HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN KEJADIAN …repository.utu.ac.id/431/1/BAB I_V.pdf · 10 tahun...

43
HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK DHIEN MEULABOH SKRIPSI OLEH : JUWAINI NIM : 08C10104055 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR ACEH BARAT - MEULABOH 2013

Transcript of HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN KEJADIAN …repository.utu.ac.id/431/1/BAB I_V.pdf · 10 tahun...

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DENGAN

KEJADIAN STROKE PADA PASIEN YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK DHIEN

MEULABOH

SKRIPSI

OLEH :

JUWAINI

NIM : 08C10104055

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ACEH BARAT - MEULABOH 2013

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke dapat menyerang kapan saja, dan siapa saja, baik laki- laki atau

perempuan, tua ataupun muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian

stroke meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia manusia

10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Angka

kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia

merupakan Negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena

berbagai sebab selain penyakit degenerative (Yastroki,2009).

Lebih kurang 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke setiap

tahunnya lima juta orang meninggal dunia dan lima juta orang yang lain

mengalami kecatatan sehingga masalah ini akan berdampak pada individu itu

sendiri, keluarga, masyarakat dan pemerintahan (Lawrence, 2009).

Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke.

Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di

Inggris sekitar 250.000 orang. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8 % pasien usia

lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di

Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau

12.500 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Public

Health Corner Stroke, 2009).

Sebuah studi di Italia telah mengevaluasi lebih dari 11.000 orang dewasa

yang melaporkan serangan jantung dalam tiga bulan, dan memeriksa asupan kopi

mereka selama masa penelitian. Kopi yang mereka konsumsi dikelompokkan

2

sebagai berikut: yang pertama yaitu tidak pernah atau hampir tidak pernah, kedua

ringan yaitu kurang dari 2 cangkir per hari, kemudian berat yaitu 2 sampai lebih

dari 4 cangkir per hari. Setelah lebih dari tiga tahun, risiko serangan jantung

menyebabkan kematian dan stroke, dihitung berdasarkan tingkat konsumsi kopi

pada populasi orang dewasa yang menderita serangan jantung tersebut (leys,

2007).

Dan dari laporan studi terbaru memberikan hasil, bahwa secangkir kopi

dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik, terutama orang-orang yang

jarang mengkonsumsi kopi, hal itu terungkap dari laporan para peneliti. Studi

mereka tentunya dapat digunakan sebagai informasi baru yang mungkin berguna

dalam pencegahan stroke dan sejalan dengan apa yang sudah diketahui tentang

efek fisiologis dari kopi. Penyelidikan yang dipimpim oleh Elizabeth Mostofsky,

MPH, dari Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, USA dan

dipublikasikan dalam jurnal Neurology November 2010. Menemukan peningkatan

risiko stroke 2 kali lipat dalam waktu satu jam setelah minum secangkir kopi.

Risiko tertinggi terjadinya stroke iskemik ini terjadi pada satu jam setelah minum

kopi. Namun hal ini akan kembali pada kondisi awal dalam dalam jeda waktu 2

jam. Peneliti mengatakan kemungkinan adanya hubungan kausatif yang kuat

antara kejadian stroke dengan konsumsi kopi khususnya pada jam-jam awal.

Stroke terjadi dipicu oleh beberapa faktor resiko, semakin banyak factor resiko

yang dimiliki oleh penderita, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya

stroke (Makmur, 2002).

Menkes mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dipublikasikan

pada Desember 2008. Prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1.000 penduduk.

3

Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di

wilayah perkotaan Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000

penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe

Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8

per 1.000 penduduk) (Kompas, 2009).

Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, hipertensi, penyakit jantung

iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit utama penyebab

kematian di Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab

kematian utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2009).

Provinsi NAD merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia.

Minum kopi merupakan kebudayaan ataupun kebiasaan penduduk Aceh dalam

mengkonsumsi kopi merupakan suatu kebiasaan yang rutin dilakukan sehari-hari.

Bahkan hampir seluruh acara di masyarakat Aceh selalu diiringi dengan minum

kopi. Meminum kopi adalah hal yang lazim untuk kaumlelaki untuk berkumpul

dan minum kopi di kedai kopi yang mudah kita dapatkan di Aceh Barat atau di

Meulaboh khususnya. Hal ini biasa dilakukan pada pagi dan sore hari ataupun di

waktu senggang. Warung kopi menjadi wahana untuk berkomunikasi,

bersosialisasi, meningkatkan pergaulan hingga menambah relasi bisnis serta

membahas permasalahan dikehidupan sosial kemasyarakatan (Ogawa, 2010).

Menurut data Riskesdas tahun 2007 bahwa prevalensi penduduk di Aceh

usia 10 tahun keatas yang mengkonsumsi kafein sebesar 45,6%. Nilai ini berada

di atas rata-rata nasional yaitu sebesar 36,5% (Depkes, 2008). Kopi mengandung

unsur kimia xantin yang mempunyai derivat kafein, teofilin dan teobromin.

4

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya (Andryhart, 2009).

Kafein dalam kopi merangsang kelenjar-kelenjar adrenal, yang dapat

meningkatkan salah satu faktor penyebab stres setelah 18 jam. Kafein pada kopi

sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak jantung yang banyak

dilaporkan menjadi penyebab kebanyakan timbulnya rasa stres yang

berkepanjangan pada hari kerja. Efek ini biasanya masih akan terbawa sampai

malam hari menjelang waktu tidur. Meskipun masih menjadi suatu hal yang

kontroversial, para peneliti menemukan minum terlalu banyak kopi dapat

meningkatkan kemungkinan untuk terkena serangan jantung. Kopi mengandung

sebuah unsur yang disebut terpenoid, yang diketahui dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah arteri tersumbat dan

akibatnya pembuluh darah ini bekerja terlalu keras (Santoso,2011).

Di Aceh Barat khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh, menurut data Rekam Medis tahun 2011 pasien stroke mencapai 451

orang dan 62 orang atau sekitar 13.75% diantaranya meninggal dunia. Dan pada

tahun 2012 dari bulan Januari - september terdapat 370 pasien dan 10,5% atau

sekitar 39 orang meninggal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil sebuah judul untuk

penulisan skripsi ini, dengan judul ”Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Dengan

Kejadian Stroke Pada Pasien Yang Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2013”

5

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di angkat pada penelitaian ini, yaitu apakah ada

hubungan kebiasaan minum kopi dengan kejadian stroke pada pasien yang di

rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kebiasaan minum kopi

dengan kejadian stroke pada pasien yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan jumlah kopi yang di konsumsi dalam sehari

dengan kejadian stroke.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah tentang resiko

stroke dengan kebiasaan minum kopi

1.4.2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

masyarakat tentang penyakit stroke.

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kopi

2.1.1. Sejarah Kopi

Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab قهوة‎ qahwah yang berarti kekuatan,

karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah

kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan

kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie

segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.

Bermula di Afrika Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM, pendapat

lain mengatakan 850 M.

Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, yang

mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk

memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi sendiri terjadi secara

tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid seorang Abyssinia, mengamati

kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari

terbenam setelah memakan sejenis buah bery. Ia pun mencoba memasak dan

memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai

negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunkan metode

konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian biji kopi ini dibawa melewati

Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.

7

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan

berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000

tahun (1000 SM) yang lalu. Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara

resmi pada tahun 1615 oleh seorang saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji

kopi dari orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh

kerena itu, bangsa Eropa mulai membudidayakannya. Bangsa Belanda adalah salah

satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun 1616.

Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk dikultivasi secara

besar-besaran.

Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Kolonial Belanda

Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling

populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia

sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.

2.1.2. Kandungan Kopi

Kandungan kopi didominasi oleh senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal

yang memiliki sensasi rasa pahit. Friedrich Ferdinand Runge, kimiawan Jerman, yang

mengidentifikasi senyawa ini pada 1819. Ia memberi nama kafein untuk senyawa

yang bekerja menyerupai obat perangsang psikoaktif dan diure tik itu. Kandungan

kopi yang satu ini mendasari dilakukan penelitian-penelitian lain terhadap kopi.

Minuman berwarna hitam pekat ini bisa jadi merupakan minuman paling banyak

dikenal oleh masyarakat dunia. Rasanya yang pahit serta keharuman yang benar-

benar memikat selera menjadi alasan mengapa kopi memiliki usia yang cukup

panjang.

8

Menurut‎ Harvard‎Women’s‎ Health,‎ konsumsi‎ kopi‎ beberapa‎ cangkir‎ sehari‎

dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2, pembentukan batu ginjal, kanker usus besar,

penyakit parkinson, kerusakan fungsi hati (sirosis), penyakit jantung serta

menghambat penurunan daya kognitif otak (dr. Salma, 2009).

2.1.3. Efek Negatif Kopi

1. Mengurangi kesuburan wanita.

Kalau anda minum kopi terlalu banyak itu akan bisa menganggu kesuburan

anda para wanita, terlebih jika dibarengi dengan konsumsi alkohol. Hal itu

berdasarkan‎Reader’s‎Digest‎edisi‎Desember‎1994‎yang‎mengutip‎ laporan‎penelitian‎

yang di biayai The USA National Institute of Child Health and Human Development

dan The US Institute on Drug Abuse, disebutkan bahwa seorang wanita yang

mengonsumsi kafein sebesar 300 mg perharinya memiliki kesempatan hamil lebih

rendah sebesar 27% dibanding mereka yang terbebas dari kafein.

2. Meningkatkan resiko penyakit jantung

Berdasarkan kepada journal of neurology, neurosurgry and psychiatry tahun

2002 disebutkan bahwa minum kopi 5 gelas perhari dapat meningkatkan kadar

kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida yang dapat menyebabkan penyempitan lubang

pembuluh darah akibat dari endapan lemak dan akhirnya berisiko menyebabkan

serangan jantung dan stroke.

3. Berbahaya bagi penderita tekanan darah tinggi

Penderita hipertensi bisa dalam bahaya karena senyawa kafein yang

terkandung di dalam kopi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dengan

tajam. Kafein menyebabkan mudah kaget, tangan gemetaran dan meningkatnya

9

tekanan darah. Kafein mempengaruhi pembuluh darah dengan cara mempersempit

pembuluh darah ke otak, akibatnya kerja jantung meningkat dan terjadilah hipertensi,

Rozanah (Widyatomo dan Mulato, 2004).

4. Bisa menyebabkan keguguran pada wanita hamil dan gangguan pada bayi saat

lahir.

Berdasarkan penelitian Sven Cnattingius dari Karolinska Institute, Swedia,

mengungkapkan bahwa seorang wanita yang mengonsumsi sebanyak 100 mg kafein

setiap harinya akan lebih mudah mengalami keguguran. Sedangkan berdasarkan

Penelitian rumah sakit Christchurch, Selandia baru mengungkapkan bahwa wanita

yang mengalami kecanduan terhadap kopi akan melahirkan bayi yang sulit bernafas

saat dilahirkan, selain itu kandungan kafein juga membuat bayi lemah, mudah

terserang infeksi, sehingga resiko kematian pada bayi bisa meningkat sebesar dua kali

lipat.

5. Kafein bisa menyebabkan keropos tulang.

Efek ini sebagian besar ditemukan pada wanita yang memasuki masa

menopause dengan konsumsi kafein tinggi. Sebagian besar penelitian menemukan

konsumsi kafein yang tidak berlebihan tidak mengakibatkan pengeroposan tulang.

6. Kafein bisa menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala,merasa

tegang dan cepat marah.

7. Kebiasaan minum kopi panas-panas juga bisa menyebabkan resiko terkena

kanker esophagus.

10

8. Kopi dapat meningkatkan produksi asam lambung

Bagi penderita maag sebaiknya sebisa mungkin hindari mengonsumsi

kopi. Kafein sebagai kandungan utama kopi bersifat stimulan yang mencandu.

Kafein mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti peningkatan detak jantung dan

tekanan darah. Dampak negatif itu muncul bila Anda mengkonsumsinya secara

berlebihan. Bagi kebanyakan orang, minum dua sampai tiga cangkir kopi tidak

memberikan dampak negatif. Meminum kopi dengan frekuensi lebih dari itu bisa

menimbulkan jantung berdebar-debar, sulit tidur, kepala pusing dan gangguan

lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang mengkonsumsi kopi agar tidak

mengantuk–misalnya karena kekurangan tidur– disarankan agar konsumsinya disebar

sepanjang hari. Riset mengenai hubungan konsumsi kopi dengan keguguran

kandungan tidak memberikan kesimpulan seragam. Tetapi, untuk amannya ibu hamil

disarankan tidak minum lebih dari satu cangkir kopi sehari.

2.2. Stroke

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (WHO, 2005).

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh

darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke

otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya (Utami P, 2009).

11

Stroke juga menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi

lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat,

dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau sensorik). Stroke biasanya

diakibatkan dari salah satu dari tempat kejadian yaitu trombosis (bekuan darah di

dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan darah atau

material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), iskemia (penurunan

aliran darah ke area otak) dan hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral

dengan peredaran ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) (Brunner dan

Suddarth, 2002).

Aliran darah berhubungan erat dengan tekanan darah, karena aliran darah

juga disebut curah jantung yang merupakan jumlah darah yang dipompa oleh jantung

dalam satuan waktu tertentu. Seorang pasien stroke mungkin mengalami kelumpuhan

tangan, kaki, dan muka, semuanya pada salah satu sisi. Kelumpuhan tangan maupun

kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi

otot disebabkan berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah,

sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula

spinalis, dan secara total menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang

abnormal (Guyton & Hall, 1997).

Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular

perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Tekanan darah adalah

kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding

pembuluh darah.Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan

tekanan. Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa

12

gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. Gejala

stroke dapat bersifat fisik, psikologis, dan/atau perilaku. Gejala paling khas adalah

paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu

sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami (tanpa gangguan pendengaran),

kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian di satu sisi. Hampir 80 % pasien

mengalami penurunan parsial dan kekuatan lengan atau tungkai di salah satu sisi

tubuh (kelumpuhan parsial dan paralisis). Kemudian disusul 30 % mengalami cacat

sendi dan kontraktur dalam tahun pertama setelah stroke (Valery Feigin, 2004).

Berkurangnya suplai darah pada pasien stroke salah satunya diakibatkan oleh

arteriosklerosis. Dinding pembuluh akan kehilangan elastisitas dan sulit berdistensi

sehingga digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik.

Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah

(Potrer & Perry, 2005).

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi

karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan gangguan

aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang terlalu perlahan,

atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel

otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati ( Yatim, 2005 ).

WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi

susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh

yang lain dari itu (Eureka, 2009). Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat

proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa

penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding

13

pembuluh darah otak,perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan

perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri (Rhezvolution Corner, 2009).

2.2.1. Klasifikasi Stroke

1. Stroke Iskemik

Menurut Listiono (1998), stroke non hemoragik merupakan penyakit

serebrovaskular yang dapat disebabkan karena aterosklerosis (trombosis) dan

penyakit jantung (emboli) yang dicetuskan oleh adanya faktor predisposisi hipertensi.

Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI (2001),

stroke iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena pasokan

darah yang tidak mencukupi. Stroke iskemik disebabkan penggumpalan darah.

Penyebab utamanya adalah aterosklerosis pembuluh darah dileher dan kepala.

1) Klasifikasi Stroke Iskemik

Stroke iskemik terdiri dari :

a. Stroke Iskemik Trombotik: Stroke jenis ini terjadi karena adanya

penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan

hipertensi dan merupakan indikator penyakit ateroklerosis.

b. Stroke Iskemik Embolik: terjadi tidak dipembuluh darah otak,

melainkan ditempat lain, seperti jantung. Penggumpalan darah terjadi

dijantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke

otak.

c. TIA (Transient Ischemic Attack): serangan iskemik sementara.

Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit. Tidak

sampai berjam- jam. Gejalanya antara lain : wajah pucat, tangan atau

14

kaki – kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakit kepala)juga menjadi

salah satu gejala, juga disfagia (sulit menelan), lemahnya kedua kaki,

mual, dan ataksia (jalan sempoyongan). Lalu pasien juga tak bisa

berbicara atau memahami apa yang orang bicarakan, kesulitan melihat

dengan satu atau kedua mata, serta hilangnya keseimbangan dan

koordinasi.

2) Patofisiologi Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80%

stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena

penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam

pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri

serebri) atau pembuluh darah kecil.

Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar

sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh

batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis),

sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan

mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini

berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur,

korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut akan

menyebabkan kelumpuhan.

Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam

pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi,

15

merokok atau arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak.

Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya

kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan

mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan

oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak (Muttaqin, 2008).

3) Etiologi Stroke Iskemik

Menurut Smeltzer (2001) stroke non hemoragik biasanya

diakibatkan oleh :

a. Trombosis serebral

Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral

adalah penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab

paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi.

Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat

mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa

mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik

intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis

serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara

sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat

mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

b. Embolisme serebral

Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau

cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan

hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia

16

atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau

pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

c. Iskemia serebral

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama

karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

2. Stroke Hemoragik

Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotakatau pembuluh

darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi,

sehingga menekan pembuluh darah.Suatu gangguan peredaran darah otak yang

ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid.

Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala

fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008)

1) Klasifikasi Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terdiri dari :

a. Stroke Hemoragik Intraserebral

Pada kasus ini, sebagian besarorang yang mengalaminya bisa

menderita lumpuh dan susah diobati. Pada stroke jenis ini pendarahan

terjadi didalam otak. Biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang

otak, dan otakbesar. Jika yang terkena di daerah talamus, sering

penderitanya sulit dapat ditolong meskipun dilakukan tindakan operatif

untuk mengevakuasi perdarahannya.

b. Stroke Hemoragik Subaraknoid

Memiliki kesamaan dengan stroke hemoragik intraserebral. Yang

membedakannya, stroke ini dipembuluh darah diluar otak, tapi masih di

17

daerah kepala, sepertidi selaput otak bagian bawah otak. Maski tidak di

dalam otak, perdarahan itu bisa menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya

aneurisma yang pecah atau AVM (arteriovenous malformation).

2) Patofisiologi Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah.

Otak sangat sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan

sangat cepat. Perdarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak,

sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa

yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak

dan menekan tulang tengkorak.

Stroke hemoragik secara umum disebabkan oleh perdarahan

intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Faktor risiko yang paling penting

untuk terjadi perdarahan intraserebral adalah usia dan hipertensi. Seiring

dengan penuaan menyebabkan degenerasi pembuluh darah di otak yang

berisiko untuk ruptur. Gejala neurologik yang timbul karena ekstravasasi

darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis. Proses resolusi hematoma

terjadi 4-8 minggu dan akhirnya meninggalkan sisa berupa kavitas kista.

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif

banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan

menyebabkan penurunan tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase

otak.

Pada perdarahan subaraknoid, iritasi meningen oleh darah

mengakibatkan nyeri kepala mendadak yang sangat berat disertai fotofobia,

mual, muntah dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda kering).

18

Darah yang masuk ke ruang subaraknoid dapat menyebabkan komplikasi

hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan otak. Pada perdarahan yang

lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan

kesadaran, edema papil, dan perdarahan retina. Peningkatan tekanan

intrakranial juga menyebabkan gejala sistemik seperti bradikardi dan

hipertensi. Tanda neurologis fokal dapat terjadi akibat efek iritasi darah

bersamaan dengan iskemia. Apabila terjadi kerusakan hipotalmus maka akan

terjadi demam. Dalam 46 jam, darah dan plasma yang mengelilingi otak

menyebabkan gangguan saluran darah otak,edema vasogenik dan sitotoksik,

kerusakan neuronal dan nekrosis jaringan.

2.2.2. Gejala

1.Pusing

Terjadi akibat pergantian ukuran pembuluh darah dan sumbatan

oleh bekuan sehingga suplai darah berkurang.

2.Kejang

Diakibatkan tidak mencukupinya volume darah dan oksigen yang

dibutuhkan oleh otak.

3. Gangguan penglihatan

Gangguan gerak bola mata, dapat berupa mata melirik kearah satu

sisi, mengeluh penglihatan rangkap/dobel, mengeluh benda yang dilihatnya

bergerak serta naik turun.

4.Gangguan bicara yang bersifat sementara

5.Lumpuh/paresis pada satu sisi tubuh

19

6.Parestesis (gangguan rasa pada kulit berupa kesemutan)

2.2.3. Patofisiologi

Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI

(2001). Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang

otakterjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapatjatah darah

lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesiayang terjadi dinamakan

infark iskemik jika arteri tersumbat dan infar khemoragik jika arteri pecah.

2.3. Faktor-Faktor Penyebab

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada

awalnya adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis.

Karena arteriosklerosis merupakan gaya hidup modernyang penuh stress, pola makan

tinggi lemak, dan kurang berolahraga. Faktor resiko stroke adalah kelainan atau

kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Menurut Junaidi

(2004), faktor resiko stroke umumnya dibagi 2 golongan besar yaitu antara lain :

2.3.1. Faktor Risiko Tidak Terkendali

1. Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia

55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua

pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas

65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang

lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur.

20

2. Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian

menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena

stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan

stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan

hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena

stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga

kemungkinan meninggal lebih besar.

Laki- laki lebih beresiko dibandingkan dengan wanita dengan

perbandingan 3:2. Pada laki- laki cenderung mengalami stroke iskemik

sedangkan wanita lebih sering menderita haemoragik dan kematiannya dua

kali lipat di bandingkan dengan laki- laki.

3. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang

sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung,

diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu

keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh

darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh

dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.

4. Ras dan etnik

Ras dari suku bangsa Afrika/ Negro, Jepang dan Cina lebih sering

terserang stroke. Di negara Indonesia, suku aceh batak dan padang lebih

sering menderita penyakit stroke daripada suku lainnya.

21

2.3.2. Faktor Risiko Terkendali

1. Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang

menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Hipertensi merupakan

faktor resiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya

maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak

pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak

menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan

mengalami kematian. Dari berbagai penelitian diperoleh bukti yang jelas

bahwa pengendalian hipertensi baik sistolik, diastolik maupun keduanya

menurunkan angka kejadian stroke (Harsono, 2005).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi adalah

usia, jenis pekerjaan, jenis kelamin, faktor sosial ekonomi, sosial budaya,

suku bangsa, konsumsi garam, konsumsi kopi, merokok, status gizi,

penggunaan alat kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik, implant) dan lain- lain

(Sigarlaki, 2000).

2. Penyakit Jantung

Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung,

terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung

dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di

atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian

lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara

insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah

22

yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-

orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama

kematian pada satu di antara empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada

pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung

atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta

(batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak

yang kemudian menyebabkan stroke.

3. Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan

mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut

akan menurun. Namun, ada factor penyebab lain yang dapat memperbesar

risiko stroke karena sekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga

mengidap hipertensi.

4. Kadar kolesterol darah

Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan

kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar

kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan

penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman,

sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang

pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Memperbaiki tingkat

kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat

menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter

dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.

23

5. Merokok

Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling

mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan

perokok ringan. Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik,

terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko

subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata

kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang

usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan

seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun

setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi

fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang

timbulnya aterosklerosis.Pada pasien perokok, kerusakan yang diakibatkan

stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem

pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah.Ini

menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila

terjadi stroke tahap kedua.

6. Alkohol berlebih

Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan

darah sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun

hemoragik. Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi

daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya asnirin. Dengan

demikian, konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi

24

tubuh dari bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18 November, 2000 dari The

New England Journal of Medicine, dilaporkan bahwa Physicians Health Study

memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alcohol

satu kali sehari. Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya penurunan risiko

stroke secara menyeluruh. Klaus Berger M.D.dari Brigham‎ and‎ Women’s‎

Hospital di Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini

masih terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman. Walaupun demikian,

disiplin menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit

dikendalikan dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula,

penelitian lain menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan

dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi kekentalan dan

penggumpalan darah, yang menjurus ke pendarahan di otak serta

memperbesar risiko stroke iskemik.

7. Obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan senyawa

olahannya dapat menyebabkan stroke, di samping memicu faktor risiko yang

lain seperti hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.

Kokain juga meyebabkan gangguan denyut jantung (arrythmias) atau denyut

jantung jadi lebih cepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan

gumpalan darah. Marijuana mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi

dengan faktor risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan menyebabkan

tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi

merusak pembuluh darah.

25

8. Cedera kepala dan leher

Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan

pendarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti

pada stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya

tulang punggung atau pembuluh karotid akibat peregangan atau pemutaran

leher secara berlebihan atau adanya tekanan pada pembuluh merupakan

penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada orang dewasa usia

muda.

9. Infeksi

Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan factor risiko lain

dan membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan tubuh

biasanya melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk

meningkatkan peradangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah.

Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan faktor penggumpalan

dalam darah yang memicu risiko stroke embolik- iskemik (Yuli

Saraswati,2008 ).

2.3.3. Penatalaksanaan

1. Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan

2. Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan

dan pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.

26

3. Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan

eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan

tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intraktanium.

2.3.4. Terapi Diet

Penyakit stroke berhubungan dengan jenis makanan yang dikonsumsi

sehari-hari. Walaupun sebagian orang merasa khawatir akan kadar kolesterol

penderita, namun permasalahan utama yang dihadapi seseorang dengan cacat

jasmaniah adalah peningkatan berat badan akibatkurang gerak. Disini terjadi suatu

lingkaran setan, dimana kenaikan beratbadan membuat penderita akan semakin tidak

dapat bergerak dan menaikkan berat badan lagi akan membuat penderita semakin

tidak dapatbergerak lagi dan seterusnya ( Utami P, 2009 ).

Untuk mencegah hal-hal diatas maka terapi diet yang tepat perlu diberikan.

Adapun terapi diet yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan makanan yang cukup nilai gizi untuk mencegah timbulnya

stroke ulang.

2. Memberikan makanan yang cukup nilai gizi untuk membantu

mempercepat pemulihan kondisi.

3. Memberikan makanan yang disesuaikan dengan faktor resiko penyebab

stroke.

4. Membantu menurunkan tekanan darah.

5. Membatasi kolesterol dan lemak, untuk menurunkan kandungan

kolesterol/lemak dalam darah.

6. Mencegah atau memperlambat komplikasi lebih lanjut.

27

2.4. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah kerangka teoritis sebagai berikut :

Gambar: 2.1. kerangka Teori

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan kkerangka teori di atas bahwa kejadian stroke terjadi oleh

beberapa faktor maka penulis mengambil kerangka konsep sebagai berikut :

Factor terkendali

- Hipertensi

- Penyakit Jantung

- Diabetes

- Kadar kolesterol darah

- Merokok

- Alkohol berlebihan

- Obat-obatan terlarang

- Cedera kepala dan leher

- Infeksi

Faktor tidak terkendali

- Usia

- Jenis kelamin

- keturunan

- Ras dan etnik

Konsumsi Kopi STROKE

28

Variabel IndependenVariabel Dependen

Gambar: 2.2. kerangka konsep

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Tidak ada hubungan jumlah kopi yang di konsumsi dalam sehari terhadap

kejadian stroke pada pasien yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Stroke iskemik

Jumlah

Konsumsi Kopi

29

BAB 3

METODEOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Analitik dengan

rancangan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek sehingga mengetahui hubungan

kebiasaan minum kopi dengan kejadian stroke pada pasien yang di rawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh pada 13 Juni sampai 21 Agustus tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik yang

pernah dirawat ataupun yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh yaitu yang berjumlah 331 orang tahun 2013.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan

diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Untuk mendapatkan besarnya sampel pada penelitian ini dengan cara

menggunakanan rumus :

30

2)(1 dN

Nn

2)1,0(3311

331n

n = 76,7 = 77

Keterangan:

n = besarnya sampel

N = total populasi

d = derajat kebebasan = 10 % = 0,1

Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 77 orang dari

331populasi berdasarkan data jumlah pasien stroke yang diperoleh dari data Rumah

Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh. Teknik pengambilan

sampelmenggunakan Acidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang kebetulan

sedang berada atau pasien stroke yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh (Notoatmodjo,2005).

3.4.Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian melalui wawancara

menggunakan kuesioner kepada responden.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari gambaran umum rekam medis tentang pasien stroke

yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh dan

referensi-referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian serta

literature- literatur lainnya.

31

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Variabel Kerterangan

VariabelIndependen

1 Jumlah Konsumsi Kopi Defenisi Banyaknya kopi yang di konsumsi

perhari. Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner

Hasil ukur 1.Ringan 2. Berat

Skala Ukur Ordinal Variabel Dependen

3 Strokeiskemik Defenisi Suatu kondisi dimanaadanya gangguan fungsional otak fokal

maupun global akut, berasal dari gangguan alirandarahotak.

Cara ukur Observasi

Alat ukur Data Pasien Hasil ukur 1.Ringan

2. Berat Skala Ukur Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran Variabel

Berdasarkan skala pengukuran tersebut diatas, maka pengukurannya dapat

dilakukan sebagai berikut :

3.6.1. Variable Independen

Aspek pengukuran variabel bebas (independen) ini adalah menggunakan skala

Guttman (Riduan, 2008).Jika jawaban (Ya) diberi nilai 1 dan jawaban (Tidak) diberi

nilai 0 dari tiap pertanyaan dalam kuesioner.

1. Jumlah konsumsi kopi pada pasien stroke:

a. Ringan apabila < 3 cangkir.

32

b. Berat apabila ≥ 3 cangkir perhari

3.6.2. Variable Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu dengan melihat data pasien stroke

iskemik.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per

variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran kejadian stroke pada pasien

yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen

dan sebuah variabel independen yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2005). Dilakukan untuk melihat hubungan kebiasaan minum kopi

dengan kejadian stroke pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh.Data yang sudah diolah dilakukan uji chi squara (x2) chi

square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian di tolak atau dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan kebiasaan minum kopi terhadap kejadian stroke pada

pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara melihat hubungan kebiasaan minum kopi

33

dengan kejadian stroke pada pasien yang di rawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Karena data berbentuk katagorik maka untuk mengetahui hubungan antara

variabel-variabel independen dan dependen digunakan analisis statistk Uji Chi-square

dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika ada sel yang memiliki harapan kurang sama

dengan 5, maka digunakan fisher exact test (Notoatmodjo. 2005).

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

1. Bila 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

2. Bila table 2x2 dan nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty

Correction

3. Bila table lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan uji

Pearson Chi Square

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh berada di Desa

Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan, awalnya dibangun pada Tahun 1968

di atas tanah seluas 2,8 Ha dan melakukan aktifitasnya sebagai Rumah Sakit

Daerah Tipe D pada Tahun 1971. Pada Tahun 1983, pemerintah Daerah beserta

penegalola Rumah Sakit mengajukan usulan untuk peningkatan status menjadi

Rumah Sakit Daerah Tipe C.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 233/SK/MENKES/VI/1985, tanggal 11 Juni 1985 maka berubahlah

status Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh menjadi Rumah Sakit Tipe C.

Status ini diperkuat dengan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1985, oleh

karenanya sejak saat itu Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat ini

juga menjadi Rumah Sakit Rujukan untuk Daerah Pantai Barat Selatan Aceh.

Pada Tahun 2002 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 17, secara

institusi Rumah Sakit Umum Daerah cut Nyak Dhien Meulaboh ditetapkan

menjadi Badan Pengelola RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Namun pada Tahun

2008 melaui Qanun Nomor 4 Tahun 2008 dirubah lagi menjadi Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien dengan Eselonering setingkat kantor ( Eselon III)

dan merupakan Lembaga Teknis Daerah yang memeberikan Pelayanan Kesehatan

kepada masyarakat, Pusat Rujukan dan Pendidikan Medis. Dan pada Tahun 2009,

35

Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan

Nomor : HK.07.06/III/2043/09 tentang pemberian izin penyelenggaraan Rumah

Sakit Umum Daerah dengan nama “ Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh “ Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggro Aceh

Darussalam.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh yang terletak

persih di tengah Kota Meulaboh mempunyai prospek yang sangat cukup baik

dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi sosisal dan bisnis.Apalagi ada

wacana untuk peningkatan status menjadi Tipe B dan merupakan Rumah Sakit

Rujukan untuk Daerah pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh. Usaha untuk

peningkatan kualitas pelayanan dan status Rumah Sakit terus diupayakan tetapi

masih berjalan lambat di tengah persaingan dimana Kabupaten lain juga

melakukan hal yang sama yaitu melakukan perubahan sistem pengolaan Rumah

Sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat

a. Visi

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

merupakan Intitusi Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Kabupaten

Aceh Barat, dimana dalam melaksanakan kegitannya wajib mengemban

visi dan misi Pembangunan Kesehatan Nasional dan Pemerintah Daerah

baik provinsi maupun Kabupaten. Sebagai suatu Intitusi yang

melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan

36

(UKP) maka Visi Rumah Sakit harus dapat mengakomodir upaya-

upaya Kesehatan yaang termasuk kedalam UKP.

Dengan tetap memperhatikan visi-visi Skala Nasional, Provinsi,

maupun Kabupaten maka ditetapkanlah Visi Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat sebagi

berikut:“Menjadi Rumah Sakit Terbaik di Provinsi NAD Tahun

2013”

b. Misi

Agar upaya pencapaian visi tersebut dapat terlaksana, maka

ditetapkan misi yang merupakan serangkaian kewajiban dan harus

dipedomani dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Misi yang telah

dirumuskan dari Visi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Melaboh Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat

b. Mengembangkan, motivasi dan menghargai karyawan berdasarkan

keadaan serta menyediakan kondisi lingkungan kerja yang

bersahabat

c. Melakukan pengelolaan limbah Rumah Sakit yang ramah

lingkungan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 13 Juni sampai 21

Agustus tahun 2013 pada 77 pasien mengenai, Hubungan Kebiasaan Minum

Kopi Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Yang Di Rawat Di Rumah Sakit

37

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Adapun hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Jumlah Komsumsi Kopi

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi

Kopi Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Yang Di Rawat Di

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

No Jumlah konsumsi kopi Frekuensi %

1 Ringan 53 68,8

2 Berat 24 31,2

Total 77 100

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 dari 77 responden terlihat bahwa 53 orang atau 68,8%

Pasien yang mengkonsumsi kopi ringan.

4.2.3. Stroke

Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stroke Iskemik Pada

Pasien Yang Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Dhien Meulaboh

No Stroke iskemik Frekuensi %

1 Ringan 40 51,9

2 Berat 37 48,1

Total 77 100

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 77 responden di dapat bahwa 40 orang atau

sebanyak 51,9% Pasien yang mengalami stroke iskemik ringan.

38

4.3. Analisis bivariat

4.3.1. Hubungan Jumlah Konsumsi Kopi dengan Stroke

Tabel 4.3. Hubungan Jumlah Konsumsi Kopi Dengan Stroke Pada Pasien

Yang Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Hasil analisa statistic dengan menggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat Jumlah konsumsi kopi dengan stroke

menujukkan nilai p value = 0,000 atau p = < 0,05, maka artinya bahwa ada

Hubungan antara jumlah komsumsi kopi dengan strokepada pasien yang Di Rawat

Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh. Jika dilihat dari odds

ratio (OR) yaitu sebesar 0,094 Sehingga dapat di simpulkan bahwa peluang yang

untuk terjadi stroke iskemik sangat kecil.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Hubungan Jumlah Konsumsi Kopi dengan Stroke

Dari hasil analisa tabel silang diketahui tingkat jumlah konsumsi kopi

dengan stroke menujukkan nilai p value = 0,000 atau p = < 0,05, maka artinya

bahwa ada hubungan antara jumlah konsumsi kopi dengan stroke pada pasien di

Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien.

D’Elia dan koleganya melakukan analisis terhadap penelitian-penelitian

prospektif, termasuk diantaranya jumlah minimal konsumsi kopi dan risiko stroke

pada populasi umum. Penelitian yang dikumpulkan mulai dari tahun 1966 sampai

Jumlah

Konsumsi kopi

Stroke Iskemik

Total

p

OR Ringan Berat

N % n % n %

Ringan 17 32,1 36 67,9 53 100 0,000 0,094

Berat 20 83,3 4 16,7 24 100

Jumlah 37 48,1 40 51,9 77 100

39

2011 dan mayoritas dilaksanakan di akhir tahun 2000-an termasuk penelitian

terbaru dari Swedia dan Belanda. Bila dalam sehari minum 1,360 g kopi kasar

(sekitar 6-7 cangkir), diperkirakan resiko untuk terkena serangan jantung atau

stroke naik 10%. Selain itu kadar vitamin B6 bisa berkurang sampai 21%. Atas

dasar itu alangkah baiknya tidak minum kopi, khususnya bagi mereka yang

beresiko tinggi penyakit jantung. Kalaupun harus minum kopi, untuk kita

sebaiknya hanya 1-3 cangkir sehari (standar untuk orang eropa 3-5 cangkir).

Dalam penelitin ini penulas berpendapat bahwa pengkonsumsi kopi dapat

meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik, di sebabkan oleh denyut jantung

yang meningkat beberapa saat setelah mengkonsumsi segelas kopi, yang dapat

terjadinya aliran darah ke otak tidak stabil akibatnya kerja jantung yang

meningkat sehingga kapasitas pembuluh darah bertambah dan akan beresiko

terjadinya penyumbatan didalam Alteri.

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan

pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :

1. Persentase Stroke iskemik dengan jumlah konsumsi kopi yang berat

adalah sebesar 31.2%, dan yang ringan adalah sebesar 68,8%.

2. Hasil uji bivariat menunjukkan ada hubungan antara sroke dengan jumlah

komsumsi kopi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh. Jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar

0,094 yang berarti bahwa peluang untuk terjadi stroke iskemik sangat

kecil.

5.2 SARAN

1. Diharapkan kepada dokter spesialis saraf untukmemberi arahan kepada

keluarga pasien agar tidak mengkomsumsi kopi lagi.

2. Diharapkan kepada penderita stroke agar tidak memgkomsumsi kopi dan

menyampaikan kepada saudara atau masyarakat untuk menghidari

mengkomsumsi kopi yang berlebihan.

3. Bagi peneliti lain mengadakan penelitian lebih lanjud mengenai Hubungan

kebiasaan minum kopi terhadap kejadian stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kaffein dalam Kopi.Di unduh

tanggal 10 Maret

Departemen Kesehatan republic Indonesia. (2007) Laporan Hasil Riset kesehatan

dasar: http://www.fik.ui.ac.id.diunduh 1 Maret 2013.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.Jakarta

:EGC

Harsono.2005.buku ajar Neurologis klinis, cetakan ketiga.Penerbit ;Gajah Mada

University Press.

Harsono.2005. Kapita Selekta Neurologi ed.2.Jogjakarta : Gadjah MadaUniversity

Press

http://majalahkesehatan.com/apakah-kopi-berbahaya-bagi-pasien-jantung. di

unduh 27februari 2013.

http://www.majalahterbaru.com/#ixzz2MkYqFIzG. Di unduh tanggal 06 maret

2013.

http://www.yastroki.or.id/berita.php di unduh 2 Maret 2013

http://www.anneahira.com/kandungan-kopi.htm di unduh 13 April 13, 2013

kesehatan/ diunduh 6 mei 2013.

Kompas. . 2009 .Perawatan Pasien Stroke Di Rumah.Di unduh pada tanggal 2

April 2013

Lawren, M. et, al (2009). A summary of the guidance relating to four lifestyle risk

factors forrecurrent stroke. http//www.cinahl.com, di unduh tanggal 17

februari, 20013.

Lawrence WKS,Caplan LR, Jong KS.2009. Stroke Mecanism.In: Intracranial

Atherosclerosis.Singapore: Blackwell Publishing Ltd

Leys, E.et al (2007) American journal of clinical

nutrition.http://majalahkesehatan.com/manfaat-kopi-bagi-kesehatan/Di

unduh tanggal 06 maret2013

Lumbantobing S. 2001. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: FK-

UI.

Makmur, T, Anwar, Y., & Nasution, D. (2002).Gambaran Stroke Berulang di RS

H. Adam Malik Medan. Nusantara.Di unduh pada tanggal 5 Maret 2013

Mansjoer.A. (2000).Kapita slekta kedokteran. Edisi III Jakarta: Media

Aeusculapius.

Ogawa M et al. 2010. Evaluation coffe of indonesin produck .J. Trop. Med. Public

Health.

Pinzon R. 2009.Melanjutkan Hidup Pasca Stroke.Di unduh pada tanggal 27 Maret

2013

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing: concepts, processand

practice. Alih bahasa: Yasmin, A.,dkk. Jakarta:EGC.

Sigarlaki, Herke J.O. 2006. Karakteristik dan Faktor Yang Berhubungan Dengan

Hipertensi Di Desa Bocor, Kecamatan Bulas Pasantren, Kabupaten

Kebumen, Jawa Tengah 2006. FK UKI. Di unduh pada tanggal 2 April

2013

Sigarlaki, Herke J. O. 2000.Metodeologi penelitian kedokteran dan kesehatan,

Ed.2. Jakarta: Infomedika

Utami, P. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke.Jakarta : Agromedia Pustaka.

Widyotomo, S, Sri Mulato, dan Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam

Teknologi Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

World Health Organisation. (2005) Recommendation on stroke prevention,

diaknosis and therapy in Stroke. Stoke; 20: 1407-31.

Yatim, F. Waspadai Jantung Koroner, Stroke, Meninggal Mendadak : Atasi Pola

Hidup Sehat. Jakarta : Pustaka Populer Obor ; 2005.