HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung...

86
21 HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Transcript of HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung...

Page 1: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

21

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF

INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor)

DESTY PUJIANTI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

22

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF

INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor)

DESTY PUJIANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada program studi gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 3: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

23

JUDUL : HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor)

NAMA MAHASISWA : DESTY PUJIANTI

NOMOR POKOK : A54103019

Menyetujui,

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc MSc NIP131640679

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Diah K Pranadji M.S NIP131476543

Page 4: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

24

RINGKASAN

DESTY PUJIANTI. Hubungan Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Bertaraf Internasional (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor). Di Bawah Bimbingan HERIEN PUSPITAWATI dan DIAH K PRANADJI.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf internasional. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga; 2) Mengidentifikasi interaksi anak dalam keluarga, dan kecerdasan emosional; 3) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, dan keluarga dengan interaksi dalam keluarga; 4) Menganalisis hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf internasional.

Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa SMA kelas bertaraf internasional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2007. Contoh yang akan diteliti adalah siswa Kelas X dan XI. Contoh diperoleh dengan menggunakan sensus yaitu meneliti seluruh siswa kelas bertaraf internasional. Total sampel penelitian yang diteliti sebanyak 73 siswa.

Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh contoh, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak sekolah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel dan SPSS versi 13.0 for windows. Tahap pengolahan data terdiri dari pengkodean, pengentrian, dan editing. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda Mann Whitney, dan Korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh berjenis kelamin perempuan. Rata-rata umur contoh pada Kelas X yaitu 16 tahun sedangkan Kelas XI yaitu 17 tahun. Sebagian besar contoh mempunyai tujuan hidup dan cita-cita meneruskan ke perguruan tinggi, bekerja keras dan belajar tekun, berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah. Rata-rata uang saku per bulan yang diterima contoh Kelas XI lebih tinggi (Rp 460 945.95) dibandingkan Kelas X (Rp 441 527.78). Sebagian besar umur orangtua contoh berada pada kelompok umur produktif yaitu pada rentang umur 36-55 tahun. pendidikan ayah contoh pada Kelas XI lebih tinggi (S2) dibandingkan Kelas X (S1), sedangkan persentase terbesar pendidikan tertinggi ibu contoh yaitu S1. Proporsi terbesar ayah contoh bekerja sebagai PNS sedangkan proporsi terbesar ibu contoh sebagai ibu rumah tangga. Persentase terbesar pendapatan keluarga pada kisaran Rp >6 000 000. Proporsi terbesar contoh berasal dari keluarga kecil (<4 orang). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik contoh, dan karakteristik keluarga pada kedua kelas.

Lebih dari separuh contoh memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya. Hubungan yang banyak dilakukan antara contoh dan ayahnya yaitu dalam hal saling membantu apabila memerlukan sesuatu (dimensi kehangatan), dan mengkritik perbuatan yang dilakukan keduanya. Perlakuan ayah kepada contoh baik dalam hal dimensi kehangatan maupun kekasaran memiliki total skor yang lebih tinggi daripada perlakuan contoh kepada ayahnya. Ibu memiliki skor tertinggi dalam mempedulikan masalah yang sedang dihadapi contoh dibandingkan ayah. Selain itu, perlakuan ibu kepada contoh juga memiliki total skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ayah kepada contoh baik

Page 5: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

25

dalam dimensi kehangatan maupun kekasaran. Skor tertinggi dari variabel hubungan yang terjadi antara ayah dan ibu yaitu dalam hal saling mempedulikan masalah yang sedang dihadapi (dimensi kehangatan), dan mengkritik perbuatan (dimensi kekasaran).

Kualitas hubungan antara contoh dan ibu adalah lebih besar dobandingkan antara contoh dan ayah. Lebih dari separuh contoh memiliki kualitas hubungan yang tergolong puas/bahagia dengan orangtuanya dan rata-rata skor Kelas X sedikit lebih besar (20.1) dibandingkan Kelas XI (19.9). Sebagian besar contoh memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, dengan rata-rata skor kecerdasan emosional tertinggi yaitu kemampuan empati dan terrendah dalam hal memotivasi diri. Rata-rata skor kecerdasan emosi onal contoh Kelas X lebih tinggi (102.0) dibandingkan Kelas XI (98.6). Namun hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua Kelas.

Hasil uji Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara: (1) tujuan hidup dan cita-cita dengan interaksi antara ibu dan contoh; (2) Interaksi antara ayah dan contoh, ibu dan contoh, ayah dan ibu, dan kualitas hubungan dengan interaksi keluarga; (3) Interaksi antara ayah dan contoh, ibu dan contoh, dan kualitas hubungan dengan sedangkan kecerdasan emosional.

Tujuan hidup dan cita-cita mempunyai hubungan yang erat dengan interaksi yang terjadi antara ibu dan contoh, dan kecerdasan emosional. Bagi lingkungan keluarga dan sekolah diharapkan menciptakan interaksi yang baik, sehingga anak merasa berharga terutama dalam pencapaian tujuan hidup dan cita-cita. Akhirnya akan meningkatkan kecerdasan emosional. Bagi siswa agar lebih memotivasi dirinya dengan lebih baik terutama dalam hal membuat jadwal agenda harian yang dilakukan setiap harinya. Sebaiknya dalam mata pelajaran tertentu seperti agama juga perlu dimasukkan muatan kecerdasan emosional.

Page 6: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Suparman dan

Sri Hartati. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 sampai tahun 1997 di SDN

Kampung Utan 2 Ciputat. Tahun 1997 penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 2

Ciputat sampai tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah

di SMUN 2 Ciputat dan memperoleh kelulusan pada tahun 2003.

Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur

USMI di Program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas

Pertanian. Selama menyelesaikan studinya di IPB, penulis cukup aktif dalam

mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah

menjabat sebagai staf biro pers dan media forum keluarga rohis Fakultas (2003-

2004), staf biro PSDM forum keluarga musholla GMSK (2003-2004), staf biro

seni budaya departemen minat dan bakat BEM Faperta IPB (2004-2005), kepala

biro Pengembangan Organisasi BEM Faperta IPB (2005-2006), dan Wakil ketua

departemen PSDM Bina Desa IPB (2005-2006). Penulis juga pernah menjadi

finalis tingkat Nasional dalam LKTM Seni (2006), finalis lomba cerpen dalam

writing competition tingkat IPB (2006), Juara tiga penulisan artikel untuk media

massa tingkat Fakultas (2006), dan juara umum dalam penulisan essay

peringatan hari ibu tingkat IPB (2006). Selain itu, penulis juga pernah menjadi

asisten pada mata kuliah Metode Penulisan dan Penyajian Ilmiah (2007), serta

mata kuliah Gender dan Keluarga (2007).

Page 7: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

27

PRAKATA

Syukur alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Tak lupa penulis haturkan salam serta shalawat kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua (Suparman dan Sri Hartati) yang telah memberikan kasih

sayang, semangat, perhatian, dan doa yang tulus.

2. Dr.Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc dan Dr.Ir. Diah K Pranadji, MS yang

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal pembuatan

proposal hingga terselesaikannya skripsi ini, serta atas dukungannya baik

moril maupun spiritual yang telah diberikan.

3. Tien Herawati, SP, MS, yang telah banyak membantu dan memberikan

dukungan pada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ir Melly Latifah, MSi selaku dosen pemandu dan penguji yang telah bersedia

memandu dan menguji, serta memberikan saran-saran.

5. Adik-adik (Setiya, de’Ika dan kaka Ipat), serta Tyan yang telah memberikan

kasih sayang, dukungan, keceriaan, do’a, dan waktunya untuk penulis.

6. Seluruh warga SMA Negeri 1 Bogor atas dukungan, kerjasama, dan

semangatnya untuk penulis

7. Keluarga Sekolah Tanah Tingal (Bu Enni dan keluarga, Pa Inong, Pa Ikin, Bu

Ati, Bu Eka, Mba Novi, Mba Ina, Mas Rifa, Mas Agus, Indra, Taufik, dan

Didin) atas do’a dan dukungannya.

8. Teman-teman satu penelitian (Ita Agustriyani dan Juliani), dan sahabat

terbaik (Indy Fitria Adicita) terima kasih atas cinta, kasih sayang, dukungan,

kerja sama, semangat, dan waktunya dalam suka maupun duka.

9. Para pembahas (Dina, Ita, dan Pritha) yang telah memberikan masukan

saran, dan dukungan untuk penulis.

10. Saudara-saudariku tersayang di GMSK 40, Ira, Eva, Novera, Inna, Widi, Vivi,

Dewi, Mutia, Jowie, Wirna, Ursula, Sanya, Sendi, Yudith, Kuswan, Tirta,

Anna, dan Tintin terimakasih atas perhatian dan doanya.

11. Teman-teman GMSK 40-41, GM42, IKK42 dan para staf GMSK, atas

dorongan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.

Page 8: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

28

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan

dapat dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para

pembaca umumnya.

Bogor, Januari 2008

Penulis

Page 9: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

29

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP......................................................................................

PRAKATA..................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

DAFTAR TABEL.........................................................................................

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang....................................................................................... Perumusan Masalah............................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Kegunaan penelitian............................................................................... TINJAUAN PUSTAKA

Kecerdasan Emosional.......................................................................... Kecerdasan Emosional dan Proses Belajar........................................... Interaksi Anak dalam Keluarga..............................................................

Pendekatan Teori................................................................................... Masa Remaja......................................................................................... Karakteristik keluarga............................................................................. KERANGKA PEMIKIRAN..........................................................................

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu.................................................................... Penarikan Contoh................................................................................... Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................ Pengolahan dan Analisis Data............................................................... Definisi Operasional.............................................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ Karakteristik Individu ............................................................................. Karakteristik Keluarga............................................................................ Interaksi dalam Keluarga........................................................................ Hubungan Contoh dengan Ayahnya................................................. Hubungan Contoh dengan Ibunya.................................................... Hubungan Ayah dan Ibu................................................................... Kualitas Hubungan ........................................................................... Kecerdasan Emosional........................................................................... Hubungan Antar Variabel.......................................................................

Hubungan Karakteristik Individu dengan Interaksi Anak dalam Keluarga........................................................................................... Hubungan Karaktersitik Keluarga dengan Interaksi Anak dalam Keluarga...........................................................................................

i

ii

iv

vi

viii

ix

1355

69

10151719

21

2424252627

28

28303236363941434649

4950

Page 10: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

30

Hubungan Antara Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Kecerdasan Emosional.....................................................................

Pembahasan Umum..............................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................ Saran ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

LAMPIRAN…..……………………………………………………...…..………

50

51

5455

57

60

Page 11: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

31

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Peubah, skala, jenis data, item pertanyaan, dan α Cronbach……….....

2. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ..........................................

3. Sebaran contoh berdasarkan umur .......................................................

4. Sebaran contoh berdasarkan tujuan/cita-cita.........................................

5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat tujuan/cita-cita.............................

6. Sebaran contoh berdasarkan besarnya uang saku per bulan..............

7. Sebaran contoh berdasarkan umur orangtua .......................................

8. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua...............................

9. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua ...............................

10. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per bulan ............................

11. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .......................................

12. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ayah dan contoh......................

13. Sebaran contoh berdasarkan tingkat interaksi ayah dan contoh...........

14. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu dan contoh.......................

15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat interaksi ibu dan contoh..............

16. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ayah dan ibu............................

17. Sebaran contoh berdasarkan tingkat interaksi ayah dan ibu.................

18. Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan..................................

19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kualitas hubungan.......................

20. Sebaran contoh rata-rata skor ayah dan ibu dalam berinteraksi dengan keluarga.....................................................................................

21. Sebaran contoh berdasarkan berdasarkan kecerdasan emosional......

22. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecerdasan emosional................

23. Hasil uji korelasi Spearman karakteristik keluarga dengan interaksi anak dalam keluarga..............................................................................

25

31

31

32

32

33

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

44

45 4849

50

Page 12: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

32

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf internasional...........

23

Page 13: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

33

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Cara pengukuran variabel................................................................... 2. Rata-rata skor interaksi dalam keluarga dan kecerdasan emosional.. 3. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecerdasan emosional ............. 4. Tabulasi silang antar variabel.............................................................. 5. Matriks korelasi hubungan antar variabel penelitian...........................

60 62 67 68 69

Page 14: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

34

PENDAHULUAN

Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu

modal yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Suatu bangsa akan

lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia apabila

memiliki SDM yang bermutu tinggi.

Kualitas SDM suatu bangsa dapat diukur melalui Human Development

Index (HDI). Semakin tinggi HDI suatu bangsa maka semakin tinggi kualitas.

Angka HDI diolah berdasarkan tiga dimensi yaitu kesehatan, ekonomi, dan

pendidikan. Indikator pendidikan diantaranya menyangkut angka melek huruf

(literacy rate) dan angka partisipasi pendidikan. Kualitas SDM Indonesia menurut

HDI mengalami sedikit peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 1999 angka HDI

Indonesia sebesar 64.3, sedangkan pada tahun 2002 menjadi 65.8. Data terakhir

pada tahun 2005 HDI Indonesia telah mencapai 69.6.

Pemerintah bertanggung jawab terhadap pencapaian indikator pendidikan

melalui sekolah formal. Sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional dalam

mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan

berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya tahan

terhadap pengaruh globalisasi maka diperlukan upaya untuk memaksimalkan

kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional terutama pada remaja.

Kelompok remaja yang berjumlah sekitar 22.5 persen dari jumlah

penduduk Indonesia memiliki tanggung jawab sebagai penerus pembangunan di

masa yang akan datang. Studi-studi komparatif Internasional seperti Program of

Internasional Student Assesment (PISA) pada tahun 2000 menempatkan prestasi

belajar siswa Indonesia pada peringkat yang amat rendah. Hal itu juga tercermin

dari nilai Ebtanas SMA empat tahun terakhir yang memiliki rata-rata nasional

5.46 dalam standar 0-10. Hal ini menunjukkan keprihatinan karena dapat

dikategorikan sebagai nilai kurang. Namun, di satu sisi remaja Indonesia

berprestasi dalam olimpiade fisika pada tingkat Asia dan Internasional dengan

meraih dua medali emas, satu perak, dan tiga perunggu dalam olimpiade Fisika

Asia di Almaty, Kazakhstan. Terdapat sekitar 150 pelajar dari 18 negara yang

mengikuti olimpiade fisika. Hal ini menunjukkan remaja Indonesia dapat bersaing

secara global (Kompas 2006).

Keberhasilan para remaja dalam memperoleh prestasi tidak terlepas dari

dukungan keluarga dan lingkungan sekolah dalam bentuk interaksi. Interaksi

Page 15: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

35

sosial yang pertama kali dialami oleh anak adalah hubungan anak dengan

ibunya, kemudian meluas dengan ayah dan anggota keluarga yang lain.

Hubungan yang baik dalam keluarga antara ayah, ibu, dan anak-anak disamping

anggota keluarga akan dapat terjalin dengan baik apabila komunikasi berjalan

dengan baik. Selain komunikasi, kualitas dan keeratan hubungan yang baik juga

dapat menentukan keberhasilan dan kesuksesan anak di sekolah (Freeman &

Munandar 2000).

Perkembangan intelektual anak sangat terkait erat dengan keadaan

emosionalnya. Perasaan anak terhadap diri dan kemampuan dapat berpengaruh

besar terhadap keberhasilan di sekolah. Anak yang mengalami gangguan emosi

dan sosial dapat mempengaruhi prestasi belajar dan anak membutuhkan waktu

untuk mengejar ketertinggalannya. Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan

yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan kemampuan kognitifnya,

sedangkan kecerdasan emosional adalah kecerdasan seseorang yang

berhubungan dengan kemampuan untuk mengenali, mengendalikan emosi serta

kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain sehingga akan

memberikan dampak positif bagi diri sendiri maupun orang lain.

Selama ini ada anggapan bahwa kecerdasan intelektual merupakan

faktor utama yang menentukan masa depan. Anak yang memiliki skor intelegensi

(IQ) tinggi kemungkinan besar akan diterima di sekolah yang terbaik dan kelak

akan mendapatkan pekerjaan yang baik pula di masa dewasa. Tetapi, pada

kenyataannya, pendapat ini tidak selalu berlaku demikian (Goleman 1995). Hasil

penelitian beberapa ahli yang bergerak di bidang tes kecerdasan menemukan

ada anak yang cerdas, tetapi mengalami kegagalan dibidang akademis, dalam

karir, dan juga dalam kehidupan sosialnya. Sebaliknya, anak yang memiliki taraf

kecerdasan rata-rata mencapai kesuksesan di kemudian hari. Penjelasan dari

fenomena tersebut adalah tes intelegensi hanya mengukur sebagian kecil

kemampuan manusia saja, dan belum melihat keterampilan menghadapi aneka

tantangan hidup. Faktor IQ dianggap hanya menyumbang 20 persen terhadap

keberhasilan seseorang. Sementara sisanya ditentukan oleh kemampuan

seseorang dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan yang tidak berkaitan

dengan kecerdasan intelektual, melainkan dengan tingkat kecerdasan emosinya

(Goleman 1995).

Goleman (1995) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosi saling berhubungan, dan tidak dapat dipisahkan. Sebagai

Page 16: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

36

contoh, hasil tes IQ juga ditentukan oleh kecerdasan emosi, seperti ketekunan,

dan motivasi. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi merupakan bagian

yang integratif dalam jiwa raga. Kecerdasan emosi merupakan faktor penentu

keberhasilan masa depan anak (Goleman 1999).

Hasil penelitian di bidang psikologi anak telah membuktikan bahwa anak-

anak yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah anak-anak yang

bahagia, percaya diri, popular, dan lebih sukses di sekolah. Anak-anak tersebut

lebih mampu menguasai gejolak emosi, menjalin hubungan yang manis dengan

orang lain, bisa mengelola emosi, dan memiliki kesehatan mental yang baik

(Shapiro 1999). Selain itu, anak yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi,

oleh gurunya dipandang sebagai murid yang tekun, dan disukai oleh teman-

temannya sehingga mempengaruhi prestasi belajar.

Prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh faktor kecerdasan emosi

melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti motivasi,

konsentrasi, kesehatan jasmaniah, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar,

perlengkapan dan sikap di sekolah (Thabrany & Hasbullah 1997, diacu dalam

Hulu 2004). Oleh karena itu, sekolah ikut berperan penting dalam mewujudkan

prestasi belajar anak. Dalam upaya meningkatkan pendidikan dan sesuai dengan

amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pemerintah menggulirkan program pengembangan Sekolah Nasional

Bertaraf Internasional (SNBI) di seluruh wilayah Indonesia. Sekolah bertaraf

Internasional adalah salah satu sekolah yang didirikan oleh pemerintah dengan

tujuan meningkatkan kualitas SDM. Bahasa Inggris dijadikan bahasa pengantar

dan di dukung dengan fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah

pada umumnya.

Perumusan Masalah Tuntutan globalisasi semakin mendesak Bangsa Indonesia untuk

meningkatkan SDM terutama di bidang pendidikan baik laki-laki maupun

perempuan. Human Development Index (HDI) merupakan angka untuk

mengukur kualitas SDM. HDI Indonesia pada tahun 2005 sebesar 69.6,

sedangkan di Jawa Barat 69.9. Kota Bogor sebagai salah satu wilayah di Jawa

Barat menduduki peringkat tiga tertinggi di Jawa Barat (74.3) setelah Kota Depok

(77.1), Kota Bekasi (74.6), dan Kota Bandung (74.3). HDI Kota Bogor memiliki

Page 17: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

37

nilai yang tinggi dari tahun ke tahun, pada tahun 1999 sebesar 69.7, tahun 2002

sebesar 71.9 dan tahun 2005 sebesar 74.3 (BPS 2004).

Tahun 2004/2005 jumlah siswa SMA negeri dan swasta di Jawa Barat

sebesar 13.5 persen (459 368) dari total 33 provinsi (3 402 615). Jumlah ini

adalah jumlah terbesar dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. Jumlah siswa

yang memasuki sekolah negeri lebih besar (249 810) dibandingkan yang

memasuki sekolah swasta (209 558) (BPS 2005).

Meningkatnya jumlah siswa menandakan semakin baiknya angka

partisipasi pendidikan guna mencapai keberhasilan belajar. Selama ini orang

beranggapan bahwa IQ merupakan satu-satunya faktor yang menentukan

keberhasilan seseorang. Namun, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

kecerdasan emosi sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual dalam

menentukan keberhasilan studi anak (Shapiro 1999).

Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di Jawa Barat sebanyak

12 dari 100 sekolah baik negeri maupun swasta yang terdaftar di seluruh

Indonesia (8.33%). Sekolah yang terdaftar sebagai SNBI di Jawa Barat meliputi

SMAS Krida Nusantara, SMAN 3 Bandung, SMAN 1 Subang, SMAN 2 Depok,

SMAS Cakrabuana, SMAS Lazuardi, SMAN 1 Tambun, Islamic Boarding School,

SMAN 5 Bekasi, SMAN 1 Bogor, SMAN 2 Cirebon, dan SMAN 2 Tasikmalaya

(Anonim 2006).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosi

siswa kelas bertaraf internasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab

pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana interaksi antara anak

dalam keluarga; (2) Bagaimana kecerdasan emosional, serta; (3) Bagaimana

hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional

siswa kelas bertaraf internasional.

Page 18: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

38

Tujuan Penelitian

Tujuan umum Mengetahui hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan

emosional siswa kelas bertaraf Internasional

Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik individu, dan keluarga

2. Mengidentifikasi interaksi anak dalam keluarga

3. Mengidentifikasi kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf internasional

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, dan keluarga

dengan interaksi anak dalam keluarga 5. Menganalisis hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan

kecerdasan emosional

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

orangtua dan pihak sekolah tentang hubungan interaksi anak dalam keluarga

dengan kecerdasan emosional siswa. Selain itu, orangtua juga dapat mengetahui

interaksi yang efektif untuk diterapkan pada remaja sehingga dapat tercipta

remaja yang memiliki perkembangan kecerdasan emosional yang baik.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah bahan pertimbangan organisasi

yang berhubungan dengan pendidikan untuk mengembangkan usaha-usaha

yang membantu perkembangan emosional anak.

Page 19: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

39

TINJAUAN PUSTAKA

Kecerdasan Emosional Definisi Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosi diciptakan oleh Peter Salovey dan John Mayer

1990. Kecerdasan emosional amat penting peranannya bagi seseorang karena

manusia merupakan makhluk emosi. Sering kali seseorang membuat keputusan

seharian dengan tidak berlandaskan logika tetapi karena terbawa oleh perasaan

atau emosi diri. Orang yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan

terombang-ambing dengan perasaan yang tidak menentu, sehingga sukar dalam

membuat keputusan yang cepat (Segal 2000, diacu dalam Tanmella 2002).

Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan emosi dan keterampilan-

keterampilan dalam mengatur emosi yang menyediakan kemampuan untuk

menyeimbangkan emosi sehingga dapat memaksimalkan kebahagiaan hidup

jangka panjang. Kehidupan emosi memang merupakan wilayah yang dapat

ditangani dengan keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi atau lebih rendah,

dan membutuhkan keahlian tersendiri (Goleman 1999).

Emosi atau perasaan merupakan suasana psikis atau suasana batin yang

dihayati seseorang pada suatu saat. Dalam kehidupan sehari-hari keduanya

sering diartikan sama. Namun, sesungguhnya perasaan menunjukkan suasana

batin yang lebih tenang, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang

lebih dinamis, bergejolak, terbuka, dan menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah.

Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari

emosi positif sampai yang bersifat negatif (Sukmadinata 2003).

Minimal ada empat ciri emosi, yaitu adanya pengalaman emosional

bersifat subjektif/pribadi, adanya perubahan aspek jasmaniah, adanya ekspresi

dari emosi dalam bentuk perilaku, dan emosi sebagai motif yang mendorong

seseorang untuk melakukan kegiatan (Sukmadinata 2003).

Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia karena

merupakan aspek dari kemampuan pengembangan pola tingkah laku seseorang.

Emosi dikatakan penting karena orang yang matang adalah orang yang telah

memiliki pengendalian dan kemandirian dalam tingkah lakunya, karena sangat

penting bagi cara pengambilan keputusan yang rasionalitas (Goleman 1999).

Goleman (1995) menyatakan bahwa kecerdasan emosional memegang

peranan dalam keberhasilan seseorang dibandingkan dengan IQ, yang sudah

Page 20: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

40

lama dipercaya orang dapat meramalkan keberhasilan. IQ tidak dapat bekerja

dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. IQ tidak menawarkan

persiapan menghadapi gejolak dan kesempatan-kesempatan atau kesulitan-

kesulitan yang ada dalam kehidupan, sedangkan orang yang secara emosional

terampil memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan.

Dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, individu dapat

menghadapi berbagai macam kejadian yang tidak terduga dalam kehidupannya.

Hal ini sangat menolong dalam melakukan penyelesaian dengan lingkungan dan

orang lain (Goleman 1995).

Goleman (1995) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan-kemampuan seperti mampu untuk memotivasi diri sendiri dan

bertindak gigih/bertahan menghadapi keadaan-keadaan yang frustasi;

mengendalikan dorongan hati/rangsangan dan tidak melebih-lebihkan

kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak

melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Layaknya kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional anak-anak

ditentukan oleh kepribadian yang dibawa sewaktu anak lahir (genetik) dan

dibentuk juga oleh interaksi-interaksi dengan orangtua dan lingkungannya

(Gottman & DeClaire 1998). Oleh karena itu, orangtua dan lingkungan sekolah

sebenarnya memiliki peluang besar untuk mempengaruhi kecerdasan emosional

anak-anak dengan menolong anak mempelajari suatu emosi yang cerdas.

Menurut Sarwono (1976) pertumbuhan dan perkembangan emosi

ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Kecerdasan emosi

menurut Goleman (1995) meliputi mengenali emosi, mengelola emosi,

memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan seni membina hubungan.

Mengenali emosi diri. Adanya kesadaran akan perasaan diri sendiri

sewaktu perasaan itu terjadi dibutuhkan dalam mengenali emosi diri. Kesadaran

diri (self awarness) menurut Goleman (1995) berarti waspada baik terhadap

suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati. Penggolongan emosi

menurut Goleman (1997) yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan

(bahagia), cinta, terkejut, jengkel, dan malu.

Mengelola emosi. Pengendalian emosi dilakukan bukan dengan

menekan emosi melainkan mampu menyalurkan emosi dan mengalihkan

suasana hati melalui kegiatan positif seperti nonton, membaca buku, aerobik,

Page 21: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

41

mandi air panas, makan makanan kegemaran, pergi berbelanja, mencoba untuk

melihat permasalahan dari sudut pandang baru, dan menolong orang lain

(Goleman 1999). Emosi yang terlalu ditekan akan tercipta kebosanan dan

kesenjangan. Emosi yang tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan

gangguan emosi. Bila emosi berlangsung dengan intensitas tinggi dan

melampaui titik wajar, emosi akan beralih menjadi hal-hal ekstrim yang menekan

seperti kecemasan kronis, amarah yang tidak terkendali, bahkan depresi. Tujuan

pengelolaan emosi adalah tercapainya emosi yang wajar, yang merupakan

keselarasan antara perasaan dan lingkungan. Menjaga agar emosi yang

merisaukan tetap terkendali merupakan kunci kesejahteraan emosi (Goleman

1995). Bila emosi mengalahkan konsentrasi, yang dilumpuhkan adalah

kemampuan mental yang sering disebut dengan ingatan kerja, yakni kemampuan

untuk menyimpan dalam benak semua informasi yang berkaitan dengan tugas

yang sedang dihadapi (Goleman 1995). Memotivasi diri. Memotivasi merupakan salah satu dasar kecerdasan

emosional yang akan meningkatkan keberhasilan dalam segala bidang suatu

kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri dalam mencapai

prestasi. Banyak orang mencapai prestasi tinggi karena mempunyai tingkat

ketahanan dan ketekunan yang bergantung pada sifat emosional antusiasme

serta kegigihan menghadapi tantangan (Goleman 1995). Orang dapat menjadi

tahan dan tekun dalam mengerjakan sesuatu jika menunda kepuasan

sementara. Emosi-emosi seperti kepuasan pada hasil kerja dapat mendorong

untuk berprestasi. Kecerdasan emosional mempunyai kemampuan yang

mendalam untuk mempengaruhi semua kemampuan lain, baik memperlancar

maupun menghambat kemampuan-kemampuan lain (Goleman 1995).

Mengenali emosi orang lain. Empati adalah kemampuan untuk

mengetahui perasaan orang lain. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri.

Semakin terbuka seseorang terhadap emosinya sendiri, semakin terampil

membaca perasaan. Kegagalan untuk mengetahui perasaan orang lain

merupakan kekurangan utama dalam kecerdasan emosional. Cara untuk

menunjukan empati adalah mengidentifikasikan perasaan orang lain, yaitu

dengan menempatkan diri secara emosional pada posisi orang lain (Goleman

1995). Seni membina hubungan. Mampu memahami emosi orang lain

merupakan inti membina hubungan yang merupakan salah satu aspek dari

Page 22: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

42

kecerdasan emosi. Untuk dapat menangani emosi orang lain dibutuhkan

keterampilan emosional yang lain yaitu manajemen diri dan empati. Dengan

landasan itu, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan menjadi

matang. Kemampuan sosial seperti ini memungkinkan seseorang membentuk

hubungan, untuk menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan

hubungan, meyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa

nyaman (Goleman 1995).

Berangkat dari dua keterampilan emosi dasar dalam menangani emosi

orang lain, maka kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau buruk

seseorang mengungkapkan perasaan diri sendiri. Semakin terampil seseorang

secara sosial, semakin baik mengendalikan emosi (Goleman 1995).

Kecerdasan Emosional dan Proses Belajar

Perkembangan intelektual anak sangat terkait erat dengan keadaan

emosionalnya. Perasaan anak terhadap diri dan kemampuan dapat berpengaruh

besar terhadap keberhasilan di sekolah. Anak yang mengalami gangguan emosi

dan sosial dapat mempengaruhi prestasi belajar dan anak butuh waktu untuk

mengejar ketertinggalan. Pendapat ini diperkuat oleh Freeman dan Munandar

(2002) bahwa masalah emosional bisa mengganggu kegiatan belajar. Menurut

Schaefer dan DiGeronimo ada anak-anak yang tidak cukup dewasa dalam

perkembangannya untuk bisa mengikuti pelajaran dengan baik, mungkin anak

sebenarnya cukup pintar, hanya karena ketertinggalan perkembangan emosional

dan sosial membuat anak bisa tinggal kelas (Nakita 2001).

Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak cerdas bisa menyesuaikan diri

secara emosional, lebih baik daripada anak-anak biasa. Anak lebih sedikit

mempunyai masalah-masalah emosional dan lebih mampu mengatasi masalah

yang dihadapinya. Secara emosional anak yang cerdas lebih stabil dan lebih

matang dibanding teman-teman seusianya, anak cerdas lebih bergembira,dan

lebih antusias terhadap hidup (Beck 1998).

Goleman (1995) menjelaskan bahwa EQ lebih utama daripada

kemampuan kognitif. Ketika seseorang terganggu emosi sulit baginya untuk

berpikir jernih, mengingat, konsentrasi belajar dan kapasitas intelektualnya

terganggu. Hasil penelitian Terman, anak yang EQ nya tinggi punya prestasi

yang baik, yaitu lebih original, lebih ulet, lebih bermotivasi untuk dapat

berprestasi yang paling baik. Selain itu juga lebih baik dalam penyesuaian sosial,

Page 23: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

43

sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik (Monk, Knoers,

Haditono 1987)

Sukiat (1986) menyatakan bahwa anak-anak yang berhasil dan dapat

berprestasi secara optimal, memiliki ciri–ciri antara lain punya tanggung jawab

pribadi yang lebih besar dan bersikap positif dalam hubungan dengan orang lain,

kurang punya hambatan emosional, serta mampu mengatasi hambatan-

hambatan yang berhubungan dengan taraf perkembangan fisik.

Anak-anak cerdas ada yang memiliki sifat lincah, bisa bergaul dengan

siapapun, sangat bersahabat, tetapi ada juga yang pemalu dan suka menyendiri

(Freeman & Munandar 2000). Hari pertama anak masuk sekolah, anak-anak

cerdas lebih mandiri dan cukup dalam pelajaran-pelajaran. Umumnya sangat

peka terhadap orang lain, terlebih pada kedua orang tua.

Pengaruh teman sangat penting bagi perkembangan emosi dan

intelektual anak (Freeman & Munandar 2000). Anak-anak yang tidak memiliki

teman lebih suka tumbuh menjadi orang dewasa yang stabil dan seimbang.

Selain itu, anak-anak yang cerdas menerima banyak simpati dan kasih sayang

serta memiliki kemampuan beradaptasi, dan suka berteman. Anak-anak yang

memiliki bakat untuk bergaul memiliki banyak teman dan mudah mengerti

perasaan anak-anak lain, meskipun tidak berarti lebih cerdas daripada teman-

teman yang lain.

Puspitawati (2006) menyatakan bahwa faktor pendukung yang

berkontribusi signifikan secara langsung dalam mempengaruhi kenakalan pelajar

adalah tingkat hubungan dengan teman-temannya. Pelajar bersama-sama

dengan teman seusianya merasa memiliki keterkaitan dan hubungan atau

emotional bonding dengan peer grupnya, sehingga tercipta suatu perasaan

ikatan kesamaan baik tujuan, nasib, pengalaman, maupun motivasi hidup. Ikatan

perasaan inilah kemudian melahirkan adanya komitmen bersama dalam

melakukan tindakan.

Interaksi Anak Dalam Keluarga Orangtua berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak.

Orangtua menjadi faktor dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut

menentukan corak dan gambaran seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran

kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja banyak ditentukan

oleh keadaan dan proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya (Gunarsa &

Gunarsa 1990).

Page 24: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

44

Sikap orangtua mempengaruhi cara orangtua memperlakukan anak dan

perlakuan orangtua terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap dan perilaku

anak terhadap orangtua. Pada dasarnya hubungan orangtua-anak tergantung

pada sikap orangtua. Sikap orangtua sangat menentukan hubungan keluarga.

Sekali hubungan terbentuk, maka cenderung bertahan. Orangtua yang

mempunyai kemampuan yang baik tentu akan mempunyai cara, sikap, dan

waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Tingkah laku orangtua

dapat mempengaruhi dalam pembinaan anak-anak. Hubungan yang baik dalam

keluarga antara ayah, ibu, dan anak-anak disamping anggota keluarga akan

dapat terjalin dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan baik dalam

lingkungan keluarga (Effendi et al 1995, diacu dalam Kunarti 2004).

Interaksi sosial yang pertama kali dialami oleh anak adalah hubungan

anak dengan ibunya, kemudian meluas dengan ayah dan anggota keluarga yang

lain. Dalam pemberian stimulasi mental pada anak maka peran seorang ibu

untuk pengasuhan anak sangat besar. Interaksi ibu-anak sebagai suatu pola

perilaku yang mengikat ibu dan anak secara timbal balik yang mencakup

berbagai upaya keluarga secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Puspitawati (2006) dalam penelitiannya mengindikasikan orangtua yang

berkompeten adalah yang melakukan pengasuhan dengan hangat dan

mendukung, menghargai anaknya, mencintai anaknya, melakukan kegiatan

bersama, menanyakan pendapat, dan membantu memecahkan masalah

bersama. Gaya pengasuhan yang dilakukan baik oleh ibu maupun ayah

merupakan variabel mediator antara keadaan sosial-ekonomi keluarga dan

outcome pelajar di SMK TI dan SMU (tingkat penghargaan diri, tingkat

kecerdasan emosional, dan perilaku kenakalan pelajar).

Ilmu sosiologi menggunakan pendekatan bahwa hubungan antar manusia

harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Hubungan antar manusia saling

mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang

diungkapkan, informasi yang dibagi, dan semangat yang disumbangkan. Model

interaksi dari proses komunikasi juga menunjukkan perkembangan peran (role

development), pengambilan peran (role-taking) dan pengembangan diri sendiri

(development of self) karena manusia berkembang melalui interaksi sosialnya.

Komunikasi manusia juga terjadi dalam konteks budaya tertentu, mempunyai

batas-batas tertentu. Keluarga mempunyai interaksi yang memberikan ikatan

Page 25: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

45

bonding (hubungan biologis dan hubungan intergenerasi serta ikatan

kekerabatan) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan kelompok sosial

lainnya. Interaksi dalam keluarga ini lebih dipandang sebagai suatu interaksi

umum antar anggota keluarga, suatu seri interaksi yang dilakukan oleh kedua

belah pihak (dyadic), sejumlah interaksi antara sub-kelompok keluarga: dyadic,

triadic, tetradic, dan sistem hubungan internal keluarga sebagai reaksi terhadap

sistem sosial yang lebih luas ( Klein dan White 1996, diacu dalam Puspitawati

2006).

Hubungan diadik antara orangtua dan anak dibagi menjadi dimensi

kehangatan dan kekasaran. Hubungan diadik adalah hubungan dua arah antara

dua individu yang mengindikasikan aspek pengaruh individu yang diakibatkan

karena kontak hubungan. Penelitian Puspitawati (2006) menunjukkan bahwa

lebih dari tiga perempat jumlah contoh dari sekolah negeri maupun sekolah

swasta melaporkan adanya hubungan yang hangat dan mendukung dari pihak

ayah maupun ibu terhadap anaknya. Sikap tersebut tercermin dari perilaku ayah

dan ibu dalam hal menanyakan pendapat, mendengarkan pendapat, menghargai

pendapat, memberikan kepedulian, mencintai dengan hangat, membantu

pekerjaan, tertawa bersama, bertindak sportif dan pengertian, dan menyatakan

cinta kepada anaknya. Hubungan diadik antara orangtua dan anak adalah

hubungan timbal balik dua arah yang didasari oleh perasaan dan perilaku saling

menyayangi, menolong atau membenci antara satu dengan yang lainnya.

Merujuk pada Rohner (1986) bahwa perilaku kekasaran orangtua

mengarah pada tindakan penolakan, kasar, dan keras dari orangtua terhadap

anaknya. Pada penelitian Puspitawati (2006) ditemukan bahwa kurang dari

setengah jumlah contoh dari sekolah negeri maupun swasta mendapatkan

perlakuan dan hubungan yang keras dan kasar dari orangtuanya. Hal tersebut

tercermin dari perlaku orangtua yang mengancam, membuat perasaan bersalah,

memukul, menarik rambut, bertengkar, menangis, tersedu-sedu apabila tidak

puas dengan perbuatan anaknya, menyindir atau sumpah serapah, berbicara

dengan kasar, dan memanggil dengan panggilan yang jelek terhadap anaknya.

Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini dikarenakan

semakin melemahnya kualitas komunikasi antara anggota keluarga sehingga

memudarnya fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak

luar. Pengaruh luar terhadap pribadi keluarga semakin kuat akibat peningkatan

Page 26: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

46

teknologi komunikasi di era informasi globalisasi (Susanto-Sunario 1995, diacu

dalam Puspitawati 2006).

Komunikasi dan interaksi dalam keluarga adalah bagian dari proses

sosialisasi anak yang dilakukan oleh orangtua. Ada tiga hal yang harus

diperhatikan dalam proses sosialisasi, yaitu: pola perilaku yang disosialisasikan,

agen yang berpartisipasi dalam proses sosialisasi (termasuk orangtua, anak,

teman, guru), dan teknik pelaksananan dari proses sosialisasi (Kalish dan Collier

1981, diacu dalam Puspitawati 2006). Kreppner dan Lerner (Zeitlin 1995)

mengemukakan pendapat bahwa keluarga merupakan suatu sistem yang

menekankan pada dimensi interaksi keluarga, suatu seri dari interaksi timbal

balik dua arah, dan gabungan dari interaksi dari semua sub kelompok keluarga,

dan suatu sistem hubungan internal yang menyangkut dukungan sosial, dan

hubungan intergenerasi.

Suatu sikap yang sering terlihat pada orangtua yang lupa bahwa anaknya

yang mulai menginjak remaja, justru membutuhkan lebih banyak waktu dan

perhatian untuk menciptakan hubungan timbal balik, hubungan komunikatif dan

dialogis, agar permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja

memperoleh bantuan, dorongan, dan dukungan dari orangtua untuk

mengatasinya (Gunarsa & Gunarsa 2004).

Orangtua diharapkan memiliki kesadaran penuh dalam membimbing

remaja dalam memperoleh nilai-nilai sebagai pegangan hidup. Hal ini bisa

dicapai dengan pemeliharaan hubungan baik antara orangtua dan remaja, dan

kesempatan yang cukup banyak untuk berbicara antara orangtua dan remaja.

Anak yang menghadapi masalah, baik kecil maupun besar mengidamkan

orangtua sebagai tempat bernaung yang dapat diperoleh melalui komunikasi.

Komunikasi akan terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah,

ibu, dan remaja. Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk

menciptakan komunikasi antara orangtua dan anak, sebab dengan adanya waktu

bersama, barulah keintiman dan keakraban dapat diciptakan diantara anggota

keluarga(Gunarsa & Gunarsa 2004).

Kualitas Hubungan Antar Anggota Keluarga Hubungan antar pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antara

anak dengan tokoh yang dekat dalam kehidupannya berpengaruh besar

terhadap perkembangan kepribadian anak yang dalam hal-hal tertentu bisa

menjadi sumber permasalahan perilaku anak. Hubungan kasih sayang antara

Page 27: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

47

orangtua dan anak akan mendekatkan anak dengan orangtuanya, memudahkan

orangtua memberikan hadiah dan hukuman yang sepadan jika anak berbuat

tidak baik. Anak juga akan lebih mudah menerima nilai-nilai orangtua dan

menirunya (Gunarsa & Gunarsa 2004).

Eratnya keterikatan antara anak dengan orang dewasa yang ada dalam

rumah tangga bisa berbeda-beda, sesuai dengan intensitas jalinan hubungan

antara orangtua dan anak. Rasa cemas yang sering dialami anak dapat

meningkatkan intensitas keterikatan, karena anak dapat memperoleh perasaan

aman kedekatan dengan ibu atau pengasuhnya. Akan tetapi hubungan antara

orangtua dan anak yang terlalu dekat dapat menyebabkan anak tidak mau lepas

dan anak akan menjadi sangat bergantung pada orangtuanya. Sebaliknya jika

hubungan antara keduanya renggang atau orangtua bersikap acuh tak acuh

terhadap anaknya menyebabkan dalam diri anak timbul reaksi frustasi, begitu

juga jika orangtua terlalu keras terhadap anaknya dapat menyebabkan hubungan

menjadi jauh(Gunarsa & Gunarsa 2004).

Pengasuhan Berbicara mengenai pengasuhan, ditemukan adanya korelasi antara

pengasuhan dengan kemampuan kontrol diri anak. Perilaku anak dipengaruhi

oleh perlakuan orang tua terhadap dirinya. Orangtua yang menerapkan

pengasuhan dengan gaya permisif akan menyebabkan kurangnya kemampuan

kontrol diri pada diri anak-anaknya, dan sebaliknya. Adapun pengasuhan anak

dan kurangnya kontrol diri pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor-faktor

lainnya seperti kecenderungan genetik, kemiskinan atau lingkungan sosial dan

sejarah keluarga (Santrock dan Yussen 1989).

Schaefer (Hughes dan Noppe 1985) menyoroti dimensi pengasuhan dari

perpaduan baik sisi tingkatan afeksi maupun sisi kekuasaan (power) yang

dijabarkan ke dalam dua dimensi yang kontinyu yaitu cinta (hangat, diterima, dan

diakui) versus kekerasan (dingin, ditolak, dan tidak diakui), dan otonomi (bebas

dan fleksibel) versus kontrol (posesif dan rigid). Hampir sama dengan Schaefer,

Rohner (1986) menyebutkan pola pengasuhan yang terdiri atas: kehangatan

kasih sayang orangtua (parental acceptance) yang meliputi dua ekspresi yaitu

secara fisik (seperti memeluk, mencium, membelai, dan tersenyum) dan secara

verbal (memuji, dan mengatakan hal-hal yang menyenangkan), dan penolakan

orangtua (parental rejection) yang meliputi sikap: (a) kekerasan dan agresi

(hostility dan agression) dengan ciri memukul, menendang, mendorong,

Page 28: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

48

meremehkan, dan memberi kata-kata kasar, (2) sikap tidak peduli dan melalaikan

(indifference dan neglect) dengan ciri ketidakmampuan orangtua secara fisik dan

psikologi dalam memenuhi kebutuhan anak, dan mengabaikan, serta (c)

penolakan (unindifference rejection) dengan ciri tidak dicintai, tidak diinginkan

dari penolakan orangtua tanpa adanya indikator yang secara jelas verbal

maupun fisik.

Pendekatan Teori Pendekatan struktural-fungsional menekankan pada keseimbangan

sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam

masyarakat. Eshleman (1991, Gelles (1995) dan Newman dan Grauerholz (2002)

menyatakan bahwa pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan

dalam menganalisis peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat. Adapun Farington dan Chertok

(Boss et al 1993) menyatakan bahwa konsep keseimbangan mengarah kepada

konsep homeostatis suatu organisme yaitu suatu kemampuan untuk memelihara

kestabilan agar kelangsungan suatu sistem tetap terjaga dengan baik meskipun

didalamnya mengakomodasi adanya adaptasi dengan lingkungan.

Penerapan teori struktural fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari

struktur dan peraturan yang diterapkan. Chapman (2000) menyatakan bahwa

keluarga adalah unit universal yang memiliki peraturan, seperti peraturan untuk

anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri. Tanpa aturan atau fungsi yang

dijalankan oleh unit keluarga maka unit keluarga tersebut tidak memiliki arti yang

dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Bahkan dengan tidak adanya peraturan

maka akan tumbuh atau terbentuk suatu generasi penerus yang tidak

mempunyai daya kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai masalah

emosional serta hidup tanpa arah.

Prasyarat dalam teori struktural fungsional menjadikan suatu keharusan

yang harus ada agar keseimbangan sistem tercapai, baik pada tingkat

masyarakat maupun tingkat keluarga. Levy (Megawangi 1999) menyatakan

bahwa persyaratan struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat

berfungsi, yaitu meliputi : (1) diferensisasi peran yaitu alokasi peran/tugas dan

aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, (2) alokasi solidaritas yang

menyangkut distribusi relasi antara anggota keluarga, (3) alokasi ekonomi yang

menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota keluarga untuk mencapai

tujuan keluarga, (4) alokasi politik yang menyangkut distribusi kekuasaan dalam

Page 29: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

49

keluarga, dan (5) alokasi integrasi dan ekspresi yaitu meliputi cara/teknik

sosialisasi internalisasi maupun pelestarian nilai-nilai maupun perilaku pada

setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan norma-norma yang berlaku.

Saxton (1990) menyatakan bahwa keluarga berperan dalam menciptakan

stabilitas, pemeliharaan, kesetiaan dan dukungan bagi anggotanya. Namun

apabila fungsi keluarga tersebut tidak dapat dilakukan dengan optimal, maka

akan timbul berbagai hal negatif baik bagi anggota keluarga itu sendiri maupun

bagi masyarakat.

Teori sistem mempunyai pengertian dan konsep yang sama dengan teori

struktural-fungsional, namun teori sistem lebih menekankan pada beroperasinya

hubungan antara satu set dengan set yang lainnya, sedangkan teori struktural-

fungsional lebih menekankan pada mekanisme struktur dan fungsi dalam

mempertahankan keseimbangan struktur, Kedua teori tersebut terkadang

dipandang sebagai teori yang sama, dan keduanya diterapkan pada analisis

kehiduoan keluarga. Pendekatan teori sistem sosial diperkenalkan oleh seorang

ahli ekonomi Adam Smith yang menyangkut adanya konsep kesatuan dan saling

ketergantungan antar individu dan masyarakat (Campbell 1981). Pendekatan ini

digunakan dalam menganalisis keluarga dengan menerapkan konsep keluarga

sebagai ekosistem dan keluarga sebagai suatu sistem sosial. Keluarga sebagai

suatu sistem terdiri dari suatu set bagian berbeda, namun berhubungan dan

saling tergantung satu dengan yang lainnya.. Keluarga juga menerapkan praktek

komunikasi antar organisasi yang menyangkut kemampuan manusia dan

perilakunya dalam menggunakan bahasa dan penafsiran simbol-simbol yang

berkaitan dengan sistem sosial di sekelilingnya (Ruben 1988; Nisjar dan Winardi

1997).

Bronfenbrenner (1981) menyajikan model pandangan dari segi ekologi

dalam mengerti sosialisasi anak-anak. Model tersebut menempatkan posisi anak

atau keluarga inti pada pusat didalam model yang secara langsung dapat

berinteraksi dengan lingkungan yang berada disekitarnya, yaitu lingkungan

mikrosistem yang merupakan lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi

keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga. Lingkungan yang lebih luas

disebut lingkungan mesosistem yang berupa hubungan antara lingkungan

mikrosistem satu dengan mikrosistem yang lainnya, misalnya hubungan antara

lingkungan keluarga dengan sekolahnya, dan hubungan antara lingkungan

keluarga dengan teman sebayanya. Lingkungan yang lebih luas disebut

Page 30: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

50

lingkungan exosistem yang merupakan lingkungan anak tidak secara langsung

mempunyai peran secara aktif , misalnya lingkungan keluarga besar atau

lingkungan pemerintahan. Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah

lingkungan makrosistem yang merupakan tingkatan paling luas yang meliputi

struktur sosial budaya suatu bangsa secara umum.

Masa Remaja Steinberg (2001) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu

masa yang menyenangkan dalam rentang kehidupan manusia, remaja menjadi

individu yang telah dapat membuat keputusan-keputusan yang baik bagi dirinya

sendiri dan dipandang telah mampu untuk bekerja serta mempersiapkan

perkawinan. Santrock (1998) mengemukakan bahwa bersamaan dengan

berkembangnya aspek kognitif, sering muncul perbedaan pendapat dengan

orang tua atau orang dewasa lainnya. Remaja tidak lagi memandang orang tua

sebagai sosok manusia yang mengetahui segalanya, sehingga banyak orang

berpikir bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan pertentangan

dan menolak nilai-nilai yang digariskan oleh orang tuanya.

Bila dilihat dari keseluruhan perjalanan dan perkembangan hidup

manusia, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa masa remaja adalah

masa yang paling menarik dan paling banyak mendapat perhatian, karena

sifatnya yang khas dan perannya yang cukup menentukan dalam kehidupan

individu dan dalam masyarakat (Sarwono S W 2003). Sebagian masyarakat ada

yang memandang bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa-biasa saja

tidak berbeda dengan kelompok orang-orang lainnya. Ada juga orang yang

memandang bahwa remaja merupakan kelompok yang sering membuat masalah

dalam masyarakat. Ada juga yang berpendapat bahwa remaja merupakan

generasi penerus bangsa sehingga potensinya perlu dimanfaatkan (Monks

1987).

Para ahli psikologi pada umumnya membagi masa remaja menjadi

beberapa fase seperti diungkapkan oleh Monks (1987) yaitu fase remaja awal

usia antara 12-15 tahun, fase remaja pertengahan berusia antara 15-18 tahun

dan fase remaja akhir berusia antara 18-21 tahun. Pada remaja awal biasanya

ditandai oleh adanya pertumbuhan fisik yang cukup. Pada remaja pertengahan

biasanya sudah mulai mengembangkan cara berpikir yang lebih baik, sudah

mulai melakukan peran-peran orang dewasa dan berpandangan realistik,

sedangkan individu yang berada pada masa remaja akhir biasanya ditandai oleh

Page 31: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

51

telah selesainya persiapan-persiapan menjadi orang dewasa dan masa ini

dipandang sebagai masa konsolidasi.

Masa remaja merupakan masa yang paling potensial dalam kehidupan

manusia karena memasuki umur dengan penuh vitalitas dalam melakukan

berbagai aktivitas. Ada lima aspek menurut Gymnastiar yang harus diperhatikan

dalam mempelajari remaja, yaitu kondisi fisik, kebebasan emosi, interaksi sosial,

dan pengetahuan tentang kemampuan diri, dan penguasaan diri terhadap nilai-

nilai moral dan agama (MQS 2004).

Tujuan Hidup dan Cita-Cita

Remaja biasanya memiliki minat tertentu dalam kehidupannya. Minat

yang paling penting dan paling universal pada remaja salah satunya adalah

minat terhadap pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja

terhadap pendidikan yaitu sikap teman sebaya, sikap orangtua, nilai-nilai,

relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran, sikap terhadap guru,

keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, derajat dukungan sosial di

antara teman-teman sekolah. Prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan

pribadi dan ketenaran. Hal ini menyebabkan prestasi baik dalam olahraga,

akademik ataupun prestasi lainnya menjadi minat yang kuat sepanjang masa

remaja (Hurlock 1980).

Minat remaja pada pekerjaan sangat mempengaruhi besarnya minat

mereka terhadap pendidikan. Pendidikan tinggi dianggap sebagai batu loncatan

untuk meraih pekerjaan. Pada umumnya remaja lebih menaruh minat pada

pelajaran-pelajaran yang nantinya dapat bermanfaat dalam bidang pekerjaan

yang dipilihnya. Remaja terutama anak sekolah menengah atas, mulai

memikirkan masa depan dengan bersungguh-sungguh. Anak laki-laki lebih

bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan anak perempuan yang

memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu luang sebelum pernikahan (Al-

Mighwar 2006).

Cita-cita merupakan perwujudan dari minat, yang berkaitan dengan masa

depan yang direncanakan seseorang dalam menentukan pilihannya, baik yang

berkaitan dengan masalah teman hidup, pekerjaan, jenjang pendidikan, atau hal

lain yang berkaitan dengan dirinya kelak. Selama masa remaja, minat dan cita-

cita terus berkembang. Minat atau cita-cita remaja awal terhadap sekolah dan

jabatan banyak dipengaruhi oleh minat orangtua dan kelompoknya. Remaja awal

akan berminat pada sekolah yang menghantarkannya ke perguruan tinggi dan

Page 32: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

52

menuju cita-cita jabatannya jika orangtua dan kelompoknya berorientasi ke sana.

Ane Roe dalam Al-Mighwar (2006) menyatakan bahwa pola pendidikan orangtua

mempunyai pengaruh yang besar terhadap pilihan jabatan. Pada masa remaja

akhir, minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan telah mantap. Sehingga faktor

yang mempengaruhi pemilihan cita-cita yaitu minat dan aspirasi sendiri, minat

dan aspirasi orangtua, kesan-kesan teman sebaya.

Karakteristik Keluarga Keluarga adalah tempat yang paling penting bagi anak dalam

memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar menjadi orang yang

berhasil. Keluarga khususnya orang tua bertanggung jawab dalam menjaga,

menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya. Herni (2000) dan

Wade (2004) menyatakan bahwa pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang

tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Keluarga merupakan

lingkungan pertama kali dikenal oleh anak dan tempat anak dididik. Segala nilai-

nilai dan norma-norma dalam keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Karakteristik keluarga diantaranya meliputi tingkat

pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, dan besar keluarga.

Tingkat Pendidikan Orangtua Setiap orang memiliki tIngkat pendidikan yang berbeda-beda, baik dari

segi jenis maupun kualitas. Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyatakan tingkat

pendidikan orangtua baik secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi komunikasi antara orangtua dan anak dalam lingkungan

keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki pendidikan

formal yang rendah dan tidak bekerja memiliki partisipasi yang sedikit pada

segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas sekolah anaknya

dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan tinggi. Hal ini secara tidak

langsung akan berpengaruh pada prestasi belajar anak karena orangtua

berperan sebagai pengetahuan/disiplin, pengembangan karir, memberikan

fasilitas belajar , dan pembentukan karakter anak.

Pendapatan Keluarga Salah satu faktor yang penting pada kehidupan keluarga adalah keadaan

sosial ekonomi, yang berpengaruh pada kehidupan mental dan fisik individu yang

berada dalam keluarga. Ekonomi keluarga akan digunakan sebagai salah

satunya pemeliharaan anak dalam keluarga. Adanya kondisi keluarga yang

memiliki tingkat pendapatan rendah menyebabkan orangtua memperlakukan

Page 33: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

53

anak dengan kurang perhatian, penghargaan, pujian untuk berbuat baik yang

mengikuti peraturan, kurangnya latihan dari penanaman nilai moral (Gunarsa &

Gunarsa 2000)

Jenis Pekerjaan Peranan orangtua terhadap pengasuhan anak sangat dibutuhkan,

seorang ayah sebaiknya tidak menyerahkan tugas membimbing anak hanya

kepada ibunya saja. Ibu masa kini disamping mengurus rumah tangga, juga

sibuk bekerja diluar rumah, baik di organisasi maupun bekerja untuk menambah

pendapatan keluarga (Santoso & Karyadi 1986, diacu dalam Tanmella 2002).

Besar Keluarga Semakin banyak anggota keluarga maka jumlah interaksi interpersonal

yang terjadi akan semakin banyak dan kompleks (Guhardja, Puspitawati, Hartoyo

&Hastuti 1992). Adanya kepadatan dalam keluarga akan mengganggu pola dan

corak hubungan antar anggota keluarga sehingga jaringan komunikasi antara

anggota keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya (Gunarsa & Gunarsa

2000).

Page 34: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

54

KERANGKA PEMIKIRAN

Bronfenbrenner (1981) menyajikan model pandangan dari segi ekologi

dalam memahami proses sosialisasi pada anak. Model tersebut menempatkan

posisi anak pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat berinteraksi

dengan lingkungan yang berada disekitarnya yang meliputi lingkungan

mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan

lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi keluarga, sekolah, teman

sebaya, dan tetangga. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan

mesosistem yang berupa hubungan antara lingkungan mikrosistem satu dengan

mikrosistem yang lainnya, misalnya hubungan antara lingkungan keluarga

dengan sekolahnya, dan hubungan antara lingkungan keluarga dengan teman

sebayanya. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan exosistem yang

merupakan lingkungan anak tidak secara langsung mempunyai peran secara

aktif , misalnya lingkungan keluarga besar atau lingkungan pemerintahan.

Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah lingkungan makrosistem yang

merupakan tingkatan paling luas yang meliputi struktur sosial budaya suatu

bangsa secara umum.

Perkembangan intelektual atau kecerdasan anak sangat terkait erat

dengan keadaan emosionalnya. Perasaan anak terhadap diri sendiri dan

terhadap kemampuan dapat berpengaruh besar terhadap keberhasilan di

sekolah. Anak yang mengalami gangguan emosi dan sosialnya dapat

mempengaruhi prestasi belajarnya dan anak butuh waktu untuk mengejar

ketertinggalannya. Hasil penelitian Terman, anak yang kecerdasan emosionalnya

(EQ) tinggi punya prestasi yang baik, lebih ulet, lebih bermotivasi untuk dapat

berprestasi yang paling baik. Selain itu anak akan dapat melakukan penyesuaian

sosia dengan lebih baikl, sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya dengan

lebih memuaskan.

Freeman & Munandar (2000) mengungkapkan bahwa anak-anak akan

menunjukkan prestasi terbaiknya di sekolah jika orangtua dan guru bekerjasama

secara harmonis. Orangtua yang kehilangan keterlibatan dalam keberhasilan dan

kesuksesan sekolah anak dapat menyebabkan anak merasakan bahwa orangtua

tidak menghargai keberhasilannya sehingga berakibat anak tidak termotivasi

untuk mencapainya. Hasil penelitian Hidayanti (1998) menyatakan bahwa pada

anak yang memiliki prestasi tinggi, motivasi belajar, hubungan interaksi siswa

Page 35: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

55

dengan orangtua dan gurunya sangat berpengaruh pada pola belajar siswa

tersebut.

Interaksi anak terhadap keluarga yang terdiri dari pengasuhan yang

dilakukan orangtua kepada anak dan kualitas hubungan sangat erat

hubungannya dengan kecerdasan emosional yang dipengaruhi oleh karakteristik

individu, dan keluarga. Beberapa faktor individu yang diduga dapat berpengaruh

terhadap kecerdasan emosional adalah jenis kelamin, usia, cita-cita/tujuan, dan

uang jajan. Faktor keluarga yang diduga dapat berpengaruh terhadap

kecerdasan emosional adalah umur orangtua, tingkat pendidikan orangtua,

pendapatan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, dan besar keluarga yang dapat

dihubungkan dengan interaksi anak dalam keluarga. Latar belakang keluarga

misalnya karakteristik sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orangtua dan

posisi sosial orangtua menjadi determinan dari perkembangan kreativitas anak

dan penyebab yang sangat kuat terhadap pencapaian prestasi akademik. Latar

belakang status sosial ekonomi yang baik mempengaruhi terhadap peningkatan

pencapaian pendidikan (Thonthowi 1991, diacu dalam Hulu 2004).

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa. Lebih

jelasnya mengenai hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan

emosional siswa dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 36: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

56

Karakteristik contoh: • Jenis kelamin • Umur • Cita-cita/ tujuan • Uang saku

Karakteristik keluarga: • Umur orangtua • Tingkat pendidikan orangtua • Jenis pekerjaan orangtua • Pendapatan orangtua • Besar keluarga

Interaksi dalam keluarga: • Hubungan contoh dengan ayah • Hubungan contoh dengan ibu • Hubungan ayah dengan ibu • Kualitas hubungan

Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf internasional

Kecerdasan emosional

Page 37: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

60

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di

SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan

secara Purposive dengan pertimbangan sekolah tersebut adalah satu-satunya

sekolah bertaraf internasional di Kota Bogor. Waktu penelitian berlangsung bulan

April hingga Juli 2007.

Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas internasional di

SMAN 1 Bogor. Contoh diperoleh dengan menggunakan sensus yaitu meneliti

seluruh siswa kelas bertaraf internasional di sekolah tersebut. Total sampel

penelitian yang akan diambil adalah seluruh siswa di Kelas X dan XI yaitu

sebanyak 73 siswa seperti yang terlihat pada kerangka sampel berikut ini.

Sekolah di Kota Bogor

SMAN 1

Kelas Bertaraf Internasional

Kelas X Kelas XI

12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

Gambar 2. Kerangka sampling penelitian

purposive

purposive

purposive

sensus

Page 38: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

61

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Tabel 1 Peubah, skala, jenis data, item pertanyaan, dan α Cronbach

No Peubah Skala Jenis Data Pertanyaan

α Cronbach

1 Karakteristik individu Nominal primer Jenis kelamin Nominal primer Umur Rasio primer Cita-cita/tujuan Ordinal primer 10 0.657 Uang jajan Rasio primer

2 Karakteristik Keluarga Tingkat pendidikan ayah/ibu Ordinal primer Pendapatan Ordinal primer Pekerjaan ayah/ibu Nominal primer Besar keluarga Rasio primer

3 Interaksi dalam keluarga 86 0.682 Hubungan ayah dan contoh Ordinal primer 18 0.893 Hubungan ibu dan contoh Ordinal primer 18 0.693 Hubungan ayah dan ibu Ordinal primer 18 0.882 Kualitas hubungan Ordinal primer 6 0.892

4 Kecerdasan emosional Ordinal primer 25 0.715

Tabel 1 menjelaskan mengenai peubah, skala, jenis data, jumlah item

pertanyaan, dan α cronbach dari variabel yang diteliti. Adapun cara pengukuran

variabel disajikan pada Lampiran 1. Data yang digunakan untuk penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) Karakteristik

contoh; (2) Karakteristik keluarga contoh; (3) interaksi yang dilakukan contoh;

dan (4) kecerdasan emosional. Data sekunder adalah profil SMAN 1.

Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, skoring, entry

data ke komputer, cleaning data dan analisis data dengan bantuan komputer

menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan SPSS versi 13.0 for Windows.

Uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan, untuk mengetahui

pilihan bentuk kuesioner (pernyataan atau pertanyaan), kedalaman pertanyaan,

ketepatan pemilihan kata, dapat tidaknya suatu pertanyaan ditanyakan, pilihan

jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal wawancara dan mengukur

reliabilitas kuesioner (alpha cronbach).

Data karakteristik contoh terdiri dari jenis kelamin, usia, tujuan hidup, dan

besarnya uang saku. Tujuan hidup di kategorikan menjadi tidak penting (<24),

cukup penting (24-37), dan sangat penting (>37) berdasarkan sebaran interval.

Uang saku dikategorikan menjadi Rp 150 000-300 000, Rp 300 001-450 000, Rp

450 001-600 000, dan Rp >600 001.

Data karakteristik keluarga contoh terdiri dari umur orangtua, pendidikan

orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, dan besar keluarga.

Page 39: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

62

Pendidikan orangtua dikategorikan berdasarkan lama pendidikan yang ditempuh

atau jumlah tahun pendidikan (tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA,

D3, S1, S2, dan S3). Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi PNS, Pegawai

BUMN, TINI/Polri, Pegawai swasta, Wiraswasta, Ibu rumahtangga, dan lainnya.

Pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi tujuh macam yaitu: <Rp 1 000 001,

Rp 1 000 001-2 000 000, Rp 2 000 001-3 000 000, Rp 3 000 001-4 000 000, Rp

4 000 001-5 000 000, Rp 5 000 001-6 000 001, dan Rp >6 000 000. Besar

keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (<4), sedang (5-6), dan besar

(>6).

Data interaksi yang dilakukan contoh dalam keluarga dikategorikan

menjadi kurang baik, cukup baik, dan baik serta tidak puas, cukup puas, dan

puas. Data kecerdasan emosional contoh dikategorikan menjadi rendah, sedang,

dan tinggi. Uji beda dilakukan untuk melihat adanya perbedaan variabel

dependent dan independent antara Kelas X dan Kelas XI, uji beda yang

digunakan adalah uji beda Mann-Whitney untuk skala data yang bersifat ordinal.

Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan untuk melihat hubungan antar

variabel yang diteliti.

Page 40: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

63

Definisi Operasional Karakteristik individu adalah ciri-ciri khas contoh yang diteliti yang meliputi

jenis kelamin, umur, tujuan hidup dan cita-cita, dan uang saku.

Contoh adalah siswa yang berusia 12-17 tahun siswa di kelas bertaraf

internasional.

Tujuan dan cita-cita adalah hal yang dianggap penting untuk dicapai di masa

depan (goals) yang berhubungan dengan pendidikan tinggi, etos kerja,

kepemilikan material, budi pekerti, dan menghindari masalah.

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi umur orangtua,

tingkat pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, pendapatan total

keluarga, dan besar keluarga.

Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dilalui oleh

orangtua.

Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan utama yang dilakukan oleh orangtua

yang memberikan penghasilan terbesar.

Pendapatan total orangtua adalah jumlah uang yang diterima anggota

keluarga, dapat berasal dari kepala keluarga, istri, anak, anggota

keluarga yang lain, maupun sumbangan setiap bulannya.

Interaksi dalam keluarga adalah tindakan konkrit yang terjalin antara contoh

dengan orangtua yang meliputi pengasuhan (hubungan kehangatan dan

kekasaran) ayah-anak, ibu-anak, dan ayah-ibu; keeratan hubungan;

komunikasi; dan kualitas hubungan.

Pengasuhan (kehangatan dan kekerasan) adalah praktek yang biasa

dilakukan orangtua dalam mendidik dan mengasuh contoh yang banyak

dilandasi oleh perilaku mencintai, menanyakan pendapat, menghargai,

mendukung, mempedulikan, marah, mengkritik, membentak, bertengkar,

dan memukul baik hubungan ayah dan anak, hubungan ibu dan anak,

serta hubungan ayah dan ibu.

Kualitas Hubungan adalah perasaan puas dan bahagia yang dirasakan contoh

dalam berhubungan dengan orangtua baik hubungan ayah dan anak,

hubungan ibu dan anak, serta hubungan ayah dan ibu..

Page 41: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

64

Kecerdasan emosional adalah kemampuan contoh dalam mengenali emosi,

mengelola emosi, memotivasi diri, berempati, dan kemampuan membina

hubungan dengan orang lain.

Page 42: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

65

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMAN1) Bogor merupakan satu-

satunya Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di Kota Bogor yang

beralamat di Jl Ir H Juanda No 16 Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor

Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Anonim 2006). Sekolah ini dikepalai

oleh Drs H Agus Suherman. Tenaga pengajar terdiri dari 56 orang guru tetap,

dan 14 orang guru tidak tetap. Sarana dan prasarana yang dimiliki yaitu tanah

dan halaman sekolah dengan status milik Negara dan memiliki luas tanah 3 135

meter persegi, lapangan olahraga dan upacara 480 meter persegi dan pagar 30

meter. Gedung bangunan sekolah yang dimiliki status milik Negara dengan luas

bangunan 1 619 meter persegi. Bangunan terdiri dari satu ruang kepala sekolah,

satu ruang tata usaha, satu ruang guru, dua ruang perpustakaan, satu ruang

Bimbingan Konseling (BK), satu ruang dapur, 18 ruang Kelas, satu ruang

laboratorium komputer, dua ruang laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

dua ruang musholla, delapan ruang Organisasi Intra Sekolah (OSIS), tujuh ruang

sanitasi, satu lokal kantin sekolah, satu ruang koperasi, satu ruang Unit

Kesehatan Sekolah (UKS), satu ruang gedung, satu ruang penjaga sekolah, satu

ruang laboratorium bahasa, satu ruang broadcast, dan satu ruang seni.

Kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari ekstrakurikuler akademik dan non

akademik. Ekstrakurikuler akademik meliputi kegiatan komputer, Kelompok

Ilmiah Remaja, Praktikum IPA, dan kelompok Bahasa Inggris. Kegiatan

ekstrakurikuler non akademik meliputi pembinaan terhadap Tuhan YME,

pembinaan berbangsa dan bernegara, pembinaan pendidikan pendahuluan bela

Negara, pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur, pembinaan

berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan, pembinaan keterampilan

kewirausahaan, pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi, pembinaan

persepsi, apresiasi dan kreasi seni. Kegiatan ekstrakurikuler non akademik

dilaksanakan melalui wadah Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Dewan Keluarga

Masjid (DKM), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pecinta Alam (PA), Palang Merah

Remaja (PMR), Pramuka, Olah Raga dan Seni, serta perkumpulan bela diri.

Kurikulum yang diterapkan pada SNBI menggunakan kurikulum 2004 plus

dengan penambahan jam pelajaran MIPA untuk pengembangan penelitian

ilmiah. Bahasa pengantar yang digunakan berupa 40 persen bahasa Inggris

untuk Kelas X, 60 persen untuk Kelas XI, dan 80 persen untuk Kelas XII. Sarana

Page 43: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

66

dan prasarana yang disediakan untuk Kelas Rintisan Bertaraf Internasional

adalah ruang belajar memakai Air Conditioner (AC), sarana belajar berbasis

Information and Communication Technology (ICT) seperti laptop terhubung

internet, Liquid Crystal Display (LCD), Overhead Projektor (OHP), Laboratorium

komputer, bahasa, fisika, kimia, dan biologi.

Keunggulan SMAN 1 adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusia

atau siswa yang masuk ke sekolah. Batas nilai ebtanas murni (NEM) terendah

yang dapat diterima di sekolah ini pada setiap tahun adalah tertinggi di Kota

Bogor. Pada tahun 2007, Pass In Grade SMAN 1 Bogor adalah 28,13 dari total

nilai 30 yang berasal dari tiga mata ajaran yaitu Matematika, Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris . Sebagian besar siswa berasal dari keluarga yang mampu

dengan tingkat pendidikan orang tua rata-rata tinggi (lulusan atau pernah

menempuh Perguruan Tinggi). Potensi unggulan lainnya adalah SMAN 1

memiliki lokasi sekolah yang strategis.

Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) adalah suatu program

pendidikan yang bertujuan agar sekolah memiliki budaya untuk terus menerus

melakukan peningkatan mutu layanan pendidikan, meningkatkan mutu

pembelajaran dan standar kompetensi bertaraf internasional, dan agar siswa

mendapatkan pengakuan dan perlakuan sama dengan sekolah internasional lain

di dunia untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri (Dinas Pendidikan 2005).

Pada tahun 2006 terdapat seratus sekolah yang menyelenggarakan program ini

yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Kota Bogor, program SNBI baru

dilaksanakan di SMAN 1.

Program SNBI mengintegrasikan kurikulum nasional dengan kurikulum

internasional. Proses belajar mengajar menggunakan metode yang bervariasi

dan menekankan pada contectual teaching learning yang merupakan konsep

pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan

situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan.

Salah satu bentuknya adalah outdoor teaching misalnya ke museum. Jam belajar

per hari pada Kelas ini juga lebih lama dibandingkan dengan Kelas biasa karena

terdapat tambahan jam belajar untuk mata pelajaran MIPA .

Page 44: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

67

Karakteristik Individu

Jenis Kelamin Contoh pada penelitian ini berjumlah 73 orang dengan proporsi 36 orang

Kelas X dan 37 orang Kelas XI. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa

lebih dari separuh contoh berjenis kelamin perempuan baik pada Kelas X

(66.7%) maupun XI (67.6%).

Tabel 2 Sebaran contoh Kelas X dan XI berdasarkan jenis kelamin (n=73)

Jenis Kelamin Kelas X Kelas XI n % n %

Laki-laki 12 33.3 12 32.4Perempuan 24 66.7 25 67.6Total 36 100.0 37 100.0

Umur

Umur contoh termasuk ke dalam kategori remaja yang berkisar antara 15-

18 tahun. Menurut Monks (1987) fase remaja yang berkisar antara 15-18 tahun

disebut fase remaja pertengahan. Pada remaja pertengahan biasanya sudah

mulai mengembangkan cara berpikir yang lebih baik, mulai melakukan peran-

peran orang dewasa dan berpandangan realistik. Tabel 3 menjelaskan bahwa

persentase terbesar umur contoh pada Kelas X yaitu 16 tahun (61.1%),

sedangkan pada Kelas XI yaitu 17 tahun (70.3%). Sebaran contoh berdasarkan

umur contoh disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan umur (n=73)

Umur (Tahun) Kelas X Kelas XI n % n %

15 6 16.7 1 2.716 22 61.1 4 10.817 8 22.2 26 70.318 0 0.0 6 16.2

Total 36 100.0 37 100.0Min 15 15 Max 17 18 Rata-rata ± SD 16.01 ±0.6 17.0 ±0.6

Tujuan Hidup dan Cita-cita Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa sebagian besar

contoh baik Kelas X (83.3%) maupun XI (97.3%) mempunyai tujuan hidup dan

cita-cita yang dianggap sangat penting. Sebagian besar contoh (91.8%)

menganggap sangat penting untuk mempunyai cita-cita meneruskan ke

perguruan tinggi. Menuntut ilmu hingga perguruan tinggi menjadi tujuan terbesar

contoh. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan etos kerja yang baik seperti

Page 45: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

68

belajar rajin agar nilainya bagus, belajar keras dan tekun, serta beraktivitas di

sekolah dengan baik dianggap penting bahkan sangat penting oleh lebih dari

separuh contoh.

Proporsi terbesar contoh juga menganggap sangat penting tujuan hidup

yang berhubungan dengan kebaikan budi pekerti yang meliputi berbakti pada

orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, dan berteman

dengan baik. Adapun tujuan hidup yang berkaitan dengan kemapanan status

sosial seperti menabung dan hidup hemat juga dianggap penting oleh lebih dari

separuh contoh (53.4%). Proporsi terbesar contoh (36.9%) menganggap sangat

penting menghindari masalah di sekolah, sedangkan sepertiga contoh (35.6%)

menyatakan hidup bersenang-senang adalah kurang penting. Sebaran contoh

berdasarkan tingkat tujuan dan cita-cita dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tujuan dan cita-cita (n=73)

Pernyataan Persentase (%) A B C D E

1. Meneruskan ke perguruan tinggi 0.0 0.0 0.0 8.2 91.82. Belajar yang rajin agar nilainya bagus 0.0 1.4 9.6 57.5 31.53. Bekerja keras dan belajar tekun 0.0 0.0 11.0 43.8 45.24. Beraktivitas disekolah dengan baik 0.0 1.4 9.6 52.1 37.05. Berbakti pada orangtua dan guru 0.0 0.0 1.4 38.4 60.36. Bertanggung jawab atas perbuatan kita 0.0 0.0 2.7 38.4 58.97. Berteman yang baik 0.0 0.0 2.7 38.4 58.98. Menghindari masalah disekolah 2.7 2.7 24.7 32.9 37.09. Hidup bersenang-senang 15.1 35.6 27.4 20.6 1.410.Menabung dan hidup hemat 0.0 0.0 12.3 53.4 34.3

Keterangan: A:Tidak penting B:Kurang penting C:Cukup penting D:Penting E:Sangat penting. Apabila skor tujuan/cita-cita dikategorikan menjadi tiga, maka persentase

terbesar contoh baik Kelas X maupun Kelas XI menganggap tujuan hidup

menjadi sangat penting. Hal ini dapat dikatakan bahwa contoh telah memiliki

tujuan dan orientasi yang jelas mengenai hal-hal yang penting untuk dilakukan di

masa depan. Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara tujuan hidup contoh kedua Kelas.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat tujuan dan cita-cita (n=73)

Tujuan Hidup dan Cita-cita Kelas X Kelas XI n % n %

Tidak Penting (<24) 0 0.0 0 0.0Cukup Penting (24-37) 6 16.7 1 2.7Sangat Penting (>37) 30 83.3 36 97.3Total 36 100.0 37 100.0Min 34 36 Max 48 48 Rata-rata ± SD 42.4 ±4.0 42.0 ±2.8 p-value 0.679

Page 46: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

69

Uang Saku Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase terbesar uang saku per bulan

contoh baik pada Kelas X maupun XI berada pada kisaran Rp 300 001-450 000.

Rata-rata uang saku per bulan yang diterima contoh Kelas XI lebih tinggi (Rp 460

945.95) dibandingkan dengan uang saku per bulan Kelas X (Rp 441 527.78). Hal

ini diduga kegiatan dan kebutuhan Kelas XI lebih besar dibandingkan Kelas X.

Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

uang saku contoh kedua Kelas.

Tabel 6 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan besarnya uang saku per bulan (n=73)

Uang saku Bulanan Siswa (Rupiah)

Kelas X Kelas XI n % n %

150 000-300 000 13 36.1 8 21.6300 001-450 000 14 38.9 12 32.4450 001-600 000 5 13.9 12 32.4>600 001 4 11.1 5 13.5Total 36 100.0 37 100.0Min 200 000 150 000 Max 1 500 000 750 000 Rata-rata ± SD 441 527.8 ±239 096.0 460 945.9 ±175 846.5 p-value 0.693

Karakteristik Keluarga

Umur Orangtua Tabel 7 berikut ini menjelaskan sebaran contoh berdasarkan umur orangtua.

Tabel 7 Sebaran contoh Kelas X dan XI berdasarkan umur orangtua (n=73)

Umur Orangtua (Tahun) Kelas X Kelas XI n % n %

Ayah 36-40 0 0.0 0 0.041-45 13 37.1 12 33.346-50 18 51.4 16 44.451-55 2 5.7 8 22.256-60 2 5.7 0 0.0Total 35 100.0 36 100.0Min 41 42 Max 60 55 Ibu 36-40 10 27.8 5 13.541-45 18 50.0 22 59.546-50 7 19.4 6 16.251-55 1 2.8 4 10.8Total 36 100.0 37 100.0Min 37 36 Max 51 52

Page 47: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

70

Proporsi terbesar contoh memiliki ayah yang berumur 46-50 tahun

(51.4% Kelas X dan 44.4% Kelas XI), dan ibu yang berumur 41-45 tahun (50.0%

Kelas X dan 59.5% Kelas XI). Sebagian besar contoh Kelas X dan Kelas XI

mempunyai orangtua yang berada pada kelompok umur produktif yaitu pada

rentang umur antara 36-55 tahun. Umur ayah contoh yang berada pada

kelompok umur lansia (lebih dari 55 tahun) ditemukan pada contoh Kelas X yaitu

5.7 persen, sedangkan pada contoh Kelas XI tidak ditemukan umur ayah yang

lanjut usia.

Pendidikan Orangtua Pendidikan formal merupakan segala sesuatu (proses belajar mengajar)

yang diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang (Gunarsa dan

Gunarsa, 2004). Pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi delapan tingkat,

yaitu tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, D3, S1, S2, dan S3.

Berdasarkan pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa pendidikan ayah contoh pada

Kelas XI lebih tinggi (S2) dibandingkan Kelas X (S1). Hal ini berbeda dengan

tingkat pendidikan ibu. Persentase terbesar pendidikan tertinggi ibu contoh baik

pada Kelas X maupun Kelas XI yaitu S1.

Tabel 8 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan pendidikan orangtua

Pendidikan Orangtua Kelas X Kelas XI n % n %

Ayah 0 0.0 0 0.0Tidak Sekolah 0 0.0 0 0.0Tamat SD 0 0.0 0 0.0Tamat SMP 0 0.0 0 0.0Tamat SMA 3 8.3 1 2.8D3 2 5.6 1 2.8S1 11 30.6 13 36.1S2 10 27.8 14 38.9S3 10 27.8 7 19.4Total 36 100.0 36 100.0Ibu Tidak Sekolah 0 0.0 0 0.0Tamat SD 0 0.0 0 0.0Tamat SMP 2 5.6 1 2.7Tamat SMA 8 22.2 9 24.3D3 5 13.9 6 16.2S1 14 38.9 13 35.1S2 3 8.3 7 18.9S3 4 11.1 1 2.7Total 36 100.0 37 100.0

Page 48: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

71

Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyatakan tingkat pendidikan orangtua

baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi komunikasi

antara orangtua dan anak dalam lingkungan keluarga. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa orang yang memiliki pendidikan formal yang tinggi dan

bekerja, tingkat partisipasi pada segala sesuatu yang berhubungan dengan

aktivitas sekolah anaknya lebih banyak dibandingkan dengan orangtua yang

berpendidikan rendah. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada

prestasi belajar anak karena orangtua berperan sebagai sumber

pengetahuan/disiplin, pengembangan karir, memberikan fasilitas belajar dan

pembentukan karakter anak.

Pekerjaan Orangtua Pekerjaan ayah contoh pada Kelas X lebih bervariasi daripada Kelas XI.

Kategori pekerjaan ayah contoh terdiri dari PNS, pegawai BUMN, TNI/Polri,

pegawai swasta, wiraswasta, dan lainnya seperti dokter, bankir, direktur

keuangan, arsitek developer, konsultan, dan notaris. Tabel 9 menunjukkan

bahwa proporsi terbesar ayah contoh bekerja sebagai PNS (45.7% Kelas X dan

50.0% Kelas XI).

Proporsi terbesar ibu contoh pada kedua Kelas tidak bekerja atau

sebagai ibu rumahtangga (Tabel 9). Selebihnya sebagai PNS, pegawai BUMN,

pegawai swasta, wiraswasta, dan lainnya seperti psikolog dan notaris. Ibu masa

kini disamping mengurus rumahtangga, juga sibuk bekerja diluar rumah, baik di

organisasi maupun bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Santoso &

Karyadi 1986, diacu dalam Tanmella 2002).

Tabel 9 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan pekerjaan orangtua

Pekerjaan Orangtua Kelas X Kelas XI n % n %

Ayah PNS 16 45.7 18 50.0Pegawai BUMN 4 11.4 0 0.0TNI/Polri 1 2.9 0 0.0Pegawai Swasta Wiraswasta Lainnya

734

20.08.6

11.4

12 2 4

33.35.6

11.1Total 35 100.0 36 100.0Ibu PNS 14 38.9 11 29.7Pegawai BUMN 1 2.8 1 2.7Pegawai Swasta 2 5.6 0 0.0Wiraswasta 5 13.9 1 2.7Ibu Rumahtangga 14 38.9 22 59.5Lainnya 0 0.0 2 5.4

Page 49: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

72

Total 36 100.0 37 100.0 Pendapatan Keluarga

Salah satu faktor yang penting pada kehidupan keluarga adalah keadaan

sosial ekonomi, yang berpengaruh pada kehidupan mental dan fisik individu yang

berada dalam keluarga. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa

pendapatan keluarga pada kedua Kelas menyebar normal dengan kisaran

Rp 1 000 001 sampai lebih dari Rp 6 000 000. Persentase terbesar pendapatan

keluarga kedua Kelas yaitu terletak pada kisaran Rp >6 000 000 (47.2% untuk

Kelas X dan 40.5% untuk Kelas XI). Besarnya pendapatan yang diperoleh

keluarga berhubungan dengan pendidikan akhir orangtua dan mempengaruhi

interaksi dalam keluarga. Adanya kondisi keluarga yang memiliki tingkat

pendapatan tinggi menyebabkan orangtua memperlakukan anak dengan lebih

perhatian, penghargaan, pujian untuk berbuat baik yang mengikuti peraturan,

dan latihan dari penanaman nilai moral (Gunarsa & Gunarsa 2000).

Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara pendapatan keluarga contoh pada kedua Kelas. Sebaran contoh

berdasarkan pendapatan per bulan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan pendapatan keluarga per bulan (n=73)

Pendapatan Keluarga(Rupiah/Bulan) Kelas X Kelas XI n % n %

<1 000 001 0 0.0 0 0.01 000 001-2 000 000 6 16.7 6 16.22 000 001-3 000 000 4 11.1 6 16.23 000 001-4 000 000 5 13.9 6 16.24 000 001-5 000 000 2 5.6 1 2.75 000 001-6 000 000 2 5.6 3 8.1>6 000 000 17 47.2 15 40.5Total 36 100.0 37 100.0

Besar Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jumlah anggota keluarga

contoh terbesar sebanyak empat orang yang terdiri dari orangtua dan dua orang

anak. Merujuk pada standar BKKBN, maka dapat dikatakan bahwa proporsi

terbesar contoh s(55.6% pada Kelas X dan 48.7% Kelas XI) berasal dari

keluarga kecil (BKKBN, 1997).

Semakin banyak anggota keluarga maka jumlah interaksi interpersonal

yang terjadi akan semakin banyak dan kompleks (Guhardja, Puspitawati, Hartoyo

Page 50: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

73

& Hastuti 1992). Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara besar keluarga contoh kedua Kelas.

Tabel 11 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga (orang) Kelas X Kelas XI n % n %

Kecil (≤4) 20 55.6 18 48.7Sedang (5-6) 15 41.7 18 48.7Tinggi (>6) 1 2.8 1 2.7Total 36 100.0 37 100.0Min 3 3 Max 9 7 Rata-rata ± SD 4.5 ±1.1 4.6 ±0.8 p-value 0.583

Interaksi dalam Keluarga

Hubungan Contoh dengan Ayahnya Hubungan yang terjadi antara contoh dengan ayah didasari oleh

perasaan dan perilaku saling menyayangi, menolong atau membentak dan

berlaku kasar atau berlaku kasar antara satu dengan lainnya (Tabel 12). Pada

penelitian ini ada dua dimensi yang mendasari hubungan antara orangtua dan

anaknya yaitu dimensi kehangatan dan kekasaran. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa proporsi terbesar contoh melaporkan adanya hubungan yang baik dengan

ayahnya. Sepertiga contoh (36.6%) menyatakan bahwa ayahnya cukup

mempedulikan masalah yang dihadapi walaupun jarang sekali berbuat sesuatu

yang membuat contoh merasa dicintai (39.4%). Selain itu, 35.2 persen contoh

menyatakan jarang sekali mendiskusikan dan membantu apabila contoh

membutuhkan sesuatu (39.4%).

Hubungan yang baik antara ayah dan anaknya menyebabkan adanya

hubungan timbal balik yang baik juga antara anak dan ayahnya. Kondisi tersebut

terlihat dari perilaku contoh dalam hal memberikan kepedulian, mencintai dengan

hangat, mendiskusikan sesuatu, dan membantu pekerjaan atau sesuatu.

Hubungan antara contoh dan ayah menunjukkan bahwa proporsi terbesar contoh

cukup mempedulikan (40.9%), melakukan sesuatu yang membuat ayah merasa

dicintai (60.6%), dan mendiskusikan sesuatu (35.2%) kepada ayahnya meskipun

jarang sekali membantu ayah (45.1%).

Dimensi kekasaran yang mengarah pada tindakan penolakan, dan

kekasaran dari orangtua kepada anak disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan

tabel tersebut dapat diketahui bahwa kurang dari setengah jumlah contoh jarang

sekali mendapatkan perlakuan dan hubungan yang keras dan kasar dari

Page 51: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

74

ayahnya. Hal ini tercermin dari proporsi terbesar contoh yang menyatakan bahwa

ayahnya jarang sekali marah-marah dan cukup mengkritik (45.1%), membentak

(47.9%), dan bertengkar (39.4%). Sebagian besar contoh (78.9%) menyatakan

bahwa ayahnya tidak pernah memukul ataupun menampar. Proporsi terbesar

contoh menyatakan bahwa ayahnya jarang sekali marah-marah, membentak

(47.9%), dan bertengkar (39.4%), dan cukup mengkritik (45.1%). Sebagian besar

contoh (78.9%) menyatakan bahwa ayahnya tidak pernah memukul ataupun

menampar. Adanya hubungan timbal balik antara ayah dan anak yaitu kekasaran

yang dilakukan ayah menyebabkan adanya hubungan kekasaran pula yang

dilakukan contoh. Tabel 12 menjelaskan bahwa contoh jarang sekali marah-

marah (39.4%), dan mengkritik (36.6%) ayahnya. Lebih dari separuh contoh

(63.4%) tidak pernah membentak ayahnya dengan marah, dan bertengkar

dengan ayah (47.9%). Hampir seluruh contoh (98.6%) tidak pernah memukul

atau menampar ayahnya.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan hubungan ayah dan contoh (n=71)

Pernyataan Persentase (%) A B C D E

Perlakuan Ayah kepada Contoh Dimensi Kehangatan 1. Ayah mempedulikan masalah yang sedang

saya hadapi 23.9 26.8 36.6 12.7 0.02. Ayah berbuat sesuatu yang kemudian

membuat saya merasa dicintai 18.3 39.4 29.6 11.3 1.43. Ayah mendiskusikan sesuatu dengan saya

sehingga saya merasa dihargai 21.1 35.2 28.2 12.7 2.84. Ayah membantu saya bila saya perlu sesuatu 38.0 39.4 15.5 7.0 0.0Dimensi Kekasaran 1. Ayah marah-marah pada saya 8.5 45.1 26.8 14.1 5.62. Ayah mengkritik perbuatan saya 1.4 16.9 45.1 32.4 4.23. Ayah membentak saya dengan marah 21.1 47.9 19.7 11.3 0.04. Ayah bertengkar dengan saya 35.2 39.4 15.5 8.5 1.45. Ayah memukul atau menampar saya 78.9 18.3 2.8 0.0 0.0Perlakuan Contoh kepada Ayah Dimensi Kehangatan 1. Saya mempedulikan masalah yang sedang

ayah hadapi 11.3 29.6 40.9 15.5 2.82. Saya berbuat sesuatu yang kemudian

membuat ayah merasa dicintai 5.6 21.1 60.6 11.3 1.43. Saya mendiskusikan sesuatu dengan saya

sehingga ayah merasa dihargai 8.5 39.4 35.2 15.5 1.44. Saya membantu ayah bila ayah perlu sesuatu 19.7 45.1 29.6 4.2 1.4Dimensi Kekasaran 1. Saya marah-marah pada ayah 28.2 39.4 25.4 5.6 1.42. Saya mengkritik perbuatan ayah 16.9 36.6 29.6 15.5 1.43. Saya membentak ayah dengan marah 63.4 23.9 9.9 2.8 0.0

Page 52: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

75

4. Saya bertengkar dengan ayah 47.9 33.8 8.5 8.5 1.45. Saya memukul atau menampar ayah 98.6 1.4 0.0 0.0 0.0

Keterangan: A: Tidak pernah, B: Jarang sekali, C: Cukup, D: Sering, E: Selalu

Secara umum, hubungan yang banyak dilakukan antara contoh dan

ayahnya yaitu dalam hal saling membantu apabila memerlukan sesuatu (dimensi

kehangatan), dan mengkritik perbuatan yang dilakukan keduanya (Lampiran 2a).

Perlakuan ayah kepada contoh yang memiliki skor terkecil yaitu dalam hal

mendiskusikan sesuatu yang membuat contoh merasa dihargai (dimensi

kehangatan), dan memukul atau menampar contoh (dimensi kekasaran),

sedangkan perlakuan contoh kepada ayahnya yang memiliki skor terkecil yaitu

dalam hal berbuat sesuatu sehingga ayah merasa dicintai (dimensi kehangatan),

dan memukul atau menampar ayah (dimensi kekasaran).

Lampiran 2a menunjukkan bahwa perlakuan ayah kepada contoh baik

dalam hal dimensi kehangatan maupun kekasaran memiliki total skor yang lebih

tinggi daripada perlakuan contoh kepada ayahnya. Hal ini memiliki arti bahwa

ayah lebih menunjukkan perlakuan yang baik kepada contoh meskipun intensitas

mengkritiknya lebih besar dibandingkan contoh. Apabila contoh dikelompokkan

menjadi tiga golongan maka lebih dari separuh contoh (71.4% Kelas X dan

66.7% Kelas XI) memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya. Hal ini diartikan

bahwa contoh merasakan hubungan dengan ayahnya saling menghargai, peduli,

membantu jika kesulitan, dan tidak pernah memukul atau menampar. Selain itu,

28.6 persen contoh Kelas X dan 30.6 persen Kelas XI berada pada kategori

cukup baik. Artinya adalah contoh cukup dapat berinteraksi dengan ayahnya.

Namun, masih terdapat contoh yang memiliki interaksi yang kurang baik. Hal ini

diartikan bahwa contoh merasa dengan ayahnya kurang saling membantu,

kurang saling menghargai, tidak peduli, kadang-kadang ayah marah, memukul,

dan membentak. Hasil uji statistik menyatakan terdapat perbedaan yang

signifikan antara hubungan ayah dan contoh kedua Kelas.

Interaksi yang terjalin dengan baik diduga berhubungan dengan

pendidikan formal yang ditempuh ayah contoh. Gunarsa dan Gunarsa (2004)

menyatakan tingkat pendidikan orangtua baik secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi interaksi antara orangtua dan anak dalam

lingkungan keluarga. Sebaran contoh berdasarkan tingkat hubungan ayah dan

contoh terlihat pada Tabel 13 berikut.

Page 53: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

76

Tabel 13 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan tingkat hubungan dengan ayah dan contoh (n=71)

Hubungan Ayah dan Contoh Kelas X Kelas XI n % n %

Kurang Baik (18-42) 0 0.0 1 2.8Cukup Baik (43-66) 10 28.6 11 30.6Baik (67-90) 25 71.4 24 66.7Total 35 100.0 36 100.0Min 46 42 Max 88 80 Rata-rata ± SD 70.2±8.6 65.8 ±9.0 p-value 0.040

Hubungan Contoh dengan Ibunya

Interaksi sosial yang pertama kali dialami oleh anak adalah hubungan

anak dengan ibunya, kemudian meluas dengan ayah dan anggota keluarga yang

lain. Peran seorang ibu untuk pengasuhan anak sangat besar dalam pemberian

simulasi mental. Hubungan ibu-anak sebagai suatu pola perilaku yang mengikat

ibu dan anak secara timbal balik yang mencakup berbagai upaya keluarga yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak (Gunarsa dan Gunarsa 2004).

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kehangatan ibu terhadap

contoh tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh ayah contoh. Ibu lebih

banyak melakukan sesuatu yang membuat contoh merasa dipedulikan (50.7%),

dan dicintai (37.0%) dibandingkan yang dilakukan oleh ayah kepada contoh.

Sebaliknya, hampir separuh contoh menyatakan bahwa ibunya sering

mendiskusikan sesuatu sehingga contoh merasa dihargai (42.5%), dan

membantu contoh (45.2%) meskipun 43.8 persen contoh menyatakan ibunya

cukup marah-marah dan sering mengkritik (48.0%). Sebesar 45.2 persen contoh

jarang sekali dibentak dan bertengkar oleh ibunya. Lebih dari separuh contoh

(72.6%) menyatakan ibunya tidak pernah memukul atau menamparnya. Hampir

separuh contoh cukup peduli (42.5%), dan berbuat sesuatu yang membuat ibu

merasa dicintai (46.6%). Sepertiga contoh sering mendiskusikan sesuatu

(37.0%), dan membantu ibu (45.2%). Hampir dari separuh contoh (49.3%) jarang

sekali marah-marah, dan mengkritik ibunya (38.4%). Proporsi terbesar contoh

(56.2%) tidak pernah membentak, dan bertengkar (34.2%) dengan ibunya.

Seluruh contoh (100.0%) tidak pernah memukul ataupun menampar ibunya.

Secara umum, tidak terdapat perbedaan antara hubungan ibu kepada contoh

dengan hubungan ayah kepada contoh. Namun dalam dimensi kehangatan, ibu

Page 54: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

77

memiliki skor tertinggi dalam mempedulikan masalah yang sedang dihadapi

contoh dibandingkan ayah. Selain itu, perlakuan ibu kepada contoh juga memiliki

total skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ayah kepada contoh

baik dalam dimensi kehangatan maupun kekasaran (Lampiran 2b). Hal ini

menunjukkan bahwa ibu memiliki hubungan yang baik dengan contoh terutama

dalam hal mempedulikan dan membantu contoh meskipun sering mengkritik

perbuatan yang dilakukan contoh. Sebaran contoh berdasarkan pernyataan

interaksi dengan ibunya terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan interaksi dengan ibu (n=73)

Pernyataan Persentase (%) A B C D E

Perlakuan Ibu kepada Contoh Dimensi Kehangatan 1. Ibu mempedulikan masalah yang sedang

saya hadapi 0.0 5.5 15.1 28.8 50.72. Ibu berbuat sesuatu yang kemudian

membuat saya merasa dicintai 1.4 2.7 17.8 41.1 37.03. Ibu mendiskusikan sesuatu dengan saya

sehingga saya merasa dihargai 2.7 5.5 21.9 42.5 27.44. Ibu membantu saya bila saya perlu

sesuatu 1.4 4.1 8.2 45.2 41.1Dimensi Kekasaran 1. Ibu marah-marah pada saya 4.1 28.8 43.8 21.9 1.42. Ibu mengkritik perbuatan saya 2.7 11.0 35.6 48.0 2.73. Ibu membentak saya dengan marah 8.2 45.2 27.4 16.4 2.74. Ibu bertengkar dengan saya 23.3 39.7 21.9 13.7 1.45. Ibu memukul atau menampar saya 72.6 19.2 6.9 1.4 0.0Perlakuan Contoh kepada Ibu Dimensi Kehangatan 1. Saya mempedulikan masalah yang sedang

ibu hadapi 1.4 6.9 42.5 30.1 19.22. Saya berbuat sesuatu yang kemudian

membuat ibu merasa dicintai 1.4 8.2 46.6 31.5 12.33. Saya mendiskusikan sesuatu dengan ibu

sehingga ibu merasa dihargai 1.4 8.2 35.6 37.0 17.84. Saya membantu ibu bila ibu perlu sesuatu 0.0 2.7 35.6 45.2 16.4Dimensi Kekasaran 1. Saya marah-marah pada ibu 19.2 49.3 19.2 11.0 1.42. Saya mengkritik perbuatan ibu 16.4 38.4 32.9 12.3 0.03. Saya membentak ibu dengan marah 56.2 27.4 9.6 6.9 0.04. Saya bertengkar dengan ibu 34.3 35.6 19.2 9.6 1.45. Saya memukul atau menampar ibu 100.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Keterangan: A: Tidak pernah, B: Jarang sekali, C: Cukup, D: Sering, E: Selalu Tabel 15 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh (72.2% pada

Kelas X dan 62.2% pada Kelas XI) memiliki hubungan yang baik dengan ibunya.

Hal ini berarti bahwa contoh memiliki hubungan baik dengan ibunya. Hal ini

diartikan bahwa contoh merasakan hubungan dengan ibunya saling menghargai,

Page 55: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

78

peduli, membantu jika kesulitan, dan tidak pernah memukul atau menampar.

Sebesar 25.0 persen contoh Kelas X dan 37.8 persen Kelas XI berada pada

kategori cukup baik. Artinya adalah contoh cukup dapat berinteraksi dengan

ibunya. Namun, masih terdapat contoh yang memiliki interaksi yang kurang baik.

Hal ini menggambarkan bahwa contoh kurang dapat berinteraksi dengan ibunya.

Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara hubungan contoh dengan ibunya pada kedua kelas. Sebaran contoh

berdasarkan tingkat hubungan contoh dengan ibunya terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan tingkat hubungan dengan ibunya (n=73)

Hubungan Ibu dan Contoh Kelas X Kelas XI n % n %

Kurang Baik (18-42) 1 2.8 0 0.0Cukup Baik (43-66) 9 25.0 14 37.8Baik (67-90) 26 72.2 23 62.2Total 36 100.0 37 100.0Min 31 47 Max 81 83 Rata-rata ± SD 69.2±10.6 68.1 ±9.3 p-value 0.634

Hubungan Ayah dengan Ibu

Tingkah laku orangtua dapat mempengaruhi pembinaan anak-anaknya.

Hubungan yang baik di dalam keluarga antara ayah, ibu, dan anak-anak akan

terjalin apabila komunikasi berjalan dengan baik (Effendi et al 1995, diacu dalam

Kunarti 2004). Proporsi terbesar contoh menunjukkan adanya hubungan yang

mendukung antara ayah dan ibu. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa

interaksi yang selalu dilakukan oleh orangtua contoh berupa kepedulian dan

penghargaan. Ayah sedikit lebih mempedulikan masalah yang sedang dihadapi

ibu (49.3%) dibandingkan ibu (40.9%). Namun separuh contoh menyatakan

bahwa ibu (50.7%) lebih banyak mendiskusikan sesuatu kepada ayah

dibandingkan ayah kepada ibu (46.5%). Separuh contoh (50.7%) juga

menyatakan bahwa ibu selalu berbuat sesuatu yang membuat ayah merasa

dicintai meskipun ayah sering melakukan hal tersebut kepada ibu (39.4%).

Hampir separuh contoh (46.5%) menyatakan bahwa ayah selalu

membantu ibu, sedangkan ibu jarang sekali membantu ayah bila memerlukan

sesuatu. Hampir separuh contoh menyatakan ayah cukup marah-marah kepada

ibu (43.7%), dan sebaliknya (45.1%). Ayah juga cukup mengkritik (47.9%) dan

membentak ibu (52.1%) meskipun proporsi terbesar contoh menyatakan bahwa

Page 56: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

79

ibu tidak pernah mengkritik (45.1%) dan jarang membentak ayah (59.2%).

Sebagian besar contoh menyatakan bahwa ayahnya tidak pernah

bertengkar dengan ibu (88.7%), begitu pula dengan ibu (93.0%). Lebih dari

separuh contoh menyatakan bahwa ayahnya tidak pernah memukul atau

menampar ibu (56.3%), dan hampir seluruh ibu (93.0%) tidak pernah memukul

atau menampar ayah. Secara umum, skor tertinggi hubungan yang terjadi antara

ayah dan ibu yaitu dalam hal saling mempedulikan masalah yang sedang

dihadapi (dimensi kehangatan), dan mengkritik perbuatan (dimensi kekasaran).

Namun pada perlakukan ibu kepada ayah, skor tertinggi juga terdapat dalam hal

membantu ayah jika memerlukan sesuatu. Hal ini menunjukkan hubungan yang

baik antara ayah dan ibu meskipun total skor pada dimensi kehangatan sedikit

lebih tinggi ibu daripada ayah (Lampiran 2c).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan hubungan ayah dengan ibu (n=71)

Pernyataan Persentase (%) A B C D E

Perlakuan Ayah kepada Ibu Dimensi Kehangatan 1. Ayah mempedulikan masalah yang sedang

ibu hadapi 1.4 1.4 21.1 26.8 49.32. Ayah berbuat sesuatu yang kemudian

membuat ibu merasa dicintai 1.4 2.8 28.2 39.4 28.23. Ayah mendiskusikan sesuatu dengan ibu

sehingga ibu merasa dihargai 2.8 2.8 18.3 29.6 46.54. Ayah membantu ibu bila ibu perlu sesuatu 1.4 4.2 15.5 32.4 46.5Dimensi Kekasaran 1. Ayah marah-marah pada ibu 7.0 25.4 43.7 22.5 1.42. Ayah mengkritik perbuatan ibu 0.0 35.2 47.9 9.9 7.03. Ayah membentak ibu dengan marah 4. Ayah bertengkar dengan ibu 5. Ayah memukul atau menampar ibu

0.088.756.3

26.82.8

21.1

52.1 5.6

18.3

15.5 0.0 1.4

5.62.82.8

Perlakuan Ibu kepada Ayah Dimensi Kehangatan 1. Ibu mempedulikan masalah yang sedang

ayah hadapi 1.4 5.6 21.1 31.0 40.92. Ibu berbuat sesuatu yang kemudian

membuat ayah merasa dicintai 2.8 2.8 15.5 38.0 40.93. Ibu mendiskusikan sesuatu dengan ayah

sehingga ayah merasa dihargai 1.4 4.2 11.3 32.4 50.74. Ibu membantu ayah bila ayah perlu sesuatu 8.5 46.5 38.0 7.0 0.0Dimensi Kekasaran 1. Ibu marah-marah pada ayah 5.6 26.8 45.1 21.1 1.42. Ibu mengkritik perbuatan ayah 45.1 40.9 14.1 0.0 0.03. Ibu membentak ayah dengan marah 16.9 59.2 19.7 4.2 0.04. Ibu bertengkar dengan ayah 93.0 4.2 2.8 0.0 0.05. Ibu memukul atau menampar ayah 93.0 2.8 4.2 0.0 0.0

Page 57: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

80

Keterangan: A: Tidak pernah, B: Jarang sekali, C: Cukup, D: Sering, E: Selalu Apabila hubungan variabel ayah dan ibu contoh dikelompokkan menjadi

tiga kategori, maka hasil menunjukkan bahwa proporsi terbesar orangtua contoh

(80.0% Kelas X dan 72.2% Kelas XI) memiliki interaksi yang baik dengan rata-

rata skor 74.1 pada Kelas X dan 71.0 pada Kelas XI (Tabel 17). Hal ini berarti

bahwa terjadi interaksi yang baik antar kedua orangtua contoh. Selain itu, 20.0

persen contoh Kelas X dan 27.8 persen Kelas XI berada pada kategori cukup

baik. Artinya adalah orangtua contoh cukup berinteraksi antara keduanya,

sedangkan interaksi yang kurang baik tidak terjadi pada kedua orangtua contoh.

Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

hubungan orangtua contoh kedua Kelas.

Tabel 17 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan tingkat interaksi ayah dan ibu pada (n=71)

Interaksi Ayah dan Ibu Kelas X Kelas XI n % n %

Kurang Baik (18-42) 0 0.0 0 0.0Cukup Baik (43-66) 7 20.0 10 27.8Baik (67-90) 28 80.0 26 72.2Total 35 100.0 36 100.0Min 58 48 Max 84 89 Rata-rata ± SD 74.1±7.1 71.0 ±10.3 p-value 0.144

Kualitas Hubungan

Hubungan kasih sayang antara orangtua dan anak akan mendekatkan

anak dengan orangtuanya, memudahkan orangtua memberikan hadiah dan

hukuman yang sepadan jika anak berbuat tidak baik. Anak juga akan lebih

mudah menerima nilai-nilai orangtua dan menirunya (Gunarsa & Gunarsa, 2004).

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa secara umum separuh

contoh pada dasarnya puas dan puas sekali terhadap keadaan hubungan antara

ayah, ibu, dan antara orangtua contoh. Proporsi terbesar contoh pada dasarnya

memiliki kategori hubungan yang memuaskan (49.3% dengan ibu dan 43.8%

dengan ayah), dan membahagiakan (46.6% dengan ibu dan 43.8% dengan

ayah). Selain itu, contoh juga menilai bahwa 52.1 persen puas dan 54.8%

bahagia mengenai hubungan antara ayah terhadap ibunya. Kualitas hubungan

yang memiliki skor terbesar yaitu contoh merasa bahagia dengan keadaan

hubungan dengan ibunya, sedangkan skor terkecil terletak pada rasa puas

contoh terhadap hubungan yang terjadi dengan ayahnya. Secara keseluruhan,

kualitas hubungan yang paling tinggi terletak pada hubungan antara contoh dan

Page 58: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

81

ibunya, selanjutnya antara ayah dan ibu, dan terakhir dengan ayahnya (Lampiran

2d). Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan (n=73)

Pernyataan Persentase (%) A B C D

1. Seberapa puaskah hubungan antara anda dan ibu anda? 1.4 6.9 49.3 42.5

2. Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan anda dengan ibu anda? 1.4 6.9 45.2 46.6

3. Seberapa puaskah hubungan antara anda dan ayah anda? 5.5 8.2 43.8 42.5

4. Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan anda dengan ayah anda? 4.1 8.2 43.8 43.8

5. Seberapa puaskah hubungan antara ayah dan ibu anda? 2.7 6.9 38.4 52.1

6. Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan ayah dengan ibu anda? 5.5 5.5 34.3 54.8

Keterangan: A: Sangat tidak puas/tidak bahagia B: Pada dasarnya tidak puas/tidak bahagia, C: Pada dasarnya puas/bahagia, D: Puas/bahagia sekali

Tabel 19 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh (66.7% Kelas X

dan 54.1% Kelas XI) memiliki kualitas hubungan yang tergolong puas dengan

orangtuanya dan rata-rata skor Kelas X sedikit lebih besar (20.1) dibandingkan

Kelas XI (19.9). Artinya contoh merasa puas/bahagia terhadap hubungannya

dengan orangtuanya. Contoh merasa bahwa orangtuanya telah memenuhi

kebutuhan secara fisik maupun secara psikologis dengan baik. Selain itu, 33.3

persen contoh Kelas X dan 37.8 persen contoh Kelas XI merasa cukup

puas/bahagia terhadap hubungan dengan orangtuanya. Hal ini berarti baik ayah

maupun ibu cukup memenuhi kebutuhan contoh baik secara fisik maupun

psikologis. Namun, masih terdapat beberapa contoh yang tidak puas/bahagia

dengan hubungannya dengan ayah dan ibu. Hal ini menandakan bahwa

orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan contoh baik secara fisik maupun

psikologis (Tabel 19). Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara kualitas hubungan contoh pada Kelas X dan Kelas XI.

Tabel 19 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan tingkat kualitas hubungan (n=73)

Kualitas Hubungan Kelas X Kelas XI n % n %

Tidak puas/bahagia (6-12) 0 0.0 3 8.1Cukup puas/bahagia (13-18) 12 33.3 14 37.8Puas/bahagia (19-24) 24 66.7 20 54.1Total 36 100.0 37 100.0Min 13 10 Max 24 24 Rata-rata ± SD 20.1±3.1 19.9 ±4.1 p-value 0.775

Page 59: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

82

Berdasarkan uji beda Mann Whitney dalam pengukuran variabel interaksi

dalam keluarga, terdapat perbedaan yang nyata positif antara interaksi ayah dan

ibu dalam hal kehangatan, kekasaran, keeratan hubungan, komunikasi, dan

interaksi antara orangtua dengan contoh. Hal ini menunjukkan bahwa contoh

merasakan kehangatan, dan berinteraksi lebih banyak kepada ibu dibandingkan

kepada ayah (Tabel 20).

Tabel 20 Rata-rata skor ayah dan ibu dalam berinteraksi dengan keluarga

Variabel Interaksi dalam keluarga Nilai Rata-rata Uji Beda t (p) Ayah Ibu

Kehangatan orangtua kepada contoh 14.9 16.4 .01** Kehangatan contoh kepada orangtua 13.7 14.4 .11 Kekasaran orangtua kepada contoh 18.4 17.2 .03* Kekasaran contoh kepada orangtua 21.0 20.6 .36 Kualitas hubungan orangtua dengan contoh 6.5 6.7 3.33 Interaksi contoh dengan orangtua 117.2 124.1 .02*

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed).

Berdasarkan laporan contoh diketahui bahwa ibu lebih memberikan

pengasuhan yang dilandasi kehangatan lebih tinggi daripada ayah. Tabel 20

menjelaskan bahwa rata-rata interaksi contoh dengan ibu (skor rata-rata=124.1)

adalah lebih tinggi dan signifikan (p<0.05) dibandingkan interaksi contoh dengan

ayah (skor rata-rata 117.2). Hal ini dapat diartikan bahwa interaksi antara contoh

dan ibu lebih baik dibandingkan interaksi antara contoh dan ayah. Interaksi

tersebut meliputi tingginya rata-rata nilai kehangatan ibu kepada contoh, dan

rendahnya kekasaran ibu kepada contoh. Hal ini dikarenakan ibu adalah orang

terdekat dan orang yang melahirkan dan merawat anaknya sampai dewasa.

Selain itu, ibu memiliki kesempatan bersama dengan anak yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ayah yang merupakan bagian dalam keluarga yang

bertugas sebagai pencari nafkah. Hal ini mendukung pernyataan Puspitawati

(2006) bahwa kontribusi peran pengasuhan yang dilakukan oleh ibu mempunyai

keistimewaan yang lebih besar dibandingkan dengan peran pengasuhan yang

dilakukan ayah.

Page 60: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

83

Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional memegang peranan penting dalam keberhasilan

seseorang dibandingkan dengan IQ. Kecerdasan emosional yang tinggi dapat

membantu menghadapi berbagai macam kejadian yang tidak terduga dalam

kehidupannya. Hal ini sangat menolong dalam melakukan penyelesaian dengan

lingkungan dan orang lain (Goleman 1995).

Kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) meliputi mengenali

emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan seni

membina hubungan. Adanya kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu

perasaan itu terjadi dibutuhkan dalam mengenali emosi diri. Kesadaran berarti

waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati. Tabel

21 menjelaskan bahwa contoh lebih stabil dalam mengenali emosi diri.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa proporsi terbesar contoh dapat

mengetahui kekuatan (38.4%) dan kelemahan (43.8%) emosi yang ada pada

dirinya, mengerjakan sesuatu dengan benar (52.1%) , dan mempunyai kualitas

bagus dalam dirinya (45.2%).

Contoh cenderung dapat mengelola emosi meskipun agak sulit untuk

mengontrol dan marah ketika dikecewakan teman. Namun sepertiga contoh

(38.4%) dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan amarahnya ketika

sedang bad mood dan lebih dari separuh contoh (54.8%) berusaha

menyesuaikan diri walaupun terkadang agak berat. Begitu pula dalam hal

memotivasi diri, proporsi terbesar contoh (35.6%) tidak malu meminta nasihat

kepada orangtua dalam memecahkan masalah sehingga merasa yakin dengan

diri sendiri. Proporsi terbesar contoh dapat mengenali emosi orang lain dan

dapat membina hubungan dengan baik. Proporsi terbesar contoh suka berteman

dengan siapa saja (50.7%), dan mengucapkan salam ketika berangkat ke

sekolah (75.3%). Pengendalian emosi dilakukan bukan dengan menekan emosi

melainkan mampu menyalurkan emosi dan mengalihkan suasana hati melalui

kegiatan positif seperti nonton, membaca buku, aerobik, makan makanan

kegemaran, pergi berbelanja, mencoba untuk melihat permasalahan dari sudut

pandang baru, dan menolong orang lain (Goleman 1999).

Nilai tertinggi dalam mengenali emosi diri terletak dalam hal mengetahui

kelemahan emosi, sedangkan terendah dalam hal mengerjakan sesuatu dengan

benar. Hal ini menunjukkan bahwa contoh memiliki kemampuan mengenali

emosinya dengan baik terutama dalam mengetahui kelemahan emosinya

Page 61: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

84

meskipun dalam hal mengerjakan sesuatu dengan benar dilakukan cukup baik.

Contoh memiliki nilai yang tinggi dalam hal menyesuaikan diri walupun agak

berat dalam hal mengelola emosi, sedangkan nilai terkecil dalam hal marah

ketika dikecewakan oleh teman. Hal ini berarti bahwa contoh memiliki

kemampuan dalam mengelola emosi terutama dalam menyesuaikan diri,

meskipun mudah marah jika dikecewakan oleh teman.

Goleman (1999) menyatakan bahwa memotivasi merupakan salah satu

dasar kecerdasan emosional yang akan meningkatkan keberhasilan dalam

segala bidang suatu kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri

dalam mencapai prestasi. Nilai tertinggi pada penelitian ini dalam hal motivasi

terletak pada masalah yang dihadapi semakin membuat contoh tidak dapat

mengenali dirinya sendiri, sedangkan nilai terendah terletak pada jadwal agenda

harian yang dimiliki contoh. Hal ini menunjukkan bahwa contoh kurang dapat

termotivasi dalam hal menghadapi masalah dan memiliki agenda harian.

Nilai empati tertinggi yang dilakukan contoh dalam hal menghormati

teman yang beribadah, sedangkan nilai terendah terletak dalam hal membuang

sampah pada tempatnya. Hal ini menunjukkan jiwa toleransi antar umat

beragama sangat baik dilakukan oleh contoh meskipun empati terhadap

kebersihan kurang baik. Seni membina hubungan yang paling tinggi dilakukan

contoh yaitu dalam hal mengucapkan salam kepada orangtua ketika akan

berangkat ke sekolah, sedangkan yang paling kecil dalam hal memulai suatu

pembicaraan terhadap orang dewasa. Hal ini berarti bahwa contoh memiliki

kemampuan membina hubungan yang baik dengan oranglain, terutama dalam

mengucapkan salam kepada orangtua meskipun cukup baik dalam memulai

suatu pembicaraan dengan oranglain (Lampiran 2e). Secara keseluruhan,

kecerdasan emosional yang paling tinggi dilakukan sebagian besar contoh yaitu

kemampuan empati dan paling rendah dalam hal memotivasi diri (Lampiran 3).

Sebaran contoh berdasarkan pernyataan kecerdasan emosional terletak pada

Tabel 21.

Page 62: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

85

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosional

Pernyataan Persentase (%) A B C D E

Mengenali Emosi Diri 1. Saya merasa tidak mempunyai kekuatan untuk

mengubah hal-hal yang penting dalam hidup saya 1.4 8.2 24.7 38.4 27.42. Saya selalu mengerjakan sesuatu dengan benar 0.0 4.1 52.1 42.5 1.43. Saya merasa punya kualitas bagus 1.4 9.6 34.3 45.2 9.64. Saya dapat memahami dan mengenali diri saya

sendiri 1.4 1.4 21.9 50.7 24.75. Saya mengetahui kelemahan emosi saya 1.4 6.9 16.4 43.8 31.5Mengelola Emosi Diri 1. Saya dapat mengontrol emosi saya 1.4 8.2 50.7 31.5 8.22. Dimanapun saya berada, saya berusaha untuk

menyesuaikan diri walaupun terkadang agak berat 0.0 2.7 12.3 54.8 30.13. Saya bertindak dan bersikap positif 0.0 4.1 52.1 42.5 1.44. Saya akan menghindari hal-hal yang dapat

menimbulkan amarah saya muncul ketika sedang bad mood 0.0 6.9 28.8 38.4 26.0

5. Ketika dikecewakan oleh teman, saya akan marah kepadanya 5.5 24.7 39.7 28.8 1.4

Motivasi 1. Saya tidak malu untuk minta nasihat pada orangtua

dalam memecahkan masalah-masalah saya 2.7 12.3 27.4 35.6 21.92. Masalah yang saya hadapi membuat saya semakin

tidak dapat mengenali diri saya 1.4 8.2 28.8 41.1 20.63. Saya sangat yakin pada diri saya sendiri 1.4 5.5 34.3 43.8 15.14. Saya tidak pernah berhenti belajar sampai mengerti 0.0 12.3 42.5 37.0 8.25. Saya memiliki jadwal agenda harian yang akan

dilakukan setiap harinya 17.8 32.9 30.1 11.0 8.2Empati 1. Saya membantu nenek menyeberang jalan 9.6 0.0 1.4 0.0 89.02. Saya membuang sampah ditempat sampah 15.1 0.0 11.0 0.0 74.03. Saya memberi bantuan keuangan kepada teman

yang membutuhkan sesuai kemampuan 0.0 0.0 6.9 0.0 93.24. Saya tidak ambil pusing jika teman saya membentuk

kelompok 0.0 0.0 1.4 0.0 98.65. Saya menghormati teman yang beribadah 2.7 0.0 30.1 0.0 67.1Seni Membina Hubungan 1. Mudah sekali bagi saya untuk memulai suatu

pembicaraan dengan orang dewasa 2.7 19.2 26.0 38.4 13.72. Saya selalu mengucapkan salam kepada orangtua

ketika akan berangkat ke sekolah 0.0 0.0 4.1 20.6 75.33. Saya suka berteman dengan siapa saja 2.7 0.0 8.2 38.4 50.74. Saya orang yang sangat menyenangkan dan

gampang diajak kerjasama 1.4 4.1 23.3 52.1 19.25. Saya bisa menyimpan rahasia teman 1.4 15.1 45.2 38.4 0.0

Keterangan: A: Saya sama sekali tidak seperti itu, B: Kemungkinan besar saya tidak seperti itu C: Saya antara seperti itu dan tidak seperti itu, D: Kemungkinan besar saya seperti itu E: Saya selalu seperti itu

Page 63: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

86

Sebagian besar contoh (88.9% Kelas X dan 78.4% Kelas XI) memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini berarti bahwa contoh memiliki

kemampuan yang baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi

diri, berempati, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Selain

itu, terdapat 11.1 persen contoh Kelas X dan 21.6 persen Kelas XI yang memiliki

kecerdasan emosional sedang. Hal ini menunjukkan bahwa contoh memiliki

kemampuan yang cukup baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi,

memotivasi diri, berempati, dan kemampuan membina hubungan dengan orang

lain. Kecerdasan emosional yang rendah tidak ditemukan pada contoh baik

Kelas X maupun Kelas XI. Rata-rata kecerdasan emosi contoh Kelas X (102.0)

lebih tinggi dari Kelas XI (98.6). Namun hasil uji statistik menunjukkan tidak

terdapat perbedaan antara kecerdasan emosi keduanya.

Tabel 22 Sebaran contoh Kelas X dan Kelas XI berdasarkan tingkat kecerdasan emosional (n=73)

Kecerdasan Emosional Kelas X Kelas XI n % n %

Rendah (25-58) 0 0.0 0 0.0Sedang (59-91) 4 11.1 8 21.6Tinggi (92-125) 32 88.9 29 78.4Total 36 100.0 37 100.0Min 78 75 Max 120 115 Rata-rata ± SD 102.0±10.3 98.6 ±8.8 p-value 0.127

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Karakteristik Individu dengan Interaksi Anak dalam Keluarga

Berdasarkan uji korelasi Spearman yang dilakukan untuk melihat

hubungan karakteristik individu dengan interaksi anak dalam keluarga, terdapat

hubungan antara tujuan hidup dan cita-cita dengan interaksi yang terjadi antara

ibu dan contoh (Lampiran 5a). Semakin tinggi tujuan hidup dan cita-cita anak di

masa yang akan datang maka interaksi anak dengan ibu semakin baik.

Interaksi sosial yang pertama kali dialami oleh anak adalah hubungan

anak dengan ibunya, kemudian meluas dengan ayah dan anggota keluarga yang

lain. Peran seorang ibu untuk pengasuhan anak sangat besar dalam pemberian

simulasi mental. Hubungan ibu-anak sebagai suatu pola perilaku yang mengikat

ibu dan anak secara timbal balik yang mencakup berbagai upaya keluarga yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak (Gunarsa dan Gunarsa 2004).

Page 64: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

87

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Interaksi Anak dalam Keluarga Karakteristik keluarga contoh meliputi umur ayah dan ibu, tingkat

pendidikan ayah dan ibu, jenis pekerjaan ayah dan ibu, pendapatan keluarga per

bulan, dan besar keluarga. Interaksi anak dalam keluarga terdiri dari pengasuhan

yang bersifat warmth support, dan kualitas hubungan orangtua.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara umur ayah dan ibu dengan interaksi anak dalam

keluarga. Tetapi umur ayah, dan tingkat pendidikan ayah memiliki hubungan

yang positif dengan umur ibu, dan tingkat pendidikan ibu. Hal ini menunjukkan

homogenitas yang dimiliki contoh tinggi sehingga tidak cukup varian untuk

membuktikannya.

Tabel 23 Hasil uji korelasi Spearman karakteristik keluarga dengan interaksi anak dalam keluarga

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Hubungan Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional ditentukan oleh kepribadian yang dibawa sewaktu

lahir (genetik), dan dibentuk juga oleh interaksi-interaksi dengan orangtua dan

lingkungannya. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa hubungan

antara ayah dan contoh, ibu dan contoh, kualitas hubungan, dan interaksi anak

dalam keluarga mempunyai hubungan yang nyata positif dengan kecerdasan

emosional. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi hubungan antara ayah

dan contoh, hubungan antara ibu dan contoh, kualitas hubungan, dan interaksi

yang dilakukan dalam keluarga maka kecerdasan emosionalnya akan semakin

baik (Lampiran 5c).

Variabel Umur Ayah

Umur Ibu

Pddkn Ayah

Pddkn Ibu

Pdptn Orangtua

Besar keluarga

Interaksi Keluarga

Umur Ayah Umur Ibu .61** Pendidikan Ayah -.00 .11 Pendidikan Ibu .11 .18 .61** Pendapatan Orangtua -.07 -.18 .08 .22 Besar keluarga -.08 -.05 .02 -.17 .09 Interaksi Keluarga -.03 .00 .05 -.03 .21 -.08

Page 65: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

88

Interaksi sosial yang pertama kali dialami oleh anak adalah hubungan

anak dengan ibunya, kemudian meluas dengan ayah dan anggota keluarga yang

lain. Dalam pemberian stimulasi mental pada anak maka peran seorang ibu

untuk pengasuhan anak sangat besar. Interaksi ibu-anak sebagai suatu pola

perilaku yang mengikat ibu dan anak secara timbal balik yang mencakup

berbagai upaya keluarga secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Interaksi keluarga yang semakin baik, maka kecerdasan emosional yang

terbentuk akan baik. Keluarga yang harmonis dan saling berinteraksi antara

orangtua dan anak serta adanya kasih sayang dan kebersamaan dalam

keluarga, akan memberikan suatu lingkungan yang kondusif bagi kecerdasan

emosional anak (Gunarsa dan Gunarsa 2004).

Hal ini mendukung pernyataan Gottman & DeClaire (1998) bahwa

kecerdasan emosional cenderung meningkat dengan meningkatnya interaksi

yang terjadi dengan orangtua. Schikendanz (1995), diacu dalam Megawangi

(2004) menyatakan bahwa anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang

aman dan bahagia maka akan mampu berkembang dengan baik, sehingga

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar keluarga terutama di

lingkungan sekolah.

Pembahasan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi

anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional siswa kelas bertaraf

internasional. Penelitian ini menempatkan contoh sebagai seorang remaja yang

menjadi anggota dari suatu organisasi baik organisasi keluarga, organisasi

sekolah maupun organisasi dari suatu kumpulan pemuda. Pemahaman akan

peran dan fungsi remaja baik sebagai anak maupun sebagai pelajar didekati

melalui sistem interaksi dan pendekatan teori ekosistem dalam keluarga

(Bronfenbrenner 1981).

Bronfenbrenner (1981) menyajikan model pandangan dari segi ekologi

dalam memahami proses sosialisasi pada anak. Model tersebut menempatkan

posisi anak pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat berinteraksi

dengan lingkungan yang berada disekitarnya yang meliputi lingkungan

mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan

lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi keluarga, sekolah, teman

Page 66: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

89

sebaya, dan tetangga. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan

mesosistem yang berupa hubungan antara lingkungan mikrosistem satu dengan

mikrosistem yang lainnya, misalnya hubungan antara lingkungan keluarga

dengan sekolahnya, dan hubungan antara lingkungan keluarga dengan teman

sebayanya. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan exosistem yang

merupakan lingkungan anak tidak secara langsung mempunyai peran secara

aktif , misalnya lingkungan keluarga besar atau lingkungan pemerintahan.

Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah lingkungan makrosistem yang

merupakan tingkatan paling luas yang meliputi struktur sosial budaya suatu

bangsa secara umum.

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

cita-cita dengan hubungan antara contoh dengan ibunya yang akhirnya akan

mempengaruhi kecerdasan emosional. Hal ini memberikan bukti bahwa semakin

tinggi cita-cita yang ingin dicapai maka akan semakin baik pula hubungan yang

dilakukan contoh kepada ibunya. Selain itu terdapat hubungan tidak langsung

dari karakteristik sosial ekonomi orangtua seperti tingginya pendidikan ayah dan

ibu yang berhubungan erat dengan semakin tingginya tingkat pendapatan

keluarga. Tidak adanya hubungan antara karakteristik keluarga dengan interaksi

anak dalam keluarga dikarenakan sampel yang digunakan homogen atau tidak

terdapat perbedaan antara Kelas X dan XI. Tingginya tingkat pendapatan

keluarga akan berdampak pada baiknya fungsi sosialisasi dan pengasuhan yang

dilakukan orangtua. Hal ini kemudian akan berdampak pada kualitas hubungan

antara orangtua dan anak, yang akhirnya akan berpengaruh pada kecerdasan

emosional anak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkah laku

orangtua dapat mempengaruhi pembinaan anak-anaknya. Secara umum, skor

tertinggi hubungan yang terjadi antara ayah dan ibu yaitu dalam hal saling

mempedulikan masalah yang sedang dihadapi (dimensi kehangatan), dan

mengkritik perbuatan (dimensi kekasaran). Namun pada perlakuan ibu kepada

ayah, skor tertinggi juga terdapat dalam hal membantu ayah jika memerlukan

sesuatu. Perlakuan ayah kepada contoh baik dalam hal dimensi kehangatan

maupun kekasaran memiliki skor yang lebih tinggi daripada perlakuan contoh

kepada ayahnya. Secara umum, tidak terdapat perbedaan antara hubungan ibu

kepada contoh dengan hubungan ayah kepada contoh. Pada dimensi

kehangatan, ibu memiliki skor tertinggi dalam mempedulikan masalah yang

Page 67: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

90

sedang dihadapi contoh dibandingkan ayah. Selain itu, perlakuan ibu kepada

contoh juga memiliki total skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

ayah kepada contoh baik dalam dimensi kehangatan maupun kekasaran.

Hasil penelitian Puspitawati (2006) mengindikasikan orangtua yang

berkompeten adalah yang melakukan pengasuhan dengan hangat dan

mendukung, menghargai anaknya, mencintai anaknya, melakukan kegiatan

bersama, menanyakan pendapat, dan membantu memecahkan masalah

bersama. Gaya pengasuhan yang dilakukan baik oleh ibu maupun ayah

merupakan variabel mediator antara keadaan sosial-ekonomi keluarga dan

tingkat kecerdasan emosional pelajar di SMK TI dan SMU. Jadi karakteristik

orangtua yang kompeten dalam penelitian ini adalah orangtua yang mampu

melakukan pengasuhan dengan penuh kehangatan dan dukungan,

mempedulikan masalah yang sedang dihadapi, mencintai anaknya, menghargai

anaknya, mendiskusikan sesuatu, dan membantu menyelesaikan masalah.

Keluarga merupakan sumber institusi paling awal dan paling kuat dalam

mensosialisasikan anak-anaknya. Pengasuhaan yang diberikan ibu memberi

hubungan yang erat dengan kecerdasan emosional. Pengasuhan ibu dan ayah

mempunyai hubungan yang signifikan dalam meningkatkan kecerdasan

emosional. Hal ini konsisten dengan pernyataan Puspitawati (2006) yang

menyatakan bahwa keluarga merupakan sumber institusi paling awal dan paling

kuat dalam mensosialisasikan anak-anaknya, baik pelajar laki-laki di SMK-TI

maupun pelajar perempuan di SMK-TI dan SMU sesuai dengan nilai-nilai

keluarga dan norma masyarakat yang dianut.

Merujuk pada pendekatan teori ekologi keluarga/teori system, apabila

salah satu subsistem terganggu, maka berakibat pada terganggunya sub-sistem

lainnya. Pengasuhan yang cenderung mengarah pada hubungan yang baik

antara ayah dan contoh, ibu dan contoh, dan interaksi yang terjadi dalam

keluarga akan memiliki kualitas hubungan yang baik. Akhirnya apabila orangtua

mendampingi dan membimbing anaknya dengan baik, maka akan

mempengaruhi tingginya kecerdasan emosional anak. Jadi dapat dikatakan

bahwa apabila orangtua dapat mengoptimalkan peranannya dalam menjalankan

fungsi pengasuhan yang baik, maka anak akan mampu menguasai dan

mengontrol emosinya. Penelitian ini telah membuktikan Teori Bronfenbrenner

(1981) bahwa outcome anak yang berupa kecerdasan emosional dipengaruhi

oleh lingkungan di sekitarnya khususnya lingkungan keluarga.

Page 68: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

91

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Siswa Kelas bertaraf internasional yang menjadi sampel penelitian ini

berjumlah 73 orang. Lebih dari separuh contoh berjenis kelamin perempuan.

Rata-rata umur contoh pada Kelas X yaitu 16 tahun sedangkan Kelas XI yaitu 17

tahun. Sebagian besar contoh mempunyai tujuan hidup dan cita-cita meneruskan

ke perguruan tinggi, bekerja keras dan belajar tekun, berbakti pada orangtua dan

guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan

menghindari masalah disekolah. Uang saku per bulan berada pada kisaran Rp

300 001-450 000. Rata-rata uang saku per bulan yang diterima contoh Kelas XI

lebih tinggi (Rp 460 945.95) dibandingkan Kelas X (Rp 441 527.78).

Sebagian besar umur orangtua contoh berada pada kelompok umur

produktif yaitu pada rentang umur 36-55 tahun. Pendidikan ayah contoh pada

Kelas XI lebih tinggi (S2) dibandingkan Kelas X (S1), sedangkan persentase

terbesar pendidikan tertinggi ibu contoh yaitu S1. Proporsi terbesar ayah contoh

bekerja sebagai PNS sedangkan ibu sebagai ibu rumahtangga. Persentase

terbesar pendapatan keluarga pada kisaran Rp >6 000 000. Proporsi terbesar

contoh berasal dari keluarga kecil (<4 orang). Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara karakteristik contoh, dan karakteristik keluarga pada keduanya.

Lebih dari separuh contoh memiliki hubungan yang baik dengan

orangtuanya. Hubungan yang banyak dilakukan antara contoh dan ayahnya yaitu

dalam hal saling membantu apabila memerlukan sesuatu (dimensi kehangatan),

dan mengkritik perbuatan yang dilakukan keduanya. Perlakuan ayah kepada

contoh baik dalam hal dimensi kehangatan maupun kekasaran memiliki total skor

yang lebih tinggi daripada perlakuan contoh kepada ayahnya. Ibu memiliki skor

tertinggi dalam mempedulikan masalah yang sedang dihadapi contoh

dibandingkan ayah. Selain itu, perlakuan ibu kepada contoh juga memiliki total

skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ayah kepada contoh baik

dalam dimensi kehangatan maupun kekasaran. Skor tertinggi hubungan yang

terjadi antara ayah dan ibu yaitu dalam hal saling mempedulikan masalah yang

sedang dihadapi (dimensi kehangatan), dan mengkritik perbuatan (dimensi

kekasaran).

Kualitas hubungan antara contoh dengan ibunya lebih besar

dibandingkan antara contoh denan ayahnya. Lebih dari separuh contoh memiliki

kualitas hubungan yang tergolong puas/bahagia dengan orangtuanya dan rata-

Page 69: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

92

rata skor Kelas X sedikit lebih besar (20.1) dibandingkan Kelas XI (19.9). Kualitas

hubungan yang paling tinggi terletak pada hubungan antara contoh dan ibunya,

selanjutnya antara ayah dan ibu, dan terakhir dengan ayahnya

Sebagian besar contoh memiliki kecerdasan emosional yang tinggi,

dengan rata-rata skor kecerdasan emosional tertinggi yaitu kemampuan empati

dan terrendah dalam hal memotivasi diri. Rata-rata skor kecerdasan emosi onal

contoh Kelas X lebih tinggi (102.0) dibandingkan Kelas XI (98.6). Namun hasil uji

statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua Kelas.

Hasil uji Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan nyata positif

antara: (1) tujuan hidup dan cita-cita dengan interaksi antara ibu dan contoh; (2)

Interaksi antara ayah dan contoh, ibu dan contoh, ayah dan ibu, dan kualitas

hubungan dengan interaksi keluarga; (3) Interaksi antara ayah dan contoh, ibu

dan contoh, dan kualitas hubungan dengan sedangkan kecerdasan emosional.

Saran Secara umum diketahui tujuan hidup dan cita-cita mempunyai hubungan

yang erat dengan interaksi yang terjadi antara ibu dan contoh, dan kecerdasan

emosional. Oleh karena itu diperlukan kerjasama orangtua dan sekolah dalam

membimbing siswa menentukan tujuan hidupnya.

Bagi lingkungan sekolah diharapkan menciptakan interaksi yang baik,

sehingga anak merasa berharga terutama dalam pencapaian tujuan hidup dan

cita-cita. Akhirnya akan meningkatkan kecerdasan emosional. Selain itu,

lingkungan sekolah dapat memfasilitasi adanya pertemuan orangtua murid

secara rutin sewaktu pengambilan raport yang diisi dengan ceramah atau

pelatihan singkat dengan mengundang motivator atau profesional dikalangan

psikologi yang bekerjasama dengan komite sekolah. Sebaiknya dalam mata

pelajaran tertentu seperti agama juga perlu dimasukkan muatan kecerdasan

emosional.

Bagi siswa agar lebih memotivasi dirinya dengan lebih baik terutama

dalam hal membuat jadwal agenda harian yang dilakukan setiap harinya.

Interaksi antara orangtua, anak, dan sekolah sangat penting. Oleh karena itu,

interaksi dalam bentuk komunikasi lebih ditingkatkan. Disiplin yang lebih

ditegakkan dalam keluarga dan lingkungan sekolah juga berguna untuk

mengurangi perilaku negatif siswa. Bagi lingkungan keluarga, peran ayah dalam

hal pengasuhan anak lebih ditingkatkan dengan cara memanfaatkan waktu libur

dengan keluarga.

Page 70: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

93

Saran untuk pengembangan ilmu keluarga yaitu adanya penelitian

dengan membandingkan antara kelas bertaraf internasional dengan kelas reguler

atau melakukan perbandingan dengan beberapa sekolah di Kota Bogor. Selain

itu, diperlukan instrumen teknis untuk mengukur kecerdasan emosional, dan

sumber kuesioner tidak hanya berasal dari sekolah dan siswa saja, melainkan

juga pihak-pihak terkait seperti orangtua, dan teman-teman.

Page 71: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

94

DAFTAR PUSTAKA

Agustian AG. 2003. Rahasia sukses membangun kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Arga

Altaria V. 2004. Intelegensi Versus Prestasi Belajar. http://www.bpkpenabur-

bdg.sch.id [2 Maret 2007].

Anonim. 2005. Pengarusutamaan Gender. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan

Anonim. 2006. Daftar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

http://www.smun2-tsm.sch.id [14 Desember 2006].

Atasasih H. 2002. Status Anemia dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa-Siswi SMUN 30 Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Atkinson R. L., R.C. Atkinson, E.R. Hildard (terj). 1983. Pengantar Psikologi.

Jakarta: Erlangga Bronfenbrenner U. 1981. The Ecology of Human Development: Experiments By

Nature and Design, USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Gerakan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Data Statistik Indonesia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Badan Pusat Statistik De Rossa P. 1995. Definition of Family. http://www.historicaldebates

.oireachtas.ie. [2 Maret 2007].

Desiyani F. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Mahasiswa IPB tentang Kepemimpinan Laki-laki dan Perempuan : Suatu Pendekatan Analisis Gender [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Dinas Pendidikan. 2005. Program Penyelenggaraan Sekolah Nasional Bertaraf

Internasional SMA Negeri 1 Bogor. Bogor: Pemerintah Kota Bogor Freeman J & U. Munandar. 2000. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Goleman J. 1999. Emotional Intelligence (terj). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Page 72: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

95

Gunarsa S.D. & Y.S.D. Gunarsa. 2004. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hulu DB. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Anemia dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Siswi SMKN 1 Bogor [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kunarti. 2004. Pengaruh Interaksi Keluarga dan Tekanan Ekonomi terhadap

Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Industri (SMK-TI) Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. Bandung: Mizan

, Melly L, W.F. Dina. 2004. Pendidikan Holistik Untuk Menciptakan Lifelong Learners. Bogor: Indonesia Heritage Foundation. Monks. 1987. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Muhammad H. 2006. Pembelajaran Matematika dan IPA dalam Bahasa Inggris (Bilingual). Jakarta: Depdiknas

Nara N. 2006. Prestasi Olimpiade Fisika: Secercah Optimisme bangsa di

bidang pendidikan. http:///www.kompas.com [2 Maret 2007]. Puspitawati H. 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan, Teman dan

Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Sadli S. 1986. Intelegensi Bakat dan Test IQ. Jakarta: Gaya Favorit

Santrock. 1998. Adolescent. Ed. ke 7. Mc Graw Hill, Inc.

Sarwata IM. 2000. Hubungan Emotional Bonding Ibu-Remaja dengan Kenakalan Remaja (SMU Jakarta Pusat) [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Sarwono S.W. 2003. Psikologi Remaja. Bandung: Raja Grafindo Perkasa

Shapiro L.E. 1999. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Singarimbun M. & S. Effendi. 1991. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka

Cipta, Jakarta.

Stanistaus S. 1993. Hubungan antara pola asuh orangtua dengan agresifitas remaja. [Tesis]. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran.

Page 73: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

96

Steinberg. 2001. Adolescence. “Ed ke-6”. MC Graw Hill Higher Education.

Sukiat. 1986. Motivasi dan Inteligensi dalam S. Sadli (Ed.), Inteligensi, Bakat dan Tes IQ. Jakarta: Gaya Favorite Press

Sukmadinata N.S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Page 74: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

97

LAMPIRAN

Page 75: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

98

Lampiran 1 Cara pengukuran variabel

Tujuan Hidup dan Cita-cita : Variabel ini terdiri dari 10 butir pertanyaan dengan

skala likert 1-5. Pertanyaan berupa keinginan meneruskan ke perguruan tinggi,

belajar dengan rajin agar memperoleh nilai yang baik, bekerja keras dan belajar

dengan tekun, beraktivitas dengan baik di sekolah, berbakti pada orangtua dan

guru, bertanggung jawab atas perbuatan, berteman dengan baik, menghindari

masalah di sekolah, hidup bersenang-senang, serta menabung dan hidup hemat.

Pilihan jawaban diberi skor 1-5 (1= tidak penting, 2= kurang penting, 3= cukup

penting, 4= penting, 5= sangat penting), kemudian dikelompokkan berdasarkan

kelas interval (1= sangat penting, 2= cukup penting, 3= tidak penting). Rentang

nilai dari 10-50. Pertanyaan tersebut merupakan replikasi dari Puspitawati

(2006).

Gaya Pengasuhan Contoh : Variabel ini terdiri dari 54 butir pertanyaan dengan

skala likert 1-5 mengenai hubungan dengan ayahnya (18 butir pertanyaan) ,

ibunya (18 butir pertanyaan), dan orangtua (18 butir pertanyaan). Adapun hal

yang ditanyakan adalah tentang mempedulikan, mencintai, menghargai,

membantu, marah-marah, bertengkar, dan memukul. Pilihan jawaban diberi skor

1-5 (1= tidak pernah, 2= jarang sekali, 3= cukup, 4= sering, 5= selalu), kemudian

dikelompokkan berdasarkan kelas interval (1= kurang baik, 2= cukup baik, 3=

sangat baik). Rentang nilai dari 18-90. Pertanyaan ini merupakan replikasi dari

Puspitawati (2006).

Kualitas Hubungan antar keluarga: Variabel ini terdiri dari enam butir

pertanyaan (dua pertanyaan kualitas hubungan ayah dan contoh, dua

pertanyaan kualitas hubungan ibu dan contoh, dua pertanyaan kualitas

hubungan ayah dan ibu) dengan skala 1-4 mengenai kualitas hubungan antara

contoh dengan orangtuanya. Pilihan jawaban diberi skor 1-4 (1= sangat tidak

puas, 2= pada dasarnya tidak puas, 3= pada dasarnya puas, 4= sangat puas

sekali), kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas interval (1= tidak puas, 2=

cukup puas, 3= puas). Rentang nilai dari 6-24. Pertanyaan ini replikasi dari

Center for family Research-Iowa State University (1994) yang dimodifikasi oleh

Puspitawati (2006).

Kecerdasan Emosional : Variabel ini terdiri dari 25 butir pertanyaan dengan

skala likert 1-5 dalam penilaian kecerdasan emosi. Adapun hal yang ditanyakan

mengenai mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan seni

Page 76: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

99

membina hubungan. Pilihan jawaban diberi skor 1-5 (1= saya sama sekali tidak

seperti itu, 2= kemungkinan besar saya tidak seperti itu, 3= saya antara seperti

itu dan tidak seperti itu, 4= kemungkinan besar saya seperti itu, 5= saya selalu

seperti itu), kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas interval (1= rendah, 2=

sedang, 3= tinggi). Rentang nilai dari 25-125. Pertanyaan ini disusun dengan

merujuk pada Goleman (2000).

Page 77: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

100

Lampiran 2 Rata-rata skor interaksi dalam keluarga dan kecerdasan emosional

2a Hubungan contoh dengan ayahnya

Pernyataan Rata-Rata Skor

Perlakuan Ayah ke Contoh Dimensi Kehangatan 1 Ayah mempedulikan masalah yang sedang saya hadapi 3.6 2 Ayah berbuat sesuatu yang kemudian membuat saya

merasa dicintai 3.6 3 Ayah mendiskusikan sesuatu dengan saya sehingga

saya merasa dihargai 3.6 4 Ayah membantu saya bila saya perlu sesuatu 4.1 Total 14.9 Dimensi Kekasaran 1 Ayah marah-marah pada saya 2.6 2 Ayah mengkritik perbuatan saya 3.2 3 Ayah membentak saya dengan marah 2.2 4 Ayah bertengkar dengan saya 2.0 5 Ayah memukul atau menampar saya 1.2 Total 11.3 Perlakuan Contoh ke Ayah Dimensi Kehangatan 1 Saya mempedulikan masalah yang sedang ayah hadapi 3.3 2 Saya berbuat sesuatu yang kemudian membuat ayah

merasa dicintai 3.2 3 Saya mendiskusikan sesuatu dengan ayah sehingga

ayah merasa dihargai 3.4 4 Saya membantu ayah bila ayah perlu sesuatu 3.8 Total 13.6 Dimensi Kekasaran 1 Saya marah-marah pada ayah 2.1 2 Saya mengkritik perbuatan ayah 2.5 3 Saya membentak ayah dengan marah 1.5 4 Saya bertengkar dengan ayah 1.8 5 Saya memukul atau menampar ayah 1.0 Total 9.0

Keterangan: 1: Tidak pernah, 2: Jarang sekali, 3: Cukup, 4: Sering, 5: Selalu

Page 78: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

101

2b Hubungan contoh dengan ibunya

Pernyataan Rata-rata skor

Perlakuan Ibu ke Contoh Dimensi Kehangatan 1 Ibu mempedulikan masalah yang sedang saya hadapi 4.2 2 Ibu berbuat sesuatu yang kemudian membuat saya

merasa dicintai 4.1 3 Ibu mendiskusikan sesuatu dengan saya sehingga saya

merasa dihargai 3.9 4 Ibu membantu saya bila saya perlu sesuatu 4.2 Total 16.4 Dimensi Kekasaran 1 Ibu marah-marah pada saya 3.1 2 Ibu mengkritik perbuatan saya 3.4 3 Ibu membentak saya dengan marah 2.6 4 Ibu bertengkar dengan saya 2.3 5 Ibu memukul atau menampar saya 1.4 Total 12.8 Perlakuan Contoh ke Ibu Dimensi Kehangatan 1 Saya mempedulikan masalah yang sedang ibu hadapi 3.6 2 Saya berbuat sesuatu yang kemudian membuat ibu

merasa dicintai 3.5 3 Saya mendiskusikan sesuatu dengan ibu sehingga ibu

merasa dihargai 3.6 4 Saya membantu ibu bila ibu perlu sesuatu 3.8 Total 14.4 Dimensi Kekasaran 1 Saya marah-marah pada ibu 2.3 2 Saya mengkritik perbuatan ibu 2.4 3 Saya membentak ibu dengan marah 1.7 4 Saya bertengkar dengan ibu 2.1 5 Saya memukul atau menampar ibu 1.0 Total 9.4

Keterangan: 1: Tidak pernah, 2: Jarang sekali, 3: Cukup, 4: Sering, 5: Selalu

Page 79: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

102

2c Hubungan ayah dengan ibu

Pernyataan Rata-rata skor

Perlakuan Ayah ke Ibu Dimensi Kehangatan 1 Ayah mempedulikan masalah yang sedang ibu hadapi 4.2 2 Ayah berbuat sesuatu yang kemudian membuat ibu

merasa dicintai 3.9 3 Ayah mendiskusikan sesuatu dengan ibu sehingga ibu

merasa dihargai 4.1 4 Ayah membantu ibu bila ibu perlu sesuatu 4.2 Total 16.4 Dimensi Kekasaran 1 Ayah marah-marah pada ibu 2.4 2 Ayah mengkritik perbuatan ibu 2.9 3 Ayah membentak ibu dengan marah 1.9 4 Ayah bertengkar dengan ibu 2.0 5 Ayah memukul atau menampar ibu 1.2 Total 10.4 Perlakuan Ibu ke Ayah Dimensi Kehangatan 1 Ibu mempedulikan masalah yang sedang ayah hadapi 4.3 2 Ibu berbuat sesuatu yang kemudian membuat ayah

merasa dicintai 4.0 3 Ibu mendiskusikan sesuatu dengan ayah sehingga ayah

merasa dihargai 4.1 4 Ibu membantu ayah bila ayah perlu sesuatu 4.3 Total 16.7 Dimensi Kekasaran 1 Ibu marah-marah pada ayah 2.4 2 Ibu mengkritik perbuatan ayah 2.9 3 Ibu membentak ayah dengan marah 1.7 4 Ibu bertengkar dengan ayah 2.1 5 Ibu memukul atau menampar ayah 1.1 Total 10.2

Keterangan: 1: Tidak pernah, 2: Jarang sekali, 3: Cukup, 4: Sering, 5: Selalu

Page 80: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

103

2d Kualitas hubungan

Pernyataan Rata-rata skor

Hubungan Contoh dan Ibu 1 Seberapa puaskah hubungan antara anda dan ibu

anda? 3.3 2 Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan

anda dengan ibu anda? 3.4 Total 6.7 Hubungan Contoh dan Ayah 3 Seberapa puaskah hubungan antara anda dan ayah

anda? 3.2 4 Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan

anda dengan ayah anda? 3.2 Total Hubungan Ayah dan Ibu 5 Seberapa puaskah hubungan antara ayah dan ibu

anda? 3.3 6 Seberapa bahagiakah anda dengan keadaan hubungan

ayah dengan ibu anda? 3.3 Total 6.7

Keterangan: 1: Sangat tidak puas/tidak bahagia 2: Pada dasarnya tidak puas/tidak bahagia, 3: Pada dasarnya puas/bahagia, 4: Puas/bahagia sekali

Page 81: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

104

2e Kecerdasan emosional

Pernyataan Rata-rata skor

Mengenali Emosi Diri 1 Saya merasa tidak mempunyai kekuatan untuk

mengubah hal-hal yang penting dalam hidup saya 3.8 2 Saya selalu mengerjakan sesuatu dengan benar 3.4 3 Saya merasa punya kualitas bagus 3.5 4 Saya dapat memahami dan mengenali diri saya sendiri 4.0 5 Saya mengetahui kelemahan emosi saya 4.0 Total 18.7 Mengelola Emosi Diri 1 Saya dapat mengontrol emosi saya 3.4 2 Dimanapun saya berada, saya berusaha untuk

menyesuaikan diri walaupun terkadang agak berat 4.1 3 Saya bertindak dan bersikap positif 3.7 4 Saya akan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan

amarah saya muncul ketika sedang bad mood 3.8 5 Ketika dikecewakan oleh teman, saya akan marah

kepadanya 3.0 Total 18.0 Motivasi 1 Saya tidak malu untuk meminta nasihat pada orangtua

dalam memecahkan masalah saya 3.6 2 Masalah yang saya hadapi membuat saya semakin tidak

dapat mengenali diri saya 3.7 3 Saya sangat yakin pada diri saya sendiri 3.7 4 Saya tidak pernah berhenti belajar sampai mengerti 3.4 5 Saya memiliki jadwal agenda harian yang akan

dilakukan setiap harinya 2.6 Total 17.0 Empati 1 Saya membantu nenek menyeberang jalan 4.6 2 Saya membuang sampah ditempat sampah 3.2 3 Saya memberi bantuan keuangan kepada teman yang

membutuhkan sesuai dengan kemampuan 4.2 4 Saya tidak ambil pusing jika teman saya membentuk

kelompok 4.9 5 Saya menghormati teman yang beribadah 5.0 Total 21.8 Seni Membina Hubungan 1 Mudah sekali bagi saya untuk memulai suatu

pembicaraan dengan orang dewasa 3.4 2 Saya selalu mengucapkan salam kepada orangtua

ketika akan berangkat kesekolah 4.7 3 Saya suka berteman dengan siapa saja 4.3 4 Saya orang sangat menyenangkan dan gampang diajak

kerjasama 3.8 5 Saya bisa menyimpan rahasia teman 4.2 Total 17.1

Page 82: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

67

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecerdasan emosional

Kecerdasan Emosional Kelas Total X-9 XI-9

n % n % n % Mengenali Emosi diri Rendah (5-11) 0 0.0 1 2.7 1 1.4 Sedang (12-18) 16 44.4 16 43.2 32 43.8 Tinggi (19-25) 20 55.6 20 54.1 40 54.8 Total 36 100.0 37 100.0 73 100.0 Mengelola Emosi Rendah (5-11) 0 0.0 2 5.4 2 2.7 Sedang (12-18) 20 55.6 22 59.5 42 57.5 Tinggi (19-25) 16 44.4 13 35.1 29 39.7 Total 36 100.0 37 100.0 73 100.0 Memotivasi Diri Rendah (5-11) 2 5.6 1 2.7 3 4.1 Sedang (12-18) 20 55.6 30 81.1 50 68.5 Tinggi (19-25) 14 38.9 6 16.2 20 27.4 Total 36 100.0 37 100.0 73 100.0 Empati Rendah (5-11) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Sedang (12-18) 1 2.8 2 5.4 3 4.1 Tinggi (19-25) 35 97.2 35 94.6 70 95.9 Total 36 100.0 37 100.0 73 100.0 Seni Membina Hubungan Rendah (5-11) 1 2.8 0 0.0 1 1.4 Sedang (12-18) 6 16.7 6 16.2 12 16.4 Tinggi (19-25) 29 80.6 31 83.8 60 82.2 Total 36 100.0 37 100.0 73 100.0

Page 83: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

68

Lampiran 4 Tabulasi silang antar variabel 4a Tabulasi silang antara interaksi ayah dan contoh dengan kecerdasan

emosional

Kecerdasan Emosional Interaksi Ayah dan Contoh

Kurang Baik Cukup Baik n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0 Sedang 5 41.7 6 10.2 Tinggi 7 58.3 53 89.8 Total 12 100.0 59 100.0

4b Tabulasi silang antara interaksi ibu dan contoh dengan kecerdasan emosional

Kecerdasan Emosional Interaksi Ibu dan Anak

Kurang Baik Cukup Baik n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0Sedang 2 20.0 10 15.9Tinggi 8 80.0 53 84.1Total 10 100.0 63 100.0

4c Tabulasi silang antara interaksi ayah dan ibu dengan kecerdasan emosional

Kecerdasan Emosional Interaksi Ayah dan Ibu

Kurang Baik Cukup Baik n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0Sedang 2 28.6 9 14.1Tinggi 5 71.4 55 85.9Total 7 100.0 64 100.0

4d Tabulasi silang antara kualitas hubungan dengan kecerdasan emosional

Kecerdasan Emosional Kualitas Hubungan

Tidak Puas Puas n % n %

Rendah 0 0.0 0 0.0Sedang 3 42.9 9 13.6Tinggi 4 57.1 57 86.4Total 7 100.0 66 100.0

Page 84: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

69

Lampiran 5 Matriks korelasi hubungan antar variabel penelitian

Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10X1 X2 .00 X3 .01 .61** X4 -.19 .08 .22 X5 .07 .02 -.17 .09 X6 .19 .03 -.02 .15 -.09 X7 .34** .07 .10 .01 -.15 .40 X8 .06 -.12 -.10 .26 -.01 .48** .38** X9 .06 -.01 .00 .03 -.05 .21 .48** .68** X10 .21 .05 -.03 .21 -.08 .91** .56** .69** .37**X11 .60** -.04 -.05 .00 -.14 .35** .28* .19 .25* .33**

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Keterangan: X1: Tujuan Hidup dan Cita-cita X7: Hubungan Ibu-Contoh X2: Pendidikan Ayah X8: Hubungan Ayah-Ibu X3: Pendidikan Ibu X9: Kualitas Hubungan X4: Pendapatan Orangtua X10: Interaksi Keluarga X5: Besar Keluarga X11: Kecerdasan Emosional X6: Hubungan Ayah-Contoh

Page 85: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

70

5a Matriks korelasi hubungan karakteristik contoh dengan interaksi dalam keluarga

Variabel Tujuan hidup dan Cita-cita

Hubungan ayah-contoh

Hubungan ibu-contoh

Hubungan ayah-ibu

Kualitas hubungan

Tujuan hidup dan Cita-cita Hubungan Ayah-Contoh .19 Hubungan Ibu-Contoh .34** .40 Hubungan Ayah-Ibu .06 .48** .38** Kualitas Hubungan .06 .21 .48** .68**Interaksi Keluarga .21 .91** .56** .69** .37**

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed). 5b Matriks korelasi hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi dalam keluarga

Variabel Pendidikan Ayah

Pendidikan Ibu

Pendapatan Orangtua

Besar Keluarga

Hubungan Ayah-Contoh

Hubungan Ibu-Contoh

Hubungan Ayah-Ibu

Kualitas Hubungan

Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu .61** Pendapatan Orangtua .08 .22 Besar Keluarga .02 -.17 .09 Hubungan Ayah-Contoh .03 -.02 .15 -.09 Hubungan Ibu-Contoh .07 .10 .01 -.15 .40 Hubungan Ayah-Ibu -.12 -.10 .26 -.01 .48** .38** Kualitas Hubungan -.01 .00 .03 -.05 .21 .48** .68**Interaksi Keluarga .05 -.03 .21 -.08 .91** .56** .69** .37**

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed).

Page 86: HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN … · berbakti pada orangtua dan guru, bertanggung jawab atas perbuatannya, berteman yang baik, dan menghindari masalah di sekolah.

71

5c Matriks korelasi hubungan interaksi dalam keluarga dengan kecerdasan emosional

Variabel Hubungan Ayah-Contoh

Hubungan Ibu-Contoh

Hubungan Ayah-Ibu

Kualitas Hubungan

Interaksi Keluarga

Hubungan Ayah-Contoh Hubungan Ibu-Contoh .40 Hubungan Ayah-Ibu .48** .38**Kualitas Hubungan .21 .48** .68** Interaksi Keluarga .91** .56** .69** .37**Kecerdasan Emosional .35** .28* .19 .25* .33**

** korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed).