HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP CLEANING ...repository.helvetia.ac.id/2928/1/skripsi.pdfPenanganan...
Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP CLEANING ...repository.helvetia.ac.id/2928/1/skripsi.pdfPenanganan...
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP CLEANING
SERVICE DENGAN PENANGANAN SAMPAH
MEDIS DI RS HAJI MEDAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
HUSNAYAINI ANAS
NIM : 1414192326
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP CLEANING
SERVICE DENGAN PENANGANAN SAMPAH
MEDIS DI RS HAJI MEDAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjan Kesehataan Masyarakat (S.K.M)
Pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
HUSNAYAINI ANAS
NIM : 1414192326
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi :
Nama Mahasiswa :
Nomor Induk Mahasiswa :
Minat Studi :
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Medan,
Pembimbing I Pembimbing II
() (
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia
Dekan,
Telah Diuji pada Tanggal:
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua :
Anggota : 1.
2.
i
i
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP CLEANING SERVICE
DENGAN PENANGANAN SAMPAH
MEDIS DI RS HAJI MEDAN
TAHUN 2016
HUSNAYAINI ANAS
NIM : 1414192326
Pelayanan rumah sakit menyediakan jasa yang dijual kepada
pelanggan.Keunggulan suatu produk tergantung dari keunikan paket yang
ditawarkan apakah sesuai harapan. Kepuasan pasien menjadi tolak ukur sebab
mereka tidak puas akan meninggalkan rumah sakitdan menjadi pelanggan
pesaing. Kunjunganpenggunarawatinap di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara
mengalami kenaikan tetapi tidak membuat mereka serta merta merasa puas
dengan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah hubungan
kepuasan dengan loyalitas pengguna rawat inap di RSU Muhammadiyah
Sumatera Utara. Jenis penelitian adalah cross sectional dan penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli. Populasi adalah adalah pasien yang
sedang melakukan kunjungan dan diberikan tindakan opname periode Januari s/d
April tahun 2019 yaitu sebanyak 406 kunjungan dengan sampel 80 responden.
Metode analisis data yang digunakan adalah chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
loyalitas pengguna rawat inap adalah reliability (p=0,011), responsiveness (
p=0,033),empathy (p = 0,004),sedangkan assurance dan tangibles tidak
berhubungan dengan loyalitas pengguna rawat inap.
Dapat disimpulkan faktor yang berhubungan dengan loyalitas pengguna
rawat inap adalah reliability, responsiveness,dan empathy.Disarankan rumah sakit
untuk menjaga loyalitas pelanggan dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
melengkapi sarana prasrana yang masih kurang, sehingga kepuasan pasien
terpenuhi dan pasien menjadi loyal.
Kata Kunci : Kepuasan, Loyalitas, Pengguna Rawat Inap
Daftar Pustaka : 16 buku dan 14 internet (2008 – 2019)
i
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal. Adapun
judul penelitian ini adalah “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
Penanganan Sampah Medis di RS Haji Medan Tahun 2016.”
Proposal ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan program pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat di
STIKes Helvetia Medan. Dalam penyusunan Proposal ini, penulis banyak
mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bimbingan, dukungan dari berbagai
pihak, maka penulis dapat menyelesaikan Proposal ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan, dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Pendidikan dan Sosial Helvetia Medan.
2. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Pendidikan dan
Sosial Helvetia Medan.
3. Dr. Ayi Darmana, M.Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Helvetia Medan.
4. Dian Maya Sari Siregar, S.K.M, M.Kes, selaku Ketua Program S-1 Kesehatan
Masyarakat STIKes Helvetia Medan
5. Vivi Eulis Diana, S.Si., MEM., Apt , selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga Proposal ini dapat diselesaikan.
6. Teranguli J. Sembiring, S.Si., M.Si , sebagai Dosen Pembimbing II yang
memberikan bimbingan, arahan dalam penyusunan Proposal ini.
7. Sukamto, SKM., M.Kes , sebagai Dosen Penguji yang banyak memberikan
masukkan dan arahan dalam penyusunan Proposal ini
8. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama ini.
9. Kedua orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis yang telah memberikan do’a, serta kasih sayang dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal.
10. Seluruh teman-teman STIKes Helvetia Medan dan teman-teman sejawat yang
selalu membantu dalam suka dan duka.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga bimbingan,
dorongan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis dapat membawa berkah.
Medan, September 2016
HUSNAYAINI ANAS
NIM : 1414192326
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1. Penelitian Terdahulu……………………………... ............... 7
2.2. Penanganan Sampah Medis ................................................... 8
2.2.1. Defenisi Sampah Medis ............................................. 8
2.2.2. Jenis Sampah Medis ................................................... 8
2.2.3. Pengelolahan Sampah Medis ..................................... 10
2.2.4. Pengumpulan dan Pengemasan Sampah Medis ......... 10
2.2.5. Penanganan Limbah Medis di Rumah Sakit .............. 12
2.2.5.1. Dampak Sampah Medis terhadap
Kesehatan dan Lingkungan .......................... 12
2.3. Pengetahuan ...................................................................... 13
2.3.1. Pengertian Pengetahuan ............................................. 13
2.3.2. Tingkat Pengetahuan .................................................. 14
2.3.3. Proses Perilaku “Tahu” .............................................. 17
2.3.4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .................. 17
2.3.4.1. Faktor Internal .............................................. 17
2.3.4.2. Faktor Ekternal ............................................. 19
2.3.5. Pengukuran Pengetahuan ........................................... 19
2.4. Sikap .................................................................................... 19
2.4.1. Definisi Sikap ............................................................. 19
2.4.2. Komponen Sikap ........................................................ 20
2.4.3. Tingkatan Intensitas Sikap ......................................... 21
2.4.4. Sifat Sikap .................................................................. 21
2.4.5. Ciri – Ciri Sikap ......................................................... 22
2.4.6. Cara Pengukuran Sikap .............................................. 22
2.4.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ................ 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26
3.1. Jenis Dan Desain Penelitian ................................................... 26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 26
3.2.1. Lokasi Penelitian ........................................................ 26
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................ 26
4
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 26
3.3.1. Populasi ...................................................................... 26
3.3.2. Sampel ........................................................................ 27
3.4. Kerangka Konsep ................................................................... 27
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ....................... 27
3.6. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 28
3.6.1. Data Primer ................................................................ 28
3.6.2. Data Sekunder ............................................................ 28
3.7. Teknik Pengolahan Data ....................................................... 28
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................ 29
3.8.1. Uji Validitas .............................................................. 29
3.8.2. Uji Reliabilitas ........................................................... 31
3.9. Analisis Data ......................................................................... 31
3.9.1. Analisis Univariat ....................................................... 31
3.9.2. Analisis Bivariat ......................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 33
4.1.1. Sejarah RS. Haji Medan ............................................. 33
4.1.2. Sumber Daya Manusia ............................................... 33
4.1.3. Struktur Organisasi ..................................................... 35
4.2. Hasil Penelitian ...................................................................... 36
4.2.1. Karakteristik Responden ............................................ 36
4.2.2. Analisis Univariat ....................................................... 38
4.2.3. Analisis Bivariat ......................................................... 43
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 50
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 50
5.2. Saran .................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ........................... 27
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Pengetahuan ............................................... 29
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas kuesioner Sikap .......................................... 30
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas kuesioner Penanganan Sampah Medis ....... 30
Tabel 3.5. Hasil Uji Realibilitas Pengetahuan Dan Sikap ......................... 31
Tabel 3.6. Kondisi ketenagaan Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera UtaraTahun 2015 ........................................ 34
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia pada Perawat di PT. RS Haji Medan ................................ 36
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan pada Perawat di PT. RS Haji Medan ..................... 37
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Masa Kerja pada Perawat di PT. RS Haji Medan ..................... 37
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Pengetahuan pada Perawat di RS Haji Medan ..... 38
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Perawat di RS Haji
Medan ....................................................................................... 39
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Sikap pada Perawat di RS Haji Medan ................. 40
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat di RS Haji Medan ............ 41
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Penanganan Sampah Medis pada Perawat di RS
Haji Medan ............................................................................... 42
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Penanganan Sampah Medis Perawat di
RS Haji Medan .......................................................................... 43
6
Tabel 4.10. Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Medis
di RS Haji Medan ..................................................................... 43
Tabel 4.11. Hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah Medis pada
Perawat di RS Haji Medan ........................................................ 44
Tabel 4.12. Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Medis
Perawat di RS Haji Medan ........................................................ 45
Tabel 4.13. Hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah Medis Perawat
di RS Haji Medan ..................................................................... 46
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................ 27
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Uji Validitas Data
Lampiran 3. Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4. Master Data
Lampiran 5. Output SPSS
Lampiran 6. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Lampiran 7 Permohonan Pengajuan Proposal
Lampiran 8. Permohonan Izin Penelitian (Survey awal) dari STIKes
Helvetia
Lampiran 9. Permohonan izin penelitian dari STIKes Helvetia
Lampiran 10. Lembar Bimbingan Proposal (Pembimbing I)
Lampiran 11. Lembar Bimbingan Proposal (Pembimbing II)
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pad kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing manusia (1).
Menurut H.L. Blum derajat perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan.
Diantara keempat faktor tersebut lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat
besar . Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan
perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat dipedesaan
maupun perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan
masyarakat di bidang ekonomi maupun teknologi (1).
Lingkungan yang diharapkan mampu mewujudkan keadaan sehat yaitu
lingkungan yang bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perancanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong menolong dan memelihara nilai-nilai bangsa. Kondisi lingkungan yang
tidak optimal akan mengakibatkan kerugian pada manusia. Keadaan lingkungan
10
yang tidak seniter contohnya akan mengakibatkan seperti peningkatkan vektor
dan binatang pengganggu (tikus,kecoa, lalat) sebagai akibat dari pembuangan
sampah yang tidak dikelola dengan baik yang merugikan manusia (2).
Rumah sakit merupakan salah satu unit yang memproduksi sampah dari
hasil kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit. Semakin kompleks kegiatan
pada setiap ruangan/unit di rumah sakit maka akan semakin besar pula masalah
sampah yang harus ditanggulangi (3).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di
kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit. Namun akibatnya
kualitas limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Sampah rumah sakit dapat
mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam sampah rumah sakit dapat
mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk
demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah
sebelum dibuang ke lingkungan (3).
Sampah yang dihasilkan rumah sakit dikategorikan sebagai bahan yang
sering dianggap biasa, oleh karena itu sering kurang mendapatkan perhatian
sepatutnya. Namun jika diperhatikan dengan baik, justru sampah ini dapat
menjadi kontribusi sumber penyebaran kuman yang besar di rumah sakit (3).
Limbah rumah sakit khususnya limbah infeksius belum dikelola dengan
baik. Sebagian besar pengelolahan limbah infeksius disamakan dengan limbah
medis non infeksius. Selain itu, kerap tercampur limbah medis dan non medis,
Pencampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis (3).
11
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik
tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3).
Sekitar 10 sampai 15 persen dari keseluruhan limbah rumah sakit merupakan
limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain merkuri (Hg) yang
memerlukan pengelolahan khusus (3).
Pengumpulan dan pengolahan sampah rumah sakit yang saniter
merupakan perhatian penting bagi setiap rumah sakit. Namun mayoritas rumah
sakit yang beroperasi di beberapa kota belum atau tidak memiliki fasilitas
pengolahan sampah rumah sakit tersebut (3).
Berdasarkan kajian dari WHO yang dilakukan terhadap 100 buah rumah
sakit di Jawa dan Bali pada tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata produksi
sampah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Produksi sampah berupa limbah
domestik sebesar 76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2%. Diperkirakan
secara nasional prdouksi sampah (limbah padat rumah sakit) sebesar 376.089
ton/hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah
sakit dapat mengganggu masyarakat disekitarnya, serta pekerja lainnya di luar
rumah sakit seperti para petugas kebersihan (dinas kebersihan dan pemulung)
sehingga perlu dilakukan pengelolahan terhadap sampah rumah sakit (4).
Faktor lingkungan diperkirakan juga memiliki andil yang signifikan
dalam timbulnya kejadian infeksi silang (nosokimial). Personil atau petugas yang
menangani sampah ada kemungkinan tertular penyakit melalui sampah rumah
sakit karena kurangnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (2).
12
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik dari setiap
petugas medis untuk menangani sampah medis tersebut. Green menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi
seseorang dalam bertindak. Perilaku seseorang yang didasari pengetahuan akan
lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa didasari
pengetahuan. Semakin positif perilaku yang dilakukannya akan mampu
menghindari kejadian yang tidak diinginkan (5).
Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan mampu membedakan dan
mengetahui bahaya disekitarnya karena mereka sadar bahwa kecelakaan ringan
akan menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih parah. Jika pekerja memiliki
pengetahuan yang baik maka mereka akan bertindak positif dan berusaha untuk
menghindari kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang memiliki pengetahuan
rendah akan cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya dan tidak melakukan
pekerjaan sesuai prosedur karena ketidaktahuan akan risiko yang diterima. Pekerja
yang tidak memiliki pengetahuan keselamatandan kesehatan kerja akan cenderung
bekerja terburu-buru dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat guna
menghemat waktu dan waktu istirahat menjadi lebih cepat. Hal ini karena
ketidaktahuan dan ketidaksadaran pekerja akan pentingnya prosedur dan peraturan
dalam bekerja guna melindungi pekerja itu sendiri jika pengetahauan pekerja yang
rendah akan keselamatan dan kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan
ringan dan kecelakaan kerja yang lebih parah (5).
RS. Haji Medan merupakan rumah sakit negeri tipe B. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan supspesialis terbatas.
13
Rumah sakit ini mampu menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten.
Berdasarkan wawancara yang telah saya lakukan kepada 10 orang
cleaning service mengenai penanganan sampah medis mereka mengetahui tata
cara penanganan sampah medis dengan sangat baik namun setelah peneliti
observasi cara kerja mereka mengenai pengolahan sampah medis. Banyak dari
mereka yang tidak mencuci tangan setelah penanganan sampah, ada yang tidak
menggunakan sarung tangan saat penanganan sampah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan pengetahuan dan sikap cleaning service dengan penanganan
sampah medis di RS. Haji Medan tahun 2016.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
pengetahuan dan sikap cleaning service dengan penanganan sampah medis di RS.
Haji Medan tahun 2016.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap cleaning service
dengan penanganan sampah medis di RS. Haji Medan tahun 2016.
14
1.4. Manfaat Penelitian
1) Manfaat bagi Responden
Diharapkan bagi responden agar meningkatkan pengetahuan dan sikap
tentang penanganan sampah medis.
2) Manfaat bagi RS. Haji Medan
Diharapkan bagi RS. Haji Medan agar memberikan penyuluhan dan
pelatihan pada petugas cleaning service agar mereka mendapat pengetahuan
tentang penanganan sampah medis dan mampu mengaplikasikannya.
3) Manfaat bagi INKES Helvetia Medan
Dapat menambah referensi di perpustakaan INKES Helvetia mengenai
hubungan pengetahuan dan sikap cleaning service dengan penanganan sampah
medis di RS. Haji Medan tahun 2016.
4) Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan mendapatkan referensi mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap cleaning service dengan penanganan sampah medis di RS. Haji Medan
tahun 2016
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Sudiharti tahun 2012 mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah
medis di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Diperoleh hasi uji
statistik menggunakan uji Chi-Square sebesar 0,002 untuk tingkat pengetahuan
dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis dan diperoleh hasil
sebesar 0,000 untuk sikap perawat dalam pembuangan sampah medis. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta karena p value < nilai α (6).
Penelitian lainnya dari Dewi tahun 2012 tentang hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap dengan praktek petugas kebersihan pengelola sampah
medis di RSUD dr. M. Ashari Pemalang. Dari penelitian yang dilakukan kepada
34 petugas kebersihan diperoleh hasil sebagian besar petugas kebersihan
pengetahuan kurang 52,9% (18 orang), sebagian besar memiliki sikap baik 67,6%
(23 orang), sedangkan petugas kebersihan yang memiliki praktek baik dan kurang
sama besar 50% (17 orang). Hasil uji statistik antara tingkat pengetahuan dengan
praktek diperoleh hasil p = 0,001 (p < 0,05) sedangkan uji statistik antara sikap
dengan praktek diperoleh hasil p = 0,001 (p < 0,05) (7).
16
2.2. Penanganan Sampah Medis
2.4.1. Defenisi Sampah Medis
Sampah medis termasuk dalam jenis limbah bahan berbahaya dan
berancun (B3). Menurut peraturan No.19 tahun 1994, limbah B3 adalah setiap
limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya yang sevara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau dapat
membahayakan kesehatan manusia (8).
Limbah medis adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan pelayanan medis,
perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis, penelitian pengobatan/perawatan yang
menggunakan bahan beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan.
Sumber limbah medis ini berasal dari (8):
a. Unit pelayanan kesehatan dasar
b. Unit pelayanan kesehatan rujukan
c. Unit pelayanan kesehatan penunjang (laboratorium)
d. Unit pelayanan non kesehatan (farmasi)
2.4.2. Jenis Sampah Medis
Menurut peraturan Departemen Kesehatan RI tahun 2002, limbah medis
dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta
volume dan sifat persistennya yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Kategori tersebut adalah (8):
a. Limbah benda tajam. Contohnya limbah benda tajam adalah jarum
suntik, perlengkapan intravena, jarum endodontik.
17
b. Limbah infeksius merupakan limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran
penyakit pada petugas , pasien, pengunjung maupun masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, limbah in memerlukan wadah khusus dalam
pengolahannya. Contoh handscone, cotton roll dan tampon yang
terkontaminasi oleh darah atau saliva pasien.
c. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.
d. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan ,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
e. Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat yang kadaluarsa,
obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan
yang terkontaminasi, obat yang dibuang oleh pasien atau oleh
masyarakat, obat yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan
dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat.
f. Limbah kimia merupakan limbah yang dihasilkan dari penggunaan
kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
g. Limbah radioaktif merupakan limbah yang terkontaminasi dengan
radioistope yang berasal dari penggunaan medis atau riset
radionukleotida.
2.4.3. Pengelolahan Sampah Medis
18
Limbah medis termasuk ke dalam limbah B3, maka tata cara pembuangan
limbah medis sama seperti tata cara pembuangan limbah B3. Dalam
pembuanggannya limbah medis harus dipisahkan dari limbah lain dan dikemas di
dalam wadah khusus untuk dimusnahkan di dalam tungku pembakaran
(incinerator) limbah medis khusus bertemperatur tinggi (8) .
Menurut Hardjojo (1995) pada pengelolahan limbah medis melalui
beberapa tahap antara lain (8):
a. Pengumpulan limbah medis
b. Penyimpanan limbah medis
c. Pengangkutan limbah medis
d. Penangangan limbah medis
e. Pembuangan limbah medis
2.4.4. Pengumpulan dan Pengemasan Sampah Medis
Pengumpulan limbah medis harus dipisahkan dengan limbah non medis
lainnya. Hal ini dapat dimulai dengan pembuangan limbah medis yang dibuang
secara terpisah dengan limbah non medis lainnya pada tempat sampah yang
berbeda. Pada tahap pengumpulan ini ada terdapat proses packaging dan proses
labelling (8).
Wadah untuk pengumpulan limbah medis di rumah sakit besar dibedakan
menjadi dua yakni, kantong berwarna merah dan hitam. Kantong berwarna merah
digunakan di ruangan pasien yang mengidap penyakit infeksi yang beresiko tinggi
dan sangat berbahaya, sedangkan kantong berwarna hitam diletakkan dikamar
tidur pasien, kantor, kamar mandi dan tempat istirahat umum (8).
19
Pengelolahan limbah di rumah sakit dilakukan dengan berbagai cara, yang
diutamakan adalah sterilisasi. Sterilisasi berupa pengurangan (reduce) dalam
volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dahulu, daur ulang
(recycle) dan pengolahan (treatment).
Agar kebijakan kodefikasi menggunakan warna dapat dilaksanakan
dengan baik, tempat limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang
sesuai, sehingga limbah dapat dipisahkan ditempat sumbernya. Kriteria tersebut
meliputi (8):
a. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna,
satu untuk limbah klinik dan yang lain bukan limbah klinik.
b. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap
sebagai limbah non klinik.
c. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai
limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kebijakan kodefikasi
dengan warna yang menyangkut hal berikut (8):
a. Pemisahan Limbah
- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label yang jelas
- Perlu digunakan kantong plastik dengan warna yang berbeda
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi
atau dibuang.
b. Penyimpanan Limbah
20
Di beberapa negara kantong plastik cukup mahal sehingga sebagai
gantinya dapat digunakan kantong kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal
sehingga dapat diperoleh dengan mudah) kantong kertas ini dapat ditempeli
dengan strip berwarna, kemudia ditempatkan di tong dengan kode warna di
bangsal dan unit-unit lainnya.
c. Penangangan Limbah
a. Kantong dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya diberi label yang jelas.
b. Kantong harus diangkat dengan memegang lehernya, sehingga dapat
dibawa mengayun badan dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan.
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantong dengan warna yang
sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ke tempat yang sesuai
d. Kantong harus disimpan pada kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangan.
2.4.5. Penanganan Limbah Medis di Rumah Sakit
2.4.6. Dampak Sampah Medis terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Limbah medis akan memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan
dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan benar. Penularan penyakit dan
pencemaran lingkungan merupakan dampak dari pembuangan limbah yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang benar. Beberapa jenis limbah medis yang dapat
21
membawa risiko besar terhadap kesehatan yaitu limbah infeksius dari jumlah
limbah rumah sakit (8).
Penularan penyakit ini yang paling sering terjadi akibat pembuangan
limbah medis yang tidak benar antara lain Hepatitis A, Hepatitis B dan HIV. Hal
ini disebabkan oleh karena virus Hepatitis B dan Hepatitis C sangat perisisten di
udara kering dan bertahan hidup selama beberapa minggu diatas tanah, virus
tersebut juga resisten terhadap pajanan singkat air mendidih. Virus ini juga
bertahan jika dipajankan pada beberapa antiseptik dan pada 70% etanol dan dapat
bertahan sampai 10 jam pada suhu 600C (8).
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo pengetahuan adalah adalah hasil dari “tahu” dan
ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadapa objek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai mengahasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (9).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
22
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu (9):
Pengetahuan itu sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahaun rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui
pendidikan formal. Pengetahuan seseorang mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (9).
Menurut teori World Health Organizationyang dikutip oleh Notoatmodjo,
salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri (10).
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)
tingkatan yaitu. (11)
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buah tomat banyak
mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit
23
demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya.
Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan misalnya,apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa
penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan pemberantasan sarang
nyamuk, dan sebagainya (11).
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah,
bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras),
tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan
sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut (11).
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain misalnya, seseorang yang telah paham tentang
proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di
tempat ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham metodologi
penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan
seterusnya (11).
24
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya,
dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat
membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya (11).
1. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan
tentang artikel (11).
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau
25
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya (11).
2.3.3. Proses Perilaku “Tahu”
Menurut Rogres yang dikutip oleh Notoatmodjo, perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (9)
1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan memeprtimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.3.4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (9)
2.3.4.1. Faktor Internal
a. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat berulang tahun menurut
Nursalam yaitu semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (9).
26
b. Pendidikan
Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang
lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup (9).
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (9).
c. Pekerjaan
Keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya
dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang banyak
tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu, bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (9).
Menurut Depkes RI, mengemukakan perhatian wanita di dalam keluarga
masih kurang diperhatikan dibandingkan dengan laki-laki, misalnya wanita
mengeluarkan energi lebih banyak di dalam keluarga. Wanita yang bekerja
sesampainya di rumah tidak bisa langsung istirahat, karena umumnya mempunyai
banyak peran di rumah seperti memasak, menyiapkan makan, membersihkan
rumah sehingga waktu untuk membaca ataupun mendengarkan informasi dari
radio dan televisi berkurang (9).
27
2.3.4.2. Faktor Ekternal
a. Faktor Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam 3 lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (9).
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi (9).
2.3.5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian/responden (11).
Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu (11) :
1. Baik bila tingkat pengetahuan 76% sampai dengan 100%
2. Cukup bila tingkat pengetahuan 56% sampai dengan 75%
3. Kurang bila tingkat pengetahuan kurang dari 56%
2.4. Sikap
1.4.1 Definisi Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(10).
28
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecendrungan seseorang yang kurang
lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Sikap merupakan kecondongan evaluative terhadap suatu stimulus atau objek
yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan terhadap objek tersebut.
Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu. (10)
2.4.2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (11) :
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang, dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu, dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis
29
untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam
bentuk tendensi perilaku.
2.4.3. Tingkatan Intensitas Sikap
Sikap mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya yaitu (10) :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mahu menerima stimulasi
yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (Responding)
Menanggapi disini di artikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberi nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain
yang mencomooh atau adanya risiko lain.
2.4.4. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat negative Heri Purwanto dalam Wawan dan Dewi
sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu (11).
30
Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
2.4.5. Ciri – Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto dalam Wawan dan Dewi (11) :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
2.4.6. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
31
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (11) :
Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.Sebaliknya
pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang
bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti
ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat
mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak
favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang
disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala
memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap. Pengukuran sikap dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung (11).
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuesioner (11).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu:
keadaan objek yang diukur.
1. Situasi pengukuran
2. Alat ukur yang digunakan
3. Penyelenggaraan pengukuran
4. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
32
2.4.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap
antara lain (11) :
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya.
4. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
33
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan
cross sectional, suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi atau
hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui hubungan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang
penanganan sampah medis dengan kejadian kecelakaan kerja pada Cleaning
Service di RS. Haji Medan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS. Haji Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus
2016.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan Cleaning Service
yaitu 31orang di RS. Haji Medan.
35
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu keseluruhan dari
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan Cleaning Service yaitu
31orang di RS. Haji Medan.
3.4. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
Variabel
Bebas (X)
Definisi
Operasional
Instrumen
Penelitian
Hasil Ukur Kategori/
Bobot Nilai
Skala
Ukur
Pengetahuan
Segala sesuatu
yang diketahui
oleh responden
mengenai
penanganan
sampah medis
Kuesioner 10
pertanyaan
Ya = 1
Tidak = 0
- Baik 8-10
(76%-100%)
- Cukup
5-7 (56%-75%)
- Kurang
0-4 (<56%)
2
1
0
Ordinal
Sikap Respon dari
responden
mengenai
penanganan
sampah medis
Kuesioner 10
pertanyaan
SS = 3
S = 2
TS = 1
STS = 0
- Baik 23-30
(76%-100%)
- Cukup
17-22 (56%-
75%)
- Kurang
0-16 (<56%)
2
1
0
Ordinal
Variabel
Bebas (Y)
Defenisi
Operasional
Instrumen
Penelitian
Hasil Ukur Kategori /
Bobot Nilai
Skala
Ukur
Penanganan
sampah
medis
Perlakuan
responden
terhadap
sampah medis
Kuesioner 10
pertanyaan
1. Kurang Baik
(0-5)
2. Baik (6-10)
0
1
Ordinal
Penanganan sampah
medis
- Pengetahuan
- Sikap
36
3.6. Teknik Pengumpulan Data
3.6.1. Data Primer
Data ini diperoleh melalui survei langsung dengan menggunakan
kuesioner yang telah dipersiapkan.
3.6.2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari RS. Haji Medan serta referensi-referensi yang
mendukung penelitian.
3.7. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (26)
1. Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun
observasi.
2. Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesoner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga
pengolahan data memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar
dari bias.
3. Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-
variabel dirubah menjadi nomor 1,2,3,...,42.
37
4. Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing–masing responden yang
masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah
sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di RS. Delima pada 25 cleaning
service.
3.8.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila
kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item yang ada
di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. (25)
38
Tabel 3.2. Uji Validitas Pengetahuan
No.
Soal
Nilai Taraf
Signifikan r- hitung r- table Keterangan
1. 0,05 0,665 0,396 Valid
2. 0,05 0,560 0,396 Valid
3. 0,05 0,612 0,396 Valid
4. 0,05 0,500 0,396 Valid
5. 0,05 0,560 0,396 Valid
6. 0,05 0,417 0,396 Valid
7. 0,05 0,709 0,396 Valid
8. 0,05 0,488 0,396 Valid
9. 0,05 0,582 0,396 Valid
10. 0,05 0,582 0,396 Valid
Berdasarkan tabel 3.2. diatas hasil uji validitas pengetahuan dari 10
pertanyaan semyanya dinyatakan valid karena nilai r hitung > 0,396 (r tabel).
Tabel 3.3 Uji Validitas kuesioner Sikap
No.
Soal
Nilai Taraf
Signifikan r- hitung r- table Keterangan
1. 0,05 0,717 0,396 Valid
2. 0,05 0,882 0,396 Valid
3. 0,05 0,824 0,396 Valid
4. 0,05 0,830 0,396 Valid
5. 0,05 0,713 0,396 Valid
6. 0,05 0,738 0,396 Valid
7. 0,05 0,773 0,396 Valid
8. 0,05 0,773 0,396 Valid
9. 0,05 0,808 0,396 Valid
10. 0,05 0,633 0,396 Valid
Berdasarkan tabel 3.3. diatas hasil uji validitas sikap dari 10 pertanyaan,
semuanya dinyatakan valid karena nilai r hitung > 0,396 (r tabel).
39
Tabel 3.4 Uji Validitas kuesioner Penanganan Sampah Medis
No.
Soal
Nilai Taraf
Signifikan r- hitung r- table Keterangan
1. 0,05 0,528 0,396 Valid
2. 0,05 0,570 0,396 Valid
3. 0,05 0,572 0,396 Valid
4. 0,05 0,693 0,396 Valid
5. 0,05 0,693 0,396 Valid
6. 0,05 0,610 0,396 Valid
7. 0,05 0,693 0,396 Valid
8. 0,05 0,479 0,396 Valid
9. 0,05 0,646 0,396 Valid
10. 0,05 0,479 0,396 Valid
Berdasarkan tabel 3.4. diatas hasil uji validitas penanganan sampah medis
dari 10 pertanyaan, semuanya dinyatakan valid karena nilai r hitung > 0,396 (r
tabel).
3.9.2. Uji Reliabilitas
Realibilitas ialah indeks yang menujukan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau diandalkan, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu
tetap konsisten atau tetap bisa bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. (25)
Tabel 3.4 Hasil Uji Realibilitas
Variabel r-hitung r-tabel Keterangan
Pengetahuan 0,742 0,632 Reliabel
Sikap 0,980 0,632 Reliabel
Penanganan
sampah Medis 0,926 0,632 Reliabel
Hasil uji realibilitas pengetahuan dan sikap menunjukkan variabel memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas ketentuan nilai r tabel yaitu 0,632 untuk
40
variabel pengetahuan diperoleh nilai sebesar 0,742 sehingga variabel dikatakan
realibilitas, untuk variabel sikap diperoleh nilai sebesar 0,980 sehingga variabel
dikatakan realibilitas dan untuk variabel penanganan sampah medis diperoleh
nilai sebesar 0,926 sehingga variabel dikatakan realibilitas.
3.9. Analisis Data
3.9.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan
pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
3.9.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan terikat dengan menggunakan analisis statistik uji chi-square pada
tingkat kepercayaan 5%.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah RS. Haji Medan
Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai rumah
sakit kelas B diproyeksikan sebagai rumah sakit rujukan kesehatan yang utama di
wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Lokasi Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera Utara berada di Kabupaten Deli Serdang dan berada di
perlintasan perbatasan kota Medan. Selain Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera Utara, di Deli Serdang ada 1 (satu) Rumah Sakit lain milik
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu RSUD Lubuk Pakam dengan kelas C.
Jika dibandingakan dengan RSUD Lubuk Pakam, Rumah Sakit Umum Haji
Medan Provinsi Sumatera Utara lebih unggul baik dilihat dari sisi kelas
pelayanan, volume pelayanan maupun dari sisi sarana & prasarana. Namun
demikian, Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara juga harus
meningkatkan mutu pelayanan.
4.1.2. Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara memiliki 594
orang karyawan yang terdiri dari 131 tenaga medis, 218 paramedis keperawatan
dan 49 paramedis non keperawatan serta 196 karyawan non medis.
42
Tabel 1. Kondisi ketenagaan Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera UtaraTahun 2015.
NO BAGIAN PRIA WANITA JUMLAH
1 Dokter Spesialis 88 23 111
2 Dokter Umum 2 13 15
3 Dokter Gigi 4 4
4 Bidan 18 18
5 Perawat 34 159 193
6 Perawat Gigi 3 3
7 Tenaga Teknis Kefarmasian 2 16 18
8 Apoteker 1 5 6
9 Nutrisionis 2 2
10 Fisioterapi 2 1 3
11 Radiographer 3 3
12 Teknis Elektromedis 1 2 3
13 Analis Kesehatan 3 13 16
14 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan 1 1
15 Pengelola Program Kesehatan 3 3 6
16 Tenaga Kesehatan Lainnya 2 2 4
17 Pejabat Struktural 7 3 10
18 Staf Penunjang Administrasi 59 100 159
19 Staf Penunjang Teknologi 15 15
20 Staf Penunjang Perencanaan 3 3
21 Tenaga Kependidikan 1 1 2
JUMLAH 223 371 594
43
4.1.3. Struktur Organisasi
a. Direktur;
b. Wakil Direktur Administrasi dan Umum, terdiri dari :
1. Bidang Umum, terdiri dari :
a. Sub Bagian Ketatausahaan dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
2. Bagian Pengkajian dan Pengembangan, terdiri dari :
a. Sub Bagian Perencanaan dan Pengkajian
b. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan.
3. Bagian Keuangan dan Akuntansi, terdiri dari :
a. Sub Bagian Anggaran
b. Sub Bagian Mobilitas Dana
c. Wakil Direktur Pelayanan Medis, terdiri dari :
1. Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Medis Inap, Jalan dan UGD
b. Seksi Pengembangan Mutu Pelayanan Medik dan Rehabilitasi.
2. Bidang Pelayanan Keperawatan, terdiri dari :
a. Seksi Asuhan Keperawatan;
b. Seksi Etika, dan Mutu Keperawatan.
d. Wakil Direktur Penunjang Medis dan Akademik, terdiri dari :
1. Bidang Penunjang Medis, terdiri dari :
a. Seksi Laboratorium, Farmasi dan Gizi;
b. Seksi Elektromedik dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah.
44
2. Bidang Akademik dan Pendidikan, terdiri dari :
a. Seksi Akademik dan Kebidanan
b. Seksi Pendidikan dan Pengembangan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
f. Komite Medik.
g. Instalasi.
h. Satuan Pengawas Intern (SPI).
4.2. Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan di RS. Haji mengumpulkan data semua
diproses. Hasil pengumpulan data dalam bentuk karakteristik responden, analisis
univariat dan bivariat disajikan dalam hasil dan pembahasan berikut.
4.1.1. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Usia responden di RS Haji Medan disajikan pada tabel distribusi frekuensi
berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
pada Cleaning Service di PT. RS Haji Medan
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 21-30 tahun 19 61,3%
2 31-42 tahun 12 38,7%
Total 31 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden berusia 21-30 tahun
berjumlah 19 orang (61,3%) dan responden berusia 31-42 tahun berjumlah 12
orang (38,7%).
45
2. Pendidikan Responden
Pendidikan responden di RS Haji Medan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan pada Cleaning Service di PT. RS Haji Medan
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SMP 2 6,5%
2 SMA 29 93,5%
Total 31 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan
SMP sebanyak 2 orang (6,5%) dan responden yang memiliki pendidikan SMA
sebanyak 29 orang (93,5%) .
3. Masa Kerja Responden
Masa kerja responden di RS Haji Medan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Masa Kerja pada Cleaning Service di PT. RS Haji Medan
No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 1-5 tahun 13 41,9%
2 6-10 tahun 3 9,7%
3 11-15 tahun 15 48,4%
Total 31 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masa kerja responden 1-5 tahun ada
13 orang (41,9%) , masa kerja responden 6-10 tahun ada 3 orang (9,7%) dan masa
kerja responden 11-15 tahun ada 15 orang (48,4%).
46
4.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
suatu jawaban responden dengan variabel pengetahuan, variabel sikap dan
variabel penanganan sampah medis dengan hasil sebagai berikut :
1. Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
pengetahuan dari hasil penelitian responden yang dapat dilihat pada tabel
distribusi frekuensi berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Pengetahuan pada Cleaning Service di RS Haji Medan
NO PENGETAHUAN
Jawaban Total
Benar Salah
F % f % F %
1 Limbah medis merupakan sisa usaha
atau kegiatan pelayanan medis,
perawatan gigi, farmasi atau yang
sejenis yang menggunakan bahan
beracun, infeksius, berbahaya atau bisa
membahayakan
21 67,7 10 32,3 31 100
2 Limbah medis merupakan limbah yang
tergolong kedalam limbah bahan
beracun berbahaya (B3)
17 54,8 14 45,2 31 100
3 Tata cara pengolahan limbah medis
sama dengan tata cara pengolahan
limbah medis B3
13 41,9 18 58,1 31 100
4 Proses pengolahan sampah medis dan
sampah non medis harus dipisahkan 20 64,5 11 35,5 31 100
5 Sterilisasi merupakan cara pengolahan
sampah medis di rumah sakit 23 74,2 8 25,8 31 100
6 Cara melakukan sterilisasi melalui
reduce, recycle, reuse dan treatment 17 54,8 14 45,2 31 100
7 Perbedaan warna kantong pembuangan
limbah medis perlu diperhatikan 23 74,2 8 25,8 31 100
8 Semua limbah yang beresiko tinggi
hendaknya diberi label yang jelas 21 67,7 10 32,3 31 100
9 Penularan penyakit bisa terjadi jika
tidak mampu mengolah sampah medis
dengan baik
25 80,6 6 19,4 31 100
10 Pencemaran Lingkungan bisa terjadi
jika tidak mampu mengolah sampah
medis dengan baik
24 77,4 7 22,6 31 100
47
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner kepada 31 orang diperoleh sebagian
besar menjawab “Benar” dari jumlah pertanyaan sebanyak 10 butir dengan
pertanyaan mengenai pengetahuan cleaning service dengan penanganan sampah
medis di RS Haji Medan. Pertanyaan seputar limbah medis yang menjawab benar
sebanyak 21 orang (67,7%) dan 17 orang (54,8%). Pertanyaan seputar pengolahan
limbah medis yang menjawab benar sebanyak 13 orang (41,9%), 20 orang
(64,5%), 23 orang (74,2%), 17 orang (54,8%) dan 23 orang (74,2%). Sedangkan
pertanyaan seputar dampak/resiko penanganan sampah medis yang menjawab
benar sebanyak 21 orang (67,7%), 25 orang (80,6%) dan 24 orang (77,4%).
2. Pengetahuan
Pengetahuan responden yang dikategorikan dalam pengetahuan baik,
cukup dan kurang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Cleaning Service di RS
Haji Medan
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 13 41,9%
2 Cukup 10 32,3%
3 Kurang 8 25,8%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa reponden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 13 orang (41,9%), responden yang memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 10 orang (32,3%) dan responden yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (25,8%).
3. Jawaban Responden tentang Sikap
48
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
sikap dari hasil penelitian responden yang dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi berikut :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Sikap pada Cleaning Service di RS Haji Medan :
NO SIKAP
Jawaban
SS S TS STS Total
Frekuensi
1 Setiap petugas yang langsung
menangani limbah medis dalam
bekerja harus menggunakan
pakaian pelindung
17 10 3 1 31
2 Untuk mengurangi penyebaran
bahaya yang disebabkan oleh
sampah medis, khususnya bekas
jarum suntik, botol bekas, obat-
obatan, bekas selang infus dan lain-
lain perlu disinfeksi sebelum
digunakan
18 9 3 1 31
3 Kebiasaan membuang sampah
medis di sembarang tempat
bukanlah kebiasaan yang baik dan
harus ada upaya untuk
menghentikan kebiasaan tersebut
15 11 5 0 31
4 Penggunaan kantong plastik untuk
penampungan limbah medis
sangatlah memudahkan petugas
dalam pemeliharaan tempat
penampungan limbah
12 13 6 0 31
5 Limbah medis dan nonmedis pada
tempat penampungan limbah non
medis akan menimbulkan penyakit
9 16 6 0 31
6 Setelah menangani limbah medis
hendaknya mencuci tangan dengan
menggunakan sabun desinfektan
9 17 5 0 31
7 Setiap kali pengosongan tempat
sampah penampungan limbah
medis termasuk penampungan
sementara (TPS) perlu dilakukan
pencucian
10 15 6 0 31
8 Petugas kebersihan harus diberikan
pelatihan mengenai pengolahan
sampah medis yang benar
10 15 5 1 31
9 Dalam penanganan sampah medis
perlu adanya instruksi yang
dilakukan oleh atasan
6 13 12 0 31
10 Limbah medis dimusnahkan di
incinerator pada suhu 10000C
2 12 17 0 31
49
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang di wawancarai langsung oleh
peneliti kepada 31 orang diperoleh sebagian besar menjawab “Setuju” dari jumlah
pertanyaan sebanyak 10 butir dengan pertanyaan sikap pekerja mengenai
penanganan sampah medis.
4. Sikap
Sikap responden yang dikategorikan dalam pengetahuan baik, cukup dan
kurang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Cleaning Service di RS Haji Medan
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 15 48,4%
2 Cukup 9 29%
3 Kurang 7 22,6%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa reponden yang memiliki
sikap baik sebanyak 15 orang (48,4%) sedangkan responden yang memiliki sikap
cukup sebanyak 9 orang (29%) dan responden yang memiliki sikap kurang
sebanyak 7 orang (22,6%).
5. Jawaban Responden tentang Penanganan Sampah Medis
Dari hasil penelitian dengan alat bantu kuesioner maka diperoleh data
penggunaan alat pelindung diri dari hasil penelitian responden yang dapat dilihat
pada tabel distribusi frekuensi berikut :
50
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pertanyaan dan Jawaban Responden
berdasarkan Penanganan Sampah Medis pada Cleaning Service di RS Haji Medan
NO PENANGANAN
SAMPAH MEDIS
Jawaban Total
Ya Tidak
F % F % F %
1 Memisahkan sampah
medis dan non medis 8 25,8 23 74,2 31 100
2 Membuang sampah
sesuai dengan warna
kantong yang
disediakan
22 71 9 29 31 100
3 Mengikuti pendidikan
dan pelatihan yang
dibuat oleh rumah sakit
mengenai penanganan
sampah medis
18 58,1 13 41,9 31 100
4 Menggunakan masker
pada waktu
berhubungan dengan
sampah medis
11 35,5 20 64,5 31 100
5 Menggunakan sarung
tangan saat
berhubungan dengan
sampah medis
10 32,3 21 67,7 31 100
6 Setelah menangani
sampah medis selalu
mencuci tangan dengan
sabun
29 93,5 2 6,5 31 100
7 Mengikuti prosedur
penanganan sampah
medis sesuai dengan
instruksi kerja
17 54,8 14 45,2 31 100
8 Mendapatkan teguran
dari atasan jika
melakukan penanganan
sampah medis yang
salah
20 64,5 11 35,5 31 100
9 Mengikuti sosialiasi
mengenai penanganan
sampah medis
23 74,2 8 25,8 31 100
10 Memberikan label
biohazard pada setiap
tempat sampah medis
19 61,3 12 38,7 31 100
6. Penanganan Sampah Medis
Penanganan sampah medis dikategorikan dalam penanganan baik dan
kurang baik yang disajikan dalam tabel dibawah ini :
51
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Penanganan Sampah Medis Cleaning
Service di RS Haji Medan
No Penanganan
Sampah Medis Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang Baik 14 45,2%
2 Baik 17 54,8%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa reponden yang menangani
sampah medis kurang baik sebanyak 14 orang (45,2%) sedangkan responden
yang menangani sampah medis dengan baik sebanyak 17 orang (54,8%).
4.1.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent dengan menggunakan uji Chi-Square
menggunakan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung adapun
hasilnya sebagai berikut :
1. Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Medis
Hubungan pengetahuan dengan penanganan sampah medis pada cleaning
service di RS Haji Medan disajikan pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Tabel 4.10. Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Medis di
RS Haji Medan
NO Pengetahuan Penanganan Sampah Medis
Total Kurang Baik Baik
f (%) f (%) F (%)
1 Baik 2 6,4 11 35,5 13 41,9%
2 Cukup 5 16,2 5 16,1 10 32,3%
3 Kurang 7 22,6 1 3,2 8 25,8%
Total 14 45,2% 17 54,8 31 100%
52
Berdasarkan tabel diatas, bisa dilihat hubungan pengetahuan dengan
penanganan sampah medis di RS Haji Medan. Responden yang memiliki
pengetahuan baik dan menangani sampah medis kurang baik sebanyak 2 orang
(6,4%) sedangkan yang menangani sampah medis dengan baik sebanyak 11 orang
(35,5%), responden yang memiliki pengetahuan cukup yang menangani sampah
medis kurang baik sebanyak 5 orang (16,2%) dan yang menangani sampah medis
dengan baik sebanyak 5 orang (16,1%). Sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang yang menangani sampah medis kurang baik sebanyak 7
orang (22,6%) dan yang menangani sampah medis dengan baik sebanyak 1 orang
(3,2%).
2. Hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah Medis
Hubungan sikap dengan penanganan sampah medis pada cleaning service
di RS Haji Medan disajikan pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Tabel 4.11. Hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah Medis pada
Cleaning Service di RS Haji Medan
NO Sikap Penanganan Sampah Medis
Total Kurang Baik Baik
f (%) F (%) F (%)
1 Baik 3 9,7 12 38,7 15 48,4
2 Cukup 4 12,9 5 16,1 9 29
3 Kurang 7 22,6 0 0 7 22,6
Total 14 45,2 17 54,8 31 100
Berdasarkan tabel diatas, bisa dilihat hubungan sikap dengan penanganan
sampah medis di RS Haji Medan. Responden yang memiliki sikap baik yang
menangani sampah medis kurang baik sebanyak 3 orang (9,7%) dan menangani
sampah medis dengan baik sebanyak 12 orang (38,7%), responden yang memiliki
sikap cukup yang menangani sampah medis kurang baik sebanyak 4 orang
53
(12,9%) dan yang menangani sampah medis dengan baik sebanyak 5 orang
(16,1%). Sedangkan responden yang memiliki sikap kurang yang tidak menangani
sampah medis kurang baik sebanyak 7 orang (22,6%).
3. Uji Chi-Square
Uji Chi-Square merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan penanganan sampah medis yang disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.12. Hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah Medis
Cleaning Service di RS Haji Medan
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 10,539a 2 ,005
Likelihood Ratio 11,631 2 ,003
Linear-by-Linear Association 10,194 1 ,001
N of Valid Cases 31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3,61.
Pada tabel diatas uji Chi-Square diatas dapat dilihat nilai Pearson Chi-
Square yang diperoleh adalah 0,005. Dengan demikian nilai p < 0,05 artinya
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penanganan sampah medis pada
cleaning service di RS Haji Medan.
54
Tabel 4.13. Hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah Medis Cleaning
Service di RS Haji Medan
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12,336a 2 ,002
Likelihood Ratio 15,307 2 ,000
Linear-by-Linear Association 11,360 1 ,001
N of Valid Cases 31
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3,16.
Pada tabel diatas uji Chi-Square diatas dapat dilihat nilai Pearson Chi-
Square yang diperoleh adalah 0,002. Dengan demikian nilai p < 0,05 artinya
terdapat hubungan antara sikap dengan penanganan sampah medis pada cleaning
service di RS Haji Medan.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan akan di jelaskan secara rinci hasil penelitian serta
membandingkan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya dan juga untuk
membahas permasalahan dalam penelitian ini.
1. Hubungan pengetahuan cleaning service dengan penanganan sampah medis
di RS Haji Medan tahun 2016
Berdasarkan hasil uji chi square pengetahuan cleaning service dengan
penanganan sampah medis di RS Haji Medan diperoleh ρ sebesar 0,005 dan oleh
55
karena nilai ρ value (0,005 < 0,05), sehingga ada hubungan pengetahuan cleaning
service dengan penanganan sampah medis di RS Haji Medan tahun 2016
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Pengetahuan itu sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui
pendidikan formal. Pengetahuan seseorang mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Berdasarkan penelitian Sudiharti tahun 2012 mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah
medis di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Diperoleh hasi uji
statistik menggunakan uji Chi-Square sebesar 0,002 untuk tingkat pengetahuan
dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis dan diperoleh hasil
56
sebesar 0,000 untuk sikap perawat dalam pembuangan sampah medis. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta karena p value < nilai α (6).
Menurut peneliti pengetahuan sangat berhubungan dengan penanganan
sampah medis, karena jika cleaning service tidak tahu tentang penanganan
sampah medis yang benar ini akan merugikan dirinya dan lingkungan kerja.
Karena dampak dari penanganan sampah medis yang salah akan menyebabkan
penularan penyakit seperti Hepatitis A, Hepatitis B, HIV/AIDS dan lainnya juga
merugikan lingkungan berupa pencemaran lingkungan.
2. Hubungan sikap cleaning service dengan penangann sampah medis di RS
Haji Medan tahun 2016
Berdasarkan hasil uji chi square sikap cleaning service dengan penangann
sampah medis di RS Haji Medan diperoleh ρ sebesar 0,002 dan oleh karena nilai ρ
value (0,002 < 0,05), sehingga ada hubungan sikap cleaning service dengan
penangann sampah medis di RS Haji Medan.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecendrungan seseorang yang kurang
lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Sikap merupakan kecondongan evaluative terhadap suatu stimulus atau objek
yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan terhadap objek tersebut.
57
Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidak setujuan, suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu.
Penelitian lainnya dari Dewi tahun 2012 tentang hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap dengan praktek petugas kebersihan pengelola sampah
medis di RSUD dr. M. Ashari Pemalang. Dari penelitian yang dilakukan kepada
34 petugas kebersihan diperoleh hasil sebagian besar petugas kebersihan
pengetahuan kurang 52,9% (18 orang), sebagian besar memiliki sikap baik 67,6%
(23 orang), sedangkan petugas kebersihan yang memiliki praktek baik dan kurang
sama besar 50% (17 orang). Hasil uji statistik antara tingkat pengetahuan dengan
praktek diperoleh hasil p = 0,001 (p < 0,05) sedangkan uji statistik antara sikap
dengan praktek diperoleh hasil p = 0,001 (p < 0,05) (7).
Menurut peneliti sikap sangat berhubungan dengan penanganan sampah
medis, karena jika sikap pekerja yang tidak peduli dengan penanganan sampah
medis yang benar akan merugikan dirinya yakni penularan penyakit dari sampah
medis yang infeksius selain itu juga dapat memicu pencemaran lingkungan.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan uji Chi-Square
dapat dilihat nilai Pearson Chi-Square yang diperoleh adalah 0,005. Dengan
demikian nilai p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
penanganan sampah medis pada cleaning service di RS Haji Medan.
Berdasarkan uji Chi-Square diatas dapat dilihat nilai Pearson Chi-Square
yang diperoleh adalah 0,002. Dengan demikian nilai p < 0,05 artinya terdapat
hubungan antara sikap dengan penanganan sampah medis pada cleaning service di
RS Haji Medan.
5.2. Saran
1) Saran kepada RS Haji Medan
Disarankan kepada tempat penelitian RS Haji Medan untuk memberikan
pelatihan, pendidikan dan pengawasan kepada cleaning service agar mereka
mampu menerapkan penanganan sampah medis yang benar.
2) Saran kepada Responden
Disarankan kepada cleaning service untuk menambah pengetahuan dan
menanamkan sikap mengenai penerapan sampah medis yang baik dan benar guna
menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan kerja.