Hubungan Kunjungan Ke Posyandu Dengan Status

download Hubungan Kunjungan Ke Posyandu Dengan Status

of 26

Transcript of Hubungan Kunjungan Ke Posyandu Dengan Status

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Posyandu a. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.(Wahid Iqbal, 2009) Posyandu merupakan jenis Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang paling memasyarakat dewasa ini. Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB (Keluarga Berencana), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare, terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi/balita. (Wiku Adisasmito, 2007) A.A. Gde Muninjaya (2004) mengatakan: Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu). 9

10

Dari ketiga pengertian tentang Posyandu di atas, dapat disimpulkan bahwa posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk kepentingan dan keuntungan masyarakat itu sendiri dibawah naungan puskesmas setempat.

b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu Menurut Wiku Adisasmito (2007) yang dikutip dalam bukunya Sistem Kesehatan, bahwa Posyandu memiliki beberapa tujuan pokok, tujuan pokok dari Posyandu adalah untuk: 1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak 2) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan Index Mortality Rate (IMR) 3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat 4) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi 5) Meningkatkan dan pembinaan peran serta mesyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

11

c. Sasaran Posyandu Wahid Iqbal (2009) memaparkan bahwa Sasaran dalam pelayanan posyandu antara lan: bayi berysia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur.

d. Kegiatan posyandu Poyandu memiliki kegiatan-kegiatan dasar yang harus dilaksanakan, menurut Wahid Iqbal (2009) kegiatan posyandu antara lain: 1) Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) a) Kesehatan ibu dan anak b) Keluarga berencana c) Imunisasi d) Peningkatan gizi e) Penanggulangan diare 2) Tujuh Kegiatan Posyanidu (Sapta Krida Posyandu) a) Kesehatan ibu dan anak b) Keluarga berencana c) Imunisasi d) Peningkatan gizi e) Penanggulangan diare f) Sanitasi dasar g) Penyediaan obat esensial

12

e. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Berikut ini pelayanan kesehatan yang terdapat dalam posyandu 1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita a) Penimbangan bulanan b) Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang c) Imunisasi bayi 3-14 bulan d) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama 2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur a) Pemeriksaan kesehatan umum b) Pemeriksaan kehamian dan nifas c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah d) Imunisasi TT untuk ibu hamil e) Penyuluhan kesehatan dan KB f) Pemberian alat kontrasepsi KB 3) Pemberian oralit pada ibu yang terkena penyakit diare 4) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama 5) Pertolongan pertama pada kecelakaan

13

g. Kunjungan Ibu Balita di Posyandu Keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih. Peran serta ibu dalam menimbangkan balitanya ke Posyandu dilihat berdasarkan frekuensi kehadiran balita dalam kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur jika frekuensi penimbangan minimal 8 (delapan) kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur jika frekuensi penimbangan kurang dari 8 (delapan) kali dalam satu tahun (Depkes RI, 2004). Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali per tahun. Untuk itu kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jateng, 2007) Sehingga dapat disimpulakan bahwa ibu balita dapat dikatakan berperan serta baik dalam kegiatan posyandu yaitu jika dalam frekuensi minimal 8 kali pertahun atau lebih, dan sebaliknya ibu balita dikatakan berperan serta buruk atau kurang baik yaitu jikan kunjunngannya ke posyandu kurang dari 8 kali pertahun.

14

2. Konsep Dasar Gizi dan Status Gizi a. Definisi Gizi dan Status Gizi 1). Definisi Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.(I Dewa Nyoman Supariasa, 2002) Menurut kamus gizi (2009), gizi berasal dari bahasa Arab Al Ghizzal yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan, sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Jadi dapat disimpulkan dari kedua pengertian diatas, bahwa gizi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makanan yang hubungannya dengan kesehatan manusia.

2). Definisi Status Gizi Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu pada balita. (I Dewa Nyoman Supariasi, 2002). Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002)

15

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. (Permaesih, 2007) Bedasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas mengenai status gizi, dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan keadaan seimbang antara asupan zat gizi yang masuk (intake) dan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

b. Pengukuran Status Gizi pada Anak Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi pada anak/balita, seperti yang diungkapkan oleh salah satu dosen Jurusan Gizi dalam bukunya Pedoman Pengukuran Penilaian Status Gizi (PSG) (Holil, 2010). Dari seluruh penilaian yang ada untuk menentukan status gizi, secara keseluruhan dikelompokan dalam dua kategori, diantaranya: 1) Metoda Langsung a) Antropometri: mengukur keadaan tubuh manusia. Berasal dari kata antropo yang berarti manusia dan metri adalah ukuran. Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia, misal: berat, tinggi, ukuran kepala, lingkaran dada, lingkaran lengan atas, dll. b) Biokimia: mengukur status gizi dengan peralatan laboratorium kimia, misal: mengukur status yodium dengan memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan darah, dll.

16

c) Biofisik: memeriksa bagian tubuh (jaringan tubuh) tertentu. Misal: pap smear, radiologi, rontgen. d) Klinik: mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan bagianbagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala yang muncul akibat kekurangan/kelebihan gizi. Pemeriksaan linik biasanya dilakukan dengan bantuan perabaan, pendengaran, pengetokan, penglihatan, dll. Misal: pemeriksaan pembesaran kelenjar gondok akibat kekurangn iodium. 2) Metode tidak langsung Yang tergolong dalam kelompok ini adalah : a) Mengukur konsumsi makanan b) Ekologi, berdasarkan pada lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya. c) Vital statistik: data-data kesakitan, kematian, dll.

c. Pengukuran Secara Antropometri Menurut Supariasa (2002), di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut.

17

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: 1) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita ukur, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah. 2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit. Berbeda dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia, apabilaterjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang relatif mahal dan rumit. 3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu. 4) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya. 5) Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut off point) dan baku rujukan yang sudah pasti. 6) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususunya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

d. Jenis Parameter Antropometri

18

Menurut Supariasa (2002) parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, dll 1) Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasn umur digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month) 2) Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpentin dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin. 3) Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran tinggi badan untuk balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (mictotoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

19

e. Indeks Antropometri Menurut Holil (2010), indeks antropometri terdiri dari Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) 1) Indeks (BB/U) Merupakan indikator yang sensitif dalam memberikan gambaran tentang adanya gangguan pertumbuhan secara umum. Kelebihan indeks BB/U a) Sensitif menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan b) Lebih mudah dimengerti masyarakat c) Dapat untuk mengukur status gizi akut dan kronis d) Berat badan dapat berfluktuasi e) Sensitif terhadap perubahan kecil f) Dapat mendeteksi kegemukan Kelemahan indeks BB/U a) Tidak spesifik, bisa karena kronis atau akut b) Interpensi yang keliru bila terdapat edema c) Memerlukan data umur yang akurat d) Terkadang umur sulit ditaksir dengan tepat e) Kesalahan pengukuran, seperti pakaian atau gerakan 2) Indeks TB/U Indeks TB/U merupakan indikator antropometri yang sensitif dalam memberikan gambaran tentang gangguan pertumbuhan. Indeks ini juga

20

spesifik dalam memberikan gambaran tentang masalah gizi yang bersifat kronis (asupan gizi/masalah gizi yang lalu), tetapi tidak untuk masalah gizi yang bersifat akut. Kelebihan TB/U a) Spesifik menunjukan adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat kronis/status gizi masa lampau b) Sensitif menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan c) Alat ukur panjang/tinggi mudah dibuat Kelemahan TB/U a) Tidak untuk menilai gangguan pertumbuhan yang bersifat akut b) Perubahan tinggi badan lambat, tidak mungkin turun c) Pengukuran tinggi badan relatif sulit, perlu asisten d) Perlu ketepatan umur

3) Indeks BB/TB Indeks BB/TB merupakan indikator antropometri yang sensitif dalam memberikan gambaran tentang gangguan pertumbuhan. Indeks ini juga spesifik dalam memberikan gambaran tentang masalah gizi yang bersifat akut, tetapi tidak untuk masalah gizi yang bersifat kronis.

21

Kelebihan BB/TB a) Sensitif menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan b) Spesifik menunjukan adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat akut c) Tidak memerlukan data umur d) Dapat membedakan proporsi (gemuk, normal, dan kurus) Kelemahan BB/TB a) Tidak untuk menilai gangguan pertumbuhan yang bersifat kronis b) Tidak dapat membedakan gambaran tinggi/pendek c) Relatif lama saaat dilakukan pengukuran karena perlu 2 alat ukur d) Perlu 2 orang untuk melakukan pengukuran e) Kesalahan pembacaan hasil pengukuran

f. Pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) 1). Definisi KMS Menurut Depkes RI (2003), KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

22

KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes RI, 2003).

3). Cara Memantau Pertumbuhan Balita Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2003). a) Balita naik berat badannya bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

23

GAMBAR. 1 Indikator KMS Bila Balita Naik Berat Badan b). Balita tidak naik berat badannya bila garis pertumbuhannya turun, mendatar, atau naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

GAMBAR. 2 Indikator KMS bila Balita Tidak Naik Berat Badannya c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

24

GAMBAR. 3 Indikator KMS bila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

GAMBAR. 4 Indikator KMS bila Berat Badan Balita tidak Stabil

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

25

Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

f. Perhitungan dan Klasifikasi Status Gizi Menurut kesepakatan para Ahli Gizi yang tercantum dalam buku Supariasa (2002). Perhitungan status menggunakan standar rujukan WHO-NCHS yaitu terdapat 3 cara antara lain; persentil, persen terhadap median, dan Z-skor atau SD. Tetapi berdasarkan Semiloka Antropometri (1991) di Indonesia menggunakan perhitungan Z-skor untuk menentukan status gizi. Perhitungannya dengan rumus: Z-SCOR = Nilai Individu Nilai Median Baku Rujukan (lihat di lampiran) Nilai Simpang Baku Rujukan

dengan klasifikasi status gizi: INDEK Berat Badan Menurut Umur (BB/U) STATUS GIZI Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Normal Pendek (Stunted) Gemuk Normal Kurus (Wasted) KETERANGAN 2 SD -2 sampai + 2 SD < -2SD sampai -3SD < -3 SD -2 sampai + 2 SD < -2 SD 2 SD -2 sampai +2 SD < -2 sampai 3 SD

26

Sangat kurus

< -3 SD

TABEL.1Klasifikasi Status Gizi menurut WHO-NCHS

g. Peran Posyandu dalam Peningkatan Status Gizi Peran posyandu dalam peningkatan status gizi tercermin dalam programprogram puskesmas dalam upaya-upaya peningkatan status gizi. Di tulis dari hasil pengamatan penulis pada saat melakukan RIFASKES (Riset Fasilitas Kesehatan Oktober 2011) di 20 Puskesmas Kabupaten Polewali Mandar. Salah satu fungsi utama program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas adalah mempersiapkan, memelihara dan mempertahakan agar setiap

orang mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap petugas dalam melaksanakan program gizi dilakukan dengan cara yang baik dan benar sesuai komponen-kompoen yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas. Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, semesteran (6 bulan sekali) dan tahun (setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan

27

masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas. Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah 1) Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6 bulan 2) Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. 3) Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet) selama masa kehamilan. 4) Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas 5) Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan yang dilakukan bulanan adalah 1) Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita. 2) Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

28

Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali) Pemberian Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada

adalah balita

adalah pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus. Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah) 1) Pemantauan Status Gizi balita 2) Pemantaun konsumsi gizi 3) Pemantauan penggunaan garam beryodium (Arali, 2011)

3. Konsep Dasar Balita

a. Definisi Balita Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia, diunduh tanggal 19 Maret 2012).

29

b. Kebutuhan Nutrisi pada Balita Nutrisi adalah semua makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh baik untuk mempertahankan keseimbangan

metabolisme ataupun sebagai pembangun (Moehiji, 2002) Sejak lahir, nutri untuk bayi sebaiknya diberikan ASI Ekslusif, mulai bayi hingga 6 bulan. Teruskan pemberian ASI , juga berikan makanan tambahan mulai anak umur 6 bulan hingga 2 tahun atau lebih (WHO, 2009) Makanan anak usia 1 tahun belum banyak berbeda dengan makanan waktu kurang dari 1 tahun. Makanan masih berbentuk lunak baik, nasi, sayur dan lauk pauk seperti daging hendaknya dimasak sedemikian rupa sehingga anak mudah mengunyah. Makanan anak setelah mencapai umur 3 tahun lebih banyak makanan padat. Makanan anak yang berusia 3-5, tetap sama dengan anak sebelumnya, tetapi kebutuhan protein dapat diambil dari makanan sumber hewani. (Ageng & Weni, 2010)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Balita

UNICEF pada tahun 1990 mulai memperkenalkan model konseptual tentang tumbuh kembang anak (Bagan 1). Model UNICEF ini memperlihatkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan survival anak, diantaranya bagaimana peran pola asuh yang dilakukan oleh para perempuan terutama ibu terhadap tumbuh

30

kembang anak. Tumbuh kembang anak ditentukan oleh faktor yang bersifat langsung, tidak langsung dan faktor penyebab dasar yang bersifat makro atau umum (Engle et al. 1997). Faktor penyebab yang bersifat langsung meliputi tingkat konsumsi dan status kesehatan anak. Faktor penyebab yang tidak langsung, meliputi pengasuhan, ketahanan pangan rumah tangga, dan akses pelayanan kesehatan serta kesehatan lingkungan yang nantinya akan mempengaruhi intake konsumsi anak dan kesehatan anak dan seterusnya mempengaruhi survival anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh yang dilakukan yaitu meliputi pola asuh makan (pemberian ASI, intake gizi), pola asuh kesehatan (praktek hygiene, praktek kesehatan dirumah) dan pola asuh psikososial.

31

BAGAN.1 Model Interaksi Tumbuh-Kembang Anak TUMBUH-KEMBANG ANAK Kecakupan Makanan Keadaan Kesehatan

Sebab Langsung

Sebab tak Langsung

Ketahanan makanan Keluarga

Asuhan bagi ibu dan anak

Pemanfaatan Yankes dan Sanit.Lingk.

Pendidikan Keluarga

Keberadaan dan kontrol sumber daya keluarga: manusia, ekonomi, dan organisasi

Sebab Dasar

Super Struktur Politik dan Ideologi

Struktur Ekonomi

Potensi sumber daya Model Interelasi Tumbuh-Kembang Anak (Unicef 1992, Jonson 1992) Dalam buku Soetjiningsih, 2005

32

B. Kerangka Konsep Pendekatan konsep yang dipakai untuk mengamati fenomena ini adalah teori Jonsson (1992) dan salah satu dari lima kegiatan posyandu (Panca Krida). Jonsson menggambar ada 3 faktor penyebab yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya faktor yang bersifat dasar (Sumber daya keluarga), faktor penyebab yang bersifat tidak langsung meliputi pengasuhan, ketahanan pangan rumah tangga, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan faktor penyebab yang bersifat langsung meliputi tingkat konsumsi dan status kesehatan anak. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu penyebab dalam penentuan tumbuh kembang balita dalam hal ini berarti peningkatan status gizi balita, walaupun pemanfaatan pelayanan kesehatan bagian dari faktor penyebab tidak langsung. Selain itu, dari teori Jonsson dapat dihubungkan dengan salah satu kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu usaha peningkatan status gizi dengan kata lain apakah semakin sering ibu balita memanfaatkan pelayanan kesehatan atau posyandu dapat meningkatkan status gizi balita yang mana tergambar dalam salah satu dari lima kegiatan posyandu.

33

BAGAN.2 Kerangka Konsep Peneltian Unisef dan Johnson (1992)

Sebab Dasar Sumber Daya Keluarga Sebab tidak Langsung 1. Pengasuhan 2. Ketahanan pangan rumah tangga 3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan (kunjungan) dan sanitasi lingkungan Sebab Langsung1. Tingkat konsumsi

Panca Krida Posyandu

WHO-NCHS

1. kesehatan ibu dan anak Gizi Baik 2. keluarga berencanan 3. Imunisasi 4. Peningatan Gizi 5. Penanggulangan Diare Gizi Buruk Gizi Sedang Gizi Kurang

dan status2. Kesehatan anak.

Keterangan :

: Objek yang diteliti

: Objek yang tidak diteliti

Sumber: Model Interelasi Tumbuh-Kembang Anak (Unicef 1992, Jonson 1992) Dalam buku Soetjiningsih, 2005

34

C. Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada hubungan antara Kunjungan keluarga ke posyandu dengan status gizi Ha : Terdapat hubungan antara kunjungan keluarga ke posyandu dengan status gizi