HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN … asli.pdf · Instrumen pengumpulan data...

107
HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI IUD DI RS DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH YELZY JUNIASTUTI P00312013039 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2017

Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN … asli.pdf · Instrumen pengumpulan data...

  • HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI IUD

    DI RS DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    OLEH

    YELZY JUNIASTUTI P00312013039

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN KENDARI

    2017

  • xi

  • xi

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS PENULIS

    1. Nama : Yelzy Juniastuti

    2. Tempat Tanggal Lahir : Unaaha, 13 Juni 1995

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

    6. Alamat : Andonohu, BTN Kendari Permai

    B. PENDIDIKAN

    1. TK Pembina Unaaha, Tamat Tahun 2001

    2. SD Negeri 3 Unaaha, Tamat Tahun 2007

    3. MTS Negeri Unaaha, Tamat Tahun 2010

    4. SMA Negeri 1 Unaaha, Tamat Tahun 2013

    5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan 2013

    sampai sekarang

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

    limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan pengetahuan

    Akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU

    Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017”.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang

    membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala

    kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih

    sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb selaku

    Pembimbing I dan Ibu Wa Ode Asma Isra, S.Si.T,M.Kes selaku

    Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat

    diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

    2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

    Kendari.

    3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

    4. Ibu Aswita, S.Si.T, MPH, Ibu Hasmia Naningsih, SST,M.Keb, Farming,

    SST, M.Keb selaku penguji dalam proposal skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

    Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

  • vi

    6. pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan.

    7. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

    Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,

    pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas

    selama penulis menempuh pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan

    pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.

    Kendari, Juli 2017

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii

    RIWAYAT HIDUP………………………………………………………

    KATA PENGANTAR…....................................................................

    iv

    v

    DAFTAR ISI….................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL.............................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... x

    ABSTRAK........................................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

    A. Latar Belakang.......................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah.................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8

    A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8

    B. Landasan Teori.......................................................................... 44

    C. Kerangka Teori.......................................................................... 47

    D. Kerangka Konsep...................................................................... 48

    E. Hipotesis Penelitian................................................................... 48

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 49

    A. Jenis Penelitian......................................................................... 50

    B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 50

    C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 50

    D. Variabel Penelitian..................................................................... 51

    E. Definisi Operasional.................................................................. 51

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 52

  • viii

    G. Instrumen Penelitian.................................................................. 52

    H. Alur Penelitian........................................................................... 53

    I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 53

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 56

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 56

    B. Hasil Penelitian......................................................................... 63

    C. Pembahasan............................................................................. 68

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 75

    A. Kesimpulan................................................................................ 75

    B. Saran......................................................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 76

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun

    2016....................................................................................

    61

    Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun

    2016....................................................................................

    62

    Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 64

    Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Akseptor IUD di RSU Dewi

    Sartika Tahun 2017.............................................................

    65

    Tabel 5. Distribusi Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di

    RSU Dewi Sartika Tahun 2017...........................................

    66

    Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Akseptor IUD Dengan

    Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari Tahun 2017.......................................

    67

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes

    Kemenkes kendari

    Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian

    Lampiran 3. Kuesioner

    Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra

    Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi

    sartika Kota Kendari

    Lampiran 6. Master tabel

    Lampiran 7. Output analisis data

    Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

  • xi

    ABSTRAK

    HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI IUD DI RS DEWI SARTIKA KOTA

    KENDARI TAHUN 2017

    Yelzy Juniastuti 1 Arsulfai

    2 Wd. Asma Isra

    2

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017.

    Desain penelitian yang digunakan ialah observasional dengan rancangan

    cross sectional. Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari yang berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner untuk menilai tentang pengetahuan tentang IUD, kecemasan akan efek samping. Data dianalisis dengan uji Chi-Square.

    Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan akseptor IUD tentang IUD dan efek sampingnya dalam kategori baik, sebagian besar akseptor IUD tidak merasa cemas akan efek samping kontrasepsi IUD. Ada hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD (p=0,009; X2=13,5).

    Kata kunci : pengetahuan, kecemasan, IUD 1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari

    2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu masalah

    global di dunia. Permasalahan ini dapat menjadi beban negara dalam

    pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya

    yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut

    adalah program keluarga berencana (KB). Program KB mempunyai

    arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera,

    disamping program kesehatan dan pendidikan (BKKBN, 2013).

    Penggunaan KB telah meningkatkan di banyak bagian dunia

    terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika

    terutama metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), walaupun

    peningkatannya tidak signifikan, yaitu dari 54% pada tahun 1990

    meningkat menjadi 57,4% pada tahun 2014 (WHO, 2014). Hal ini

    berbanding terbalik dengan penggunaan kontrasepsi di Indonesia.

    Penggunaan kontrasepsi di Indonesia sebesar 7.059.953

    peserta, dengan persentase pengguna suntikan sebanyak 3.444.153

    peserta (48,78%), pil sebanyak 1.859.733 peserta (26,34%), implant

    sebanyak 656.047 peserta (9,29%), IUD sebanyak 348.134 peserta

    (7,78%), kondom sebanyak 423.457 peserta (6,00%). MOW sebanyak

    108.980 peserta (1,54%), MOP sebanyak 9.375 peserta (0,26%)

  • 2

    (BKKBN, 2013). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa

    penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP)

    sangat mendominasi yaitu sebesar 79,71%, sedangkan pengguna

    MKJP hanya seperti IUD, MOW, MOP dan implant hanya sebesar

    20,29% (BKKBN, 2013).

    Penggunaan kontrasepsi di Sulawesi Tenggara terdiri dari

    suntik sebesar 47,5%, Pil sebesar 37,7%, Implant sebesar 6,7%,

    Kondom sebesar 6,2%, IUD sebesar 1,2%, MOW sebesar 0,5%, MOP

    sebesar 0,2% (Dinkes Sultra, 2016). Berdasarkan data tersebut dapat

    dilihat bahwa penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang

    (Non MKJP) sangat mendominasi dibandingkan pengguna MKJP

    hanya seperti IUD, MOW, MOP.

    Upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan MKJP

    bagi pasangan usia subur (PUS) telah dituangkan dalam rencana

    pembangunan jangka panjang bidang kependudukan dan KB tahun

    2010-2014 serta program lainnya secara terpadu. Kebijakan

    mencakup aspek pelayanan (suplay side) dan penggerakan (demand

    side). Strategi yang dikembangkan adalah meningkatkan kemudahan

    mendapatkan pilihan dan pelayanan KB metode MKJP terutama

    kontrasepsi IUD (Diah, 2011). Walapun upaya ini telah terlaksana,

    namun penggunaan alat kontrasepsi MKJP khususnya IUD masih

    rendah.

  • 3

    Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan alat

    kontrasepsi IUD adalah faktor kecemasan akan efek samping

    sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor. Hasil penelitian

    Anggara (2015) menyatakan bahwa ada hubungan kecemasan

    dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Demikian pula hasil penelitian

    Katz (2011) menyatakan rendahnya pemakaian metode kontrasepsi

    jangka panjang terutama IUD karena adanya rumor dan mitos yang

    kurang baik tentang metode kontrasepsi tersebut.

    Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam

    menggerakan perilaku seseorang, baik normal maupun menyimpang.

    Dampak negatif dari kecemasan adalah terjadinya drop out dan

    ketidaknyamanan dalam penggunaaan IUD. Tingkat kecemasan

    dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal berikut

    (Stuart dan Sundeen, 2015): potensi stresor, maturasi (kematangan),

    status pendidikan dan status ekonomi, tingkat pengetahuan, keadaan

    fisik, tipe kepribadian, sosial budaya, lingkungan atau situasi, usia,

    jenis kelamin. Bernadus (2012), juga menyatakan bahwa terdapat

    beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan terhadap efek

    samping penggunaan IUD antara lain pengetahuan, pendidikan, umur,

    pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan pasangan.

    Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

    dapat mempengaruhi perilaku PUS dalam pemilihan alat kontrasepsi.

    Pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan baik tentang

  • 4

    kontrasepsi IUD dapat menghilangkan kecemasan dalam

    penggunaan kontrasepsi IUD, sedangkan yang memiliki pengetahuan

    yang kurang baik dapat menambah kecemasan (Bobak, 2015). Hasil

    penelitian Suharti (2014) menyatakan ada hubungan antara

    pengetahuan dan minat akseptor dalam menggunakan alat

    kontrasepsi IUD. Penelitian yang dilakukan oleh Bernadus (2012),

    juga menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan

    dengan minat ibu terhadap penggunaan IUD antara lain pengetahuan,

    pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan

    pasangan.

    Calon akseptor maupun akseptor KB harus mengetahui efek

    samping maupun tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang

    dipakainya, terutama akseptor KB IUD. Hal ini diperlukan agar

    akseptor mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan

    penatalaksanaan efek samping dari KB dan terhindar dari gejala-

    gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri. Pengetahuan juga

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelestarian peserta

    KB (Hartono, 2014).

    Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dewi

    Sartika Kendari diperoleh data terjadinya penurunan penggunaan

    kontrasepsi IUD. Pengguna kontrasepsi IUD pada tahun 2014

    sebanyak 189 peserta menurun menjadi 169 peserta pada tahun 2015

    dan menurun lagi menjadi 141 peserta pada tahun 2016 (RS Dewi

  • 5

    Sartika, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan

    jumlah akseptor IUD adalah kurangnya pengetahuan tentang IUD dan

    adanya kecemasan tentang efek samping IUD. Hasil wawancara pada

    10 akseptor IUD diperoleh data bahwa dari 10 akseptor, terdapat 6

    akseptor IUD (60%) yang kurang mengetahui tentang IUD dan

    terdapat 8 akseptor IUD (80%) yang merasa cemas akan efek

    samping IUD.

    Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik

    untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan

    kecemasan efek samping di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun

    2017.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah

    penelitian adalah apakah ada hubungan pengetahuan akseptor IUD

    dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari tahun 2017 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan

    kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika

    Kota Kendari tahun 2017.

  • 6

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui pengetahuan akseptor IUD di RSU Dewi Sartika

    Kota Kendari tahun 2017.

    b. Mengetahui kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU

    Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017.

    c. Menganalisis hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan

    kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari tahun 2017.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Bagi Akseptor IUD

    Untuk menambah wawasan akseptor IUD tentang pengetahuan

    mengenai IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD

    sehingga dapat mengurangi angka kegagalan penggunaan alat

    kontrasepsi IUD.

    2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

    Dapat mengetahui hubungan pengetahuan tentang IUD dengan

    kecemasan efek samping kontrasepsi IUD sehingga pengguna

    alat kontrasepsi IUD dapat lebih meningkat.

    3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

    Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

    perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

  • 7

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2015) yang berjudul

    hubungan tingkat kecemasan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi

    IUD (intra uterine device) di PKD Kamongan Srumbung Magelang

    menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan akseptor

    dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Perbedaan penelitian Anggara

    (2015) dengan penelitian ini adalah variabel penelitian, jumlah sampel

    dan lokasi penelitian.

    Variabel penelitian pada penelitian Agustiningrum adalah

    kecemasan tentang efek samping kontrasepsi IUD dan hormonal,

    pemilihan alat kontrasepsi, jumlah sampel sebanyak 38 responden, ,

    lokasi penelitian di Magelang. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

    variabel penelitian adalah pengetahuan tentang IUD, kecemasan efek

    samping kontrasepsi IUD, jumlah sampel sebanyak 48 responden, lok

  • 8

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Tinjauan Tentang Kecemasan

    a. Pengertian Kecemasan

    Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman

    “angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan

    suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu

    efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman

    psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam

    rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang

    dihadapi sebaik–baiknya (Hawari, 2014).

    Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

    (affectiv) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

    yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

    menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh,

    perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Ada

    segi yang disadari dari kecemasan itu sendiri seperti rasa takut, tidak

    berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain itu juga segi–segi

    yang terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang

    tidak menyenangkan (Jadman, 2015).

    Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul

    oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan

  • 9

    perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini

    biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang tidak

    diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut,

    seseorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasikan

    ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan tidak

    terjadi tanpa kecemasan (Kaplan & Sadock, 2015).

    b. Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan

    Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung terjadinya

    kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (2015) antara lain:

    1). Teori Psikoanalitik

    Menurut pandangan psikoanalitic, kecemasan terjadi karena

    adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian

    yaitu id, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego

    mewakili hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi

    antara kedua elemen yang bertentangan. Dan timbulnya

    merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego.

    2). Teori Interpersonal

    Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari

    perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

    interpersonal.

  • 10

    3). Teori Behaviour

    Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan

    merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

    kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    4). Teori Prespektif keluarga

    Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi

    didalam keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang

    tidak adaptif dalam sistem keluarga.

    5). Teori Prespektif Biologis

    Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis

    merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan.

    Menurut Stuart & Sundeen (2015) faktor pencetus (presipitasi)

    yang menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain:

    a. Ancaman terhadap Integritas biologi seperti:

    1) Penyakit

    Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis yang

    mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri

    seseorang, misalnya : penyakit jantung, hati, kanker, stroke dan

    HIV/AIDS.

    2) Trauma fisik

    3) Pembedahan

  • 11

    b. Ancaman terhadap Konsep Diri seperti:

    Proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan,

    perubahan hubungan dan Status sosial ekonomi.

    c. Faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

    Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

    terkait meliputi hal berikut (Stuart dan Sundeen, 2015):

    1). Potensi stresor

    Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

    menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga

    orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri

    untuk menanggulanginya.

    2). Maturasi (kematangan)

    Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan

    kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan

    akibat stres, sebab individu yang matang mempunyai daya

    adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya

    individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan

    peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami

    gangguan akibat adanya stres.

    3). Status pendidikan dan status ekonomi

    Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada

    seseorang menyebabkan orang tersebut mengalami stres

  • 12

    dibanding dengan mereka yang status pendidikan dan status

    ekonomi yang tinggi.

    4). Tingkat pengetahuan

    Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan

    menyebabkan orang tersebut mudah stres.

    5). Keadaan fisik

    Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

    penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami

    stres. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga

    akan lebih mudah mengalami stres.

    6). Tipe kepribadian

    Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah

    mengalami gangguan akibat adanya stres dari individu

    dengan kepribadian B. Adapun ciri–ciri individu dengan

    kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba

    sempurna, merasa buru–buru waktu, sangat setia (berlebihan)

    terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang

    dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot–otot

    mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B

    mempunyai ciri–ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian

    tipe A.

  • 13

    7). Sosial Budaya

    Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi

    pada timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat

    teratur dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada

    umumnya lebih sukar mengalami stres. Demikian juga

    keyakinan agama akan mempengaruhi timbulnya stres.

    8). Lingkungan atau situasi

    Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing

    akan lebih mudah mangalami stres.

    9). Usia

    Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah

    mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat

    sebaliknya.

    10). Jenis kelamin

    Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia

    harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.

    d. Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan antara lain:

    1). Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal

    atau keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi

    juga bisa diartikan sebagai usaha untuk menenangkan atau

    meredam diri agar tidak timbul dorongan yang tidak sesuai

    dengan hatinya (Prasetyono, 2015).

  • 14

    2). Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak

    memikirkan masalah (Prasetyono, 2015). Sedangkan Dale

    Carnegie (2014) menambahkan bahwa relaksasi dan rekreasi

    bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup,

    mendengarkan musik, tertawa dan memperdalam ilmu agama.

    3). Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang disampaikan

    perawat pada pasien dengan cara memberi informasi yang

    lengkap mulai pertama kali pasien masuk dengan menetapkan

    kontrak untuk hubungan profesional mulai dari fase orientasi

    sampai dengan terminasi atau yang disebut dengan komunikasi

    teraupetik (Tamsuri, 2016).

    4). Psikofarmaka, yaitu pengobatan untuk cemas dengan

    memakai obat- obatan seperti diazepam, bromazepam dan

    alprazolam yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

    neurotransmiter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf

    pusat otak (lymbic system) (Hawari, 2014).

    5). Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan memberi

    motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang

    bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan

    serta kepercayaan diri (Hawari, 2014).

    6). Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah

    mengosongkan batin dan memohon kepada Tuhan untuk

    mengisinya dengan segala hal yang kita butuhkan. Dalam doa

  • 15

    umat mencari kekuatan yang dapat melipatgandakan energi yang

    hanya terbatas dalam diri sendiri dan melalui hubungan dengan

    doa tercipta hubungan yang dalam antara manusia dan Tuhan

    (Prasetyono, 2015). Terapi medis tanpa disertai dengan doa dan

    dzikir tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa terapi

    medis tidaklah efektif.

    e. Manifestasi klinik

    Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

    fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala

    sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku akan

    meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan (Stuart dan

    Sundeen, 2015). Berikut tanda dan gejala berdasarkan klasifikasi

    tingkat kecemasan kecemasan yang timbul secara umum adalah:

    a. Tanda fisik

    1). Cemas ringan:

    a) Gemetaran, renjatan, rasa goyang

    b) Ketegangan otot

    c) Nafas pendek, hiperventilasi d) Mudah lelah

    2). Cemas sedang:

    a). Sering kaget

    b). Hiperaktifitas autonomik

    c). Wajah merah dan pucat

    3). Cemas berat:

  • 16

    a). Takikardi

    b). Nafas pendek, hiperventilasi

    c). Berpeluh

    d). Tangan terasa dingin

    4). Panik

    a). Diare

    b). Mulut kering (xerostomia)

    c). Sering kencing

    d). Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)

    e). Sulit menelan

    b. Gejala psikologis

    1). Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya

    sendiri, mudah tersinggung

    2). Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

    3). Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)

    4). Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

    5). Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan

    6). Gangguan konsentrasi dan daya ingat

    7). Libido menurun

    8). Rasa menganjal di tenggorokan

    9). Rasa mual di perut

  • 17

    6. Tingkat kecemasan

    Ansietas sangat berkaitan denagn perasaan tidak pasti dan tidak

    berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik.

    Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam

    hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut yang

    merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.

    Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas

    untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat

    kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan

    Sundeen, 2015).

    Menurut Stuart dan Sundeen (2015) membagi ansietas ke

    dalam 4 tingkatan sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :

    a. Ansietas ringan

    Ansietas ini adalah ansietas yang normal yang memotivasi individu

    dari hari ke hari sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu

    serta mempertajam perasaannya. Ansietas pada tahap ini

    dipandang penting dan konstruktif.

    b. Ansietas Sedang

    Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indera

    dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatuan terhadap

    rangsangan dari lingkungannya berkurang.

  • 18

    c. Ansietas Berat

    Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal–hal

    yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan masalahnya,

    dan terjadi gangguan fungsional.

    d. Panik

    Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan

    dapat membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi

    atau hiperaktif. Ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi

    dikomunikasikan melalui perilaku klien/individu, seperti tekanan darah

    yang meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing

    dan pening.

    Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton

    Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh

    kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog

    Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur oleh Yul Iskandar pada tahun

    2014 dalam penelitiannya yang mendapat korelasi yang cukup dengan

    HRS A (r = 0,57–0,84).

    Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

    menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton

    Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran

    kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu

    yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms

    yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item

  • 19

    yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

    dengan 4 (severe).

    Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

    diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

    dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala

    HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk

    melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93

    dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan

    dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan

    reliable.

    Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip

    Nursalam (2013) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

    a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

    mudah tersinggung.

    b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

    lesu.

    c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

    sendiri dan takut pada binatang besar.

    d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

    tidak pulas dan mimpi buruk.

    e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

    konsentrasi

  • 20

    f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

    hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

    g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

    tidak stabil dan kedutan otot.

    h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

    merah dan pucat serta merasa lemah.

    i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

    dan detak jantung hilang sekejap.

    j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

    menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

    k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

    mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,

    perasaan panas di perut.

    l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

    aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

    m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

    roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

    n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

    dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas

    pendek dan cepat.

    Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

    dengan kategori:

    0 = tidak ada gejala sama sekal

  • 21

    1 = Satu dari gejala yang ada

    2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

    3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

    4 = sangat berat semua gejala ada

    Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

    1-14 dengan hasil:

    a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

    b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

    c. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

    d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

    2. Tinjauan Umum Tentang Efek Samping Kontrasepsi IUD

    a. Pengertian Efek Samping

    Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak

    dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse

    reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin

    dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah

    seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang

    sebagian besar sudah diketahui (Rian, 2010).

    b. Efek samping IUD

    Efek samping yang terjadi pada pengguna kontrasepsi IUD, yaitu:

    1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

    akan berkurang setelah 3 bulan). Perubahan siklus haid

    merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan

  • 22

    2) sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal,

    dengan menarche sbagai titik awal, yang dapat berkisar kurang

    dari batas normal sekitar 22-35 hari (Handayani, 2010).

    3) Haid lebih lama dan banyak

    Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih dari

    normal (lebih dari 8 hari).pada keadaan ini AKDR tidak perlu

    dilepaskan kecuali bila perdarahan terus berlangsung sampai

    lebih dari 8-10 minggu (Handayani, 2010).

    4) Perdarahan spotting atau perdarahan bercak antara menstruasi

    (Handayani, 2010).

    5) Keputihan

    Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan yang

    mungkin merupakan akinat dari terjadinya reaksi awal terhadap

    adanya benda asing (Handayani, 2010).

    6) Saat haid lebih sakit (diminorea)

    Nyeri haid (disminorea) merupakan suatu rasa tidak enak di

    perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan seringkali

    disertai mual (Wiknjosastro, dkk. 2012).

    7) Perdarahan

    Umumnya setelah pemasangan IUD, terjadi perdarahan

    sedikit-sedikit yang cepar berhenti. Kalau pemasangan

    dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak

    akan diketahui oleh akseptor, keluhan yang sering terdapat

  • 23

    pada pamakaian IUD ialah perdarahan banyak dapat disertai

    belum darah dalam siklus normal (menorrhagia), spotting

    metroraghia (perdarahan diluar siklus haid) (Wiknjosastro, dkk.

    2012).

    8) Rasa nyeri dan kejang diperut

    Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah

    pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur

    hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau

    dihilangkan dengan jalan memberi analgettik, jika keluhan

    berlangsung terus, sebaiknya IUD diganti dengan ukuran yang

    lebih kecil (Wiknjosastro, dkk. 2012).

    9) Gangguan pada suami

    Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD

    sewaktu bersenggama, itu disebabkan oleh benang IUD yang

    keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang.

    Untuk mengurangi dan menghilangkan keluhan ini, benang IUD

    yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 3 cm dari porsio,

    sedang jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD akan

    diganti, biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang

    (Wiknjosastro, dkk. 2012).

  • 24

    10) Ekspulsi (pengeluaran sendiri) (Wiknjosastro, dkk. 2012)

    Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruh.

    Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid yang dipengaruhi

    oleh:

    a) Umur dan paritas: pada paritas yang rendah 1 atau 2,

    kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar dari pada paritas

    5 atau lebih, demikian pula pada wanita muda ekspulsi lebih

    sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.

    b) Lama pemakaian: Ekspulsi paling sering terjadi pada tiga

    bulan pertama setealh pemasangan, setelah itu angka

    kejadian menurun dengan tajam.

    c) Ekspulsi sebelumnya: Pada wanita yang pernah mengalami

    ekspulsi lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi,

    pasangkanlah IUD dari jenis yang sama, tetapi dengan

    ukuran yang lebih besar dari pada sebelumnya, dapat juga

    diganti dengan IUD jenis lain.

    d) Jenis dan ukuran: Jenis dan ukuran IUD yang dipasang

    sangat mempengaruhi ekspulsi, makin besar ukuran IUD

    makin kemungkinan terjadinya ekspulsi.

    e) Faktor psikis: oleh karena mortalitas uterus dapat

    dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih

    banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional dan

    ketakutan, yang psikis labil. Wanita-wanita seperti ini

  • 25

    penting diberikan penjelasan yang cukup sebelum dlakukan

    pemasangan IUD.

    c. Komplikasi Dari Efek Samping IUD

    Adapun komplikasi yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi IUD,

    yaitu:

    1) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan

    (Handayani, 2010).

    2) Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang

    memungkinkan penyebab anemia (Handayani, 2010)

    3) Perforasi dinding uterus

    Perforasi uterus dapat terjadi pada saat insersi AKDR. Perforasi

    dapat partial dimana sebagian AKDR masuk ke dalam cavum

    abdomen (Handayani, 2010).

    Menurut (Emerett, 2014), umumnya perforasi terjadi sewaktu

    pemasangan IUD walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan

    hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus. Kemungkinan

    adanya perforasi harus diperhatikan apabila apda pemeriksaan dengan

    sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus.

    Jika ada kecurigaan kuat terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto

    rontgen. Hendaknya dilakukan histerografi untuk menetukan apakah IUD

    terletak didalam atau diluar rahim dan dapat ditentukan dengan USG

    trasvaginal dan transabdominal.

  • 26

    4) Infeksi

    IUD itu sendiri atau benangnya yang berada dalam vagina

    umumnyatidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang

    digunakan disuci hamakan, yakni tabung penyalur, pendorong dan

    IUD. Organisme mirip Actinomyres adalah bakteri yang ditemukan

    pada wanita yang menggunakan AKDR melalui pemeriksaan sitologi

    saat dilakukan penapisan terhadap serviks. Gejala infeksi bisa dilihat

    dari keluhan seperti gatal pada vagina, luka, rabas berbau tidak

    sedap dan nyeri. Wanita dapat memilih memakai AKDR sebagai

    suatu metode kontrasepsi dan kondom untuk melindungi mereka dari

    infeksi (Emerett, 2014).

    5) Kehamilan

    Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul

    cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban

    dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi.

    Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya

    masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena

    kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih

    kecil daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga uterus

    (Emerett, 2014).

  • 27

    d. Patofiologi Terjadinya Efek Samping Pada Pengguna IUD

    1) Perdarahan

    Perdarahan disebabkan adanya perlukaan pada dinding

    uterus setelah pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat,

    maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa

    saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan

    keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian

    pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak

    karena ketika haid, terjadi peluruhan dinding rahim.

    Proses ini menimbulkan perlukaan di dalam rahim,

    sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan

    menambah volume darah yang keluar pada masa haid IUD.

    Merupakan benda asing didalam rahim sehingga rahimperlu

    beradaptasi dengan kondisi ini. Masa adaptasi ini berlangsung

    selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan timbulnya

    bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih

    lama dan lebih banyak (Hartono, 2013).

    2) Infeksi

    Glassier (2016) menyebutkan kejadian infeksi

    padapemakai IUD adalah sekitar 1,4 sampai 1,6 kasus per 100

    wanita selama pemakaian. Infeksi terjadi pada saat insersi IUD,

    ada kuman-kuman yang masuk kemudian mempertahankan diri

  • 28

    dalam satu “kepompong” dan pada suatu saat dapat

    menimbulkan infeksi.

    3) Keputihan

    Pada keadaan normal, jamur dapat ditemukan dalam

    jumlah sedikit divagina, mulut rahim dan saluran pencernaan.

    Jamur disini hidup sebagai saprofit tanpa menimbulkan keluhan

    atau gejala (asimptomatis), jamur ini dapat tumbuh dengan

    variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik

    yaitu keadaan abnormal varisai pH yang luas, tetapi

    pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5.

    Penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis

    bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina ynag

    disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri

    anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai

    konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina yang dapat

    menjadikan vagina sabagai tempat yang sesuai bagi jamur

    untuk berkembang baik sehingga terjadi keputihan (Endang,

    2014).

    e. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Efek Saming Kontraepsi

    IUD

    1) Lama Pemakaian IUD

    Lama pemakian kontrasepsi IUD yaitu untuk Cu T 200 (daya

    kerja 3 tahun ), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya

  • 29

    kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T

    (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun)

    (Handayani, 2014).

    Resiko terjadinya efek samping pada pengguna kontrasepsi

    IUD meningkat dengan makin lamanya pemakaian kontrasepsi

    IUD. Pada pemakaian 5 tahun atau lebih resiko terjadinya

    infeksi meningkat 5 kali, apabila ditambah dengan partner

    seksual yang lebih dari satu atau sering berganti-ganti

    pasangan (Hartanto, 2014).

    2) Jenis IUD

    Jenis IUD menurut Handayani (2014) dikategorikan menjadi 2

    yaitu :

    a) AKDR non hormonal

    Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena

    berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai

    dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan

    logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang

    ditambah obat ataupun tidak.

    (1) Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:

    (a) Bentuk terbuka (oven device)

    Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring

    Coil, Multiload, Nova-T.

    (b) Bentuk tertutup (closed device

  • 30

    Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Berg Ring

    (2) Menurut tambahan atau metal

    (a) Medicatet IUD

    Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220

    (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun),

    Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya

    kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

    (b) Un Medicatet IUD

    Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-t Coil, Antigon.

    b) IUD yang mengandung hormonal

    IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :

    (1) Progestasert-T = Alza T

    (a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar

    benang ekor warna hitam

    (b) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,

    melepaskan 65 mc progesterone per hari

    (c) Tabung insersinya terbentuk lengkung

    (d) Teknik insersi : plunging (Modified Wifhdrawal)

    (2) LNG-20

    (a) Mengandung 46-60 mg Levanargestrel, dengan

    pelepasan 20 mcg perhari

    (b) Sedang di teliti di Finlandia

  • 31

    (c) Angka kegagalan kehamilan agak terendah :

  • 32

    berpengaruh, semakin elastis semakin besar kemungkinan

    ekspulsinya (Wiknjosastro, dkk. 2012).

    3) Umur

    Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir

    sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan

    menggunakan hitungan tahun (Chaniago, 2012).

    Umur merupakan salah satu faktor yang mmempengaruhi

    perilaku kesehatan seseorang. Umur merupakan variabel yang

    selalu diperhatikan dalma penyelidikan epidemiologi, angka

    kesakitan maupun kamatian dan hampir semua keadaan

    menunjukkan hubungan dengan umur. Umur juga sangat

    mempengaruhi terjadinya efek samping pada penggunaan

    kontrasepsi IUD, semakin tua usia, makin rendah angka

    kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.

    Sedangkan semakin muda usia terutama pada multigravida,maka

    semakin tinggi angka kejadian ekspulsi dang pengangkutan atau

    pengeluaran IUD (Hartanto, 2013).

    4) Pendidikan

    Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

    mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

    masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh

    pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin

    mudah untuk dapat menyerap pengetahuan.pendidikan

  • 33

    merupakan unsur karakteristik personal yang sering dihubungkan

    dengan derajatkesehatan seseorang/masyarakat. Semakin tinggi

    pendidikan seseorang, maka akan semakin mudak untuk

    mneyerap informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya

    seseorang untuk menyerap informasi akan berpengaruh terhadap

    pembentukkan perilaku baru yang lebih sehat (Notoatmodjo,

    2012).

    Pendidikan adalah salah satu faktor penentu gaya hidup dan

    status kehidupan seseorang dalam masyarkat. Tingkat pendidikan

    yang dimiliki akseptor IUD mempunyai pengaruh yang kuat pada

    perilaku reproduksi. Pada umunya orang yang mempunyai

    pendidikan rendah, cenderung memiliki pengetahuan yang

    kurang, termasuk dalam menjaga kebersihan personal

    hygienenya (Hartanto, 2013).

    5) Pekerjaan

    Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

    untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

    Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara

    mencari nafkah, berulang dan banyak tantangan. Pekerjaan

    adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dengan

    berbagia tujuan. Pekerjaan dilakukan oleh seseorang biasanya

    untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orang yang memiliki pekerjaan

    yang lebih layak guna pemenuhan semua kebutuhan hidupnyan

  • 34

    juga memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kesehatan

    dan perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada orang yang

    memiliki tingkat pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi

    memiliki kebutuhan hidup yang sama, oleh sebab itu seseorang

    yang memiliki pekerjaan yang layak akan lebih memperhatikan

    perilaku kesehatan untuk diri sendiri dan lingkungannya

    (Swandani, 2011). Beban pekerjaan akseptor IUD yang berat

    dapat menyebabkan terjadinya ekspulsi (pengeluaran sendiri)

    pada pengguna kontrasepsi IUD (Wiknjosastro, dkk. 2012)

    6) Perilaku personal hygiene

    Personal hygiene merupakan komponen hygiene perorangan

    yang memegang perenan penting dalam status perilaku

    kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan

    pada fungdi alat reproduksi. Faktor personal hygiene yang

    mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan atau terjadinya efek

    samping seperti infeksi pada akseptor KB IUD adalah

    pengetahuan, status sosial dan body image. Faktor tersebut akan

    berinteraksi satu sama lainnya sehingga mempengaruhi penyakit

    infeksi pada seseorang dan akan menyebabkan tingginya angka

    kematian ibu. Menjaga kebersihan daerah kewanitaan sangat

    penting diperhatikan.

    Cara membersihkan daerah kewanitaan sangat penting

    diperhatikan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang baik

  • 35

    ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus

    diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan kita, terutama

    setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari

    arah dean ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan

    sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka

    kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat

    masuk ke dalam vagina.

    Pada saat membersihkan daerah kewanitaan, tidak perlu

    dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche

    karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang

    menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya

    gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi

    yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah

    dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa

    sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang

    tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harrus

    dikeringkan dengan handuk atau tissue (Tarwoto dan Wartonah,

    2014).

    3. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

    a. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

  • 36

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian

    besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

    (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

    Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

    didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers

    (1974) mrngungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

    perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi

    proses yang berurutan, yang disebut AIETA (Awareness,Interest,

    Evaluation, Trial, Adaption) yaitu:

    1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari

    dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

    (objek).

    2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

    tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

    3) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan

    tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

    responden sudah lebih baik lagi.

    4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

    sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  • 37

    5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai

    dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

    stimulus (Notoatmodjo, 2012).

    b. Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam

    tingkatan, yaitu :

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan

    tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah.

    2) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

    dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

    benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

    harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

    menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

    yang dipelajari.

    3) Aplikasi (Aplication)

  • 38

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

    (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

    atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip,

    dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    4) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

    atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi

    masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

    kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

    dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

    menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    5) Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam

    suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

    sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi–formulasi yang ada.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

    objek.Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

  • 39

    yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria

    yang ada (Notoatmodjo, 2012).

    c. Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

    wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

    akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

    pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

    sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo,

    2012).

    d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut

    Notoatmodjo (2012) :

    1) Faktor Internal

    a) Pendidikan

    Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip

    oleh Notoatmojo (2012) mendefinisikan bahwa pendidikan

    adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan

    bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada

    kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan

    lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk

    menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar

    sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  • 40

    b) Minat

    Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

    keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

    pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari

    seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

    berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

    c) Pengalaman

    Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

    seseorang (Azwar, 2014), mengatakan bahwa tidak

    adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek

    psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap

    objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap

    pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

    kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

    pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

    melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih

    mendalam dan lama membekas.

    d) Usia

    Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

    berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan

    dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

    dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

    seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

  • 41

    daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

    Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan

    jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam

    menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi

    (Azwar, 2014).

    2) Faktor Eksternal

    a) Ekonomi

    Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,

    keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah

    tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status

    ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

    akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat

    disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

    b) Informasi

    Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

    sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

    mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru

    bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-

    pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila

    arah sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya digunakan

    untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap

  • 42

    suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku,

    biasanya digunakan melalui media masa.

    c) Kebudayaan/Lingkungan

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

    mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan

    kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

    untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

    mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

    atau sikap seseorang.

    4. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

    a. Pengertian IUD

    Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya

    kehamilan (Wiknjosastro, dkk. 2012). Alat Kontrasepsi Dalam

    Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral dalam

    bahasa sehari – hari yang digunakan di dalam masyarakat adalah

    suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang

    sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai

    oleh semua perempuan usia reproduktif untuk tujuan kontrasepsi

    (Handayani, 2014).

    IUD merupakan alat kontrasepsi yang dibuat dari benang

    sutera atau logam serta terdapat penambahan bahan–bahan

    seperti tembaga, seng, magnesium, timah,

  • 43

    progessteron.Penambahan bahan–bahan tersebut ditujukan untuk

    mempertinggi efektivitas IUD (Wiknjosastro, dkk. 2012).

  • 44

    B. Landasan Teori

    Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

    (affectiv) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

    yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

    menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh,

    perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Ada

    segi yang disadari dari kecemasan itu sendiri seperti rasa takut, tidak

    berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain itu juga segi–segi

    yang terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan

    yang tidak menyenangkan (Jadman, 2015).

    Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan

    perilaku seseorang, baik normal maupun menyimpang. Dampak negatif

    dari kecemasan adalah terjadinya drop out dan ketidaknyamanan dalam

    penggunaaan IUD. Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa

    faktor yang terkait meliputi hal berikut (Stuart dan Sundeen, 2015):

    potensi stresor, maturasi (kematangan), status pendidikan dan status

    ekonomi, tingkat pengetahuan, keadaan fisik, tipe kepribadian, sosial

    budaya, lingkungan atau situasi, usia, jenis kelamin. Bernadus (2012),

    juga menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan

    dengan kecemasan terhadap efek samping penggunaan IUD antara lain

    pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan

    persetujuan pasangan.

  • 45

    Pendapat Wangmuba (2014) bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi kecemasan, antara lain (1) Usia dan tahap perkembangan,

    pengetahuan, stress yang ada sebelumnya, dukungan sosial, kemampuan

    mengatasi masalah (coping), lingkungan budaya dan etnis, kepercayaan .

    Tingkat kecemasan, yaitu cemas ringan (mild anxiety), cemas sedang

    (moderate anxiety), Cemas berat (severe anxiety), panik. Kecemasan

    dapat teratasi, salah satunya melalui kepercayaan diri.

    Menurut Sullivan (2013), kepercayaan diri merupakan asek penting

    dalam kepribadian seseorang dalam menghadapi kecemasan. Dimana

    kepercayaan diri merupakan jawaban atas kecemasan yang dialami oleh

    seseorang tersebut. Disamping itu, keamanan menjadi salah satu faktor

    yang dapat membantu individu menghindari atau memperkecil

    kecemasan. Hal-hal yang termaasuk dalam keamanan yaitu meliputi

    sublimasi, kurang perhatian yang selektif, dan terpisah.

    Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat

    mempengaruhi perilaku PUS dalam pemilihan alat kontrasepsi. Pasangan

    usia subur yang memiliki pengetahuan baik tentang kontrasepsi IUD dapat

    menghilangkan kecemasan dalam penggunaan kontrasepsi IUD,

    sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik dapat

    menambah kecemasan (Bobak, 2015).

    Calon akseptor maupun akseptor KB harus mengetahui efek

    samping maupun tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang dipakainya,

    terutama akseptor KB IUD. Hal ini diperlukan agar akseptor mampu

  • 46

    memecahkan masalah yang berhubungan dengan penatalaksanaan efek

    samping dari KB dan terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah

    penyesuaian diri. Pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi kelestarian peserta KB (Hartono, 2014).

  • 47

    C. Kerangka Teori

    a. Potensi stressor

    b. Maturasi (kematangan)

    c. Status pendidikan

    d. Status ekonomi

    e. Ttingkat pengetahuan

    f. Keadaan fisik

    g. Ttipe kepribadian

    h. Sosial budaya

    i. Lingkungan atau situasi

    j. Usia

    k. Jenis kelamin

    Kecemasan efek

    samping kontrasepsi

    IUD

    Gambar 1. Kerangka teori dimodifikasi dari Stuart dan Sundeen (2015); Jadman ( 2015); Bobak (2015); Bernadus (2012); Hartono, (2014)

    Persepsi tentang efek

    samping kontrasepsi

    IUD

  • 48

    D. Kerangka Konsep

    Ket:

    Variabel bebas (independent) : Pengetahuan akseptor IUD

    Variabel terikat (dependent) : Kecemasan efek samping

    kontrasepsi IUD

    E. Hipotesis Penelitian

    Ada hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek

    samping kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota

    Kendari Tahun 2017.

    Pengetahuan akseptor

    IUD

    Kecemasan efek samping

    kontrasepsi IUD

  • 49

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional

    dengan rancangan cross sectional, variabel penelitian diukur pada waktu

    yang bersamaan saat penelitian. Penelitian cross sectional yaitu jenis

    penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan akseptor

    IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD pada situasi atau

    kelompok subyek yang dilakukan bersamaan pada satu waktu (Nursalam,

    2013).

    Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional

    Akseptor IUD

    Pengetahuan Baik Tentang IUD

    Pengetahuan Kurang Tentang IUD

    Cemas akan efek samping

    IUD

    Tidak cemas akan efek

    samping IUD

    Cemas akan efek samping

    IUD

    Tidak cemas akan efek

    samping IUD

  • 50

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika Kendari pada bulan April hingga Mei tahun 2017.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua PUS yang

    menggunakan alat kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika Kendari yang berjumlah 141 PUS pada tahun 2016.

    2. Sampel dalam penelitian adalah PUS yang menggunakan alat

    kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.

    Penentuan jumlah sampel dengan rumus besar sampling yaitu

    Keterangan :

    n : besarnya sampel

    N : populasi

    d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)

    Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)

    p : perkiraan populasi yang diteliti (0,05)

    q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)

    (Notoatmodjo, 2012)

  • 51

    Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 48 PUS yang

    menggunakan IUD. Teknik pengambilan sampel secara accidental

    sampling.

    Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dan sebagai berikut:

    1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

    a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani

    lembar persetujuan.

    b. PUS yang menggunakan IUD.

    2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

    a. PUS berpindah tempat tinggal.

    C. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat (dependent) yaitu kecemasan efek samping IUD.

    2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan tentang IUD.

  • 52

    D. Definisi Operasional

    1. Pengetahuan tentang IUD adalah kemampuan responden untuk

    mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan

    dengan IUD. Skala ukur adalah ordinal.

    Kriteria objektif

    a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%

    b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56-75%

    c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar

  • 53

    E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

    Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari wawancara pada

    PUS yang menggunakan IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

    pada bulan April tahun 2017.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

    kuesioner tentang pengetahuan IUD dan kecemasan efek samping IUD.

    Pengetahuan IUD terdiri dari 20 pertanyaan yang terdiri dari 10

    pertanyaan favorable dan 10 pertanyaan unfavorable. Kecemasan efek

    samping IUD diukur menggunakan skala kecemasan menurut hamilton

    rating scale for axienty (HRS-A) yang terdiri dari tidak cemas (skor

  • 54

    G. Alur Penelitian

    Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:

    Gambar 5 : Alur penelitian

    H. Pengolahan dan Analisis Data

    a. Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Editing

    Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

    telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

    pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

    Populasi

    PUS yang menggunakan IUD di RS Dewi yang berjumlah 141 PUS

    Sampel

    PUS yang menggunakan IUD yang berjumlah 48 PUS

    Pengumpulan data

    Analisis data

    Pembahasan

    Kesimpulan

  • 55

    2. Coding

    Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

    dengan petunjuk.

    3. Tabulating

    Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

    pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk

    tabel distribusi.

    b. Analisis data

    1. Univariabel

    Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

    uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:

    Keterangan :

    f : variabel yang diteliti

    n : jumlah sampel penelitian

    K: konstanta (100%)

    X : Persentase hasil yang dicapai

    2. Bivariabel

    Analisis Bivariabel, menganalisis hubungan variabel

    bebas (pengetahuan) dengan variabel terikat (kecemasan).

    Uji statistik yang digunakan adalah chi-square pada tingkat

    Kxn

    fX

  • 56

    kemaknaan p=0.05, untuk melihat besarnya risiko terjadinya

    efek (outcome) dengan confidence interval (CI) 95%.

    Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan rumus:

    Keterangan:

    X2 = Chi-Square

    O = Nilai Observasi

    ∑ = Jumlah Data

    E = Nilai yang diharapkan

    Jika nilai p≤0,05 berarti ada hubungan antara hubungan

    pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping

    kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun

    2017 dan jika p≥0,05 berarti tidak ada hubungan

    pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping

    kontrasepsi IUD.

  • 57

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Letak Geografis

    RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere

    Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota

    Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena

    berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan

    mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi

    jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :

    a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

    b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean

    c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

    d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

    2. Lingkungan fisik

    RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624

    m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari

    selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

    dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik

    bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

    memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

    masyarakat Kota Kendari.

  • 58

    3. Status

    RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan

    tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota

    Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka

    rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan

    dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

    sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari

    telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah

    sakit type D.

    4. Organisasi dan Manajemen

    Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.

    Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh

    kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya

    Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4

    (empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan

    Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang

    Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.

    a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim

    1) Kasir/Juru Bayar

    2) Administrasi Klaim

    b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

    1) Instalasi Gawat Darurat

  • 59

    2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

    3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)

    4) Instalasi Gizi

    5) Instalasi Farmasi

    6) Kamar Operasi

    7) Rekam Medik

    8) HCU

    9) Ruang Sterilisasi, dll

    c. Kepala Bidang Penunjang Medis

    1) Laboratorium

    2) Radiologi

    d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi

    1) Perlengkapan

    2) Keamanan

    3) Kebersihan

    Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang

    sifatnya kemitraan yakni :

    a. Komite Medik, dan

    b. Satuan Pengawasan Intern

    5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

    Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

    upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

    penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan

  • 60

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan upaya rujukan.

    Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut

    diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :

    a. Menyelenggarakan pelayanan medik

    b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

    c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

    d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

    e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

    f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

    6. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai

    berikut :

    a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,

    Kelas 3 dengan fasilitasnya

    b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

    sebagai cadangan

    c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

    bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

    d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

    fasilitas Internet (Wi Fi)

    e. Alat Pemadam kebakaran

    f. Pembuangan limbah

  • 61

    g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

    juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat

    pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

    mobil pengangkut sampah.

    h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

    dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.

    i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

    7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

    Kendari adalah sebagai berikut :

    a. Pelayanan medis

    1) Instalasi Gawat Darurat

    2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik

    Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik

    Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,

    Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.

    3) Instalasi Rawat Inap

    a) Dewasa/Anak/Umum

    b) Persalinan

    4) Kamar Operasi

    a) Operasi Obsgyn

    b) Bedah umum

    5) HCU

  • 62

    b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,

    laboratorium, instalasi gizi, ambulance

    c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry

    8. Fasilitas Tempat Tidur

    Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

    adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam beberapa

    kelas perawatan yakni sebagai berikut

    Tabel 1.

    Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Ruangan Jumlah

    VIP

    Kelas I

    Kelas II

    Kelas III/Bangsal/Intenal

    UGD

    Ruang Bersalin

    14

    10

    12

    37

    11

    7

    Jumlah 91

    Sumber : Data Primer

    9. Sumber Daya Manusia (SDM)

  • 63

    Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160

    terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan

    sebagai berikut

    Tabel 2

    Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin

    Tetap Tidak Tetap L P

    Tenaga Medis

    Dokter Spesialis Obgyn

    1

    1

    2

    -

    Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -

    Dokter Spesialis Interna - 1 1 -

    Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -

    Dokter Spesialis PK - 1 - 1

    Dokter Spesialis Anak - 1 - 1

    Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -

    Dokter Spesialis THT - 1 - 1

    Dokter Spesialis Mata - 1 1 -

    Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -

    Dokter Gigi Anak - 1 - 1

    Dokter Umum - 3 3 -

    Paramedis

    1. S1 Keperawatan/Nurse

    2. D IV Kebidanan

    26

    5

    -

    2

    10

    -

    16

    7

  • 64

    3. D III Bidan

    4. D III Keperawatan

    43

    56

    -

    -

    -

    11

    43

    45

    Tenaga Kesehatan Lainnya

    1. Master Kesehatan

    2. SKM

    3. Apoteker

    4. D III Farmasi

    5. S 1 Gizi

    6. D III Analis Kesehatan

    -

    1

    1

    1

    1

    3

    -

    1

    2

    1

    -

    -

    -

    1

    1

    -

    -

    1

    -

    1

    1

    2

    1

    2

    Non Medis

    1. DII/Keuangan

    2. Diploma Komputer

    3. SLTA/SMA/SMU

    1

    1

    11

    -

    -

    -

    -

    -

    2

    1

    1

    9

    Jumlah 67 19 24 60

    Sumber : Data Primer

    10. Sumber Pembiayaan

    Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :

    a. Pengelolaan Rumah Sakit

    b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari

  • 65

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan

    kecemasan efek samping kontrasepsi IUD telah dilaksanakan di Rumah Sakit

    Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan April hingga Mei tahun 2017.

    Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi IUD di

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari berjumlah 48 PUS. Data yang

    telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24.

    Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang disertai

    penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel. Hasil

    penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

    1. Analisis Univariabel

    Analisis univariabel merupakan analisis yang dilakukan untuk

    memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel

    yang diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas yang kemudia

    ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel pada penelitian

    ini, yaitu analisis karakteristik responden, pengetahuan tentang iud, kecemasan

    efek samping kontrasepsi IUD. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:

    a. Karakteristik Responden

    Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri

    responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lainnya.

    Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur responden,

    pendidikan, paritas, jenis KB sebelumnya. Karakteristik responden dapat dilihat

    pada tabel 3.

  • 66

    Tabel 3

    Karakteristik Responden

    Karakteristik Jumlah

    N %

    Umur

    35 tahun

    0

    46

    2

    0

    95,8

    4,2

    Pendidikan

    SD

    SMP

    SMA

    PT

    3

    6

    18

    21

    6,3

    12,5

    37,5

    43,8

    Paritas

    Primipara

    Multipara

    Grande Multipara

    16

    30

    2

    33,3

    62,5

    4,2

    Jenis KB Sebelumnya

    Pil

    Suntik

    10

    38

    20,8

    79,2

    Sumber: Data Primer

  • 67

    Data yang diperoleh tentang karakteristik responden pada

    penelitian ini adalah umur responden yang terbanyak adalah berumur 20-

    35 tahun sebanyak 46 ibu (95,8%), berpendidikan perguruan tinggi

    sebanyak 21 ibu (43,8%), multiparitas sebanyak 30 orang (62,5%), jenis

    kontrasepsi yang pernah digunakan adalah suntik sebanyak 38 orang

    (37,5).

    Kesimpulan yang diperoleh dari karakteristik responden yaitu

    sebagian besar usia responden dalam usia reproduksi sehat,

    berpendidikan tinggi, pernah melahirkan sebelumnya dan jenis

    kontrasepsi yang pernah digunakan adalah suntik.

    b. Pengetahuan Akseptor IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

    Tahun 2017

    Pengetahuan tentang IUD adalah kemampuan responden untuk

    mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan

    IUD. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik (skor

    76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%), pengetahuan kurang (skor

  • 68

    Kurang 10 20,8

    Total 48 100

    Sumber : Data Primer

    Distribusi pengetahuan PUS terbanyak pada pengetahuan baik sebanyak

    22 PUS (45,8%) dan tersedikit pada pengetahuan kurang sebanyak 10 PUS

    (20,8%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan

    akseptor KB berpengetahuan baik tentang IUD.

    c. Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika

    Tahun 2017

    Kecemasan efek samping IUD adalah kondisi dimana seseorang

    mengalami perasaan tegang, takut dan khawatir berlebihan. yang dirasakan

    oleh akseptor IUD karena adanya efek samping IUD. Pengukuran kecemasan

    pada penelitian ini menurut hamilton rating scale for axienty (HRS-A) yang terdiri

    dari tidak cemas (skor

  • 69

    Cemas Sedang 8 16,7

    Cemas Berat 0 0

    Cemas Berat Sekali 0 0

    Total 48 100

    Sumber : Data Primer

    Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 48 PUS, responden yang tidak

    mengalami kecemasan sebanyak 21 PUS (43,8%) yang tidak mengalami

    kecemasan, kecemasan ringan sebanyak 19 PUS (39,6%) dan kecemasan

    sedang sebanyak 8 PUS (16,7%). Tidak ada satupun responden yang

    mengalami kecemasan berat dan berat sekali. Kesimpulan dari hasil penelitian ini

    adalah sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan akan efek

    samping IUD.

    2. Analisis Bivariabel

    Analisis bivariabel merupakan analisis lanjutan dari analisis

    univariabel. Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan

    dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

    hubungan antara variabel independen (kategorik) dengan variabel

    independen (kategorik) dapat digunakan Uji Kai Kuadrat atau Chi Square.

    Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan

    pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi

    IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017. Hasil analisis dapat

    dilihat pada tabel 6.

  • 70

    Tabel 6

    Hubungan Pengetahuan Akseptor IUD Dengan Kecemasan Efek Samping

    Kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

    Tahun 2017

    Pengetahuan

    Kecemasan Efek Samping IUD

    p X2hitung Tidak

    Cemas

    Cemas

    Ringan

    Cemas

    Sedang

    n % n % n %

    Baik 15 31,3 5 10,4 2 4,2 0,009 13,5

    Cukup 4 8,3 10 20,8 2 4,2

    Kurang 2 4,2 4 8,3 4 8,3

    Sumber: Data Primer

    p

  • 71

    Penelitian tentang hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan

    kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota

    Kendari telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2017. Hasil

    penelitian menyatakan bahwa PUS yang menggunakan IUD sebagian

    besar dalam usia reproduksi sehat (20-35 tahun), berpendidikan tinggi,

    pernah melahirkan sebelumnya dan jenis kontrasepsi yang pernah

    digunakan adalah suntik. Hal ini berarti bahwa PUS di Dewi Sartika telah

    sesuai dengan teori Hartanto (2014) bahwa usia ideal untuk menggunakan

    alat kontrasepsi adalah pada usia reproduksi.

    Hasil penelitian menyatakan sebagian besar PUS yang menggunakan

    IUD adalah berpendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo

    (2012) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

    mudah PUS untuk dapat menyerap informasi yang diperoleh sehingga

    sadar akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.

    Akseptor KB IUD di RSU Dewi Sartika sebagian besar telah memiliki

    anak lebih dari satu, hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2014) bahwa

    semakin banyak anak maka akseptor sebaiknya menggunakan alat

    kontrasepsi jangka panjang. Namun, ada juga akseptor KB IUD yang baru

    memiliki anak satu sudah mengunakan KB IUD. Berdasarkan wawancara

    peneliti pada beberapa responden, alasan menggunakan IUD karena para

    responden belum mau melahirkan dalam 2 hingga 3 tahun lagi sehingga

    menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, selain itu akseptor telah

  • 72

    mengerti tentang kurangnya efek samping bila menggunakan IUD

    dibandingkan menggunakan suntik dan pil KB.

    Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan

    akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU

    Dewi Sartika Kota Kendari. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

    penelitian Suharti (2010) menyatakan ada hubungan antara pengetahuan

    dan kecemasan akseptor dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD.

    Semakin baik pengetahuan maka akseptor tidak merasa cemas.

    Penelitian yang dilakukan oleh Bernadus (2012), juga menyatakan

    bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan

    terhadap efek samping penggunaan IUD antara lain pengetahuan,

    pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan

    pasang