SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara...

12
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Ririanti Rachmayanie* 1 Abstraksi: Kecemasan dalam menghadapi ujian nasional merupakan salah satu ketakutan yang terbesar yang dialami oleh siswa. Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akedemis. Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuannya yang disebut dengan self-efficacy . Self-efficacy akan mempengaruhi cara individu bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997). Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat korelasional, yaitu jenis penelitian yang menerangkan sejauh mana dua atau lebih variabel berkorelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII tahun ajaran 2012/2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 siswa. Teknik penarikan sampelnya meggunakan Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan dua buah skala ukur, yaitu skala self-efficacy dan skala kecemasan menghadapi ujian nasional. Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negative atau berlawanan arah antara self-efficacy dengan kecemasan dalam menghadapi ujian nasional dengan nilai = 0,724 lebih besar dari pada = 0, 197 dengan taraf signifikan 5% , maka hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan adanya korelasi yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini dapat diterima, sedangkan Ho ditolak yang menyatakan tidak adanya korelasi yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini ditolak. Dengan kata lain semakin tinggi Self-efficacy siswa maka semakin rendah tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Kata Kunci : Self-efficacy, Kecemasan menghadapi Ujian Nasional PENDAHULUAN Adanya perbedaan standar Ujian Nasional setiap tahunnya membuat siswa merasa cemas dikarenakan ujian dijadikan sebagai tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam menempuh proses pendidikannya kejenjang berikutnya. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pada bagaimana proses belajar serta kesungguhan mereka dalam menjalani ujian. Kecemasan yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan akademik siswa dan berakibat pada rendahnya motivasi siswa, strategi yang buruk dalam belajar, evaluasi diri yang negatif, kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran. Selain itu penelitian yang dilakukan Sarson, Dkk dalam Slameto (2010: 185) membuktikan bahwa siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi tidak berprestasi sebaik siswa-siswa dengan tingkat * Ririanti Rachmayanie, adalah Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Transcript of SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara...

Page 1: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS

XII DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

NEGERI 2 BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Ririanti Rachmayanie*1

Abstraksi: Kecemasan dalam menghadapi ujian nasional merupakan salah satu ketakutan

yang terbesar yang dialami oleh siswa. Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif

terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akedemis. Penanganan kecemasan

antara satu individu dengan individu lainya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi

individu terhadap kemampuannya yang disebut dengan self-efficacy . Self-efficacy akan

mempengaruhi cara individu bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997).

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat korelasional, yaitu jenis penelitian yang

menerangkan sejauh mana dua atau lebih variabel berkorelasi yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam

menghadapi ujian nasional. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII tahun ajaran 2012/2013.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 siswa. Teknik penarikan sampelnya

meggunakan Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan dua buah skala ukur,

yaitu skala self-efficacy dan skala kecemasan menghadapi ujian nasional.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan

hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negative atau berlawanan arah antara

self-efficacy dengan kecemasan dalam menghadapi ujian nasional dengan nilai 𝑟𝑥𝑦 = 0,724

lebih besar dari pada 𝑟𝑡𝑎𝑏 = 0, 197 dengan taraf signifikan 5% , maka hipotesis alternative

(Ha) yang menyatakan adanya korelasi yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan

siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Barabai

Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini dapat diterima, sedangkan Ho ditolak yang menyatakan

tidak adanya korelasi yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII

dalam menghadapi ujian nasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Barabai Kabupaten Hulu

Sungai Tengah ini ditolak. Dengan kata lain semakin tinggi Self-efficacy siswa maka semakin

rendah tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional.

Kata Kunci : Self-efficacy, Kecemasan menghadapi Ujian Nasional

PENDAHULUAN

Adanya perbedaan standar Ujian Nasional setiap tahunnya membuat siswa merasa

cemas dikarenakan ujian dijadikan sebagai tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam

menempuh proses pendidikannya kejenjang berikutnya. Hal ini berarti optimalnya hasil

belajar siswa tergantung pada bagaimana proses belajar serta kesungguhan mereka dalam

menjalani ujian.

Kecemasan yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan akademik siswa

dan berakibat pada rendahnya motivasi siswa, strategi yang buruk dalam belajar, evaluasi diri

yang negatif, kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran. Selain itu penelitian yang

dilakukan Sarson, Dkk dalam Slameto (2010: 185) membuktikan bahwa siswa-siswa dengan

tingkat kecemasan yang tinggi tidak berprestasi sebaik siswa-siswa dengan tingkat

* Ririanti Rachmayanie, adalah Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Page 2: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

kecemasan yang rendah pada beberapa jenis tugas-tugas yang ditandai dengan tantangan,

kesulitan, penilaian prestasi dan batasan waktu.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri

2 Barabai didapatkan data bahwa siswa memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian

nasional. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa dan konselor sekolah

menyebutkan kecemasan bukan hanya terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan rendah

tetapi juga bisa terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, sebagian siswa

menganggap ujian nasional merupakan momok yang menakutkan, lulus ujian nasional

merupakan tuntutan bagi mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, selain

itu tuntutan dari keluarga dan lingkungan sosial yang menyebabkan siswa merasa khawatir

apabila tidak lulus ujian nasional.

Munculnya kekhawatiran diatas disebabkan karena mereka berpikiran bahwa ujian

nasional merupakan penentu keberhasilan meraka, maka tidak jarang ketika melaksanakan

ujian nasional tersebut meraka merasa gugup dan merasa takut apabila tidak bisa menjawab

soal yang diberikan sehingga dengan adanya persepsi tersebut membuat self-efficacy siswa

cenderung menurun, maka hal itulah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya pemicu

kecemasan.

Self-Efficacy (self-efficacy) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya

dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu

(S.Risnawita, 2010:73). Peran self-efficacy sangat dibutuhkan dalam menghadapi kecemasan

yang timbul saat akan menghadapi ujian nasional, dimana siswa yang memiliki self-efikasi

yang tinggi menunjukan kecemasan yang rendah, sedangkan siswa yang memiliki self-

efficacy yang rendah mereka lebih merasa cemas. Sebagai mana hasil penelitian mengenai

Pelatihan Self-efficacy untuk menurunkan kecemasan pada siswa-siswi yang akan

menghadapi ujian akhir nasional yang dilakukan oleh Nurlaila (2011) yaitu siswa yang

mendapat pelatihan Self-efficacy menunjukan ada penurunan kecemasan dalam menghadapi

ujian akhir nasional.

Hendaknya masalah self-efficacy dan kecemasan siswa dalam menghadapi ujian

nasional dapat terselesaikan dengan adanya kerja sama dengan semua pihak didalam sekolah

maupun luar sekolah karena dan perlunya layanan bimbingan dan konseling dari konselor

untuk membantu siswa meningkatkan self-efficacy sehingga kecemasan dalam menghadapi

ujian nasional dapat berkurang.

KAJIAN TEORITIK

A. Self -efficacy

1. Pengertian Self-efficacy

Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah self-efficacy. Ia mendefinisikan

bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam

melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Sementara itu,

Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan self-efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai

kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan

mengatasi hambatan. Bandura dan Wood menjelaskan bahwa self-efficacy mengacu pada

keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif,

dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. (Ghofron dan Risnawita,

2010: 73).

Bandura (2001) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang dalam

kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu

sendiri. Manusia yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai

potensi untuk dapat mengubah kejadian lingkungannya, akan lebih mungkin bertindak dan

Page 3: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

lebih mungkin menjadi sukses dari pada manusia yang memiliki self-efficacy rendah (Fiest

dan Fist, 2009 : 212)

Bandura (1997) mengatakan bahwa self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses

kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut dia, self-efficacy tidak berkaitan

dengan kecakapan yang dimiliki. tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal

yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya. Self-efficacy

menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi

situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering

penuh dengan tekanan (Ghofron dan Risnawita, 2010 : 75).

Meskipun self-efficacy memiliki suatu pengaruh sebab-musabab yang besar pada

tindakan kita, self-efficacy bukan merupakan satu-satunya penentu tindakan. Self-efficacy

berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel personal lain,

terutama harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku. (Fiest dan Fist, 2009: 212)

Self-efficacy secara umum tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi

berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan

yang ia miliki seberapa pun besarnya. Self-efficacy akan memengaruhi beberapa aspek dari

kognisi dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, perilaku satu individu akan berbeda dengan

individu yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy secara umum adalah

keyakinan seseorang mengenai kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi beraneka

ragam situasi yang muncul dalam hidupnya.

2. Klasifikasi Self-efficacy

Secara garis besar Self Efficacy terbagi atas dua bentuk yaitu Self Efficacy yang tinggi

dan Self Efficacy yang rendah.Seseorang dengan self-efficacy tinggi percaya bahwa mereka

mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan

seseorang dengan self-efficacy rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu

mengerjakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. (Bandura, 1994).

3. Hal-Hal yang Mempengaruhi Self-efficacy

Menurut Bandura (1997) dalam Ghofron, Nur. M dan Risnawita, Rini, S (2010 : 78-

79) self-efficacy dapat ditumbuhkan dan dipelajari rnelalui empat sumber informasi utama.

Berikut ini adalah empat sumber informasi tersebut.

a. Pengalaman keberhasilan (mastery experience)

b. Pengalaman orang lain (vicarious experience)

c. Persuasi verbal (verbal persuasion)

d. Kondisi fisiologis (physiological slate)

4. Aspek-Aspek Self-efficacy

Menurut Bandura (1997), self-efficacy pada diri tiap individu akan berbeda antara satu

individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi (Ghofron dan Risnawita, 2010:80-

81). Berikut ini adalah tiga dimensi tersebut, yaitu:

a. Dimensi tingkat (level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu

untuk melakukannya.

Page 4: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

b. Dimensi kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan

individu mengenai kemampuannya. pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh

pengalaman-pongalaman yang tidak mendukung.

c. Dimensi generalisesi (generality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin

akan kemampuannya.

5. Fungsi-fungsi Self-efficacy

Self-efficacy yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi pada aktifitas

individu. Bandura (1994) menjelaskan tentang pengaruh dan fungsi tersebut, yaitu :

a. Fungsi kognitif

Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari self-efficacy pada proses kognitif

seseorang sangat bervariasi. Pertama, self-efficacy yang kuat akan mempengaruhi tujuan

pribadinya.

b. Fungsi motivasi.

Self-efficacy memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri. Sebagian

besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan

menuntun tindakan-tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa

depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat

dirinya lakukan. Individu juga akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang

prospektif, menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian dari tindakan-

tindakan untuk merealisasikan masa depan yang berharga.

c. Fungsi Afeksi

Self-efficacy akan mempunyai kemampuan coping individu dalam mengatasi besarnya

stres dan depresi yang individu alami pada situasi yang sulit dan menekan, dan juga akan

mempengaruhi tingkat motivasi individu tersebut.

d. Fungsi Selektif

`Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan

diambil oleh indvidu.

6. Self-efficacy Sebagai Prediktor Tingkah Laku

Ketika self-efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasilnya kemungkinan akan

sukses dan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya.saat efikasi rendah

berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasa deprisi

karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan suatu tugas yang terlalu

sulit untuknya. Saat seseorang dengan self-efficacy yang tinggi menemui situasi lingkungan

yang tidak responsif, biasanya akan meningkatkan usahanya untuk mengubah lingkungan,

melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan, namun pada saat semua

usaha gagal, individu tersebut akan menyerah untuk melakukan hal tersebut dan mencari hal

baru untuk dilakukan untuk mencari lingkungan baru yang lebih responsif. Saat self-efficacy

rendah dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak responsif orang merasa apatis, pasrah

dan tidak mampu.

Page 5: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

B. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional

1. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan yang ditimbulkan

oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat interen dari tubuh. Ketegangan-ketegangan ini

adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan

urat saraf yang otonom. Kecemasan berbeda dari keadaan-keadaan yang menyakitkan

lainnya, seperti ketegangan, rasa nyeri, dan kesayuan oleh adanya satu keadaan tertentu pada

alam sadar (S Hall, Calvin, 1995: 56-57)

Taylor dalam Rochman (2010: 99) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan

suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi

umum dari ketidak mampuan mengatasi rasa aman. Perasaan yang tidak menentu ini pada

umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan perubahan fisiologis seerti gemetar,

berkeringat detak jantung meningkat dan juga menimbulkan perubahan psikologis seperti

panic, tegang, bingung, dan tidak bisa berkonsentrasi.

Anxiety atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah respon yang

tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak

sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu

bila bukan merupakan respon terhadap perubuahan lingkungan. Dalam bentuknya yang

ekstrem, kecemasan dapat menganggau fungsi kita sehari-hari( A Rathus, Spencer, 2005:

163)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kecemasan

adalah suatu keadaan tertentu mengenai ketegangan mental berupa emosi yang tidak

menyenangkan dalam menghadapi situasi yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidak mampuan mengatasi masalah.

Penyebab utama perilaku kecemasan ini adalah tidak adanya kesadaran diri dan

kepercayaan diri karena sejarah terlihat pada kebiasaan cemas. Harga diri siswa ini rendah

karena umpan balik negative sering didengar dari orang lain dewasa dan teman sebaya.

(Khalsa, S,S. 2008: 150)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Adler dan Rodman (1991) menyatakan terdapat dua factor yang menyebabkan adanya

kecemasan, yaitu pengalaman yang negative pada masa lalu dan pikiran yang tidak rasional.

1) Pengalaman negative pada masa lalu

2) Pikiran yang tidak rasional

3) Kegagalan kataskopik

4) Kesempurnaan

5) Persetujuan

6) Generalisasi yang tidak tepat

c. Macam-Macam Kecemasan

Freud (dalam Corey, 2006 :17) mengemukakan ada tiga jenis kecemasan, yaitu:

1). Kecemasan Realitas (Reality Anxiety)

Kecemasan realitas ( reality anxiety) merupakan kecemasan individu akibat dari ketakutan

mengahadapi realitas sekitarnya.

2). Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan neurosis (neurotic anxiety) merupakan kecemasan karena khawatir tidak mampu

mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya.

Page 6: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

3). Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Kecemasan moral (moral anxiety) merupakan kecemasan akibat dari rasa bersalah dan

ketakutan dihukum oleh nilai-nilai yang ada pada hati nuraninya.

d. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Suliswati, dkk (2005 :109-110) tingkat kecemasan yang

dialami oleh individu ada empat, yaitu ringan sedang, tinggi dan panic 1). Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta

lapang persepsinya meluas, menajamkan indra.

2). Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan

lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3). Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik)

dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal yang lain.

4). Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya control maka

tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.

e. Aspek-Aspek Kecemasan

Deffenbacher dan Hezeleus dalam register (1991) mengemukakan bahwa sumber

penyebab kecemasan (Ghufron, M. Nur & Risnawati S, Rini. 2010: 143-144), meliputi hal-

hal dibawah ini:

1) Kekhawatiran (worry)

2) Emossionalitas (imossionality)

3) Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated

interference)

2. Ujian Nasional

a. Pengertian Ujian

Ujian adalah suatu kegiatan yang mutlak dilaksanakan dalam rangka mengukur

penguasaan materi yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu. (Bahri Djamarah,

Syaiful, 2002: 126). Didalam ujian itu terdapat empat kriteria yang digunakan untuk

mengevaluasi siswa, yaitu penilaian, pengukuran, pengujian dan evaluasi.

b. Pengertian Ujian Nasional

Ujian Nasional merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan

seperti diamanatkan Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata

pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulai, kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran

estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,olah raga,dan kesehatan;

3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi; dan

Page 7: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

4) lulus Ujian Nasional.

c. Tujuan Ujian Nasional

Menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu

dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Pasal 2 Permendiknas No.

77 tahun 2008)

d. Kegunaan Hasil Ujian Nasional

Kegunaan hasil ujian nasional berdasarkan Pasal 3 Permendiknas No. 77 tahun 2008

adalah sebagai salah satu pertimbangan untuk:

1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;

2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

3) Penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; Dan

4) Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan.

C. Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kecemasan Siswa Kelas XII Dalam

Menghadapi Ujian Nasional

Self-efficacy (self-efficacy) adalah keyakinan diri seseorang untuk mengatasi berbagai

situasi yang muncul dalam hidupnya untuk mencapai hasil tertentu.

Menurut Bandura (1994) Individu yang memiliki self-efficacy tinggi yaitu individu

suka menghadapi tugas-tugas sulit dan menganggap tugas tersebut sebagai tantangan yang

harus mereka hadapi, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Dapat menumbuhkan

minat dalam melaksanakan tugas tersebut serta meningkatkan dan mempertahankan usaha

mereka dalam menghadapi kegagalan. Mereka lebih cepat memulihkan rasa keberhasilan

setelah mengalami kegagalan atau kemunduran dan berusaha meningkatkan kegagalan

dengan upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memenuhi segala kekurangan

yang ada dalam dirinya. Sehingga akan menghasilkan prestasi pribadi, mengurangi rasa stress

dan menurunkan kerentaan terhadap depresi.

Sedangkan Individu yang memiliki self-efficacy rendah (Bandura, 1994) adalah orang

yang meragukan kemampuan mereka menghindar dari tugas-tugas sulit yang mereka hadapi,

melihat situasi tersebut sebagai ancaman bagi dirinya. Mereka memiliki aspirasi rendah dan

komitmen yang lemah untuk mencapai tujuan mereka. Ketika dihadapkan dengan tugas-tugas

sulit, mereka mempertahankan kekurangan pribadi mereka dari pada menghadapi rintangan,

serta menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan hasil yang baik dari pada

berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan menganggap bahwa tugas tersebut sebagai

tantangan yang mereka hadapi sehingga dapat berhasil. Mereka kurang berusaha dengan

maksimal dan cendrung menyerah dengan cepat dalam menghadapi kesulitan. Mereka lambat

untuk memulihkan rasa kegagalan, mereka melihat kinerja cukup sebagai bakat kekurangan

sehingga tidak memerlukan banyak kegagalan bagi mereka untuk kehilangan kepercayaan

pada kemampuan mereka.

Seseorang dengan self-efficacy tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan

sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan self-

efficacy rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu

yang ada di sekitarnya.

Dalam situasi menekan yaitu menghadapi ujian nasional, keyakinan individu terhadap

kemampuan mereka (self-efficacy) akan mempengaruhi cara indvidu dalam bereaksi terhadap

situasi tersebut (Bandura, 1997). Menurut Bandura, self-efficacy berguna untuk melatih

kontrol terhadap stressor yang berperan penting dalam keterbangkitan kecemasan, oleh

Page 8: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

karena itu individu yang yakin pada dirinya sendiri dapat menggunakan control pada situasi

yang mengacam sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap reaksi fisiologis dan saraf

otonom dan tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu (seperti

kekhawatiran, panic, muncul rasa tidak percaya diri, muncul rasa tidak mampu, gangguan

dalam berfikir, gangguan perhatian dan ketakutan).

Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi mampu mengadakan control

terhadap ancaman sehingga tidak mengalami keterbangkitan kecemasan yang tinggi.

Sedangkan Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah, mereka tidak mampu

mengadakan control terhadap ancaman sehingga akan mengalami keterbangkitan kecemasan

yang tinggi.

PROSEDUR PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

(1) Untuk mengetahui bagaimana gambaran Self-Efficacy siswa Kelas XII di MAN 2 Barabai

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, (2) Untuk mengetahui bagaimana gambaran Kecemasan

menghadapi Ujian Nasional Siswa Kelas XII di MAN 2 Barabai Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, (3) Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan

Siswa Kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional di MAN 2 Barabai Kabupaten Hulu

Sungai Tengah

B. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap kajian keilmuan dan pengembangan

Psikologi dalam Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan bidang pembahasan self-

efficacy dan Kecemasan menghadapi Ujian Nasioal.

2. Manfaat Praktis

a. Kepala Sekolah

Sebagai informasi tambahan dalam melakukan pengawasan kegiatan belajar mengajar dan

mengetahui kondisi siswa sebelum mengikuti ujian nasional.

b. Guru/tenaga pengajar

Sebagai informasi untuk memaksimalkan kinerjanya dalam mengajar siswa serta memberikan

informasi bahwa guru mata pelajaran dapat bekerjasama dengan konselor sekolah dalam

membantu menyelesaikan permasalahan yang berkenaan kondisi siswa dalam menghadapi

ujian nasional

c. Konselor Sekolah

Sebagai informasi tambahan dalam upaya mengenali dan mengatasi permasalahan self-

efficacy dan kecemasan menghadapi ujian nasional, sehingga dapat membantu dalam

meningkatkan self-efficacy dan mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian nasional

yang dialami siswa.

d. Siswa

Sebagai bahan pengetahuan yang dapat menunjang dalam meningkatkan self-efficacy dan

mengurangi tingkat kecemasan menghadapi ujian nasional yang dialami siswa.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian Korelasional

(Correlational Research) yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data

guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih

(Sukardi, 2004:166).

Page 9: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

D.Subjek Penelitian

Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Madrasah Aliyah

Negeri 2 Barabai dengan jumlah 162 siswa. Teknik penarikan sampel dengan dua macam

sampel yaitu stratified sampling dan random sampling. Stratified sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang biasa diguanakan pada populasi yang mempunyai susunan

bertingkat atau berlapis-lapis (Sugiyono, 2011:120). Sedangkan random sampling adalah

teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara sendiri-

sendiri ataupun bersama-sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah 110 orang dengan taraf kesalahan 5%. Jumlah siswa dari jurusan XII

IPA 1 dengan jumlah siswa 34, XII IPA 2 dengan jumlah siswa 33, XII IPS 1dengan jumlah

siswa 39, XII IPS 2 dengan jumlah siswa 38, dan XII AGAMA dengan jumlah siswa 20.

E. Instrumen Penelitian

Adapun tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan

bersifat terutup,dimana pertanyaan langsung kepada subjek dan telah disediakan jawaban,jadi

subjek tinggal memilih jawaban. Bentuk angket disini merupakan cheklist/daftar,dimana

subjek tinggal membubuhkan tanda chek list (√) pada kolom yang sesuai. Jenis angket yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Skala Likert yang mempunyai gradasi pilihan

jawaban dari sangat positif sampai sampai negatif, yang diungkapkan dengan:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

b. Setuju (S) diberi skor 3

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Sedangkan pilihan jawaban item negatif mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai

positif, yang diungkapkan dengan:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1

b. Setuju (S) diberi skor 2

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4 (Arikunto, 2006: 160)

F.Uji Instrumen penelitian

Untuk melihat ketepatan dan tingkat kercayaan data diadakan uji validitas dan reliabilitas

dengan formulasi sebagai berikut :

a) Uji Validitas Angket

Untuk menentukan validitas setiap instrumen angket digunakan rumus korelasi yang

dikemukakan oleh Pearson yang dikenal rumus Korelasi Product Moment dengan angka

besar (Suharsimi Arikunto, 2003: 243)

b) Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas

instrumen digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006:196)

c) Uji Normalitas Angket

Page 10: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh berasa dari sampel

yang berdistribusi normal. (Fo’arota Telaumbanua, 2005 :101)

d) Uji Homogenitas Angket.

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh berasal dari

sampel yang homogeny atau tidak (Fo’arota Telaumbanua, 2005 : 108)

e) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah data dua variabel linear atau tidak. Hal ini

penting khususnya untuk analisis korelasional karena asumsi dasar analisis korelasionel

adalah linear (Fo’arota Telaumbanua, 2005 : 114-115)

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian diatas menunjukan bahwa adanya korelasi atau hubungan yang

signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian

nasional, didapat nilai 𝑟𝑥𝑦 sebesar -0,724 setelah itu di konsultasikan dengan r product

momen, pada taraf kepercayaan 5% menunjukan bahwa 𝑟𝑥𝑦 -0,724 lebih besar dari r tabel

0,195. Hal ini berarti adanya korelasi yang negatif antara variabel X (self-efficacy) dan

variabel Y (kecemasan) artinya semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecemasan

siswa dalam menghadapi ujian nasional”.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 110 orang siswa yang

menjadi sampel penelitian, sebanyak 57 siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi yang

ditunjukan dengan prosentsi 51,8%, kemudian 52 siswa kategori sedang dengan prossentasi

47,2%, kemudian 1 siswa tingkat self-efikasi yang rendah dengan prosentasi 1%.

Kecemasan siswa XII dalam menghadapi ujian nasional tidak ada dikategorikan

sangat cemas, sebagian kecil cemas. Dengan kategori tidak cemas dengan prossentasi

35,54% sebanyak 39 siswa, dan 71 siswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang yang

ditunjukan dengan prosentsi 64,55%. Jadi secara umum tingkat kecemasan siswa kelas XII

dalam menghadapi ujian nasional cukup rendah.

SARAN-SARAN

Dari permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian

mengenai hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII dalam

menghadapi ujian nasional di Madrasah Aliyah Negeri 2 Barabai dapat disarankan kepada

beberapa pihak beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam

menghadapi ujian nasional maupun self-efficacy

b. Menggunakan subjek penelitian yang mencakup lebih luas untuk

dibandingkan hasilnya, seperti dari berbagai MA maupun SMA.

2. Siswa Melalui berlatih untuk mengatasi permasalahan yang sederhana kemudian meningkat

dalam situasi yang sulit, akan meningkatkan self-efficacy. Dengan demikian kecemasan akan

berkurang dengan self-efficacy yang tinggi.

Siswa diharapkan bisa lebih meningkatkan keinginan untuk belajar, berusaha

mempelajari materi pelajaran agar pada waktu menghadapi ujianasional siswa mampu

mempersiapkan diri dengan baik.

Page 11: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA

3. Kepada Kepala Sekolah

Agar mampu membantu menyiapkan mental siswa dalam menghadapi ujian nasional

sehingga kecemasan yang di alami siswa dapat berkurang. Dengan cara mengadakan

pelatihan untuk mengurangi tingkat kecemasan siswa dan dapat meningkatkan self-efficacy

siswa sehingga muncul keyakinan dalam diri siswa bahwa siswa mampu mengatasi segala

tantangan agar dapat menyelesaikan ujian nasional dengan baik sehingga kecemasan siswa

dapat berkurang.

4. Guru/tenaga pengajar

Saran bagi guru yaitu agar memaksimalkan kinerjanya dalam mengajar siswa dengan

cara memberikan bimbingan belajar diluar jam pelajaran serta bekerjasama dengan konselor

sekolah dalam membantu memantau perkembangan peserta didiknya dan menyelesaikan

permasalahan yang berkenaan kondisi siswa dalam menghadapi ujian nasional

5. Konselor Sekolah Saran bagi konselor yaitu bersedia meningkatkan Self-Efficacy siswanya sehingga

kecemasan siswa berkurang . Menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk

peningkatan self-efficacy. Perlu memberikan stimulus berupa kasus yang membutuhkan

pemecahan masalah. Sehingga mahasiswa tertantang dan kemudian terlatih maka self-efficacynya

meningkat.Konselor sangat perlu memberikan bimbingan belajar kepada siswa agar siswa

bisa lebih memahami materi pelajaran, sehingga pada waktu ujian nasional siswa bisa

percaya diri dan memiliki keyakinan akan mampu menghadapi ujian nasional dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka

Cipta.

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human

behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H.

Friedman[Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press,

1998). (Online) http://www.des.emory.edu/mfp/Bandura1994EHB.pdf

C, Gerald. 2006. Psikologi Abnormal Edisi ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ghufron, M. Nur dan Risnawita S. Rini. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta; Ar- Ruzz

Media

Hall, Calvin S. 1995. Seks. Obsesi, Trauma, Dan Katarsis. Jakarta: Delapratasa

Khalsa, S, S. 2008. Pengajaran Disiplin & Harga Diri. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang

Permendiknas no 77 tahun 2008. file data POS-UN

Rathus, Spancer A, dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilit 1 & 2. Jakarta: Erlangga

Rochman, Lur Kholil, Kesehatan Mental. 2010. Yogyakarta: Fajar Media Press

Sukardi. 2011.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suliswati & Papayo, T, A, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Jakarta:EGC

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Telaumbanua, Fo’arota.2005. Pengolahan Data Penelitian Perbandingan dan Hubungan.

Jakarta : FKIP-UKI

Page 12: SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA KELAS XII DALAM …eprints.ulm.ac.id/3906/1/(1) Hubungan antara Self... · 2018. 8. 2. · HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN SISWA