HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

78
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING DENGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh : Ayu Namirah Filayeti NIM: 11161030000001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

DENGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA

PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

Ayu Namirah Filayeti

NIM: 11161030000001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

ii

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

iii

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

iv

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

v

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya lah saya masih bisa diberi kesehatan lahir dan batin dan

diberikannya pula kemampuan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Tentang Stunting dengan Karakteristik Mahasiswa

Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta

salam tak lupa saya panjatkan atas junjungan kepada Nabi Muhammad saw.

Penulisan skripsi ditujukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

Kedokteran. Banyak sekali kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan

penelitian ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua

kalangan baik itu kalangan kesehatan ataupun masyarakat agar dapat mengetahui

dan dapat mengatasi masalah kesehatan gizi pada remaja.

Adapun dalam pembuatan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada pihak yang membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,

yaitu kepada :

1. Dr. dr. Hari Hendarto, Sp. PD-KEMD, Ph.D, FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Yanti Susianti, Sp. A(K) selaku dosen pembimbing 1 yang selalu

mengarahkan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini.

4. Dr. dr. Francisca A. Tjakeadidjaja, M.S., Sp.GK selaku dosen pembimbing 2

yang selalu mengarahkan dan membimbing selama pembuatan skripsi ini.

5. dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, M. Pd,

Sp.MK selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktunya.

6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku ketua penanggung jawab riset

PSKPD 2016.

7. Kawan seperjuangan dalam penelitian ini Ayu Saputri Rohmatillah,

Wahdaniah Irfan, Keiza Bella Clarisa, dan Salsabila Al-Khansa yang

membantu saya dalam penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

vi

8. Dwi Sheila Amelita, Ayu Saputri Rohmatillah, Sintia Nuri Puspasari, Afifah

Raisa Halim, Ariyona Insani, Annisa Futihandayani, Nursalsabila dan Ratu

Nadia Cahyaningtyas yang membawa kecerian dalam menyelesaikan

penelitian ini.

9. Seluruh angkatan PSKPD 2016 sebagai keluarga kedua saya dalam

menempuh pendidikan di FK UIN ini.

10. Seluruh staf dan dosen di Fakultas Kedokteran UIN syarif Hidayatullah

Jakarta.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Ciputat, 31 Desember 2019

Ayu Namirah Filayeti

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

vii

ABSTRAK

Ayu Namirah Filayeti, Program Studi Kedokteran. Hubungan Pengetahuan

Tentang Stunting dengan Karakteristik Mahasiswa Preklinik Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Latar Belakang: Stunting masih menjadi permasalahan di dunia terutama negara

berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia termasuk dalam negara ke tiga

dengan prevalensi tertinggi di ASEAN yang mengalami masalah stunting.

Pengetahuan mengenai stunting perlu diketahui mahasiswa Fakultas Kedokteran

sebagai calon tenaga kesehatan. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan

tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Penelitian menggunakan desain potong

lintang yang terdiri dari 144 dari angkatan 2016-2019 sampel responden.

Pemilihan subjek menggunakan teknik probability sampling berupa stratified

random sampling. Seluruh subjek penelitian mengisi kuesioner dan diuji

menggunakan SPSS. Hasil: Pengetahuan yang baik tentang stunting berdasarkan

jenis kelamin pada perempuan sebanyak 71,2% dengan hasil analisis

menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,957. Berdasarkan umur, 17-19

tahun memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting 75,6% dengan hasil

analisis menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,049. Berdasarkan tingkatan

angkatan, angkatan 2018 memiliki pengetahuan baik mengenai stunting 81,8%

dengan hasil analisis menggunakan somers’d didapatkan p-value 0,000. Nilai IPK

3,00-4,00 memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting 76,6% dengan hasil

analisis didapatkan p-value 0,030.

Kesimpulan: Pengetahuan tentang stuniting memiliki hubungan dengan

karakteristik berdasar usia, tingkatan angkatan, serta nilai IPK, tetapi tidak

memiliki hubungan dengan jenis kelamin.

Kata Kunci: Stunting, pengetahuan, mahasiswa, jenis kelamin, umur, angkatan

dan Fakultas Kedokteran.

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

viii

ABSTRACT

Ayu Namirah Filayeti, medical studies Program. Relationship of knowledge

about Stunting with student characteristics Preklinik Faculty of Medicine

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Background: Stunting is still a problem in the world especially developing

countries one of which is Indonesia. Indonesia belongs to the third country with

the highest prevalence in ASEAN that has stunting problems. Stunting knowledge

should be known to the Faculty of Medicine as a prospective healthcare worker.

Objective: To know the relationship of knowledge about stunting with the

characteristics of students preclinics of the Faculty of Medicine UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Method: Research using a latitude cut design consisting of

144 of the 2016-2019 generation sample respondent. The subject selection using

the probability sampling technique is stratified random sampling. The entire

research subject filled out questionnaires and tested using SPSS. Result: Good

knowledge of stunting based on gender in women as much as 71.2% with the

result of analysis using the somers’d obtained p-value 0.957. Based on the age,

17-19 years have a good knowledge of stunting 75.6% with the results of analysis

using the somers'd obtained p-value 0.049. Based on the class, the 2018 force has

a good knowledge of the stunting of 81.8% with the results of analysis by the

somers'd gained p-value 0.000. The GPA of 3.00-4.00 has a good knowledge of

the stunting of 76.6% with the results of the analysis obtained p-value 0.030.

Conclusion: A stunting knowledge has relationships with age-based

characteristics, levels of generation, and GPA values, but has no gender

relationship.

Keywords: Stunting, knowledge, student, gender, age, force and Faculty of

Medicine.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiiiv

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3. Hipotesis .................................................................................................. 2

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitaan ................................................................................ 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1. Landasan Teori ....................................................................................... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan ...................................................................... 4

2.1.2. Kategori Pengetahuan .................................................................... 4

2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ........................ 4

2.1.4. Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Stunting ..................... 5

2.1.5. Definisi Stunting .............................................................................. 7

2.1.6. Kategori Status Gizi ........................................................................ 7

2.1.7. Epidemiologi Stunting ..................................................................... 8

2.1.8. Etiologi Stunting .............................................................................. 9

2.1.9. Ciri-ciri Anak Stunting ................................................................... 9

2.1.10. Faktor Risiko Stunting .................................................................. 11

2.1.11. Dampak yang Ditimbulkan jika Anak Stunting ........................ 15

2.1.12. Pencegahan Anak Stunting ........................................................... 15

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

x

2.1.13. IMDB Mengenai Stunting ............................................................. 18

2.2. Kerangka Teori ..................................................................................... 20

2.3. Kerangka Konsep ................................................................................. 21

2.4. Definisi Operasional ............................................................................. 22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24

3.1. Desain Penelitian .................................................................................. 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24

3.3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24

3.3.2. Waktu Penelitian ........................................................................... 24

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 24

3.3.1. Populasi Penelitian ........................................................................ 24

3.3.2. Sampel Penelitian .......................................................................... 24

3.3.3. Perkiraan Besar Sampel ............................................................... 25

3.4. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 26

3.5. Kriteria Penelitian ................................................................................ 27

3.5.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 27

3.6. Variabel Penelitian ............................................................................... 27

3.6.1 Variabel Bebas ............................................................................... 27

3.6.2 Variabel Terikat .................................................................................. 27

3.7 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 27

3.7.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 27

3.7.2 Pengecekan..................................................................................... 27

3.7.3 Coding ............................................................................................ 28

3.7.4 Entry Data ...................................................................................... 28

3.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 28

3.9 Manajemen Data .................................................................................. 29

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 29

3.10.1 Analisis Univariat ............................................................................. 29

3.10.2. Analisi Bivariat ................................................................................ 29

3.11 Etika Penelitian ..................................................................................... 30

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 31

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

xi

4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .................. 31

4.1.2. Uji Validitas ................................................................................... 31

4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 32

4.2.1 Analisis Univariat ............................................................................... 33

4.2.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian .................................................... 33

4.2.1.2 Karakteristik Pengetahuan Stunting Responden .......................... 34

4.2.2. Analisis Bivariat ................................................................................. 34

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin

......................................................................................................... 35

4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur ............ 35

4.2.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK ............... 36

4.2.2.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan ..... 37

4.3 Keterbatasan Peneliti ........................................................................... 38

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 39

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 39

5.2. Saran ...................................................................................................... 39

5.2.1. Saran Peneliti ................................................................................. 39

5.2.2. Saran Institusi................................................................................ 39

5.2.3. Saran Subjek.................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

Lampiran 1 .......................................................................................................... 47

Lampiran 2 .......................................................................................................... 52

Lampiran 3 .......................................................................................................... 55

Lampiran 4 .......................................................................................................... 62

Lampiran 5 .......................................................................................................... 63

Lampiran 6 .......................................................................................................... 64

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengertian Kategori Status Gizi Balita....................................... 7

Tabel 2.2 Intervensi Gizi Spesifik.............................................................. 16

Tabel 2.3 Intervensi Gizi Sensitif............................................................... 17

Tabel 4.1 Distribusi Karakteritik Responden Penelitian............................ 33

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan tentang Stunting Responden ................ 34

Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis

Kelamin......................................................................................

35

Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur............ 35

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK............... 36

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan...... 37

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 46

Lampiran 2 Data Statistik Penelitian ........................................................... 52

Lampiran 3 Data Uji Validasi & Reliabilitas ................................................ 55

Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuesioner .................................................................. 62

Lampiran 5 Lembar Kaji Etik ...................................................................... 63

Lampiran 6 Riwayat Penulis ........................................................................ 64

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

xiv

DAFTAR SINGKATAN

HPK = Hari Pertama Kehidupan

WHO = World Health Organization

RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar

RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

BB/U = Berat Badan Menurut Umur

TB/U = Tinggi Badan Menurut Umur

BB/TB = Berat Badan Menurut Tinggi Badan

FK = Fakultas Kedokteran

ASEAN = Assoiciation of Southeast Asian Nation

ASI = Air Susu Ibu

TKS = Tingkat Kematangan Seksual

WFP = World Food Programme

TNP2K = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

MP- ASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu

ANC = Ante Natal Care

PNC = Post Natal Care

BBLR = Berat Badan Lahir Rendah

PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini

BAB = Buang Air Besar

KLB = Kejadian Luar Biasa

SDM = Sumber Daya Manusia

DM = Diabetes Melitus

NIM = Nomor Induk Mahasiswa

GnD = Growth and Development

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stunting (kerdil) merupakan keadaan gagal tumbuh kembang anak

pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang diakibatkan oleh kekurangan

gizi secara kronik. Anak dapat dikatakan stunting jika kondisi panjang atau

tinggi badan balita yang kurang dengan umur dan berbeda tinggi badan

dengan sebayanya. Kondisi ini dapat diukur dengan standar pertumbuhan

anak dari World Health Organization (WHO) yaitu mengukur panjang atau

tinggi badan anak yang di bawah minus dua standar deviasi median maka

dikatakan stunting. WHO menyatakan stunting menjadi permasalahan

kesehatan jika prevalensi mencapai ≥ 20%.

Kejadian stunting (pendek) adalah masalah gizi utama yang terjadi di

seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2017

lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%), dan

Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di

regional Asia Tenggara. Rata-rata balita stunting yang ada di Indonesia dari

tahun 2005-2017 adalah 36,4%.1

Faktor penyebab terjadinya stunting menurut

WHO adalah faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI), pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan riwayat

infeksi.2 Dampak yang ditimbulkan dari stunting ialah gagal tumbuh (berat

lahir rendah, kecil, pendek, kurus), perkembangan motorik dan kognitif

mengalami hambatan dan pada saat dewasa mengalami gangguan metabolik.3

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya stunting adalah

meningkatkan pengetahuan tentang stunting. Pengetahuan adalah proses

yang berlangsung dalam menguji informasi, mengevaluasi informasi dan

membuat sebuah diagnosis dalam rangka memecahkan suatu masalah.2

Pengetahuan mahasiswa sebagai tenaga kesehatan mengenai stunting harus

dimiliki terutama mahasiswa program studi kedokteran sehingga dapat

menjadi bekal dasar pengetahuan tentang stunting. Selain mahasiswa dan

kader petugas kesehatan yang lain yang juga berperan adalah perawat,

kesehatan masyarakat, farmasi dan petugas Puskesmas harus berkerjasama

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

2

dalam membantu pemerintah menurunkan angka kejadian stunting di

Indonesia. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengetahuan

mahasiswa kesehatan terhadap stunting sehingga peneliti tertarik mencari

hubungan pengetahuan tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa yaitu

umur, jenis kelamin, angkatan dan indeks pretasi kumulatif (IPK).

Pendidikan memegang peranan penting dalam pengetahuan karena

pendidikan merupakan hal mendasar dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dan pengalaman dalam mengasah pengetahuan.4 Semakin tinggi

tingkat pendidikan maka umur semakin dewasa. Semakin bertambahnya

umur maka proses mentalnya seseorang akan menjadi baik, dapat

mempelajari sesuatu dengan baik. Sebuah lembaga pendidikan memiliki

peran yang penting untuk membentuk mahasiswa yang berkualitas. Kualitas

mahasiswa dapat dinilai dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK

merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa dalam

melaksanakan perkuliahan. IPK sebagai hasil evaluasi mahasiswa dari

keberhasilan dalam proses kuliah mencakup learning outcomes dengan

menggabungkan ilmu pengetahuan, pengetahuan, pengetahuan praktis, dan

kompetensi (cognitif skills) tapi hal yang tidak termasuk adalah mencakup

keterampilan dan afeksi.5 6

Oleh karena itu saya tertarik melihat hubungan pengetahuan tentang

stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan pengetahuan tentang stunting dengan

karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan pengetahuan

tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa preklinik Fakultas

Kedokteran UIN syarif hidayatullah Jakarta.

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

3

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan

pengetahuan tentang stunting dengan karakteristik mahasiswa

preklinik Fakultas Kedokteran UIN syarif hidayatullah Jakarta.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)

angkatan 2016-2019 berdasarkan jenis kelamin, umur, angkatan,

dan IPK.

2. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang stunting dengan jenis

kelamin, umur, angkatan, dan IPK.

1.5.Manfaat Penelitaan

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah :

1. Dapat memenuhi tugas skripsi sebagai syarat mendapat gelar sarjana

kedokteran.

2. Mendapatkan kemampuan mengambil data, menganalisis, serta

mengambil kesimpulan mengenai kesehatan gizi pada anak.

1.5.2. Manfaat bagi Akademik

Memberikan tambahan informasi untuk pengembangan ilmu

pengetahuan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada

masyarakat, sehingga menjadi lebih mengerti dan paham mengenai

stunting.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melihat,

mendengarkan suatu informasi, penciuman, dan membaca tentang

suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah proses yang berlangsung

dalam menguji informasi, mengevaluasi informasi dan membuat

sebuah diagnosis dalam rangka memecahkan suatu masalah.7

2.1.2 Ketegori Pengetahuan

Pengetahuan yang didapatkan terbagi menjadi 6 kategori

tingkatan pengetahuan yaitu, tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analytic), sintetis

(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know) merupakan

sebuah informasi mengenai materi yang sudah diingat sebelumnya.

Memahami merupakan sebuah kemampuan yang dapat

menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar terhadap objek

yang diketahui. Aplikasi merupakan materi yang dipelajari karena

memiliki kemampuan yang digunakan pada situasi atau kondisi.

Analisis merupakan sebuah kemampuan yang dapat menjabarkan

mengenai hubungan dari satu ke yang lain. Sintesis merupakan

sebuah penyusunan susunan baru yang terbentuk menjadi bagian

yang tersusun dengan baik. Evaluasi merupakan menilai sebuah

objek yang sudah dibuat dan harus memiliki kemampuan.8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi sebuah pengetahuan seseorang

yaitu pendidikan, sumber informasi, pengalaman, dan usia.

Pendidikan adalah suatu proses yang berhubungan dengan proses

pembelajan sehingga memperoleh ilmu melalui sekolah. Sumber

informasi merupakan sebagai wadah untuk mendapatkan sebuah

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

5

informasi. Informasi yang didapatkan melalui dalam media massa

seperti radio, televisi, majalah, koran dan lain-lain serta media

sosial. Tingkat pendidikan seseorang berbeda-beda, semakin tinggi

tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik prestasi anak dan

tingkat perkembangan dan pencapaian berbeda-beda.9

Pengalaman merupakan suatu kejadian didalam hidup yang

memiliki arti didalam setiap kejadiannya. Pengalaman dapat

membentuk karakter manusia yang lebih baik dan bertanggung

jawab. Umur merupakan perjalanan seseorang selama hidup dan

banyak menjalani pengalaman hidup.8

Proses mental semakin baik

seiring dengan bertambahnya umur.10

Mahasiswa yang memiliki

nilai IPK baik maka akan memiliki kemampuan yang baik pula.11

IPK memiliki beberapa faktor dengan hubungan yang berbeda-

beda seperti keinginan studi dengan cita-cita, memotivasi diri

sendiri untuk mendapatkan IPK yang tinggi, memaksimalkan

kualitas jam belajar salah satu faktor yang berpengaruh.12

2.1.4 Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Stunting

Petugas kesehatan adalah orang yang memiliki pengetahuan

dan pendidikan dibidang kesehatan tertentu untuk melakukan

upaya kesehatan dan mengabdikan dirinya dalam kesehatan.13

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2014 tenaga kesehatan

dikelompokkan, yaitu dokter, keperawatan, farmasi, dan kesehatan

masyarakat.14

Penelitian sebelumnya menyebut mengenai Inter-

professional collaboration petugas kesehatan. Karena masalah

status gizi anak adalah hal penting untuk generasi selanjutnya.

Kolaborasi merupakan suatu hubungan yang saling

menguntungkan dapat disepakati dua orang atau organisasi yang

diharapkan dapat mencapai tujuan bersama.15

Kolaborasi Inter-professional collaboration mempunyai

efek penting dalam memperbaiki pelayanan kesehatan.16

Mayoritas

informan adalah jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.17

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

6

Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat perbedaan

perkembangan antara otak laki-laki maupun perempuan.10

Pengetahuan stunting harus dimiliki petugas-petugas kesehatan

yaitu :

1. Pengetahuan Kader Tentang Stunting

Kader adalah seorang anggota masyarakat yang mempunyai

waktu untuk melakukan identifikasi kebutuhan pada masyarakat.

Pengetahuan yang baik dan sikap positif memiliki peran dalam

memberikan pelayanan yang baik. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Fuada dkk (2017) menyatakan bahwa

pengetahuan kader dalam mendeteksi dini gizi buruk didapatkan

39% yang memiliki pengetahuan baik.18

Kader yang baik akan

mendorong masyarakat untuk datang ke posyandu.

Peran kader akan lebih baik bila adanya pendampingan dari

tenaga kerja setempat dapat meningkatkan pengetahuan kader.19

Lamanya pengalaman menjadi kader tidak berpengaruh terhadap

pengetahuan tentang stunting. Data yang diperoleh lamanya

menjadi kader mulai 2 tahun hingga lebih 10 tahun tidak

berpengaruh dalam pengetahuan tentang stunting. Kader yang

lebih dari 10 tahun tidak mengetahui tentang stunting.20

2. Pengetahuan Kolaborasi Inter-Professional Collaboration

Petugas Puskesmas Tentang Stunting

Penelitian yang dilakukan oleh Risnah, dkk (2018)

menjelaskan yang termasuk dalam inter-professional

collaboration adalah dokter, perawat, bidan, nutrionis,

sanitarian, dan tenaga profesi kesehatan. Data menunjukkan jika

pengetahuan mengenai gizi sebelum pelatihan memiliki rata-rata

4,50 dan setelah dilakukan pelatihan memiliki rata-rata 4,467.

Selain itu, pengetahuan mengenai kolaborasi sebelum pelatihan

mempunyai tara-rata 8,75 dan setelah dilakukan pelatihan

terdapat peningkatan dengan rata-rata 10,67.17

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

7

2.1.5. Definisi Stunting

Stunting merupakan kondisi gagal pada pertumbuhan dan

perkembangan anak pada 1000 HPK yang dipengaruhi oleh

kekurangan gizi secara kronik. Tinggi atau panjang tubuh tidak

sesuai dengan teman seusianya atau dapat dilakukan dengan

pengukuran menggunakan standar pertumbuhan anak WHO. Anak

yang dikatakan stunting apabila nilainya di ≤-2 SD pada kurva

WHO. 1

2.1.6. Kategori Status Gizi

Status gizi balita dapat dinilai dari 3 indeks, yaitu berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan

BB menurut TB (BB/TB) yang dicapai pada usia tertentu.

Kemudian dikategorikan dengan z-score. Z-score sadalah nilai

simpangan BB atau TB dari BB atau TB normal menurut WHO.21

Tabel 2.1 Pengertian Kategori Status Gizi Balita21

Kategori Status Gizi Balita

Indikator Status Gizi Z-Score

BB/U Gizi Buruk < -3,0 SD

Gizi Kurang -3 SD s/d < -2,0 SD

Gizi Lebih >2,0 SD

Normal ≥ -2,0 SD

BB/TB

Sangat Kurus < -3,0 SD

Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD

Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD

Gemuk >2,0 SD

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

8

Sifat indikator status gizi berdasarkan tabel di atas, yaitu:

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Memberikan indikasi dalam permasalahan gizi secara

umum karena BB hubungannya dengan umur dan TB. BB

menurut umur dapat dikarenakan pendek (terdapat masalah

gizi kronis) atau memiliki penyakit infeksi (terdapat masalah

gizi akut).21

b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Memberikan masalah gizi secara kronis karena akibat

kejadian yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku

hidup yang tidak sehat, asupan makanan yang kurang dalam

waktu lama yang menyebabkan anak menjadi pendek

(stunting).21

c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Memberikan indikasi permasalahan gizi yang sifatnya akut

karena waktu yang tidak lama seperti wabah dan kurangnya

makanan (kelaparan) sehingga anak menjadi kurus. Indikator

ini BB/TB dan IMT/U digunakan untuk dapat menilai anak

kurus dan gemuk.21

2.1.7. Epidemiologi Stunting

Kejadian balita pendek atau stunting ialah masalah yang

dihadapi oleh dunia saat ini. Pada tahun 2017, sebesar 22,2% atau

sekitar 150,8 juta balita yang tersebar di dunia mengalami stunting

tetapi sudah mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2000

sebesar 32,6%. Data yang diperoleh WHO, Indonesia merupakan

peringkat ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di kawasan

Assosciation of Southeast Asian Nation (ASEAN). Rata-rata balita

yang mengalami stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah

36,4%.1 Proporsi balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang

pada provinsi Indonesia tahun 2013-2018 yaitu, Provinsi Nusa

Tenggara Timur dengan persentase tertinggi (33%) pada tahun

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

9

2013 kemudian pada tahun 2018 mengalami penurunan sekitar

(29,5%) tetapi jika dibandingkan dengan provinsi lain tetap tinggi.

Provinsi terendah persentasenya pada Kepulauan Riau pada tahun

(2013) memiliki persentase 15,6% tahun 2018 menjadi (13%).

Provinsi Banten tahun 2013 presentase 15,7% status gizi anak

pendek pada tahun 2018 menjadi (15,3%). Data pada balita dengan

proporsi status gizi anak sangat pendek pada tahun 2007 sebanyak

(18,8%) kemudian pada tahun 2018 menurun sebanyak (11,5%)

dan pendek pada tahun 2007 (18,0%) yang terus mengalami

peningkatan tiap tahunnya dengan riset terakhir tahun 2018

(19,3%). Provinsi Indonesia dengan proporsi status gizi sangat

pendek dan pendek pada terendah pada Provinsi DKI Jakarta

sebesar (17,7%) dan terbanyak pada Provinsi Nusa Tenggara Timur

dengan (51,7%).22

Prevalensi anak stunting biasanya banyak pada

anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.23

2.1.8. Etiologi Stunting

Penyebab stunting terbagi menjadi dua yaitu penyebab

primer dan sekunder. Penyebab primer seperti diturunkan secara

genetik (stunting familial), kelainan patologis, kelainan defisiensi

pada hormon, dan kelainan kromosom.24

Penyebab sekunder

seperti retardasi pertumbuhan intra uterin, malnutrisi kronik,

penyakit kronik, kelainan endokrin dan kelainan psikososial.

Penyebab stunting menurut WHO, yaitu faktor keluarga dan rumah

tangga, pemberian makanan pengganti yang tidak memadai,

pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan riwayat infeksi.25

2.1.9. Ciri-ciri Anak Stunting

Anak stunting memiliki ciri-ciri menurut Kementrian Desa

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2017

yaitu:26

1. Terlambatnya Tanda Pubertas

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

10

Pertumbuhan fisik anak stunting, indikator yang dapat diukur

dengan tinggi badan. Pertumbuhan tinggi badan dipengaruhi oleh

potensi biologis. Potensi biologis ialah hasil interaksi antara faktor

genetik dan faktor lingkungan (biofisiko psikososial). Data yang

diperoleh pada anak SD dan SMP dalam penelitian ialah sebanyak

5 dari 18 anak mengalami pendek dan 26 pendek dari 224 anak gizi

baik serta sebanyak 25 anak pubertas masuk dalam kategori

pendek meskipun tidak bermakna. Pada usia remaja kecepatan

pertumbuhan tinggi badan (height velocity) terjadi percepatan

(height spurt) selanjutnya akan mencapai puncak kecepatan tinggi

badan (peak height velocity).27

Setelah tiga tahun akan menurun karena terjadi penutupan

lempeng epifisis dan pertumbuhan tinggi badan berhenti. Remaja

merupakan usia yang mengalami peningkatan tinggi badan secara

pesat. Secara tidak langsung dapat diperkirakan melalui stadium

Tingkat Kematangan Seksual (TKS). TKS dinilai berdasarkan

pertumbuhan payudara dan rambut pubis.27

2.Terlambatnya Pertumbuhan Gigi

Hubungan yang erat dengan kejadian stunting ialah pola asuh

dalam pemberian makanan. Salah satu yang mendukung

pertumbuhan anak ialah dari makanan yang dikonsumsi sehari-

hari. Makanan yang didalamnya mengandung zat gizi dan mineral,

salah satunya vitamin D. Vitamin D memiliki fungsi utama dalam

membentuk dan pemeliharaan tulang bersama dengan vitamin A

dan vitamin C, hormon paratiroid, kalsitonin serta mineral kalsium

yaitu fosfor, magnesium dan flour. Sebesar 70% berat tulang terdiri

dari kalsium fosfat yang penting untuk pertumbuhan tulang yang

optimal.

Kekurangan kalsium biasanya disebabkan oleh asupan yang

tidak tercukupi dan penyerapan kalsium yang kurang. Kurangnya

kalsium pada balita akan mempengaruhi struktur dasar tulang dan

berdampak pada gagal pertumbuhan seperti pada Rickets,

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

11

osteomalasia dan stunting.28

berdasarkan penelitian Rahman T, dkk

(2016) tedapat pertumbuhan gigi terlambat yang berhubungan

antara status gizi pendek dan karies gigi. Stunting mengakibatkan

meningkatkan risiko berkurangnya fungsi saliva sebagai buffer,

pembersih, anti pelarut dan antibakteri di rongga mulut.29

3.Kurangnya Perhatian Dan Memori Saat Belajar

Berdasarkan data World Food Programme (WFP) dan UNESCO

didapatkan anak usia sekolah dasar yang ada di seluruh dunia

sekitar 72 juta tidak sekolah tahun 2007, 60% mengalami gizi

kurang tahun 2008. Kurang gizi pada fase cepat tumbuhnya otak

bersifat ireversibel, sehingga masalah gizi harus diatasi sejak dini,

jika menginginkan anak Indonesia tumbuh kembang yang baik. Jika

kecerdasan bersifat ireversibel artinya kecerdasan tidak dapat

berkembang secara optimal. Berdampak pada menurunnya kualitas

bangsa Indonesia. Anak yang menderita stunting memiliki IQ rata-

rata 11 poin lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting.30

4.Pada usia 8-10 tidak ada eye contact dan menjadi pendiam

5.Pertumbuhan terlambat

6.Wajah yang terlihat sangat muda secara tidak normal30

2.1.10. Faktor Risiko Stunting

Stunting disebabkan oleh banyak faktor dan tidak hanya

masalah gizi pada saat hamil dan balita yang dapat menyebabkan

stunting. Intervensi merupakan pilihan yang tepat agar dapat

mengurangi prevalensi balita stunting di Indonesia yang dilakukan

pada 1000 HPK. Berikut adalah beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya stunting sebagai berikut.31

1. Pengasuhan Orang Tua yang Kurang Baik.

Salah satunya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan

gizi pada sebelum dan saat masa kehamilan serta saat

melahirkan. Berdasarkan dari data Tim Nasional Percepatan

Penanggulanagan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017 data yang

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

12

didapatkan 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI

secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak

mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

mulai diberikan pada balita di atas 6 bulan. Pemberian ASI lebih

baik diberikan sampai usia 6 bulan, kondisi kesehatan bayi akan

terganggu apabila ASI diberikan tidak mencapai 6 bulan.31

Pemberian makanan tambahan pengganti ASI juga dapat

memengaruhi kondisi kesehatan bayi apabila diberikan pada saat

sistem imun dan sistem pencernaan pada bayi masih belum

matang.25

MP-ASI berguna untuk menyokong nutrisi yang tidak

dapat dipenuhi oleh ASI seperti menambah nutrisi, gizi pada

bayi, membentuk daya tahan tubuh bayi dan perkembangan

sistem imunologis anak terhadap makanan dan minuman.31

2. Kurangnya Pengetahuan Ibu dan Kedatangan Ibu Hamil Ke

Fasilitas Kesehatan Ante Natal Care (ANC) dan Post Natal

Care (PNC)

Kunjungan ANC penting dilakukan pada masa

kehamilan oleh ibu secara teratur yang bertujuan untuk

mendeteksi risiko saat masa kehamilan terutama masalah

nutrisi.31

Pemeriksaan ANC pada masa kehamilan memiliki

risiko penyulit sehingga pemeriksaannya harus teratur dan

berstandar dilakukan minimal empat kali kunjungan selama

masa kehamilan untuk mempersiapkan proses persalinan yang

lancar, dan kesehatan ibu setelah PNC sampai masa lakstasi

hingga nifas.32

Penelitian yang dilakukan oleh Amini (2016)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

kunjungan ANC dengan kejadian stunting. Ibu yang kunjungan

ANC tidak standar mempunyai risiko 2,28 kali balita stunting

dibandingkan dengan ibu yang kunjungan ANC standar pada

balita 12-59 bulan.33

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Sholikin (2015), kualitas ANC kurang dan ANC berisiko

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

13

mempunyai hubungan erat antara Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) dengan stunting risiko akan meningkat enam kali lebih

besar untuk melahirkan BBLR karena salah satu faktor yang

berperan dalam kejadian stunting adalah BBLR.34

3. Kurangnya Asupan yang Bergizi.

Kurangnya asupan bergizi juga dapat berhubungan

dengan tingkat ekonomi keluarga dan faktor sosial ekonomi

keluarga. Tingkat pendapatan dapat diukur dari pendapatan total

dalam sebuah keluarga. Daya beli keluarga bergantung dengan

kualitas makanan yang dibeli. Keadaan sosial yang golongan

rendah dapat menyebabkan daya beli rendah, kurangnya air

bersih, sanitasi buruk, dan layanan kesehatan terbatas. Makanan

yang bergizi merupakan kebutuhan untuk sehari-hari yang

didalamnya terdapat protein, karbohidrat dan lemak.35

Protein

merupakan sumber asam amino esensial yang dibutuhkan oleh

tubuh. Protein sangat penting dalam tubuh karena sebagai zat

pembangun dan pengatur tubuh.31

Fungsi protein yang lain ialah sebagai sumber energi,

protein berfungsi untuk mengolah protein dan menjaga tekanan

osmosis darah dalam keadaan tetap.35

Untuk mencegah stunting

perlu asupan protein yang cukup pada ibu hamil di Indonesia

juga dicatat oleh RISKESDAS 2018 dengan peningkatan dari

37,1% di 2013 menjadi 48,9% di 2018.31

4. Hubungan Diare dengan Stunting

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan

didapatkan satu dari lima rumah tangga yang ada di Indonesia

untuk buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta satu dari tiga

rumah tangga belum memiliki akses untuk air bersih.31

Kebersihan yang buruk ini dapat menyebabkan terjadinya diare.

Salah satu penelitian menjelaskan mengenai faktor terjadinya

stunting ialah penyakit diare. Penyakit diare ialah salah satu

permasalahan penyakit yang ada di negara berkembang seperti

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

14

Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Depkes

menjelaskan diare dapat berpotensi Kejadian Luar Biasa

(KLB).36

Diare merupakan penyakit yang disertai gejala mual dan

muntah sehingga dapat menyebabkan anak kehilangan cairan

dan zat gizi.37

Anak yang mengalami diare akan terjadi

malabsorbsi zat gizi dan jika tidak ditindaklanjuti serta

diimbangi dengan asupan makanan maka dapat menyebabkan

gagal tumbuh.36

Penelitian terkait diare dan stunting sudah

banyak dilakukan salah satunya penelitian oleh Hien dkk yang

memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan mengenai diare

dengan kejadian stunting pada balita namun terdapat penelitian

yang serupa dilakukan oleh Dewi dkk yang hasilnya diare ialah

salah satu faktor risiko dominan terjadinya stunting.38,39

Anak balita yang konsumsi makanan dengan kebersihan

buruk meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi. Biasanya

penyakit infeksi ditandai dengan nafsu makan yang terganggu

dan muntah-muntah sehingga anak-anak tidak dapat memenuhi

kebutuhannya. Kondisi anak seperti ini akan berdampak buruk

pada pertumbuhan anak.40

Pengaruh kebersihan dan sanitasi

lingkungan sangat erat kaitannya dengan penyakit diare

terutama pada negara berkembang sehingga menimbulkan

malnutrisi dan dampak misalnya gizi kurang, stunting sampai

kejadian gizi buruk.41

Penelitian yang dilakukan oleh Chamilia

dkk memperoleh hasil pada kelompok balita stunting yang

diasuh dengan higiene yang buruk didapatkan persentase 75,8%,

sedangkan pada balita yang tidak mengalami stunting diasuh

dengan higiene baik persentase 60,6%.42

Lingkungan tempat

tinggal balita stunting maupun balita tidak stunting adalah sama,

perbedaannya ialah praktik higiene dari masing-masing

keluarga.42

Kebersihan yang buruk memiliki risiko terjadinya

balita stunting 4,808 kali lebih besar dari pada anak yang diasuh

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

15

dengan kebersihan yang baik.42

Balita stunting lebih sering

mengalami kejadian diare yaitu lebih dari dua kali dalam tiga

bulan, sedangkan pada balita yang tidak mengalami diare jarang

mengalami stunting.42

2.1.11. Dampak yang Ditimbulkan jika Anak Stunting

Persoalan yang terjadi pada stunting khusunya pada 1000 hari

pertama kehidupan dapat berdampak nantinya pada Sumber Daya

Manusia (SDM) yang menyebabkan yaitu :

1. Dalam jangka pendek akan mengakibatkan pertumbuhan secara

tidak optimal, selain itu dapat menghambat perkembangan

kognitif dan motorik dan ukuran fisik tidak optimal disertai

dengan gangguan pada sistem metabolisme.43

2. Dalam jangka panjang stunting juga berdampak turunnya

kapasitas terhadap intelektual, gangguan struktur, fungsi saraf

dan sel-sel otak yang bersifat menetap dan dapat mengakibatkan

turunnya kemampuan dalam menyerap pembelajaran di usia

sekolah yang dapat memengaruhi produkivitas pada saat dewasa

nanti. Selain itu kekurangan gizi atau stunting juga

menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan (pendek dan atau

kurus) dan meningkatnya risiko penyakit tidak menular seperti

Diabetes Melitus (DM), hipertensi, jantung koroner, dan

stroke.43

2.1.12. Pencegahan Anak Stunting

Pencegahan stunting dapat dilakukan melalui mahasiswa

kedokteran dengan cara melakukan penyuluhan pengetahuan

kepada ibu berupa preventif dan promotif.44

Selain itu dapat

dilakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang mengacu

pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan anak sampai usia 6

tahun.

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

16

Intervensi Gizi Spesifik

- Intervensi yang mengarah kepada ibu hamil dan anak dalam

1.000 hari pertama kehidupan.

- Dilakukan oleh sektor kesehatan.

- Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, dan diperoleh dari

hasil catatan dalam waktu pendek.35

Tabel 2.2. Intervensi Gizi Spesifik41

Intervensi Gizi Spesifik

Kelompok

Sasaran

Intervensi

Prioritas

Intervensi Penting Intervensi Sesuai

Kondisi

Intervensi gizi spesifik – sasaran prioritas

Ibu hamil -Pemberian

makanan

tambahan bagi

ibu hamil dari

kelompok miskin

-Suplementasi

tablet tambah

darah

-Suplementasi

kalsium

-Pemeriksaaan

kehamilan

-Perlindungan dari

malaria

-Pencegahan HIV

Ibu menyusui

dan anak 0-23

bulan

-Promosi dan

konseling

menyusui

-Promosi dan

konseling

pemberian

-Tata laksana gizi

buruk akut

-Pemberian

makanan

tambahan

pemulihan bagi

anak gizi kurang

akut

-Pemantauan

pertumbuhan

-Pencegahan

kecacingan

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

17

Tabel 2.2. Intervensi Gizi Spesifik41

(lanjutan)

Intervensi Gizi Spesifik

Kelompok

Sasaran

Intervensi

Prioritas

Intervensi Penting Intervensi Sesuai

Kondisi

Intervensi gizi spesifik – sasaran penting

Remaja dan

wanita subur -Suplementasi tablet tambah darah

Anak 24-59

bulan

-Tata laksana

gizi buruk akut

-Pemberian

makanan

tambahan

pemulihan bagi

anak gizi

kurang akut

-Pemantauan

pertumbuhan

-Suplementasi kapsul

vitamin A

-Suplementasi taburia

-Suplementasi zinc

untuk pengobatan diare

-Manajemen terpadu

balita sakit (MTBS)

-Pencegahan

kecacingan

Intervensi Gizi Sensitif

- Intervensi ini mengarah pada kegiatan pembangunan di luar sektor

kesehatan.

- Dengan sasaran pada masyarakat umum, tidak khusus pada 1.000

hari pertama kehidupan.35

Tabel 2.3. Intervensi gizi sensitif 41

Intervensi Gizi Sensitif

Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi

Peningkatan penyediaan air minum dan

sanitasi

-Akses air minum yang aman

-Akses sanitasi yang layak

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan

gizi dan kesehatan

-Akses pelayanan Keluarga Berencana

(KB)

-Akses Jaminan Kesehatan (JKN)

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

18

Tabel 2.3 Intervensi gizi sensitif (lanjutan)

Intervensi Gizi Sensitif

Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi

-Akses bantuan uang tunai untuk keluarga

kurang mampu (PKH)

Peningkatan kesadaran, komitmen, dan

praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

-Penyebarluasan informasi melalui

berbagai media

-Penyediaan konseling perubahan

perilaku antar pribadi

-Penyediaan konseling pengasuhan untuk

orang tua

-Akses Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) dan pemantauan tumbuh

kembang anak

-Penyediaan konseling kesehatan dan

reproduksi untuk remaja

-Pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak

Peningkatan akses pangan bergizi -Akses bantuan non pangan (BPNT) untuk

keluarga kurang mampu

-Akses fortifikasi bahan pangan utama

(garam, tepung terigu, minyak goreng)

-Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan

Lestari (KRPL)

-Penguatan regulasi mengenai label dan

iklan pangan

2.1.13. IMDB Mengenai Stunting

Dijelaskan dalam Al-Quran tentang menyusui selama

dua tahun. Dijelaskan dalam firman Allah SWT, QS al-

Baqarah (2) ayat 233.

لده الدات يرضعه أ ال لد على الم ضاعة ليه كامليه لمه أراد أن يتم الر ح

لدا الدة ب سعا ل تضار ته بالمعرف ل تكلف وفس إل كس ل ل رزقه

على لدي لد ل ب ر فل م تشا لك فإن أرادا فصالا عه تراض مىما ارث مثل ذ ال

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

19

لدكم فل جىاح عليكم إذا سلمتم ما آتي إن أردتم أن تسترضعا أ تم جىاح عليما

اتقا الل بالمعرف اعلما أن الل بما تعملن بصير

Artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua

tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka

tidak ada dosa atas keduanya".45

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

20

2.2. Kerangka Teori

Karakteristik mahasiswa

Proses mental

semakin baik

seiring

bertambahnya

umur

Tingkat

pendidikan

berbeda

Umur

Perkembangan

otak antara

laki-laki

berbeda

Jenis

kelamin

Angkatan IPK

Tingkat pengetahuan :

- Mengetahui (know)

- Memahami (comperhension)

- Aplikasi (application)

- Analisis (analytic)

- Sintesis (synthesisi)

- Evaluasi (evaluation)

Mempengaruhi

pengetahuan

yang didapat

Faktor lainnya:

- Pendidikan

- Sumber

informasi

- Pengalaman

- Umur

Tingkat

perkembangan

& pencapaian

berbeda

Tingkat prestasi

belajar

Pengetahuan tentang stunting :

- Definisi stunting

- Kategori status gizi

- Ciri-ciri stunting

- Faktor risiko stunting

- Dampak yang

ditimbulkann jika anak

stunting

- Pencegahan anak

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

21

2.3.Kerangka Konsep

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti

Variabel dependen Variabel independent

Pengetahuan tentang stunting :

- Definisi stunting

- Kategori status gizi

- Ciri-ciri stunting

- Faktor risiko stunting

- Dampak yang

ditimbulkann jika anak

stunting

- Pencegahan anak

- Karakteristik

Mahasiswa :

- Umur

- Jenis kelamin

- Angkatan

- IPK

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

- Pendidikan

- Sumber informasi

- Pengalaman

- usia

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

22

2.4.Definisi Operasional

No

.

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Jenis

kelamin

Perbedaan

tubuh yang

dapat dilihat

secara fisik

Diisi oleh

responden

Kuesioner 1 = perempuan

2 = laki-laki

Nominal

2. Umur Mengukur

keberadaan

waktu

manusia

hidup

Diisi oleh

responden

Kuesioner 1= 17-19 tahun

2 = 20-25 tahun

Ordinal

3. Angkata

n

Mengukur

pengetahuan

mahasiswa

selama masa

perkuliahan

di FK

Diisi oleh

responden

Kuesioner 1= Angkatan

2016

2= Angkatan

2017

3= Angkatan

2018

4= Angkatan

2019

Ordinal

4. IPK Mengukur

pengetahuan

mengenai

stunting

Diisi oleh

responden

Kuesioner 1= 2,00-2,99

2= 3,00-4,00

Ordinal

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

23

No. Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

5. Pengetahu

an

mahasiswa

FK

angkatan

2016-2019

mengenai

stunting

Kemampuan

mahasiswa

untuk dapat

mengingat

kembali

tentang

stunting

meliputi

definisi,

klasifikasi,

epidemiologi,

faktor risiko,

ciri-ciri,

dampak dan

pencegahan

dalam

menangani

stunting

Mengi

si 20

pertan

yaan

berupa

pilihan

ganda

Kuesioner Setiap jawaban

memiliki skor yaitu

:

4, 3, 2, dan 1

Dengan skor

minimal adalah 20

dan skor maksimal

adalah 80

Kategori =

1. Kategori

sangat baik

apabila

skor 71-80

2. Kategori

baik

apabila

skor 61-70

3. Kategori

burukapabil

a skor 51-

60

4. Kategori

sangat

buruk

apabila

skor 41-50

Ordin

al

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dilakukan

pengambilan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden,

menganalisis data, dan menginterpretasi data hasil penelitian dan membuat

laporan penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada angkatan 2016- 2019.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Desember 2019.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini ialah memenuhi kriteria

sampling dan mahasiswa FK angkatan 2016-2019 yang menjadi

sasaran sebagai subjek penelitian.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah mahasiswa FK angkatan 2016-2019 yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pemilihan sampel dengan

probability sampling adalah anggota populasi tidak memiliki

peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Berupa stratified

ramdom sampling adalah sampel diambil karena waktu dan tempat

pengambilan responden sama dengan peneliti.

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

25

3.3.3. Perkiraan Besar Sampel

Data pada penelitian ini ditentukan menggunakan rumus

analitik kategorik tidak berpasangan yang digunakan adalah :

( √ √

)

( √ ( )( ) √( )( ) ( )( )

)

orang

Keterangan :

n = Jumlah subjek penelitian

α = Kesalahan tipe satu. (ditetapkan α = 5%)

Zα = Nilai standar alpha 5% yaitu 1,96

β = Kesalahan tipe dua. (ditetapkan β = 10%)

Zβ = Nilai standar beta 10% yaitu 1,28

P1 = Proporsi pada kelompok satu 0,69%46

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,5 = 0,5

P2 = Proporsi pada kelompok dua yaitu clinical judgment peneliti 5% = 0,5 %

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,69 = 0,31

P = (P1 + P2)/2 = 0,59

Q = 1 – P = 1 – 0,59 = 0,41

Penelitian menggunakan cara probability sampling berupa stratified

random sampling ialah sebuah cara dalam pemilihan sampel yang dibagi menjadi

subkelompok dan pengambilan populasi secara proporsional. Kemudian

responden secara individu akan dipilih dengan random.

Perhitungan jumlah sampel masing-masing dihitung secara proporsional :

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

26

Angkatan2016=

30

Angkatan 2017 =

34

Angkatan 2018 =

44

Angkatan 2019 =

36

Selanjutnya, akan dipilih jumlah sampel secara random yaitu :

a. Angkatan 2016 dipilih 30 orang secara random

b. Angkatan 2017 dipilih 34 orang secara random

c. Angkatan 2018 dipilih 44 orang secara random

d. Angkatan 2019 dipilih 36 orang secara random

3.4.Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti

(Lampiran 1) dan dilakukan uji validasi. Jenis uji validasi adalah validasi isi,

yaitu mengukur sejauh mana tes yang akan diuji. Saat pembuatan kuesioner

peneliti membuat kisi-kisi kuesioner (Lampiran 4). Kuesioner memiliki dua

bagian, antara lain :

1. Lembar halaman pertama berisi inform concent dari penulis ke responden.

2. Lembar halaman kedua beisi identitas responden yang didalamnya

meliputi nama, umur, jenis kelamin, angkatan, Nomor Induk Mahasiswa

(NIM), dan tanda tangan.

3. Lembar halaman ketiga berisi tentang pengetahuan mengenai stunting.

Untuk itu, responden akan diminta menjawab pertanyaan pilihan ganda

yang sesuai dengan pengetahuan yang ada. Pengetahuan stunting dengan

skor dari jawaban yang paling benar pertanyaan adalah 4, skor dari

jawaban yang benar adalah 3, skor dari jawaban yang kurang benar adalah

2 dan skor dari jawaban yang sangat tidak benar adalah 1. Setelah hasil di

isi oleh responden maka peneliti akan menskoring jawaban responden dari

nilai 1 sampai 4 kemudian ditotalkan secara keseluruhan dan

dikategorikan.

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

27

3.5.Kriteria Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

dipilih sesuai dengan hitungan sampel.

3.5.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa preklinik FK yang

memenuhi kriteria inklusi, yaitu :

a. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-

2019.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian

Sampel dalam penelitian yang termasuk kriteria eksklusi, yaitu:

a. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-

2019 yang tidak hadir pada saat pengambilan data.

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Angkatan

d. IPK

3.6.2 Variabel Terikat

a. Pengetahuan mahasiswa FK

3.7 Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Pengumpulan Data

Data yang sudah dikumpulkan dengan membagikan kuesioner

kepada responden pada hari yang telah ditentukan. Pengisian

kuesioner ini dilakukan dengan waktu yang bersamaan setiap kelas dan

mengikuti arahan dari peneliti.

3.7.2 Pengecekan

Setelah subjek mengisi kuesioner, hasil kuesioner dicek kembali

kelengkapannya.

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

28

3.7.3 Coding

Penomeran kode numerik pada data yang terdiri dari beberapa

kategori.

3.7.4 Entry Data

Memasukkan data yang sudah di coding ke dalam dokumen excel.

Setelah itu, memasukkan ke dalam Statistical Package for Social

Sciences ver.22.0 (SPSS versi 22.0) agar dapat dianalisi

3.8 Alur Penelitian

Memahami, mencari dan

membaca sumber-sumber

yang berhubungan

dengan judul penelitian

mengetahui tentang hubungan pengetahuan

tentang stunting dengan karakteristik

mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Membuat pertanyaan tentang hubungan

pengetahuan tentang stunting dengan

karakteristik mahasiswa preklinik

Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Memvalidasi kuesioner

Melakukan uji validasi

kuesioner

Kuesioner yang sudah

valid kemudian diisi

Membagikan kuesioner

padamahasiswa FK angkatan

2016- 2019

Informed consent

Mengisi kuesioner dengan

benar dan lengkap

Melakukan analisis data

Pembuatan

surat kaji etik

Analisis hasil validasi

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

29

3.9 Manajemen Data

Manajemen data merupakan sebuah pengolahan data dilakukan mulai dari

pengambilan data, pengumpulan data dan analisis data. Manajemen data

memiliki tahapan yaitu :

a. Editing, adalah melihat ulang kuesioner yang sudah diisi oleh responden.

b. Coding atau pengkodean, adalah melakukan perubahan dengan

menuliskan huruf menjadi angka supaya mempermudahkan peneliti

dalam melakukan pengolahan data.

c. Data entry, adalah menginput atau memasukkan jawaban responden yang

sudah terbentuk dalam bentuk kode seatu program.

d. Cleaning, adalah memberihkana atau memeriksa data yang sudah masuk

dan jika terdapat data yang kurang lengkap dapat dilakukan pembetulan.4

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data Data yang sudah diperoleh kemudian akan diolah

dengan SPSS dan akan dilakukan analisis univariat.

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis ini memiliki tujuan untuk dapat menilai gambaran

pengetahuan masing-masing variabel yang akan diteliti.

3.11.2. Analisi Bivariat

Analisis ini dilakukan dengan dua variabel yang diduga berkorelasi

atau berhubungan. Analisis bivariat ini untuk melihat keterkaitan antara

variabel bebas dan variabael terikat dalam penelitian. Penelitian ini

menggunakan uji stati stik yang digunakan adalah non parametrik yaitu

somers’d pada tabel 3x2. Data ini memiliki kepercayaan 95% dengan

nilai α 5%, jika p (p value) < 0,05 maka hasil perhitungan statistik

bermakna atau terdapat hubungan antara variabel bebad dengan variabel

terikat. Tapi, jika nilai p value > 0.05 maka hasil perhitungan statistik

tidak bermakna atau tidak terdapat hubungan yang diteliti antara variabel

bebas dan variabel terikat.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

30

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini diajukan kepada komisi etik penelitian Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mendapatkan persetujuan

penelitian yang dibuktikan dengan telah dikeluarkannya surat keterangan

lolos kaji etik (Ethical Approval) dan nomor protokol

3674022P111132019112600004 dengan nomor surat B-

033/F12/KEPK/TL00/12/2019 dan telah mendapatkan persetujuan kepada

subjek penelitian.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji yang digunakan dalam penelitian adalah uji validitas

dan uji reliabilitas yang telah dilaksanakan di Gedung Fakultas

Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Uji validitas sudah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu

pertama pada Program Studi Keperawatan 2018 sejumlah 20

orang, kedua pada Program Studi Kesehatan Masyarakat 2018

sejumlah 20 orang, dan validasi ketiga pada Program Studi Farmasi

2018 sejumlah 31 orang. Hasil yang valid didapatkan pada validasi

ketiga pada tiap item kuesioner. Responden validitas dalam

penelitian ini ialah mahasiswa Farmasi angkatan 2016 dan 2018

dengan total 31 orang. Pengujian instrumen ini dilakukan pada tiap

butir pertanyaan kuesioner.

4.1.2. Uji Validitas

Menurut Notoatmojo tahun 2005, uji validitas merupakan uji

yang digunakan untuk mengukur dan mengamati valid atau tidaknya

penelitian. Uji validitas ini dilakukan tiga kali pengambilan data dan

mendapatkan hasil kuesioner yang valid. Kuesioner dikatakan valid

apabila r hitung lebih besar daripada r tabel.

4.1.3. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto tahun 2006, uji reabilitas adalah suatu uji

untuk mengetahui reliabel (dapat dipercaya) atau tidak reliabelnya

suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian.47

Menilai

instrumen hasil penelitian harus memiliki nilai yang yang sama

atau hampir sama apabila dilakukan berulang-ulang. Maka

instrumen tersebut dikatakan reliabilitas (konsisten). Uji reliabilitas

cronbach’s alpha diinterpretasikan sebagai berikut:

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

32

a. Kurang reliabel : 0,00-0,20

b. Agak reliabel : 0,02-0,40

c. Cukup reliabel : 0,041-0,80

d. Reliabel : 0,061-0,80

e. Sangat reliabel : 0,81-1,00

Bahwa nilai cronbach’s peritem soal pada kuesinoner adalah

0,735. Nilai ini menunjukkan bahwa pada seluruh item kuesioner

adalah reliabel, dengan nilai ini maka memberikan nilai yang

hampir sama jika diambil secara berulang-ulang.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gedung Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden. Metode

dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling adalah cara

dalam pemilihan sampel yang dibagi menjadi subkelompok dan pengambilan

populasi secara proporsional. Kemudian responden dipilih secara random.

Didapatkan responden pada angkatan 2016 sebanyak 30 orang, angkatan

2017 sebanyak 34 orang, angkatan 2018 sebanyak 44 orang dan angkatan

2019 sebanyak 36 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang

diambil pada tanggal 12 Desember 2019.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

33

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dengan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin,

umur, angkatan, dan IPK.

4.2.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian

Variabel n %

Jenis Kelamin

101

43

70,1%

29,7%

Perempuan

Laki-laki

Umur (tahun)

17-19 tahun

82 56,9%

22-25 tahun 62 43,1%

Angkatan FK

2016 30 20,8%

2017 34 23,6%

2018 44 30,6%

2019 36 25,0%

IPK

2,00-2,99 31 21,5%

3,00-4,00 77 53,5%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase jumlah respondern

perempuan lebih banyak sebanyak 101 (70,1%) daripada jumlah laki-laki pada

angkatan 2016-2019. Hal ini karena persebaran jumlah antara laki-laki dan

perempuan angkatan 2016-2019 lebih banyak pada jumlah perempuan. Distribusi

responden berdasarkan pembagian umur menurut WHO 2013 (Tabel 4.7).39

Responden pada penelitian ini terkategori sebagai umur remaja sebanyak 82 orang

(56,9%) daripada umur dewasa. Angkatan dengan jumlah responden paling

banyak adalah angkatan 2018 sebanyak 44 orang (30,6%). Hal ini dikarenakan

sampel terbanyak didapatkan pada angkatan 2018. Klasifikasi IPK responden

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

34

menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki IPK 3,00-4,00

sebanyak 77 orang (53,5%) .

4.2.1.2 Karakteristik Pengetahuan Stunting Responden

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan tentang Stunting Responden

Variabel n %

Pengetahuan

Sangat Baik

23

108

13

16

75

9

Baik

Buruk

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden

mempunyai pengetahuan baik tentang stunting, yaitu 108 orang (49,3%). Hal ini

dikarenakan mahasiswa kedokteran yang menjadi responden pada penelitian ini,

sebagian besar sudah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan stunting, yaitu

pada modul growth and development.

4.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan suatu uji analisis untuk melihat apakah

terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel

bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kelamin, umur,

angkatan, dan IPK. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

pengetahuan tentang stunting.

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

35

4.2.2.1 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Jenis Kelamin

Variabel Jenis Kelamin n p

value Perempuan Laki-laki

n % n %

Pengetaahuan tentang Stunting

Sangat Baik

Baik

Buruk

18

72

11

17,8

71,2

10,8

5

36

2

11,6

83,7

4,6

23

108

13

0,957

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden

memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting sebanyak 108 orang dan 72

orang (71,2%) adalah perempuan. Uji yang diguanakan untuk menganalisis

hubungan pengetahuan tentanf stunting dengan karakteristik mahasiswa FK

menggunakan uji somers’d karena tabel yang digunakan adalah tabel BxK dan

skala ukur variabel yang digunakan adalah nominal-ordinal. Tabel tersebut

pengetahuan tentang stunting memiliki nilai signifikan sebesar 0,957 > α = 0,05

maka Ho diteriama. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan tentang stunting persentase responden perempuan yang memiliki

pengetahuan tentang stunting dengan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan, jenis

kelamin tidak dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur

Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Umur

Variabel Umur n p

value 17-19 20-25

n % n %

Pengetaahuan tentang Stunting

Sangat Baik

Baik

Buruk

10

62

10

12,1

75,6

12,2

13

36

3

20,9

74,1

4,83

23

98

13

0,049

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

36

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kebanyakan responden

memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting, yaitu sebanyak 98 orang.

Sebayank 62 orang (75,6%) memiliki umur 17-19 tahun dari yang memiliki

pengetahuan tentang stunting yang baik. Hasil ini diujikan menggunakan uji

korelasi somers’d karena tabel yang digunakan BxK dan variabel yang digunakan

adalah ordinal. Hasil dari penelitian diatas didapatkan nilai signifikansi sebesar

0,049 < 0,005 maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan

stunting dengan umur. Hal ini karena, umur dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. semakin meningkatnya usia maka pola pikir dan pengalaman seseorang

semakin bagus.

4.2.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan IPK

Variabel IPK n p

value 2,00-2,99 3,00-4,00

n % n %

Pengetaahuan tentang Stunting

Sangat Baik

Baik

Buruk

7

21

6

22,5

67,7

19,3

14

59

4

18,1

76,6

5,19

21

80

10

0,030

Berdasarkan Tabel 4.5 kebanyakan responden memiliki pengetahuan yang

baik tentang stunting sebanyak 80 orang. Sebanyak 59 orang (76,6%) mempunyai

nilai IPK 3,00-4,00 dari yang memiliki pengetahuan tentang stunting yang baik.

Uji yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang

stunting dengan IPK adalah menggunakan uji korelasi somers’d karena tabel yang

digunakan merupakan BxK dan skala ukur yang dipakai pada tiap variabel adalah

ordinal. Tabel tersebut memiliki nilai signifikan sebesar 0,030 < 0,005 maka H1

diterima yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan tentang stunting

dengan IPK. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratama, menyatakan bahwa IPK

merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa dalam proses

perkuliahan.6 Hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang dapat memengaruhi

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

37

pengetahuan seseorang, yaitu tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka semakin bagus pengetahuan seseorang.

4.2.2.4 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Angkatan

Variabel Angkatan n p

value 2016 2017 2018 2019

n % n % n % n %

Pengetahuan

Sangat Baik

Baik

Buruk

7

22

1

23,3

53,2

3,3

12

22

0

35,2

58,8

0

2

36

6

4,54

81,8

13,6

2

28

6

5,5

77,7

16,6

23

108

13

,000

Berdasarkan Tabel 4.6 kebanyakan responden memiliki pengetahuan baik

tentang stunting sebanyak 108 orang. Sebanyak 36 orang (81,8%) dari angkatan

2018 memiliki pengetahuan tentang stunting yang baik. Hasil analisis

menggunakan uji somers’d dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 maka

H1 diterima. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan tentang stunting

dengan angkatan. Hal ini dikarenakan angkatan 2018 jumlah respondennya lebih

banyak dibandingkan angkatan lain. Tingkat pengetahuan yang baik tentang

stunting paling banyak di angakatan 2018 hal ini terjadi kemungkinan karena

dipengaruhi faktor pengetahuan yang lain diluar pendidikan seperti media masa,

dan organisasi.

Sedangkan tingkat pengetahuan sangat baik tentang stunting paling banyak

pada angkatan 2017 hal ini dikarenakan karena 2017 baru saja melewati modul

Gnd sehingga pengetahuan tentang stunting baru saja didapatkan. Dan angakatan

2019 memiliki pengetahuan yang buruk mengenai stunting hal ini dikarenakan

belum mendapatkan modul Gnd yang mempelajari tentang hal tersebut. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Pratiwi, dimana terdapat hubungan yang signifikan

antara mahasiswa tingkatan pertama memiliki pengetahuan tentang stuning lebih

banyak pada kategori kurang.50

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

38

4.3 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu:

1. Tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan

tentang stunting, seperti pengalaman, dan sumber informasi.

2. Penelitian hanya dilakukan pada satu tempat yaitu Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel homogen

sehingga sampel tidak mewakili seluruh populasi mahasiswa

kedokteran Indonesia.

3. Uji validasi dilakukan sebanyak 3 kali kemungkinan karena bahasa

kuesinoer kurang dapat dimengerti oleh responden.

4. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian.

5. Pengisian kuesioner tiap angkatan dilakukan secara bersamaan

sehingga memungkinkan responden dapat melihat jawaban satu

dengan yang lain.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian melalui analisis bivariat karakteristik subjek

penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran berdasarkan jenis

kelamin terbanyak adalah mahasiswa perempuan 70,1%; berdasarkan

usia terbanyak pada usia 17-19 tahun 29,7%; berdasarkan angkatan

terbanyak pada angkatan 2018 30,6% dan berdasarkan IPK terbanyak

3,00-4,00 53,3%.

2. Pengetahuan yang baik tentang stunting berdasarkan jenis kelamin

pada perempuan sebanyak 71,2% dengan hasil analisis menggunakan

somers’d didapatkan p-value > 0,05 yang artinya tidak terdapat

hubungan signifikan antara hubungan dengan jenis kelamin.

Berdasarkan umur, 17-19 tahun memiliki pengetahuan yang baik

tentang stunting 75,6%. Berdasarkan uji analisis menunjukkan bahwa

umur dengan pengetahuan stunting memiliki hubungan yang

signifikan. Berdasarkan tingkatan angkatan, angkatan 2018 memiliki

pengetahuan baik mengenai stunting 81,8%. Berdasarkan uji analisis

didapatkan bahwa tingkatan angkatan memiliki hubungan yang

signifikan dengan pengetahuan stunting. Nilai IPK 3,00-4,00 memiliki

pengetahuan yang baik tentang stunting 76,6%. Hasil analisis

didapatkan bahwa terdapat hubungan antara nilai IPK dengan

pengetahuan stunting.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Peneliti

1. Diperlukan waktu yang lebih lama dalam meneliti dan penelitian

lanjutan dengan jumlah responden yang lebih banyak.

5.2.2. Saran Institusi

1. Dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian stunting.

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

40

5.2.3. Saran Subjek

1. Lebih banyak membaca mengenai stunting.

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.

Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi; 2018. h. 1-6.

2. Swarinastiti D, Hardaningsih G, Pratiwi R. Dominasi Asupan Protein

Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 2-4 Tahun.

Semarang : Jurnal Kedokteran Dipoengoro. 2018;7(2):1470-83.

3. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Republik Indonesia. Penanganan Stunting Terintegrasi Di Indonesia.

Deputi Bidang Kordinasi Peningkatan Kesehatan. 2018. h. 5-6.

4. Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RINEKA.

2010. h. 37-38.

5. Ni’mah C, Muniroh L. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat

Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting dan Stunting Pada Balita

Keluarga Miskin. Universitas Airlangga: Media Gizi Indonesia.

2015;10(1):84-90.

6. Pratama P. Hubungan Antara Kecenderungan Berfikir Kritis Dengan

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Prodi Dokter FK UNDIP.

Universitas Diponegoro: Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2012;1(1).

7. Harasym PH, Tsai TC, Hemmati P. Current Trends In Developing

Medicalstudents’ Critical Thinking Abilities. Kaohsiung J Med Sci July.

2008;24(7). h. 341-55. Diakses pada tanggal 1 Desember 2020. Tersedia di

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1607551X08701311.

8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta. 2010. h. 131-207.

9. Pratiwi NK. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua Dan

Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa

SMK Kesehatan Di Kota Tanggerang. Universitas Indraprasta PGRI.

2015;1(2):75-105.

10. Amin MS. Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar Antara Pria dan

wanita; Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal

Filsafat Indonesia. 2018;1(1).

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

42

11. Hendikawati Putriaji. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi

Mahasiswa. Semarang: Unnes Sekaran Gunungpati. 2011;2(1):27-35.

12. Fang Prof, Legaspi C, Perez R, Remigio A, Sengsourya J. Factors

Affecting GPA. Diakses pada tanggal 31 Desember 2019. Tersedia di

https://public.csusm.edu/fangfang/Teaching/BUS304/TeamPresentation-

Spr08/Report_Group3.pdf

13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2005. h. 11-57.

14. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. 2014. h. 10-14.

15. Posthumus AG, Scholmerich VLN, Waelput JM, Vos AA, Jong-Potjer

LCD,dkk. Bridging Between Professionals In Perinatal Care : Towards

Shared Care In The Netherlands. Maternal and Child Health Journal.

2012;17(10):1981-1989.

16. Bainbridge L, Nasmith L, Orchard C, Wood V. (2010). Competencies for

Inter-Professional Collaboration. Journal of Physical Therapy Education.

2010;24(1):6-11.

17. Risnah, Rosmah, Mustamin, dan Sofingi I. Pengaruh Pelatihan Terhadap

Pengetahuan Tentang Gizi Buruk dan Inter-Professional Collaboration

Petugas Puskesmas. Jurnal Kesehatan. 2018;11(1):61-71. Tersedia di :

10.24252/jkesehatan.v11i1.5030.

18. Fuada N, Salimar, Irawati A. Kemampuan Kader Posyandu Dalam

Melakukan Pengukuran/Tinggi Badan Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan.

2014;13(3):229-39.

19. Singh D, Negin J, Orach CG, and Cumming R. Supportive Supervision for

Volunteers to Deliver Reproductive Health Education: A Cluster

Randomized Trial. Reproductive Health. 2016;13(1):1-10.

20. Yuliani E, Immawanti, Yunding Junaedi, Irfan, Haerianti M, dkk.

Pelatihan Kader Kesehatan Deteksi Dini Stunting Pada Balita Di Desa

Betteng. Stikes Marendeng Majene : Universitas Sulawasi Barat.

2018;4(2):41-6.

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

43

21. Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun

2017. Jakarta : Kementrian Republik Indonesia. 2017. h. 1-6.

22. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Hasil

Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. 2018. h. 1-

200.

23. Rahmawati A, Wirawanni Y. Perbedaan Kadar Seng (Zn) Rambut

Berdasarkan Derajar stunting pada Anak Usia 6-9 Tahun. Journal of

Nuttrition College. 2012;1(1):365-72.

24. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Perawakan Pendek pada Anak Remaja di

Indonesia. IDI Indonesia. 2017. h. 1-6.

25. Swarinastiti D, Hardaningsih G, Pratiwi R. Dominasi Asupan Protein

Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Anak Usia 2-4 Tahun. Jurnal

Kedokteran Diponegoro. 2018;7(2):1470-83.

26. Kementrian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi. Buku

Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Depkes. 2017. h. 1-39. Diakses

pada tanggal 21 Juni 2019. Tersedia di siha.depkes.go.id.

27. Faisal, Reniarti L, dan Andriana N. Hubungan Status Pubertas Dengan

Anak Stunting Pada Anak Siswi SD dan SMP Di Kecamatan Tempuran

Kabupaten Karawang. Jurnal UNPAD. 2018. h. 1-3.

28. Chairunnisa, E. Inadekuat Asupan Vitamin D, Kalsium dan Fosfor Pada

Anak Stunting Usia 12-24 Bulan Di Kota Semarang. UNDIP : Semarang.

2017;7(1):39-44.

29. Rahman T., Adhani R. and Triawanti. Laporan Penelitian Hubungan antara

Status Gizi Pendek (Stunting) dengan Tingkat Karies Gigi, Jurnal

Kedokteran Gigi. 2016;1(1):88–93.

30. Maleke V, Umboh A, Pateda V . Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi

Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Modoinding. Universitas Sam

Ratulangi Manado. 2015;3(3):749-53.

31. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100

Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta:

TNP2K. 2017.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

44

32. Manuaba, IBG. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri

Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC:2008.

33. Amini, A. Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian

Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Kabupaten Lombok Utara

Provinsi NTB Tahun 2016[skripsi]. Yogyakarta: Program Pascasarjana,

Universitas Aisyiyah. 2016.

34. Sholikin, RAASP. Hunungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian

Berat Bayi Lahir Rendah di Kabupaten Purbalingga [Tesis]. Yogyakarta:

Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada; 2015.

35. Adriani M. Pengantar Gizi Masyarakat. Prenada media. 2016. h. 30-9.

36. Nasikhah R, Margawati A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita

Usia 24-36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition

College 2012;1(1):176-84.

37. Welasih BD, Wirjatmadi B. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian of Public Health. 2012;8(3):99-

104.

38. Hien NN. Nutritional Status And Characteristic Related To Malnutrition In

Children Under Five Years Of Age Inghean, Vietnam. J Prrev Med Public

Health 2008;41(4):232-40.

39. Dewi IAKC, Adhi KT. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng Serta

Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita

Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida iii. Arc.com.

Health 2016;3(1):36-46.

40. MCA. Gambaran Umum Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat

(PKGBM) Untuk Mencegah Stunting. 2014. h. 1-40. Pada tanggal 16

November 2019. Tersedia di http://www.mca-indonesia .go.id/id/home.

41. Takanashi K, Chonan Y, Quyen DT, Khan NC, et all. Survey of Food

Hygiene Practices at Home and Childhood Diarrhea in Hanoi, Vietnam. J

Health Popul Nutr 2009;27(5):602-11.

42. Chamilia Di, Triska SN. Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik

Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

45

Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. 2017;1(3):243-51.

Diakses pada tanggal 16 November 2019. Tersedia di :

e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/6251/3867.

43. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-

2019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2015.

44. Susanti AI, Hidayah RN, Martini N, dan Astuti Sri. Upaya Promotif dan

Preventif tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Mencegah Stunting

Pada Balita. Universitas Padjajaran : Jurnal Pengabdian Masyarakat.

2019;1(1):92-99.

45. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) Ayat 233.

46. Afifa I. Kinerja Kader dalam Pencegahan Stunting : Peran Lama Kerja

Sebagai Kader, Pengetahuan dan Motivasi. Jurnal Kedokteran Brawijaya.

2019;30(4):336-41. Diakses pada tanggal 27 November 2019. Tersedia di

https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/2578/736.

47. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi

IV). Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006.

48. Olsa ED, Sulsastri D, dan Anas E. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu

Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di

Kecamanatan Naggalo. Universitas Andalas Padang : Jurnal Kesehatan

Andalas. 2017;6(3):523-9. Diakses pada tanggal 22 Desember 2019.

Tersedia di :

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/733/589.

49. Aridiyah FO, Rohmawati N, dan Ririanty Mury. Faktor-faktor

Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan

dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and

Urban Areas). Universitas Jember : Jurnal Pustaka Kesehatan.

2015;3(1):163-70.

50. Pratiwi AJ. Gambaran Status tingkat Gizi (TB/U) berdasarkan

Pengetahuan tentang Stunting pada Mahasiswa Tingkat 1 di Politeknik

Kesehatan Jakarta II Kampus A tahun 2019. Tersedia di

http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/69337. Diakses

pada tanggal 2 Januari 2016.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

46

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

KETERANGAN PENELITIAN

Saudara/i yang saya hormati,

Saya Ayu Namirah Filayeti, mahasiswi jurusan pendidikan dokter angkatan

2016 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta

yang sedang melaksanakan penelitian mengenai:

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016-

2019 Mengenai Stunting

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan

proses belajar mengajar pada program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

UIN SH. Untuk kepentingan tersebut kami mohon kesedian Saudara/i untuk ikut

sebagai responden dalam penelitian ini. Jika Saudara/i bersedia, silahkan

menandatangani persetujuan sebagai bukti kesukarelaan.

Identitas pribadi sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi

yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika ada hal yang

kurang dapat dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti melalui kontak

peneliti @ayunamirahfilayeti.

Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i menjadi responden dalam penelitian

ini kami ucapkan terima kasih.

Ciputat, 2019

Ayu Namirah Filayeti

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

47

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Angkatan :

NIM :

IPK :

Telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan :

Bersedia

Tidak bersedia

Berpartisipasi dalam penelitian ini.

Ciputat, 2019

Responden

( )

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

48

Nomor :

KUESIONER PENELITIAN

I. Kuesioner Pengetahuan Mengenai Stunting

Petunjuk dalam mengisi kuesioner, yaitu :

Berilah tanda (X) disalah satu jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Apa yang dimaksud dengan stunting?

a. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada awal masa kehamilan

b. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena faktor kemiskinan

c. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama

kehidupan

d. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena anak mengalami infeksi

2. Stunting adalah penyakit gagal tumbuh kembang. Apa penyebab hal

tersebut?

a. Kekurangan gizi secara kronik yang dipengaruhi oleh masalah

ekonomi keluarga

b. Masalah yang bisa menjadi gizi buruk

c. Kurangnya karbohidrat dalam tubuh anak

d. Anak dengan garis kurang dari -2 standar deviasi WHO

3. Bagaimana ciri-ciri anak yang mengalami stunting?

a. Tubuh pendek

b. Tubuh kurus

c. Perut buncit

d. Wajah lebih muda

4. Bagaimana cara mengetahui seorang anak balita yang mengalami stunting?

a. Mengukur TB/U menurut z-score

b. Mengukur BB/U

c. Menghitung IMT

d. Menanyakan riwayat BB anak lahir

5. Faktor apakah yang mempengaruhi kejadian KLB pada stunting?

a. Faktor genetik

b. Faktor asupan makanan yang bergizi

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

49

c. Faktor kehamilan

d. Faktor pengetahuan ibu

6. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh

orang tua?

a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh

b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua

c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas

pola asuh

d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga

7. Manakah dari penyakit di bawah ini yang menyebabkan stunting?

a. Sakit kepala

b. Mata merah

c. Diare dengan dehidrasi

d. Diabetes Melitus (DM)

8. Manakah pernyataan yang benar mengenai faktor resiko anak stunting?

a. Faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik

b. Faktor penyakit infeksi yang berulang

c. Faktor asupan yang bergizi harus cukup

d. Faktor air bersih yang cukup

9. Apa pencegahan stunting pada usia remaja yang paling benar?

a. Melakukan olahraga secara teratur

b. Suplementasi tablet penambah darah

c. Melakukan konsultasi tentang kesehatan

d. Konsultasi ke dokter jika mengalami masalah menstruasi

10. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian stunting?

a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif

b. Pemberian Makanan Pengganti Air Susu Ibu (MP-ASI)

c. Melakukan intervensi gizi spesifik

d. Melakukan intervensi gizi sensitif

11. Bagaimana peran Ante Natal Care (ANC) terhadap kejadian stunting?

a. Datang ANC sebanyak 4 kali dalam pencegahan stunting

b. Datang ANC sebanyak 2-3 kali dalam pencegahan stunting

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

50

c. Datang ANC sebanyak 1-2 kali dalam pencegahan stunting

d. Tidak berperan sama sekali dalam pencegahan stunting

12. Apa intervensi spesifik pada ibu hamil?

a. Memberikan suplementasi zink

b. Memberikan suplementasi kapsul vitamin A

c. Memberikan suplementasi kalsium pada ibu hamil

d. Memberikan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

13. Apa yang termasuk intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan

kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling pertama?

a. Akses Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

b. Akses sanitasi yang layak

c. Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)

d. Memberikan akses pelayanan KB

14. Apa program pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) untuk mengatasi stunting

a. Pengendalian penyakit

b. Meningkatkan mutu dan akses kesehatan

c. Meningkatkan pelayanan tenaga kesehatan

d. Meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak

15. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pengaruh

anak stunting terhadap negara?

a. Anak stunting meningkatkan perekonomian negara

b. Anak stunting meningkatkan pengeluaran anggaran negara

c. Anak stunting menghambat perekonomian negara

d. Anak stunting menurunkan kualitas generasi muda Indonesia

16. Manakah pernyataan yang benar tentang dampak stunting?

a. Anak stunting memiliki kemampuan belajar rendah

b. Anak stunting memiliki kemampuan konsentrasi rendah

c. Anak stunting memiliki IQ rendah

d. Anak stunting memiliki kemampuan berfikir rendah

17. Manakah pernyataan yang salah mengenai dampak dari anak stunting?

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

51

a. Pertumbuhan secara tidak optimal

b. Anak stunting memiliki sistem imun yang baik

c. Perkembangan kognitif dan motorik terganggu

d. Anak stunting memiliki resiko penyakit tidak menular seperti DM,

hipertensi dan stroke

18. Manakah pertanyaan di bawah ini yang paling benar mengenai sistem

imun yang dimiliki anak stunting?

a. Anak stunting memiliki sistem imun yang lebih baik dari pada anak

yang tidak stunting

b. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan anak yang

tidak stunting

c. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan orang tuanya

d. Anak stunting memiliki sistem imun yang rentan terkena infeksi

dibandingkan dengan anak yang tidak stunting

19. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat

kematian dalam kondisi stunting?

a. Stunting menurunkan angka kematian

b. Stunting meningkatkan angka kematian

c. Stunting tidak menyebabkan kematian

d. Stunting tidak berhubungan dengan angka kematian

20. Apa peran mahasiswa FK dalam mengatasi stunting?

a. Melakukan tindakan promotif dan preventif

b. Memberikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

c. Memberikan penyediaan konseling kesehatan

d. Melakukan pendataan jika mendapati anak stunting

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

52

Lampiran 2

Data Statistik Penelitian

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

53

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

54

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

55

Lampiran 3

Data Uji Validasi dan Reliabilitas

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

56

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

57

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

58

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

59

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

60

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

61

RELIABILITY

/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18

Q19 Q20 Total

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Reliability

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

62

Lampiran 4

Kisi-Kisi Kuesioner

Variabel Konstraktor Nomor

item

Identitas Responden Nama

Jenis Kelamin

Usia

Angkatan

Nilai IPK

Pengetahuan

Stunting

Definisi stunting 1

Penyebab stunting 2

Ciri-ciri anak stunting 3

Cara mengukur anak stunting 4,

Faktor yang mempengaruhi stunting 5,6,7,8

Pencegahan stunting pada remaja 9

Pencegahan stunting pada bayi 10

Peran Ante Natal Care (ANC) dalam kejadian stunting 11

Intervensi spesifik pada ibu hamil 12

Intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan

kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling

utama

13

Program pemerintah dalam mengatasi stunting 14

Pengaruh anak stunting bagi negara 15

Dampak terjadinya stunting 16,17

Manakah pertanyaa paling benar mengenai sistem

imun anak stunting

18

Manakah pertanyaan dibawah ini yang paling benar

mengenai tingkat kematian dalam kondisi stunting

19

Apa peran mahasiswa FK dalam mengatasi stunting 20

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

63

Lampiran 5

Lembar Kaji Etik

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG STUNTING

64

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Nama : Ayu Namirah Filayeti

Tempat/tanggal lahir : Sampit, 30 Mei 1998

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. IR. H. Juanda. No. 88, RT 002/ RW 02, Sampit .

No. Hp : 089678864814

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

2002-2004 : TK Nurul Iman Sampit

2004-2010 : SD Muhammadiyah Sampit

2010-2013 : SMPN 2 Sampit

2013-2016 : SMAN 2 Sampit

2016-sekarang : Program Studi Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta