Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2015 prevalensi kekurangan gizi seluruh dunia akan 17,6% dan jumlah penduduk kurang gizi akan dari negara-negara berkembang di Asia Selatan dan sub-sahara Afrika. Selain 29% akan terhambat pertumbuhan karena gizi buruk (Ananya Mandal, 2006). Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang 1

Transcript of Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

Page 1: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun

2015 prevalensi kekurangan gizi seluruh dunia akan 17,6% dan jumlah

penduduk kurang gizi akan dari negara-negara berkembang di Asia Selatan

dan sub-sahara Afrika. Selain 29% akan terhambat pertumbuhan karena gizi

buruk (Ananya Mandal, 2006).

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan

sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi di

setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,

dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan

masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat

permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa

selanjutnya terpenuhi (Dinkes, 2009).

Gambaran status gizi balita diawali dengan prevalensi gizi kurang pada

balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 % pada

tahun 2007 menurun menjadi 17,9 % pada tahun 2010 dan kemudian

meningkat lagi menjadi 19,6 % pada tahun 2013. Tidak berubahnya

prevalensi status gizi, kemungkinan besar belum meratanya pemantauan

pertumbuhan, dan terlihat kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah

1

Page 2: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

2

ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5 % pada tahun

2007 dan meningkat sebesar 34,3 % pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Posyandu memiliki keterkaitan dalam pembangunan manusia,

keterkaitan tersebut dapat dilihat dari upaya penurunan AKI dan AKB di

Indonesia. Menurut data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia)

pada tahun 2007, AKI di Indonesia adalah 228/100.000 KH, dan AKB

34/1.000 KH. Sedangkan pada tahun 2012 sampai 2014, AKI di Indonesia

adalah 359/100.000 KH, dan AKB 32/1.000 KH. Sementara target MDG’s

2015 yang harus dicapai Indonesia ialah AKI sebesar 102/100.000 KH dan

AKB sebesar 24/1000 KH. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa AKI dan

AKB masih sangat tinggi dikarenakan Indonesia gagal mencapai target

MDG’s 2015 untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan revitalisasi

posyandu dan penerapan manajemen yang baik pada posyandu sehingga

menimbulkan jalan keluar atas permasalahan AKI dan AKB tersebut. Tujuan

Posyandu untuk menurunkan AKB dan AKI ialah untuk meningkatkan usia

harapan hidup manusia di Indonesia (Harian Berita Kompas, Edisi 27 Mei

2014).

Menurut data dari profil dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2013,

jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan kabupaten atau kota sebanyak 3.765

orang dan gizi kurang sebanyak 19.792 orang. Dari hasil kegiatan

pemantauan status gizi balita yang dating ke Posyandu terlihat prevalensi gizi

kurang sebesar 18,6% dan gizi buruk 2,28% (Dinkes, 2013).

Page 3: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

3

Cakupan Balita ditimbang terhadap keseluruhan Balita yang ada (D/S)

di Pidie Jaya pada tahun 2012 mempunyai persentase 77 persen, meningkat

dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 63 persen. Jumlah tersebut juga lebih

baik jika dibandingkan target nasional yakni 70 persen. Balita yang ditimbang

merupakan salah satu upaya yang strategis mengingat pencapaiannya

menentukan penjaringan kondisi gizi Balita. Persentase balita dengan kondisi

gizi Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2012

sebesar 4,7 persen atau mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang

berjumlah hanya 3 persen (Dinkes Pidie Jaya, 2014).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Pidie Jaya tahun 2014, jumlah

kasus gizi buruk sebanyak 13% dan gizi kurang 67% balita. Berdasarkan data

dari Puskesmas Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015,

jumlah balita di Gampong Sagoe Langgien sebanyak 104 orang, diantaranya

yang mengalami gizi buruk 10 orang (9,6%), gizi kurang sebanyak 30 orang

(28%) dan gizi lebih sebanyak 20 orang (19,23%).

Berbicara tentang persepsi masyarakat terhadap Posyandu, tidak

terlepas dari peran penting Posyandu dalam meningkatkan status kesehatan

ibu dan anak. Demikian pula halnya dengan peran Posyandu dalam

peningkatan status gizi balita, tentunya tidak terlepas dari baik buruknya

kinerja posyandu dalam beberapa tugas pokoknya yang meliputi; pendataan

balita, penimbangan balita, pemberian makanan tambahan, distribusi vitamin

A.

Page 4: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

4

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

serangkaian penelitian dengan judul “Peran Posyandu Dalam

Meningkatkan Status Gizi Balita di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah “Peran Posyandu Dalam Meningkatkan

Status Gizi Balita Di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten

Pidie Jaya Tahun 2015”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana peran Posyandu dalam

meningkatkan status gizi balita di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui bagaimana peran Posyandu dalam meningkatkan status

gizi balita di tinjau dari segi pendataan dan penimbangan balita.

b. Mengetahui bagaimana peran Posyandu dalam meningkatkan status

gizi balita ditinjau dari segi pemberian makanan tambahan.

c. Mengetahui bagaimana peran Posyandu dalam meningkatkan status

gizi balita ditinjau dari segi distribusi vitamin A.

Page 5: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Responden

Sebagai bahan masukan dan wawasan dalam usaha mengubah pola pikir

terhadap pentingnya peran posyandu dalam meningkatkan status gizi

balita.

b. Dinas Kesehatan Pidie Jaya

Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan dalam

meningkatkan kinerja Posyandu yang berkaitan dengan gizi balita.

c. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang peran Posyandu

dalam meningkatkan status gizi balita.

d. Peneliti lainnya

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

penelitian lanjutan sehubungan peran Posyandu dalam meningkatkan

status gizi balita.

e. Institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat dapat menjadi masukan dan referensi

terhadap upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang peran posyandu

dalam meningkatkan gizi balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari luasnya permasalahan, penulis membatasi ruang

lingkup penelitian pada beberapa variabel yang menggambarkan peran

Page 6: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

6

Posyandu dalam meningkatkan status gizi balita di Gampong Sagoe

Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015. Penelitian ini

dilaksanakan di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie

Jaya. Variabel yang diteliti antara lain; pendataan dan penimbangan balita,

pemberian makanan tambahan, distribusi vitamin A. Sampel dalam penelitian

ini adalah orangtua yang memiliki balita di Gampong Sagoe Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

F. Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri atas VI (enam) bab yang disusun secara sistematis

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, mencakup latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri atas tinjauan umum tentang

topik/substansi yang diteliti dan kerangka teori.

BAB III : Kerangka konsep mencakup kerangka konsep, defenisi

operasional dan cara pengukuran variabel.

BAB IV : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan

sampel, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data

pengolahan data, analisa data dan penyajian data.

BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran

umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan .

BAB VI : Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

Page 7: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, guna memberdayakan dan memberikan

kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sehingga

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan

tujuan utama dari posyandu. Tujuan khusus posyandu yaitu meningkatkan

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan mendasar

(primary health care), meningkatkan peran lintas sektor, dan

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan mendasar (Kemenkes,

2011).

2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pokok dari pelayanan Posyandu adalah untuk :

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat.

7

Page 8: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

8

d. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera).

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

penduduk berdasarkan letak geografi.

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat

(Effendi, 1998).

Sasaran program Posyandu adalah seluruh masyarakat terutama

bayi, anak balita, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta

Pasangan Usia Subur (PUS), (Zulkifli, 2004).

3. Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu

KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan Diare yang dilakukan

dengan “Sistem lima Meja” antara lain :

Meja I : Pendaftaran

Meja II : Penimbangan bayi dan Balita

Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

Meja IV : Penyuluhan peorangan meliputi :

a. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan berat

badannya naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian

makanan tambahan, oralit dan vitamin A.

Page 9: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

9

b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan

pemberian tablet besi.

c. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB mandiri.

Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,

Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengan

kebutuhan setempat (Depkes RI, 2006).

Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan

untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter,

bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Depkes RI, 2006).

Kegiatan posyandu dibagi dalam dua kegiatan uatama yang

masing-masing disebut sebagai Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida

Posyandu yang meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) : yaitu kesehatan ibu

dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan

penanggulangan diare.

b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu

dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi,

penanggulangan diare, sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial

(Effendi, 1998).

4. Kader

Dalam menjalankan kegiatannya, posyandu tidak dapat dipisahkan

dari peran kader yang di dalamnya. Kader posyandu adalah kader

Page 10: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

10

kesehatan  adalah  kader kesehatan  yang dipilih oleh dari masyarakat dan

bertugas mengembangkan masyarakat. Kader Posyandu  adalah  anggota

masyarakat yang diberikan keterampilan untuk  menjalankan Posyandu 

(Kontroversi Seputar Gizi Buruk. http://www.gizi.net/makalah.artikel,

diakses tanggal 20 Mei 2015).

Dengan  terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang

selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh

masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek

pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri.

Selanjutnya dengan  adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan

dapat diterima dengan  sempurna berkat adanya kader. Jelaslah bahwa

pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang

kesehatan (Zulkifli, 2004).

5. Pelayanan Kesehatan Yang Dijalankan

a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, meliputi penimbangan

bulanan, pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya

kurang, imunitas bayi 3-14 bulan, pemberian oralit untuk

penanggulangan diare dan pengobatan penyakit sebagai pertolongan

pertama.

b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia

subur, meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan

dan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan

pil tambah darah, imunisasi TT untuk ibu hamil, penyuluhan kesehatan

Page 11: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

11

dan KB, pemberian alat kontrasepsi KB, pemberian oralit pada ibu

yang terkena diare, pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama,

dan pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).

f. Tingkatan Posyandu

Stratifikasi posyandu adalah kategorisasi posyandu berdasarkan

telaah kemandirian yang dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

a. Posyandu Pratama (Warna Merah)

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,

kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

b. Posyandu Madya (Warna Kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang

atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi

dan imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti,

kelestarian kegiatan Posyandu sudah baik tetapi masih rendah

cakupannya.

c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya

lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau

lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan

Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan

mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana.

Page 12: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

12

d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,

cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan

Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Posyandu

tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu

diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM

(Kemenkes, 2011).

g. Indikator Penentu Tingkat Kemandirian Posyandu

Ada seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau

penentu tingkat kemandirian posyandu yaitu:

a. Frekuensi penimbangan pertahun

Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan,

jadi bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam

kenyataannya, tidak semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan,

sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Untuk ini diambil

batasan 8 kali. Posyandu yang frekuensi penimbangannya kurang dari

8 kali per tahun, dianggap masih rawan, sedangkan bila frekuensinya

sudah 8 kali lebih, dianggap sudah cukup mapan (Depkes RI, 2001).

b. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu

Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat

dijadikan indikasi lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan

puncak kegiatan Posyandu, oleh karena itu banyaknya kader yang

Page 13: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

13

bertugas pada hari itu amat menentukan kelancaran Posyandu.

Kegiatan di Posyandu bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5

orang atau lebih (Depkes RI, 2001).

c. Cakupan D/S

Menurut Sembiring (2004) sebagai keberhasilan posyandu

tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu :

S : Semua balita di wilayah kerja posyandu

K : Balita yang ditimbang

D : Semua balita yang memiliki KMS

N : Balita yang naik berat badannya

Tingkat keberhasilan posyandu diukur berdasarkan rasio berikut:

D/S : Baik/ kurangnya peran serta masyarakat

N/D : Berhasil tidaknya program posyandu

K/S : Jangkauan/liputan Program

D/K : Kelangsungan Program

Cakupan D/S dapat dijadikan sebagai tolok ukur peran serta

masyarakat dan aktivitas kader/tokoh masyarakat dalam menggerakan

masyarakat setempat untuk memanfaatkan Posyandu.

D/S dianggap baik bila dapat mencapai 50% atau lebih,

sedangkan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa Posyandu ini

belum mantap.

d. Cakupan Imunisasi

Page 14: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

14

Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun.

Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% ke atas, sedang

bila kurang dari 50% dianggap Posyandunya belum mantap (Depkes

RI, 2001).

e. Cakupan Ibu Hamil

Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secara kumulatif

selama satu tahun. Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka

serupa yaitu 50% (Depkes RI, 2001).

f. Cakupan KB

Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu

tahun. Pencapaian 50% ke atas dikatakan mantap, sedang kurang dari

50% berarti belum mantap (Depkes RI, 2001). 

g. Program tambahan

Menurut Depkes RI (2001) Posyandu pada mulanya

melaksanakan 5 program utama, yaitu : KB, KIA, Perbaikan Gizi,

Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Bila telah mantap jalannya,

wajar bila programnya ditambah. Program tambahan disini yang

dimaksudkan adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat (UKBM) lain seperti :

1) Pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

2) Pemberantasan penyakit menular.

3) Penyehatan lingkungan pemukiman Pemantauan dan Stimulasi

Perkembangan Balita (PSPB) atau Bina Keluarga Balita (BKB).

Page 15: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

15

4) Pemberantasan demam berdarah dengue dalam bentuk

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala.

5) Pondok Bersalin Desa (Polindes).

6) Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

7) Pos Obat Desa (POD).

h. Dana Sehat

Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan Posyandu.

Oleh karena itu keberadaan dan cakupan Dana Sehat dapat dijadikan

indikator kemandirian Posyandu. Diharapkan bila Dana Sehat telah

mampu membiayai Posyandu, maka tingkat kemandirian masyarakat

sudah cukup baik. Sebagai ukuran digunakan Persentase Kepala

Keluarga (KK) yang ikut Dana Sehat, yaitu bila 50% ke atas dikatakan

baik, sedang bila kurang dari 50% dikatakan masih kurang (Sembiring,

2004).

B. Gizi

1. Pengertian Gizi

Gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,

transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh

serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2006).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.

Page 16: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

16

Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari

organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak, dan protein, oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi

termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar,

jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut

juga zat pembakar (Almatsier, 2009).

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi tubuh.

Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh

dunia, sumber karbohidrat adalah padi-padian, atau sereal, umbi-umbian,

kacang-kacang kering, dan gula (Almatsier, 2009).

2. Status Gizi

Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan

indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang

baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan,

membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang prestasi olahraga

(Irianto, 2006).

Sedangkan menurut Almatsier (2009) status gizi adalah keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang

dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.

Page 17: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

17

Dalam pengertian yang lain disebutkan bahwa status gizi adalah

ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk,

2002).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang status gizi di atas bahwa

status gizi adalah status kesehatan tubuh yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient, sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status

gizi, kurus, normal, resiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara

baik bagi organ tubuh.

3. Pengukuran Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dibagi 2 yaitu :

a. Secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu :

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi

tubuh dan berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan yaitu :

- Berat badan menurut umur (BB/UU)

- Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Page 18: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

18

- Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

- Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan kulit,

mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini

umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau

riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara

lain: darah, urine, tinja, hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah

lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

Page 19: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

19

kimia faal lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan

gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b. Secara tidak langsung

1) Survei Konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang kondisi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Status vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kematian dan kesakitan akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Page 20: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

20

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi.

4. Balita

a. Pengertian

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima

tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah

istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-

5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang

tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan

makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.

Namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu

menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di

periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan

Page 21: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

21

masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena

itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

b. Karakteristik

Menurut Uripi (2004), balita terbagi dalam dua kategori yaitu

anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3

tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan

dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih

besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan

yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan

jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih

kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan

yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak

mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup

sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada

masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka

akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat

badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas

yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap

makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih

banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan

anak laki-laki (BPS, 1999).

Page 22: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

22

5. Kebutuhan Gizi Pada Balita

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang

anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,

perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social,

emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan

kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan

biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti

makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai

kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-

zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan

terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan

berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai

dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan

motoriknya (www.klinikgizionline.com, diakses tanggal 23 Mei 2015).

a. Energi

Balita membutuhkan energi (sebagai kalori) untuk memungkinkan

mereka untuk beraktifitas serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh

mereka. Tubuh mendapatkan energi terutama dari lemak dan karbohidrat

tetapi juga beberapa dari protein.

b. Asupan Kalori

Anak-anak usia balita membutuhkan kalori yang cukup banyak

disebabkan bergeraknya cukup aktif pula. Mereka membutuhkan setidaknya

1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa mendapatkan kalori yang

Page 23: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

23

dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein, lemak dan

gula.

c. Protein

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan dan

perbaikan jaringan tubuh, serta untuk membuat enzim pencernaan dan zat

kekebalan yang bekerja unutkmelindungi tubuh si kecil. Kebutuhan protein

secara proporsional lebih tinggi untuk anak-anak daripada orang dewasa.

Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada makanan yang

mengandung protein. Karena protein sendiri bermanfaat sebagai prekursor

untuk neurotransmitter demi perkembangan otak yang baik nantinya. Protein

bisa didapatkan pada makanan-makanan seperti ikan, susu, telur 2 butir,

daging 2 ons dan sebagainya. Tunda pemberiannya bila timbul alergi atau

ganti dengan sumber protein lain. Untuk vegetarian, gabungkan konsumsi

susu dengan minuman berkadar vitamin C tinggi untuk membantu

penyerapan zat besi.

d. Lemak

Beberapa lemak dalam makanan sangat penting dan menyediakan

asam lemak esensial, yaitu jenis lemak yang tidak tersedia di dalam tubuh.

Lemak dalam makanan juga berfungsi untuk melarukan vitamin larut lemak

seperti vitamin A, D, E dan K.

Anak-anak membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang

dewasa karena tubuh mereka menggunakan energi yang lebih secara

proposional selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka. Namun,

Page 24: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

24

Anjuran makanan sehat untuk anak usia lebih dari 5 tahun  adalah asupan

lemak total sebaiknya tidak lebih dari 35% dari total energi. Sumber lemak

dalam dalam makanan bisa di dapat dalam : mentega, susu, daging, ikan,

minyak nabati.

e. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan pati dan gula dari makanan. Pati merupakan

komponen utama dari sereal, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran akar.

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi anak. Hampir separuh dari

energi yang dibutuhkan seorang anak sebaiknya berasal dari sumber makanan

kaya karbahidrat seperti roti, seral, nasi, mi, kentang.

Anjuran konsumsi karbohidrat sehari bagi anak usia 1 tahun keatas

antara 50-60%. Anak-anak tidak memerlukan ‘gula pasir’ sebagai

energy serta madu harus dibatasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia

membutuhkan karbohidrat sebagai energi utama serta bermanfaat untuk

perkembangan otak saat belajar dikarnakan karbohidrat di otak berupa Sialic

Acid. Begitu juga dengan balita, mereka juga membutuhkan gizi tersebut

yang bisa diperoleh pada makanan seperti roti, nasi kentang, roti, sereal,

kentang, atau mi.

f. Serat

Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak

dipecah dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit serta 

gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut anak menjadi cepat penuh

Page 25: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

25

dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk makanan lainnya sehinga

sebaiknya tidak diberikan berlebih.

g. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

yang sangat kecil untuk banyak proses penting yang dilakukan dalam tubuh.

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai

fungsi.

Makanan yang berbeda memberikan vitamin dan mineral yang

berbeda dan memiliki diet yang bervariasi dan seimbang. Ini penting untuk

menyediakan jumlah yang cukup dari semua zat gizi. Ada beberapa

pertimbangan pemberian zat  gizi untuk diingat, seperti pentingnya zat besi

dan pemberian vitamin dalam bentuk suplemen.

h. Zat besi

Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi

sehingga balita harus diberikan asupan makanan yang mengandung zat besi.

Makanan atau minuman yang mengandung vitamin C seperti jeruk

merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi yang bermanfaat untuk

penyerapan zat besi.

i. Kalsium

Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai

pertumbuhan tulang dan gigi balita. Salah satu pemberi kalsium terbaik

adalah susu yang diminum secara teratur (www.klinikgizionline.com, diakses

tanggal 23 Mei 2015).

Page 26: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

26

C. Peran Posyandu dalam Peningkatan Gizi Balita

Peranan posyandu dalam meningkatkan gizi balita di wujudkan dalam

beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program posyandu

sebagai berikut :

1. Penimbangan dan pendataan balita

Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama program

perbaikkan gizi yang menitik beratkan pada pencegahan dan peningkatan

keadaan gizi anak. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang merupakan

upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

Partisipasi masyarakat dalam penimbangan tersebut digambarkan dalam

perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita

seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam

penimbangan, maka semakin banyak pula data yang dapat

menggambarkan status gizi balita.

Tujuan dari penimbangan bayi adalah mengukur berat badan

bayi/balita saat lahir (setelah suhu tubuh bayi stabil, kecuali kalau bayi

memerlukan pengobatan).

2. Pemberian makanan tambahan

Pemberian Makanan Tambahan adalah pemberian makanan pada

bayi selain ASI setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan. Pemberian

makanan tambahan adalah masa saat bayi mengalami perpindahan menu

dari hanya minum susu beralih ke menu yang mengikutsertakan makanan

padat. Ini adalah bagian yang menyenangkan dan sangat penting dalam

Page 27: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

27

perkembangan bayi. Susu akan terus menyuplai zat gizi yang dibutuhkan

bayi sampai saat tertentu, namun saat bayi semakin aktif, makanan padat

menjadi semakin berperan sebagai menu sehat, dan seimbang.

Manfaat pemberian makanan tambahan adalah sebagai berikut :

a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-

macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi

tinggi.

3. Pemberian Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh

tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan

kesehatan mata. Pemberian suplementasi vitamin A biasanya dilakukan

pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan.

Kapsul biru (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan

kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A

kapsul merah juga diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas.

Vitamin A terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian

anak karena vitamin A berfungsi memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun ke bawah mengalami kekurangan

vitamin A, bahkan WHO memperkirakan terdapat 250 juta anak pra-

Page 28: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

28

sekolah yang mengalami kekurangan vitamin A. Setiap tahun terdapat

sekitar 250.000 – 500.000 anak mengalami kebutaan dan separuh anak ini

kemudian meninggal dalam jangka waktu 12 bulan akibat kekurangan

vitamin A.

E. Kerangka Teoritis

Depkes RI (2006), tentang peran posyandu dalam peningkatan gizi

balita terdiri atas : pendataan dan penimbangan balita, pemberian makanan

tambahan dan pemberian vitamin A.

Menurut Effendi (1998), peran posyandu dalam meningkatkan gizi

balita terdiri atas : penimbangan bulanan, pemberian makanan tambahan bagi

yang beratnya kurang, imunisasi bayi, dan pemberian oralit untuk

penanggulangan diare.

Peran Posyandu

Peran Posyandu dalam peningkatan

gizi balita menurut Depkes RI (2006) :

Pendataan dan penimbangan balita

Pemberian makanan tambahan

Pemberian vitamin A

Peran Posyandu dalam peningkatan

gizi balita menurut Effendi (1998) :

Penimbangan bulanan

Pemberian makanan tambahan bagi

yang beratnya kurang

Imunitas bayi

Pemberian oralit untuk

penanggulangan diare

Page 29: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

29

Gambar 2.1. Kerangka Teoritis

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan suatu kerangka

konsep terhadap variabel yang akan diteliti yang terdiri dari variabel

independen dan variabel dependen (Nursalam, 2001).

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Peran PosyanduPemberian makanan tambahan

Pendataan dan penimbangan balita

Pemberian Vitamin A

Page 30: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

30

B. Defenisi Operasional

NoVariabel

PenelitianDefenisi

OperasionalCara Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur

1 Peran posyandu Upaya yang dilakukan posyandu dalam meningkatkan status gizi balita

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Ordinal

Baik

Cukup

Kurang

2 Pendataan dan penimbangan balita

Peran posyandu dalam mendata dan menimbang balita

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Ordinal

Baik

Cukup

Kurang

3 Pemberian makanan tambahan

Upaya yang dilakukan posyandu dalam pemenuhan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi balita

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Ordinal Baik

Cukup

Kurang

4 Pemberian vitamin A

Peran yang dilakukan posyandu dalam mendistribusikan vitamin A bagi balita

Menyebarkan kuesioner

Kuesioner Ordinal Baik

Cukup

Kurang

29

Page 31: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

31

C. Cara Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini berdasarkan Arikunto (2006)

adalah sebagai berikut :

1. Variabel Peran Posyandu

a. Baik ; jika responden jawaban benar 76% - 100%, atau 5 – 6 jawaban

benar.

b. Cukup ; jika responden jawaban benar 56% - 75%, atau 3 – 4 jawaban

benar.

c. Kurang ; jika responden jawaban benar < 56%, atau 0 – 2 jawaban

benar.

2. Variabel Pendataan dan Penimbangan Balita

a. Baik ; jika responden jawaban benar 76% - 100%, atau 5 – 6 jawaban

benar.

b. Cukup ; jika responden jawaban benar 56% - 75%, atau 3 – 4 jawaban

benar.

c. Kurang ; jika responden jawaban benar < 56%, atau 0 – 2 jawaban

benar.

3. Variabel Pemberian Makanan Tambahan

a. Baik ; jika responden jawaban benar 76% - 100%, atau 5 – 6 jawaban

benar.

b. Cukup ; jika responden jawaban benar 56% - 75%, atau 3 – 4 jawaban

benar.

Page 32: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

32

c. Kurang ; jika responden jawaban benar < 56%, atau 0 – 2 jawaban

benar.

4. Variabel distribusi vitamin A

a. Baik ; jika responden jawaban benar 76% - 100%, atau 5 – 6 jawaban

benar.

b. Cukup ; jika responden jawaban benar 56% - 75%, atau 3 – 4 jawaban

benar.

c. Kurang ; jika responden jawaban benar < 56%, atau 0 – 2 jawaban

benar.

Page 33: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, sehingga dapat

memperjelas peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita di

Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten pidie Jaya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10 s/d 20 Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah 104 ibu-ibu yang mempunyai anak

balita di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan

menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005).

n = N

1 + N (d)2

33

Page 34: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

34

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Signifikan

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak (random

sampling).

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Geuchik Gampong Sagoe Kecamatan Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya. Sumber data yang akan digunakan adalah

berdasarkan data primer.

2,04n =

104

n = 50,9

n = 104

1 + 104 (10%)2

n = 104

1 + 104 (0,01)

Page 35: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

35

3. Alat / Instrumen Penelitian

Alat dan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah

menggunakan kuesioner, dengan rincian sebagai berikut :

a. Untuk mengukur peran posyandu, digunakan 6 pertanyaan dengan

nilai skor masing-masing jawaban benar adalah 1 (satu) dan dan

jawaban salah adalah 0 (nol).

b. Untuk mengukur variabel pendataan dan penimbangan balita,

digunakan 6 pertanyaan dengan nilai skor masing-masing jawaban

benar adalah 1 (satu) dan dan jawaban salah adalah 0 (nol).

c. Untuk mengukur variabel pemberian makanan tambahan, digunakan 6

pertanyaan dengan nilai skor masing-masing jawaban benar adalah 1

(satu) dan dan jawaban salah adalah 0 (nol).

d. Untuk mengukur variabel distribusi vitamin A, digunakan 6

pertanyaan dengan nilai skor masing-masing jawaban benar adalah 1

(satu) dan dan jawaban salah adalah 0 (nol).

E. Pengolahan Data

Tahapan-tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing adalah suatu proses pemeriksaan data yang telah

dikumpulkan, karena kemungkinan data yang dimasukkan (raw data) itu

tidak logis dan meragukan.

Page 36: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

36

Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan yang

didapat pada pencatatan di lapangan.

2. Coding (pemberian kode)

Tehnik ini dilakukan dengan memberikan tanda masing-masing

jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam

lembar tabel kerja untuk memudahkan pengolahan.

3. Entry

Data yang dikumpulkan menurut kategori yang telah ditentukan,

selanjutnya data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data sehingga

memperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Data

kemudian dipindahkan ke dalam tabel yang sesuai kriteria.

4. Cleaning

Adalah kegiatan pengecekan data yang sudah di entry/dimasukkan.

5. Tabulating

Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu dimasukkan ke

dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data dan

pengambilan kesimpulan.

F. Analisa Data

Menurut Budiarto (2002) data yang diperoleh dari kuesioner

dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi di persentasekan ke tiap-tiap

kategori dengan menggunakan rumus :

ƒ

n

=P 100 %

Page 37: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

37

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi teramati

n : Jumlah responden yang menjadi sampel

G. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang disertai

dengan penjelasan secara narasi.

Page 38: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Gampong Sagoe terletak dalam wilayah Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya yang berbatasan dengan beberapa desa lainnya

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Baroh Cot.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Cut.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Teupin Raya.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Meunasah Dayah.

2. Data Demografis

Jumlah penduduk Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015 berjumlah 1.023 jiwa yang terdiri dari

320 KK (kepala keluarga) dengan laki-laki berjumlah 403 dan perempuan

berjumlah 620 jiwa.

3. Fasilitas Desa

Fasilitas yang dimiliki Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya antara lain terdiri atas 1 meunasah, 1 TPA (Taman

Pendidikan Al-Quran) dan 4 balai pengajian.

38

Page 39: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

39

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 10 Juli

sampai dengan 20 Juli 2015 di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya yang bertujuan untuk melihat gambaran peran

posyandu dalam meningkatkan status gizi balita dapat disajikan dalam tabel

distribusi frekwensi di bawah ini.

a. Peran Posyandu

Tabel 5.1Distribusi Frekwensi Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten

Pidie Jaya Tahun 2015

No Peran PosyanduFrekwensi

(f)Persentase

(%)

1 Baik 13 26

2 Cukup 16 32

3 Kurang 21 42

Jumlah 50 100

Sumber : Penelitian (diolah Juli 2015)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peranan posyandu dalam dalam

meningkatkan status gizi balita berada pada kategori kurang yaitu sebesar

21 responden (42 %).

Page 40: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

40

b. Pendataan dan Penimbangan Balita

Tabel 5.2Distribusi Frekwensi Pendataan dan Penimbangan Balita Oleh Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Di Gampong

Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015

NoPendataan dan Penimbangan

BalitaFrekwensi

(f)Persentase

(%)

1 Baik 13 26

2 Cukup 17 34

3 Kurang 20 40

Jumlah 50 100

Sumber : Penelitian (diolah Juli 2015)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peranan posyandu dalam

pendataan dan penimbangan balita berada pada katergori kurang yaitu

sebesar 20 responden (40 %).

c. Pemberian Makanan Tambahan

Tabel 5.3Distribusi Frekwensi Pemberian Makanan Tambahan Oleh Posyandu

Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015

NoPemberian Makanan

TambahanFrekwensi

(f)Persentase

(%)1 Baik 13 26

2 Cukup 14 28

3 Kurang 23 46

Jumlah 50 100

Sumber : Penelitian (diolah Juli 2015)

Page 41: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

41

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peranan posyandu dalam

pemberian makanan tambahan berada pada kategori kurang yaitu sebesar

26 responden (46%).

d. Distribusi Vitamin A

Tabel 5.4Distribusi Frekwensi Distribusi Vitamin A Oleh Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Di Gampong Sagoe Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015

No Distribusi Vitamin AFrekwensi

(f)Persentase

(%)1 Baik 11 22

2 Cukup 18 36

3 Kurang 21 42

Jumlah 50 100

Sumber : Penelitian (diolah Juli 2015)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peranan posyandu dalam

distribusi vitamin A berada pada kategori kurang yaitu sebesar 21

responden (42 %).

Page 42: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

42

2. Analisa Bivariat

a. Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi

Balita Ditinjau Dari Pendataan Dan Penimbangan Balita

Tabel 5.5Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Ditinjau Dari

Pendataan dan Penimbangan Balita

Pendataan dan Penimbangan

Balita

Peran PosyanduJumlah

Baik Cukup KurangF % f % f % f %

Baik 8 61,5 2 12,5 3 14,3 13 100

Cukup 2 15,4 7 43,8 8 38,1 17 100

Kurang 3 23,1 7 43,8 10 47,6 20 100

Jumlah 13 100 16 100 21 100 50  

Sumber : Penelitian (diolah tahun 2015)

Berdasarkan tabel diketahui, ditinjau dari pendataan dan

penimbangan balita ternyata pendataan dan penimbangan balita berada

pada kategori kurang yaitu sebesar 10 responden (47,6%). Dan peran

posyandu berada pada kategori kurang.

Page 43: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

43

b. Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi

Balita Melalui Pemberian Makanan Tambahan

Tabel 5.6Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Melalui

Pemberian Makanan Tambahan

Pemberian Makanan

Tambahan

Peran PosyanduJumlah

Baik Cukup KurangF % f % f % f %

Baik 5 38,5 2 12,5 6 28,6 13 100

Cukup 6 46,2 4 25,0 6 28,6 16 100

Kurang 2 15,4 10 62,5 9 42,9 21 100

Jumlah 13 100 16 100 21 100 50  

Sumber : Penelitian (diolah tahun 2015)

Berdasarkan tabel diketahui ditinjau dari pemberian makanan

tambahan ternyata pemberian makanan tambahan berada pada kategori

kurang yaitu sebesar 10 responden (62,5%). Dan peran posyandu berada

pada kategori kurang.

Page 44: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

44

c. Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi

Balita Ditinjau Dari Distribusi Vitamin A

Tabel 5.6Peran Posyandu Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita Ditinjau Dari

Distribusi Vitamin A

Peran Posyandu

Distribusi Vitamin AJumlah

Baik Cukup KurangF % f % f % f %

Baik 2 15,4 5 31,3 4 19,0 11 100

Cukup 4 30,8 5 31,3 9 42,9 18 100

Kurang 7 53,8 6 37,5 8 38,1 21 100

Jumlah 13 100 16 100 21 100 50  

Sumber : Penelitian (diolah tahun 2015)

Berdasarkan tabel diketahui ditinjau dari distribusi vitamin A

ternyata distribusi vitamin A berada pada kategori cukup yaitu sebesar 9

responden (42,9,5%). Dan peran posyandu berada pada kategori kurang.

C. Pembahasan

1. Peranan Posyandu Dalam

Meningkatkan Status Gizi Balita Ditinjau Dari Pendataan dan

Penimbangan Balita

Berdasarkan hasil penelitian di Gampong Sagoe Kecamatan

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015 diketahui bahwa peranan

posyandu dalam meningkatkan status gizi balita ditinjau dari pendataan

dan penimbangan balita berada pada kategori kurang yaitu sebesar 10

responden (47,6%).

Page 45: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

45

Pendataan dan penimbangan balita merupakan salah satu kegiatan

utama program perbaikan gizi yang menitik beratkan pada pencegahan dan

peningkatan keadaan gizi anak. Penimbangan terhadap bayi dan balita

yang merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan

perkembangannya, sehingga status gizi bayi dan balita dapat terukur

(Sembiring, 2004).

Tujuan dari penimbangan bayi adalah mengukur berat badan

bayi/balita saat lahir; setelah suhu tubuh bayi stabil, kecuali kalau bayi

memerlukan pengobatan (Depkes RI, 2001).

Asumsi peneliti bahwa peranan posyandu dalam meningkatkan

status gizi balita melalui pendataan dan penimbangan balita berada pada

kategori kurang disebabkan oleh minimnya jumlah kader aktif dalam

melakukan sosialisasi manfaat dari pendataan dan penimbangan balita.

Artinya keberhasilan program posyandu tidak terlepas dari peran serta

masyarakat didalamnya.

Dari hasil penelitian ini juga terlihat hubungan antara pendataan

dan penimbangan balita dengan peranan posyandu dalam meningkatkan

status gizi balita. Artinya, peranan posyandu berbanding lurus dengan

pendataan dan penimbangan balita. Sehingga semakin baik pendataan dan

penimbangan yang dilakukan maka akan baik pula peranan posyandu

dalam meningkatkan gizi balita, begitu pula sebaliknya.

Page 46: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

46

2. Peranan Posyandu Dalam

Meningkatkan Status Gizi Balita Ditinjau Dari Pemberian Makanan

Tambahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran posyandu dalam

meningkatkan status gizi balita ditinjau dari pemberian makanan tambahan

berada pada kategori cukup yaitu sebesar 10 responden (62,5%).

Status gizi sejatinya adalah status kesehatan tubuh yang dihasilkan

oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi, sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status

gizi, kurus, normal, resiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara

baik bagi organ tubuh.

Pemberian makanan tambahan dalam kegiatan posyandu

merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi balita berdasarkan

status gizi balita yang diukur melalui pendataan balita sebelumnya.

Sehingga penyediaan makanan tambahan dapat dikelompokkan atas

jumlah dan jenisnya (Supariasa dkk, 2002).

Asumsi peneliti rendahnya peranan posyandu untuk meningkatkan

status gizi balita bukan mutlak dinilai dari rendahnya mutu makanan

tambahan yang diberikan pada kegiatan posyandu, akan tetapi jumlah yang

disediakan terkadang tidak mencukupi atau banyak ibu-ibu yang tidak

menghadiri kegiatan posyandu sehingga pembagiannya tidak merata.

Peranan posyandu dalam meningkatkan status gizi balita tidak dapat

Page 47: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

47

dilepaskan dari kegiatan pemberian makanan tambahan, artinya semakin

baik kegiatan tersebut dilakukan maka peran posyandu juga dinilai baik.

Namun demikian untuk menciptakan stabilitas gizi balita,

penyediaan makanan yang bergizi bukan merupakan tanggung jawab

posyandu secara mutlak, namun harus ditekankan pada kesadaran

masyarakat tentang makanan tambahan yang memiliki asupan gizi balita

sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sektor ini yang masih sangat

kurang dilakukan dan mestinya mendapat perhatian lebih dari pihak terkait

program. Artinya, menyediakan makanan tambahan yang bernilai gizi

tinggi pada kegiatan posyandu itu baik, namun akan lebih baik jika

pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang makanan bergizi bagi balita

ditingkatkan. Dengan demikian, masyarakat dapat mencari dan

menyediakan makanan dengan kadar gizi yang sesuai dengan

perkembangan balita secara mandiri tanpa harus menunggu pelaksanaan

posyandu.

3. Peranan Posyandu Dalam

Meningkatkan Status Gizi Balita Ditinjau Dari Distribusi Vitamin A

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan posyandu dalam

meningkatkan status gizi balita ditinjau dari distribusi vitamin A berada

pada kategori kurang yaitu sebesar 8 responden (38,1%)

Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh

tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan

kesehatan mata. Pemberian suplementasi vitamin A biasanya dilakukan

Page 48: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

48

pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan

(Depkes RI, 2001).

Asumsi peneliti bahwa masyarakat memiliki beberapa persepsi

yang berbeda-beda terhadap pemberian vitamin A pada posyandu. Pada

satu sisi mereka memahami bahwa vitamin A penting bagi kesehatan

balita dan pada sisi yang lain, tidak semua balita dapat hadir pada saat

pembagian vitamin A. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman

masyarakat terhadap rentang waktu pemberian vitamin A pada anak.

Selain itu beberapa faktor lain seperti kesibukan orangtua sehingga balita

tidak terasupi vitamin A.

Pemberian vitamin A biasanya dilakukan pada bulan Februari dan

Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan. Kapsul biru (dosis

100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah

(dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A kapsul merah

juga diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas.

Jika ditinjau dari rentang waktu pemberian vitamin pada anak begitu

singkat dan serta terbatasnya jadwal distribusi vitamin A pada bulan-bulan

tertentu, sehingga tidak mencakupi semua balita.

Akan tetapi persoalan ini dapat diatasi jika pihak terkait, baik

petugas kesehatan maupun kader dapat lebih intens memberikan sosialisasi

tentang posyandu khususnya pemberian vitamin A pada balita. Kegiatan

posyandu sepenuhnya merupakan suatu proses berkesinambungan dari

satu tahapan ke tahapan selanjutnya. Artinya dalam meningkatkan gizi

Page 49: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

49

balita, pendataan dan penimbangan balita dijadikan sebagai patokan bagi

petugas dan masyarakat untuk kegiatan lanjutan yakni pemberian makanan

tambahan dan pemberian vitamin A.

Melalui pendataan balita, pihak-pihak terkait posyandu dapat

menetapkan schedul kegiatan yang sesuai dengan perkembangan balita.

Dengan demikian, petugas dapat mengambil inisiatif dengan memberikan

undangan kepada masyarakat (ibu balita). Selain dapat meningkatkan

cakupan posyandu, upaya ini juga dapat meningkatkan minat dan persepsi

masyarakat terhadap peranan posyandu dalam meningkatkan status gizi

balita. Disamping itu, peran serta tokoh masyarakat dalam kegiatan

posyandu juga dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan pemberian

vitamin A.

Page 50: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

50

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang gambaran peranan posyandu dalam

meningkatkan status gizi balita di Gampong Sagoe Kecamatan Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015 ditinjau dari segi pendataan dan

penimbangan balita, pemberian makanan tambahan dan distribusi vitamin A,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita ditinjau dari

pendataan dan penimbangan balita berada pada kategori kurang, yakni

sebesar 10 responden (47,6%). Persepsi masyarakat yang sedemikian

rupa tentunya terbentuk dari tidak berjalannya kegiatan pendataan dan

penimbangan balita secara rutin.

2. Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita ditinjau dari

pemberian makanan tambahan berada dalam katagori cukup, yaitu

sebesar 10 responden (62,5%). Masyarakat dapat merasakan manfaat dari

pemberian makanan tambahan pada posyandu. Namun masyarakat tidak

memiliki pemahaman yang memadai terhadap makanan tambahan (MP-

ASI), sehingga mereka tidak mandiri dalam menyediakan makanan

bergizi bagi balita sesuai dengan tahapan perkembangannya.

3. Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita ditinjau dari

distribusi vitamin A berada pada kategori kurang yaitu sebesar 8

50

Page 51: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

51

responden (38,1%). Persepsi masyarakat ini timbul karena adanya

kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang dilakukan tanpa

adanya sosialisasi tentang manfaat dan tujuan posyandu terhadap

peningkatan status gizi balita, sehingga distribusi vitamin A tidak dapat

dilakukan secara merata.

B. Saran

1. Responden / Masyarakat

Diharapkan dapat mengikuti semua program posyandu, khususnya

peningkatan status gizi balita sehingga dapat meningkatkan kesadaran

tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak ditinjau dari status gizi.

2. Dinas Kesehatan Pidie Jaya

Diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya manfaat

program posyandu dalam meningkatkan status gizi balita sehingga dapat

mengubah mind-set dan pola pikir masyarakat.

3. Peneliti

Diharapkan dalam melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan

peningkatan status gizi balita melalui program-program posyandu dapat

menggunanakan penelitian ini sebagai salah satu referensi. Dan

diharapkan dapat terjadi perbaikan terhadap berbagai kekurangan dalam

penelitian ini.

Page 52: Peran posyandu dalam meningkatkan status gizi balita.doc

52

4. Institusi Pendidikan

Lembaga pendidikan diharapkan mampu lebih intens dan fokus terhadap

program-program peningkatan indeks pembangunan manusia khususnya

peningkatan gizi balita.

5. Tempat Penelitian

Melalui organisasi pemerintahan gampong, diharapkan dapat melakukan

koordinasi terkait pelaksanaan program posyandu sehingga kegiatan

posyandu dapat berjalan secara efektif dan dapat menunjang usaha

peningkatan status gizi balita.