Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

11
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 MUHAMMADIYAH BANJARMASIN SKRIPSI OLEH YOHANNA NPM 11075 A S1

description

n

Transcript of Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

Page 1: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2

MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

SKRIPSI

OLEHYOHANNA

NPM 11075 A S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASINPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BANJARMASIN, 2014

Page 2: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2

MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratKelulusanPada Program Studi S.1 Keperawatan

OLEHYOHANNA

NPM 11075 A S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASINPROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

BANJARMASIN, 2014BAB I

Page 3: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia yang

sangat penting. Pada masa ini banyak sekali kejadian hidup dan perubahan

yang akan terjadi pada diri seorang remaja yang akan menentukan kualitas

hidupnya di masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari

masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antar umur 12-21 tahun

dan ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikosoial.

Perubahan paling awal muncul pada masa ini yaitu perkembangan secara

biologis (Dewi, 2012).

Setiap wanita dalam usia subur setiap bulannya akan mendapat menstruasi

(haid). Sering haid yang datang disertai dengan rasa nyeri pada daerah perut

atau pinggang. Rasa nyeri saat haid atau yang disebut dalam istilah medisnya

dengan dismenore, banyak dialami para wanita (Info sehat, 2008) Dismenore

merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu sekitar

89,5% (Cakir M 2007 dalam Sianipar 2009).

Nyeri haid/dismenore merupakan ketidak seimbangan hormon progesteron

dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis

juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita (Anna,2009).

Nyeri saat haid (dismenore) ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan

sekunder.

Dismenore primer biasa timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi.

Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah.

Beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore primer yaitu prostaglandin

uterine yang tinggi, dan faktor emosi/psikologis.belum diketahui dengan jelas

bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenore tetapi diketahui

Page 4: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

bahwa wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih

tinggi daripada wanita tanpa dismenore. (Siswandi, 2007).

Wanita yang pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini

setidaknya mengganggu 50% wanita masa resroduksi dan 60- 85% pada usia

remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor.

Padaumumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan

analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini (Anna,2009).

Nyeri haid terjadi pada lebih dari setengah wanita usia reproduksi dengan

prevalensi yang beragam. Hampir 2/3 remaja post menarche di Amerika

Serikat mengalami nyeri haid dan lebih dari10% dari mereka begitu

menderita sehingga tidak bisa masuk sekolah, sehingga nyeri haid merupakan

penyebab utama absensi pada remaja wanita (Dito,2008). Menurut penelitian,

frekuensi dismenore cukup tinggi hampir 90% wanita mengalami dismenore,

10-15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka

tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini menurunkan kualitas

hidupnya(Anna,2009).

Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenor esangat tinggi

dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahun

reproduktif. Studi epidemiologi di Swedia juga melaporkan angka prevalensi

nyeri menstruasi sebesar 80% remaja usia 19-21 tahun mengalami nyeri

menstruasi, 15% membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan

membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau

masuk sekolah dan hampir 40% memerlukan pengobatan medis. Keadaan ini

disisi pendidikan maupun finansial dan kualitas hidup perempuan tidak baik

(Widjanarko,2007). Angka kejadian nyeri menstruasi primer di Indonesia

mencapai 54,89. Yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan

kegiatanapapundaniniakanmenurunkankualitashiduppadaindividumasing-

masing(Proverawati&Misaroh,2009).

Page 5: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

Kualitas tidur menurut American Psychiatric Association dalam Wavy

(2008), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan

beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspekkuantitatif dan kualitatif tidur

seperti lama waktu tidur, frekuensiterbangun ketika malam, waktu yang

diperlukan untuk bisa tertidur,kebugaran yang dirasakan ketika bangun pagi,

serta aspek subjektifseperti kedalaman dan kepulasan tidur (Harvey et al.,

2008;Lautenbacher S. Dan Kundermann, 2007).

Menurut Brick et al. (2010), kualitas tidur pada sebagian siswa relatif lebih

buruk dibandingkan dengan orang dewasa normal yang sehat. Hal ini

dikarenakan tuntutan akademik dan stres yang dialami selama menjalankan

studinya. Kualitas tidur yang buruk dihubungkan dengan proses terjadinya

nyeri (Lautenbacher dan Kundermann, 2007).

Dalam penelitian Haack et al. (2007) terhadap relawan yang sehat,

pengurangan tidur hingga 4 jam dapat meningkatkan prostaglandin sebagai

mediator nyeri dan bioavaibilitas agen-agen inflamasi seperti Interleukin-6

(IL-6) dan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNFα) yang merupakan pencetus

nyeri yang poten. Selain itu, kualitas tidur yang buruk juga dapat menurunkan

kadar serotonin di dalam tubuh. Ketika serotonin berkurang, kecenderungan

untuk meningkatnya kecemasan, depresi, dan sensitivitas terhadap nyeri juga

meningkat (Mcllwain, 2007).

Studi eksperimental pada relawan yang sehat menunjukkan peningkatan lama

waktu tidur dapat mengurangi sensitivitas terhadap nyeri (Smith, 2005;

Sauvet et al., 2014; Doghramji, 2012). Walaupun begitu, mekanisme

hubungan antara gangguan pada tidur dengan peningkatan sensitivitas

terhadap nyeri ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga dibutuhkan

penelitian yang lebih lanjut (Smith et al., 2005)

Page 6: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

Sesuai dengan hubungan mengenai tidur dan nyeri yang telah disebutkan di

atas, serta patogenesis dari dismenore primer itu sendiri, penulis menduga

kualitas tidur memang berhubungan dengan dismenore primer. Kualitas tidur

yang buruk terutama yang terjadi pada kebanyakan Mahasiswi Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin dapat meningkatkan

sensitivitas terhadap nyeri dengan meningkatkan agen-agen inflamasi dan

mediator nyeri, sehingga kemungkinan terjadinya dismenore primer menjadi

lebih tinggi.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19 maret 2015 pada siswa

putri semester 2 di SMAN 2 Muhammadiyah Banjarmasin melalui

wawancara dan observasi. Dari 10 siswa putri yang ditemui, 7 diantaranya

sering mengalami dismenore saat menstruasi dan 3 sisanya jarang mengalami

dismenore primer. Dari 7 siswa putri yang mengalami dismenore primer, 3

diantaranya mengalami nyeri yang hebat saat terjadinya dismenore dan 4

siswi yang mengalami dismenore dengan skala nyeri sedang. Dari 7 siswa

putri yang mengalami dismenore primer, 2 diantaranya mengatakan tidur ≤ 6

jam sehari pada malam hari dan 5 sisanya mengatakan tidur ≥ 6 jam.

Berdasarkan uraian diatas danbelum pernah dilakukanpenelitian sebelumnya

mengenai hubungan kualitas tidur dengan dismenore primer pada remaja,

khususnya di Kota Banjarmasino. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore

Primer di SMAN 2 Muhammadiyah Banjarmasin”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusah masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

“Apakah terdapat hubungan antara Kualitas Tidur dengan Dismenore Primer

pada remaja di SMAN Muhammadiyah 2 Banjarmasin”

Page 7: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

“Untuk mengetahui hubungan antara Kualitas Tidur dengan Dismenore

Primer pada remaja di SMAN Muhammadiyah 2 Banjarmasin”

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi Kualitas Tidur pada remaja di SMAN

Muhammadiyah 2 Banjarmasin.

1.3.2.2 Mengidentifikasi Dismenore Primer pada remaja di SMAN

Muhammadiyah 2 Banjarmasin.

1.3.2.3 Menganalisis pengaruh Kualitas Tidur dengan Dismenore

Primer pada remaja di SMAN Muhammadiyah 2 Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam

rangka pengembangan ilmu keperawatan dan penelitian selanjutnya

tentang dismenore primer.

1.4.2 Bagi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam

rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan dismenore primer.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang faktor-faktor penyebab dismenore terutama

berhubungan dengan kualitas tidur.

1.4.4 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberkan pengetahuan yang

berharga bagi peneliti sehingga dapat menerapkan penelitian ilmiah

yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang dan dapat digunakan

Page 8: Hubungan Kualitas Tidur Dengan Dismenore Primer

sebagai informasi awal bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti

permasalahan yang sama.