Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

12
Catatan: Ni sedikit materinya, qta sendirimi yang perbaiki, soalnya bnyak ku kerja jg. A. HUBUNGAN KOMUNIKASI TENAGA KESEHATAN (BIDAN) TENAGA IBU HAMIL Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi, salah satu diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien (Resnani, 2002). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Tengah Angka Kematian Ibu pada tahun 2005 berdasarkan hasil Survei Kesehatan Daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2005). Salah satu pilar Safe Motherhood adalah pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan ditangani secara memadai. Salah atu tenaga kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu pelayanan kebidanan adalah bidan. Pelayanan yang diberikan bidan salah satunya adalah Antenatal Care yang bermutu (Prawirohardjo, 2002). Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu satu kali kunjungan selama trimester I dan II, dan dua kali kunjungan pada trimester III. Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi penting (Saefudin, 2002). Apabila ibu hamil melakukan perawatan kehamilan secara teratur maka akan mendapatkan keuntungan yaitu mendapatkan informasi

Transcript of Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

Page 1: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

Catatan: Ni sedikit materinya, qta sendirimi yang perbaiki, soalnya bnyak ku kerja jg.

A. HUBUNGAN KOMUNIKASI TENAGA KESEHATAN (BIDAN) TENAGA IBU HAMIL

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi, salah satu diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien (Resnani, 2002).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Tengah Angka Kematian Ibu pada tahun 2005 berdasarkan hasil Survei Kesehatan Daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2005).

Salah satu pilar Safe Motherhood adalah pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan ditangani secara memadai. Salah atu tenaga kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu pelayanan kebidanan adalah bidan. Pelayanan yang diberikan bidan salah satunya adalah Antenatal Care yang bermutu (Prawirohardjo, 2002).

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu satu kali kunjungan selama trimester I dan II, dan dua kali kunjungan pada trimester III. Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi penting (Saefudin, 2002).

Apabila ibu hamil melakukan perawatan kehamilan secara teratur maka akan mendapatkan keuntungan yaitu mendapatkan informasi penting dan mengetahui keadaan janin dengan lebih jelas, dan akan mengetahui kondisi fisiknya, riwayat kehamilannya, perkiraan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, petunjuk agar ibu dan bayinya sehat, serta tanda-tanda persalinan (Depkes RI).

Komunikasi baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan ibu hamil dalam mendapat pelayanan oleh bidan. Sehingga dapat diperoleh rasa saling percaya antara bidan dan pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara setelah melakukan perawatan kehamilan, bidan mendengarkan dengan penuh perhatian apabila ada keluhan dari penderita menanggapi dengan baik apabila ada pertanyaan (Saefudin, 2002).

Dalam memantau program kesehatan ibu, dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu cakupan K1,cakupan K4, dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatal atau nifas. Untuk itu sejak tahun 1990-an digunakan alat pantau berupa PWS KIA (Pemantau Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak), yang mengikuti program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap tahun dari semua populasi (profil,2004).

Page 2: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

Secara nasional cakupan K1 adalah 84,11% dan cakupan K4 adalah 65,75%. Sedangkan cakupan K1 di Semarang tahun 2005 adalah 99,3% dan cakupan K4 adalah 89,32%. Setelah melakukan survey pendahuluan di RB Buah Hati Kedungmundu Semarang pada bulan maret 2007 didapatkan cakupan K1 41,7% dan cakupan K4 45%, pada bulan april 2007 cakupan K1 43,3% dan cakupan K4 46,7%, sedangkan pada bulan mei cakupan K1 33,3% dan cakupan K4 51,7%. Berdasarkan uraian diatas banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Salah satunya adalah komunikasi bidan dalam memberikan pelayanan ANC ada kemungkinan berhubungan dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan ANC. Dari studi pendahuluan di RB Buah Hati Semarang diperoleh hasil bahwa kunjungan ibu hamil mengalami kenaikan dan penurunan pada tiap bulannya yang kemungkinan ada kaitannya dengan tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi bidan dalam memberikan pelayanan.

Penelitian Hubungan Teknik Komunikasi Persuasif Bidan Kepada Pasien Dengan Peningkatan Kunjungan Ibu Hamil Ke Posyandu,perlu dilakukan mengingat minimnya pemahaman masyarakat tentang peran bidan dan Posyandu dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Ketidaktahuan dari masyarakat tentang pentingnya fungsi seorang bidan untuk membantu dari persalinan sampai dengan proses melahirkan dan menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan proses komunikasi yang ada antara bidan desa dengan masyarakat, khususnya ibu hamil. Serta untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi persuasif yang baik dan tepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas kunjungan ibu hamil ke Posyandu. Hal ini sangat perlu diketahui karena pesan merupakan suatu masalah yang bisa mempengaruhi orang lain. Pesan dalam penelitian ini merupakan pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh bidan kepada pasiennya. Diharapkan dengan pesan tersebut pasien bisa berubah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain yaitu dengan seringnya kunjungan pasien ke posyandu Penelitian yang dilakukan dengan metode eksplanasi ini dilakukan terhadap 20 orang pasien Bidan Erna di Posyandu Sukarame, Desa Pasar Natar, yang rutin mengikuti kunjungan setiap tanggal 7 setiap bulannya.

Dari hasil penelitian bahwa adanya korelasi antara variabel "pesan" yaitu dengan "perubahan sikap" menunjukkan angka sebesar 0,687. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya, jika variabel pesan besar maka variabel perubahan besar. Sedangkan, besarnya sumbangan atau peran variabel pesan terhadap perubahan sikap ialah sebesar 47,19%.

Beberapa hal yang disarankan dalam penelitian ini adalah

(1) diharapkan pemerintah lebih responsif terhadap ketersediaan Posyandu dan Bidan Desa yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, sehingga perlu iii adanya tanggapan yang lebih cepat dari pemerintah terhadap hal tersebut

(2) Selain itu; dengan menggunakan teknik komunikasi persuasif yang tepat sesuai dengan perkembangan masyarakat setempat antara bidan kepada pasien diharapkan dapat meningkatkan kunjungan ibu hamil ke Posyandu.

(3) Perlu adanya peran yang lebih aktif lagi dari Bidan Desa sehingga keberadaan Puskesmas dapat berfungsi dengan semestinya.

Page 3: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

B. HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE

Keadaan dan masalah kesehatan ibu dan anak saat ini dapat dicerminkan dari berbagai hal seperti

derajat kesehatan ibu masih rawan, hal ini ditandai oleh tingginya dan lambatnya penurunan angka

kematian ibu (AKI), yaitu sebesar 421 (SKRT 1992) menjadi 390 (SKRT 1994) per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut masih 3–6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan AKI di negara

ASEAN lainnya, atau 30 kali negara maju. Penyebab utama kematian ibu masih tetap trias

pendarahan sebesar 40%, infeksi sebesar 30%, dan eklampsia sebesar 20%.

Penyebab umum tingginya angka kematian ibu diatas adalah faktor keadaan kesehatan dan gizi ibu,

selain itu juga disebabkan penangganan kehamilan ibu dan kelahiran bayi yang kurang memadai,

khususnya daerah pedesaan. Sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat dicegah melalui

pelayanan Antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi yang memadai,

pertolongan persalinan bersih dan aman, serta pelayanan rujukan kebidanan yang terjangkau saat

diperlukan (Depkes, 1995a). Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan

meningkat, sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja

kemampuan teknis media petugas tetapi juga kemampuan manajemennya. Perbaikan manajemen

pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan akan meningkatkan pemerataan kesehatan dan

akan meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan dititik

beratkan kepada pelayanan kesehatan dasar dengan upaya terpadu yang diselenggarakan melalui

puskesmas, puskesmas pembantu, bidan desa dan balai pengobatan lainnya serta pelayanan rujukan

melalui rumah sakit (Depkes, 1995a). Kecamatan Semarang Barat mempunyai 16 kelurahan dengan

jumlah penduduk 431.125 jiwa, kepadatan penduduk 7.696 jiwa per km2. Upaya pelayanan

kesehatan di Kecamatan Semarang Barat dilaksanakan melalui sarana kesehatan milik pemerintah

yang terdiri dari Puskesmas 5 buah dan puseksamas pembantu sebanyak 3 buah dan jumlah

posyandu 126 buah. Tenaga kesehatan pemerintah terdiri dari 5 dokter, sedang jumlah bidan

sebanyak 12. Hasil kegiatan pelayanan KIA Kecamatan Semarang Barat sudah baik, terbukti dengan

cakupan K1 dan K4 tahun 2000–2002 sudah memenuhi target nasional yaitu K1:90% dan K4:80%

dibandingkan dengan cakupan K1 dan K4 Kota Semarang yang belum mencapai target nasional.

Demikian juga dengan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah memenuhi target nasional 80%, tetapi

angka kematian ibu di kecamatan tersebut tahun 2000–2002 masih tinggi sebesar 103,6/100.000

kelahiran dibanding dengan angka kematian ibu di Kota Semarang sebanyak 33,4/100.000 kelahiran

Page 4: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

meskipun masih dibawah Angka Kematian Ibu Nasional (Dinkes Kota Semarang, 2002).

Manajemen pelayanan KIA di Kecamatan Semarang Barat masih belum baik, misalnya kegiatan

perencanaan masih menunggu keputusan dari tingkat atas, pengorganisasian belum tepat,

penyusunan personalia juga belum sesuai kebutuhan, pengarahan belum dilakukan secara,

pengawasan masih sebatas dilaksanakan tetapi umpan baliknya belum ada. Pelayanan ANC di

Kecamatan Semarang Barat sudah dapat memcapai target tetapi dalam pelaksanaannya masih belum

sempurna atau belum sesuai protap yang ada. Adanya Kematian ibu di Kecamatan Semarang barat

lebih tinggi dari Kota Semarang, maka bagaimanakah gambaran manajemen pelayanan KIA dan

kualitas ANC di Puskesmas se Kecamatan Semarang Barat? Tujuan umum penelitian ini adalah

mengetahui pelaksanaan Manajemen Pelayanan KIA dan Kualitas Pelayanan ANC di Puskesmas. S

edangkan tujuan khusus adalah mengetahui kepatuhan terhadap standar ANC di Puskesmas;

mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam Manajemen

Pelayanan KIA di Puskesmas.

a. Gambaran pelayanan ANC

Kemampuan bidan dalam melaksanakan ANC masih kurang dan belum patuh pada standar

serta fasilitas belum lengkap maka kualitas pelayanan ANC belum sesuai yang diharapkan

oleh yang membutuhkan. Pendapat Crosby (1994) yang menyatakan bahwa kualitas

adalah kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan (Azwar,1995) dan faktor–faktor yang

mempengaruhi perbedaan kepatuhan terhadap standar adalah kemampuan, fasilitas atau

peralatan serta prosedur yang tak jelas, menurut Katz J dan Green (1992). Hasil penilaian

tersebut dapat memberi gambaran bahwa pemahaman responden terhadap tujuan dan

pentingnya prosedur tetap bagi peningkatan kualitas pelayanan dan dalam meningkatkan

efektifitas suatu system pelayanan belum baik sehingga timbul kecenderungan untuk tidak

mentaati semua item (Utarini dkk, 1999). Kecenderungan ini tentunya berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh responden karena semakin dipatuhi

pedoman atau prosedur tetap semakin baik pencapaian standar pelayanannya (Azwar, 1996).

Perawatan antenatal harus dimulai segera setelah kehamilan dikonfirmasi. Seorang wanita sehat

dengan kehamilan tanpa komplikasi harus memiliki antenatal check-up satu bulan sekali sampai 32

minggu kehamilan, kemudian dua kali sebulan sampai 36 minggu kehamilan dan mingguan dalam 4

minggu terakhir kehamilan.

Kunjungan pertama akan mencakup penilaian rinci dari kesehatan wanita, scan ultrasound untuk

memeriksa kehamilan dan tes darah untuk memeriksa golongan darah wanita itu dan setiap kondisi

yang berpotensi mempengaruhi bayi seperti Thalassaemia, Hepatitis B, Sifilis, Human

Immunodeficiency Virus (HIV), dll

Page 5: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

Kunjungan berikutnya akan mencakup penilaian kesejahteraan berat badan wanita itu,, tekanan darah,

tes urin (untuk gula dan protein) dan pertumbuhan janin. Pengujian tambahan dan scan USG dapat

ditawarkan tergantung pada kondisi klinis dari wanita dan / atau janin.

 Menurut SKDI 2005 diperoleh data angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat melahirkan

tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung yang berkaitan dengan

kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani

dengan baik dan tepat waktu. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka pemeriksaan

kehamilan atauantenatal care sangat dibutuhkan. Di sisi lain, tercapainya target antenatal

care tidak lepas dari peran ibu hamil itu sendiri. Pengetahuan ibu hamil mengenai antenatal

carediharapkan akan mendorong ibu hamil untuk lebih patuh dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan.

Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care dengan

kepatuhan ibu hamil dalam melakukan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Pleret,

Bantul.

Penelitian dengan metode deskriptif analitik. Menggunakan pendekatan waktu cross

sectional. Subjek penelitian adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di wilayah kerja

Puskesmas Pleret, Bantul. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Alat

ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji statistik menggunakan rumus Kendall’s Tau.

Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal

care dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan antenatal care di wilayah kerja

Puskesmas Pleret, Bantul yang dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan rumus Kendall’s

Tau diketahui bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 0,402 pada signifikansi 0,023

dimana signifikansi tersebut lebih kecil dari 5% (sig. p 0,023<0,05).

 Terdapat hubungan yang positif dan sangat bermakna sebesar 0,402 atau 40,2% antara

tingkat pengetahuan ibu tentangantenatal care dengan kepatuhan ibu hamil dalam

melakukanantenatal care di wilayah kerja Puskesmas Pleret, Bantul.

C. HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE

Kekurangan istirahat dan tidur yang berlangsung lama dapat berdampak pada kondisi

keesokan harinya.  Respon psikologis yang menyertai tindakan pembedahan pada pasien pre

Page 6: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

operasi adalah kecemasan dan ketakutan. Kecemasan dan emosi tidak stabil mempengaruhi

kemampuan tidur seseorang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan

pola pemenuhan kebutuhan tidur pasien pre operasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian

non-eksperimen metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi

dalam penelitian ini semua pasien dalam perawatan pre operasi di bangsal Melati RSD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Jumlah sampel yang didapat sebesar 35 responden

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian adalah

tingkat kecemasan dan variabel terikat pola pemenuhan kebutuhan tidur pasien pre operasi.

Cara pengumpulan data dengan kuesioner yang terdiri atas 18 pertanyaan tertutup untuk

tingkat kecemasan dan 16 pertanyaan untuk pola pemenuhan kebutuhan tidur. Data yang

didapat dianalisa dengan Kendall Thau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 62,86% responden berada dalam tingkat

kecemasan sedang dan sebanyak 54,28% responden pola kebutuhan tidurnya kurang. Ada

hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan pola pemenuhan kebutuhan tidur

sebesar 0,313 atau 31,3% dengan signifikansi 0,020 (sig.p<0,05).

Antenatal Care

Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan

fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan

ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

Tujuan khusus Antenatal Care menurut Manuaba (1998) adalah :

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat

persalinan, dan kala nifas

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas

c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala

nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana

Page 7: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal Memperhatikan batasan dan

tujuan Antenatal Care, maka jadwal pemeriksaan menurut Manuaba (1998) adalah sebagai

berikut :

a. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

b. Pemeriksaan ulang

1) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan

2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan

3) Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan

c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan lain .

Dalam Asuhan Antenatal meliputi : memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan), mental dan social, ibu dan bayi (Sayfudin, 2002).

Keteraturan antenatal care dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini

menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin

terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat

terdeteksi sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil

kurang termotivasi dalam melakukan Antenatal care yaitu kesibukan, tingkat sosial ekonomi

yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan untuk pelayanan

maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obatan

penyelamat jiwa (Prawirohardjo, 2002). Ibu hamil dalam masa kehamilannya menimbulkan

reaksi yang berbeda, hal ini tergantung dari sifat masing-masing individu yang berdasarkan

pengalaman, pendidikan dan tingkat kedewasaan meskipun sebagian besar wanita dalam

menghadapi kehamilan merasakan ketakutan, kecemasan yang disebabkan oleh banyak faktor

terutama pada ibu primigravida dan primipara, hal tersebut mendorong ibu primigravida dan

primipara untuk lebih patuh dalam melaksanakan antenatal care. Kepatuhan dalam Antenatal

Care meliputi kontrol teratur, dengan kontrol teratur diharapkan dapat dideteksi lebih dini

Page 8: Hubungan Komunikasi Tenaga Kesehatan

keadaan-keadaan yang mengandung resiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu

maupun janin (Hamilton, 1995). Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

Antenatal minimal 4 kali, yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester akhir sebanyak dua

kali. Pemeriksaan Antenatal Care menurut Indiarti (2008) adalah berikut :

a) Penimbangan Berat Badan

b) b) Periksa Tekanan Darah

c) b) Periksa Tekanan Darah

d) d) Periksa Detak Jantung Janin

e) e) Periksa Dalam

f) f) Periksa Perut

g) g) Tinggi Badan

h) h) Periksa Kaki dan Tangan

i) i) Imunisasi