vektor primer dan yang paling efektif

terhadap penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah

perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan subtropis, akan tetapi

distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai

pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dan vektor

sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus (di daerah pedesaan).

Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti

aktif menggigit pada waktu pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari

(pukul 15.00–17.00). Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang

biak pada tempat- tempat penampungan air bersih yang tidak langsung

berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi,

tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dll.

Menurut Hadinegoro (2004), Perkembangan hidup nyamuk

Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

13

hari. Ginanjar (2007) menjelaskan bahwa hanya nyamuk betina yang

menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk

mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah

manusia, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh- tumbuhan.

Menurut Hadinegoro (2004), umur nyamuk Aedes aegypti betina

berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata- rata 1½ bulan,

tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan

terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat

perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes

aegypti adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah,

seperti gordyn ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab,

sehingga menjadi tempat perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes

aegypti, terutama pada pemukiman penduduk yang tidak dibersihkan.

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan,

dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti. Vektor lain penyebab

demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus,

namun nyamuk ini kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam

berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini

karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan berkembangbiak dikebun

atau semak- semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia

dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada didalam dan

disekitar rumah. (Hadinegoro, 2004)

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

14

4. Faktor- Faktor Resiko pada DBD

Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DBD,

termasuk juga antibodi- pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan

faktor risiko untuk terkena DHF, tidak semua tipe virus berpotensi

menimbulkan epidemi atau mengakibatkan kasus yang parah. Usia dan

genetik pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DBD. Walaupun

DBD dapat dan memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya

ditemukan pada anak- anak yang berusia kurang dari 15 tahun, dan bukti

tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa kelompok di masyarakat

mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom pecahnya pembuluh darah

daripada kelompok lainnya. (WHO, 2005)

5. Siklus Penularan DBD

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang

menjadi terinfeksi saat menghisap darah dari manusia yang sedang sakit

dan viremia (terdapat virus dalam darah). Virus berkembang dalam tubuh

nyamuk selama 8-10 hari, sehingga kelenjar air liur nyamuk menjadi

terinfeksi dan virus dapat disebarkan ketika nyamuk menggigit dan

menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Dalam tubuh

manusia, virus akan berkembang selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya

akan sakit DBD, tergantung dari status imunitas setiap individu, ada yang

mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada

yang sama sekali tanpa gejala sakit, meskipun tidak mengalami tanda dan

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

15

gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue selama

satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan

tampak gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu

makan, dan gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam

kulit (Widoyono, 2008).

6. Patogenesis DBD

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue

tersebut akan masuk kedalam sirkulasi darah dengan masa inkubasi virus

terjadi selama 3-15 hari (rata-rata 7-10 hari). Selama masa inkubasi, virus

akan memperbanyak diri dengan cara replikasi. (Nasronudin, 2007)

WHO (2005) menjelaskan bahwa patogenesis DHF menyebabkan

perubahan pada fisiologis manusia yaitu:

a. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan

kebocoran plasma, hipovolemia dan syok. DHF memiliki ciri yang

unik karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan

peritoneum selain itu periode kebocoran cukup singkat (24-48 jam).

b. Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia

sehingga terjadi berbagai jenis manifestasi perdarahan.

Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan yang konstan

pada pasien DHF. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan C5a naik.

Mekanisme aktivasi komplemen tidak diketahui. Keberadaan kompleks

imun juga dilaporkan pada beberapa kasus DHF, tetapi kontribusi

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

16

kompleks antibodi-antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien

DHF belum berhasil diperlihatkan. (WHO, 2005)

Berdasarkan hipotesis, tingkat keparahan DHF jika dibandingkan

dengan DF dapat ditunjukkan melalui peningkatan multiplikasi virus

dalam makrofag oleh antibodi heterotipik akibat infeksi dengue

sebelumnya. Walaupun begitu ada bukti yang memperlihatkan bahwa

faktor virus dan respon imun yang diperantarai sel juga terlibat dalam

patogenesis DHF. (WHO, 2005)

7. Macam-macam DBD

Menurut Hoirunnisa (2007), infeksi virus dengue dapat bersifat

asimptomatik atau mengakibatkan penyakit demam biasa (sindrom

virus), demam dengue (DF), atau demam berdarah dengue (DHF)

termasuk sindrom syok dengue (DSS).

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

17

Berikut ini adalah perbedaan dari demam biasa (sindrom virus), demam dengue (DF), dan demam berdarah

dengue (DHF) atau sindrom syok dengue (DSS):

Tabel 2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF atau DSS

Demam biasa Demam dengue DHF atau DSS

Usia Bayi, anak- anak, dan dewasa Anak dan dewasa Anak <15 tahun paling banyak dan

dewasa

Gejala awal Sama seperti demam biasa

akibat virus lain

Sakit kepala, sakit punggung,

malaise, awitan tiba- tiba selama

5-7 hari, peningkatan suhu tajam

(39- 40˚C) disertai menggigil dan

kemerahan pada wajah

Peningkatan suhu tiba- tiba dapat

mencapai 40˚C, kemerahan wajah,

anoreksia, muntah, sakit kepala,

nyeri otot dan sendi, bisa terjadi

kejang demam.

Gejala umum Ruam makupopular Nyeri retroorbital, fotofobia,

anoreksia, konstipasi, nyeri, ruam

Sakit tenggorokan, faring merah,

perdarahan, hepatomegali,

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

18

Sumber: WHO (2005)

kulit pada wajah, leher dan dada,

ptekie (+)

kegagalan sirkulasi.

Hemostasis Normal Normal Penurunan trombosit

Perjalanan penyakit Terjadi akibat infeksi virus

dengue pertama kali

Berbeda- beda antar individu Peningkatan permeabilitas

pembuluh darah mengakibatkan

kebocoran plasma, hipovolemia

dan syok

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

19

8. Manifestasi Klinis DBD

Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari

sindrom virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal

sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi. (Mardiana,

2010)

Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah

pada kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38˚C, badan terasa lemah dan

lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati,

dan muntah. Dapat pula disertai pendarahan seperti mimisan dan buang

air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga

100.000/mm3 (Depkes RI, 2012).

Berdasarkan gejala DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:

a. Derajat 1 : demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu- satunya

manifestasi perdarahan adalah dengan melakukan tes torniquet

positif.

b. Derajat 2 : gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan

perdarahan spontan , perdarahan dapat terjadi di kulit maupun

perdarahan lain.

c. Derajat 3 : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang

cepat dan lemah, hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi

gelisah.

d. Derajat 4 : syok berat yang ditandai dengan nadi yang tidak

teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada

penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. (WHO, 2005)

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

20

9. Diagnosa DBD

Rentang variasi klinis infeksi virus dengue sedemikian luas, maka

WHO (2005), membuat kriteria diagnosis DBD yang dapat ditegakkan

bila semua hal dibawah ini terpenuhi:

a. Demam: awalnya akut, cukup tinggi dan kontinu yang berlangsung

selama 2 sampai 7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan pada uji tourniquet positif, petekie,

purpura, ekimosis, epitaksis, gusi berdarah dan hematemesis atau

melena.

c. Pembesaran hati (hepatomegali) tampak pada beberapa tahap

penyakit.

d. Syok ditandai dengan denyut yang cepat dan lemah disertai tekanan

denyut yang menurun atau hipotensi, kulit lembap, dingin dan

gelisah.

e. Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)

f. Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20%

atau lebih.

Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan

hemokonsentrasi cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DBD. Efusi

pleura yang tampak melalui rontgen dada dan hipoalbuminemia menjadi

bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna

terutama pada pasien yang anemia dan mengalami perdarahan berat.

Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia

memperkuat diagnosis terjadinya DBD (WHO, 2005).

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

21

10. Penatalaksanaan DBD

Penatalaksanan kasus DBD yang efektif memerlukan keterlibatan

dokter dan perawat yang terlatih, diagnosa dini terhadap penyakit dan

dirawatnya pasien dirumah sakit sangat penting guna menurunkan angka

kematian pada pasien DBD (WHO, 2005). Adapun penatalaksanaan

tersebut meliputi:

Tindakan mandiri perawat:

a. Observasi tanda- tanda vital pasien meliputi suhu, nadi, tekanan

darah serta adanya tanda perdarahan, hepatomegali serta nyeri tekan

pada hati.

b. Pertahankan tirah baring sangat dianjurkan selama fase demam akut

c. Berikan kompres hangat pada kepala maupun axilla untuk

menurunkan suhu tubuh

d. Catat intake dan output pasien, amati terhadap adanya

ketidakseimbangan cairan tubuh.

e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/ hipovolemik (muntah, diare, tampak

kehausan, turgor kulit buruk) dan anjurkan klien untuk banyak

minum, untuk mencegah dehidrasi

f. Observasi tanda dan gejala syok seperti gelisah, tangan dan kaki

terasa dingin dan terdapat sianosis sirkumoral, oliguri, denyut cepat

dan lemah atau hipotensi dll. (Hadinegoro, 2004).

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

22

Tindakan kolaborasi:

a. Pemberian antipiretik untuk menjaga suhu tubuh dibawah 40˚C.

Pemberian aspirin tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan

gastritis, perdarahan dan asidosis sebaiknya berikan parasetamol.

b. Pemberian cairan intra vena (sebagai contoh cairan kristaloid

maupun cairan koloid) jumlah cairan diberikan tergantung dari

derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit serta diperhatikan umur

dan berat badan pasien.

c. Pemberian sedatif jika pasien tampak gelisah

d. Pemberian oksigen pada semua pasien yang mengalami syok

dengan menggunakan masker oksigen

e. Transfusi darah diinstruksikan pada kasus yang menampakkan

perdarahan yang signifikan dan diberikan sesuai indikasi.

f. Pemeriksaan kadar hematokrit diukur setiap dua jam selama 6 jam

pertama dan sesudahnya setiap 4 jam sampai kondisi pasien stabil

(WHO, 2005)

11. Kebijakan Pemerintah Terkait DBD

Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga saat

ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD dititik

beratkan pada pemberantasan vektor nyamuk disamping kewaspadaan

dini terhadap kasus DBD. (Hadinegoro, 2004). Tujuan dari pada program

pemberantasan vektor ialah menurunkan morbiditas dan mortalitas

penyakit DBD, mencegah dan menanggulangi KLB, meningkatkan peran

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

23

serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

(Widoyono (2008).

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibuatlah Kepmenkes no.

581/Tahun 1992, yang ditetapkan sebagai Program Nasional

Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu,

surveilans kasus DBD, Pemberantasan Vektor, Penatalaksanaan Kasus,

Penyuluhan, Kemitraan dalam pembentukan kelompok kerja operasional

DBD (Pokjanal DBD), peran serta masyarakat melalui pembentukan

kader juru pemantau jentik (Jumantik), Pelatihan dan Penelitian terkait

DBD.

12. Upaya Pencegahan DBD

a. Manajemen lingkungan

Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang

dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor

sehingga kontak antara manusia dan vektor berkurang (WHO, 2005).

Menurut Hadinegoro (2004) menjelaskan bahwa cara yang

tepat guna menekan pertumbuhan vektor ialah dengan melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu menghindari

menggantung pakaian dikamar yang gelap dan lembab karena dapat

menjadi tempat perindukan bagi nyamuk serta meningkatkan

kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam membasmi jentik

nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M yaitu: menguras

atau membersihkan secara teratur minimal seminggu sekali, menutup

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

24

rapat tempat penampungan air (bak mandi, kolam hias, drum, wadah

air minum hewan, pot bunga) dan mengubur atau menyingkirkan

barang bekas (ban, kaleng serta ember bekas) yang dapat menjadi

sarang nyamuk.

b. Perlindungan diri

Pakaian mengurangi risiko tergigit nyamuk jika pakaian itu

cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang

dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang

merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan nyamuk WHO

(2005). Selain itu untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti

dapat menggunakan kelambu bila tidur, memasang kawat kassa pada

ventilasi udara, memakai obat nyamuk bakar/semprot serta obat

nyamuk oles (repellent) di dalam maupun di luar rumah pada pagi

dan sore hari (Depkes RI, 2012).

c. Abatisasi

Abatisasi dilaksanakan didesa/ kelurahan endemis terutama

disekolah dan tempat- tempat umum. Semua tempat penampungan

air dirumah dan bangunan yang ditemukan jentik nyamuk ditaburi

bubuk abate sesuai dengan dosis yaitu 10 gram abate untuk 100 liter

air (WHO, 2005).

d. Pengendalian biologis

Pengendalian secara biologis merupakan upaya pemanfaatan

agen biologi untuk pengendalian vektor DBD. beberapa agen

biologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

25

populasi larva vektor DBD ialah ikan pemakan jentik yang terbukti

efektif dan telah digunakan salah satunya dikota Palembang adalah

ikan cupang. (Depkes RI, 2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Taviv.Y dkk (2010), tentang

pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantauan jentik dan ikan

cupang mendapatkan hasil bahwa intervensi dengan pemanfaatan

ikan cupang plus pemantauan jentik lebih efektif untuk

meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan menurunkan House

Index (HI), Conteiner Index (CI), Breteau Index (BI).

e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

Pemantauan jentik berkala yang dilakukan setiap 3 bulan di

rumah dan di tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala

dirumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sebagai sampel

untuk setiap desa/ kelurahan. Hasil PJB ini diinformasikan pihak

kesehatan kepada kepala wilayah/ daerah setempat sebagai evaluasi

dan dasar penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan diharapkan

angka bebas jentik (ABJ) setiap kelurahan desa dapat mencapai lebih

95% akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD (Hadinegoro,

2004). Depkes RI (2012) mengungkapkan salah satu kebijakan

pemerintah di dalam pengendalian DBD yaitu dengan melibatkan

warga yang ditugaskan menjadi kader jumantik dalam mengawasi

kegiatan PSN DBD. Kader Jumantik adalah juru pemantau jentik

yang bertugas memeriksa genangan-genangan air di dalam maupun

luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

26

yang dapat menampung air, mengindentifikasi rumah-rumah yang

tidak berpenghuni dan mengajak pemilik rumah untuk berpartisipasi

dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur. Penelitian

yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2009) menjelaskan bahwa terjadi

peningkatan ABJ dan penurunan HI, BI, dan CI dengan

memberdayakan jumantik dalam mengawasi kegiatan pelaksanaan

PSN dimasyarakat di dua kelurahan kota Palu, Sulawesi Tengah.

f. Fogging Fokus

Fogging fokus merupakan kegiatan menyemprotkan

insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa dan merupakan salah

satu cara yang cukup banyak dipakai di Indonesia, namun cara ini

kurang efektif karena hanya dapat membunuh nyamuk dewasa pada

suatu wilayah dengan radius 100-200 meter di sekitarnya dan efektif

hanya untuk satu sampai dua hari. Kegiatan fogging ini tidak dapat

membunuh larva nyamuk.

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku menurut Suryani (2003) dalam Fitriani (2011) merupakan

aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya, sedangkan menurut

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku ialah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas mulai dari berjalan, bicara, menangis, tertawa, dapat

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

27

disimpulkan bahwa perilaku merupakan tindakan yang dilakukan

seseorang setelah orang tersebut mendapatkan rangsangan atau stimulus.

2. Teori Stimulus- Organisme- Respon (SOR)

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa

perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Maka teori Skiner ini disebut juga dengan teori

SOR (Stimulus- Organisme- Respon) dimana stimulus terhadap

organisme kemudian organisme tersebut akan memberikan respon.

Skiner membedakan adanya 2 respon yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive merupakan respon yang muncul

karena rangsangan tertentu. Atau disebut juga dengan eliciting

stimulation atau stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti

makanan lezat merangsang keinginan untuk makan, cahaya terang

menyebabkan mata tertutup, juga mencakup perilaku emosional

seperti menagis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia.

b. Operant respons atau instrumental respon merupakan respon yang

timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu. Perangsang ini

disebut reinforcer artinya penguat. Seperti karyawan yang telah

bekerja dengan baik diberikan penghargaan atau hadiah dengan

harapan dapat meningkatkan kinerjanya.

Apabila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

28

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup

(convert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk

tindakan nyata, yang mudah dapat diamati atau diobservasi secara

langsung oleh orang lain (Fitriani, 2011).

3. Pengertian Perilaku Kesehatan

Menurut WHO dalam Nursalam yang dimaksud dengan perilaku

kesehatan adalah aktifitas apa pun yang dilakukan oleh individu tanpa

memandang status kesehatan aktualnya maupun status kesehatan menurut

persepsi individu tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan,

melindungi atau mempertahankan kesehatannya tanpa

mempertimbangkan apakah perilaku tersebut efektif untuk mencapai

tujuan tersebut. Sedangkan menurut Skiner dalam Ayubi (2006)

menjelaskan bahwa perilaku kesehatan merupakan suatu respon individu

atau seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

29

4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha yang dilakukan

oleh seseorang untuk memelihara kesehatannya atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan melakukan usaha untuk penyembuhan

jika sakit.

b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang

terhadap pencarian pengobatan yang menyangkut upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.

c. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan merupakan respon

seseorang terhadap lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya yaitu dengan cara mengelola

lingkungannya agar tidak mengganggu kesehatan diri sendiri,

keluarga maupun masyarakat. Skiner dalam Notoatmodjo (2007).

5. Domain Perilaku

Menurut Bloom (1968) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan

bahwa, pengukuran terhadap perilaku kesehatan dapat dilihat dari domain

perilaku, yakni ada pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan

tindakan atau praktik (practice) ialah berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

30

terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali suatu yang spesifik dari materi yang dipelajari.

2) Memahami

Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara tepat terhadap objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan tepat.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada kondisi nyata. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penerapan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, yang berkaitan satu sama

lain.

5) Sintesis

Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lain.

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

31

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan

pada kriteria yang dilakukan sendiri ataupun menggunakan kriteria

yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Sungkar dkk (2010)

menjelaskan bahwa, intervensi melalui penyuluhan terhadap PSN

dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan masyarakat di Desa

Bayah, penelitian tersebut didapatkan hasil sebelum penyuluhan

sebanyak 11,3% pengetahuan baik, 24,5% pengetahuan cukup dan

64,2% berpengetahuan kurang namun, setelah dilakukan penyuluhan

didapatkan hasil bahwa 13,2% berpengetahuan baik, 35,8%

berpengetahuan cukup dan 50,9% berpengetahuan kurang.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Allport dalam Fitriana (2011)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu, kepercayaan

terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek dan

kecenderungan untuk bertindak.

c. Praktek atau Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus kemudian mengadakan

penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui yang selanjutnya

diharapkan akan mempraktekkan apa yang diketahui, seperti halnya

pencegahan terhadap DBD, diperlukan praktek atau tindakan

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

32

masyarakat dalam upaya menekan angka kejadian DBD salah satunya

melalui kegiatan PSN- DBD.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2009) menjelaskan

bahwa upaya praktek responden dalam pencegahan DBD di Kelurahan

Kramatpela mendapatkan hasil 17,8% keluarga termasuk dalam

kategori praktek baik, 57,5% keluarga termasuk dalam tingkat

kategori praktek cukup, dan 24,7% keluarga termasuk dalam tingkat

kategori praktek kurang. Hal ini menyebabkan masih tingginya angka

kejadian DBD yang terjadi di daerah RW 09 Kelurahan Kramatpela

karena masih banyak keluarga yang tidak melaksanakan kegiatan PSN

DBD secara sungguh-sungguh. Hal ini dapat dibuktikan bahwa

sebagian besar responden membiarkan pakaian kotor bergantungan di

belakang pintu, padahal hal tersebut dapat mendorong terjadinya

kejadian DBD karena nyamuk penyebab DBD menjadikan tempat

tersebut sebagai tempat transmisinya.

6. Teori Pembentukan Perilaku

Menurut teori Lawrence Green, terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi terjadinya perilaku, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang ada

dalam diri seseorang yang menyebabkan dia melakukan sesuatu, yaitu

pengetahuan, sikap, praktik, persepsi, usia, budaya dll.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan seseorang untuk berperilaku tertentu seperti adanya

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

33

sarana dan prasarana. Contoh: fasilitas kesehatan yang sarana tidak

mendukung (puskesmas sangat jauh dan sulit dijangkau) akan

berpengaruh pada kunjungan pelayanan kesehatan.

c. Faktor penguat atau pendukung (reinforcing factors), adalah faktor

yang memperkuat atau memberikan dukungan seseorang untuk

berperilaku,yaitu kebijakan yang ada. (Notoatmodjo, 2007)

C. Penelitian Terkait

Penelitian terkait telah dilakukan oleh Supriyanto (2011), penelitian

ini menggunakan pendekatan penelitian analitik observasional dengan

pendekatan case control tentang pengetahuan, sikap dan praktik keluarga

tentang pemberantasan nyamuk (PSN) terhadap kejadian demam berdarah

dengue. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 50 responden kelompok

kasus dan 50 responden kelompok kontrol. Pengambilan data dilakukan

dengan cara wawancara menggunkan kuisioner. Hasil penelitian ini

didapatkan hasil bahwa pada responden kelompok kasus didapatkan 50%

berpengetahuan PSN buruk, 76% tidak mendukung PSN , dan 36% memiliki

praktik PSN buruk. Sedangkan pada responden kelompok kontrol didapatkan

76% berpengetahuan PSN baik, 94% mendukung PSN dan 96% memiliki

praktik PSN baik. Sehingga, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan (p= 0,007, OR= 3,17), sikap (p= 0,000, OR=

49,61), praktik (p= 0,000, OR= 13,5).

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

34

D. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Green dalam Notoatmodjo (2007).

Faktor predisposisi

- Pengetahuan

- Sikap

- Praktik

- Persepsi

- Usia

- Budaya

Perilaku

kesehatan

Faktor Pendukung:

- Kebijakan

Pemerintah

Faktor Pemungkin :

- Sarana dan

Prasarana

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

35

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat korelatif atau

menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini

meneliti variabel independent yaitu pengetahuan masyarakat tentang DBD,

sedangkan variabel dependent yang akan diteliti yaitu praktik pencegahan

DBD.

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian tentang pengetahuan

masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan

demam berdarah dengue pada masyarakat di kelurahan Pamulang Barat

Variabel independent Variabel dependent

Pengetahuan

masyarakat tentang

pencegahan demam

berdarah dengue

Praktik pencegahan

demam berdarah

dengue

Bagan 3.1

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

36

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

Pengetahuan

masyarakat

tentang

DBD

Pengetahuan masyarakat

tentang DBD adalah

kemampuan masyarakat dalam

mengerti tentang penyakit

DBD yang berkaitan dengan

etiologi, manifestasi dan

pencegahan DBD

Kuisioner pengetahuan DBD

Pemberian skor menggunakan

skala Guttman:

Jawaban benar = 1

Jawaban salah = 0

Baik bila skor = 6-7

Cukup bila skor = 4-5

Kurang bila skor = 0-3

Ordinal

Praktik

pencegahan

DBD

Praktik pencegahan DBD

adalah segala tindakan yang

dilakukan secara nyata dari

masyarakat untuk melakukan

pencegahan DBD yang terdiri

dari manajemen lingkungan,

perlindungan diri, abatisasi,

pengendalian biologis.

Kuisioner praktik pencegahan

DBD

Pemberian skor menggunakan

skala likert

Selalu = 3

Sering = 2

Kadang-kadang = 1

Tidak pernah = 0

Baik bila skor = 25-35

Cukup bila skor = 13-24

Kurang bila skor = 1-12

Ordinal

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

37

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis

penelitian yang muncul adalah:

1. Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat terhadap praktik

pencegahan demam berdarah dengue

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

38

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan

desain correlation, yang bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan

masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan

demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang

Barat. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data

penelitian berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono,

2012). Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu sehingga disebut cross

sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2013 pada

masyarakat di wilayah RW 022 kelurahan Pamulang Barat. Alasan peneliti

memilih RW 022 kelurahan Pamulang Barat sebagai lokasi penelitian karena

di kelurahan Pamulang Barat merupakan salah satu wilayah binaan

Puskesmas Pamulang dengan angka DBD terbanyak bila dibandingkan 3

wilayah binaan lainnya yaitu sepanjang tahun 2011 dilaporkan berjumlah 75

kasus DBD yang tersebar di empat kelurahan yaitu Kelurahan Pamulang

Barat dengan kasus DBD tertinggi yaitu sebanyak 36 kasus, Kelurahan

Pamulang Timur sebanyak 26 kasus, Kelurahan Pondok Cabe Udik 11 kasus

dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir terdapat 2 kasus DBD. Tahun 2012 terjadi

peningkatan kasus menjadi 81 kasus yaitu Kelurahan Pamulang Barat

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

39

sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan Pondok

Cabe Udik 25 kasus dan kelurahan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan

terhitung sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu

Kelurahan Pamulang Barat 9 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 7

kasus,Kelurahan Pondok Cabe Udik 9 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir

2 kasus.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang akan dijadikan

penelitian untuk dipelajari adalah populasi masyarakat diwilayah

Kelurahan Pamulang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di

wilayah kelurahan Pamulang Barat yang diambil dengan menggunakan

teknik proporsionate clustering sampling. Penghitungan sample dalam

masing-masing cluster dilakukan dengan perbandingan jumlah masing-

masing RT yaitu:

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

40

Tabel 4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat tahun 2013

No. RT Jumlah Kepala

Keluarga

1. 01 100

2. 02 83

3. 03 65

4. 04 200

Jumlah 448 kepala keluarga

RT 1 = ���

���× 54 = 12 orang

RT 2 = ��

���× 54 = 10 orang

RT 3 = ��

���× 54 = 8 orang

RT 4 = ���

���× 54 = 24 orang

Adapun kriteria inklusi dalam pemilihan responden yaitu:

a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah kelurahan Pamulang

Barat

b. Bersedia menjadi responden

c. Dapat membaca dan menulis

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan

rancangan penelitian yaitu rumus sampel uji beda dua proporsiyaitu:

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

41

Keterangan:

n = jumlah sampel

Z1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval

dengan α sebesar 5%)

Z1- β = 1,64 (kekuatan uji pada 1-β = 95%)

P1 = 0,75 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan

kategori baik (Aztari, 2007))

P2 = 0,40 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan

kategori tidak baik (Mafazi, 2011))

P = (P1+P2) /2 = 0,575

1 - P = 1 – 0,575 = 0,425

Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:

n = {1,96 √2 � 0.575 � 0.425 + 0.84 √0.75 � 0.25 + 0.40 � 0.6 }2

(0,75 – 0.40)2

= 49

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai

cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal:

10 % x 49= 4,9 (dibulatkan menjadi 5). Jadi, total sampel dalam

penelitian ini adalah: 49 + 5 = 54 responden.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

42

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner.

Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Kuisioner A berisi tentang pengetahuan responden tentang DBD

dengan alat ukur kuisioner menggunakan skala Guttman, pemberian

skor pada kuisioner ini ialah jawaban benar diberikan skor 1 dan

jawaban yang salah diberikan skor 0.

b. Kuesioner B tentang praktik pencegahan DBD dengan alat ukur

kuisioner menggunakan skala Likert, pemberian skor pada kuisioner

yaitu untuk jawaban Selalu adalah 3, skor Sering adalah 2, skor

Kadang-kadang adalah 1, dan skor Tidak Pernah adalah 0.

E. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini,

beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk mengungkapkan

variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung

korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap

variabel dengan total skor variabel tersebut (Hidayat, 2007).

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

43

Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product

Moment.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil

perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0, 25), maka

pertanyaan tersebut dinyatakan valid, sedangkan apabila r hitung < r

tabel, maka pertanyaan tersebut

tidak valid (Azwar, 2012).

Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal

11- 13 November tahun 2013. Uji coba dilakukan terhadap 30 orang

di wilayah Ciputat Timur dipilih karena Ciputat timur adalah termasuk

salah satu daerah dengan kasus DBD yang cukup tinggi. Hasil uji

validitas instrumen pengetahuan didapatkan 5 dari 15 pernyataan

valid. Pernyataan tidak valid adalah pernyataan no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,

10, 13,14 namun pernyataan tersebut tidak dihilangkan dan tetap

diikutsertakan dalam penelitian untuk diuji kembali validitasnya. Pada

instrumen praktik didapatkan 7 dari 15 pernyataan valid. Pernyataan

tidak valid adalah pernyataan no. 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12 namun

pernyataan tersebut tidak dihilangkan dan tetap diikutsertakan dalam

penelitian untuk diuji kembali validitasnya. Ketika penelitian dan diuji

kembali validitasnya didapatkan hasil jumlah item pernyataan pada

kuisioner pengetahuan yang tidak valid yaitu no. 1, 2, 7, 13,14 dan

pernyataan tersebut dihilangkan sedangkan untuk item pernyataan

pada kuisioner praktik terdapat pernyataan yang tidak valid yaitu no.

4, 8, 9 dan pernyataan tersebut dihilangkan.

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

44

2. Reabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten

bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran

reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus

Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Alpha Cronbach > 0,50 (Azwar, 2012). Hasil uji reabilitas pada

penelitian ini didapatkan hasil untuk variabel pengetahuan yaitu 0,404

sedangkan untuk variabel praktik yaitu 0,475, kedua instrumen ini

belum reliabel akan tetapi akan diuji kembali reabilitas kuisioner ini

pada saat penelitian. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil uji

reabilitas untuk variabel pengetahuan adalah 0,532 sedangkan untuk

variabel praktik adalah 0,72 dan keduanya valid.

F. Metode Pengumpulan Data

a. Tahap pertama yaitu peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas

untuk diserahkan ke Kelurahan Pamulang Barat dengan tembusan

Ketua RW 022. Peneliti mengumpulkan data masyarakat dari ketua

RW 022 dan membuat cluster tiap RT. Peneliti melakukan

pengacakan responden di ketua RW setempat.

b. Tahap kedua yaitu pada saat penelitian peneliti dibantu oleh 2 orang

numerator yang telah diberikan pengarahan sebelumnya untuk

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

45

menyebar kuisioner kepada responden yang telah dipilih secara acak

dari masing-masing cluster. Peneliti memperkenalkan diri,

menyampaikan maksud dan tujuan serta memberikan lembar

persetujuan (inform consent) untuk menjadi responden. Peneliti dan

numerator memberikan kuisioner serta menjelaskan cara mengisi

kuisioner tersebut.

c. Tahap ketiga yaitu pengolahan data. Peneliti memberikan kode pada

masing-masing kuisioner serta memberikan skor pada masing-masing

pernyataan untuk memudahkan pengolahan data, selanjutnya peneliti

memasukkan data tersebut kedalam software statistik (SPSS 18) dan

melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah

ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analysis.

G. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika yang perlu

diperhatikan selama penelitian yaitu:

1. Lembar Persetujuan Penelitian

Lembar persetujuan ini di berikan sebelum penelitian

dilakukan agar responden mengetahui maksud, tujuan, dan manfaat

penelitian. Jika responden bersedia meneliti maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan penelitian, jika tidak peneliti

harus menghargai hak-hak responden.

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

46

2. Tanpa Nama (anonymousity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden, tetapi

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang di berikan

kepada responden

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik

sebuah informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan

oleh responden. (Hidayat, 2008)

H. Pengolahan Data

Pengolahan data/manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan

yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan

analisis/interpretasi (Amran, 2012) Adapun tahap-tahap pengolahan data

meliputi:

1. Data Coding

Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberi

kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya

data. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.

2. Data Editing

Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengecekan data yang telah diisi.

Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

47

kelengkapan, relevansi, dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data

diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuisiner yang

terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan

dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuisioner sudah

terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan

cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain.

3. Data Structure

Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang dilakukan

dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat

mengembangkan struktur data, bagi masing-masing variabel perlu

ditetapkan: nama, skala ukur variabel, dan jumlah digit.

4. Data Entry

Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau

fasilitas analisis data. Program untuk analisis data : SPSS 18.

5. Data Clearing

Tahapan ini merupakan tahapan pemeriksaan kembali data yang

telah masuk ke dalam komputer dengan memeriksa apakah ada

kesalahan yang terjadi di dalamnya. Clearing data dapat dilakukan

dengan mengamati distribusi frekuensi atau diagram tebar tiap variabel

dan memeriksa apakah ada nilai-nilai yang menyimpang.

I. Analisa Data

Setelah dilakukan proses pengolahan/ manajemen data, langkah

selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

48

adalah agar data yang dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat

berguna untuk mengatasi masalah kesehatan (Amran, 2012). Adapun

analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari satu tahap

yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian

ini analisis univariat menggunakan analisis persentase dari seluruh

responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan

menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa segi

sehingga dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis univariat

dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu

yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi

dan proporsinya. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada

variabel penelitian yang meliputi: 1) Data demografi masyarakat yang

terdiri dari umur, pendidikan, dan jenis kelamin; 2) Pengetahuan

masyarakat tentang demam berdarah dengue; 3) Praktik pencegahan

demam berdarah dengue.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua

variabel yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Budiarto,

2008) yaitu untuk melihat hubungan variabel pengetahuan dan

variabel praktik pencegahan DBD. Analisa bivariat yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu uji korelasi Spearman. Uji korelasi

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

49

spearman yang merupakan uji statistik yang ditujukan untuk

mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel berskala Ordinal.

Derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% dengan α 5%,

sehingga jika nilai P <0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel

dependen, namun jika nilai P >0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini peneliti akan menjabarkan gambaran distribusi frekuensi dari

responden yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kelurahan Pamulang Barat mempunyai jumlah penduduk sebanyak

62.301 jiwa, Pamulang Barat ini merupakan kelurahan dengan angka DBD

tertinggi di Tangerang Selatan, salah satu RW di kelurahan Pamulang Barat ini

yang menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak adalah di RW: 022 yaitu

pada tahun 2011 terdapat 3 kasus DBD, kemudian di tahun 2012 terdapat 8

kasus DBD dan terhitung sampai bulan April 2013 terdapat 2 kasus DBD. RW:

022 merupakan wilayah perumahan padat penduduk yang tertata rapi yang

terbagi menjadi 4 RT, berikut ini merupakan jumlah kepala keluarga di RW:

022 berdasarkan masing- masing RT ialah :

RT 01 = 100 kepala keluarga

RT 02 = 83 kepala keluarga

RT 03 = 65 kepala keluarga

RT 04 = 200 kepala keluarga

B. Karakteristik Responden

1. Umur

Data umur responden disajikan dalam bentuk tabel dan

menggunakan data numerik.

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

51

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013

Usia Frekuensi Presentase

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

2

5

16

16

8

6

1

3,7%

9,3%

29,6%

29,6%

14,8%

11,1%

1,9%

Total 54 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa umur responden dengan rentang

tertinggi yaitu 35-39 dan 40-44 tahun dengan jumlah 16 responden (29,6%),

dan responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur 55-59 dengan

jumlah 1 responden (1,9%).

2. Pendidikan

Pada penelitian ini peneliti membagi tingkat pendidikan responden

yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi. Tabel 5.2

menunjukan distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikannya.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013

Tingkat pendidikan Frekuensi Prosentase %

SD/sederajat 2 3,7%

SMP/sederajat 5 9,3%

SMA/sederajat 22 40,7%

Perguruan Tinggi 25 46,3%

Total 54 100%

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

52

Tabel 5.2. menunjukan sebagian besar responden mempunyai tingkat

pendidikan setingkat perguruan tinggi yaitu berjumlah 25 (46,3%)

responden dan hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat

pendidikan SD yaitu berjumlah 2 (3,7%) responden.

3. Jenis Kelamin

Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin

digambarkan pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %

Laki-laki 21 38,9%

Perempuan 33 61,1%

Total 54 100%

Tabel 5.3 Menunjukan hasil bahwa dari 54 responden, mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 33 (61,1%)

sedangkan responden laki-laki hanya berjumlah 21 (38,9%).

C. Pengetahuan responden

Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada

tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat

Tahun 2013

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

53

Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase %

Baik 37 68,5%

Cukup 16 29,6%

Kurang 1 1,9%

Total 54 100%

Tabel 5.4 merupakan data yang diperoleh dari kuisioner pernyataan

pengetahuan responden terhadap penyakit demam berdarah dengue, dapat

dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 37

(68,5%) dilanjutkan dengan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 16

(29,6%) responden dan hanya 1 (1,9%) responden yang berpengetahuan

kurang.

D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD

Pengelompokan responden berdasarkan kategori pengetahuan bisa

dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013

Praktik Responden Terhadap

Pencegahan DBD Frekuensi Prosentase %

Baik 20 37,0

Cukup 30 55,6

Kurang 4 7,4

Total 54 100%

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

54

Tabel 5.5 merupakan data yang diperoleh dari hasil keseluruhan

kuisioner pernyataan praktik responden terhadap praktik demam berdarah

dengue, dapat dilihat bahwa mayoritas 30 (55,6%) responden melakukan

praktik pencegahan cukup, selanjutnya sebanyak 20 (37,0%) responden

melakukan praktik pencegahan termasuk dalam kategori baik dan hanya 4

(7,4%) melakukan praktik yang kurang baik.

E. Hasil Analisis Bivariat

1. Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan No. 3 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik 5

Pengetahuan

Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

1 3 0 0 4 (1,8%)

27 (50%)

(5,6%) 10

(18,6%)

(0%) 5

(9,3%)

(0%) 8

(14,8%)

(7,4%) 50

(92,6%) Total 28 13 5 8 54

Tabel 5.7 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang menaburkan bubuk abate

kedalam tempat penampungan air untuk mencegah pertumbuhan jentik

nyamuk dengan variabel pernyataan praktik responden terhadap

pencegahannya, sebagian besar responden yaitu 50% mengetahui hal

tersebut akan tetapi responden tersebut tidak menaburkan bubuk abate

untuk mencegah pertumbuhan jentik ditempat penampungan air,

selanjutnya responden dengan jawaban benar tetapi menaburkan bubuk

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

55

abate tersebut hanya kadang- kadang berjumlah 18,6% dan untuk

responden dengan jawaban benar dan selalu menaburkan bubuk abate

kedalam tempat penampungan air hanya sebesar 14,8%.

2. Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik 1

Pengetahuan

Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

3 (5,6%)

6 (11,1%)

16 (29,6%)

29 (53,7%)

54 (100%)

Total 2 6 16 29 54

Tabel 5.8 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan

pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan

menguras tempat penampungan air sedikitnya 1x dalam seminggu sebesar

53,7% responden mengetahui tentang manfaat tindakan 3M dan selalu

menguras tempat penampungan air 1x seminggu selanjutnya, 29,6%

responden mengetahui tentang manfaat tindakan 3M dengan benar dan

sering menguras tempat penampungan air 1x dalam seminggu dan untuk

responden dengan jawaban benar tentang manfaat 3M akan tetapi hanya

kadang-kadang menguras tempat penampungan air hanya sebagian kecil

yaitu 11,1% .

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

56

3. Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik 2

Pengetahuan Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

4 (7,4%)

15 (27,8%)

4 (7,4%)

31 (57,4%)

54 (100%)

Total 4 15 4 31 54

Tabel 5.9 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan

pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan

menutup tempat penampungan air yaitu sebagian besar 57,4% responden

mengetahui manfaat 3M dan selalu menutup tempat penampungan air, dan

untuk 27,8% reponden yang mengetahui tentang manfaat DBD akan tetapi

kadang-kadang menutup tempat penampungan air, dan hanya sebagian

kecil 7,4 responden yang mengetahui manfaat 3M dan sering menutup

tempat penampungan air dan juga untuk 7,4% responden dengan jawaban

benar akan tetapi tidak menutup tempat penampungan air.

4. Tabel Silang 5.10 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik

Pengetahuan Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

11 (20,4%)

7 (13%)

5 (9,2%)

31 (57,4%)

54 (100%)

Total 11 7 5 31 54

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

57

Tabel 5.10 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan

pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan

mengubur barang bekas yaitu sebagian besar 57,4% menjawab benar dan

selalu melakukan tindakan pencegahan tersebut, dan untuk 20,4%

responden dengan jawaban benar akan tetapi tidak disertai dengan tindakan

pencegahannya, dan 13% responden dengan jawaban benat tetapi hanya

kadang-kadang melakukan tindakan pencegahan tersebut serta hanya

sebagian kecil 9,2% responden menjawab dengan benar dan sering

melakukan tindakan pencegahan tersebut.

5. Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan No.6 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik 11

Pengetahuan Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

0 (0%)

2 (3,7%)

1 (1,9%)

0 (0%)

3 (5,6%)

13 (24%)

28 (52%)

5 (9,2%)

5 (9,2%)

51 (94,4%)

Total 13 30 6 5 54

Tabel 5.11 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang perlindungan diri terhadap

gigitan nyamuk penyebab DBD dengan pernyataan praktik responden

terhadap pencegahannya DBD dengan menggunakan obat nyamuk oles

yaitu sebagian besar 52% responden mnjawab benar akan tetapi hanya

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

58

melakukan praktik pencegahan tersebut dengan kadang-kadang saja, dan

untuk 24% responden menjawab dengan benar akan tetapi tidak pernah

melakukan pencegahan tersebut dan untuk 9,2% responden yang

menjawab benar dan sering menggunakan obat nyamuk oles dan hanya

sebagian kecil untuk 9,2% responden yang menjawab benar dan selalu

menggunakan obat nyamuk oles ketika tidur.

6. Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan No. 7 Pengetahuan dan

Pertanyaan Praktik 15

Pengetahuan Praktik Tidak pernah

kadang sering selalu total

Salah Benar

0 (0%)

3 (5,6%)

2 (3,7%)

7 (13%)

12 (22,3%)

1 (1,8%)

12 (22,2%)

2 (3,7%)

27 (50%)

42 (77,7%)

Total 1 15 4 34 54

Tabel 5.12 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel

pernyataan pengetahuan masyarakat tentang fogging dengan pernyataan

penerimaan responden untuk dilakukan fogging sebagian besar 50%

responden menjawab dengan benar dan selalu bersedia jika dilakukan

penyemprotan atau fogging, dan untuk 22,2% responden yang menjawab

benar namun hanya kadang-kadang bersedia dilakukan penyemprotan

serta 13% responden menjawab salah akantetapi selalu bersedia dilakukan

fogging dan untuk 5,6% responden yang menjawab salah akan tetapi

terkadang masih bersedia dilakukan penyemprotan dan untuk 3,7%

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

59

responden dengan masing-masing jawaban benar dan responden yang

menjawaban salah tetapi sering dilakukan fogging .

7. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik

Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022

kelurahan Pamulang Barat

Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Pengetahuan Praktik Total P

Value

P

tabel Kurang Cukup Baik

Kurang

Cukup

Baik

0

(0%)

1

(1,9%)

3

(5,5%)

0

(0%)

13

(24,1%)

17

(31,4%)

1

(1,9%)

2

(3,7%)

17

(31,4%)

1

(1,9%)

16

(29,6%)

37

(68,5%)

0,05 0.13

Total 4

(7,4%)

30

(55,6%)

20

(37,0%)

54

(100%)

Hasil yang diperoleh dari tabel 5.6, dapat dilihat bahwa responden

terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik dengan praktik cukup

sebanyak 17 (31,4%) responden dan responden dengan pengetahuan baik

dan praktik baik yaitu 17 (31,4) responden selanjutnya disusul dengan

responden dengan pengetahuan yang cukup dan praktik pencegahan cukup

sebanyak 13 (24,1%) responden, selanjutnya disusul dengan pengetahuan

responden dengan pengetahuan baik dan praktik pencegahan demam

berdarah yang kurang sebanyak 3 (5,5%) responden, kemudian untuk

responden dengan pengetahuan cukup dan praktik baik sebanyak 2 (3,7%)

responden dan responden dengan pengetahuan kurang dengan praktik baik

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

60

sebanyak 1 (1,9%) responden, pengetahuan cukup dengan praktik kurang

sebanyak 1 (1,9%) responden sedangkan untuk pengetahuan kurang dengan

praktik kurang tidak ada, dan juga untuk pengetahuan kurang dan praktik

cukup juga tidak ada.

Hasil analisa menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai

signifikan 0,13 (p value 0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada korelasi

antara pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan demam

berdarah dengue di RW 022 Pamulang Barat.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

61

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas terkait hasil penelitian yang

dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan

penelitian akan menjabarkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksaan

penelitian.

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang Barat

a. Umur

Menurut teori Green menjelaskan bahwa umur merupakan

salah satu predisposing faktor terjadinya perubahan perilaku

seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia

seseorang mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan

perilaku kesehatan.

Responden dalam penelitian ini seluruhnya termasuk

kedalam kategori usia dewasa. Hasil statistik pada penelitian ini

menunjukan bahwa rata- rata usia responden adalah 41 tahun dengan

usia termuda adalah 27 tahun dan usia tertua yaitu 57 tahun.

b. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar

responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat perguruan tinggi

yaitu berjumlah 25 (46,3%) orang, diikuti dengan responden yang

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

62

berpendidikan setingkat SMA yaitu berjumlah 22 (40,7%) orang dan

hanya sebagian kecil responden yang berpendidikan setingkat SMP

sebanyak 5 (9,3%) orang dan terakhir responden yang berpendidikan

SD yaitu 2 (3,7%) orang. Tingginya tingkat pendidikan responden

dalam penelitian ini sebanding dengan tingginya pengetahuan

responden terkait DBD yang menunjukan bahwa, sebagian

responden berpengetahuan baik yaitu 37 responden (68,5%).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada

diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat mendorong

terhadap tindakan pencegahan DBD. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya, begitu pula sebaliknya.

c. Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan

sebanyak 33 responden (61,1%) dan responden laki- laki hanya

berjumlah 21 orang (38,9%).

Menurut teori Green menjelaskan bahwa jenis kelamin

merupakan salah satu predisposing faktor terjadinya perubahan

perilaku seseorang. Akan tetapi, hasil yang diperoleh dalam

penelitian menunjukan tidak ada perbedaan signifikan antara jenis

kelamin dengan pengetahuan dan praktik responden tentang DBD.

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

63

2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah

Dengue di RW 022 Pamulang Barat

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia

terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sehingga dengan

adanya pengetahuan yang baik maka akan menimbulkan kesadaran dan

membuat seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki.

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan yang baik yaitu 37 responden (68,5%),

sedangkan untuk responden dengan pengetahuan yang cukup berjumlah

16 responden (29,6%) dan hanya sebagian kecil responden dengan

pengetahuan kurang yaitu 1 responden (1,9%).

Hasil penelitian yang diperoleh tersebut, sejalan dengan pendapat

Notoatmodjo yang menjelaskan bahwa terbentuknya pengetahuan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, tersedianya

media informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi (Notoatmodjo,

2007). Hasil statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa tingginya

pengetahuan dengan kategori baik pada 37 responden (68,5%) terhadap

DBD sebanding dengan tingginya jenjang pendidikan yang ditempuh

oleh responden yaitu sejumlah 25 orang responden (46,3%)

berpendidikan setingkat perguruan tinggi dan 22 orang responden

(40,7%).

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

64

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009),

yang menyatakan bahwa sebagian besar reponden tentang DBD termasuk

dalam kategori baik yaitu sebesar 66 (90,4%) responden, tingginya

pengetahuan responden tersebut, didukung oleh jenjang pendidikan yang

ditempuh oleh responden yang cukup tinggi yaitu 31 responden (42,5%)

menyatakan bahwa tingkat pendidikannya setara SLTA/ sederajat.

3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencegahan Demam

Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat

Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden

melakukan praktik pencegahan DBD dengan cukup baik yaitu sebesar 30

orang (55,5%) sedangkan untuk responden dengan praktik pencegahan

baik juga berjumlah 20 orang (37,0%) dan untuk responden dengan

praktik pencegahan yang kurang baik hanya sebagian kecil yaitu 4 orang

(3,7%). Tingginya pengetahuan responden tentang DBD tersebut tidak

diiringi dengan pelaksanaan tindakan/ praktik pencegahan DBD sehingga

kasus DBD di wilayah RW 022 masih cukup tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009) yang

menyatakan meskipun tingkat pengetahuan responden termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 66 responden (90,4%), akan tetapi dalam

upaya melakukan praktek atau tindakan pencegahan DBD dengan

kategori baik hanya sebagian kecil yaitu 13 responden (17,8%), hal ini

menyebabkan masih tingginya angka kejadian DBD di RW 09 Kelurahan

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

65

Kramatpela karena masih banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak

melaksanakan kegiatan PSN DBD secara sungguh-sungguh.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam

Berdarah Dengue dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah

Dengue di RW 022 Pamulang Barat

Hasil uji statistik dalam penelitian dengan menggunakan

spearman corellation didapatkan P = 0,13 r = 0,20 dengan P value 0,05

yang menunjukan tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan

masyarakat tentang demam berdarah dengue dan variabel praktik

pencegahan demam berdarah dengue.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009),

yang menyatakan meskipun tingkat pengetahuan responden termasuk

dalam kategori baik (90,4%) akan tetapi dalam pelaksanaan praktik

pencegahan DBD, hanya 17,8% responden yang melakukan praktik

pencegahan DBD dengan baik, sehingga menyebabkan masih tingginya

angka kejadian DBD di RW 09 Kelurahan Kramatpela karena masih

banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak melaksanakan kegiatan

PSN DBD secara sungguh-sungguh.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori notoatmodjo (2007)

yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang

maka akan berpengaruh terhadap upaya peningkatan perilaku kesehatan.

Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa tingkat

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

66

pengetahuan dalam diri seseorang terbagi menjadi 6 tahapan yaitu tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Dalam penelitian

ini, pengetahuan responden hanya sebatas kepada tahap memahami

(comprehension) yaitu responden telah paham dan mengetahui secara

umum tentang penyebab, tanda gejala serta tindakan pencegahan DBD

akan tetapi responden belum mencapai tahap aplikasi (aplication) yaitu

menggunakan kemampuan dari materi atau pengetahuan yang telah

dipahami pada situasi atau kondisi yang nyata untuk mencegah penyakit

DBD, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menjelaskan bahwa

pengetahuan 37 responden (68,5%) terhadap DBD termasuk dalam

kategori baik. Akan tetapi, yang melakukan praktik terhadap pencegahan

DBD dengan kategori baik hanya sebesar 20 responden (37,0%) dari total

keseluruhan 54 orang responden, hal ini yang menyebabkan masih

tingginya kasus DBD yang terjadi di wilayah Pamulang Barat khususnya

di RW 022 karena masih banyak masyarakat yang belum melakukan

praktik pencegahan DBD dengan baik.

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Pengetahuan yang

positif tidak menjamin terjadinya sikap dan tindakan yang positif pada

seseorang, ada hal lain yang menjadi faktor pemungkin terhadap

pembentukan perilaku seperti sarana dan prasarana maupun tersedianya

faktor pendukung melalui kebijakan pemerintah yang dapat

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

67

mempengaruhi seseorang untuk bersikap dan bertindak. (Notoatmodjo,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2009) menjelaskan

bahwa pentingnya faktor pendukung melalui kebijakan pemerintah dalam

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemberantasan

sarang nyamuk, terlebih jika hal tersebut difasilitasi dengan adanya

pembentukan dan pelatihan kader JUMANTIK yang bertugas dalam

mengawasi kegiatan PSN dimasyarakat, terbukti dalam hasil penelitian

ini menjelaskan bahwa kader JUMANTIK tersebut memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan angka bebas

jentik yaitu, pada saat survei jentik awal tanpa peran serta kader

JUMANTIK sebesar 68% dan setelah dilakukan pembentukan dan

pelatihan kader JUMANTIK untuk melakukan pemeriksaan jentik

berkala didapatkan peningkatan angka bebas jentik yaitu 89%. Hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya

pembentukan dan pelatihan kader JUMANTIK dapat memotivasi

masyarakat untuk melakukan kegiatan PSN yang berguna untuk

mencegah terjadinya DBD.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian

ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Adanya kemungkinan bias dalam penilaian praktik pencegahan DBD di

masyarakat RW 022 Pamulang Barat. Hal ini dikarenakan peneliti tidak

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

68

mengobservasi secara langsung melainkan hanya mengajukan

pertanyataan terkait praktik DBD menggunakan kuisioner.

2. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa praktik

penccegahan DBD bisa jadi bukan hanya dipengaruhi oleh pengetahuan

masyarakat tentang DBD, melainkan bisa juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

69

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran karakteristik masyarakat di RW 022 Pamulang Barat yang

menjadi responden dalam penelitian ini yaitu: presentase jenis kelamin

antara laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 38,9% dan

61,1%, umur berkisar antara 27-57 tahun, presentase pendidikan

responden adalah perguruan tinggi 46,3%, diikuti dengan responden

yang berpendidikan setingkat SMA 40,7% dan hanya sebagian kecil

responden yang berpendidikan setingkat SMP 9,3% dan terakhir

responden yang berpendidikan SD yaitu 3,7%.

2. Sebagian besar dari 68,5% responden mempunyai pengetahuan

dengan kategori baik tentang DBD. Hal ini sesuai dengan tingkat

pendidikan yang ditempuh oleh responden yang menyatakan sebagian

besar responden berlatar belakang pendidikan setingkat perguruan

tinggi.

3. Sebagian besar dari 55,6% responden hanya melakukan praktik

pencegahan DBD dengan cukup, hal ini tidak sejalan dengan

tingginya tingkat pengetahuan responden terhadap DBD karena pada

pelaksanaannya praktik pencegahan DBD responden hanya sebatas

cukup, hal ini dikarenakan, responden hanya menggunakan

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

70

pengetahuan yang dimilikinya hanya sebatas pada tahap memahami

(comprehension) akan tetapi responden belum mencapai tahap

aplikasi (aplication) untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit

DBD

4. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan antara variabel

pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dan variabel

praktik pencegahan demam berdarah dengue (P = 0,13 r = 0,20).

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam

mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan praktik

pencegahan DBD dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat

mengobservasi secara langsung terhadap praktik pencegahan DBD

yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Bagi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat membuat suatu kebijakan terkait

dengan pengawasan terhadap praktik pencegahan DBD seperti

memfasilitasi penyediaan kader juru pemantau jentik (JUMANTIK),

sehingga dapat memantau secara langsung praktik pencegahan DBD

pada masyarakat diwilayah kerjanya.

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010.

Amran, Yuli. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Jakarta: FKIK UIN Ciputat. 2012.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Ayubi, Dian., Fajar Ariyanti., Fase Badriah. Modul Pendidikan Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006 Aztari, Fenny. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat

Mengenai Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Aur Kuning Bukit Tinggi. Padang: Universitas Andalas. 2007

Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2012 Budiarto. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2008 Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar.

Jakarta: EGC. 2002

CDC. Dengue and The Aedes albopictus Mosquito. Diakses pada tanggal 08 Januari 2013 pada jam 22.24 WIB dari URL http://www.cdc.gov/dengue/resources/30Jan2012/albopictusfactsheet.pdf.

CDC. Dengue and The Aedes Aegypti Mosquito. Diakses pada tanggal 08

Januari 2013 pada jam 22.24 dari URL http://www.cdc.gov/dengue/resources/30Jan2012/aegyptifactsheet.pdf.

Chadijah, Siti., Rosmini., Halimuddin. Peningkatan Peran Serta

Masyarakat dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua Kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan Vol. 21 (2). 2011.

Christensen, Paula J., Janet W. Kenney. Proses Keperawatan: Aplikasi

Model Konseptual, 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Dahlan, M. Sopiyudi. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika. 2010.

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan

edisi ke 4. Jakarta: Salemba Medika. 2009. Depkes RI. Gerakan Indonesia Cinta Sehat Pembangunan Kesehatan

dengan Upaya Promotive- Preventive dengan Tidak Mengabaikan Kuratif dan Rehabilitatif. Jakarta. 2012. Di akses pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2052-gerakan-indonesia-cinta-sehat-pembangunan-kesehatan-dengan-upaya-promotif-preventif-dengan-tidak-mengabaikan-kuratif-dan-rehabilitatif.html.

Depkes RI. Indonesia Prakarsai Pengendalian DBD di Asean. Diakses

pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1542-indonesia-prakarsai-pengendalian-dbd-di-asean.html.

Depkes RI. Kampanye “Tepat Tangani Demam Melalui Pelatihan Kader

Jumantik” sebagai Wujud Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan Glaxosmithkline dalam Upaya Turunkan Kasus DBD diakses pada tanggal 27 Maret 2013 pada jam 14.22 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1539-kampanye-ayo-stop-dbd-peran-serta-masyarakat-dalam-upaya-memberantas-dbd.html.

Depkes RI. Pemberantasan Demam Berdarah Membutuhkan Komitmen

Semua Pihak diakses pada tanggal 27 Maret 2013 pada jam 15.20 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1547-pemberantasan-demam-berdarah-membutuhkan-komitmen-semua-pihak.html.

Depkes RI.Penanggulangan NTD Merupakan Hak Asasi Manusia Cegah

Morbiditas, Mortalitas dan Cacat. Jakarta. 2012. Di akses pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2065-penanggulangan-ntd-merupakan-hak-asasi-manusia-cegah-morbiditas-mortalitas-dan-cacat-.html.

Depkes RI. Waspada Demam Berdarah Dengue.Jakarta.2012.Diakses

pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 14.22 WIB dari URL http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/439-waspada-demam-berdarah-dengue.html.

Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Fitriani Sinta. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. Ginanjar Genis. Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam

Berdarah. Jakarta : PT. Mizan Publika.. 2007. Hadinegoro Sri Rejeki. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2004. Hardiyanti, W., Mulyani, A., Daryono. Analisis Perilaku Masyarakat

Terhadap Angka Bebas Jentik dan Demam Berdarah di Kecamatan Pekanbaru Kota Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 5 (1).2011.

Hidayat,A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.2008. Hidayat, Ahmad Nur. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek Keluarga

Tentang Pencegahan DBD di Rw 09 Kelurahan Kramatpela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2009. (SKRIPSI). Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah. 2009.

Mardiana Ratna. Panduan Lengkap Kesehatan: Mengenal, Mencegah dan

Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogjakarta : Citra Pustaka. 2010.

Mafazi, Muhammad Atras. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Siswa SD Kelas 4-6 Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Pencegahannya di SD Islam Ruhama Tahun 2011. (SKRIPSI). Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah. 2011.

Nasronudin. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang.

Surabaya : Airlangga University Press. 2007. Nisa Hoirun. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta. 2007. Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta. 2007. Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta. 2007. Nurbaeti, Irma & Waras Budi Utomo. Metodologi Penelitian dalam

Bidang Keperawatan. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syahid Jakarta. 2010.

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.

Pangemanan Jane., Nelwan Jeini. Perilaku Masyarakat Tentang Program

Pemberantasan Penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (1), h. 45- 50. 2012.

Setiadi. Konsep Penelitian Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graham

Ilmu. 2007. Sarwono., Marsito., Hastuti, A T. Hubungan Antara Persepsi Masyarakat

Tentang Menguras, Mengubur, dan Menutup (3M) dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Selokerto Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol. 5 (2). 2009.

Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003. Sungkar, Saleha., Winita, Rawina., Kurniawan, Agnes. Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat dan Kepadatan Aedes aegypti di Kecamatan Bayah Provinsi Banten. Makara Kesehatan. Vol. 14 (2). 2010.

Taviv, Y., Saikhu, A., Sitorus, H. Pengendalian DBD Melalui

Pemanfaatan Pemantauan Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 38 (4). 2010.

Who. Dengue and severe dengue. Diakses pada tanggal 24 desember 2012

pada jam 20.01 WIB dari URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.

Widoyono. PENYAKIT TROPIS; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga. 2008.

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Lampiran 1

INFORM CONSENT

Tangerang, Juni 2013

Nama : Ummi Zulaikhah

NIM : 109104000037

Assalamualaikum wr. wb.

Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan,

sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan

Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Terhadap Praktik Pencegahan

Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang

Barat” dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan

dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan terkait dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan. Peneliti berharap Bapak/ Ibu/ Saudara/i bersedia

meluangkan waktu untuk mengisi lembar kuisioner ini dengan sejujur-jujurnya

dan peneliti menjamin akan merahasiakan data-data maupun jawaban yang

diperoleh dari penelitian ini. Jika bersedia menjadi responden dalam penelitian ini,

harap menandatangani lembar persetujuan ini.

Atas kerja sama dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i, peneliti ucapkan

terima kasih.

Tertanda

Responden

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue

Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat

di RW 022 kelurahan Pamulang Barat

A. Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah semua pernyataan yang tertera di lembar kuisioner ini dengan

seksama.

2. Pilihlah salah satu kolom yang tersedia dengan memberi tanda

checklist (√) sesuai dengan Bapak/ Ibu/ Saudara/i lakukan dengan

sejujur-jujurnya.

3. Jika dalam menjawab pernyataan lembar kuisioner ini terjadi

kesalahan dalam pengisian, harap jawaban yang salah tersebut di coret

dan ganti dengan jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ i anggap paling

benar atau sesuai dengan tindakan yang dilakukan.

4. Bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti silakan tanyakan langsung

pada peneliti

B. Data Demografi

1. Nomor responden : (diisi oleh peneliti)

2. Pendidikan terakhir kepala keluarga

a. Tidak sekolah

b. Sekolah Dasar (SD)

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Sederajat

d. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sederajat

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

e. Perguruan Tinggi

3. Jenis Kelamin

a. Laki- laki

b. Perempuan

4. Usia

a. 25-29

b. 30- 34

c. 35-39

d. 40-44

e. 45-49

f. 50- 54

g. 55-59

C. Pernyataan tentang pengetahuan responden terhadap DBD

No. Pernyataan Pengetahuan Ya Tidak

1. Nyamuk Aedes aegypty dapat berkembang biak

pada tempat penampungan air kotor seperti

selokan

2. Menggantung baju dalam kamar dapat menjadi

tempat bersarangnya nyamuk Aedes aegypty

3. Menaburkan bubuk abate pada tempat

penampungan air dapat mengurangi pertumbuhan

jentik nyamuk

4. Menguras bak mandi/ tempat penampungan air

sebaiknya dilakukan 1x dalam seminggu

5. Upaya pencegahan DBD dapat dilakukan dengan

memperbaiki kondisi lingkungan salah satunya

yaitu 3M (menguras, menutup rapat tempat

penampungan air dan mengubur barang bekas)

6. Menggunakan obat nyamuk oles atau

menggunakan obat nyamuk semprot dapat

menghindari diri dari gigitan nyamuk

7. Kegiatan pengasapan atau fogging bertujuan

hanya untuk membunuh nyamuk dewasa

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

D. Pernyataan tentang praktik responden terhadap DBD

Beri tanda ceklist (√) pada kolom jawaban sesuai dengan tindakan yang

anda lakukan.

No. Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang

Tidak

pernah

1. Saya menguras dan

membersihkan tempat

penampungan air

sedikitnya 1 kali dalam

seminggu

2. Saya menutup tempat

penampungan air

3. Saya mengubur barang-

barang bekas yang tidak

terpakai (kaleng-kaleng

bekas/ ban bekas)

4. Saya menaburkan

bubuk abate pada

tempat penampungan

air

5. Saya memelihara ikan

pemakan jentik pada

tempat penampungan

air

6. Saya memakai baju dan

celana panjang untuk

menghindari gigitan

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

nyamuk

7. Saya menggunakan

obat nyamuk

bakar/semprot

8. Saya menggunakan

obat nyamuk oles

9. Saya senantiasa

melakukan pemeriksaan

jentik nyamuk pada

tempat-tempat

penampungan air

10. Saya tidak membiarkan

ada genangan air di

sekitar rumah saya

11. Saya tidak membiarkan

ranting pohon

berserakan di halaman

rumah saya

12. Saya bersedia dilakukan

pengasapan/ fogging

jika terdapat kasus

DBD dilingkungan saya

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...
Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...
Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...
Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...
Page 102: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

HASIL PENELITIAN

UNIVARIAT

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid SD 2 3.7 3.7 3.7

SMP 5 9.3 9.3 13.0

SMA 22 40.7 40.7 53.7

PT 25 46.3 46.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 21 38.9 38.9 38.9

Perempuan 33 61.1 61.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 25-29 2 3.7 3.7 3.7

30-34 5 9.3 9.3 13.0

35-39 16 29.6 29.6 42.6

40-44 16 29.6 29.6 72.2

45-49 8 14.8 14.8 87.0

50-54 6 11.1 11.1 98.1

55-59 1 1.9 1.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Page 103: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 1.9 1.9 1.9

cukup 16 29.6 29.6 31.5

baik 37 68.5 68.5 100.0

praktik new

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 4 7.4 7.4 7.4

cukup 30 55.6 55.6 63.0

baik 20 37.0 37.0 100.0

Total 54 100.0 100.0

Tabel silang item pengetahuan 2 dan praktik 4

praktik 4

Total tidak pernah kadang sering selalu

pengetahuan 2 salah Count 2 4 2 4 12

Expected Count

2.2 5.6 2.0 2.2 12.0

benar Count 8 21 7 6 42

Expected Count

7.8 19.4 7.0 7.8 42.0

Total Count 10 25 9 10 54

Expected Count

10.0 25.0 9.0 10.0 54.0

Tabel silang item pengetahuan 3 dan praktik 5

praktik 5

Total tidak pernah kadang sering selalu

pengetahuan 3 salah 1 3 0 0 4

benar 27 10 5 8 50 Total 28 13 5 8 54

Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik

praktik 1

Total Tidak Pernah Kadang Sering Selalu

pengetahuan5 Benar 3 6 16 29 54 Total 3 6 16 29 54

Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik 2

praktik 2

Total tidak pernah Kadang sering selalu

pengetahuan5 Benar 4 15 4 31 54 Total 4 15 4 31 54

Page 104: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik 3

praktik 3

Total tidak pernah Kadang sering selalu

pengetahuan5 Benar 11 7 5 31 54 Total 11 7 5 31 54

Tabel silang item pengetahuan 6 dan praktik 11

praktik 11

Total tidak pernah kadang sering selalu

pengetahuan 6 salah 0 2 1 0 3

benar 13 28 5 5 51 Total 13 30 6 5 54

Tabel silang item pengetahuan 7 dan praktik 15

praktik 15

Total tidak pernah Kadang sering selalu

pengetahuan 7 salah 0 3 2 7 12

benar 1 12 2 27 42 Total 1 15 4 34 54

BIVARIAT

Crosstab pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan DBD

Pengetahuan * praktik new Crosstabulation

Count

praktik new

Total kurang cukup baik

Pengetahuan Kurang 0 0 1 1

cukup 1 13 2 16

baik 3 17 17 37

Total 4 30 20 54

Hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan DBD

Correlations

Pengetahuan praktik new

Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .206

Sig. (2-tailed) . .136

N 54 54

praktik new Correlation Coefficient .206 1.000

Sig. (2-tailed) .136 .

Page 105: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Correlations

Pengetahuan praktik new

Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .206

Sig. (2-tailed) . .136

N 54 54

praktik new Correlation Coefficient .206 1.000

Sig. (2-tailed) .136 .

N 54 54

Page 106: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Hasil uji validitas praktik

correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

p1 Pearson

Correlation

1 .579** .388

** -.296

** .003 -.218

* .240

*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .981 .046 .028

N 84 84 84 84 84 84 84

p2 Pearson

Correlation

.579** 1 .483

** -.204 -.074 .063 .384

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .063 .501 .569 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

p3 Pearson

Correlation

.388** .483

** 1 -.161 .182 .168 .388

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .144 .097 .126 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

p4 Pearson

Correlation

-.296** -.204 -.161 1 .087 .190 -.047

Page 107: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .006 .063 .144 .434 .083 .672

N 84 84 84 84 84 84 84

p5 Pearson

Correlation

.003 -.074 .182 .087 1 .122 .078

Sig. (2-tailed) .981 .501 .097 .434 .270 .482

N 84 84 84 84 84 84 84

p6 Pearson

Correlation

-.218* .063 .168 .190 .122 1 .167

Sig. (2-tailed) .046 .569 .126 .083 .270 .130

N 84 84 84 84 84 84 84

p7 Pearson

Correlation

.240* .384

** .388

** -.047 .078 .167 1

Sig. (2-tailed) .028 .000 .000 .672 .482 .130

N 84 84 84 84 84 84 84

p8 Pearson

Correlation

-.219* -.123 .055 .009 -.243

* -.157 -.222

*

Sig. (2-tailed) .045 .265 .618 .933 .026 .154 .043

Page 108: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

N 84 84 84 84 84 84 84

p9 Pearson

Correlation

-.135 -.042 .124 -.120 -.076 .096 -.025

Sig. (2-tailed) .220 .704 .262 .279 .491 .386 .824

N 84 84 84 84 84 84 84

p10 Pearson

Correlation

.035 .218* .279

* .138 .088 .250

* .278

*

Sig. (2-tailed) .749 .046 .010 .211 .426 .022 .010

N 84 84 84 84 84 84 84

p11 Pearson

Correlation

.113 .169 .382** -.092 .228

* .127 .107

Sig. (2-tailed) .306 .125 .000 .405 .037 .249 .333

N 84 84 84 84 84 84 84

p12 Pearson

Correlation

.214 .078 .424** .022 .280

** .212 .344

**

Sig. (2-tailed) .051 .481 .000 .841 .010 .053 .001

N 84 84 84 84 84 84 84

Page 109: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

p13 Pearson

Correlation

.217* .420

** .285

** -.136 .141 .149 -.026

Sig. (2-tailed) .047 .000 .009 .218 .200 .176 .812

N 84 84 84 84 84 84 84

p14 Pearson

Correlation

.092 .344** .273

* .002 .120 .125 .056

Sig. (2-tailed) .406 .001 .012 .986 .278 .255 .611

N 84 84 84 84 84 84 84

p15 Pearson

Correlation

.162 .345** .043 .015 .160 -.053 .092

Sig. (2-tailed) .141 .001 .695 .890 .146 .633 .403

N 84 84 84 84 84 84 84

Jumlah Pearson

Correlation

.364** .604

** .738

** .079 .364

** .375

** .498

**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .475 .001 .000 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Page 110: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Correlations

p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14

p1 Pearson Correlation -.219* -.135 .035 .113 .214 .217

* .092

Sig. (2-tailed) .045 .220 .749 .306 .051 .047 .406

N 84 84 84 84 84 84 84

p2 Pearson Correlation -.123 -.042 .218* .169 .078 .420

** .344

**

Sig. (2-tailed) .265 .704 .046 .125 .481 .000 .001

N 84 84 84 84 84 84 84

p3 Pearson Correlation .055 .124 .279* .382

** .424

** .285

** .273

*

Sig. (2-tailed) .618 .262 .010 .000 .000 .009 .012

N 84 84 84 84 84 84 84

p4 Pearson Correlation .009 -.120 .138 -.092 .022 -.136 .002

Sig. (2-tailed) .933 .279 .211 .405 .841 .218 .986

N 84 84 84 84 84 84 84

p5 Pearson Correlation -.243* -.076 .088 .228

* .280

** .141 .120

Page 111: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .026 .491 .426 .037 .010 .200 .278

N 84 84 84 84 84 84 84

p6 Pearson Correlation -.157 .096 .250* .127 .212 .149 .125

Sig. (2-tailed) .154 .386 .022 .249 .053 .176 .255

N 84 84 84 84 84 84 84

p7 Pearson Correlation -.222* -.025 .278

* .107 .344

** -.026 .056

Sig. (2-tailed) .043 .824 .010 .333 .001 .812 .611

N 84 84 84 84 84 84 84

p8 Pearson Correlation 1 -.016 -.023 -.172 -.101 -.117 -.146

Sig. (2-tailed) .887 .832 .118 .362 .289 .185

N 84 84 84 84 84 84 84

p9 Pearson Correlation -.016 1 -.075 .008 -.077 -.158 -.290**

Sig. (2-tailed) .887 .499 .945 .485 .152 .007

N 84 84 84 84 84 84 84

p10 Pearson Correlation -.023 -.075 1 .215* .284

** .130 .184

Page 112: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .832 .499 .050 .009 .239 .095

N 84 84 84 84 84 84 84

p11 Pearson Correlation -.172 .008 .215* 1 .286

** .177 .153

Sig. (2-tailed) .118 .945 .050 .008 .108 .166

N 84 84 84 84 84 84 84

p12 Pearson Correlation -.101 -.077 .284** .286

** 1 .342

** .178

Sig. (2-tailed) .362 .485 .009 .008 .001 .106

N 84 84 84 84 84 84 84

p13 Pearson Correlation -.117 -.158 .130 .177 .342** 1 .594

**

Sig. (2-tailed) .289 .152 .239 .108 .001 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

p14 Pearson Correlation -.146 -.290** .184 .153 .178 .594

** 1

Sig. (2-tailed) .185 .007 .095 .166 .106 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

p15 Pearson Correlation -.146 -.096 .182 .207 .081 .149 .331**

Page 113: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .185 .386 .097 .059 .465 .175 .002

N 84 84 84 84 84 84 84

Jumlah Pearson Correlation -.096 -.007 .555** .494

** .611

** .489

** .470

**

Sig. (2-tailed) .383 .949 .000 .000 .000 .000 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Correlations

p15 jumlah

p1 Pearson Correlation .162 .364**

Sig. (2-tailed) .141 .001

N 84 84

p2 Pearson Correlation .345** .604

**

Sig. (2-tailed) .001 .000

N 84 84

p3 Pearson Correlation .043 .738**

Page 114: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .695 .000

N 84 84

p4 Pearson Correlation .015 .079

Sig. (2-tailed) .890 .475

N 84 84

p5 Pearson Correlation .160 .364**

Sig. (2-tailed) .146 .001

N 84 84

p6 Pearson Correlation -.053 .375**

Sig. (2-tailed) .633 .000

N 84 84

p7 Pearson Correlation .092 .498**

Sig. (2-tailed) .403 .000

N 84 84

p8 Pearson Correlation -.146 -.096

Page 115: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .185 .383

N 84 84

p9 Pearson Correlation -.096 -.007

Sig. (2-tailed) .386 .949

N 84 84

p10 Pearson Correlation .182 .555**

Sig. (2-tailed) .097 .000

N 84 84

p11 Pearson Correlation .207 .494**

Sig. (2-tailed) .059 .000

N 84 84

p12 Pearson Correlation .081 .611**

Sig. (2-tailed) .465 .000

N 84 84

p13 Pearson Correlation .149 .489**

Page 116: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Sig. (2-tailed) .175 .000

N 84 84

p14 Pearson Correlation .331** .470

**

Sig. (2-tailed) .002 .000

N 84 84

p15 Pearson Correlation 1 .403**

Sig. (2-tailed) .000

N 84 84

Jumlah Pearson Correlation .403** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 84 84

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 117: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Hasil Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8

p1 Pearson Correlation 1 .a .203 -.038 -.100 -.012 -.012 -.136

Sig. (2-tailed) . .064 .731 .367 .913 .913 .216

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p2 Pearson Correlation .a .

a .

a .

a .

a .

a .

a .

a

Sig. (2-tailed) . . . . . . .

Hasil Uji Reabilitas Praktik

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.729 13

Page 118: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p3 Pearson Correlation .203 .a 1 .273

* -.091 .203 -.059 -.148

Sig. (2-tailed) .064 . .012 .409 .064 .592 .180

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p4 Pearson Correlation -.038 .a .273

* 1 .304

** .317

** -.038 .042

Sig. (2-tailed) .731 . .012 .005 .003 .731 .703

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p5 Pearson Correlation -.100 .a -.091 .304

** 1 .121 -.100 .241

*

Sig. (2-tailed) .367 . .409 .005 .274 .367 .027

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p6 Pearson Correlation -.012 .a .203 .317

** .121 1 -.012 -.136

Sig. (2-tailed) .913 . .064 .003 .274 .913 .216

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p7 Pearson Correlation -.012 .a -.059 -.038 -.100 -.012 1 -.136

Sig. (2-tailed) .913 . .592 .731 .367 .913 .216

Page 119: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p8 Pearson Correlation -.136 .a -.148 .042 .241

* -.136 -.136 1

Sig. (2-tailed) .216 . .180 .703 .027 .216 .216

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p9 Pearson Correlation -.091 .a -.214 .185 .274

* .133 -.091 .216

*

Sig. (2-tailed) .413 . .051 .092 .012 .227 .413 .048

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p10 Pearson Correlation -.049 .a .369

** .258

* .107 .245

* -.049 -.164

Sig. (2-tailed) .657 . .001 .018 .333 .024 .657 .137

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p11 Pearson Correlation -.030 .a .292

** .053 .212 -.030 -.030 -.061

Sig. (2-tailed) .783 . .007 .630 .053 .783 .783 .582

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p12 Pearson Correlation -.045 .a .186 .079 -.029 .269

* -.045 .050

Sig. (2-tailed) .686 . .090 .477 .791 .013 .686 .653

Page 120: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p13 Pearson Correlation .a .

a .

a .

a .

a .

a .

a .

a

Sig. (2-tailed) . . . . . . . .

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p14 Pearson Correlation -.021 .a .049 -.067 -.175 -.021 -.021 -.108

Sig. (2-tailed) .849 . .656 .547 .112 .849 .849 .329

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p15 Pearson Correlation -.057 .a .203 .101 .108 .210 -.057 -.115

Sig. (2-tailed) .605 . .064 .363 .327 .055 .605 .299

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Jumlah Pearson Correlation -.031 .a .422

** .539

** .549

** .373

** -.099 .304

**

Sig. (2-tailed) .778 . .000 .000 .000 .000 .372 .005

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Page 121: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Correlations

p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 Jumlah

p1 Pearson Correlation -.091 -.049 -.030 -.045 .a -.021 -.057 -.031

Sig. (2-tailed) .413 .657 .783 .686 . .849 .605 .778

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p2 Pearson Correlation .a .

a .

a .

a .

a .

a .

a .

a

Sig. (2-tailed) . . . . . . . .

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p3 Pearson Correlation -.214 .369** .292

** .186 .

a .049 .203 .422

**

Sig. (2-tailed) .051 .001 .007 .090 . .656 .064 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p4 Pearson Correlation .185 .258* .053 .079 .

a -.067 .101 .539

**

Sig. (2-tailed) .092 .018 .630 .477 . .547 .363 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Page 122: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

p5 Pearson Correlation .274* .107 .212 -.029 .

a -.175 .108 .549

**

Sig. (2-tailed) .012 .333 .053 .791 . .112 .327 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p6 Pearson Correlation .133 .245* -.030 .269

* .

a -.021 .210 .373

**

Sig. (2-tailed) .227 .024 .783 .013 . .849 .055 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p7 Pearson Correlation -.091 -.049 -.030 -.045 .a -.021 -.057 -.099

Sig. (2-tailed) .413 .657 .783 .686 . .849 .605 .372

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p8 Pearson Correlation .216* -.164 -.061 .050 .

a -.108 -.115 .304

**

Sig. (2-tailed) .048 .137 .582 .653 . .329 .299 .005

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p9 Pearson Correlation 1 -.043 -.135 .079 .a -.028 .101 .435

**

Sig. (2-tailed) .695 .222 .474 . .800 .359 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Page 123: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

p10 Pearson Correlation -.043 1 .000 .091 .a -.086 .156 .402

**

Sig. (2-tailed) .695 1.000 .409 . .436 .157 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p11 Pearson Correlation -.135 .000 1 .151 .a -.053 .306

** .347

**

Sig. (2-tailed) .222 1.000 .170 . .630 .005 .001

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p12 Pearson Correlation .079 .091 .151 1 .a -.079 .284

** .427

**

Sig. (2-tailed) .474 .409 .170 . .477 .009 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p13 Pearson Correlation .a .

a .

a .

a .

a .

a .

a .

a

Sig. (2-tailed) . . . . . . .

N 84 84 84 84 84 84 84 84

p14 Pearson Correlation -.028 -.086 -.053 -.079 .a 1 .369

** .063

Sig. (2-tailed) .800 .436 .630 .477 . .001 .567

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Page 124: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

p15 Pearson Correlation .101 .156 .306** .284

** .

a .369

** 1 .546

**

Sig. (2-tailed) .359 .157 .005 .009 . .001 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

Jumlah Pearson Correlation .435** .402

** .347

** .427

** .

a .063 .546

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 . .567 .000

N 84 84 84 84 84 84 84 84

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Uji Reabilitas Pengetahuan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.538 5

Page 125: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

Skor Pengetahuan

nores

pengetahuan Skor total 1 2 3 4 5 6 7

1 0 1 1 0 1 1 1 5

2 1 1 0 0 1 1 0 4

3 1 1 1 1 1 1 1 7

4 1 1 1 1 1 1 1 7

5 1 1 1 1 1 0 0 5

6 0 1 1 1 1 1 0 5

7 1 1 1 1 1 1 1 7

8 1 1 1 1 1 1 1 7

9 0 1 1 1 1 1 1 6

10 1 1 1 1 1 1 1 7

11 1 1 1 1 1 1 1 7

12 0 1 1 1 1 1 1 6

13 0 1 1 1 1 1 1 6

14 1 0 1 1 1 1 1 6

15 1 1 1 1 1 0 0 5

16 0 1 1 1 1 1 1 6

17 0 1 1 1 1 0 0 4

18 0 1 1 1 1 1 1 6

19 1 1 1 1 1 1 1 7

20 1 1 1 1 1 1 1 7

21 0 1 1 0 1 1 1 5

22 1 1 1 1 1 1 1 7

23 1 1 1 1 1 1 1 7

Page 126: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

24 1 1 1 1 1 1 1 7

25 1 1 1 1 1 1 1 7

26 1 1 1 1 1 1 1 7

27 1 1 1 1 1 1 1 7

28 1 1 0 1 1 1 1 6

29 1 1 1 1 1 1 1 7

30 1 0 1 1 1 1 0 5

31 1 0 1 0 1 1 0 4

32 1 1 1 1 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 1 7

34 0 0 1 1 1 1 0 4

35 0 0 1 1 1 1 1 5

36 1 0 1 1 1 1 1 6

37 0 0 1 0 1 1 0 3

38 1 1 1 1 1 1 1 7

39 0 0 1 1 1 1 1 5

40 1 1 0 1 1 1 1 6

41 1 0 1 1 1 1 1 6

42 1 0 1 0 1 1 1 5

43 0 1 1 1 1 1 1 6

44 1 1 1 0 1 1 0 5

45 0 1 1 1 1 1 1 6

46 0 1 1 1 1 1 1 6

47 1 0 1 1 1 1 1 6

48 0 1 1 1 1 1 1 6

49 1 1 1 0 1 1 0 5

50 0 1 1 1 1 1 1 6

Page 127: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

51 0 1 1 1 1 1 1 6

52 0 1 1 1 1 1 1 6

53 0 1 1 1 1 1 1 6

54 1 0 0 1 1 1 0 4

Skor praktik

Nores

pengetahuan

Total skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 31

2 3 3 3 0 0 3 3 1 3 3 3 3 28

3 3 3 3 0 0 2 2 0 1 2 2 1 19

4 2 2 3 2 0 2 1 1 2 1 3 3 22

5 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 23

6 3 3 3 0 1 1 2 1 2 3 3 1 23

7 2 2 3 1 1 0 3 3 3 3 3 3 27

8 3 1 2 3 1 2 2 1 3 2 2 2 24

9 2 2 3 3 0 2 2 0 2 2 3 3 24

10 1 1 0 1 0 0 3 0 0 3 3 3 15

11 2 1 2 0 3 1 2 1 3 3 3 0 21

12 0 0 0 0 0 1 3 1 0 0 3 3 11

13 2 1 3 0 2 1 1 0 3 3 3 1 20

14 3 3 3 3 0 3 3 2 3 3 3 3 32

15 1 3 1 1 3 2 3 0 1 3 3 3 24

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 7

17 3 3 0 1 0 1 1 0 0 3 3 3 18

18 3 3 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 13

Page 128: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

19 3 3 0 0 0 0 1 1 0 3 3 3 17

20 2 1 0 0 0 1 1 1 0 1 2 3 12

21 2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 1 1 14

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 7

23 1 3 1 1 3 2 3 0 1 3 3 3 24

24 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 18

25 2 1 3 3 0 3 0 3 3 3 3 3 27

26 3 1 1 0 0 1 0 1 3 3 3 0 16

27 1 0 2 3 0 1 0 2 3 3 2 0 17

28 2 3 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 29

29 3 3 3 0 0 3 1 1 2 3 3 1 23

30 3 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 3 11

31 2 1 1 1 0 1 0 0 1 2 0 2 11

32 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23

33 3 3 3 1 0 3 1 1 3 3 3 3 27

34 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23

35 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23

36 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23

37 3 3 3 1 0 1 3 3 2 3 3 3 28

38 3 3 1 1 0 1 3 2 2 3 1 1 21

39 3 3 3 0 0 1 0 3 3 3 3 3 25

40 3 3 3 3 0 1 1 2 2 3 3 3 27

41 3 3 3 1 0 1 1 3 1 3 3 3 25

42 1 0 1 3 0 1 2 1 2 2 2 2 17

43 1 0 1 2 0 1 2 3 1 1 1 1 14

44 3 3 3 1 0 1 3 3 1 3 3 3 27

45 2 3 3 1 3 1 2 1 3 3 3 3 28

Page 129: HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK ...

46 3 3 3 3 0 1 1 1 1 3 3 3 25

47 3 3 1 1 0 3 1 1 0 2 3 3 21

48 3 3 0 2 0 3 1 0 2 3 3 3 23

49 3 0 1 1 0 0 2 0 2 2 2 3 16

50 2 3 1 1 0 1 3 3 1 3 3 3 24

51 1 0 1 1 0 1 2 0 1 2 3 3 15

52 3 3 3 1 0 1 2 1 0 3 3 3 23

53 3 2 0 2 0 3 1 0 1 3 3 3 21

54 3 1 3 1 0 1 3 3 3 3 3 3 27