Hubungan Ibadah Dan Syariah

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang “Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu”. “Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku” Allah menciptakan kita bukan utk sia-sia tetapi krn tujuan mulia yaitu utk beribadah kepada-Nya. Ibadah adl kata yg mencakup segala hal yg dicintai dan diridhoi Allah SWT. Kita menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya-Nya adl ibadah. Kita berbuat kebaikan kepada sesama muslim bahkan sesama manusia atau kepada binatang sekalipun krn Allah adl ibadah. Jadi Ibadah itu artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh saja seperti shalat puasa zakat dan haji seperti dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu lbh dari enam puluh atau lbh dari tujuh puluh cabang. Paling utama adl Lailaha illallah dan paling rendah adl 1

Transcript of Hubungan Ibadah Dan Syariah

Page 1: Hubungan Ibadah Dan Syariah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu”. “Dan tidaklah

aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku”

Allah menciptakan kita bukan utk sia-sia tetapi krn tujuan mulia yaitu utk

beribadah kepada-Nya. Ibadah adl kata yg mencakup segala hal yg dicintai dan

diridhoi Allah SWT. Kita menjalankan perintah Allah dan meninggalkan

larangannya-Nya adl ibadah. Kita berbuat kebaikan kepada sesama muslim bahkan

sesama manusia atau kepada binatang sekalipun krn Allah adl ibadah. Jadi Ibadah itu

artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh saja seperti shalat puasa zakat dan haji

seperti dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu lbh dari enam

puluh atau lbh dari tujuh puluh cabang. Paling utama adl Lailaha illallah dan paling

rendah adl menyingkirkan duri di jalanan. Tapi ibadah itu tidak berarti positif dunia

maupun akhirat sampai memenuhi dua kriteria

Kriteria pertama ibadah itu harus dilakukan dgn ikhlas krn Allah. Dan Kriteria

ibadah itu harus dilakukan sesuai dgn petunjuk Rasulullah saw. Satu syarat saja tidak

diterima Allah sampai betul memenuhi kedua persyaratan itu

Seseorang yang selalu beribadah, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,

memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak

1

Page 2: Hubungan Ibadah Dan Syariah

akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang

nonmuslim memberi beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu

nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu

tidak punya landasan aqidah.

Sedangkan Syariah Islam adalah aturan hidup yang mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia. Hukum-hukum Islam yang diatur dalam Al Qur’an dan As Sunah

meliputi : Aspek ibadah yang mengatur hubungan hamba dengan Kholiq seperti

sholat, zakat, shoum , haji dan seterusnya, serta aspek mu’amalah yang mengatur

hubungan sesama hamba.

B. Tujuan dan Manfaat

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas agama, dan untuk memberikan

gambaran dan pengetahuan tentang hubungan Ibadah dan syariah, semoga makalah

materi yang kami sajikan ini bermanfaat bagi kita semua

2

Page 3: Hubungan Ibadah Dan Syariah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.

Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi

makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui

lisan para Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan

tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang

paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai

Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun

yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

           Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf

(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah

(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).

Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah

ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad

3

Page 4: Hubungan Ibadah Dan Syariah

adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-

macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

           Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman dalam

Quran Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56-58:

“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada-Ku."

"Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki

supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha

Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”             

          Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan

manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah

yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka

barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang

beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia

adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya

dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang

mengesakan Allah).

4

Page 5: Hubungan Ibadah Dan Syariah

2. Syariah

Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran

Islam itu sendiri (42 :13). Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek

hukum dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum

demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa

dilepaskan dari aqidah sebagai fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari

syariah itu sendiri.

Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi  pengembangan diri

manusia dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban

(masyarakat madani).

Syariah meliputi 2 bagian utama :

1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah

(vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. 

Misalnya : salat, zakat, puasa

2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan

lingkungannya) .  Dalam hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar.

Misalnya munakahat, dagang, bernegara, dll.

Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh. Dalam

menjalankan syariah Islam, beberpa yang perlu menjadi pegangan :

5

Page 6: Hubungan Ibadah Dan Syariah

a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah (24 :51, 4:59) menjauhi bid'ah

(perkara yang diada-adakan)

b. Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram

(7 :33, 156-157), maka :

o Tinggalkan yang subhat (meragukan)

o Ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan

bertele-tele

c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286), dan

menghendaki kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga  terhadap kekeliruan

yang tidak disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai

kemampuan

d. Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syariah

(3:103, 8:46)

Syariah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf

nahi munkar

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang Benar

          Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb

(cinta), khauf (takut), raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah

diri, sedang-kan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus

6

Page 7: Hubungan Ibadah Dan Syariah

terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang

mukmin:

Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya [Al-Maa-idah: 54]

Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah [Al-

Baqarah: 165]

Selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada

Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang

khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’: 90]

          Sebagian Salaf berkata [2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa

cinta saja, maka ia adalah zindiq [3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’

saja, maka ia adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan

khauf, maka ia adalah haruriy [5]. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan

hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”

C. Syarat Diterimanya Ibadah

          Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang

disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak

disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan

tersebut tertolak.”

7

Page 8: Hubungan Ibadah Dan Syariah

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa

dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:

[a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.

[b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena

ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-

Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad

Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya

dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya

kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan

tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]

Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah.

Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi

wa sallam

Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah

kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia

syari’at-kan, tidak dengan bid’ah.”

8

Page 9: Hubungan Ibadah Dan Syariah

Sebagaimana Allah berfirman.

“Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka

hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu

pun dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat

syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua,

bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang

menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai

beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah

menjelaskan bagai-mana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu

‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu

‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat. [7]

Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah

tersebut?”

Jawabnya adalah sebagai berikut:

1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya

semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya

9

Page 10: Hubungan Ibadah Dan Syariah

adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Maka

sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar:

2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan

melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah

kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah

melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.

3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita[8] Maka, orang

yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah

ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai

kekurangan)

4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan

kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri

dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam ke-hidupan

manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian

akan meliputi ke-hidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan,

padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at

yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.

D. Keutamaan Ibadah

Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan

diridhai-Nya. Karenanyalah Allah men-ciptakan manusia, mengutus para Rasul

dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya di-puji dan

yang enggan melaksanakannya dicela. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

10

Page 11: Hubungan Ibadah Dan Syariah

“Artinya : Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, nis-caya akan Aku

perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah

kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” Ibadah di

dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mem-persempit atau mempersulit manusia, dan

tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu

disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak

dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.

Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan

membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan

manusiawi.

Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan

ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena

manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya

jasad membutuhkan makanan dan minuman, demi-kian pula hati dan ruh memerlukan

ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah

itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena

sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak

akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah.

Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan

dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau

kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu,

11

Page 12: Hubungan Ibadah Dan Syariah

tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan

kebahagiaannya.

Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah

kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan

keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang meng-hendaki

kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari

itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia

dan paling lapang dadanya.

Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan

seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah

semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan,

kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai

Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai

puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.

Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan

seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.

Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan me-ringankan beban

penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang

dada dan jiwa yang tenang.

Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya

kepada Rabb-nya dapat mem-bebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada

12

Page 13: Hubungan Ibadah Dan Syariah

makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia

merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada

Allah saja.

Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama

untuk meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, masuk Surga dan selamat dari

siksa Neraka.

E. Hubungan Ibadah dan Syariah

Ibadah dan Syariah pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam.

unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Ibadah adalah cara

merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling

tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Sementara

syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi cara

beribadah.

Muslim yang baik adalah orang yg memiliki selalu beribadah yang lurus dan kuat

yg mendorongnya untuk melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah

sehingga tergambar akhlak yg terpuji pada dirinya.

Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang melakukan ibadah, tetapi tidak

dilandasi oleh keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang

yg mengaku beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut

fasik. Sedangkan orang yg mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan

landasan ibadah yg tidak lurus disebut munafik.

Ibdah dan syariah dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman

menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah

13

Page 14: Hubungan Ibadah Dan Syariah

Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi syariah, maka

perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah

perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang

benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap

Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Kerena itu didalam Al-

Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.

Antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) ُق�وَن� َف�اِس� اْل ُه�ُم� �َك� �ِئ �حٰـ اْلَّص�اْل �وا َو�َع�ِم�ُل

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan

mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang

sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama

yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar

(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka

tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku.

Dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-

orang yang fasik."

14

Page 15: Hubungan Ibadah Dan Syariah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah dan syariah menyatu, saling kait mengait. Misalnya, ketika Allah

menjelaskan tentang shalat. Ibadah adalah semua penjelasan apa dan mengapa kita

shalat. Syariah adalah penjelasan bagaimana pelaksanaannya; syarat-syarat, rukun-

rukunnya. Aqidah adalah konsep sedangkan syariah adalah hukum dari Allah.

Ibadah mendefinisikan hal ihwal atau hakikat segala sesuatu. Konsep itu bersifat

mutlak benar karena berasal dari wahyu Tuhan yang Maha Benar. Konsep yang

diwahyukan Allah itu menjadi titik referensi manusia dalam melihat, memahami dan

meyakini yang lainnya.

Berbeda dengan ibadah adalah hukum perbuatan. Sebagai hukum, ia terdiri

perintah dan larangan terhadap suatu perbuatan manusia. Dengan kata lain, syariah

adalah rambu-rambu yang boleh dan yang tidak bolh dilakukan dalam menuju misi

hidup manusia ibadah.

B. Saran

Dengan terselesainya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan kita tentang hubungan aqidah dan syariah, dimana akidah dan syariah

memiliki hubungat yang erat dan tidak dapat dipisahkan, makalah ini kami susun

sangat sederhana dan keterbatasan materi, untuk itu kepada teman – teman yang

kurang paham dengan isi makalah ini, agar memberikan masukan saran dan kritik

untuk melengkapi kekurangan dari makalah ini.

15

Page 16: Hubungan Ibadah Dan Syariah

DAFTAR PUSTAKA

Daudy Ahmad, Kuliah Akidah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Jamhari Muhammad, Zainuddin A, Al-Islam I Akidah dan Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Jawad Muhammad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2008.

Ritonga Rahman, Akidah Merakit Hubungan Manusia Dengan Khaliknya Melalui Pendidikan Akidah Anak Usia Dini, Surabaya: Amelia, 2005.

Shaltut Mahmud, Akidah dan Syariah Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1984.

Syihab A, Akidah Ahlusunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998.

16