HUBUNGAN KECEMASAN DAN...
Transcript of HUBUNGAN KECEMASAN DAN...
HUBUNGAN KECEMASAN DAN SELF-EFFICACY
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Siti Amaliyah
1113016200023
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Terhadaap Hasil
Belajar Kimia Siswa disusun oleh Siti Amaliyah Nomor Induk Mahasiswa
11130016200023, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah
pada tanggal 26 September 2019 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Ciputat, 26 September 2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Terhadaap Hasil
Belajar Kimia Siswa disusun oleh Siti Amaliyah Nomor Induk Mahasiswa
11130016200023, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan pada
sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 26 September 2019
iii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Siti Amaliyah
Tempat/Tgl.Lahir : Brebes, 05 Oktober 1995
NIM : 1113016200023
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Judul Skripsi : Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si
2. Luki Yunita, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, September 2019
Mahasiswa Ybs
Siti Amaliyah
1113016200023
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
Siti Amaliyah (NIM 1113016200023). “Hubungan Kecemasan dan Self-
Efficacy Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Kecemasan dan self-efficacy menjadi faktor psikologis yang berhubungan dengan
pencapaian hasil belajar kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kecemasan dan self-efficacy dengan hasil belajar kimia siswa. metode
yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri kelas X IPA di kota
Tangerang Selatan sebanyak 300 siswa. penarikan sampel menggunakan
purposive sampling yang diambil dari 161 siswa meliputi 87 siswa perempuan
dan 74 siswa laki-laki. Pengumpulan data kecemasan dan self-efficacy dilakukan
dengan angket yang telah uji validitas oleh dosen ahli, sedangkan data hasil
belajar kimia siswa diperoleh dari hasil Penilaian Tengah Semester tahun ajaran
2017/2018. Teknik analisis data menggunakan metode korelasi berganda dengan
taraf signifikansi 0,05 melalui bantuan SPSS 22 dengan asumsi bahwa terdapat
hubungan yang signifikan positif antara kecemasan dan self-efficacy dengan hasil
belajar kimia siswa. Hasil uji determinasi menunjukkan presentase kontribusi
secara simultan pada siswa laki-laki 26,11% lebih kecil dari siswa perempuan
37,08%. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kecemasan, self-
efficacy dengan hasil belajar kimia siswa.
Kata kunci : Kecemasan, Hasil Belajar Kimia, Self-efficacy
v
ABSTRAK
Siti Amaliyah (NIM 1113016200023). “Relationships Between Anxiety and
Self-efficacy Toward Student Outcomes Of Chemistry Subjects”. Thesis,
Department of Chemistry, Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.
Jakarta. 2019.
Anxiety and self-efficacy are psychological factors associated with achieving
chemistry learning outcomes. This study aims to determine the relationship
between anxiety and self-efficacy towards student chemistry learning outcomes.
the method used is correlational with a quantitative approach. The population in
this study were 300 from grade students of State High School State Science in
South Tangerang. Sampling using purposive sampling taken from 161 students
including 87 female students and 74 male students. Data collection on anxiety and
self-efficacy was carried out by questionnaires that had been tested for validity by
expert lecturers, while students' chemistry learning outcomes data were obtained
from the results of the Middle Semester 2017/2018 academic year. The data
analysis technique uses the multiple correlation method with a significance level
of 0.05 through the help of SPSS 22 with the assumption that there is a positive
significant relationship between anxiety and self-efficacy with student chemistry
learning outcomes. Determination test results show the percentage of
contributions simultaneously in male students 26.11% smaller than female
students 37.08%. It can be concluded that there is a relationship between anxiety,
self-efficacy and students chemistry learning outcomes.
Keywords: Anxiety, Chemistry Learning Outcomes, Self-efficacy
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillahirabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan
Kecemasan dan Self-Efficacy Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu
Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Ucapan terima kasih penulis capkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,
ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, ilmu, dan bimbingan serta saran kepada penulis dengan
penuh kesabaran.
4. Luki Yunita, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh
keihklasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
5. Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada
penulis selama perkuliahan berlangsung.
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
7. Guru-guru di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan dan SMA Negeri 10
Tangerang Selatan yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi
dan penelitian di sekolah.
8. Orang tua tersayang yaitu Bapak Juarso dan Ibu Setianingrum yang selalu
sabar memberi dukungan moril maupun materil.
9. Kakak perempuan penulis yang tercinta, Siti Nuraeni, S.Pd., M.Ed yang
selalu memberikan nasihat, masukan, motivasi dan dukungan baik moril
maupun materil selama studi penulis, serta senantiasa menjadi panutan dan
penyemangat bagi adik perempuannya.
10. Adik perempuanku tergemas, Riski Mubarokah yang selalu menghibur,
menjadi partner makan dan selalu merindukan penulis yang jauh dari rumah.
11. Keluarga besar Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a kepada penulis
agar selalu sukses dan sehat selalu.
12. Sahabat PPW (Para Pencari Wifi) yang terdiri dari Fitri Hanifa, Ajeng Dwi
Pangestuti, Wiji Dwi Utami, Khansa Nur Haida M, Wulan Sari dan Raja
Melisa N yang telah menjadi sahabat penulis dari awal hingga kini dan nanti,
serta selalu mewarnai hari-hari selama studi.
13. Sahabat sekosan, sepemikiran dan sehati, Fitri Hanifa a.k.a Pipit yang selalu
menjadi tempat keluh kesah, berbagi hal konyol, penyemangat dikala sedang
putus asa dan kegalauan selama studi.
14. Teman diskusi yang menarik dan konyol, Siti Maemunah a.k.a teh iia yang
selalu bersedia untuk diajak diskusi berbagai hal.
15. Teman-teman bimbingan skripsi Bu Asih dan Bu Luki yang sudah berbagi
waktu, kesabaran, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Chem A yang menjadi teman sekelas selama bertahun-tahun, terima kasih
sudah membantu penulis selama menyelesaikan studi bersama.
17. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Kimia 2013 yang saling
memberikan motivasi dan semangat selama perkuliahan dan penyelesaian
skripsi.
viii
18. Bu Sumiyati selaku guru pamong peneliti selama mengikuti PPKT di SMK
Triguna Utama, yang telah berbagi ilmu dan pengalaman tentang
kependidikan.
19. Teman-teman seperjuangan PPKT di SMK Triguna Utama, Dini, Kak Ulfa,
Ira, Suci, Apan, dan Mita yang setia saling membantu disaat susah.
20. Beberapa siswa/siswi SMK Triguna Utama yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah menjadi murid yang baik selama PPKT.
21. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 26 Sepember 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................ ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 8
A. Deskripsi Teoritis ................................................................... 8
1. Kecemasan ........................................................................ 8
a. Definisi Kecemasan...................................................... 8
b. Tipe Kecemasan............................................................ 9
c. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan…….................... 9
d. Komponen Kecemasan………………………............. 10
x
e. Aspek-aspek Kecemasan.............................................. 10
f. Hubungan Kecemasan dengan Hasil Belajar Siswa…..11
2. Self-efficacy……………..................................................... 11
a. Definisi Self-efficacy..................................................... 11
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-efficacy..........12
c. Dimensi Self-efficacy…………………………............ 16
d. Self-efficacy Mempengaruhi Perilaku dan Kognisi...... 18
3. Tinjauan Belajar dan Hasil Belajar………………………..20
a. Definisi Belajar dan Hasil Belajar ................................ 20
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........ 20
4. Mata Pelajaran Kimia ...................................................... 22
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 23
C. Penelitian Relevan .................................................................. 26
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 29
B. Metode Penelitian .................................................................. 29
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 30
1. Populasi Penelitian ........................................................... 30
2. Sampel Penelitian ............................................................. 31
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31
E. Instrumen Penelitian………..................................................... 32
1. Angket (Questioner)………………………………………32
2. Dokumentasi………………………………………………36
F. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 36
1. Uji Validitas ..................................................................... 37
2. Uji Reliabilitas .................................................................. 38
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 39
1. Uji Prasyarat…………………………………………….. 40
2. Uji Hipotesis…………………………………………….. 42
xi
H. Alur Penelitian……………………………………………… 45
I. Hipotesis Statistik…………………………………………… 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 47
A. Hasil Penelitian........................................................................ 47
1. Angket Kecemasan Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin..... 47
2. Angket Self-efficacy Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin... 48
3. Nilai Hasil Belajar Kimia Siswa...................................... 49
B. Analisis Data……………………………………………….. 51
1. Uji Prasyarat…………………………………………... 51
a. Uji Normalitas......................................................... 51
b. Uji Homogenitas ...................................................... 53
2. Uji Hipotesis ................................................................... 54
a. Uji Korelasi Kecemasan dan Self-efficacy Terhadap
Hasil Belajar………………………….…………… 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 56
1. Kecemasan, Self-efficacy dan Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran Kimia………………………………………… 56
a) Kecemasan pada Mata Pelajaran Kimia ................... 56
b) Self-efficacy pada Mata Pelajaran Kimia .................. 59
c) Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Kimia….……….. 61
2. Hubungan Kecemasan, Self-efficacy dan Hasil Belajar
Kimia Siswa…………………………………………….. 63
a) Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa………………………….. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 67
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Implikasi ................................................................................. 67
C. Saran ....................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70
LAMPIRAN .................................................................................................. 78
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 24
Gambar 3.1 Alur Penelitian ......................................................................... 45
Gambar 4.1 Rata-Rata Faktor Kecemasan pada Siswa berdasarkan
Jenis Kelamin............................................................................. 57
Gambar 4.2 Rata-Rata Dimensi Self-efficacy berdasarkan
Jenis Kelamin............................................................................. 61
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dimensi Self-efficacy Berdasarkan Beberapa
Penelitian ..................................................................................... 17
Tabel 3.1 Pemberian Skor Item Pernyataan Kecemasan ............................. 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kecemasan ................................................... 34
Tabel 3.3 Pemberian Skor Item Pernyataan Self-efficacy ………………..... 35
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy .................................................. 35
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pada Variabel Kecemasan………………….. 37
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Pada Variabel Self-efficacy ............................ 38
Tabel 3.7 Kategori Kecenderungan Suatu Variabel .................................... 40
Tabel 3.8 Angka Indeks Korelasi ................................................................. 43
Tabel 4.1 Hasil Angket Kecemasan Siswa berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 47
Tabel 4.2 Kategorisasi Tingkat Kecemasan berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 48
Tabel 4.3 Hasil Angket Self-efficacy Siswa berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 48
Tabel 4.4 Kategorisasi Tingkat Self-efficacy berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 49
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Kimia Siswa berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 50
Tabel 4.6 Kategorisasi Hasil Belajar Kimia berdasarkan
Jenis Kelamin ................................................................................ 50
Tabel 4.7 Uji Normalitas Siswa Laki-laki ................................................... 52
xiv
Tabel 4.8 Uji Normalitas Siswa Perempuan ................................................ 52
Tabel 4.9 Uji Homogenitas .......................................................................... 53
Tabel 4.10 Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Teradap Hasil Belajar
Kimia Siswa berdasarkan Jenis Kelamin..................................... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Validasi Konstruk Instrumen Kecemasan dan Self-efficacy
Oleh Dosen Ahli ……………………………………………...… 78
Lampiran 2. Instrumen Kecemasan dan Self-efficacy Setelah Melalui
Validasi Kontruk Oleh Dosen Ahli…………………………..…. 85
Lampiran 3. Validasi Angket Kecemasan dan Self-efficacy Pada Siswa……. 92
Lampiran 4. Tabulasi Data Validasi Angket Kecemasan dan Self-efficacy… 93
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Angket Kecemasan dan Self-efficacy ………. 105
Lampiran 6a. Hasil Uji reabilitas Angket kecemasan …..……...………...…... 119
Lampiran 6b. Hasil Uji Reabilitas Angket Self-efficacy …………….....…….. 120
Lampiran 7a. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecemasan ………….………… 121
Lampiran 7b. Hasil Uji Validitas Instrumen Self-Efficacy…...………………. 122
Lampiran 8. Instrument Penelitian Kecemasan dan Self-efficacy …………….123
Lampiran 9. Angket Penelitian Pada Kecemasan dan Self-efficacy …………. 133
Lampiran 10a. Tabulasi Data Penelitian Angket Kecemasan ……...……... 134
Lampiran 10b. Tabulasi Data Angket Self-efficacy ………………………… 143
Lampiran 11. Data Total Nilai Angket Kecemasan, Self-efficacy dan hasil
belajar kimia siswa (hasil penelitian) …………………………. 152
Lampiran 12. Lembar Hasil Perhitungan Kategorisasi Angket Kecemasan
Pada Pelajaran Kimia ………………………………………….. 156
Lampiran 13. Lembar Hasil Perhitungan Kategorisasi Angket Self-efficacy
pada pelajaran kimia ………………………………………..… 157
Lampiran 14. Lembar Hasil Perhitungan Kategorisasi Angket Hasil Belajar
Pada Pelajaran Kimia …………………………………………. 158
Lampiran 15. Lembar Hasil Uji Normalitas Angket dan Nilai UTS …………..159
Lampiran 16. Lembar Hasil Uji Homogenitas Angket dan Nilai UTS ……….. 162
xvi
Lampiran 17. Hasil Uji Hipotesis Anket Kecemasan, Self-Efficacy dan Hasil
Belajar ……………………………………………..…………… 164
Lampiran 18. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing I ………………... 169
Lampiran 19. Surat Bimbingan Skripsi Pembimbing II ………………………. 170
Lampiran 20. Surat Validasi Instrumen Pada Dosen Ahli I …………………... 171
Lampiran 21. Surat Validasi Instrumen Pada Dosen Ahli II …………………. 172
Lamppiran 22. Surat Validasi Instrumen Pada Siswa I ……………………….. 173
Lampiran 23. Surat Validasi Instrumen Pada Siswa II ……………………….. 174
Lampiran 24. Surat Permohonan Izin Penelitian I ……………………………. 175
Lampiran 25. Surat Permohonan Izin Penelitian II …………………………… 176
Lampiran 26. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian I ……………… 177
Lampiran 27. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian II …………… 178
Lampiran 28. Dokumentasi …………………………………………………… 179
Lampiran 29. Lembar Uji Referensi …………………………………….…… 180
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah program yang melibatkan sejumlah
komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran diharapkan dapat membuat
perubahan baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada
individu. Proses tersebut direncanakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran dimana hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar siswa
diharapkan sesuai dengan tujuan pengajaran (Purwanto, 2016, hlm. 45).
Tujuan pengajaran tersebut sebelumnya telah ditetapkan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 (2003), yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Proses belajar mengajar dapat dicapai melalui tujuan pendidikan
yang telah direncanakan. Proses belajar mengajar seuai dengan pencapaian
tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti dapat didefinisikan sebagai
hasil belajar (Purwanto, 2016, hlm. 46). Hasil belajar sendiri sering kali
menjadi tolak ukur tercapainya suatu tujuan dari pembelajaran yang di
laksanakan dan digunakan sebagai ukuran pemahaman siswa dalam
menguasai suatu mata pelajaran. Tinggi maupun rendahnya hasil belajar
yang diperoleh siswa dapat dilihat dari perolehan skor dan kemampuan
yang dimiliki siswa setelah melalui proses pembelajaran.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diajarkan
dalam kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Dalam
jurnal penelitian oleh Woldeamanuel, Atagana, & Engida (2013)
dijelaskan bahwa terdapat banyak siswa yang merasa takut terhadap mata
2
pelajaran kimia karena siswa memiliki persepsi buruk mengenai mata
pelajaran tersebut sehingga merasa sulit dipahami. Kesulitan belajar kimia
sendiri telah diteliti oleh Ristiyani & Bahriah (2016) dimana hasil
penelitian menunjukkan beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan
belajar salah satunya faktor psikologi sebesar 69,78% dengan kategori
sedang. Faktor tersebut dapat berpengaruh pada hasil belajar kimia yang
diperoleh siswa menjadi kurang baik, memberikan persepsi negatif dan
dapat mengurangi minat siswa dalam proses belajar kimia di kelas.
Beberapa penelitian terkait hasil belajar kimia telah dilakukan
seperti penelitian Stoneberg (2017) yang menemukan adanya penurunan
prestasi belajar kimia siswa dari tahun 2015 sampai tahun 2017. Beberapa
studi berkaitan dengan penurunan hasil belajar kimia pada siswa
menunjukkan hubungan bebrapa faktor, Joseph, John, Eric, Yusuf, &
Olubunmi (2015) menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu
faktor yang memiliki pengaruh dalam capaian akademik siswa terutama
pada mata pelajaran sains. Selain faktor jenis kelamin yang turut andil
dalam pencapaian akademik, Dianabasi, E, & Diwa (2017) menambahkan
faktor non-kognitif seperti kecemasan dan self-efficacy yang dapat menjadi
faktor prediksi dalam peningkatan atau penurunan hasil belajar siswa
selain faktor kognitif. Kecemasan dan self-efficacy sendiri merupakan
faktor psikologis yang mengakibatkan kesulitan belajar kimia sehingga
dapat mempengaruhi hasil belajar kimia yang diperoleh.
Keberhasilan siswa dalam menguasai suatu materi selama proses
pembelajaran dapat dilihat dari bagaimana siswa dapat menyelesaikan
tugas berdasarkan keyakinan yang dimiliki. Mohamed & Yunus (2017)
menyebutkan bahwa kepercayaan diri pada siswa dapat membantu
menyelesaikan tugas dan menghasilkan sesuatu yang terbaik sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Self-efficacy sendiri dapat bersumber dari
keyakinan terhadap kemampuan sendiri, Bembenutty (2011) membuktikan
bahwa terdapat hubungan positif antara tugas pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru dengan rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab
3
pada siswa. Tugas dan keterampilan belajar mandiri dapat membantu
kinerja akademik siswa, meningkatkan manajemen waktu dan lingkungan
belajar secara efektif serta mempertahankan fokus seseorang pada
pembelajaran. Hal ini dapat membantu siswa untuk mewujudkan sistem
pembelajaran dengan kualitas akademik yang lebih baik, meningkatkan
kepercayaan diri yang tinggi dan hasil belajar kimia yang maksimal.
Baanu, Oyelekan, & Olorundare (2016) bahwa setiap siswa
memiliki penilaian self-efficacy yang berbeda dalam berbagai jenis tugas
atau domain. Self-efficacy mempengaruhi pilihan seseorang dimana
individu akan menunjukkan usaha dan ketekunan pada tugas tersebut,
dimana hal tersebut merupakan prediktor kinerja dan motivasi yang lebih
baik dibandingkan dengan variabel lain. Setiap individu memiliki self-
efficacy yang berbeda-beda baik laki-laki maupun perempuan. Shkullaku
(2013) menyatakan bahwa perempuan memiliki self-efficacy yang rendah
dari laki-laki dalam hal menerima materi, laki-laki yang mempunyai self-
efficacy tinggi memiliki capaian akademik yang tinggi pula karena merasa
percaya diri dengan kemampuannya.
Bandura (dalam Nurlaila, 2017) menjelaskan bahwa setiap individu
dapat memiliki self-efficacy yang tinggi akan lebih tekun, sedikit merasa
cemas dan tidak mengalami depresi sedangkan individu yang memilki
self-efficacy rendah memiliki keterampilan sosial yang kurang, tanggapan
terhadap lingkungan disertai kecemasan, adanya keinginan menghindari
interaksi interpersonal serta cenderung lebih depresi. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Kurbanoglu & Akim (2010) yang menyebutkan
bahwa self-efficacy menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi
sikap terhadap kecemasan pada mata pelajaran kimia.
Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan
terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak
mengancam (Solihah, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Sagir (2012)
menyebutkan bahwa kecemasan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan siswa. Kecemasan dapat terjadi dalam
4
lingkungan sekolah selama proses pembelajaran, dimana banyak siswa
yang merasa cemas ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang
menyulitkan mereka untuk berfikir, kecemasan yang biasanya dialami
ialah kecemasan terhadap materi membosankan, guru killer, serta soal
yang dianggap sulit sehingga mereka malas untuk berfikir dan merasa
cemas akan nilai-nilai yang mereka dapatkan ketika ulangan harian
maupun disaat ulangan semester (Solihah, 2017). Kecemasan dianggap
sebagai hal yang normal terjadi pada setiap individu, akan tetapi
kecemasan dapat dikatakan menyimpang apabila individu tidak dapat
meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana
kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang
berarti.
Penelitian Nurlaila (2017) menunjukkan dinamika kecemasan
ditinjau dari kognitif terjadi karena adanya persepsi negatif tentang
kemampuan yang dimilikinya seperti merasa tidak punya persiapan diri,
merasa tidak mampu menghadapi ujian, tidak mampu mengontrol respon
fisik, dimana hal tersebut menyebabkan siswa menjadi cemas. Kecemasan
dapat dialami oleh setiap individu dengan tingkatan yang berbeda-beda
antara laki-laki dan perempuan. Woldeamanuel et al. (2013) menjelaskan
bahwa siswa perempuan mempunyai kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa laki-laki pada mata pelajaran kimia.
Slameto (2010 hlm. 185) menjabarkan bahwa siswa dengan tingkat
kecemasan yang yang tinggi tidak berprestasi sebaik siswa dengan tingkat
kecemasan yang rendah pada beberapa jenis tugas. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Djayanti, Rahmatika, & Psi (2015) bahwa kecemasan
memberikan efek negatif berupa munculnya perilaku menghindar dalam
hal performa baik kehidupan sehari-hari maupun akademis.
Setiap individu memiliki reaksi yang berbeda dalam menanggapi
kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Shakir (2014) menyatakan
bahwa perempuan mempunyai tingkat kecemasan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Salah satu penyebab perempuan lebih cemas
5
daripada laki-laki yaitu perempuan lebih sensitif dan rentan terhadap
perasaan negatif akan sesuatu, yang akhirnya akan mengalami kecemasan
dan berujung pada keadaan psikologis yang kurang baik seperti
kepercayaan diri (Djayanti et al., 2015).
Penelitian-penelitian mengenai kecemasan (anxiety) dan self-
efficacy telah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Osman & Mehmet (2015), Disai, Dariyo,
& Basaria (2017), Utami & Nurjati (2018). Penelitian tersebut dilakukan
pada mata pelajaran biologi, matematika dan bahasa inggris dengan
variabel kontrol pada prestasi belajar dan motivasi dengan sampel
mahasiswa. Tidak terdapat penelitian yang menghasilkan temuan antara
kecemasan (anxiety) dan self-efficacy terhadap hasil belajar terutama pada
pembelajaran kimia di SMA. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan self-efficacy dan kecemasan siswa
terhadap hasil belajar kimia siswa. Berkaitan dengan masalah tersebut
maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “ Hubungan Kecemasan
dan Self-efficacy Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat identifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Hasil belajar kimia siswa menurun dari tahun 2015 hingga 2017.
2. Terdapat faktor psikologis berupa kecemasan dan self-efficacy yang
dapat berhubungan dengan hasil belajar kimia siswa.
3. Siswa laki-laki mempunyai self-efficacy yang lebih tinggi dari siswa
perempuan.
4. Siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dari siswa
laki-laki.
5. Kecemasan dapat mempengaruhi self-efficacy siswa pada
pembelajaran kimia sehingga berdampak pada hasil belajar kimia
siswa yang kurang memuaskan.
6
C. Pembatasan Masalah
Guna memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah serta mengingat
begitu luas dan kompleksnya permasalahan, maka diperlukan suatu
1. Penelitian pada variabel kecemasan digunakan instrument dengan
tiga faktor meliputi Emosi (Emotions), Penilaian (Assessment) dan
Lingkungan (Environment).
2. Pada variabel self-efficacy digunakan instrument dengan enam
domain antara lain Isi Materi Kimia (Science Content), Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill), Penggunaan
Laboratorium (Laboratory Usage), Penerapan dalam Kehidupan
Sehari-hari (Everyday Application), Diskusi Ilmiah (Science
Communication), dan Pengetahuan Ilmiah (Scientific Literacy).
3. Sampel dalam penelitian ini meliputi dua SMA Negeri di Tangerang
Selatan kelas X IPA yang mendapat mata pelajaran kimia.
4. Hasil belajar kimia diambil dari Penilaian Tengah Semester siswa
kelas X IPA pada mata pelajaran kimia semester genap.
5. Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara
kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil belajar kimia berdasarkan
jenis kelamin.
D. Rumusan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yakni “Bagaimana Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil belajar
kimia siswa.
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan
kecemasan dan self-efficacy siswa dalam menghadapi pelajaran kimia
dan menanamkan persepsi positif pada siswa sehingga pihak sekolah
dapat melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hal tersebut.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan lebih memahami
kondisi psikologis siswa sehingga dapat membantu siswa mengatasi
masalah kecemasan dalam menghadapi pelajaran kimia, dengan
memperbaiki strategi dan metode yang cocok dalam pembelajaran
kimia serta menanamkan sikap positif kepada peserta didik. Sehingga
dengan upaya tersebut diharapkan dapat mengubah persepsi siswa
tentang pembelajaran kimia menjadi lebih baik dan dapat mengurangi
kecemasan serta meningkatkan self-efficacy yang akan meningkatan
hasil belajar kimia siswa.
3. Bagi Siswa
Sebagai siswa diharapkan untuk mengurangi kecemasan saat
menghadapi pelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan self-efficacy
dan memahami materi dalam proses pembelajaran kimia di sekolah.
Dengan penanganan kecemasan dan self-efficacy yang baik maka
dapat mendorong siswa untuk lebih tekun dalam mengoptimalkan
kualitas hasil belajar kimia di kelas.
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti, dapat mengambil manfaat sebagai pengalaman dan
pengetahuan baru serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan dapat dialami oleh setiap individu dalam
lingkungan sekolah terutama selama proses pembelajaran.
Kecemasan merupakan pengalaman emosional dan menyedihkan
yang ditandai dengan rasa tidak suka, khawatir, dan keinginan
untuk menarik diri dari rangsangan yang memicu kecemasan
(Moeller, Salmela-Aro, Lavonen, & Schneider, 2015). Kecemasan
menurut Solihah (2017) yakni ketakutan yang tidak nyata, suatu
perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang
sebenarnya tidak mengancam.
Selain itu Munasiah (2015) mendefinisikan kecemasan
sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan
menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Gangguan kecemasan
adalah gangguan psikologis yang mencakup ketegangan motoric
(bergetar, tidak dapat duduk tenang, tidak dapat bersantai);
hiperaktivitas (pusing, jantung yang berdetak cepat, dan juga
berkeringat); dan harapan-harapan dan pikiran-pikiran yang
mendalam (King, 2016, hlm. 301).
Elizabeth Hurlock (1997, hlm. 221) mendefinisikan
kecemasan sebagai kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang
tidak baik dan tidak dapat dihindari oleh seseorang sehingga
menyebabkan keadaan mental yang tidak enak. Kecemasan oleh
merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
9
tidak mengalami gangguan dalam realitas, kepribadian masih utuh,
perilaku masih dalam batas normal (Hawari, 2011, hlm. 18).
Dengan demikian kecemasan dapat didefinisikan sebagai
perasaan khawatir, tidak tenang, menghindar dan menarik diri dari
lingkungan sekitar yang dapat memicu kecemasan itu sendiri.
b. Tipe Kecemasan
Setiap individu mengalami kecemasan dengan tingkat yang
berbeda-beda antara individu satu dengan lain yang dapat
memberikan reaksi yang berbeda terhadap sesuatu yang dianggap
sebagai sumber ancaman yang sama. Perbedaan reaksi
memunculkan kecemasan yang dikategorikan oleh May ( dalam
Feist & Feist, 2011, hlm. 53) kedalam dua tipe yaitu kecemasan
normal (Normal Anxiety) berupa tipe kecemasan yang dialami
selama perode pertumbuhan atau ketika nilai-nilai seseorang
terancam, yang pasti dialami oleh semua orang. Sedangkan
kecemasan neurotik (Neurotic Anxiety) didefinisikan sebagai reaksi
yang tidak proporsional atas suatu ancaman, meliputi represi dan
bentuk-bentuk lain dari konflik intrapsikis yang dikelola oleh
berbagai macam bentuk pemblokiran aktivitas dan kesadaran. .
c. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan menurut Ghufron & Risnawati (2014, hlm. 147) yakni
faktor internal yang meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa
pesimis, takut gagal, pengalaman negatif di masa lalu dan pikiran
yang tidak rasional. Sedangkan faktor eksternal berupa dukungan
sosial yang kurang.
Menurut instrumen kecemasan Wahid, Yusof, & Razak (2014)
terdapat tiga faktor kecemasan yang terdiri dari:
1. Emosi (Emotion) : Suatu perasaan ingin melebihi dari sifat
individu terhadap suatu objek sehingga cenderung berupaya
10
untuk mengekspresikan dan mengaplikasikannya. Seperti,
emosi dalam takut, khawatir, marah, sebal, frustasi, cemburu,
iri hati, duka cita, afeksi atau sayang, bahagia (Miswari, 2017)
2. Penilaian (Assessment): suatu proses yang sistematis dan
mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisi, serta
menginnterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa
jauh siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
Gronlund & Linn (dalam Suprananto, 2012, hlm. 8).
3. Lingkungan (Environment): Lingkungan atau sekitar tempat
tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri
sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya
(Ramaiah, 2003, hlm. 11).
d. Komponen Kecemasan
Kecemasan dapat dibagi kedalam tiga komponen menurut Shah
(dalam Ghufron & Risnawati, 2014, hlm. 144) yang meliputi :
1. Komponen fisik seperti pusing, sakit perut, tangan berkeringat,
perut mual, mulut kering, grogi dan lain-lain
2. Emosional seperti panic dan takut
3. Mental atau kognitif seperti gangguan perhatian dan memori,
kekhawatiran, ketidakteraturan dalam berfikir dan bingung.
e. Aspek-aspek Kecemasan
Sumber penyebab kecemasan menurut Register (dalam
Ghufron & Risnawati, 2014, hlm. 143) meliputi hal-hal dibawah
ini:
11
1. Kekhawatiran (worry) merupakan pikirannegatif tentang diri
sendiri.
2. Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap
rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berddebar-debar,
keringat dingin dan tegang.
3. Gangguan dan hambatan dalam penyelesaian tugas (task
generated interference) merupakan kecenderungan yang
dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang
rasional terhadap tugas.
f. Hubungan Kecemasan dengan Hasil Belajar Siswa
Hubungan kecemasan dengan hasil belajar siswa oleh Kirkland
(dalam Djamarah, 2011, hlm. 186) dapat disimpulkan yakni 1)
Kecemasan dengan tingkat sedang dapat memotivasi siswa dalam
belajar, sedangkan kecemasan dengan level tinggi dapat
menurunkan motivasi belajar, 2) Dalam menghadapi tes, siswa
dengan kecemasan rendah lebih merasa cemas dari siswa yang
pandai 3) Siswa yang telah mengenal jenis tes yang akan dihadapi
akan memiliki kecemasan yang lebih berkurang, 4) Pada tes-tes
yang mengukur daya ingat, siswi-siswi yang sangat cemas
memberikan hasil yang lebih baik daripada siswa yang kurang
cemas,. Pada tes yang membutuhkan cara berfikir yang fleksibel
siswa yang sangat cemas hasilnya lebih buruk., 5) Kecemasan
terhadap tes bertambah bila hasil tes dipakai untuk menentukan
tingkat-tingkat siswa.
2. Self-efficacy
a. Definisi Self-efficacy
Self-efficacy terdiri dari kata-kata "self" yang didefinisikan
sebagai elemen struktural kepribadian, dan " efficacy" yang berarti
penilaian sendiri apakah seseorang dapat melakukan perbuatan
baik atau buruk, tindakan benar atau salah, dan juga apakah salah
bisa atau tidak bisa melakukan sesuatu seperti sebelumnya (Erika,
12
2017). Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan dirinya sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan
sesuatu atau mengatasi suatu situasi, bahwa ia akan berhasil dalam
melakukannya (Hardianto, Erlamsyah, & Nurfahanah, 2017).
Keyakinan efikasi diri menentukan bagaimana orang merasakan,
berpikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku dan menghasilkan
efek yang beragam ini melalui empat proses utama meliputi proses
kognitif, motivasi, afektif dan seleksi (Bandura, 1994).
Self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau
mencapai tujuan tertentu (Ormrod, 2008, hlm. 20). Di samping itu,
Baron dan Byrne (dalam Ghufron & Risnawati, 2014)
mendefinisikan self-efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai
kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas,
mencapai suatu tujuan, dan mengatasi hambatan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa selfefficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan
individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ia hadapi,
sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang
diharapkannya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-efficacy
Ormrod (2008, hlm. 23) berpendapat bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan self-efficacy
seseorang, diantaranya sebagai berikut :
1. Keberhasilan dan Kegagalan Pembelajaran Sebelumnya
Pembelajar lebih mungkin untuk yakin bahwa mereka
dapat berhasil pada suatu tugas ketika mereka telah berhasil
pada tugas tersebut dan tugas lain yang mirip di masa lalu
(Ormrod, 2008, hlm. 23). Apabila siswa telah mengembangkan
self-efficacy yang tinggi, tentu kegagalan yang sesekali terjadi
13
tidak akan mengurangi sikap optimis yang dimilikinya. Ketika
siswa mengalami kemunduran dalam proses mencapai sukses,
siswa belajar bahwa mereka akan meraih kesuksesan itu jika
mereka berusaha. Kegagalan yang dialami juga akan
memberikan informasi yang berguna untuk memperbaiki
performanya sehingga seperti yang telah dikemukakan Bandura
(dalam Ormrod, 2008, hlm. 24) mereka telah mengembangkan
resilient self-efficacy (self-efficacy yang kuat dan tahan banting).
2. Pesan dari Orang Lain
Self-efficacy siswa dapat ditingkatkan dengan
menunjukkan secara eksplisit hal-hal yang telah dilakukan
sebelumnya atau hal-hal yang dianggap telah mahir (Ormrod,
2008, hlm. 25). Menurut Zeldin & Pajares (dalam Ormrod,
2008, hlm. 25) peningkatan self-efficacy siswa dapat dilakukan
dengan cara memberikan alasan-alasan untuk percaya bahwa
siswa dapat sukses di masa depan. Ketika mengkomunikasikan
keyakinan terhadap kemampuan siswa, hendaknya dengan
menawarkan saran-saran perbaikan yang konkret karena
terkadang pesan yang diberikan oleh seseorang bersifat tersirat
alih-alih dinyatakan secara langsung.
3. Kesuksesan dan Kegagalan Orang Lain
Siswa sering mempertimbangkan kesuksesan dan
kegagalan teman-teman kelasnya, terutama yang
kemampuannya setara ketika menilai peluang sukses mereka
sendiri. Siswa yang melihat kemampuannya sendiri setara
dengan orang lain yang sukses maka akan memiliki alas an
optimis akan kesuksesan mereka sendiri. Sehingga self-efficacy
dapat dikembangkan menjadi besar dengan menyaksikan
keberhasilan dari orang lain dengan kemampuan yang sama
untuk melakukan sesuatu dibandingkan dengan menyaksikan
guru mereka mencontohkan perilaku tersebut.
14
Adapun menurut Ahriana, Yani, & Ma’ruf (2016)
menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self-
efficacy adalah sebagai berikut:
1. Performance Accomplishment
Performance Accomplishment merupakan sumber
pengharapan yang utama karena didasarkan pada
pengalaman individu ketika berhasil mengerjakan sesuatu
hal dengan baik. Bandura (1986) menyebutkan hal ini
dengan nama lain, yaitu enactive attaintment atau sumber
informasi yang paling berpengaruh karena memiliki dasar
pada keberhasilan pengalaman pribadi dalam
menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Keberhasilan akan
menumbuhkan pengharapan dan kegagalan yang terjadi
berulangkali melemahkan pengharapan. Selain itu, Bandura
(1986) juga menyebutkan hal ini sebagai mastery
experience dimana keberhasilan sebelumnya dimasa lalu
akan mempengaruhi keberhasilan dan pekerjaan tugas-tugas
berikutnya.
2. Vicarious Experience
Vicarious Experience adalah pengalaman yang
didapat ketika individu melihat keberhasilan orang lain
dalam mengerjakan tugas dengan baik. Pengharapan dapat
tumbuh pada diri individu yang memiliki posisi sebagai
pengamat pada saat dirinya menyaksikan orang lain mampu
melakukan aktivitas dalam situasi yang tertekan tanpa
akibat yang merugikan. Pengamatan ini akan
menumbuhkan keyakinan bahwa suatu saat dirinya akan
mampu dan juga berhasil jika berusaha secara intensif dan
tekun. Kemudian akan timbul sugesti bahwa jika orang lain
dapat melakukan dengan baik, maka dirinya juga akan
15
mampu atau paling tidak ada sedikit perbaikan dan
peningkatan dalam kinerjanya.
3. Verbal Persuasion
Menurut Bandura (1995) persuasi verbal digunakan
untuk keyakinan seseorang bahwa dirinya memiliki
kemampuan. Individu yang dapat diyakinkan secara verbal
oleh lingkungan akan mengeluarkan usaha yang besar
dibandingkan jika dirinya memiliki keraguan akan
kemampuan yang dimilikinya. Bandura (1986) kembali
menekankan hal tersebut dengan mengatakan bahwa
individu yang diarahkan dengan saran, nasihat, dan
bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga
individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Emotional Arousal
Emotional Arousal adalah muncul dan naiknya
emosi seseorang ketika individu berada dalam situasi yang
tertekan.Saat berada dalam situasi tertekan, kondisi
emosional dapat mempengaruhi pengharapan individu.
Rasa takut dan cemas akan mengalami kegagalan membuat
individu menjadi tidak yakin dalam menghadapi tugas-
tugas berikutnya (Bandura, 1986). Dalam beberapa hal,
individu menyadarkan dirinya pada gejolak fisiologis dalam
menilai kecemasan dan kepekaannya terhadap stres.
Gejolak yang berlebihan biasanya akan melumpuhkan
kinerja. Individu jelas berharap akan lebih berhasil jika
mengalami gejolak fisiologis ringan daripada harus
menderita tekanan, goncangan, dan kegelisahan yang
mendalam.
16
5. Physical or Affective Status
Stres dan kecemasan memiliki akibat negatif
terhadap self-efficacy. Jika individu tidak sedang
mengalami gejolak perasaan maka dirinya akan mampu
berfikir relatif tenang, jernih dan terarah. Hal ini berguna
dapat melihat apakah tujuan yang akan dicapai sulit,
sedang atau mudah. Pada akhirnya self-efficacy yang akan
muncul akan lebih sesuai dengan kenyataan yang sedang
dihadapi oleh individu yang bersangkutan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi self-efficacy antara lain adalah
performance Accomplishment atau sumber pengharapan
yang muncul ketika individu berhasil menyelesaikan suatu
hal dengan baik, vicarious experiences atau pengalaman
yang didapatkan ketika individu melihat orang lain
menyelesaikan suatu tugas dengan baik, verbal Persuasion
atau dukungan verbal kepada individu agar dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik, emotional aurosal
atau gejolak fisiologis ketika individu berada dalam situasi
tertekan, dan physical or affective status atau kondisi fisik
dan afeksi yang disarankan oleh individu.
c. Dimensi Self-efficacy
Terdapat beberapa dimensi yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat self-efficacy berdasarkan pendapat beberapa ahli
dibawah ini:
17
Tabel. 2.1. Dimensi self-efficacy Berdasarkan Beberapa Penelitian
Peneliti Dimensi
Bandura (1997) Level/ magnitude
Generality
Streght
Uzuntiyarky &
Aydin
(2009)
Self-efficacy for
knowledge/comprehension level skills
(SCS)
Self-efficacy for higher-order Skills
Self-efficacy for psychomotor skills (SPS)
Self-efficacy for everyday applications
(SEA)
Lin et al.
(2015a) Conceptual Understanding
Higher-order cognitive skills
Practical work
Everyday application
Science communication
Lin et al.
(2015b) Conceptual Learnin
Higher-order cognitiv Skills
Practical work
Everyday application
Science communication
Suprapto &
Chang
(2015)
Conceptual Understanding
Higher-order thinking skills
Practical work
Everyday application
Science communication
Self- Learning Strategy
Self-Assessment
Suprapto, Chang,
& Ku (2017) Science Content (SC)
Higher-Order Thinking (HOT)
Laboratory Usage (LU)
Scientific Literacy (SL)
Everyday Application (EA)
Science Communication (SCM)
Pada penelitian ini digunakan enam dimensi oleh Suprapto, Chang,
& Ku (2017) yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat self-
efficacy meliputi :
1. Science Content (SC): Menilai kepercayaan siswa dalam
menggunakan keterampilan kognitif dasar seperti konsep kimia,
hukum, atau teori.
18
2. Higher-Order Thinking (HOT): Menilai keyakinan siswa dalam
menggunakan keterampilan kognitif yang lebih mendalam,
termasuk pemecahan masalah, berfikir kritis atau penyelidikan
ilmiah di bidang kimia.
3. Laboratory Usage (LU): Mengukur kepercayaan siswa dalam
melakukan eksperimen kimia dalam kegiatan laboratorium.
4. Scientific Literacy (SL): Mengukur kepercayaan siswa untuk
menerapkan konsep dan keterampilan kimia dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
5. Everyday Application (EA): Menilai kepercayaan siswa dalam
berkomunikasi atau mendiskusikan mengenai konten yang
berhubungan dengan kimia dengan teman di kelas atau orang
lain.
6. Science Communication (SCM): Menilai kepercayaan siswa
untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dan
melaporkan hasil kegiatan laboratorium.
d. Self-efficacy Mempengaruhi Perilaku dan Kognisi
Perasaan self-efficacy siswa mempengaruhi pilihan aktivitas
mereka, tujuan, dan usaha serta persistensi mereka dalam aktivitas-
aktivitas kelas (Ormrod, 2008, hlm. 21). Di bawah ini merupakan
hal-hal yang menunjukkan bahwa self-efficacy mempengaruhi
perilaku dan kognisi yaitu:
1. Pilihan aktivitas
Pilihan aktivitas yang dimaksud dalam hal ini berkaitan
dengan pemilihan aktivitas yang akan dijalani oleh individu.
Individu cenderung memilih tugas dan aktivitas yang mereka
yakini akan berhasil dan menghindari aktivitas dan tugas yang
mereka yakini mereka akan gagal.
2. Tujuan
Individu akan menetapkan tujuan yang lebih tinggi bagi
diri mereka sendiri ketika mereka memiliki self-efficacy yang
19
tinggi dalam bidang tertentu. Bandura (2001) dalam Ormrod
(2008, hlm. 21) menyatakan bahwa pilihan karir dan tingkat
pekerjaan menunjukkan bahwa mereka memiliki self-efficacy
yang tinggi pada bidang itu dan bukan sebaliknya.
3. Usaha dan Persistensi
Individu yang miliki self-efficacy tinggi lebih mungkin
mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba tugas baru.
Mereka juga lebih gigih dan tidak mudah menyerah ketika
menghadapi tantangan. Namun sebaliknya, individu dengan
self-efficacy rendah akan setengah hati dan mudah menyerah
ketika menghadapi kesulitan.
4. Pembelajaran dan Prestasi
Individu dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih
banyak belajar dan berprestasi dibandingkan dengan individu
yang memiliki self-efficacy rendah. Hal ini benar bahkan
ketika tingkat kemampuan aktual sama (dalam Ormrod, 2008,
hlm. 22). Oleh karena itu, individu yang memiliki kemampuan
sama, mereka yang yakin dapat menyelesaikan suatu tugas
lebih mungkin menyelesaikan tugas tersebut secara sukses
daripada mereka yang tidak yakin mampu mencapai
keberhasilan.
Berdasarkan pendapat Ormrod yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mempengaruhi
perilaku dan kognisi seseorang. Pengaruh tersebut dapat
ditunjukkan melalui beberapa hal berikut, diantaranya a)
pilihan aktivitas, b) tujuan, c) usaha dan persistensi serta d)
pembelajaran dan prestasi. Keempat hal tersebut dapat menjadi
tolok ukur untuk menunjukkan bahwa self-efficacy
mempengaruhi perilaku dan kognisi seseorang.
20
4. Tinjauan Belajar dan Hasil Belajar
a. Definisi Belajar dan Hasil Belajar
Belajar menurut Slameto (2010, hlm. 2) didefinisikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Purwanto (2016, hlm.
43) merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan dua kata yaitu “hasil”
dab “belajar”, sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai
pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar (Purwanto, 2016, hlm. 46).Hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Susanto, 2013, hlm. 5). Sehingga hasil belajar dapat
disimpulkan bahwa kemampuan yang diperoleh setelah melalui
proses pembelajaran sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan teori Gestalt (dalam Susanto, 2013, hlm. 12)
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan
lingkungannya. Sedangkan Wasliman dalam (dalam Susanto, 2013,
hlm. 12) menguraikan mengenai dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar berupa faktor internal yang merupakan faktor yang
bersumber dalam diri siswayang mempengaruhi kemampuan
belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan. Kemudian faktor eksternal yang merupakan faktor yang
berasal dari luar diri siswayang mempengaruhi hasil belajar yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
21
Hasil belajar yang di capai siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang secara garis besarnya dapat di bagi dalam dua faktor
utama, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Faktor Intern) :
Faktor intern ini terdiri dari dua macam kondisi, yaitu kondisi
fisiologis siswa yang terdidri dari kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik, kondisi panca indera, terutama penglihatan
dan pendengaran. Dan kondisi psikologis siswa yang
mempengaruhi hasil belajar, seperti minat, bakat, motivasi,
intelegensi, sifat dan kebiasaan belajar, ketekunan,
kemampuan kognitif, dan kondisi sosial ekonomi siswa.
2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (Faktor Ekstern) :
Faktor ini berasal dari luar diri siswa yang dapat menentukan
atau mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang paling diminan
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah lingkungan belajar
yaitu kualitas atau mutu pengajaran di sekolah, artinya sejauh
mana proses belajar mengajar di sekolah dapat berlangsung
secara efektif. Dan hal ini tentu saja tidak terlepas dari
metode mengajar yang digunakan oleh seorang pengajar.
Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada
bermacam-macam faktor.
Adapun menurut Ngalim (2002, hlm. 102) faktor-
faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita
sebut faktor individual. Yang termasuk faktor individual,
antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Faktor yang ada di
luar individual yang kita sebut faktor sosial.
2) Yang termasuk faktor sosial antara lain : faktor keluarga,
guru daan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan
22
dalam belajr mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan hasi
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar. Pengalaman belajar
yang diperoleh merupakan pengetahuan baru, sehingga dapat
memperluas wawasan berpikir siswa. Sehingga hasil belajar
siswa dapatlah berguna bagi guru yaitu untuk mengetahui
apakah tujuan instruktur yang diharapkan telah terjadi atau
belum.
5. Mata Pelajaran Kimia
Kimia merupakan bagian dari ilmu sains yang diajarkan pada
jenjang Sekolah Menengah Atas. (Syukri, 1999, hlm 1)
mendeskripsikan ilmu kimia sebagai pengetahuan alam yang
mempelajari komposisi dan struktur zat kimia beserta hubungan
dengan sifat zat tersebut. Chang (2005, hlm. 3) dalam bukunya
memberikan pendapatnya tentang ilmu kimia. Menurutnya, “kimia
adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, sedangkan
unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan
kimia”.
Menurut Mulyasa (2011, hal. 133-134), mata pelajaran kimia
di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk, a)
membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa, b) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka,
ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain, c) memperoleh
pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau
eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan,
pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan
23
secara lisan dan tertulis, d) meningkatkan kesadaran tentang terapan
kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu,
masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola
dan melestarikan lingkungandan kesejahteraan masyarakat, serta e)
memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi.
B. Kerangka Berfikir
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar.
Hasil belajar yang baik tentu berhubungan dengan berbagai faktor baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Problematika yang terjadi saat ini
menunjukkan adanya peneurunan hasil belajar kimia yang pada beberapa
studi kasus memiliki hubungan dengan faktor psikologis meliputi adalah
kecemasan dan self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan individu
terhadap kemampuan yang dimilikinya. Keyakinan diri tersebut dapat
tercermin dari beberapa hal, misalnya memiliki rasa percaya diri, tidak
mudah putus asa saat menghadapi kesulitan, gigih dalam belajar, memiliki
motivasi belajar, dan lain-lain.
Ketika seorang siswa memiliki self-efficacy yang tinggi, maka
tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang akan rendah sehingga akan
merasa tertantang pada kesulitan belajar ataupun tugas yang dihadapi lalu
dikemudian akan berusaha untuk mencari penyelesaiannya. Sebaliknya
siswa yang memiliki self-efficacy rendah, otomatis akan memiliki tingkat
kecemasan yang tinggi sehingga akan menghindari kesulitan-kesulitan
yang ditemui dalam belajar ataupun tugas. Menurut teori kognitif sosial,
seseorang dengan persepri terhadap self-efficacy rendah terancam secara
potensial dengan tingginya kebangkitan rasa cemas, hal ini terjadi ketika
individu mempunyai keyakinan yang rendah dalam mengatasi suatu hal.
Berdasarkan uraian diatas, memang tidak dapat dipungkiri ada hubungan
antara kecemasan dan self-efficacy dengan hasil belajar siswa.
24
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa
besar dan signifikan hubungan antara kecemasan dan self-efficacy dengan
hasil belajar. Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi dan kecemasan
yang rendah akan mempunyai prestasi yang baik, sedangkan siswa yang
mempunyai self-efficacy rendah dan kecemasan yang tinggi akan memiliki
hasil belajar yang kurang maksimal. Berikut ini adalah gambar kerangka
pikir hubungan antara kecemasan dan self-efficacy dengan prestasi belajar.
25
Penelitian berkaitan dengan hasil belajar kimia siswa menunjukkan adanya
penurunan dari tahun 2015 hingga 2017. Faktor psikologis meliputi
kecemasan memiliki hubungan yang negatif dengan hasil belajar dan self-
efficacy memiliki hubungan positif dengan hasil belajar kimia siswa.
Dilakukan identifikasi terhadap faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa di sekolah meliputi kecemasan dan self efficacy.
Terdapat Hubungan Pada Kecemasan dan Self-Efficacy Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
Kecemasan (anxiety) dalam
pembelajaran kimia yang meliputi
tiga faktor:
1. Emosi (Emotion)
2. Penilaian (Assessment)
3. Lingkungan (Environment)
Self-efficacy dengan enam
dimensi yaitu
1. Science Content 2. Higher-Order Thinking
3. Laboratory Usage
4. Everyday Application
5. Science Communication 6. Scientific Literacy
Hasil belajar kimia siswa di sekolah
26
C. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian pengembangan instrument kecemasan laboratorium kimia
yang dilakukan oleh Kurbanoglu & Akim (2013) dengan judul
“Development Of Chemistry Laboratory Anxiety Scale For
University”. Skala kecemasan laboratorium kimia ini berhasil
dikembangkan dengan sampel mahasiswa perempuan sebanyak 235
orang dan laki-laki sebanyak 450 orang dimana mahasiswa tersebut
merupakan mahasiswa yang menjalani mata kuliah kimia dasar dan
praktikum kimia di laboratorium. Hasil penelitian ini berupa 12 item
yang mengarah pada kecemasan dengan jumlah varian 45% dan
besarnya alpha cronbach 88 dan korelasinya 84.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Asayes, H., Hosseini, M. A.,
Sharififard, F., & Kharameh, Z. T. (2016) dengan judul “The
Relationship Between Self-efficacy and Test Anxiety Among The
Paramedical Students Of Qom University Of Medical Sciences”. Hasil
menunjukkan bahwa kecemasan pada perempuan lebih tinggi dari
laki-laki dan Self-efficacy pada laki-laki lebih tinggi dari siswa
perempuan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammadyari, G. (2013) dengan
judul “Comparative Study of Relationship between General Perceived
Self-efficacy and Test Anxiety with Academic Achievement of Male
and Female Students”. Penelitian menjelaskan tentang self-efficacy
dan kecemasan yang berhubungan dengan hasil belajar dan
berhubungan dengan jenis kelamin.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Woldeamanuel, Atagana, & Engida,
(2013) dengan judul “Students’ Anxiety Towards The Learning Of
Chemistry In Some Ethiopian Universities”. Temuan penelitian
tersebut mengungkapkan bahwa siswa, baik laki-laki atau perempuan,
perkotaan atau pedesaan, menunjukkan kegelisahan yang besar
terhadap pembelajaran kimia dan kecemasan lebih tinggi pada siswa
27
berbasis perempuan dan pedesaan daripada laki-laki dan laki-laki
siswa berbasis perkotaan.
5. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurlaila (2017) dengan judul
“Pelatihan Efikasi Diri Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Siswa-
Siswi Yang Akan Menghadapi Ujian Akhir Nasional”. Penelitian ini
bertujuan mengetahui apakah pelatihan efikasi diri dapat menurunkan
kecemasan pada siswa yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional.
Partisipan dalam penelitian berjumlah 20 orang, yang dibagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian dengan
analisa uji-t menunjukkan bahwa ada perbedaan gain score 17,5
dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) yang menujukkan bahwa siswa
yang mendapat pelatihan efikasi diri secara signifikan menujukkan
ada penurunan kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Solihah (2017) dengan judul
“Pengaruh Tingkat Kecemasan Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Sejarah Siswa Kelas X Ips 2 Sman 12 Surabaya”. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata tingkat kecemasan siswa 68.44, dan rata-rata
prestasi belajar sejarah sebesar 77, 98. Penelitian tentang kecemasan
siswa terhadap prestasi belajar sejarah kelas X IPS 2 SMA Negeri 12
Surabaya dengan hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan
pengaruh pada prestasi siswa sebesar 4.9% dengan Ftabel sebesar
2.235 dan taraf signifikan 142. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat kecemasan siswa yang tinggi akan
mempengaruhi prestasi siswa yang menyebabkan banyak siswa yang
mencontek untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya, untuk hal itu
diperlukan agar mendapatkan perhatian yang lebih dari guru mata
pelajaran.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Baanu, Oyelekan, & Olorundare
(2016) dengan judul “Self-Efficacy And Chemistry Students’ Academic
Achievement In Senior Secondary Schools In North-Central, Nigeria”.
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara
28
kemanjuran diri siswa kimia dan prestasi akademik mereka di sekolah
menengah atas di Utara-tengah, Nigeria. Penelitian ini merupakan
penelitian ex-post facto dan merupakan survei deskriptif. Subjek
penelitian adalah seribu seratus lima puluh (1150) siswa kimia kelas
menengah III yang dipilih dari Kogi, Kwara dan Niger, Nigeria. Studi
ini menyimpulkan bahwa self-efficacy siswa perlu dilengkapi dengan
sejumlah faktor lain untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi
dalam bidang Kimia.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang mendasari objek kajian penelitian serta
mengacu pada hasil penelitian yang relevan maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu “Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara
Kecemasan Dan Self-Efficacy Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua SMA Negeri Tangerang Selatan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap pada bulan April sampai
dengan bulan Mei tahun ajaran 2017-2018.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif menurut Creswell (2016, hlm. 5) “merupakan metode-metode
untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan
antarvariabel”. Sehingga jika dengan menggabungkan dari kedua
pendekatan tersebut dalam hasilnya pun akan lebih baik. Sedangkan pada
(Arifin, 2011, hlm. 29) penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab
permasaahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel
tertentu sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasaikan,
lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data. Oleh karena itu dalam
penelitian kuantitatif memang lebih ditekankan pada penggunaaan angka
dan penghitungan statistik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan
dan self-efficacy dengan hasil belajar kimi a siswa kelas X IPA SMA di
sekolah. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian
korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan suatu variabel
dengan variabel-variabel lain Berkaitan dengan hal tersebut penelitian
korelasional digunakan untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan
menggunakan teknik korelasi atau teknik statistic yang lebih canggih.
Penelitian korelasional yang melibatkan pengumpulan data untuk
menentukan apakah, dan ntuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua
atau lebih variabel. Menurut Creswell (2016, hlm. 17) bentuk penelitian
30
ini termasuk dalam penelitian noneksperimental (rancangan korelasional)
yang menggunakan korelasi statistik untuk mendeskripsikan dan
mengukur derajat atau hubungan (relasi) antara dua atau lebih variabel
atau rangkaian skor. Sukmadinata (2012, hlm. 56) menambahkan bahwa
hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan
besarnya koefisien korelasi dan keberartian secara statistik. Serta Emzir
(2008, hlm. 37) menjelaskan berkaitan dengan penelitian korelasional
menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang yang
berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul
secara alami.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi atau universe didefinisikan sebagai keseluruhan objek
yang diteliti, baik berpa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal
yang sering terjadi (Arifin, 2011, hlm. 215). Menurut Sugiyono (2016,
hlm. 80) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa populasi merupakan generalisasi dari hasil suatu
penelitian. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 300 siswa yang
merupakan siswa kelas X IPA di dua sekolah SMA Negeri Kota
Tangerang Selatan.
Berdasarkan jumlah populasi yang tercantum pada Tabel
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf
kesalahan 1%, 5% dan 10% dalam buku Sugiyono (2016, hlm. 87),
maka penelitian ini menggunakan 161 sampel. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arikunto (2013, hlm. 95) bahwa dalam menentukan sampel
apabila mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, maka
sampel dapat ditentukan kurang lebih 25%-30% dari jumlah subjek
tersebut. Selanjutnya jika jumlah subjeknya antara 100 hingga 150
31
orang dengan pengumpulan data menggunakan angket maka
sebaiknya diambil seluruhnya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016, hlm. 81). Teknik pengambilan
data pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut
Arikunto (2013, hlm. 97) teknik purposive sampling digunakan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel yang
digunakan. Sedangkan menurut Riduwan (2015, hlm. 63) purposive
sampling atau yang sering dikenal dengan sampel pertimbangan ialah
teknik sampling yang digunakan peneliti apabila memiliki
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampel atau penentuan
sampel untuk tujuan tertentu. Purposive sampling didasarkan atas ciri-
ciri tau sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan populasi yang telah diketahui sebelumnya (Nuraida & Alkaf,
2009, hlm. 91). Pengambilan teknik Purposive sampling pada
penelitian ini didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan
peneliti meliputi keseluruhan proses pembelajaran kimia di kelas yang
diikuti siswa kelas X serta keterlibatan siswa dalam praktik di
laboratorium dan penerapan pada kehidupan sehari-hari.
Cara menetukan ukuran sampel pada penelitian ini menggunakan
taraf kesalahan 5% dengan ukuran populasi 300. Berdasarkan tabel
penentuan ukuran sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan
5% Penelitian ini memiliki populasi sebanyak 300 sehingga
berdasarkan tabel penentuan ukuran sampel tersebut diperoleh sampel
sebanyak 161 (Sugiyono, 2016, hlm. 86-87).
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
instrumen angket tertutup yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia yang mudah dipahami serta telah melalui uji validitas dan uji
32
reabilitas dari dosen ahli. Kemudian responden diminta untuk mengisi
angket tersebut dengan cara memberi tanda centang (√) pada jawaban
yang dianggap sesuai oleh responden. Berdasarkan variabel yang di ukur
dalam penelitian ini maka terdapat dua angket yakni angket kecemasan
dan angket self-efficacy. Sedangkan dalam pengumpulan data terkait hasil
belajar kimia maka peneliti menggunakan metode dokumentasi.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Riduwan (2015, hlm. 69) instrumen diartikan sebagai alat
bantu yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data untuk
mempermudah dan menjadikan sistematis. Instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dengan jumlah instrumen yang
akan digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteli (Sugiyono,
2016, hlm. 92). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa
instrumen baku yang disadur dalam bahasa asing. Dalam menyadur
instrumen baku dalam bahasa asing perlu dilakukan beberapa langka, yaitu
(a) menelaah instrumen asli dengan mempelajari panduan umum sehingga
dapat mengetahui kontruksi variabel yang diukur (b) menerjemahkan
setiap butir kedalam bahasa Indonesia (c) memadukan kedua terjemahan
oleh orang ketiga (d) menerjemahkan kedalam bahasa asal (e)
memperbaiki butir instrumen apabila diperlukan (f) menguji pemahaman
subjek terhadap butir instrumen dan (g) menguji validitas dan reabilitas
(Arifin, 2011, hlm. 245). Adapun instrumen pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Angket (quitionnaire)
Instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau
pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang dijawab secara
bebas disebut angket (Arifin, 2011, hlm. 228). Sedangkan angket
menurut Riduwan (2015, hlm. 71) adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden).
Pada penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket tertutup.
Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan
33
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk
memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklis (√)
(Riduwan, 2015, hlm. 72). Terdapat dua instrumen pengukran dalam
penelitian ini, yakni:
a. Angket Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Kimia
Instrumen kecemasan yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket kecemasan yang dikembangkan
dari Wahid, Yusof, & Razak (2014) yang membagi tiga faktor
dalam kecemasan meliputi faktor emosi, faktor penilaian dan
faktor lingkungan. Skala yang digunakan dalam pengisian
kuesioner tersebut yakni skala Likert lima. Untuk keperluan
analisis kuantitatif, maka jawaban diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pemberian Skor Item Pernyataaan Kecemasan
No Alternatif jawaban Nilai
Kuantitatif
1. Tidak Pernah 1
2. Pernah Beberapa Kali 2
3. Kadang-kadang 3
4. Sering 4
5. Sangat Sering 5
(Soentoro, 2015, hlm. 115)
Angket yang digunakan terdiri dari 30 pernyataan yang disebarkan
kepada seluruh responden.
1) Kisi-kisi penyusunan instrumen kecemasan (anxiety) terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.
34
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kecemasan Siswa Pada
Pembelajaran Kimia.
Faktor Deskripsi Butir item Jumlah
Emosi
(Emotions)
Reaksi yang berasal
dari perilaku atau fisik
seperti ketakutan,
kegelisahan, dan
ketidaknyamanan
fisik.
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
9, 10
10
Penilaian
(Assessment)
Merasa sulit untuk
berkonsentrasi dan
tidak mampu dalam
mengambil keputusan
11, 12, 13,
14, 15, 16,
17, 18, 19,
20
10
Lingkungan
(Environment)
Adanya pengalaman
negatif yang berasal
dari orang tua atau
guru yang dapat
mempengaruhi sikap
dan keyakinan dalam
mempelajari kimia.
21, 22, 23,
24, 25, 26,
27, 28, 29,
30
10
Jumlah pernyataan 30
b. Angket Self-efficacy Siswa Pada Pembelajaran Kimia
Angket self-efficacy yang digunakan pada penelitian
dikembangkan dari Suprapto, Chang, & Ku (2017) sebanyak 30
butir yang mewakili enam domain dalam self-efficacy. Karena
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang
akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Pilihan
jawaban tersedia dalam model likert dengan memberikan lima
alternatif jawaban yaitu seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut ini :
35
Tabel 3.3 Pemberian Skor Item Pernyataaan self-efficacy
No Alternatif jawaban Nilai
Kuantitatif
1. Sangat Tidak Setuju 1
2. Tidak Setuju 2
3. Ragu-ragu 3
4. Setuju 4
5. Sangat Setuju 5
(Soentoro, 2015, hlm. 115)
2) Kisi-kisi penyusunan instrumen self-efficacy terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran kimia.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen self-efficacy Siswa Pada
Pembelajaran Kimia.
Indikator Deskripsi Butir
soal Jumlah
Konten ilmiah
(Science
Content)
Menilai kepercayaan siswa dalam
menggunakan keterampilan
kognitif dasar seperti konsep
kimia, hukum, atau teori.
1, 2,
3, 4, 5 5
Kemampuan
berfikir tingkat
tinggi
(Higher-Order
Thinking)
Menilai keyakinan siswa dalam
menggunakan keterampilan
kognitif yang lebih mendalam,
termasuk pemecahan masalah,
berfikir kritis atau penyelidikan
ilmiah di bidang kimia.
7, 8,
9, 10,
11 5
Penggunaan
laboratorium
(Laboratory
Usage)
Mengukur kepercayaan siswa
dalam melakukan eksperimen
kimia dalam kegiatan
laboratorium.
12,
13,
15, 16 4
Penerapan
pada
kehidupan
sehari-hari
(Everyday
Application)
Mengukur kepercayaan siswa
untuk menerapkan konsep dan
keterampilan kimia dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
19,
20,
21,
22,
23,
24,
25, 26
8
Komunikasi
secara ilmiah
(Science
Communicatio
n)
Menilai kepercayaan siswa dalam
berkomunikasi atau
mendiskusikan mengenai konten
yang berhubungan dengan kimia
dengan teman di kelas atau orang
lain.
27,
28,
29,
30, 32 5
36
Indikator Deskripsi Butir
soal Jumlah
Sumber ilmiah
(Scientific
Literacy)
Menilai kepercayaan siswa untuk
menganalisis dan
menginterpretasikan data dan
melaporkan hasil kegiatan
laboratorium.
14,
17, 18
3
Jumlah pernyataan 30
2. Dokumentasi
Dokumentasi artinya bahan-bahan tertulis. Studi dokumentasi adalah
teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor
atau sekolah, seperti daftar nilai, lembar soal/tugas, data peserta didik dll
(Arifin, 2011, hlm. 243). Menurut Riduwan (2015, hlm. 77) dokumentasi
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian. Metode
dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data
langsung berupa nilai PTS (penilaian tengah semester) semester gasal
siswa SMA IPA kelas X serta dokumentasi gambar siswa saat melakukan
penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Apabila angket sebagai alat ukur atau alat pengumpulan informasi
telah selesai dibuat, belum berarti kuesioner/angket tersebut dapat
langsung digunakan untuk mengumpulkan data/informasi. Kecuali
kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya (berdasarkan pada
kuesioner/angket penelitian sebelumnya). Kuesioner/angket dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian validitas dan reabilitasnya, karena
syarat penelitian instrumen yang baik digunakan untuk mengukur variabel
harus memenuhi unsur-unsur akurasi, presisi, dan peka (Noor, 2011, hlm.
130). Untuk itulah sebelum instrumen penelitian disebarkan, angket
terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya melalui uji coba di
sekolah lain yang bukan sekolah penelitian.
37
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011, hlm. 173). Validitas
adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya
apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur
apa yang akan diukur (Arifin, 2011, hlm. 245). Sedangkan Sugiyono
(2016, hlm. 267) mendefinisikan validitas sebagai derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporka oleh peneliti. Jika instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan angket yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid
sehingga valid berarti angket tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pada Variabel Kecemasan
Faktor Deskripsi Butir item Jumlah
Emosi
(Emotions)
Reaksi yang berasal
dari perilaku atau fisik
seperti ketakutan,
kegelisahan, dan
ketidaknyamanan
fisik.
1*, 2*, 3*,
4*, 5*, 6*,
7*, 8*,
9*, 10*.
10
Penilaian
(Assessment)
Merasa sulit untuk
berkonsentrasi dan
tidak mampu dalam
mengambil keputusan
11*, 12*,
13*, 14*,
15*, 16*,
17*, 18*,
19*, 20*
10
Lingkungan
(Environment)
Adanya pengalaman
negatif yang berasal
dari orang tua atau
guru yang dapat
mempengaruhi sikap
dan keyakinan dalam
mempelajari kimia.
21*, 22*,
23*, 24*,
25*, 26*,
27*, 28*,
29*, 30*
10
Jumlah pernyataan 30
Keterangan: * Butir pernyataan yang valid
38
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Self-efficacy
Dimensi Deskripsi Butir
soal Jumlah
Konten ilmiah
(Science
Content)
Menilai kepercayaan siswa dalam
menggunakan keterampilan
kognitif dasar seperti konsep
kimia, hukum, atau teori.
1*,
2*,
3*,
4*, 5*
5
Kemampuan
berfikir tingkat
tinggi
(Higher-Order
Thinking)
Menilai keyakinan siswa dalam
menggunakan keterampilan
kognitif yang lebih mendalam,
termasuk pemecahan masalah,
berfikir kritis atau penyelidikan
ilmiah di bidang kimia.
7*,
8*,
9*,
10*,
11*
5
Penggunaan
laboratorium
(Laboratory
Usage)
Mengukur kepercayaan siswa
dalam melakukan eksperimen
kimia dalam kegiatan
laboratorium.
12*,
13*,
15*,
16*
4
Penerapan
pada
kehidupan
sehari-hari
(Everyday
Application)
Mengukur kepercayaan siswa
untuk menerapkan konsep dan
keterampilan kimia dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
19*,
20*,
21*,
22*,
23*,
24*,
25*,
26*
8
Komunikasi
secara ilmiah
(Science
Communicatio
n)
Menilai kepercayaan siswa dalam
berkomunikasi atau
mendiskusikan mengenai konten
yang berhubungan dengan kimia
dengan teman di kelas atau orang
lain.
27*,
28*,
29*,
30*,
32*
5
Sumber ilmiah
(Scientific
Literacy)
Menilai kepercayaan siswa untuk
menganalisis dan
menginterpretasikan data dan
melaporkan hasil kegiatan
laboratorium.
14*,
17*,
18* 3
Jumlah pernyataan 30
Keterangan: * Butir pernyataan yang valid
Adapun perhitungan validitas diatas dilakukan dengan
menggunakan rumus Pearson yang terdapat dalam program SPSS 22.
Dalam uji validitas pada penelitian ini digunakan korelasi Pearson
(Product Correlation) antara distribusi skor tes dengan distribusi skor
suatu kriteria (Azwar, 2011, hlm. 174). Hasil uji validitas pada masing-
39
masing instrumen kecemasan dan self-efficacy sebanyak 30 item
dinyatakan valid dan siap untuk digunakan dalam penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang dapat diartikan
sebagai pengukuran yang mengasilkan data yang dapat dipercaya
dengan beberapa kali pengukuran terhadap suatu kelompok subjek
yang memperoleh hasil yang relative sama (Azwar, 2011, hlm. 180).
Reabilitas menurut Arifin (2011, hlm. 248) adalah derajat konsistensi
instrumen yang bersangkutan. Instrumen dikatakan reliabel apabila
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas
menggunakan rumus dari Chronbach’s Alpha yang diolah dengan
menggunakan program SPSS 22. Hasil yang diperoleh dari uji
reliabilitas pada instrumen kecemasan sebesar 0,714 dan instrumen
self-efficacy sebesar 0,736 dengan kategori sangat reliabel pada
masing-masing instrumen sebanyak 30 item dinyatakan reliabel dan
siap digunakan dalam penelitian (Lampiran 6a dan Lampiran 6b).
G. Teknik Analisis Data
Setelah instrumen angket kecemasan dan self-efficacy dilakukan
uji validitas dan reabilitas. Selanjutnya dilakukan pengumpulan pada siswa
di dua SMA Negeri Kota Tangerang Selatan, adapun langkah-langkah
pengolahan data angket adalah sebagai berikut :
1. Menginput jawaban pada setiap butir pada angket kecemasan dan
self-efficacy menjadi bentuk skor berdasarkan pedoman penskoran.
2. Menjumlahkan setiap butir skor menjadi skor total angket pada
angket yang telah diisi oleh siswa.
3. Mengolah data menjadi nilai rata-rata (mean), nilai tengah
(median), modus, standar deviasi, nilai tertinggi dan nilai terendah
pada angket kecemasan dan self-efficacy untuk bagi data laki-laki
dan perempuan.
4. Dilakukan kategorisasi bagi laki-laki dan perempuan pada angket
kecemasan, angket self-efficacy, dan nilai PTS.
40
5. Dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas bagi
data siswa laki-laki dan perempuan.
6. Setelah diketahui jumlah total data untuk siswa laki-laki dan
perempuan dikatakan normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan
uji hipotesis, yakni uji korelasi berganda.
Pendeskripsian data dilakukan dengan cara melihat nilai rata-rata
(mean), nilai tengah (median), modus, standar deviasi, nilai tertinggi dan
terendah pada siswa laki-laki dan perempuan. Kecenderungan nilai suatu
instrumen dikatakan baik atau buruk digunakan skor rata-rata (Mean) dan
simpangan baku ideal (standar deviasi) tiap variabel. Menghitung skor
rata-rata idel (Mi) =
x (skor tertinggi + skor terendah), sedangkan standar
deviasi ideal (SDi) =
x (skor tertinggi – skor terendah). Kecenderungan
skor tiap variabel ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
Tabel 3.7 Kategori Kecenderungan Suatu Variabel
Interval Skor Kategori
>Mi + 1,5 SDi Sangat Baik
Mi s.d. Mi + 1,5 SDi Baik
Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi Cukup Baik
<Mi – 1,5 SDi Tidak Baik
(Sya‟ban Ali, 2005, hlm. 15)
Untuk melihat ketegori kecenderungan suatu variabel, dapat dilihat
dari nilai rata-rata yang dimiliki siswa. Nilai rata-rata ini kemudian dapat
dikategorikan sesuai dengan interval skor yang dimilikinya. Selanjutnya
untuk uji prasyarat dan uji hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah
analisis data pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak dimana
mensyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan kelompok yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu
41
analisis varian mempersyaratkan uji normalitas dan uji homogenitas
data (Noor, 2011, hlm. 174).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk uji pendahuluan yang
menjadi syarat dalam pengujian hipotesis. Dalam praktek,
pengujian tentang asumsi ini menentukan jenis teknik analisis
atau statistik uji yang akan digunakan. Pengujian asumsi
berdistribusi normal bertujuan untuk mempelajari apakah
distribusi sampel yang terpilih berasal dari sebuah distribusi
populasi normal atau tak normal (Kadir, 2015, hlm. 143). Uji
normalitas pada penelitian ini dengan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov.
Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov berdasarkan Kadir (2015, hlm. 157)
dengan menggunakan perumusan hipotesis dengan kriteria
pengujian sebagai berikut:
H0: Distribusi data normal, jika probabilitas > 0,05, H0 diterima.
H1: distribusi data tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05, H0
ditolak.
b. Uji Homogenitas
Menurut Kadir (2015, hlm. 159) homogenitas merupakan
data yang memiliki variasi atau keragaman nilai yang sama atau
secara statistic sama. Pengujian homogenitas menjadi bermakna
untuk menjaga komparabilitas terutama untuk pengujian hipotesis
tentang perbedaan rata-rata melalui statistik uji-t dan uji-F.
Penelitian survei-korelasi pengertian homogenitas lebih
didasarkan pada homogenitas konseptual daripada homogenitas
secara empiris melalui pengujian dengan data sampel. Uji
homogenitas pada penelitian ini dengan uji homogenitas Levene.
42
Pengujian homogenitas data pada penelitian ini
menggunakan uji homogenitas Levene berdasarkan Kadir (2015,
hlm. 170) dengan menggunakan perumusan hipotesis dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
H0: Distribusi data homogen, jika probabilitas (p-value) atau
signifikan > α (0,05), H0 diterima.
H1: Distribusi data tidak homogen, jika probabilitas (p-value)
atau signifikan ≤ α (0,05), H0 ditolak.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi Berganda
Setelah melakukan pembuatan instrumen, kemudian
mengumpulkan data dilapangan. Selanjutnya dilakukan analisis
data dengan analisis korelasi yang bertujuan untuk mengukur
derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu (Arifin,
2011, hlm. 271). Dengan variabel X atau variabel yang
mempengaruhi (independent variabel) yaitu kecemasan (X1) dan
self-efficacy (X2) serta variabel Y atau yang dipengaruhi
(dependent variabel) yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran
kimia. Oleh karena terdapat lebih dari tiga variabel maka dikenal
dengan istilah multivariate correlation atau hubungan antar lebih
dari dua variabel. Kemudian dilakukan analisis korelasi berganda
untuk mengetahui bentuk hubungan variabel Y terhadap variabel
X.
Analisis korelasi berganda adalah angka yang
menunjukkan arah dan keeratan hubungan serta digunakan
sebagai pembuktian hipotesis hubungan antara dua atau lebih
variabel independen (X1, X2, …XI) secara simultan dengan satu
variabel dependen (Y) (Siregar, 2013, hlm. 164)
43
Adapun penarikan kesimpulan dari output uji
hipotesis dengan kriteria pengujian sebagai berikut (Kadir,
2015, hlm. 187):
Jika p-value (Sig.2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima
Jika p-value (Sig.2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ditolak
Untuk menentukan interpretasi secara sederhana
terhadap angka korelasi “r”, product moment (rxy), pada
umumnya digunakan pedoman sebagai berikut (Sudijono,
2014, hlm. 193):
Tabel 3.8 Angka Indeks Korelasi
Interval
Koefisien Interpretasi
0,00 - 0,20
Antara Variabel X dan Variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
Variabel X dan Variabel Y).
0,20 - 0,40 Antara Variabel X dan Varibel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah.
0,40 - 0,70 Antara Variabel X dan Varibel Y terdapat korelasi
yang sedang atau cukupan.
0,70 - 0,90 Antara Variabel X dan Varibel Y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi.
0,90 - 1,00 Antara Variabel X dan Varibel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Data diolah dengan analisis korelasi berganda dengan
langkah melakukan uji korelasi tunggal untuk masing-masing
variabel X (Variabel X1 ; kecemasan dan Variabel X2 ; self-
efficacy) terhadap variabel Y dengan rumus Product Moment dari
Karl Person. Perhitungan korelasi berganda pada penelitian ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS 22. Antar variabel
dikatakan saling berhubungan apabila nilai dari Sig F. Change
yang ditampilkan dari SPSS bernilai kurang dari 0,005.
44
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari nilai
koefisien korelasi dimana perubahan variabel dependen (variabel
Y) yang disebabkan variabel independen (variabel X) dan
menjelaskan besarnya persentase pengaruh variabel X terhadap
naik turunnnya nilai variabel Y, sedangkan sisanya disebabkan
oleh factor lain yang tidak diteliti. Dimana rumus yang digunakan
adalah rumus “Coefficient of Determination” atau koefisien
penentu guna memudahkan pemberian interpretasi angka indeks
korelasi „r‟ product moment.
Rumus Cofficient of Determination yaitu : KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
R = Koefisien Korelasi (Silaen & Heriyanto, 2013, hlm. 159)
45
Tahap Perencanaan
Valid
Terdapat Hubungan Kecemasan dan Self-efficacy Terhadap Hasil Belajar Kimia
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian
H. Alur Penelitian
Studi Literature Kecemasan dan Self-Efficacy Siswa Terhadap
Hasil Belajar Siswa di Sekolah
Penyusunan Instrumen Penelitian Berupa Angket dari Jurnal
Validasi Terjemah Oleh Dosen Ahli dan Siswa
Angket Kecemasan Siswa
Pada Pembelajaran Kimia
Angket Self-Efficacy Siswa
Pada Pembelajaran Kimia
Validitas dan Reabilitas
Pengambilan data
Temuan Data
Analisis Data
Revisi
Tahap Pelaksanaan
Tahap Penyelesaian
Angket Kecemasan Siswa
Pada Pembelajaran Kimia
Angket Self-Efficacy Siswa
Pada Pembelajaran Kimia
46
I. Hipotesis Statistik
Adapun yang menjadi hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
H0 : rxy = 0
H1 : rxy ≠ 0
H0 : Tidak terdapat hubungan kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil
belajar kimia siswa
H1 : Terdapat hubungan kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil belajar
kimia siswa
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian hipotesis, analisis data serta
hasil penelitian yang didapat , maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang negatif pada variabel kecemasan
terhadap hasil belajar kimia siswa dengan kriteria korelasi
sedang dimana faktor emosi yang memiliki rata-rata
paling tinggi.
2. Terdapat hubungan yang positif pada variabel self-efficacy
terhadap hasil belajar kimia siswa dengan kriteria korelasi
sedang dimana siswa perempuan mempunyai self-efficacy
yang lebih rendah dari siswa laki-laki.
3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara
kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil belajar kimia
siswa dengan kriteria korelasi sedang dimana siswa
perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi.
B. IMPLIKASI
Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kecemasan dan self-efficacy terhadap hasil belajar Kimia
siswa kelas X. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecemasan
dan self-efficacy dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
hasil belajar Kimia siswa. Dengan demikian dalam
meningkatkan hasil belajar Kimia siswa perlu memperhatikan
faktor internal yang ada pada diri siswa, dalam hal ini
psikologis yang ada dalam diri siswa berupa kecemasan dan
kecemasan dan self-efficacy agar hasil belajar yang dicapai
dapat memuaskan.
Kecemasan dan self-efficacy merupakan faktor yang
berasal dalam diri siswa tersebut yang dapat diubah dengan
68
menyajikan lingkungan yang mendukung dalam prosesnya.
Selain itu guru juga dapat membantu memperbaiki kecemasan
dan meningkatkan kecemasan dan self-efficacy siswa dengan
menyajikan pembelajaran yang dapai memotivasi siswa
sehingga mendorong minat siswa untuk lebih memahami
pelajaran kimia di kelas.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di
atas dan berdasarkan pengelaman peneliti melakukan penelitian
ini, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan, yaitu :
1. Dalam menyajikan pembelajaran di kelas sebaiknya guru
dibarengi dengan menggunakan variasi model pembelajaran
yang tidak monoton dan dapat menarik minat siswa
sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Guru hendaknya meningkatkan self-efficacy dengan
menyajikan materi yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa di kelas sehingga akan meningkatkan rasa percaya
diri dan menurunkan kecemasan siswa.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, W., Minnaert, A., Kuyper, H., & van der Werf, G. (2012). Reciprocal
relationships between math self-concept and math anxiety. Learning and
Individual Differences. https://doi.org/10.1016/j.lindif.2011.12.004
Ahriana, Yani, A., & Ma’ruf. (2016). Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makassar Studi Analisis Hubungan Antara Self Efficacy
dengan Hasil. Jurnal Pendidikan Fisika.
Ali, M. S., & Mohsin, M. N. (2013). Relationship of Test Anxiety With Students ’
Achievement in Science. 3(1), 99–106.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset.
Baanu, T. F., Oyelekan, O. S., & Olorundare, A. S. (2016). Self-efficacy and
chemistry students’ academic achievement in senior secondary schools in
North-Central, Nigeria. The Malaysia Online Journal of Educational Science.
Balogun, A. G., Balogun, S. K., & Onyencho, C. V. (2017). Test Anxiety and
Academic Performance among Undergraduates: The Moderating Role of
Achievement Motivation. Spanish Journal of Psychology.
https://doi.org/10.1017/sjp.2017.5
Bandura, A. (1994). Bandura Self-efficacy defined. Encyclopedia of Human
Behavior.
Bembenutty, H. (2011). Meaningful and Maladaptive Homework Practices: The
Role of SelfEfficacy and Self-Regulation. 22(3), 448–473.
Bichi, A. A., Hafiz, H., & Abdullahi, S. (2017). Evaluating Secondary School
Students ’ Science Achievement : Implication for Curriculum
Implementation. (February).
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta:
70
Erlangga.
Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif Dan Campuran Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dianabasi, E. J., E, U. I., & Diwa, O. B. (2017). Psychological Factors and
Secondary School’s Students Academic Performance in Mathematics. IOSR
Journal of Research & Method in Education (IOSRJRME), 07(02), 06–13.
https://doi.org/10.9790/7388-0702010613
Disai, W. I., Dariyo, A., & Basaria, D. (2017). Hubungan antara kecemasan
matematika dan self-efficacy dengan hasil belajar matematika siswa SMA X
kota Palangkaraya. Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni.
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djayanti, W., Rahmatika, R., & Psi, M. (2015). Hubungan Antara Efikasi Diri
Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswi. Jurnal
Psikogenesis.
Ekawati, A. (2015). Pengaruh Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMPN 13 Banjarmasin. Math Didactic, 1(3), 164–169.
Elizabeth Hurlock. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga. In Erlangga.
Erika, F. (2017). Student ’ s self-efficacy in organic chemistry learning. Chemistry
Education Research and Practice, 2, 6–11.
Ezeudu, F. O., & Ezinwanne, O. P. (2013). Effect of Simulation on Students’
Achievement in Senior Secondary School Chemistry in Enugu East Local
Government Area of Enugu State, Nigeria. Journal of Education and
Practice.
Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori Kepribadian Edisi Ke Tujuh. Jakarta:
Salemba Humanika.
Fitriasari, F. (2017). Hubungan Antara Kecemasan dan Gaya Mengajar Dosen
dengan Hasil Belajar Matakuliah Matematika Ekonomi Mahasiswa Jurusan
Manajemen Feb Umm Angkatan 2016. 759–768.
71
Gebre Silassie Hailemariam, A., & Dadi, G. (2018). Assessment on Female
Students Achievement in Chemistry Subject at Merti Secondary School.
Education Journal. https://doi.org/10.11648/j.edu.20170606.16
Ghufron, M. N., & Risnawati, R. S. (2014). Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar –
Ruzz Media.
Hambali, A., & Jaenudin, U. (2015). Teori-teori Kepribadian. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Hardianto, G., Erlamsyah, E., & Nurfahanah, N. (2017). Hubungan antara Self-
Efficacy Akademik dengan Hasil Belajar Siswa. Konselor.
https://doi.org/10.24036/02014312978-0-00
Hawari, D. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. In Balai Penerbit FKUI.
Indonesia, U.-U. R. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. ,
(2003).
Jansen, M., Scherer, R., & Schroeders, U. (2015). Students’ self-concept and self-
efficacy in the sciences: Differential relations to antecedents and educational
outcomes. Contemporary Educational Psychology.
https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2014.11.002
Joseph, A., John, O., Eric, I., Yusuf, S., & Olubunmi, A. (2015). Effect of Gender
on Students ’ Academic Performance in Computer Studies in Secondary
Schools in New Bussa , Borgu Local Government of Niger State. Journal of
Education and Practice.
Kadir. (2015). Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelutian. Jakarta: Rajawali Pers.
King, L. A. (2016). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. In Jakarta:
Salemba Humanika.
Kumar, G., V., & Karimi, A. (2010). Mathematics Anxiety , Mathematics
Performance and Overall Academic Performance in High School Students.
Journal of the Indian Academy of Applied Psychology.
Kurbanoglu, N. I., & Akim, A. (2013). The Relationships between University
72
Students’ Chemistry Laboratory Anxiety, Attitudes, and Self-Efficacy
Beliefs. Australian Journal of Teacher Education.
https://doi.org/10.14221/ajte.2010v35n8.4
Lindstrøm, C., & Sharma, M. D. (2011). Self-efficacy of first year university
physics students: Do gender and prior formal instruction in physics matter?
International Journal of Innovation in Science and Mathematics Education.
Miswari, M. (2017). Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi dalam
Pembelajaran melalui Manajemen Diri. Cendekia: Journal of Education and
Society. https://doi.org/10.21154/cendekia.v15i2.910
Moeller, J., Salmela-Aro, K., Lavonen, J., & Schneider, B. (2015). Does Anxiety
in Science Classrooms Impair Science Motivation? -Gender Differences
Beyond the Mean Level. International Journal of Gender, Science and
Technology, 7(2), 229–254.
Mohamed, W. H. S. binti W., & Yunus, J. @ N. bin. (2017). Self-Efficacy and
Academic Performance of Secondary Schools Students in Perak: An
Exploratory Outlook. International Journal of Academic Research in
Progressive Education and Development. https://doi.org/10.6007/ijarped/v6-
i3/3081
mohammadyari, G. (2013). Comparative Study of Relationship between General
Perceived Self-efficacy and Test Anxiety with Academic Achievement of
Male and Female Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.12.175
Mohammed, K. H., Harrison I, A., & Edawoke, Y. (2014). The Difference
between Male and Female Students’ Self-Efficacy, Academic Engagement
and Academic Achievement in Biology among Grade Ten Students in South
Wollo Zone Schools in Ethiopia. Mediterranean Journal of Social Sciences.
https://doi.org/10.5901/mjss.2014.v5n23p804
Munasiah, M. (2015). Pengaruh kecemasan belajar dan pemahaman konsep
matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematika. Jurnal
Formatif.
73
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nuraida, & Alkaf, H. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Tangerang:
Islamic Research Publishing.
Nurlaila, S. (2017). Pelatihan Efikasi Diri Untuk Menurunkan Kecemasan Pada
Siswa-Siswi Yang Akan Menghadapi Ujian Akhir Nasional. Guidena: Jurnal
Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan Dan Konseling.
https://doi.org/10.24127/gdn.v1i1.348
Ormrod, E. J. (2008). Psikologi Pendidikan: membantu siswa tumbuh da
berkemban, jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Osman, C., & Mehmet, Y. (2015). Evaluating high school students anxiety and
self-efficacy towards biology. Educational Research and Reviews, 10(7),
987–993. https://doi.org/10.5897/err2015.2111
Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rachmatullah, A., Ha, M., & Diana, S. (2017). The effects of curriculum, gender
and students’ favorite science subject on Indonesian high-school students’
conceptions of learning science. Journal of Baltic Science Education, 16(5),
797–812.
Ramnarain, U., & Ramaila, S. (2018). The relationship between chemistry self-
efficacy of South African first year university students and their academic
performance. Chemistry Education Research and Practice, 19(1), 60–67.
https://doi.org/10.1039/c7rp00110j
Recber, S., Isiksal, M., & Koc, Y. (2017). Investigating Self-Efficacy, Anxiety,
Attitudes and Mathematics Achievement Regarding Gender and School Type.
Anales de Psicología. https://doi.org/10.6018/analesps.34.1.229571
Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Penernit Alfabeta.
Ristiyani, E., & Bahriah, E. S. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Di
Sman X Kota Tangerang Selatan. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran IPA.
74
https://doi.org/10.30870/jppi.v2i1.431
Rosyida, F., Utaya, S., & Budijanto, B. (2018). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan
Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar Geografi Di SMA. Jurnal Pendidikan
Geografi, 21(2), 17–28. https://doi.org/10.17977/um017v21i22016p017
Sagir, S. U. (2012). The primary school students’ attitude and anxiety towards
science. Journal of Baltic Science Education.
Salwa, S. S., & Mansor, N. (2013). A study of student’s general self-efficacy
related to gender differences. International Journal of Informative and
Futuristic Research.
Shakir, M. (2014). Academic Anxiety as a Correlate of Academic Achievement.
Journal of Education and Practice.
Shkullaku, R. (2013). www.euacademic.org The Relationship between Self –
efficacy and Academic Performance in the Context of Gender among
Albanian Students. European Academic Research. https://doi.org/ISSN :
22864822
Silaen, S., & Heriyanto, Y. (2013). Pengantar statistika Sosial. Jakarta: Penerbit
In Media.
Siregar, S. (2013). Statistika Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soentoro, A. I. (2015). Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian dengan
Aplikasi Statistika. Depok: PT Taramedia Bakti Persada.
Solihah, F. I. (2017). Pengaruh Tingkat Kecemasan Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Sejarah Siswa Kelas X Ips 2 Sman 12 Surabaya. E-Journal
Pendidkan Sejarah, 5(3), 1138–1150. Retrieved from
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/viewFile/21777
/19967
Stoneberg, B. D. (2017). Biology and Chemistry Achievement In Idaho High
75
Schools , 2015 to 2017. 1–9.
Sudijono, A. (2014). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. In
Penenrbit Alfabeta. Bandung.
Suprapto, N., Chang, T. S., & Ku, C. H. (2017). Conception of learning physics
and self-efficacy among indonesian university students. Journal of Baltic
Science Education.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. In
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sya’ban, A. (2005). Teknik analisis data penelitian. Jakarta: UHAMKA.
Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.
Tehrani, L. A., Majd, M. A., & Ghamari, M. (2014). Comparison of Self-efficacy,
Test Anxiety and Competitiveness between Students of Top Private Schools
and Public Schools. Mediterranean Journal of Social Sciences.
https://doi.org/10.5901/mjss.2014.v5n23p2749
Tenaw, Y. A. (2013). Relationship between self-efficacy, academic achievement
and gender in analytical chemistry at Debre Markos College of Teacher
Education. African Journal of Chemical Education.
Utami, L. H., & Nurjati, L. (2018). Hubungan Self-Efficacy, Belief dan Motivasi
dengan Kecemasan Mahasiswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1447
Uzuntiryaki-Kondakci, E., & Senay, A. (2015). Predicting Chemistry
Achievement through Task Value, Goal Orientations, and Self-Efficacy: A
Structural Model. Croatian Journal of Education - Hrvatski Časopis Za
Odgoj i Obrazovanje. https://doi.org/10.15516/cje.v17i3.1555
Valentin, R. R., & Hadi, N. U. (2018). Analisis Keyakinan Diri (Self Efficacy)
Akademik Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Sma Negeri 1 Tulungagung Tahun
76
Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 12(1), 142.
https://doi.org/10.19184/jpe.v12i1.7749
Villafañe, S. M., Xu, X., & Raker, J. R. (2016). Self-efficacy and academic
performance in first-semester organic chemistry: Testing a model of
reciprocal causation. Chemistry Education Research and Practice.
https://doi.org/10.1039/c6rp00119j
Vitasari, P., Herawan, T., Wahab, M. N. A., Othman, A., & Sinnadurai, S. K.
(2010). Exploring mathematics anxiety among engineering students.
Procedia - Social and Behavioral Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12.066
Wahid, S. N. S., Yusof, Y., & Razak, M. R. (2014). Math Anxiety among
Students in Higher Education Level. Procedia - Social and Behavioral
Sciences. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1419
Woldeamanuel, M., Atagana, H., & Engida, T. (2013). Students’ Anxiety
Towards The Learning Of Chemistry In Some Ethiopian Universities.
African Journal of Chemical Education.