HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …
Transcript of HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
Arga Prahastya Baswara
11161030000050
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 28 November 2019
Arga Prahastya Baswara
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA
MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian
diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Arga Prahastya Baswara
NIM: 11161030000050
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL DR. Zeti Harriyati, M.Biomed
NIP. 196104161987091001 NIP. –
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, diajukan oleh Arga Prahastya Baswara
(NIM: 11161030000050), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada
tahun 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 28 November 2019
DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL
NIP. 196104161987091001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL DR. Zeti Harriyati, M.Biomed NIP. 196104161987091001 NIP. –
Penguji I Penguji II
dr. Nina Afiani, SpOG, M.Kes dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK
NIP. – NIP. –
PIMPINAN FAKULTAS PIMPINAN PRODI Dekan Fakultas Kedokteran Kepala Prodi Fakultas Kedokteran
dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD- KEMD, FINASM DR. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT NIP. 197707272006042001 NIP. 19780507200501100
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian
ini.Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya.
Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, SpPD-KEMD, PhD selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT selaku Kepala Program studi
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. DR. dr. Sardjana, SpOG(K) SH selaku pembimbing I saya
yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat,
dan bantuan dalam penyusunan penelitian ini.
4. DR. Zeti Harriyati, M.Biomed selaku pembimbing II saya yang
senantiasa meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat, dan
bantuan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Ayahanda Kukuh Pramono SE dan Ibunda drg. Iriani Deltiartini
Sp. Ort selaku kedua orang tua saya, dan kakak saya drg. Stacya
Amanda Pramitha yang senantiasa mencurahkan cinta dan
kasih,serta memberi semangat dan doa untuk kebaikan saya dalam
menjalani pendidikan dan keseharian saya hingga saat ini.
6. drg. Annisa Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ)
modul riset PSPKD 2016.
7. Sahabat terdekat saya, Lazuardi Resi Sinatria, Setiyo Ramdani, Nik
Muhammad Daniel Haiqal, Zakky Ramadhan, Kahfi Ramadhan,
Fahreza Aditya, Michael Sadena Dibyantoro, Josia Rajagukguk,
Rizky Aditya Aulia, Indira Khairunnisa Effendi, Mulia Ade
Zulfadlan, Angela Kristofani, Sharima Ahmad yang senantiasa
mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan ketika semangat
turun untuk mengerjakan penelitian ini.
vi
8. Teman-teman kelompok riset saya, Laksana Firman Latief, Ahmad
Zaqi Zaenal Muttaqin, dan Devin Septia Bramanda yang berjuang
bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman saya, Fredianto Akil Nugroho, Andi Rizal
Nazaruddin Umar, Firyal Muhammad Haekal Shofi, Henry Aji
Purnomo, Alhayandi Deu, Nashih Abdillah, Amanda Saphira
Wardani, Faradilla Amirabagya, Muhammad Ilham Indraprasta,
Safira Rosiana Choirida, Siti Firyal Rafa, Ika Alifa Suryabrata,
Muhammad Rafli Iqbal yang selalu memberi semangat setiap hari
dan membantu dalam do’a.
10. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi
dalam penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan. Saya menerima berbagai kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar laporan penelitian ini menjadi
lebih baik. Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Ciputat, 28 November 2019
Arga Prahastya Baswara
vii
ABSTRAK
Arga Prahastya Baswara. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019. 2019. Kecemasan merupakan perasaan cemas terhadap suatu kejadian yang akan datang. Prevalensi wanita mengalami kecemasan lebih tinggi (30,5%) selama masa hidupnya dibandingkan pria (19,2%). Salah satu perasaan yang dialami individu dengan ansietas adalah perasaan ketakutan, ketidakpastian yang berhubungan dengan sistem simpatis dan mempengaruhi gangguan fisiologis seperti siklus menstruasi pada wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019. Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan total sampel adalah 81 subjek dari total 216 mahasiswi angkatan 2016, 2017 dan 2018. Cara kerja penelitian ini adalah melakukan informed consent kepada responden yang terpilih, dilanjutkan mengisi identitas, kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale), dan kuesioner terkait siklus menstruasi. Dari hasil studi deskriptif yang dilakukan, didapatkan mahasiswi dengan kecemasan normal dan menstruasi teratur adalah 26 mahasiswi (32,1%), kecemasan normal dan menstruasi tidak teratur sebanyak 18 mahasiswi (22,2%), kecemasan ringan dan menstruasi teratur sebanyak 4 mahasiswi (4,9%), kecemasan ringan dan siklus menstruasi tidak teratur berjumlah 15 mahasiswi (18,6%), kecemasan sedang dan kecemasan berat dengan gangguan siklus menstruasi berjumlah 12 mahasiswi (14,8%) dan 6 mahasiswi (7,4%) dan tidak ada responden mengalami kecemasan sangat berat. Hasil uji analisis menggunakan somers’d dan didapatkan p value = 0.000 dengan Odds Ratio (OR) 11,917. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata kunci : Kecemasan, Siklus Menstruasi, Mahasiswi Fakultas Kedokteran
viii
Arga Prahastya Baswara. Medical Education and Profession Study Program. Correlation Between Anxiety and Menstrural Cycle on Females in Faculty of Medicine Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2019. 2019.
Anxiety is an anxious feeling to an upcoming event. The prevalence of women experiencing anxiety is higher (30.5%) during their lifetime than men (19.2%). Feelings that experienced by individuals with an anxiety disorder are fear and uncertainty that associated with the sympathetic system and can affect physiological disorders such as menstrual cycles in women. The purpose of this study are to determine the correlation between anxiety and menstrual cycle on female students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta year 2019. The design of this study is using cross sectional. Sampling technique is using simple random sampling method with a total sample of 81 subjects from a total of 216 female students year 2016, 2017 and 2018. The following steps for collecting the data of this study are first, do informed consent to selected respondents, followed by filling in identity, DASS (Depression Anxiety Stress Scale) questionnaire, and questionnaires related to the menstrual cycle. The results from this descriptive study that female college students with normal anxiety levels with no menstrual cycle disorder are 26 female students (32.1%), normal anxiety levels with menstrual cycle disorders are 18 female students (22.2%), mild anxiety and no menstrual disorder cycle are 4 female students (4.9%), mild anxiety with menstrual cycle disorder are 15 female students (18.6%), moderate anxiety levels with menstrual cycle disorder are 12 female students (14.8%), severe anxiety with menstrual disorder are 6 female students (7, 4%) and none of the respondents experienced very severe anxiety. The results of the analysis test is using Somers’d and the results are p value = 0.000 with Odds Ratio (OR) 11,917. Thus, it can be concluded that statistically there is a relationship between anxiety and menstrual cycle in students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: Anxiety, Menstrual Cycle, Medical Students
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... .v
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti .............................................................. 3
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan ............................................ 3
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain ...................................................... 3
1.5.4 Manfaat Bagi Masyarakat ........................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................................. 4
2.1.1 Kecemasan ................................................................................... 4
2.1.1.1 Pengertian Kecemasan .......................................................... 4
2.1.1.2 Epidemiologi Kecemasan ..................................................... 4
2.1.1.3 Etiologi Kecemasan .............................................................. 4
2.1.1.4 Gejala Kecemasan ................................................................ 7
2.1.2 Hipotalamus dan Hipofisis ........................................................... 8
x
2.1.2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus-Hipofisis......................8
2.1.2.2 Sistem Limbik.......................................................................10
2.2 Siklus Menstruasi...............................................................................11
2.2.1 Pengertian Siklus Menstruasi.......................................................11
2.2.2 Fisiologi Siklus Menstruasi..........................................................11
2.2.2.1 Siklus Ovarium.....................................................................12
2.2.2.1.1 Fase Folikular..................................................................12
2.2.2.1.2 Fase Luteal.......................................................................16
2.2.2.2 Siklus Endometrium.............................................................19
2.2.2.2.1 Fase Regenerasi...............................................................19
2.2.2.2.2 Fase Proliferatif...............................................................19
2.2.2.2.3 Fase Sekretorik................................................................19
2.2.2.2.4 Fase Menstruasi...............................................................19
2.2.3 Mekanisme Perdarahan Menstruasi..............................................21
2.3 Gangguan Pada Siklus Menstruasi....................................................22
2.4 Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi.............................25
2.5 Kerangka Teori..................................................................................26
2.6 Kerangka Konsep..............................................................................27
2.7 Definisi Operasional..........................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................29
3.3.1 Kriteria Sampel..............................................................................29
3.4 Jumlah Sampel Penelitian...................................................................30
3.5 Teknik Pengambilan Sampel..............................................................30
3.6 Pengolahan dan Penyajian Data.........................................................30
3.7 Teknik Pengumpulan Data.................................................................30
3.7.1 Data Primer....................................................................................30
3.8 Alur Kerja Penelitian..........................................................................31
3.9 Pengolahan Data.................................................................................32
3.10 Analisis Data....................................................................................32
xi
3.10.1 Analisis Univariat........................................................................32
3.10.1 Analisis Bivariat..........................................................................32
3.11. Etika Penelitian...............................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Univariat..............................................................................33
4.2 Analisis Bivariat................................................................................37
4.3 Keterbatasan Penelitian.....................................................................39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................39
5.2 Saran..................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN..........................................................................................................42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1. Definisi Operasional Penelitian ...................................................................... 27
4.1. Gambaran Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah menjadi responden ................................................................................ 33
4.2. Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan .............................................. 34
4.3. Gambaran Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi Mahasiswi Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................................................ 35
4.4. Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi .......................................... 36
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1. Anatomi Hipotalamus dan Hipofisis ................................................................. 9
2.2. Regulasi Endokrin pada aksis Hipotalamus-Hipofisis ...................................... 9
2.3. Anatomi Korteks Sistem Limbik .................................................................... 10
2.4. Produksi Esterogen Oleh Folikel Ovarium ..................................................... 14
2.5. Struktur Folikel Matur (Folikel de Graaf) ...................................................... 15
2.6. Mekanisme Kontrol Umpan Balik Pada Fase Luteal ...................................... 17
2.7. Gambar perkembangan dan maturasi folikel, ovulasi, pembentukan korpus
luteal hingga degenerasi ovum pada siklus ovulasi ............................................... 18
2.8. Anatomi Uterus Beserta Dindingnya .............................................................. 19
2.9. Pengaruh hormon FSH, LH, Esterogen dan Progesteron dengan pematangan
telur dan dinding endometrium .............................................................................. 21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent dan Kuesioner ..................................... 41
Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ............................................. 50
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 54
xv
DAFTAR SINGKATAN
H-H-O : Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
KKD : Keterampilan Klinik Dasar
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
SOCA : Student Oral Case Analysis
HPA : Hipothalamus-Pituitary-Adrenal
ACTH : Adrenocorticoid Hormone
CRF : Corticotropin Releasing Factor
DHEA : Dehydroepiandrosterone
GABA : Gamma-AminoButyricAcid
ARAS : Ascending Reticular Activating System
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
ADH : Antidiuretic Hormone
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
TSH : Thyrotropin Releasing Hormone
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
GHRH : Growth Hormone Releasing Hormone
MSH : Melanocyte-Stimulating Hormone
FSH : Follicle-Stimulating Hormone
LH : Luteinizing Hormone
OMI : Oocyte Maturation Inhibitor
LI : Luteinization Inhibitor
β-hCG : Beta-Human Chorionic Gonadotrophin
IBS : Irritable Bowel Syndrome
PMS : Pre-Mesnstrual Syndrome
IMT : Indeks Massa Tubuh
DASS : Depression Anxiety Stress Scale
CI : Correlation Interval
OR : Odds-Ratio
xvi
PGF2-α : Prostaglandin F2 Alpha
20α-HSD : 20α-hydroxysteroid dehydrogenase
StAR : Steroidogenic Acute Regulatory Protein sehingga produksi
ROS : Reactive Oxygen Species
VGEF : Vascular Endothelial Growth Factor
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada perempuan, usia reproduktif dimulai ketika pertama kali haid atau
menarke. Haid pertama kali yang dialami oleh seorang perempuan terjadi pada usia
sekitar 11-15 tahun dengan rerata 13 tahun.1 Haid normal merupakan hasil akhir
siklus ovarium yang diawali dengan pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal
siklus kemudian pada pertengahan siklus terjadi ovulasi dari satu folikel dominan.
Jika tidak terjadi pembuahan kurang lebih 14 hari pascaovulasi, akan terjadi haid.2
Secara normal, siklus haid atau menstruasi pada wanita tidak kurang dari 24 hari
namun tidak lebih dari 35 hari. Terjadinya perdarahan pada menstruasi disebabkan
oleh luruhnya dinding endometrium pada rahim wanita karena tidak ada
pembuahan.2
Secara klinis, haid dinilai berdasarkan tiga hal. Pertama ialah siklus haid
yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Kedua,
lama haid yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti.
Ketiga, jumlah darah yang keluar selama satu kali haid.2 Haid merupakan gabungan
dari hasil kerja sama yang sangat rapi dan synchronized dari sumbu Hipotalamus-
Hipofisis-Ovarium (H-H-O axis) dan jika pada sumbu H-H-O tidak terdapat
gangguan, maka akan menghasilkan proses ovulasi yang teratur sehingga
menghasilkan siklus haid yang teratur. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi siklus ovulasi yang dapat mengakibatkan memperpanjang siklus
haid, salah satunya ialah cemas atau anxiety.1, 17 Kecemasan merupakan respons terhadap suatu permasalahan yang akan
dihadapi atau akan datang. Namun, terdapat perbedaan antara kecemasan dengan
rasa takut di mana kecemasan cenderung pada sesuatu yang akan datang, sedangkan
rasa takut cenderung pada suatu ancaman yang terjadi saat ini. Rasa cemas (Anxiety)
dan rasa takut yang berlebih dapat mempengaruhi aktivitas simpatis. Individu yang
mengalami kecemasan cenderung memiliki perasaan yang selalu tidak tenang dan
rasa tertekan secara psikis.3
2
Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan rasa cemas
pada individu, salah satunya ialah kegiatan perkuliahan yang terdiri dari berbagai
ujian dan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen untuk mahasiswa, khususnya pada
mahasiswa kedokteran. Kegiatan perkuliahan dengan jam kuliah yang padat, tugas
setiap minggu, minimnya waktu libur untuk istirahat, ujian seperti kuis sebelum
praktikum, ujian Keterampilan Klinik Dasar (KKD), ujian OSCE dan SOCA, dan
nilai minimum yang memenuhi persyaratan lulus dapat menjadi faktor pemicu
kecemasan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Jakarta khususnya untuk
mahasiswi yang belum terbiasa dengan perkuliahan kedokteran atau mahasiswi
yang memiliki target untuk melanjutkan studi berikutnya setelah lulus dari
kedokteran S1 sehingga hal tersebut dapat memicu kecemasan pada mahasiswi dan
mempengaruhi siklus Haid. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Badria 2014)
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE pada tahun 2014, didapatkan
mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki angka kecemasan lebih tinggi
(22%) dibandingkan laki-laki (8%).5 Terdapat penelitian lain pada mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dengan total responden
mahasiswi 52 orang, 30,77% (10 orang) mahasiswi mengalami kecemasan ringan,
59,62% (31 orang) mengalami kecemasan sedang, dan 9,62% (5 orang) mengalami
kecemasan berat.6 Namun, belum ada informasi penelitian apakah hubungan
kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi kedokteran.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan riset
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi
pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2.Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3.Hipotesis
Terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapatnya suatu
hubungan antara kecemasan, baik ringan, sedang, ataupun berat dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kecemasan mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-2018.
2. Mengetahui adanya hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai hubungan
kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah ada saat ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Kecemasan
2.1.1.1.Pengertian Kecemasan
Kecemasan, ansietas, atau anxiety merupakan perasaan cemas terhadap
suatu kejadian yang akan datang namun belum terjadi. Perbedaan dengan
rasa takut, anxiety merupakan rasa cemas terhadap sesuatu yang akan
datang sedangkan rasa takut merupakan kecemasan yang sedang terjadi.
Kecemasan merupakan diagnosis paling umum pada kasus psikiatri.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, dari 8000 orang dewasa 28%
mengalami gejala yang mengarah kepada ansietas dalam masa hidupnya
yang memenuhi kriteria diagnosis DSM-IV-TR.3
2.1.1.2.Epidemiologi Kecemasan
The National Comorbidity Study melaporkan 1 dari 4 individu
mengalami setidaknya satu dari gangguan ansietas dengan prevalensi 17,7%
selama 12 bulan. Wanita mengalami ansietas lebih tinggi (30,5%) selama
masa hidupnya dibandingkan pria (19,2%).8
2.1.1.3.Etiologi Kecemasan
A. Teori Biologi
Bagian otak yang diduga berperan dalam timbulnya kecemasan
adalah pada bagian oksipitalis, tempat reseptor benzodiazepin tertinggi
di otak. Pada bagian sistem limbik, ganglia basal, dan korteks frontal
juga dihipotesiskan berpengaruh pada penyebab gangguan kecemasan.
Pada gangguan kecemasan juga ditemukan sistem serotogenik yang
abnormal dan neurotransmitter yang berikatan adalah GABA, serotonin,
norepinefrin dan glutamat.4
5
B. Teori Saraf Otonom (Autonomic Nervous System)
Stimulasi pada saraf otonom, secara mayoritas terdiri dari asetilkolin
dan neuroepinefrin, dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti
takikardi (sistem kardiovaskular), sakit kepala (muskular), diare (sistem
gastrointestinal), dan sesak nafas (sistem respirasi). Pada individu
dengan gangguan ansietas, dapat memicu saraf otonom untuk bereaksi
dan secara perlahan terus meningkat karena berkelanjutan dan diberi
stimulus secara terus menerus.8,9
C. Teori Neurotransmiter
Dalam ilmu syaraf, terdapat 2 klasifikasi neurotransmiter
berdasarkan fenotip, yaitu eksitatorik dan inhibitorik.8 Terdapat 3 jenis
neurotransmiter yang berhubungan dengan gangguan kecemasan, yaitu
norepinefrin, serotonin yang berperan sebagai neurotransmiter
eksitatorik, dan reseptor γ-aminobutyric (GABA) , atau secara spesifik
GABAA, yang berperan sebagai neurotransmiter inhibitorik.8,9
Teori umum pada hubungan norepinefrin dengan gangguan
kecemasan yaitu ada kemungkinan pada individu dengan gejala
kecemasan memiliki regulasi sistem noradrenergik yang kurang baik.
Gejala kronis yang dialami oleh individu dengan gangguan kecemasan,
seperti gangguan panik, insomnia, ketakutan, peningkatan emosi
(hyperarousal), merupakan karakteristik meningkatnya fungsi
noradrenergik. Badan sel sistem noradrenergik terlokalisasi pada lokus
seroleus, yang terletak di bagian rostral pons dan memproyeksi akson
menuju korteks serebral, sistem limbik, batang otak, dan sumsum tulang
belakang.8
Stress fisiologik dapat meningkatkan sintesis dan pengeluaran
kortisol. Kortisol memiliki peran dalam peningkatan rangsangan,
kewaspadaan, fokus, atensi, dan pembentukan memori. Namun, kortisol
dapat menginhibisi sistem reproduksi dan menahan respons imun.
Sekresi kortisol yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping,
termasuk hipertensi, osteoporosis, immunosupresi, resistensi insulin,
6
dislipidemia, gangguan koagulasi, aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskular. Pada pasien dengan kecemasan, terdapat perubahan
pada fungsi pada aksis HPA (Hipothalamus-pituitary-Adrenal) dan
terdapat penelitian respons ACTH (Adrenocorticoid Hormone) menjadi
tumpul terhadap CRF (Corticotropin Releasing Factor) pada pasien
dengan gangguan panik.8
Mediator pada respons stres, seperti CRH (Corticotropin Releasing
Hormone) berfungsi untuk koordinasi terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi ketika stres seperti perilaku adaptif dan perubahan
fisiologis. Ketika berada dalam keadaan stres, CRH meningkat dan
mengakibatkan aktivasi aksis HPA dan mengeluarkan kortisol dan
DHEA (Dehydroepiandrosterone) dan CRH mengakibatkan inhibisi
fungsi neurovegetatif seperti nafsu makan, aktivitas seksual, dan sistem
endokrin untuk pertumbuhan dan reproduksi.8
GABA merupakan neurotransmitter inhibitorik primer pada sistem
saraf pusat (1 dari 3 neuron pada sistem saraf pusat adalah GABA dan
merupakan neurotransmitter utama). Peran aktivasi reseptor GABA
pada gangguan kecemasan adalah sebagai neuron inhibitorik. Inhibisi
neuron oleh GABA di mediasi oleh 2 jenis reseptor GABA yaitu
GABAA ionotropik yang bekerja cepat dan GABAB metabotropik yang
bekerja lamban dan respons inhibitorik yang berkepanjangan.12
Pada penelitian menggunakan hewan primata ditemukan bahwa
gejala kecemasan terinduksi ketika primata diberikan beta carboline,
sebuah antagonis GABA. Pemberian flumazenil, yang merupakan
antagonis GABA, menyebabkan serangan panik pada pasien dengan
gangguan panik sehingga peneliti menarik hipotesis bahwa pasien
dengan gangguan kecemasan memiliki gangguan fungsi reseptor
GABAA.8
D. Teori Genetik
Pada studi genetik terkait gangguan kecemasan, keturunan menjadi
faktor predisposisi pada pembentukan gangguan kecemasan. Sekitar
7
25% dari keluarga tingkat pertama penderita kecemasan juga menderita
gangguan yang sama, dan pada pasangan kembar didapatkan 50% pada
kembar identik dan 15% pada kembar non-identik.4
2.1.1.4.Gejala Kecemasan
Secara klinis, pasien dengan kecemasan umumnya datang ke dokter
karena keluhan somatik, seperti3,4,8 :
• Diare dan gangguan pencernaan lain
• Sakit Kepala
• Sesak napas
• Berkeringat berlebihan
• Palpitasi
• Keringat dingin
• Rasa bergetar
• Kelelahan
Secara psikologik, gejala yang dapat ditemukan :
• Merasa khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan
• Merasa tegang dan tidak bisa rileks dalam situasi apapun
• Khawatir dengan orang lain terhadap dirinya
• Dalam pikirannya selalu khawatir dan cemas
8
2.1.2 Hipotalamus-Hipofisis
2.1.2.1. Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus-Hipofisis
Hipotalamus merupakan kumpulan nuklei spesifik dan serat
terkaitnya yang berada di bawah talamus. Fungsi dari hipotalamus adalah
pusat integrasi bagi fungsi homeostatik dan penghubung antara sistem saraf
autonom dan sistem endokrin. Dalam homeostasis, hipotalamus berfungsi
untuk mengontrol suhu tubuh, mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin,
mengontrol nafsu makanan, mengontrol sekresi hipofisis anterior dan
menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior, sebagai pusat autonom
utama yang mempengaruhi otot polos, otot jantung dan kelenjar eksokrin,
kontrol kontraksi uterus dan ejeksi susu, berperan dalam siklus tidur-
bangun, dan berperan dalam emosi dan perilaku sehingga hipotalamus dapat
mempengaruhi sistem limbik, yang berfungsi bersama korteks dalam
kontrol emosi dan perilaku.7
Peran hipotalamus dalam sekresi hormon diteruskan menuju
hipofisis anterior dan posterior, yang dikontrol secara berbeda. Pada bagian
posterior, hipofisis mensekresi oksitosin dan Antidiuretic Hormone (ADH)
dan pada bagian anterior mensekresi Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH), Thyrotropin Releasing Hormone (TSH), Corticotropin Releasing
Hormone (CRH), Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH), dan
faktor yang melakukan regulasi Melanocyte-Stimulating Hormone (MSH).
Hormon yang telah di sekresi oleh hipofisis dikeluarkan menuju sirkulasi
darah dan merangsang organ endokrin perifer untuk sekresi hormon
kemudian sirkulasi di darah dan konsentrasi dari hormon-hormon tersebut
mempengaruhi sekresi dari hipotalamus dan hipofisis melewati umpan balik
negatif.9
9
Gambar 2.1 Anatomi Hipotalamus dan Hipofisis.7
Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition
Gambar 2.2 Regulasi Endokrin pada aksis Hipotalamus-Hipofisis9
Sumber : Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 5th Edition
10
2.1.2.2 Sistem Limbik
Sistem limbik merupakan struktur cincin pada otak depan yang
mengelilingi batang otak dan mencangkup bagian dari lobus-lobus korteks
serebrum, talamus, hipotalamus, dan nukleus basal.
Gambar 2.3. Anatomi korteks sistem limbik9
Sumber : Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 5th Edition
Hubungan sistem limbik dengan hipotalamus dan sistem saraf
otonom adalah sistem limbik mempengaruhi dorongan dan perilaku afektif.
Secara teleologis, fungsi utama sistem limbik adalah pembentukan sifat dan
perilaku bertahan hidup (survival) pada individu.9 Amigdala terletak pada
inferior sisi bawah temporalis, berperan penting dalam proses masukan
yang menghasilkan sensasi takut.7 Pada zona medial dan sentral amigdala
adalah bagian dari sistem limbik. Secara teori, amigdala terhubung dengan
bagian otak tengah (midbrain) dan pada bagian nukleus medial dorsal
talamus dan dilanjutkan menuju korteks orbitofrontal. Stimulasi pada
amigdala telah ditemukan menghasilkan affective activation, yaitu respons
aktif, baik secara fisiologis ataupun psikologis yang dipengaruhi oleh
stimulus. Reaksi yang disebabkan oleh perasaan emosi, seperti marah, rasa
takut, dan agresi mempengaruhi reaksi otonom seperti meningkatnya
tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas. Perubahan atensi, nafsu
11
makan, dan perilaku seksual bergantung dari bagian mana dari amigdala
terstimulasi.9
2.2. Siklus Menstruasi
2.2.1. Pengertian Siklus Menstruasi
Menstruasi atau Haid merupakan proses fisiologis yang dapat dilihat
pada perempuan dengan manifestasi perdarahan uterus karena luruhnya
endometrium yang disebabkan tidak adanya pembuahan kurang lebih 14
hari pascaovulasi.1,2
Secara klinis, tiga hal yang dapat dinilai dalam haid yaitu berdasarkan
siklus haid, dimana jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid
berikutnya, kemudian lama haid, yaitu jarak dari hari pertama haid sampai
perdarahan haid berhenti, dan jumlah darah yang keluar selama satu kali
haid.2
Siklus Menstruasi dapat dikatakan normal bila siklus tidak kurang dari
24 hari, namun tidak melebihi 35 hari dengan lama haid 3-7 hari dan jumlah
darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80ml atau ganti pembalut 2-
6 kali per hari.2
2.2.2. Fisiologi Siklus Menstruasi
Menstruasi merupakan hasil dari proses kerja sama pada jaras
Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (H-H-O axis). Untuk terjadinya siklus
menstruasi, terdapat 2 siklus yang setiap fase mempengaruhi satu sama
lain yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium.
Siklus ovarium merupakan proses pematangan telur yang terjadi di
ovarium. Secara terus menerus, ovarium memiliki dua fase secara
bergantian yaitu fase folikular dan fase luteal, dimana fase folikular
didominasi oleh keberadaan folikel matang dan fase luteal ditandai
dengan adanya korpus luteal.7 Perkembangan dan maturasi folikel,
ovulasi, pembentukan korpus luteal hingga degenerasi merupakan
bagian dari siklus ovarium yang membutuhkan waktu kurang lebih 4
minggu.1
12
Siklus Endometrium merupakan proses terjadinya perubahan
dinamis pada dinding endometrium yang dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron. Pada fase awal, estrogen merangsang
pertumbuhan endometrium dan miometrium dan membentuk reseptor
progesteron di endometrium. Progesteron memiliki peran memfasilitasi
dinding uterus untuk menjadi lingkungan yang memadai ketika
terjadinya implantasi ovum pasca pembuahan. Siklus endometrium
terbagi menjadi 3, yaitu fase haid, fase proliferasi, dan fase sekretorik.7
2.2.2.1. Siklus Ovarium
Siklus ovarium merupakan fase terjadinya pembentukan dan
pertumbuhan folikel, ovulasi, pembentukan hingga degenerasi korpus
luteum yang terjadi kurang lebih 4 minggu.1 Terdapat 2 fase yang terjadi
dalam siklus ovarium, yaitu fase folikular dan fase luteal.
2.2.2.1.1. Fase Folikular
Pada siklus awal atau siklus folikular, sekresi gonadrotopin,
Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
meningkat dengan FSH lebih dominan dibandingkan LH.2 Selama
pembentukan folikel, terdapat perubahan signifikan pada oosit. Sel-sel
yang mengelilingi oosit mengalami perubahan penting untuk persiapan
pembebasan sel telur dari ovarium seiring dengan penyimpanan dan
pembentukan bahan oleh oosit primer ketika terjadi pembuahan.7 Pada
fase ini, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer mengalami
proliferasi untuk membentuk lapisan-lapisan yang mengelilingi oosit.
Terbentuknya sekat yang berdasarkan glikoprotein aseluler yang
diproduksi oleh sel folikular mengelilingi oosit yang dikenal sebagai
Zona Pelusida. Taut celah (Gap Junction) menembus zona pelusida dan
menghubungkan oosit dengan sel-sel granulosa untuk memberikan
nutrien seperti glukosa, asam amino, dan molekul penting lain dan untuk
penyimpanan nutrien penting.7 Pada saat yang bersamaan, ketika oosit
semakin membesar dan sel granulosa mengalami proliferasi, jaringan
13
ikat pada ovarium mengalami kontak dengan sel granulosa yang sedang
berkembang kemudian mengalami proliferasi dan diferensiasi
membentuk lapisan luar yang dikenal sebagai Sel Teka (Theca Cells).7
Pada awal fase folikular, sel teka hanya memiliki reseptor LH dan
sel granulosa hanya memiliki FSH. Untuk menghasilkan hormon
androgen, sel teka perlu dipicu oleh LH kemudian androgen memasuki
sel granulosa dan FSH mengubah androgen menjadi esterogen dengan
bantuan enzim aromatase. Peran FSH pada fase folikular cukup
dominan, yaitu memicu sekresi inhibin B untuk merangsang LH agar
meningkatkan sekresi androgen di sel teka dan memberi umpan balik
negatif FSH yang di sekresi oleh hipofisis. Selain itu, FSH memicu
aktivin yang berfungsi untuk memicu sekresi esterogen di sel granulosa.
Selain itu, FSH berperan dalam mengubah androgen menjadi esterogen
dengan bantuan enzim aromatase di sel granulosa, memicu proliferasi
sel granulosa sehingga folikel membesar, dan memperbanyak reseptor
FSH di sel granulosa dengan bantuan esterogen.2 Proses dan perubahan
yang terjadi secara signifikan tersebut mengubah folikel preantral
menjadi antral yang menyekresikan esterogen.7
Stimulasi secara terus menerus oleh FSH menyebabkan beberapa
folikel antral mengalami pertumbuhan menjadi lebih besar dan terus
meningkatnya sekresi esterogen. Kadar esterogen dan inhibin B pada
hari 5-7 siklus sudah cukup tinggi, dan keduanya menekan sekresi FSH
secara bersamaan namun tidak pada sekresi LH.2 Folikel dengan
konsentrasi esterogen tertinggi dengan rasio androgen : esterogen
terendah, dan memiliki reseptor FSH terbanyak pada sel granulosa, akan
menjadi folikel dominan. Folikel lainnya yang memiliki ukuran lebih
kecil akan mengalami atresia pada hari ke-8.1
Folikel dominan yang terus membesar menyebabkan sel granulosa
semakin membesar dan mengakibatkan kadar esterogen terus
meningkat. Sel granulosa mengelilingi ovum untuk membentuk
cumulus oophorus atau diskus proligerus yang mengaitkan ovum
dengan dinding folikel. Sel yang berdekatan dengan ovum tersusun
14
secara radial, disebut korona radiata. Pada tahap ini, FSH bersama
esterogen membentuk reseptor LH yang sebelumnya hanya terdapat di
sel teka menjadi terdapat pada sel granulosa folikel dominan. Ketika
reseptor LH terbentuk di sel granulosa, inhibin A, yang berperan selama
fase luteal, mulai berperan untuk menggantikan inhibin B yang lebih
berperan pada fase folikular. Pembentukan reseptor LH pada sel
granulosa diperlukan untuk menginduksi ovulasi, luteinisasi sel
granulosa untuk membentuk korpus luteum dan sekresi progesteron.1,2
Gambar 2.4 Produksi esterogen oleh folikel ovarium7
Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition
Cairan pada sel folikular mengalami peningkatan, yang terdiri dari
esterogen, FSH, prolaktin, OMI (Oocyte Maturation Inhibitor), LI
(Luteinisasi Inhibitor), dan inhibin yang memiliki peran untuk inhibisi
FSH secara sentral.1 Folikel dominan berkembang menjadi folikel matur
(Folikel de Graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya
pembentukan folikel.7 Berukuran sekitar 20 mm, dari luar ke dalam,
folikel matur memiliki komponen struktur terdiri dari teka eksterna, teka
interna, membran granulosa, lapisan sel granulosa, diskus proligerus,
dan antrum yang memiliki cairan vesikular.
15
Gambar 2.5 Struktur Folikel Matur (Folikel de Graaf)1
Sumber : DC Dutta’s Textbook of Gynecology 6th Edition
Pada akhir masa folikular, sekresi LH lebih dominan dibandingkan
FSH karena pada pertengahan siklus reseptor LH semakin bertambah
pada sel granulosa.1,2 Sekitar hari ke-12, ketika kadar esterogen 200
pg/ml dan bertahan lebih dari 50 jam, memacu sekresi LH sehingga
terjadi lonjakan sekresi LH (LH Surge).2
Lonjakan LH pada pertengahan siklus menyebabkan perubahan
besar dalam folikel, yaitu2,7 :
1. Menghambat sekresi OMI (Oocyte Maturation Inhibitor) yang
berperan untuk menahan miosis 1 pada awal siklus. Saat
lonjakan LH, miosis II oosit dimulai kembali sehingga terjadi
maturasi oosit.
2. Memicu pembentukan prostaglandin lokal pada sel granulosa.
Hal tersebut memicu ovulasi dengan perubahan vaskular
sehingga menyebabkan pembengkakan folikel secara cepat dan
kontraksi dinding folikel untuk “memecahkan” dinding folikel
agar oosit keluar saat ovulasi.
3. Memicu ovulasi dan luteinisasi tidak sempurna dari sel
granulosa yang terjadi karena masih ada hambatan dari oosit.
Karena luteinisasi tidak sempurna, sekresi progresteron sedikit
meningkat.
16
Ovulasi merupakan kejadian dimana oosit keluar dari folikel sekitar
36-48 jam sejak awal lonjakan LH (LH Surge).2 Pascaovulasi, sel granulosa
mengalami luteinisasi, sehingga memasuki fase luteal.2
Ketika memasuki fase luteal, progresteron mengalami peningkatan
sangat drastis dan menghambat sekresi gonadotropin sehingga
mengakibatkan penurunan kadar LH dan FSH. Pada fase ini, LH tetap lebih
dominan dibandingkan dengan FSH karena LH masih dibutuhkan untuk
vaskularisasi dan steroidigenesis di korpus luteum. Mekanisme tersebut
menandakan sudah memasuki fase Luteal.2
2.2.2.1.2. Fase Luteal
Setelah ovulasi, folikel pecah yang tertinggal di ovarium mengalami
perubahan pada sel granulosa dan sel teka secara struktural dan membentuk
korpus luteal.7 Ketika memasuki fase luteal, yang berfungsi selama 2
minggu, sel-sel yang mengalami perubahan menjadi membesar dan
menghasilkan kadar progesteron dan esterogen secara aktif dan mengalami
peningkatan dengan progesteron lebih dominan dan peningkatannya sangat
drastis sehingga menghambat sekresi gonadotropin dan mengakibatkan
penurunan kadar LH dan FSH.
Kadar LH tetap lebih dominan dibandingkan dengan FSH karena
LH masih dibutuhkan untuk vaskularisasi dan steroidigenesis di korpus
luteum. Progesteron dan esterogen mencapai kadar maksimal pada
pertengahan fase luteal atau 7 hari pascaovulasi kemudian mengalami
penurunan secara perlahan karena akan mengalami atresia pada korpus
luteum jika tidak terjadi pembuahan.2
Jika terjadi pembuahan, maka korpus luteum akan terus
meningkatkan produksi progesteron dan esterogen dan tidak akan
mengalam degenerasi diikuti dengan implantasi sekitar 6-7 hari
pascaovulasi dan dihasilkan beta-human chorionic gonadotrophin (β-hCG)
oleh sel trofoblas. β-hCG memiliki peran dalam mempertahankan korpus
luteum (yang menjadi korpus luteum kehamilan) hingga minggu ke-10
untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron, sebelum digantikan oleh
plasenta.7
17
Namun, jika ovum yang telah dibebaskan tidak mengalami
pembuahan, maka sel-sel luteal pada korpus luteum akan mengalami
degenerasi dan difagositosis serta membentuk massa jaringan fibrosa yang
diketahui sebagai Korpus Albicans. Degenerasi korpus luteum terjadi
sekitar 14 hari pascaovulasi, dan terjadi karena progesteron memberikan
umpan balik negatif terhadap LH sehingga korpus luteum degenerasi.7
Gambar 2.7. Mekanisme Kontrol Umpan Balik Pada Fase Luteal.7
Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition
Menurut penelitian Devoto et al (2009), terjadinya luteolisis karena
prostaglandin F2 alpha (PGF2-α) menginduksi ekspresi 20α-
hydroxysteroid dehydrogenase (20α-HSD) pada sel luteal tikus, sehingga
hilangnya fungsi sekresi progesteron. Pada kultur sel granulosa-luteal
manusia, PGF2-α mensupresi gen steroidogenic acute regulatory protein
(StAR) sehingga produksi progesteron menurun. Penurunan perfusi dan
18
berbagai faktor yang di produksi oleh makrofag atau leukosit seperti
reactive oxygen species (ROS) dapat mempengaruhi korpus luteum secara
fungsi dan struktur sehingga dapat mempengaruhi fungsi sel endotelial
korpus luteum dan menghilangkan ekspresi vascular endothelial growth
factor (VGEF) dan molekul yang mempengaruhi kelangsungan hidup sel
endotelial korpus luteum.18
Setelah korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albicans,
kadar progesteron dan esterogen mengalam penurunan hingga titik
terendah, mengakibatkan sekresi gonadotropin kembali meningkat karena
menurunnya inhibisi dari progesteron yang telah menurun. Pada fase
tersebut, FSH lebih dominan dibandingkan LH sehingga memasuki siklus
baru. 2,7
Gambar 2.7. Gambar perkembangan dan maturasi folikel, ovulasi, pembentukan
korpus luteal hingga degenerasi ovum pada siklus ovulasi.7
Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition
19
2.2.2.2.Siklus Endometrium
Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang memiliki
banyak pembuluh darah dan kelenjar.6 Terdapat 2 pembagian pada
Endometrium, yaitu stratum basalis (zona basalis) dan zona fungsional.1
Gambar 2.8 Anatomi Uterus Beserta Dindingnya10
Sumber : Gerald J. Tortora & Bryan Derrickson Principles of Anatomy and
Physiology
Pengaruh hormonal seperti estrogen dan progesteron yang berasal
dari siklus ovarium hanya terjadi pada zona fungsional, sedangkan pada
zona basalis tidak.1 Peran estrogen pada endometrium adalah merangsang
pertumbuhan dinding dan menginduksi sintesis reseptor progesteron
sehingga progesteron hanya dapat bekerja pada dinding endometrium jika
reseptor sudah “disiapkan” oleh estrogen. Progesteron mempengaruhi
jaringan ikat pada endometrium menjadi lebih longgar dan edema
diakibatkan akumulasi air dan elektrolit. Lebih lanjut, progesteron
mempersiapkan lingkungan endometrium menjadi tenang dengan
mengurangi kontraksi uterus, menyimpan glikogen dalam jumlah besar dan
20
merangsang pertumbuhan pembuluh darah yang berfungsi untuk
memfasilitasi ovum yang telah dibuahi untuk implantasi ke dinding
endometrium.6 Terbagi dalam 4 tahapan, yaitu Fase Regenerasi, Fase
Proliferasi, Fase Sekretorik, dan Menstruasi.7
2.2.2.2.1 Fase Regenerasi
Regenerasi endometrium dimulai sebelum menstruasi berhenti dan
selesai 2-3 hari setelah menstruasi berakhir. Pada fase ini, pembuluh darah
baru tumbuh pada pembuluh darah lama yang telah degenerasi. Sementara
itu, kelenjar-kelenjar dan sel stroma regenerasi dari sisa-sisa siklus
menstruasi sebelumnya pada sel basal.
2.2.2.2.2 Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi dari hari ke-5 atau 6 sampai hari ke-14
hingga ovulasi. Terjadinya proliferasi karena meningkatnya esterogen pada
ovarium. Perubahan yang terjadi berupa epitel endometrium yang menjadi
kolumnar, sel stromal berubah bentuk menjadi spindle-shaped, dan
ketebalan pada endometrium menjadi 3mm hingga 4mm.1
2.2.2.2.3 Fase Sekretorik
Perubahan pada komponen-komponen endometrium terjadi karena
peran estrogen dan progesteron yang berasal dari korpus luteum setelah
ovulasi. Fase sekretorik dimulai saat hari ke-15 dan berhenti 5 sampai 6 hari
karena menstruasi. Bagian luar epitel endometrium semakin tinggi
berbentuk kolumnar dan bersilia dan kelenjar-kelenjar pada endometrium
semakin membesar. Pada sel stromal menjadi bengkak, besar, dan
berbentuk polyhedral. Ketika fase ini berlangsung, ketebalan endometrium
mencapai puncak hingga 6-8 mm dan akan berhenti sekitar 5 sampai 6 hari
dan akan berlanjut menuju fase menstruasi karena tidak ada pembuahan.1
2.2.2.2.4 Fase Menstruasi
Fase ini merupakan degenerasi dan luruhnya dinding endometrium
karena terjadinya penurunan drastis estrogen dan progesteron. Karena
terjadinya perubahan hormon ke fase semula (fase ovulasi), maka FSH dan
LH kembali mengalami peningkatan.1
21
2.2.3. Mekanisme Perdarahan Menstruasi
Perubahan degeneratif secara dominan berada pada bagian vaskular
dinding endometrium. Berhentinya aliran darah dan spasme pembuluh
darah arteriol menyebabkan kerusakan dinding arteriol. Ketika terjadi fase
relaksasi, darah keluar dari dinding pembuluh yang mengalami kerusakan.
Proses degeneratif tersebut bersifat cepat dan melibatkan seluruh komponen
fungsional pada lapisan endometrium yang telah rusak.1,7
Perdarahan pada menstruasi berasal dari rusaknya arteri, vena, dan
pembuluh darah kapiler. Darah dan lapisan superfisial endometrium
meluruh dan menuju cavum uteri. Darah mengalami penggumpalan pada
cavum uteri namun kembali menjadi cair karena plasmin. Perdarahan
menstruasi terhenti karena vasokonstriksi jangka panjang, kontraksi otot
dinding myometrium, dan agregasi platelet lokal dengan deposisi fibrin di
sekitarnya. Sekresi estrogen menyebabkan pembentukan gumpalan-
gumpalan pada celah pembuluh darah untuk memperbaiki dinding
endometrium.1,2
Gambar 2.9 Pengaruh hormon FSH, LH, Estrogen dan Progesteron dengan
pematangan telur dan dinding endometrium.7
Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition
22
2.3.Gangguan Pada Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan sistem yang sangat kompleks pada perempuan.
Perdarahan pada menstruasi melibatkan aksis H-H-O dan uterus serta faktor
eksternal dari organ reproduksi. Gangguan haid merupakan keluhan umum yang
pernah atau dialami oleh perempuan dan bervariasi dari ringan sampai berat,
sehingga pada beberapa individu yang menderita gangguan siklus menstruasi dapat
menyebabkan rasa frustasi. Pada beberapa negara industri, dilaporkan bahwa 21%
mengalami siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6%
mengalami perdarahan pasca senggama. Pada RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dilaporkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak 12,48% dan 8,8%
dari keseluruhan kunjungan poli kandungan.2
Berdasarkan Speroff, definisi sebagai gangguan haid adalah2 :
• Gangguan Lama dan Jumlah Haid
1. Hipermenorea (Menoragia)
Menoragia adalah perdarahan menstruasi dengan jumlah darah lebih
banyak dan lebih lama dari normal namun dengan siklus yang normal
teratur.
2. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang
sedikit dan/atau durasi yang lebih pendek dari normal.
• Gangguan Siklus Haid
3. Polimenorea
Polimenorea merupakan haid dengan siklus yang memendek dari
normal, yaitu kurang dari 21 hari dan bersifat konstan pada frekuensi
tersebut. Jika frekuensi siklus lebih cepat disertai perdarahan berlebih
atau memanjang, disebut epimenorrhagia. Penyebab polimenorea adalah
fase folikular memendek, gangguan endokrin yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, dan kongesti ovarium karena peradangan.1,2
4. Oligomenorea
Oligomenorea merupakan haid yang terjadi lebih panjang, melebihi
35 hari dari normal dan frekuensi tersebut bersifat konstan. Pada remaja,
oligomenorea terjadi karena adanya gangguan pada aksis Hipotalamus-
23
Hipofisis-Ovarium endometrium. Faktor stress fisik dan emosi dapat
mengakibatkan siklus yang lebih panjang (>35 hari), penyakit kronis,
gangguan endokrin, tumor pada hipofisis, dan gangguan nutrisi seperti
obesitas dapat mempengaruhi terjadinya oligomenorea. Umunya pada
wanita dengan gangguan siklus memanjang perlu evaluasi lebih lanjut
apakah terkait dengan obeitas dan infertilitas, karena dapat berhubungan
dengan sindrom metabolik.1,2
5. Amenorea
Amenorea adalah suatu kelainan pada siklus haid dimana tidak
terjadinya haid pada seorang perempuan. Tiga tanda yang dimiliki
penderita amenorea yaitu1,2 :
- Tidak terjadinya haid sampai dengan usia 14 tahun disertai tidak
adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
- Tidak terjadi haid sampai dengan usia 16 tahun, namun disertai
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
- Tidak terjadi haid selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan
yang sebelumnya sudah pernah haid.
• Gangguan Lain yang berhbungan dengan Haid
6. Dismenorea
Dismenorea merupakan nyeri ketika sedang haid, umumnya dengan
rasa kram dan penderita merasakan nyeri tersebut pada abdomen bawah.
Keluhan nyeri dapat bervariasi, dari ringan hingga berat dan keparahan
dari dismenorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah
haid. Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu dismenorea
primer dan sekunder.1,2
Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukannya keadaan
patologis pada panggul dan berhubungan dengan kontraksi miometrium
sehingga terjadi iskemi akibat prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrium fase sekresi.2
Sedangkan pada dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan keadaan patologis pada organ genitalia perempuan,
contohnya adalah endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis
24
serviks, perlekatan panggul, dan gejala pada gastrointestinal seperti
irritable bowel syndrome (IBS).2
7. Sindroma Prahaid (Pre Mesnstrual Syndrome)2,5.
Keluhan sindroma prahaid, atau Pre Mesnstrual Syndrome (PMS),
merupakan keadaan yang belum dapat dijelaskan secara etiologi, namun
diduga karena peran hormon esterogen, progersteron, prolaktin, dan
aldosteron. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron
dapat menyebabkan retensi cairan pada tubuh seorang perempuan dan
mengakibatkan terjadi keluhan PMS.
Keluhan yang umumnya terjadi antara lain cemas, lelah, susah
konsentrasi, sulit tidur, hilangnya energi, myalgia, sakit kepala, sakit
perut, dan nyeri tekan pada payudara. Berdasarkan American Psychiatric
Association memberikan kriteria diagnosis seperti :
• Keluhan muncul ketika memasuki minggu terakhir fase terakhir
luteal dan berakhir setelah mulainya haid
• Didapatkan minimal 5 keluhan sebagai berikut :
- Gangguan Mood
- Cemas
- Emosi Labil (tiba-tiba marah, takut)
- Konflik pada diri sendiri (Interpersonal)
- Mudah lelah
- Susah untuk konsentrasi
- Susah tidur (insomnia)
- Perubahan nafsu makan
- Susah untuk kontrol diri
- Nyeri pada sendi, kepala, dan payudara karena adanya retensi
cairan
• Keluhan mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari
• Keluhan tidak berhubungan dengan gangguan psikatri lainnya
25
2.4.Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi
Pada wanita, siklus normal haid dipengaruhi oleh jaras Hipotalamus-Hipofisis-
Ovarium (H-H-O axis). Hipotalamus akan mengeluarkan Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH), kemudian merangsang hipofisis anterior untuk sekresi Folicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) untuk perkembangan
dan pematangan folikel pada ovarium dan memasuki fase folikular. Setelah
melewati fase folikular, akan terjadi ovulasi dan memasuki fase luteal yang
berlangsung selama 7 hari. Jika tidak terjadi pembuahan, maka dinding uterus akan
luruh dan terjadi menstruasi.7
Faktor eksternal, seperti tuntutan dalam kegiatan ataupun pekerjaan, dan dalam
di bawah keadaan tekanan dapat memicu stresor dan mengakibatkan aktivasi
respons simpatis yang melibatkan jaras Hipotalamus-hipofisis anterior-korteks
adrenal. Hipotalamus melakukan sekresi Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
kemudian menuju hipofisis anterior, dan pada hipofisis anterior mensekresi
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) dan korteks adrenal mengeluarkan
adrenalin dan kortisol, menyebabkan kadar adrenalin dan kortisol meningkat.
Selain kadar kortisol yang meningkat, terdapat antagonis Gamma-Amino Butyric
Acid (GABA) yang menyebabkan berkurangnya reseptor GABA dan
mengakibatkan berkurangnya hambatan timbulnya kecemasan.7,8
Karena mekanisme kecemasan dan mekanisme menstruasi melewati jaras yang
sama, yaitu pada hipotalamus dan hipofisis anterior, maka dapat terjadi inhibisi
jaras siklus menstruasi (H-H-O Axis) yaitu pada hipotalamus, yang sekresi GnRH
dihambat oleh CRH dan Kortisol (glukokortikoid) baik secara langsung ataupun
tidak langsung sehingga mengakibatkan pematangan sel telur pada fase folikular
mengalami gangguan atau terjadi keterlambatan dan mengakibatkan siklus
menstruasi menjadi terganggu. Inhibisi FSH dan LH yang disebabkan oleh kortisol
dapat menyebabkan perkembangan folikel terganggu sehingga dapat
memperpanjang ovulasi dan memperpanjang waktu menstruasi.7,10,16
Sel teka dan sel stroma pada ovarium memiliki reseptor glukokortikoid, seingga
jika kadar kortisol tinggi dapat mengganggu konversi kolesterol menjadi androgen
yang terjadi pada sel teka dan perkembangan folikel menjadi terganggu.17
26
2.5.Kerangka Teori
(+) Syaraf Simpatis
Mahasiswi preklinik FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018
Menghadapi ujian modul
Berbicara di depan umum dan penguji
Stressor
Jam kuliah padat
Hipokampus
Amigdala
Lateral Basal
Sentral
Hipotalamus
Kortisol
Mulut Kering,
Takikardi, dilatasi pupil
Sekresi Adrenalin
Anxiety (Kecemasan)
Lokus Seruleus
Regio Periakueduktal
Sekresi norepinefrin
Perubahan perilaku dan respons fisiologik
Rasa Ketakutan
Hipofisis Anterior FSH LH
Ovarium
Folikel Primer
Folikel Sekunder
Folikel de Graaf
Dinding endometrium luruh
Siklus Menstruasi
CRH GnRH
ACTH
(-)
(-)
Sel Teka
Sel Granulosa
Korpus Luteum
Ovulasi
Korpus Albicans
Tidak ada pembuahan
Estrogen
Progesteron (-)
= Faktor yang diteliti = Faktor yang tidak diteliti
(+)
27
2.6.Kerangka Konsep
Mahasiswi FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018
Kecemasan
Analisis data
Siklus Menstruasi
Stressor
28
2.7.Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara
Ukur
Skala
Ukur
1 Kecemasan Penilaian reaksi tubuh
terhadap rangsangan
saraf otonom, efek pada
otot skeletal, perasaan
cemas pada suatu
situasi, dan pengalaman
pribadi yang
menyebabkan rasa
cemas.14
Kuesioner
DASS 42
(Nomor 2, 4, 7,
9, 15, 19, 20,
23, 25, 28, 30,
36, 40, 41)
Baca Kategorik
2 Siklus
Menstruasi
Keteraturan siklus
menstruasi mahasiswi
Fakultas Kedokteran
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
selama 3 bulan terakhir.
Kuesioner Baca Kategorik
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan
pendekatan cross-sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan di laksanakan pada Juli 2019 hingga Oktober 2019.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang terjangkau pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016 sampai dengan 2018
dengan metode simple random sampling.
3.3.1 Kriteria Sampel
Faktor Inklusi
• Mahasiswi dengan kriteria:
o Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2016 sampai dengan 2018.
o Aktif mengalami siklus menstruasi.
o Bersedia untuk mengisi kuesioner yang telah peneliti berikan
Faktor Eksklusi
• Mahasiswi dengan riwayat gangguan pada sistem reproduksi.
• Mahasiswi yang menggunakan obat hormonal.
• Mahasiswi dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) Underweight dan
Obese.
• Mahasiswi dengan riwayat gangguan siklus menstruasi sejak
sebelum masuk kuliah hingga sekarang.
30
3.4 Jumlah Sampel Penelitian
Rumus besar sampel berdasarkan pertanyaan penelitian deskriptif.
n = [𝒁𝜶 𝟐𝑷 𝟏(𝑷 )𝒁𝜷 𝑷𝟏 𝟏(𝑷𝟏 )𝑷𝟐(𝟏(𝑷𝟐)]𝟐
(𝑷𝟏(𝑷𝟐)𝟐
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Zα = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,96
Zβ = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84
P = Proporsi rata-rata ((P1-P2)/2)
P1 = Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi tidak teratur pada
kelompok mahasiswi yang mengalami = 0,24.10
P2 = Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi teratur pada
kelompok mahasiswi yang mengalami = 0,56.10
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 37
orang. Untuk mengantisipasi kekurangan data, perlu ditambahkan 10% sehingga
jumlah minimal responden yang diperlukan untuk sampel sebanyak 81 orang.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
3.6. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah dengan data
primer
3.7.1. Data Primer
1. Data Kecemasan
Data kecemasan diperoleh dengan kuesioner yang dilakukan secara
randomized kepada subjek-subjek yang berasal dari keseluruhan besar sampel
penelitian yang telah ditentukan kemudian data tersebut diolah dan dibedakan
dengan katagori mengalami kecemasan dan tidak mengalami kecemasan (Normal).
31
2. Data siklus menstruasi
Data siklus menstruasi diperoleh dengan menggunakan cara randomized
kepada subjek-subjek yang berasal dari keseluruhan besar sampel penelitian yang
telah ditentukan kemudian data yang telah diperoleh dibedakan bersarkan kategori
menstruasi teratur dan tidak teratur.
3.8. Alur Kerja Penelitian
Mahasiswi FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018 yang telah
ditetapkan menjadi sampel penelitian
Informed consent
Bersedia Tidak Bersedia
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Pengisian Kuesioner
Pengolahan data
Mengalami gangguan kecemasan
Analisa hubungan kecemasan dengan siklus
menstruasi
Tidak mengalami gangguan kecemasan
Siklus menstruasi teratur
Siklus menstruasi tidak teratur
32
3.9. Pengolahan Data
Setelah tercatat, semua data dikumpulkan kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan program SPSS unutk pengolahan data. Setelah semua data telah
lengkap dan terkumpul, tahap selanjutnya yaitu memeriksa seluruh data hasil
pengisisan kuesioner oleh responden atau editing. Setelah editing selesai, tahap
selanjutnya adalah pemberian nilai kepada setiap jawaban dari responden yaitu
proses coding dan dilanjutkan dengan tahap berikutnya adalah melakukan
pemasukan data atau entry data ke komputer serta dilakukan proses cleaning data
untuk koreksi jika ada kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar
terolah, dilanjutkan dengan analisa lebih lanjut terhadap data yang telah diperoleh
dengan menggunakan software pengolahan data.
3.10. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat
dan analisis bivariat.
3.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsi karakteristik dari
variabel independen dan dependen.
3.10.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan dependen dengan analisis uji Somers’d.
3.11. Etika Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan informed consent sebelum mengisi
kuesioner dan menggunakan kaji etik.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan sejak Juli hingga Oktober
2019. Subjek penelitian adalah mahasiswi preklinik pada Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang berlokasi pada Jl.
Kertamukti Raya No. 5, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Total keseluruhan
mahasiswi berjumlah 216 mahasiswi dengan jumlah angkatan 2016 sebanyak 50
mahasiswi, 2017 berjumlah 77 mahasiswi dan 2018 berjumlah 89 mahasiswi.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 81 orang mahasiswi dari total
gabungan seluruh angkatan dengan melakukan simple random sampling. Penelitian
ini memiliki faktor eksklusi yaitu mahasiswi dengan indeks massa tubuh (IMT)
yang tidak normal (underweight, overweight, obese 1, obese 2) sehingga mahasiswi
dengan IMT tidak normal akan dikeluarkan dari sampel dan dilakukan random
kembali untuk mencapai jumlah target sampel.
Berdasarkan hasil random sampling yang dilakukan oleh peneliti, total dari
216 mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Jakarta tahun 2019, didapatkan 19
mahasiswi angkatan 2016, 37 mahasiswi angkatan 2017, dan 25 mahasiswi dari
angkatan 2018 yang memasuki kriteria inklusi. Random sampling dilakukan
sebanyak dua kali karena dari 81 mahasiswi yang terpilih menjadi responden, hanya
57 yang memenuhi kriteria inklusi karena 24 mahasiswi yang terpilih memiliki IMT
yang tidak normal sehingga tidak dapat menjadi sampel penelitian.
Peneliti melakukan random sampling kembali untuk mendapatkan sampel
dengan kriteria inklusi yang sesuai hingga target sampel terpenuhi dan setelah
mendapatkan jumlah mahasiswi yang sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti tidak
melakukan pengambilan sampling kembali.
34
4.1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis variabel-variabel karakteristik individu secara deskriptif dengan
menggunakan persentase dan distribusi frekuensi.11 Pada penelitian ini, variabel
yang dianalisis berupa: karakteristik responden yang terdiri dari angkatan, umur,
tingkat kecemasan dan siklus menstruasi.
Tabel 4.1 Gambaran Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menjadi responden
Variabel Jumlah (N) Presentase (%)
Angkatan
2016 19 23,5 2017 37 45,7 2018 25 30,9 Umur
18 9 11,1 19 31 38,3 20 23 28,4 21 18 22,2
Total 81 100
Pada tabel 4.1, menunjukkan hasil bahwa dari 81 mahasiswi yang terpilih
menjadi sampel, berdasarkan gambaran angkatan, paling banyak terpilih adalah
angkatan 2017 berjumlah 37 mahasiswa (45,7%) dari total keseluruhan 77
mahasiswi, diikuti dengan angkatan 2016 berjumlah 19 mahasiswi (23,5%) dari
total 50 mahasiswi, 2017 berjumlah, dan angkatan 2018 sebanyak 25 mahasiswi
(30,9%) dari total keseluruhan 89 mahasiswi.
Berdasarkan data tabel, umur responden terbanyak adalah umur 19 tahun
dengan jumlah 31 mahasiswi (38,3%), dilanjutkan mahasiswi dengan umur 20
tahun berjumlah 23 sampel (28,4%), umur 21 tahun berjumlah 18 mahasiswi
(22,2%), dan umur 18 tahun berjumlah 9 mahasiswi (9%).
35
Tabel 4.2. Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan
Kecemasan Angkatan
Total 2016 2017 2018
N % N % N % N % Cemas 7 8,6 17 21 13 16,1 37 45,7
Tidak Cemas 12 14,8 20 24,7 12 14,8 44 54,3 Total 19 23,4 37 45,7 25 30,9 81 100
Pada tabel 4.2, dapat menunjukkan bahwa pada angkatan 2016 terdapat 7
mahasiswi (8,6%) mengalami gangguan cemas dan 12 mahasiswi (14,8%),
angkatan 2017 terdapat 17 mahasiswi (21%) yang mengalami cemas dan 20
mahasiswi (24,7%) tidak mengalami gangguan cemas dan angkatan 2018 terdapat
13 mahasiswi mengalami cemas dan 12 mahasiswi tidak mengalami gangguan
cemas.
Grafik 4.1 Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan
Analisis pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami
gangguan cemas pada angkatan 2018 lebih tinggi dibandingkan mahasiswi yang
tidak mengalami gangguan cemas pada angkatan tersebut, berbeda dengan
angkatan 2016 dan 2017 yang tidak cemas lebih tinggi dibandingkan yang
mengalami gangguan cemas.
8,60%
21% 16,10% 14,80%
24,70%
14,80%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
2016 2017 2018
Angkatan
Cemas TidakCemas
36
Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi Mahasiswi
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan tabel 4.2, gambaran tingkat kecemasan paling tinggi
merupakan tingkat kecemasan normal dengan total 44 mahasiswi (54,3%)
dilanjutkan dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 19 mahasiswi (23,5%),
kecemasan sedang 12 mahasiswi (14,8%), kecemasan berat 6 mahasiswi (7,4%)
dan tidak ada yang mengalami kecemasan sangat berat.
Untuk variabel siklus menstruasi, responden yang tidak mengalami
gangguan siklus menstruasi berjumlah 30 mahasiswi (30%) dan ada gangguan
siklus menstruasi sebanyak 51 mahasiswi (63%).
Penilaian kecemasan beserta tingkatannya menggunakan DASS 42
(Depression Anxiety Stress Scale). Skala kecemasan pada pertanyaan DASS 42
adalah menilai rangsangan otonom, efek otot skeletal, kecemasan berdasarkan
situasi, dan pengalaman subjektif terkait rasa cemas. Berdasarkan penelitian Imam
(2008) terkait penggunaan DASS pada mahasiswa Universitas Islam Internasional
Malaysia, didapatkan bahwa penggunaan DASS 42 untuk mengukur depresi,
ansietas, dan stres memiliki hasil yang signifikan dan perempuan lebih dominan
dalam merasakan cemas dan stres dibandingkan laki-laki.13
Variabel Jumlah (N)
Presentase (%)
Tingkat Kecemasan Normal 44 54,3 Kecemasan Ringan 19 23,5 Kecemasan Sedang 12 14,8 Kecemasan Berat 6 7,4 Kecemasan Sangat Berat 0 0 Siklus menstruasi Tidak Teratur 30 37 Teratur 51 63 Total 81 100
37
4.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan metode analisis data yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh atau korelasi antara 2 variabel atau lebih yang diteliti.11
Pada penelitian ini, analisis bivariat yang digunaan adalah uji Somers’d.
Tabel 4.4 Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi
Kecemasan
Siklus Menstruasi Total P
value Odds Ratio Teratur Tidak
Teratur N % N % N %
0,000 11,917
Cemas 4 4,9 33 40,8 37 45,7 (3,592 - 39,531) Tidak Cemas 26 32,1 18 22,2 44 54,3
Total 30 37 51 63 81 100
Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan mahasiswi dengan gangguan kecemasan
dan siklus menstruasi teratur berjumlah 4 mahasiswi (4,9%), mahasiswi tidak
cemas dan menstruasi teratur berjumlah 26 mahasiswi (32,1%). Sedangkan
mahasiswi dengan gangguan cemas dan menstruasi tidak teratur berjumlah 33
mahasiswi (40,8%) dan mahasiswi tidak memiliki gangguan cemas namun siklus
menstruasi tidak teratur berjumlah 18 mahasiswi (22,2%).
Berdasarkan hasil uji Somers’d, didapatkan hasil P = 0,000 dan α = 0,05,
dimana p > α, maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
korelasi yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi dengan
kekuatan korelasi sedang (0,498) dengan arah korelasi positif dan hasil uji odds
ratio didapatkan bahwa nilai OR = 11,917 dengan Confidence Interval (CI) = 3,592
– 39,531. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden yang
mengalami gangguan kecemasan memiliki risiko siklus menstruasi tidak teratur
sebesar 11,917 kali dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak mengalami
gangguan kecemasan. Hal ini dapat terjadi karena peneliti melakukan wawancara
kepada responden yang terpilih ketika sedang berlangsung modul clinical
reasoning baik pada angkatan 2016, 2017 dan 2018 sehingga memperkuat perasaan
cemas pada responden terkait ujian yang akan datang.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Saodah (2018) memiliki hasil yang
serupa yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi
38
pada Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Hal
tersebut terjadi karena pada penelitian tersebut dipengaruhi kegiatan kuliah yang
padat, memasuki semester akhir, dan persiapan dalam menjalankan ujian akhir
sehingga banyak mahasiswi keperawatan tersebut mengalami cemas dan rasa takut.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Ekayanti dkk (2013) yaitu tidak
terdapat hubungan tingkat stress dengan pola siklus menstruasi pada Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Hal tersebut dapat terjadi
karena parameter yang digunakan berbeda yaitu stres. Stres merupakan perasaan
tertekan atau takut terhadap keadaan yang sedang dialami sedangkan kecemasan
merupakan perasaan takut, cemas, dan ketidakpastian terhadap kejadian yang akan
datang (belum terjadi).3 Parameter pada DASS 42 yang digunakan untuk
kecemasan juga berbeda dengan stres.
4.3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah
A. Penelitian hanya dilakukan pada mahasiswi preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel 81
mahasiswi dari total 216 mahasiswi.
B. Peneliti mengambil sampel ketika sedang berlangsung ujian tahunan
(Clinical Reasoning) dan tidak diteruskan ketika ujian selesai karena
keterbatasan waktu.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini didapatkan mahasiswi dengan gangguan kecemasan
dan siklus menstruasi teratur sebesar 4,9%, mahasiswi tidak cemas dan
menstruasi teratur sebesar 32,1%. Sedangkan mahasiswi dengan gangguan
cemas dan menstruasi tidak teratur berjumlah sebesar 40,8% dan
mahasiswi tidak memiliki gangguan cemas namun siklus menstruasi tidak
teratur sebesar 22,2%.
2. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kecemasan
dengan siklus menstruasi pada mahasiswi preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terkait faktor yang dapat
mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi kedokteran, seperti
hubungan dengan status gizi.
2. Pada penelitian berikutnya, perlu dilakukan evaluasi faktor kecemasan
pada waktu yang berbeda.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Dutta, DC et al. Textbook of Gynecology. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd. 2013.
2. Prawirohardjo S, Wiknjosatrio H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2017
3. Kring A, Johnson S, Davison G, Neale J. Abnormal Psychology Twelfth
Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. 2012
4. Elvira S, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri Edisi Ketiga. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. 2018
5. Badrya, L. “Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Kedokteran
Laki-Laki dan Perempuan Angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam Menghadapi Ujian OSCE”, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
6. Hayati N. “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi pada
Mahasiswi yang Sedang Menyusun Tugas Akhir di Jurusan D-IV Bidan
Pendidik Tahun Ajaran 2013-2014 Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara”, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. 2014.
7. Sherwood, L et al. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2016.
8. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry. Philadelphia:
Wolters Kluwer. 2015
9. Baehr M, Frotscher M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. Struttgart:
Thieme. 2012
10. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. USA:
John Wiley & Sons, Inc. 2009
11. Sari AD. “Hubungan antara Status Gizi Pola Makan dan Stres dengan
Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun
2013”, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2013.
12. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi 4. Jakarta: CV Sagung Seto; 2011.
41
13. Saodah, I. “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Siklus Menstruasi pada
Mahasiswa S1 Keperawatan Semester Akhir di Universitas Islam Sultan
Agung Semarang”. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. 2018.
14. Imam S. “Depression Anxiety Stress Scale: Revisited”. Jurnal, Universitas
Islam Internasional Malaysia. 2008.
15. Niven K, Miles E. “Affect Arousal. In: Gellman M.D., Turner J.R. (eds)
Encyclopedia of Behavioral Medicine”. Jurnal, Springer: New York. 2013
16. Ekayanti F, Zain T, Hadi S. “Pengaruh Tingkat Stress Terhadap Pola
Menstruasi Pada Mahasiswi Preklinik Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013”. Jurnal, Ciputat. 2013.
17. Tsigos C, Kyrou I, Kassi E, Chrousos G. “Stress, Endocrine Physiology
and Pathophysiology”. Jurnal, South Dartmouth : Massachusetts. 2016.
18. Devoto, L et al. “The Human Corpus Luteum : Life Cycle and Function in
Natural Cycles”. Jurnal, American Society for Reproductive Medicine.
2009.
42
Lampiran 1. Lembar Informed Consent dan Kuesioner
Lembar Kuesioner
Assalamualaikum Wr. Wb.
Perkenalkan, saya Arga Prahastya Baswara mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 yang saat ini sedang
mengerjakan skripsi untuk memenuhi syarat kelulusan dan mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran. Skripsi yang saya teliti mengenai hubungan kecemasan
dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018.
Kuesioner yang saya berikan kepada saudari adalah kuesioner Depression
Anxiety and Stress Scale (DASS) 42) dan pertanyaan terkait dengan menstruasi dan
siklusnya. Saya berharap Saudari jujur saat mengisi kuesioner ini sesuai yang
saudari alami saat ini. Jawaban yang saudari berikan tidak ada indikator benar
atau salah dan diharapkan jangan sampai ada kolom yang terlewat. Hasil
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan sebagai kepentingan penelitian
Peneliti sehingga rahasia terjamin. Peneliti mengucapkan terima kasih atas
kesediaan saudari yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Arga Prahastya Baswara
43
Identitas Responden
Nama / NIM : Usia : Berat Badan : Tinggi Badan :
Semester :
Angkatan : (2016 / 2017 / 2018)* Usia Pertama : Tahun Kali Menstruasi
Riwayat Gangguan : (Pernah / Sedang / Tidak)* Reproduksi Merokok : (Ya / Tidak)* Minum Alkohol : (Ya / Tidak)*
ID Line :
Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
Ciputat, 2019
( )
*) Lingkari salah satu
44
Kuesioner DASS 42
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara yang anda alami saat ini. Tidak ada jawaban yang
benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi
mudah marah karena hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan
perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas
(misalnya: seringkali terengah-engah atau
tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan.
45
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan
terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa
mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
9 Saya menemukan diri saya berada dalam
situasi yang membuat saya merasa sangat
cemas dan saya akan merasa sangat lega jika
semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat
diharapkan di masa depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa
kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak
sabar ketika mengalami penundaan
(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu
sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan
segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga
sebagai seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan
(misalnya: tangan berkeringat), padahal
46
temperatur tidak panas atau tidak melakukan
aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari
berbagai hal yang saya lakukan.
25
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun
saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik
(misalnya: merasa detak jantung meningkat
atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah
marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’
oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa
saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal
apapun.
32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang saya
lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
47
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun
yang menghalangi saya untuk
menyelesaikan hal yang sedang saya
lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa
depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana
saya mungkin menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada
tangan).
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan
inisiatif dalam melakukan sesuatu.
48
Kuesioner Menstruasi
1. Apakah anda saat ini sedang dalam penggunaan obat-obatan yang
mengandung hormonal?
a. Ya
b. Tidak
2. Pada saat terjadi menstruasi pertama, berapakah usia Anda?
a. < 11 Tahun (lanjut ke pertanyaan nomor 3)
b. > 11 Tahun (lanjut ke pertanyaan nomor 4)
3. Jika < 11 tahun, pada rentang usia berapa anda menstruasi pertama?
a. 7 – 9 Tahun, berapa tepatnya ______________
b. 9 – 11 Tahun, berapa tepatnya ______________
4. Jika > 11 tahun, pada rentang usia berapa anda menstruasi pertama?
a. 14 – 16 Tahun, berapa tepatnya ______________
b. 12 – 14 Tahun, berapa tepatnya ______________
5. Pada saat terjadi menstruasi pertama, Anda sedang berada dimana?
a. Luar rumah (lanjut ke pertanyaan nomor 7)
b. Dalam rumah (lanjut ke pertanyaan nomor 6)
6. Dimana Anda menstruasi pertama saat berada didalam rumah?
a. Kamar tidur
b. Kamar mandi
7. Dimana Anda menstruasi pertama saat berada diluar rumah?
a. Dalam perjalanan
b. Sekolah
8. Siapa orang pertama yang mengetahui menstruasi pertama anda?
a. Teman
b. Orang Tua
9. Darimana informasi yang Anda dapat mengenai menstruasi petama Anda?
a. Teman
b. Orang Tua
10. Apakah siklus Anda teratur setiap bulannya (24-35 hari)?
a. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 11)
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 12)
49
11. Jika Ya, berapa lama menstruasi Anda setiap bulannya?
a. > 7 hari
b. ≤ 7 hari
12. Jika Tidak, berapa lama menstruasi Anda setiap bulannya?
a. ≤ 7 hari
b. > 7 hari
13. Pada 3 bulan terakhir, apakah hari pertama menstruasi Anda mengalami
kemajuan dari biasanya?
a. Tidak
b. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 14)
14. Jika Ya, maju berapa hari dari hari biasanya pertama menstruasi?
a. ≤ 3 hari
b. > 3 hari
15. Pada 3 bulan terakhir, Apakah hari pertama menstruasi Anda mengalami
kemunduran dari biasanya?
a. Tidak
b. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 16)
16. Jika Ya, mundur berapa hari dari hari biasanya pertama menstruasi?
a. ≤ 3 hari
b. > 3 hari
17. Apakah volume darah yang keluar selalu sama setiap harinya?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 18 – 19)
18. Pada rentang hari ke berapa darah yang keluar lebih banyak dari hari
lainnya?
a. Hari ke 6 atau lebih
b. Hari ke 5 – 6
c. Hari ke 4 – 5
d. Hari ke 3 – 4
e. Hari ke 1 – 3
50
19. Pada rentang hari ke berapa darah yang keluar lebih sedikit dari hari
lainnya?
a. Hari ke 1 – 3
b. Hari ke 3 – 4
c. Hari ke 4 – 5
d. Hari ke 5 - 6
e. Hari ke 6 atau lebih
20. Selama menstruasi, berapa banyak pembalut yang Anda ganti?
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
51
Lampiran 2. Hasil
1. Kecemasan dengan Siklus Menstruasi
2. Tingkat Kecemasan dengan siklus menstruasi
No. Tingkat Kecemasan Siklus Menstruasi
Teratur Tidak Teratur N % N % 1 Normal 26 86,7 18 54,3
2 Kecemasan Ringan 4 13,3 15 23,5
3 Kecemasan Sedang 0 23,5 12 14,8
4 Kecemasan Berat 0 0 6 7,4
3. Tingkat Kecemasan dengan Angkatan
No Tingkat Kecemasan Angkatan
2016 2017 2018 1 Normal 12 20 12
2 Kecemasan Ringan 5 7 7
3 Kecemasan Sedang 2 6 4
4 Kecemasan Berat 0 4 2 Total 19 37 25
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Persen (%)
1 Normal 44 54,3
2 Kecemasan Ringan 19 23,5
3 Kecemasan Sedang 12 14,8
4 Kecemasan Berat 6 7,4
52
4. Tingkat Ansietas dengan Umur
5. Kecemasan dengan Gangguan Menstruasi
6. Hasil Statistik (Somers’d)
No Tingkat Kecemasan Umur
18 19 20 21
1 Normal 5 18 12 9
2 Kecemasan Ringan 2 6 6 5
3 Kecemasan Sedang 1 5 3 3
4 Kecemasan Berat 1 2 2 1
53
7. Hasil Statistik Korelasi (Odds Ratio)
54
Lampiran 3.
Keterangan Lolos Kaji Etik
55
Lampiran 4.
Riwayat Penulis
Nama : Arga Prahastya Baswara
NIM : 11161030000050
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rasamala HJ. Marzuki No. 37 Menteng Dalam,
Pancoran, Tebet, Jakarta Selatan 12870
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002 – 2003 : TK Yasporbi I
2003 – 2008 : SD Yasporbi Pancoran
2008 – 2011 : SMP Islam Al-Azhar 1 Pusat
2011 – 2014 : SMA Islam Al-Azhar 3 Pusat
2016 – sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta