HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar...

91
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA KARYAWAN MEKANIK MAINTENANCE UTILITY COMPRESOR DI PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh : Bayu Krisnawati R0206019 PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar...

Page 1: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA KARYAWAN

MEKANIK MAINTENANCE UTILITY COMPRESOR DI PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI

KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :

Bayu Krisnawati R0206019

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul :

Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Kerja pada Karyawan Mekanik Maintenance Utility Compresor

di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

Oleh :

Bayu Krisnawati, R0206019, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah di sahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : , Tanggal 2010 Pembimbing Utama Nama : Lusi Ismayenti, ST., M.Kes NIP : 19720322 200812 2 001 ( )

Pembimbing Pendamping Nama : Reni Wijayanti, dr. MSc NIP : - ( __________________ ) Penguji Nama : Sarsono, Drs, M.Si NIP : 19581127 198601 1 001 ( __________________ ) Tim Skripsi Ketua Program

D. IV Kesehatan Kerja FK UNS Vitri Widyaningsih, dr. Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok. NIP.19820423 200801 2 011 NIP : 19481105 198111 001

Page 3: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

iii

Page 4: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, 26 Mei 2010

Bayu Krisnawati NIM. R0206019

Page 5: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

v

ABSTRAK

Bayu Krisnawati. R0206019. 2010. HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA KARYAWAN MEKANIK MAINTENANCE UTILITY COMPRESOR DI PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR. Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja sebelum dan sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan point time approach. Subjek penelitian 30 karyawan dengan cara purposive sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi pearson product moment dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikan 5%. Hasil pengukuran rata-rata intensitas kebisingan selama sehari adalah 88,5 dBA dan hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum kerja menunjukkan bahwa 11 sampel dalam keadaan normal, 16 sampel dalam kriteria kelelahan ringan dan 3 sampel dalam kriteria kelelahan sedang. Hasil pengukuran kelelahan kerja setelah kerja menunjukkan 27 sampel mengalami kelelahan sedang dan 3 sampel mengalami kelelahan berat. Hasil uji statistik p = 0,030. Hal ini berarti hasil tersebut signifikan karena p < 0,05. sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja sebelum dan sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor di PT. Indo Acidatama, Tbk.

Kata kunci : Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja

Page 6: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

vi

ABSTRACT

Bayu Krisnawati. R0206019. 2010. NOISE INTENSITY RELATIONS OF WORK BEFORE AND AFTER FATIQUE OF WORKING UTILITY MAINTENANCE MECHANIC COMPRESSOR AT PT. INDO ACIDATAMA, Tbk.KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR. Diploma IV Occupational Health Medical Faculty of Medicine of Sebelas Maret University. This study aims to determine the relationship of noise intensity on the fatigue of work before and after working on mechanical maintenance compressor utility. Type of research is observational analytic with cross sectional and time points approach. 30 employees of the research subjects by purposive sampling. Processing and data analysis techniques were tested with Pearson product moment correlation statistics using SPSS version 16.0. In this study determined a significant level of 5%. The average results of measurements of noise intensity for a day is 88.5 dBA and measured fatigue before work showed that 11 samples under normal circumstances, 16 samples in the criteria for mild fatigue and three samples in medium fatigue criteria. The measurement results showed fatigue after working 27 fatigue samples and three samples were experiencing severe fatigue. Results of statistical test p = .030. This means the result is significant because the p < 0.05. so that it can be said there is a relationship between noise intensity of fatigue before and after working on mechanical maintenance employees utility compressors at PT. Indo Acidatama, Tbk.

Keywords: Intensity Noise, work fatigue

Page 7: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul “Hubungan Intensitas

Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Kerja pada Karyawan

Mekanik Maintenance Utility Compresor di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan di Program

Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini,

dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D. IV

Kesehatan Kerja Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Reni Wijayanti, dr., MSc. selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Sarsono, Drs, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan

dalam skripsi ini.

6. Pimpinan Perusahaan PT. Indo Acidatama, Tbk yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Bapak Setyo Budi selaku Safety Inspector dan semua karyawan PT. Indo

Acidatama. Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang telah membimbing

dan membantu penulis selama penelitian.

Page 8: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

viii

8. Bapak, Ibu, kakak, adikku dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas

segala doa, cinta, dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

9. Sahabat, rekan-rekan angkatan 2006 dan semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi civitas akademika Program Diploma IV Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah

wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, 26 Mei 2010

Bayu Krisnawati

Page 9: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii

PERNYATAAN............................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ALAT ........................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 37

C. Hipotesis ................................................................................... 38

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 39

C. Populasi Penelitian ................................................................... 40

D. Sampel Penelitian ..................................................................... 40

E. Teknik Sampling ...................................................................... 40

F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 41

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 42

Page 10: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

x

H. Desain Penelitian ...................................................................... 44

I. Instrumen Penelitian ................................................................. 44

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Bagian Mekanik Maintenance Utility Compresor .................... 49

B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 49

C. Pengukuran Intensitas Kebisingan ........................................... 51

D. Pengukuran Kelelahan Kerja .................................................... 52

E. Uji Hubungan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja .............. 52

BAB V. PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 54

B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja .......................... 55

C. Analisis Kelelahan Kerja .......................................................... 56

D. Analisis Hubungan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja ...... 57

E. Kererbatasan Penelitian ........................................................... 61

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 62

B. Saran ......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64

LAMPIRAN

Page 11: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

xi

DAFTAR TABEL Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja ........................... 11

Tabel 2 Kerugian Berat badan Kurang dan Berat Badan Berlebih ............... 26

Tabel 3 Klasifikasi Metabolisme, Respirasi, Temperatur Badan dan

Denyut Jantung sebagai Media Pengukur ........................................ 28

Tabel 4 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ................................ 30

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ....................... 50

Tabel 6 Daftar Responden Berdasarkan Masa Kerja .................................... 50

Tabel 7 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan .......................................... 51

Tabel 8 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja .................................................. 52

Tabel 9 Uji Hubungan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja ...................... 53

Page 12: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Penyebab Kelelahan ......................................................................... 18

Bagan 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37

Bagan 3 Desain Penelitian .............................................................................. 44

Page 13: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

xiii

DAFTAR GAMBAR ALAT

Gambar 1 Alat Sound Level Meter ................................................................... 46

Gambat 2 Alat Reaction Meter Type L.77 Lakassidaya ................................... 47

Page 14: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Data surat persetujuan menjadi responden penelitian

Lampiran B. Data kuisioner penjaringan sampel

Lampiran C. Daftar responden dibagian Mekanik maintenance utility compresor

Lampiran D. Hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum kerja

Lampiran E. Hasil pengukuran kelelahan kerja setelah kerja

Lampiran F. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP–51/MEN/I999 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

Page 15: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia masih dilaksanakan pada segala bidang,

pembangunan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil,

makmur dan merata baik materi maupun spiritual. Visi pembangunan

kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010

dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan

RI, 2003:5).

Teknologi modern selain meningkatkan industri juga

menimbulkan masalah kebisingan yang mempunyai pengaruh luas

mulai dari gangguan konsentrasi, komunikasi dan kenikmatan

kerja sampai pada cacat karena kehilangan daya dengar yang

menetap. Kebisingan tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas

kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga kerja (A.M.

Sugeng Budiono, 2003:33).

Kebisingan di tempat kerja mempunyai pengaruh terhadap

tenaga kerja yaitu mengurangi kenyamanan dalam bekerja,

mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (A.M. Sugeng

Budiono, 2003:33). Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja

yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses

produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan

1

Page 16: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

16

16

akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak

terkendali dengan baik, juga dapat menimbulkan efek lain yang

salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja

(Suma’mur P.K., 2009:125).

Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi

menurunnya efisiensi, performa kerja dan berkurangnya kekuatan

atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan

yang harus dilakukan (Sritomo Wignjosoebroto, 2003:238).

Kelelahan dalam penelitian ini diartikan sebagai kecepatan

reaksi tenaga kerja terhadap rangsang suara yang diberikan

diukur dengan reaction timer. Pada keadaan sehat, tenaga kerja

akan lebih cepat merespon rangsang yang diberi daripada

seseorang yang telah mengalami kelelahan akan lama merespon

rangsang yang akan diberi.

Berdasar survei di negara maju diketahui bahwa 10-50%

penduduk mengalami kelelahan kerja. Hal ini terlihat dengan

adanya prevalensi kelelahan sekitar 20% pasien yang membutuhkan

perawatan (Hastono, 2001:5).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan Harwanto

(2003) yang berjudul pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja

dengan hasil yang sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0.000,

artinya P ≤ 0,001. Penelitian menggunakan metode Uji Statistik dengan

Analisis Regresi Linear Sederhana. Penelitian tentang kelelahan lainnya

adalah Robertus Iskandar S. R (2007) yang mengatakan bahwa ada pengaruh

intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang signifikan

pada probabilitasnya sebesar P = 0,002 (p < 0,05). Penelitian ini menggunakan

metode Uji Statistik dengan Independent Sample Test. Hal ini menunjukkan

Page 17: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

17

17

bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan yang dapat menyebabkan kelelahan

kerja meningkat.

PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat,

Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu

(molasses) sebagai hasil samping pabrik gula menjadi produk-

produk kimia. Pada survei awal, peneliti mengukur intensitas

kebisingan tempat kerja di bagian mekanik maintenance utility

compresor yaitu kebisingan yang berasal dari mesin compresor

piston dengan intensitas kebisingan rata-rata 88,5 dBA dimana

tenaga kerja berada di ruangan tersebut selama 8 jam kerja atau

40 jam seminggu dengan istirahat 1 jam. Tenaga kerja juga

mengalami beberapa keluhan seperti letih dan pening (pusing),

dalam survei awal tersebut peneliti juga melihat tenaga kerja

yang tidak memakai ear plug dalam bekerja dan peneliti melihat

ruang mekanik tersebut kurang kedap terhadap kebisingan yang

disebabkan karena kaca-kaca dinding sudah rusak. Dari hasil

pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan

di tempat kerja melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang

diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja seperti yang

diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999.

Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis,

maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai “Hubungan intensitas

kebisingan terhadap kelelahan kerja sebelum dan sesudah kerja pada

karyawan mekanik maintenance utility compresor di PT. Indo Acidatama,

Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.”

Page 18: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

18

18

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan

kerja sebelum dan sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility

compresor di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memahami pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan

kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor di PT. Indo

Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa intensitas kebisingan

berpengaruh terhadap kelelahan kerja.

2. Aplikatif :

a. Diharapkan tenaga kerja PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar menyadari pentingnya kesehatan dalam

bekerja.

b. Diharapkan pimpinan perusahaan PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar untuk mengetahui Nilai Ambang Batas

(NAB) kebisingan yang sudah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang

sebagai kenyamanan pekerja dalam berproduksi.

Page 19: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

19

19

BAB II

LANDASAN TEORI

Page 20: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

20

20

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

Kebisingan merupakan masalah kesehatan yang selalu timbul,

baik pada industri besar seperti pabrik baja, pabrik mobil, pabrik kimia

maupun industri rumah tangga seperti penggergajian kayu, pande besi,

perajin kuningan serta aneka logam lainnya.

a. Pengertian Bunyi

Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang

yang merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan

kerapatan dan juga tekanan udara (J.F. Gabriel, 1996:65). Definisi lain

suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila getaran longitudinal

molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan

peregangan dari molekul-molekul yang silih berganti, mengenai

membran timpani. Pola dari gerakan ini digambarkan sebagai

perubahan-perubahan tekanan pada membran timpani tiap unit waktu

merupakan sederetan gelombang dan gelombang ini dalam lingkungan

sekitar kita umumnya dinamakan gelombang suara (W.F. Ganong,

1999:171).

b. Pengertian Kebisingan

Menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, kebisingan

adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-

6

Page 21: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

21

21

alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak

sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan

gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Dwi P.

Sasongko, dkk, 2000:1). Definisi lain adalah bunyi yang didengar

sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran

melalui media elastisitas manakala bunyi-bunyi tersebut tidak

diinginkan (Suma’mur P.K., 2009:116). Kebisingan adalah suara-suara

yang tidak dikendaki bagi manusia (Benny L. Priatna dan Adhi Ari

Utomo, 2002:246).

Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan

intensitasnya (Suma’mur P.K., 2009:116). Intensitas atau arus energi

per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (dBA) dengan

memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu

kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar

oleh telinga manusia (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:3).

c. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data

kebisingan di Perusahaan atau dimana saja dan mengurangi tingkat

kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan (Suma’mur

P.K., 2009:118). Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan

adalah Sound Level Meter (Sihar Tigor Benjamin Tambunan,

Page 22: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

22

22

2005:75). Sound Level Meter adalah alat pengukur level kebisingan,

alat ini mampu mengukur kebisingan di antara 30-130 dBA dan

frekuensi-frekuensi dari 20-20.000 Hz (Suma’mur P.K., 2009:119).

d. Tipe Kebisingan

Menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005:7) klasifikasi

kebisingan di tempat kerja dibagi dalam dua jenis golongan besar,

yaitu :

1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu :

a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency

noise), berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang

beragam.

b) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi

terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga

yaitu :

a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang

selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan

besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas.

c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya

suara ledakan senjata api.

Page 23: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

23

23

Menurut Suma’mur P.K (2009:118-119), jenis kebisingan yang

sering dijumpai yaitu :

1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady

state wide band noise), misalnya : kipas angin, suara katup mesin

gas, mesin tenun dan lain-lain.

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady

state narrow band noise), misalnya : suara sirine, generator,

compressor, suara gergaji sirkuler dan lain-lain.

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya : kebisingan

yang terdapat di lapangan udara, di jalan raya dan lain-lain.

4) Kebisingan impulsif berulang, misalnya : mesin tempa

diperusahaan.

e. Sumber Bising

Sumber bising dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya.

Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat

kebisingan yang berbeda dari suatu model ke model lain (Dwi P.

Sasongko, dkk, 2000:12-13). Sumber bising pada ruang compresor

dalam penelitian adalah berasal dari mesin piston dan turbo apabila

beroperasi.

f. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau

Page 24: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

24

24

gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak

melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER

No.Kep-51/MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah

intensitas suara tinggi yang merupakan nilai rata-rata yang masih dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar

yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam

sehari dan 40 jam seminggu (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:298).

Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan adalah 85

dBA, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut (Benny L. Priatna

dan Adhi Ari Utomo, 2002:248).

Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB

Kebisingan) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat

Kerja.

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan :

Waktu pemajanan per hari

Intensitas (dBA)

Page 25: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

25

25

8 Jam 4 2 1

30 Menit

15 7,5 3,75 1,88 0,94

28,12 Detik

14,06 1,88 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11

Tidak boleh

85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 109 121 124 127 130 133 136 139 140

Sumber: A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:33

g. Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya

gangguan-gangguan seperti dibawah ini (Departemen Kesehatan RI,

2003:MI-2:37) :

1) Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula

timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam

pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara terpaksa

berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga juga menambah

kebisingan (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-2:37). Contoh

Page 26: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

26

26

gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat,

emosi meningkat, vaso kontriksi pembuluh darah (semutan), otot

menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini

sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia

terhadap keadaan bahaya secara spontan (Benny L. Priatna dan

Adhi Ari Utomo, 2002:247). Kebisingan juga dapat menurunkan

kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot tersebut

menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K.,

2009:125).

2) Gangguan Psikologis

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah

mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi,

mengganggu konsentrasi (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:33),

dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya

kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat

mengganggu konsentrasi (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo,

2002:255) sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa

perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas.

Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan

pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau

hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat

terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan

dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya

Page 27: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

27

27

berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur P.K.,

2009:128-129).

3) Gangguan Patologis Organis

Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang

paling menonjol adalah menimbulkan ketulian yang bersifat

sementara hingga permanen (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-

2:37). Kebisingan dapat menurunkan daya dengar dan tuli akibat

kebisingan (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003:33). Pengaruh

utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada

indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian progresif.

Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat

bising untuk efek kebisingan sementara (Suma’mur P.K.,

2009:121).

Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh

mesin dapat merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan

gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80 s/d 90 dBA) atau lebih

dapat membahayakan pendengaran. Seseorang yang terpapar

kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan dirinya

menderita ketulian. Ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan

akibat pemaparan terus menerus dibagi menjadi dua yaitu :

a) Temporari deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara.

b) Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara

permanen atau disebut ketulian saraf. Pada pekerja permanent

Page 28: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

28

28

deafness harus dapat dikompensasi oleh jamsostek atau

rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan (Benny L.

Priatna dan Adhi Ari Utomo., 2002:250).

h. Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan

upaya-upaya sebagai berikut (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:299) :

1) Survei dan Analisis Kebisingan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

lingkungan kerja apakah tingkat kebisingan telah melampaui NAB,

bagaimana pola kebisingan di tempat kerja serta mengevaluasi

keluhan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Perlu dilakukan

analisis intensitas dan frekuensi suara, sifat, jenis kebisingan, terus

menerus atau berubah dan sebagainya. Berdasarkan hasil survei

dan analisis ini, ditentukan apakah program perlindungan ini perlu

segera dilaksanakan atau tidak di perusahaan tersebut.

2) Teknologi Pengendalian

Dalam hal ini dilakukan upaya menentukan tingkat suara

yang dikehendaki, menghitung reduksi kebisingan dan sekaligus

mengupayakan penerapan teknisnya. Teknologi pengendalian yang

ditujukan pada sumber suara dan media perambatnya dilakukan

dengan mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising

menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya;

menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap

Page 29: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

29

29

suara; mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan;

subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising;

menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan

yang goyang dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet;

modifikasi mesin atau proses; merawat mesin dan alat secara

teratur dan periodik (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:34).

3) Pengendalian Secara Administratif

Pengendalian secara administratif dapat dilakukan dengan

adanya pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu dan

pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.

4) Pengendalian Alat Pengendalian Diri

Untuk menghindari kebisingan digunakan alat pelindung

telinga. Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi

intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Ada dua jenis alat

pelindung telinga, yaitu sumbat telinga atau ear plug dan tutup

telinga atau ear muff (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:34).

5) Pemeriksaan Audiometri

Dilakukan pada saat awal masuk kerja secara periodik,

secara khusus pada akhir masa kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk,

2003:34), pemeriksaan berkala audiometri pada pekerja yang

terpapar (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:252).

Page 30: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

30

30

6) Pelatihan dan Penyuluhan

Pelatihan dan penyuluhan dilakukan pada pekerja atau

semua orang di perusahaan tentang manfaat, cara pemakaian dan

perawatan alat pelindung telinga, bahaya kebisingan di tempat

kerja dan aspek lain yang berkaitan (A.M. Sugeng Budiono, dkk,

2003:34).

7) Evaluasi : evaluasi hasil pemeriksaan audiometri.

2. Kelelahan Kerja

a. Pengertian Kelelahan

Kelelahan (fatique) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu

istirahat (Yayasan Spirita, 2004:thl). Kelelahan adalah suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan

lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan

diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat

sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis).

(Grandjean, 1993).

Istilah kelalahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-

beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan

tubuh. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga

untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya

gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada

Page 31: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

31

31

pengertian kelelahan fisik atau physical fatique dan kelelahan mental

atau mental fatique (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:86). Dengan

kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan kegiatan apapun

semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak

dapat memusatkan pikiran seperti dulu (Yayasan spirita, 2004:thl).

Kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu

cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu

sistem penghambat atau inhibisi dan sistem penggerak atau aktivasi,

dimana keduanya berada pada susunan saraf pusat. Sistem penghambat

terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan

manusia beraksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur.

Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang

dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari

dalam tubuh ke arah bekerja. Maka keadaan seseorang pada suatu saat

tergantung pada hasil kerja diantara dua sistem antagonistik tersebut.

Apabila sitem aktivasi lebih kuat maka seseorang dalam keadaan segar

untuk bekerja, sebaliknya manakala sistem penghambat lebih kuat

maka seseorang dalam keadaan kelelahan (Suma’mur P.K., 2009:360).

b. Penyebab Kelelahan

Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari,

kelelahan yang mempunyai beragam penyebab yang berbeda, namun

demikian secara umum dapat dikelompokkan seperti pada gambar

dibawah ini (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:88) :

Page 32: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

32

32

Bagan 1. Penyebab kelelahan :

Penyebab kelelahan dikelompokkan seperti gambar di atas

oleh Grandjean (1993) merupakan diagram teoritik efek kombinasi

dari penyebab kelelahan dan usaha yang diperlukan untuk

memperbaiki keadaan tersebut (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:88).

Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada

keadaan istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan dipercepat

oleh emosi, olahraga, demam dan rangsang lain (W.F. Ganong,

1999:535). Berbagai kondisi kerja dapat menaikkan denyut jantung

seperti bekerja dengan temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan

otot statis dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi

kerja (Eko Nurmianto, 2004:136).

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda

dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga

50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1

Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis

Masalah-masalah fisik: Tanggung jawab, kecemasan, konflik

Masalah Lingkungan kerja: - Kebisingan - Penerangan

Irama detak jantung

Nyeri dan penyakit lainnya

Gizi/Nutrisi

Tingkat Kelelahan

PENYEMBUHAN

Page 33: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

33

33

menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat

berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar

15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan

berlangsung sepanjang hari. Astrand (1997) berpendapat bahwa kerja

dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika

tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.

Lebih lanjut lagi Suma’mur (2009); Grandjean (1993), juga

menyatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat (Strenous),

kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan dinamis.

Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi

energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu

istirahat yang lebih lama.

Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki

oleh telinga (Sritomo Wignjosoebroto, 2003:85). Rangsang bunyi

bising yang diterima oleh telinga akan menyebabkan sensasi suara

gemuruh dan berdenging. Timbulnya sensasi suara ini akan

menggerakkan atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang

berada pada thalamus (W.F. Ganong, 1999:122). Selain itu penerangan

atau pencahayaan juga dapat menyebabkan kelelahan. Pencahayaan

yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena

mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar.

Lelahnya mata ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental dan lebih

Page 34: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

34

34

jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata (Sritomo Wignjosoebroto,

2003:85).

Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis dalam bekerja

dengan melakukan gerakan yang sama dapat menyebabkan waktu

putaran menjadi lebih pendek, sehingga pekerja sering melakukan

gerakan yang sama secara berulang-ulang (A.M. Sugeng Budiono,

dkk, 2003:92). Kondisi kerja yang berulang-ulang dapat menimbulkan

suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa

bosan dikategorikan sebagai kelelahan (Eko Nurmianto, 2004:269).

Pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas

kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik (A.M. Sugeng Budiono,

dkk, 2003:154). Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk

pemeliharaan tubuh dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang

meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur P.K.,

1996:197).

Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam

menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan

apapun juga, tetapi mereka merasa lelah (Suma’mur P.K., 2009:359).

Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik.

Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara yaitu

melakukan rotasi sehingga pekerja tidak melakukan pekerjaan yang

sama selama berjam-jam, memberi kesempatan pada pekerja untuk

berbicara dengan rekannya, meningkatkan kondisi lingkungan kerja

Page 35: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

35

35

seperti mereduksi kebisingan, memperbaiki lingkungan kerja (A.M.

Sugeng Budiono, dkk, 2003:94-95), memberikan waktu istirahat yang

cukup (Eko Nurmianto, 2004:264).

c. Gejala Kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatique Symptons)

secara subyektif dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan

pusing, tidak atau berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat

kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau

berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan

rohani (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:88).

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya

dengan kelelahan yaitu (Suma’mur P.K., 2009:359-360) :

1) Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala : perasaan berat di

kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa

kacau pikiran dan lain-lain.

2) Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara,

menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, cenderung untuk lupa,

tidak tekun dalam pekerjaannya dan lain-lain.

3) Pelemahan fisik ditandai dengan gejala : sakit kepala, kekakuan di

bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan,

tremor pada anggota badan, spasme dari kelopak mata dan merasa

pening.

Page 36: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

36

36

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat

ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif

biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja

melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal (Astrand, 1997)

d. Cara Mengurangi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang

ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat

kerja, misalnya dengan peraturan jam kerja, pemberian kesempatan

istirahat yang tepat (Suma’mur P.K., 2009:362). Pengetrapan

ergonomi sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi

dengan menggunakan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja.

Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat, selanjutnya

usaha ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan

penerangan yang baik (Suma’mur P.K., 2009:262).

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja

akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (A.M.

Sugeng Budiono, dkk., 2003:91) :

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk.

2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif.

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang

memenuhi standar ergonomi.

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga

kerja.

Page 37: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

37

37

5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan

nyaman bagi tenaga kerja.

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara

periodik.

7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

e. Faktor yang mempengaruhi Kelelahan

Grandjean (1993) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadi

nya kelelahan di industri sangat bervariasi dan untuk memelihara atau

mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus

dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi

terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-

waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

Menurut Suma’mur 1996 karakteristik pekerja yang

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Umur

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia

pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan

bertambahnya usia (Lambert, David, 1996:244). WHO

menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas

(Margatan, Arcole, 1996:11). Sedang di Indonesia umur 55

tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan,

Page 38: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

38

38

Arcole, 1996:81). Dengan menanjaknya umur, maka

kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara

perlahan-lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang yang

mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh

dalam berbagai hal (Margatan, Arcole, 1996:24).

b) Jenis Kelamin

Suatu identitas seseorang, laki-laki atau wanita. Pada

tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di

dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi

turunnya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal ini akan

menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar daripada

laki-laki.

c) Riwayat penyakit

Penyakit akan menyebabkan hipo atau hipertensi suatu

organ, akibatnya akan merangsang syaraf tertentu. Dengan

perangsangan yang terjadi akan menyebabkan pusat syaraf otak

akan terganggu atau terpengaruh yang dapat menurunkan

kondisi fisik seseorang.

d) Faktor psikologis atau keadaan psikis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia

juga mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran,

harapan-harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut

berpengaruh pula pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini

Page 39: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

39

39

dapat berupa sifat, motivasi, hadiah-hadiah, jaminan

keselamatan dan kesehatannya dan lain-lain (Suma’mur P.K.,

1996:207).

Faktor psikologis memainkan peran besar, karena

penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental

yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat

mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono,

dkk, 2003:151).

Keadaan psikis adalah suatu respon yang ditafsirkan

sebagai bahan yang salah, sehingga merupakan suatu aktifitas

atau deaktifitas secara primer suatu organ, akibatnya timbul

ketegangan yang dapat meningkatkan tingkat kelelahan

seseorang.

e) Ukuran Tubuh (Berat Badan dan Tinggi Badan)

Ukuran tubuh disini kaitannya dengan status gizi tenaga

kerja yang dilihat dari berat badan dan tinggi badannya. Berat

normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat

kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan

normal adalah penampilan baik, lincah dalam bergerak dan

resiko sakit rendah. Sedangkan berat badan yang kurang atau

berlebih akan menimbulkan resiko terhadap berbagai macam

penyakit. Kerugian dari keadaan berat badan kurang dan

berlebih dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 40: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

40

40

Tabel 2. Kerugian berat badan kurang dan berat badan berlebih

Berat badan Kerugian Kurang/Kurus

Kelebihan/gemuk

- Penampilan cenderung kurang menarik - Mudah lelah dan letih - Resiko sakit tinggi antara lain penyakit

infeksi, depresi, anemia, diare dan sebagainya.

- Wanita kurus yang hamil beresiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR

- Kurang mampu bekerja keras - Penampilan kurang menarik - Gerakan dalam bekerja tidak gesit dan

cenderung lamban - Mempunyai resiko terkena penyakit

jantung dan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan sendi dan tulang, gangguan ginjal, gangguan kandungan empedu, kanker dan sebagainya.

- Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, perdarahan yang tidak teratur) dan faktor penyakit pada persalinan.

Sumber : A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003

2) Faktor Eksternal

a) Beban Kerja

Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan

mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini

mempercepat pula kelelahan seseorang (Suma’mur P.K., 1996).

Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu

mempunyai keterbatasan maksimum untuk oksigen yang di

konsumsi. Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi

oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat

Page 41: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

41

41

kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang

tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik. Akibatnya

adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan

meningkatnya kandungan asam laktat (Eko Nurmianto,

2004:133).

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung

pada jumlah kalori yang dikonsumsi, tetapi juga bergantung

pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis.

Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang

berbeda-beda, selain itu temperatur sekeliling yang tinggi,

tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikit otot

yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat meningkatkan

denyut jantung. Dengan demikian denyut jantung dipakai

sebagai indeks beban kerja (Eko Nurmianto, 2004136). Adapun

hubungan antara metabolisme, respirasi, temperatur badan dan

denyut jantung sebagai media pengukur beban kerja

ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Eko Nurmianto,

2004:137).

Page 42: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

42

42

Tabel 3. Klasifikasi metabolisme, respirasi, temperatur badan dan

denyut jantung sebagai media pengukur beban kerja.

Beban Kerja

Konsumsi Oksigen

(liter/men

it)

Respirasi (liter/men

it)

Temperat

ur bada

n (oC)

Denyut jantung (/menit)

(1) Sangat ringan Ringan Agak berat Berat Sa

(2) 0,25-0,3 0,5-1 1-1,5 1,5-2 2-2,5 2,5-4

(3) 6-7 11-20 20-31 31-43 43-56 60-100

(4) 37,5 37,5 37,5-38 38-38,5 38,5-39 >39

(5)

60-70 75-100 100-125 125-150 150-175 >175

Page 43: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

43

43

ngat berat Luar biasa berat

Sumber : Eko Nurmianto, 2004:137

b) Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan

tahun pertama tenaga kerja mulai bekerja hingga saat penelitian

dilakukan, yang dihitung dalam tahun.

c) Iklim kerja

Pada suhu yang terlalu rendah akan dapat menimbulkan

keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sehingga

suhu yang terlalu tinggi (diatas 32 0 C) akan menyebabkan

menurunnya kelincahan dan menggangu kecermatan, sehingga

kondisi semacam ini akan meningkat tingkat kelelahan

seseorang.

d) Penerangan

Page 44: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

44

44

Penerangan yang terlalu kecil intensitasnya akan

meningkatkan daya akomodasi mata dan syaraf pengelihatan.

Intensitas penerangan yang terlalu tinggi akan menimbulkan

kesilauan pada mata yang dapat merangsang syaraf

pengelihatan untuk bekerja lebih berat, sehingga hal ini dapat

meningkatkan kelelahan seseorang.

e) Getaran mekanis

Merupakan salah satu faktor bahaya di tempat kerja

yang disebabkan oleh mesin atau peralatan yang dioperasikan.

Dalam menjalankan proses produksi, tidak lepas dari mesin

atau alat mekanis lainnya yang dijalankan oleh motor

penggerak. Sebagian dari kekuatan mekanis ini disalurkan

kepada tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk getaran

mekanis. Efek yang dapat ditimbulkan dari getaran mekanis

antara lain gangguan kenikmatan kerja dan timbulnya

kelelahan kerja.

f) Waktu pemaparan

Waktu pemaparan adalah waktu yang di hitung mulai

dari tenaga kerja mulai bekerja dan berada hingga tenaga kerja

selesai bekerja yang dihitung dalam jam. Waktu pemaparan

mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja.

g) Status Gizi

Page 45: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

45

45

Status gizi merupakan kondisi tubuh yang berhubungan

dengan konsumsi dan penggunaan zat makan atau nutrien.

Sehingga penilaian status gizi penting untuk menunjukkan

keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan satu nutrien atau

lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang.

Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT

(Indeks Massa Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana

untuk memantau status gizi seseorang khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, IMT

dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi

dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (I Dewa Nyoman

Supariasa, 2002:60). Hasil pengukuran dikategorikan sesuai

ambang batas IMT pada tabel berikut.

Tabel 4. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

No Kategori IMT 1 2 3

Kurus Normal Gemuk

Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat

< 17,0 17,0-18,5 18,5-25,0 > 25,0-27,0 > 27,0

Sumber: I Dewa Nyoman Supriasa, 2002:61

Page 46: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

46

46

h) Alat Pelindung Diri

Usaha pencegahan terhadap kemungkinan Penyakit

Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja harus dilakukan

untuk menghindari dan mengurangi paparan dan risiko

kebisingan. Salah satu upaya pengendalian adalah melengkapi

tenaga kerja dengan Alat Pelindung Diri (APD). Undang-

Undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,

khususnya pasal 9, 13 dan 14, mengatur tentang penyediaan

dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja, baik bagi

pengusaha maupun bagi tenaga kerja (A.M. Sugeng Budiono,

2003:329). Alat Pelindung Diri merupakan seperangkat alat

yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau

seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan

kerja (A.M. Sugeng Budiono, 2003).

Alat Pelindung Telinga merupakan salah satu bentuk

Alat Pelindung Diri yang digunakan untuk melindungi telinga

dari paparan kebisingan, sering disebut sebagai personal

hearing protection atau personal protective devices. Alat

Pelindung Telinga dapat menurunkan kerasnya bising yang

melalui hantaran udara sampai 40 dBA, tetapi pada umumnya

tidak lebih dari 30 dBA. Pemakaian Alat Pelindung Telinga ini

dapat mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga

Page 47: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

47

47

bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke telinga

bagian dalam. Semua tenaga kerja yang bekerja dalam area 85

dBA harus memakai alat pelindung telinga, memperoleh

pemeriksaan audiometri secara barkala, dan memperoleh

pelatihan atau penyuluhan secara berkala (Tata Soemitra,

1997:3).

f. Macam Kelelahan

Menurut Suma’mur P.K (2009:358), kelelahan dapat

dibedakan menjadi dua macam :

1) Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang

luar biasa dan rasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan

terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak

adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (A.M. Sugeng

Budiono, dkk, 2003:87). Perasaan adanya kelelahan umum adalah

ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual yang

disebabkan oleh illuminasi, luminasi dan seringnya akomodasi

mata; kelelahan seluruh tubuh; kelelahan mental; kelelahan urat

saraf; stress dan rasa malas bekerja (Eko Nurmianto, 2004:267).

Sebab-sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan

lamanya kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab

mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta

Page 48: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

48

48

penyakit. Pengaruh-pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur P.K., 2009:359).

2) Kelelahan Otot (Muscular fatique)

Kelelahan otot ditujukkan melalui gejala sakit nyeri yang

luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala

kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar

(External sign). Tanda-tanda kelelahan otot pada percobaan-

percobaan, otot dapat menjadi lelah sebagai berikut :

a) Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya.

b) Bertambahnya waktu konsentrasi dan relaksasi.

c) Memanjangnya waktu laten yaitu waktu diantara perangsangan

dan saat mulai kontraksi (A.M. Sugeng Budiono,dkk, 2003:86).

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada

jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah

konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh

sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar otot (Eko

Nurmianto, 2004:135). Dalam suasana kerja statis, aliran darah

menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan

kelelahan otot lokal. Di samping itu juga dikarenakan beban otot

yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi kinerja seseorang (Eko Nurmianto,

2004:265).

Page 49: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

49

49

3. Hubungan antara kebisingan dengan kelelahan

Menurut Dwi P. Sasongko, dkk (2000:21) pengaruh

kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan pada indera

pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap

mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah.

Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan

hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah

tersinggung. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya

hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung

dan meningkatkan tekanan darah. Kejadian ini termasuk

gangguan kardiovaskuler.

Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan

pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil

serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya

konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik, juga dapat

menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan

tenaga kerja. Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat

menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan

akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang

ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot

sehingga mempercepat kelelahan (Suma’mur, P.K, 2009:125).

Kelelahan terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang

berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun

Page 50: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

50

50

dengan atasan (Depnaker, 1999:55). Kelelahan fisiologis merupakan

kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor-faktor yang diantaranya

kebisingan.

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi

kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi

konsentrasi (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:33), dapat mengganggu

pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat

kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi (Benny L.

Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:250) sehingga muncul sejumlah

keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan

aktivitas.

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul

akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat

didengar secara jelas, pembicara terpaksa berteriak-teriak selain

memerlukan ekstra tenaga juga menambah kebisingan (Departemen

Kesehatan RI, 2003:MI-2:37). Contoh gangguan fisiologis: naiknya

tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vaso kontriksi

pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh

meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan

tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara spontan (Benny L. Priatna

dan Adhi Ari Utomo, 2002:247). Kebisingan juga dapat menurunkan

kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan

Page 51: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

51

51

kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut

menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 2009:125).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan Harwanto

(2003) yang berjudul pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan

kerja dengan hasil yang sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P =

0.000, artinya P ≤ 0,001. Penelitian menggunakan metode Uji Statistik

dengan Analisis Regresi Linear Sederhana. Penelitian tentang kelelahan

lainnya adalah Robertus Iskandar S. R (2007) yang mengatakan bahwa ada

pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang

signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0,002 (p < 0,05). Penelitian ini

menggunakan metode Uji Statistik dengan Independent Sample Test. Hal

ini menunjukkan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan dapat

menyebabkan kelelahan kerja meningkat.

B. Kerangka Pemikiran :

Page 52: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

52

52

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan diatas dapat dibuat

kerangka pemikiran sebagai berikut :

: Diteliti

: Tidak diteliti

C. Hipotesis :

Faktor Eksternal : - Beban kerja - Iklim kerja - Penerangan - Getaran mekanis - Waktu pemaparan - Status gizi - APD - Faktor psikologis atau

keadaan psikis - Berat badan dan

Tinggi badan

Faktor Internal : - Usia - Jenis kelamin - Riwayat penyakit dan

status kesehatan - Masa kerja

Intensitas Kebisingan

Kelelahan Kerja

Rangsang Cortex cerebri

Sistem Penghambat

Bagan 2. Kerangka Pemikiran

Page 53: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

53

53

Ada hubungan intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja sebelum

dan sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor PT.

Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

BAB III

Page 54: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

54

54

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

yaitu penelitian yang berupaya mencari hubungan antar variabel yang

kemudian dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Berdasarkan

pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional

dan pendekatan point time approach.

Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara variabel bebas dengan variabel tergantung (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:71).

Pendekatan point time approach atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat, dimana setiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan

faktor resiko serta efek diukur menurut keadaan atau status saat diobservasi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:145).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian mekanik maintenance utility

compresor di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

pada bulan Maret 2010.

C. Populasi Penelitian

39

Page 55: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

55

55

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:97). Populasinya adalah tenaga kerja bagian

mekanik maintenance utility sejumlah 40 orang.

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:79). Subjek dalam penelitiannya adalah karyawan bagian mekanik

maintenance utility, dari populasi 40 orang yang memenuhi kriteria subjek

penelitian sebanyak 30 orang. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 30

karyawan sebagai sampel dengan cara purposive sampling.

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang

didasarkan pada pertimbangan tertentu, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu :

1. Umur antara 20 – 50 tahun

2. Masa kerja lebih dari 5 tahun

3. Jenis kelamin laki-laki

4. Tidak memiliki riwayat penyakit pendengaran.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

Page 56: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

56

56

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian.

Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, maka dalam

penelitian dapat dibedakan menjadi :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kelelahan kerja.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

pengganggu ada dua yaitu :

a) Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, riwayat

penyakit pendengaran, masa kerja dan lama kerja.

b) Variabel pengganggu tidak terkendali : faktor psikologis atau

keadaan psikis, Alat Pelindung Diri (APD) dan kebiasaan sehari-

hari.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Page 57: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

57

57

1. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin compresor

piston yang bertugas mensupplay udara tekan untuk proses produksi dan

juga untuk menggerakkan alat-alat instrument. Dalam penelitian ini yang

diukur adalah intensitas kebisingan di lingkungan kerja tersebut dengan

menggunakan :

Alat ukur : Sound Level Meter

Satuan : dBA (desibel)

Skala : Rasio (Lebih dari NAB)

2. Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami

penurunan kestabilannya saat terpapar kebisingan sebelum dan sesudah

bekerja. Untuk mengetahui kelelahan kerja yaitu melalui pengukuran

langsung kepada karyawan yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan

menggunakan :

Alat ukur : Reaction Timer type L.77 Lakassidaya

Satuan : Milidetik

Skala : Interval (Normal, Ringan, Sedang, Berat)

3. Umur

Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran,

hingga saat penelitian dilakukan yang dihitung dalam tahun. Data yang

diperoleh dengan cara pengisian angket, atau menanyakan langsung

kepada tenaga kerja. Umur tenaga kerja yang diteliti yaitu sekitar 20-50

Page 58: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

58

58

tahun. Berdasarkan teori yang ada umur 20-50 tahun merupakan umur

produktif.

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas seseorang, laki–laki atau

perempuan yang dapat kita lihat secara visual. Jenis kelamin yang ada di

tempat penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki.

5. Penyakit Pendengaran

Penyakit pendengaran adalah semua jenis penyakit yang

mengganggu pendengaran tenaga kerja sehingga tidak bisa mendengarkan

suara dengan normal. Untuk mengetahui pendengaran tenaga kerja masih

normal atau tidak yaitu dari pengakuan tenaga kerja itu sendiri dari

pengisian angket dan dengan melakukan wawancara tanpa ada kesulitan

komunikasi.

6. Masa Kerja dan Lama Kerja

Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada

perusahaan itu sampai sekarang yang dapat diketahui dengan pengakuan

dari karyawan. Lama kerja adalah waktu kerja dari tenaga kerja selama

satu hari yang dapat diketahui dari pengakuan karyawan.

H. Desain Penelitian

Page 59: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

59

59

Keterangan :

: Variabel yang akan diuji.

Menggunakan Korelasi Paerson Product Moment karena uji statistik

yang dilakukan dari hasil data pengukuran kebisingan terhadap kelelahan

yaitu menguji hubungan antara dua variabel dengan skala data rasio dengan

interval.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

Populasi

Purposive Sampling

Subjek

Kelelahan Kerja

Intensitas kebisingan > NAB

Korelasi Paerson Product Moment

Bagan 3. Desain Penelitian

Page 60: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

60

60

1. Lembar isian data (angket) yaitu daftar identitas dan pertanyaan untuk

menentukan subjek penelitian.

2. Reaction Timer type L.77 Lakassidaya yaitu alat untuk mengkur kelelahan

kerja.

3. Sound Level Meter yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan.

4. Buku dan bolpoin untuk mencatat hasil pengukuran.

5. Wawancara digunakan untuk memperoleh data dari sampel, dilakukan

teknik komunikasi langsung dengan wawancara. Data yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan karyawan adalah data mengenai keluhan seputar

pekerjaan mereka.

6. Data umum diperoleh dari dokumen perusahaan yang berisi data laporan

penelitian, standar operasional prosedur atau instruksi kerja dan standar

peraturan yang ada kegiatannya dengan PKL. Selain itu, penulis juga

mengambil beberapa literatur dari buku umum maupun internet.

7. Validasi

a. Alat Sound Level Meter yang digunakan adalah benar-benar alat yang

sesuai dengan standart yang dipergunakan sebagaimana mestinya.

Merupakan peralatan resmi yang digunakan oleh Departement Tenaga

Kerja dalam melakukan survei kebisingan di tempat kerja atau

perusahaan.

Page 61: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

61

61

Gambar alat 1 :

Teknik pengukurannya adalah:

1) Putar switch ke A.

2) Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

3) Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan

yang terukur.

4) Gunakan meter dynamic characteristic selector switch

“FAST” karena jenis kebisingannya continue.

5) Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon

diarahkan ke sumber kebisingan.

6) Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah

sesuai dengan posisi tenaga kerja selama kerja.

7) Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam

keadaan stabil.

b. Alat Reaction Timer type L.77 Lakassidaya, yang dibuat oleh Biro

Konsultasi Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja

Yogyakarta. Sebagai alat ukur kelelahan pada pekerja di instansi

Pemerintah maupun karyawan perusahaan atau swasta.

Page 62: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

62

62

Gambar alat 2 :

Teknik pengukurannya adalah :

1) Periksa baterai dengan memasang adaptor pada stop kontak, lalu

alat di “ON” kan.

2) Pastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum tekan

tombol reset.

3) Untuk menilai dengan sensor suara, maka tekan tombol untuk

sensor suara.

4) Operator siap menekan saklar sensor rangsang suara demikian juga

probandus siap mendengarkan suara pada alat.

5) Operator menekan saklar sensor suara, probandus secepatnya

menekan saklar OFF untuk sensor suara apabila mendengar suara

pada alat.

6) Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan

pemeriksaan nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena 1-5

Page 63: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

63

63

adalah dalam taraf penyesuaian alat dan nomor 16-20 dianggap

tingkat kejenuhan mulai muncul.

Data yang dianalisa yaitu dengan diambil nilai rata-ratanya dari

dua puluh kali pengukuran adalah hasil sepuluh kali pengukuran di

tengah atau lima kali pengukuran awal dan akhir dibuang. Kemudian

setelah didapat nilai rata-rata seperti diatas, data dibandingkan dengan

standar pembanding Reaction timer L.77 yaitu sebagai berikut :

1) Normal (N) : waktu reaksi 150,0-240,0 mili detik

2) Kelelahan kerja ringan : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik

3) Kelelahan kerja sedang : waktu reaksi 410,0-580,0 mili detik

4) Kelelahan kerja berat : waktu reaksi >580,0 mili detik

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan program computer

SPSS versi 16.0, dengan Interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono,

2001).

Page 64: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

64

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Bagian Mekanik Maintenance Utility Compresor

Penelitian ini dilaksanakan di bagian meknik maintenance utility

compresor yang merupakan ruangan karyawan untuk bekerja dan beristirahat.

Ruang tersebut kurang kedap terhadap kebisingan karena ruang mekanik ini

bersebelahan dengan ruang mesin compresor yang mana mesin tersebut

menimbulkan kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu

rata-rata dalam sehari 88,5 dBA. Mesin ini bertugas menyuplai udara tekan

untuk proses produksi dan juga untuk menggerakkan alat-alat instrument.

Pada PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkamat, Karanganyar terdapat 6

buah compresor dengan spesifikasi yang berbeda yaitu :

1. 4 buah compresor piston dengan kapasitas udara @ = 1250 kg/jam

2. 2 buah compresor turbo dengan kapasitas udara @ = 5250 kg/jam

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Dari hasil penyebaran angket di bagian mekanik maintenance utility

compresor umur karyawan yang paling muda adalah 26 tahun, umur

49

Page 65: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

65

65

paling tua adalah 50 tahun, dengan rata-rata umur dari keseluruhan 43,3

tahun. Daftar umur responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 20-30 31-40 41-50

1 3

26

3,3 10

86,7

Sumber : Data primer penelitian

Karyawan yang berada di mekanik maintenance utility compresor

pada saat penelitian umur antara 20-30 tahun hanya ada satu karyawan

dengan presentase 3,3%, umur antara 31-40 tahun ada 3 karyawan dengan

presentase 10%, sementara umur yang paling banyak diantara 41-50 tahun

yaitu 26 karyawan dengan presentase 86,7%.

2. Masa Kerja

Masa kerja karyawan di bagian mekanik maintenance utility

compresor lebih dari 5 tahun, adapun sebaran masa kerja responden dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Daftar responden berdasarkan masa kerja

Masa Kerja (Tahun) Frekuensi

Persentase (%)

5 - 20

21 - 35

13

17

43,3

56,7

Sumber : Data primer penelitian

Masa kerja antara 5-20 tahun ada 13 karyawan dengan presentase

43,3% dan masa kerja antara 21-35 tahun ada 17 karyawan dengan

presentase 56,7%.

Page 66: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

66

66

C. Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran intensitas kebisingan pada tempat kerja dilakukan di satu

ruangan pada 6 titik pengukuran dengan jarak 1,5 m dimana karyawan berada

pada titik-titik tersebut selama bekerja. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Pengukuran intensitas kebisingan

Titik Intensitas Kebisingan (dBA)

NAB (dBA)

Batas NAB

1 2 3 4 5 6

89 89 87 88 90 88

85 85 85 85 85 85

> NAB > NAB > NAB > NAB > NAB > NAB

Rata-rata 88,5

Sumber : Data primer penelitian

Pengukuran intensitas kebisingan dengan alat sound level meter.

Intensitas kebisingan yang dihasilkan rata-rata dalam sehari adalah 88,5 dBA

dengan intensitas kebisingan terendah adalah 87 dBA dan intensitas

kebisingan tertinggi adalah 90 dBA. Jam kerja karyawan selama 8 jam/hari

dengan waktu pemaparan kebisingan selama 7 jam/hari dan satu jam

digunakan untuk istirahat. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan

mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan.

Selain itu selama penelitian dilakukan alat yang beroperasi untuk produksi

sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-

hari lainnya.

Page 67: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

67

67

D. Pengukuran Kelelahan Kerja

Pengukuran kelelahan kerja dilakukan sebelum dan sesudah bekerja

dengan alat reaction timer, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil pengukuran kelelahan kerja

Waktu Reaksi (Mili detik)

Kriteria Kelelahan

Waktu Pengukuran Sebelum bekerja

Sesudah Bekerja

F % F % (1)

150,0 - 240,0 >240,0 - <410,0

410,0 - 580,0 >580,0

(2) Normal Ringan Sedang Berat

Jumlah

(3) 11 19 0 0 30

(4) 36,7 63,3

0 0

100

(5) 0 2

28 0

30

(6) 0

6,7 93,3

0 100

Berdasarkan data diatas sebelum kerja terdapat 11 sampel (36,7%)

dalam keadaan normal atau belum terjadi kelelahan, 19 sampel (63,3%)

mengalami kelelahan ringan. Hasil pengukuran sesudah bekerja 2 sampel

(6,7%) mengalami kelelahan ringan dan 28 sampel (93,3%) mengalami

kelelahan sedang.

E. Uji Hubungan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja di

bagian mekanik maintenance utility compresor, dilakukan uji statistik dengan

metode Korelasi paerson product moment melalui program SPSS versi 16.0

didapatkan hasil pada tabel sebagai berikut :

Page 68: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

68

68

Tabel 9. Hasil uji statistik korelasi pearson product moment

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,030 maka dikatakan

signifikan karena apabila dibandingkan dengan nilai a = 5% dimana nilai

p < 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak artinya ada hubungan anatara

kebisingan dengan kelelahan. Jadi hipotesis menyatakan ada hubungan

intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja sebelim dan sesudah kerja pada

karyawan mekanik maintenance utility compresor di PT. Indo Acidatama,

Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Correlations

KSebelum

KSetelah

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

KSebelum KSetelah

1

30

.398*

.030

30

.398*

.030

30

1

30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 69: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Umur karyawan di bagian mekanik maintenance utility compresor

yaitu antara 26-50 tahun dan umur tersebut masuk dalam umur produktif

yang akan mempengaruhi kapasitas kerja.

Kriteria umur yang digunakan sebagai sampel penelitian ini sesuai

dengan kriteria menurut Lambert, David; 1996 yaitu kinerja fisik

mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan menurun dengan

bertambahnya usia.

2. Masa Kerja

Masa kerja karyawan di bagian mekanik maintenance utility

compresor 100% lebih dari 5 tahun bahkan ada yang telah 20-an tahun, hal

ini menunjukkan bahwa tingkat keterampilan dan kemampuan karyawan

yang tinggi. Menurut Suma’mur P.K., 1996 Semakin tinggi keterampilan

kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga

beban kerja menjadi relatif sedikit. Dalam penelitian ini masa kerja

karyawan ini masuk dalam kriteria karena keterampilan yang dimiliki

karyawan semakin tinggi karena dari masa kerja yang sudah lama.

54

Page 70: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

55

55

B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Rata-rata intensitas kebisingan yang diperoleh dari 6 titik pengukuran

adalah 88,5 dBA. Pengukuran kebisingan dilakukan dimana karyawan

melaksanakan kegiatan kerja dengan jarak pengukuran 1,5 meter. Karyawan

mekanik maintenance utility compresor bekerja selama 8 jam/hari dengan

waktu istirahat satu jam, sehingga karyawan terpapar kebisingan selama 7

jam/hari. Berdasarkan Kepmenaker No.KEP 51/MEN/1999 tentang Nilai

Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja yang

menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas untuk pemajanan 7 jam per hari atau

40 jam dalam satu minggu adalah sebesar 86 dBA. Dari hasil pengukuran

dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan pada tempat kerja

tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan

yaitu rata-rata dalam sehari 88,5 dBA. Intensitas kebisingan

88,5 dBA berdasarkan teori intensitas tersebut dapat memaparkan

kebisingan pada waktu pemajanan 3 jam/hari tetapi karyawan

harus memakai ear plug dalam bekerja, karena ear plug dapat

mengurangi intensitas kebisingan suara antara 10-15 dBA (A.M.

Sugeng Budiono, dkk; 2003:331). Pada waktu bekerja karyawan ada

yang memakai ear plug dan ada yang tidak memakai ear plug,,

sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas

tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Penanggulangan yang bisa dilakukan untuk mencegah

adanya intensitas kebisingan yang melebihi nilai ambang batas

adalah dengan kedisiplinan memakai alat pelindung telinga,

seperti ear plug pada karyawan dan perbaikan terhadap ruang

kerja agar kedap terhadap suara bising seperti diberikan

Page 71: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

56

56

fiberglass atau karpet karena jelas terlihat bahwa di ruang

mekanik maintenance utility compresor intensitas kebisingan

melebihi Nilai Ambang Batas.

C. Analisis Kelelahan Kerja

Pengukuran dari kelelahan kerja telah ditetapkan batas tingkat

kelelahan kerjanya. Kriteria kelelahan berat yaitu dengan waktu reaksi > 580,0

milidetik sedangkan kriteria normalnya sendiri adalah dengan waktu reaksi

150,0-240,0 milidetik. Hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan,

pengukuran sebelum kerja terdapat 11 sampel dengan presentase 36,7%

dalam keadaan normal atau belum terjadi kelelahan dan 19 sampel dengan

presentase 63,3% mengalami kelelahan ringan. Hasil pengukuran sesudah

kerja adalah 2 sampel dengan presentase 6,7% mengalami kelelahan ringan

dan 28 sampel dengan presentase 93,3% mengalami kelelahan sedang. Dapat

dilihat bahwa dari hasil pengukuran kelelahan kerja karyawan setelah bekerja

di tempat kebisingan dengan presentase 93,3% mengalami kelelahan sedang.

Dengan demikian telah terjadi kelelahan pada tenaga kerja. Hal ini

berarti kebisingan dari lingkungan yang diterima oleh tenaga kerja dapat

meningkatkan kelelahan tenaga kerja dan kenaikan rata-rata waktu reaksi

masih dalam taraf sedang sehingga peningkatan kelelahan tergolong sedang.

Walaupun untuk masing-masing tenaga kerja terdapat perbedaan pada umur,

dan masa kerja tidak banyak mempengaruhi kelelahan.

D. Analisis Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja

Page 72: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

57

57

Dari hasil uji statistik dengan metode Korelasi Pearson Product

Moment melalui program SPSS versi 16.0 didapatkan nilai signifikansi (p)

yaitu 0,030 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil tersebut signifikan karena

setelah dibandingkan dengan signifikasi 5% nilai p < 0,05. Hal ini berarti ada

hubungan intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja sebelum dan

sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor di PT.

Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Selain dari faktor

kebisingan, kelelahan kerja dapat juga disebabkan karena faktor lain,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Psikologi karyawan berpengaruh karena dari tempat kerja yang kurang

kedap terhadap kebisingan sehingga karyawan tidak bersemangat

beraktivitas dan adanya tanggung jawab dalam bekerja. faktor psikologi

mempunyai peran besar dalam mempengaruhi kelelahan, karena

penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi

di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik

pekerja.

2. Beban kerja, setiap pekerjaaan merupakan beban kerja bagi pelakunya.

Beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja.

Beban dimaksud dapat berupa beban fisik, mental atau sosial. Seseorang

tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya

dengan beban kerja. Hal ini sesuai dengan beban kerja fisik di bagian

mekanik maintenance utility compresor memperbaiki mesin yang rusak

dan maintenance, maka beban fisik tenaga kerja tidak begitu besar.

Page 73: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

58

58

Beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian yang

dimiliki tenaga kerja secara individu dengan individu lainnya yang sama

dan beban sosial yang ringan karena hubungan antar tenaga kerja, tenaga

kerja dengan atasannya adalah baik.

3. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Perusahaan telah

memberikan gizi yang sama pada karyawan agar mendapatkan

ketahanan tubuh yang baik. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi

yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih

baik, begitu juga sebaliknya.

4. Bekerja di lingkungan yang panas dapat mempercepat timbulnya

kelelahan oleh karena tubuh kehilangan ion-ion melalui keringat. Tenaga

kerja yang bekerja di lingkungan panas diperlukan proses aklimatisasi

yaitu adaptasi terhadap suhu lingkungan yang sama.

Kelelahan juga dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang nyaman

dalam bekerja di samping kapasitas tenaga kerja itu sendiri dan jenis

pekerjaannya. Lingkungan kerja yang kurang nyaman dapat memicu

timbulnya kelelahan pada tenaga kerja. Kebisingan bagian mekanik

maintenance utility compresor melebihi ambang batas. Hal ini sesuai dengan

pendapat Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002 bahwa kebisingan

dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena

tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi, sehingga

muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan

Page 74: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

59

59

untuk melakukan aktivitas, keluhan yang disampaikan merupakan gejala

kelelahan.

Akibat kebisingan terhadap kesehatan yang lain adalah meningkatkan

tekanan darah dan denyut jantung, selain gangguan kesehatan kebisingan juga

menimbulkan gangguan emosional, kebisingan juga dapat mengganggu

konsentrasi yang menyebabkan terjadi kesalahan ketika bekerja sehingga

menurunkan prestasi kerja tenaga kerja, selain itu kebisingan juga dapat

meningkatkan kelelahan.

Pengendalian kebisingan dilakukan pada sumber suara, pada media

perantara kebisingan seperti memberikan peredam pada ruang kerja dan

pengendalian kebisingan pada manusia dengan memakai alat pelindung

telinga, hal ini sesuai dengan pendapat Dwi P Sasongko, dkk., 2000 bahwa

kebisingan yang terjadi dapat dikendalikan agar tingkat kebisingan tersebut

sampai batas nilai yang diijinkan.

Dengan masa kerja rata-rata lebih dari 20 tahun maka dapat

dimungkinkan bahwa tenaga kerja bagian mekanik maintenance utility

compresor telah mengalami penurunan fungsi pendengaran sehingga suara

yang sangat bising dianggap biasa dikarenakan sudah kebiasaan dan

penurunan tersebut. Hal ini dapat diperkuat oleh ketidak disiplinan tenaga

kerja dalam menggunakan alat pelindung telinga sehingga mempercepat

terjadinya penurunan ambang dengar tersebut dan ruangan kerja yang kurang

kedap terhadap suara bising. Alat pelindung telinga yang disediakan

diperusahaan hanya ear plug tetapi karyawan kurang nyaman memakainya,

Page 75: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

60

60

padahal ear plug bisa meredam kebisingan sebesar 10-15 dBA. Sehingga

diperlukan kebiasaan pada karyawan dalam memakai ear plug pada waktu

bekerja diruangan tersebut dan mengetahui fungsi alat pelindung telinga,

karena intensitas kebisingan di bagian mekanik maintenance utility compresor

antara 87-90 dBA, intensitas ini melebihi nilai ambang batas yang

diperkenankan. Alat pelindung diri yang lebih bagus adalah ear muff yang bisa

meredam kebisingan 30 dBA, tetapi harga ear muff lebih mahal dari ear plug.

Maka dari itu perlunya pemakaian ear plug karena dapat menurunkan

intensitas kebisingan, dari pada tidak memakai alat pelindung diri sama sekali.

Sehingga penurunan pendengaran bisa dikurangi walaunpun itu sedikit.

Pengendalian dari tempat kerjanya sendiri adalah dengan memberikan

peredam suara seperti fiberglass atau karpet.

Hubungan intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja ini didukung

oleh penelitian sebelumnya yaitu penelitian Irwan Harwanto (2003) yang

mengatakan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan

kerja dengan hasil yang sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P =

0.000, artinya P ≤ 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan

berpengaruh terhadap kelelahan dengan hubungan semakin tinggi intensitas

kebisingan maka semakin meningkat kelelahan kerja. Uji Statistik

menggunakan Analisis Regresi Linear Sederhana dan penelitian yang

dilakukan oleh Robertus Iskandar S. R (2007) yang mengatakan bahwa ada

pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang

signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0,002 (p < 0,05). Hal ini

Page 76: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

61

61

menunjukkan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan dapat menyebabkan

kelelahan kerja meningkat. Uji Statistik menggunakan Independent Sample

Test.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa keterbatasan yaitu :

1. Keterbatasan waktu dalam pemeriksaan kelelahan sebelum kerja, sehingga

pada beberapa karyawan kelelahan sebelum kerja diukur sesaat setelah

bekerja.

2. Ketelitian dan kejujuran karyawan dalam mengisi angket, sehingga tidak

tertutup kemungkinan adanya jawaban yang tidak mewakili keadaan

sebenarnya dan hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 77: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

62

62

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Intensitas kebisingan rata-rata di ruang mekanik maintenance utility

compresor adalah 88,5 dBA dengan intensitas kebisingan terendah 87

dBA dan intensitas kebisingan tertinggi 90 dBA dan dari hasil perhitungan

kelelahan kerja sebelum kerja 11 sampel (36,7%) dalam keadaan normal

atau belum terjadi kelelahan dan 19 sampel (63,3%) mengalami kelelahan

ringan. Hasil pengukuran sesudah kerja adalah 2 sampel (6,7%)

mengalami kelelahan ringan dan 28 sampel (93,3%) mengalami kelelahan

sedang.

2. Hasil uji statistik Korelasi pearson product moment menunjukkan bahwa

nilai p = 0,030 bila dibandingkan dengan signifikasi 5% dimana nilai

p < 0,05. maka Ho ditolak Ha diterima. Berarti dari hasil penelitian ada

hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja sebelum dan

sesudah kerja pada karyawan mekanik maintenance utility compresor di

PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

62

Page 78: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

63

63

B. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Hendaknya memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada karyawan

tentang pentingnya pemakaian alat pelindung telinga dan gangguan

kesehatan akibat kebisingan agar selama bekerja selalu memakai alat

pelindung telinga maupun alat pelindung lainnya.

b. Sebaiknya ruang mekanik maintenance utility compresor diberi

peredam suara seperti fiberglass atau karpet agar mengurangi intensitas

kebisingan ruang kerja tersebut.

c. Pemberian ear plug kepada karyawan apabila ruang kerja kurang

kedap terhadap suara bising.

d. Peneguran atau pemberian sangsi kepada karyawan yang tidak

memakai alat pelindung diri agar menjadi kedisiplinan karyawan.

e. Diadakan pemeriksaan kesehatan sebelum, berkala dan khusus pada

karyawan.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih

mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kelelahan kerja lainnya.

Page 79: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

64

64

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Astrand, P.O. 1997. Textbook of Work Physiology-Physiology Bases of Exercise,

2nd edt. McGraw-Hill Book Company. USA.

Benny L, Priatna dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002, Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra Internasional Tbk.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan

Kerja. Jakarta.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor:KEP-51.MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 1999, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Dwi P. Sasongko, dkk, 2000, Kebisingan Lingkungan, Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang.

Eko Nurmianto, 2004, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : Guna Widya.

Gabriel, 1996.”Definisi dan Istilah tentang Kebisingan di Tempat Kerja”.

http://www.indomedia.com/intisari/2000/januari/bising.htm. Diakses 30 Maret 2009.

Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC. Grandjean. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc.

London.

Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM UI. I Dewa Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar, 2002. Penilaian Status

Gizi, Jakarta: EGC. Irwan Harwanto, 2003. “Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap

Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja pada Bagian Palet dan

Page 80: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

65

65

Bagian Inspecting PT. Iskandartex”. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kastomo Wirosuhardjo, 2000, Dasar-dasar Demografi, Jakarta: Lembaga Demografi FE UI.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51: 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

di Tempat Kerja. Jakarta.

Lambert, David. 1996, Tubuh Manusia, Jakarta : Arcan. Margatan, Arcole. 1996, Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Solo: CV Aneka.

Robertus Iskandar S. R, 2007. “Pengaruh Paparan Kebisingan terhadap

Tingkat Kelelahan di PT. Inka (Persero) Madiun”. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005, Kebisingan di Tempat Kerja

(occupational Noise), Yogyakarta: Andi.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV Rineka Cipta.

Suma’mur, PK. 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT.

Toko Gunung Agung. Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarata: Sagung

Seto. Sritomo Wignjosoebroto, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya :

Guna Widya.

Tata Soemitra. 1997. Hearing Conservation Program. Bandung : FKM UI. Work Health and Organisation (WHO). 1993. Code of Practice for Noise

Management at Work. Australia. Www.inmedjs.blogspot.com

Yayasan Spirita. 2004. Kelelahan, http://www.i-base.org.uk.

Page 81: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

66

66

LAMPIRAN

Page 82: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

67

67

Lampiran A.

Data surat persetujuan menjadi responden penelitian

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama :

TTL :

Pekerjaan :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi Responden Penelitian. Saya telah

memahami tujuan, prosedur dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan

Intensitas Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Kerja pada

Karyawan Mekanik Maintenance Utility Compresor di PT. Indo Acidatama, Tbk.

Kemiri, Kebakramat, Karanganyar.”

Karanganyar,

Responden Penelitian

( )

Page 83: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

68

68

Lampiran B.

Data kuisioner penjaringan sampel

ANGKET PENJARINGAN SAMPEL

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Masa Kerja :

Lama Kerja :

Bekerja di bagian :

II. KESEDIAAN UNTUK DIJADIKAN SUBYEK PENELITIAN

1. Ya, saya bersedia

2. Tidak, saya tidak bersedia

III. KEADAAN LAIN

1. Apakah anda mempunyai riwayat penyakit pendengaran?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda sering mengkonsumsi obat-obatan apabila merasa lelah

setelah bekerja atau minum minuman berstamina?

a. Ya

b. Tidak

Page 84: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

69

69

Lampiran C.

Daftar responden di bagian Mekanik Maintenance Utility Compresor

Responden

Jenis Kelamin

(L/P)

Umur

(Tahun)

Masa Kerja (Tahun)

Pekerjaan Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki

48 46 44 41 40 44 42 42 42 45 46 31 50 50 32 45 49 42 47 50 48 43 49 41 42 42 42 42 47 26

23 22 20 20 20 22 21 18 17 22 21 7 21 22 10

22,5 22 18 18 22 21 23 22 18 17 22 21 16 23 5

Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift Shift

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Page 85: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

70

70

Lampiran F

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999

MENTERI TENAGA KERJA

REPUBLIK INDONSIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA

NOMOR : KEP–51/MEN/I999

TENTANG

NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

perlu ditetapkan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat

Kerja;

b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-

ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.

2. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja.

3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 122/M Tahun 1998 tentang

Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan.

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP 28/MEN/1994

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Page 86: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

71

71

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG

NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FlSIKA DI TEMPAT

KERJA

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau

sumber-sumber bahaya.

3. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor

tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit

atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak

melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

4. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat tisika yang

dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang

mikro dan sinar ultra ungu.

5. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban. kecepatan

gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

6. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh

termometer suhu kering.

7. Suhu basah alami (Nat Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan

oleh termometer bola basah alami (Natural Wet bulb Thermometer).

8. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh

termometer bola (Globe Thermometer).

Page 87: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

72

72

9. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang

disingkal ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang

merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan

suhu bola.

10. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

11. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah

bolak- balik dari kedudukan keseimbangannya.

12. Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (microwave) adalah radiasi

elektro- magnetik den frekuensi 30 kilohertz sampai 300 Giga Hertz.

13. Radiasi ultra ungu (Ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan

panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).

14. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu

tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

15. Pengusaha adalah :

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri

dan untuk keper!uan itu menggunakan tempat kerja;

b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu

usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja;

c. Orang atau badan hukum, yang di Indoncsia mewakili orang atau badan

hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b jikalau yang

diwakili berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

16. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai teknis berkeah!ian

khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri.

17. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2

NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam

lampiran I.

Pasal 3

(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA).

Page 88: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

73

73

(2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana

tercantum dalam lampiran II.

Pasal 4

(1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada

lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat

(m/det2).

(2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana

tercantum dalam lampiran III.

Pasal 5

NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana

tercantum dalam lampiran IV.

Pasal 6

(1) NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt persentimeter

persegi (.uW/crn2).

(2) Radiasi sinar ultra ungu yang melampaui NAB waktu pemajanan ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam lampiran V.

Pasal 7

(1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat

dan atau Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang

ditunjuk.

(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Hasil pengukuran dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan dan

kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Pasal 8

Pelaksanaan pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja berkoordinasi

dengan kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Pasal 9

Peninjauan NAB faktor fisika di tempat kerja dilakukan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 89: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

74

74

Pasal l0

Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam

Keputusan Menteri ini.

Pasal 11

Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini. maka Surat Edaran Menteri Tenaga

Kerja transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang

Batas (NAB) Untuk iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk

Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 12

Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 16 April 1999

Page 90: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik

75

75

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA

NOMOR KEP.51/MEN/1999

TANGGAL 16 A PR I L 1999

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dBA 8 4 2 1

30 15 7,5 3,75 1,88 0,94

28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11

Jam

Menit

Detik

85 88 91 94

97 100 103 106 109 112

115 118 121 124 127 130 133 136 139

Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 16 April 1999

Page 91: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP …/Hubunga… · Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan yang mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik