Makalah Ibadah
-
Upload
lutfi-hakim-d-j -
Category
Documents
-
view
223 -
download
1
description
Transcript of Makalah Ibadah
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
I. Ibadah Dalam Islam.......................................................................................... 1
1.1 Pengertian Ibadah...................................................................................... 1
1.2 Urgensi Ibadah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Ibadah............................................................................................ 2
1.4 Bentuk Ibadah............................................................................................
II. Pelaksanaan Ibadah dan Hikmahnya...............................................................
2.1 Thaharah...................................................................................................
2.2 Shalat........................................................................................................
2.3 Zakat.........................................................................................................
2.4 Puasa.........................................................................................................
2.5 Haji...........................................................................................................
Daftar Pustaka
I. IBADAH DALAM ISLAM
Q.S. Adz-Dzariyat: 56-57
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”
1.1 PENGERTIAN IBADAH
Secara Bahasa (Etimologi)
Ibadah (عبادة) artinya taat, tunduk, turut, ikut dan do’a.
Menurut Syara’ (Terminologi)
Menurut syara’ (hukum islam), ibadah memiliki banyak definisi, tetapi
makna dan maksudnya hanya satu. Definisi itu antara lain adalah :
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paing tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah ialah istilah yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir
maupun bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Dalam arti luas, ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah atau
perbuatan dalam melaksanakan hubungan langsung dengan Allah.
1.2 URGENSI IBADAH
1. Tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah,
idealnya setiap waktu kita diisi oleh ibadah. (Q.S. Adz-Dzariyat:56)
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
2. Misi pengutusan para nabi dan rasul adalah untuk mengingatkan manusia
untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi thoghut. (Q.S An-Nahl:36)
Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). Sembahlah Allah saja dan jauhkan segala sesuatu yang
menyebabkan kita jauh dari Allah (thoghut)/ jika sesuatu yang
menyebabkan kecenderungan kita kepada Allah berkurang maka itu
disebut thaghut (tidak harus berhala).”
3. Karna Allah mewajibkan ummat manusia untuk beribadah sampai mati
(Q.S. Al-Hijr:99)
Artinya : “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal).”
1.3 TUJUAN IBADAH
Tujuan ibadah dalam islam adalah semata untuk mendekatkan diri kepada
Allah (Taqarrub Ilallah) dan mencari ridha Allah (Mardhatillah)
sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah (Q.S. Al An-‘am:162-163)
:
Artinya : “Katakanlah, “Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. Tiada sekutu bagi-
Nya, dan bagian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
1.4 BENTUK IBADAH
Ibadah terdiri dari ibadah khusus (ibadah mahdah) dan ibadah umum
(ibadah ghair mahdah). Ibadah mahdah (khusus) adalah bentuk ibadah
langsung kepada Allah (hablumminallah) atau dicontohkan oleh Rasulullah.
Contoh : thaharah (bersuci,shalat,puasa,zakat, dan haji). Karena itu ibadah
ini harus sesuai dengan contoh Rasuullah. Penambahan dan pengurangan
dari contoh yang ditetapkan disebut bid’ah, yang menyebabkan ibadah itu
batal dan tidak sah. Sesuai dengan kaidah yang telah dirumuskan oleh para
ahli fiqih yaitu “Semua dilarang, kecuali yang diperintahkan Allah atau
yang dicontohkan Rasulullah”.
Adapun ibadah Ghair Mahdah adalah bentuk hubungan manusia dengan
manusia (habluminannas) atau hubungan dengan alam yang memiliki
makna ibadah. Contoh : silaturahmi. Syariat Islam tidak menentukan bentuk
dan macam ibadah ini. Apa saja perbuatan yang yang dikerjakan oleh
seorang muslim dapat bernilai ibadah, asalkan perbuatan tersebut bukan
perbuatan yang dilarang oleh Allah dan RasulNya serta diniatkan karena
Allah (lillahita’ala). Para ulama telah merumuskan kaidah ibadah umum,
yaitu semua boleh dikerjakan, kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-
Nya.
Ibadah, baik umum maupun khusus adalah merupakan konsekuensi logis
dan implementasi dari keimanan kepada Allah yang tercantum dalam dua
kalimat syahadat, yaitu “Asyhadu allaa ilaha illallahu, wa asyhadu anna
Muhammadar Rasululah” ( محمد أ ان وأشهد الله اال اله ال أن شهد
الله (رسول
II. PELAKSANAAN IBADAH DAN HIKMAHNYA
2.1 THAHARAH
Thaharah atau bersuci hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran dan As
Sunnah. Allah SWT berfirman (Q.S. Al-Baqarah: 222):
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.”
Rasulullah SAW bersada :
“Sholat tanpa bersuci tidak diterima”. (diriwayatkan Muslim)
“Bersuci adalah setengah iman” (diriwayatkan Muslim)
Thaharah itu terbagi ke dalam dua bagian : lahir dan batin. Thaharah batin
ialah membersikan hati dari semua kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, iri,
menipu, sombong, ujub, riya’, dan sum’ah dengan ikhlas, keyakinan, cinta
kebaikan, lemah-lembut, benar dalam segala hal, tawadlu’, dan
menginginkan keridhaan Allah Ta’ala dengan semua niat dan amal shalih.
Sedang Thaharah lahir ialah Thaharah dari najis dan Thaharah dari hadats
(kotoran yang boisa dihilangkan dengan wudlu, atau mandi, atau tayamum).
Thaharah dari najis ialah dengan menghilangkan najis dengan air yang suci
dari pakaian orang yang hendak shalat, ata dari badannya, atau dari tempat
shalat. Thaharah dari hadats ialah dengan wudlu, mandi, dan tayamum.
2.2 SHALAT
a. Pengertian Shalat
Shalat adalah kewajiban dari Allah SWT kepada setiap orang Mukmin,
sebab Allah SWT memerintahkannya dalam banyak sekali firman-Nya.
Secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “DOA”.
Menurut istilah berarti bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus
atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.
Secara hakiki berarti berhadapan hati (jiwa) kepada Allah yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya dan serta menumbuhkan di
dalam jiwa rasa kebesaran dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
b. Dalil Tentang Sholat
Q. S. Thaaha : 14
Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.”
Q.S An-Nisa : 103
Artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.”
c. Hukum Shalat
Fardhu : shalat yang diwajibkan pengerjaannya.
Fardhu ‘ain shalat lima waktu
Fardhu kifayah shalat jenazah
Shalat Sunnah (nawafil) : shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan
namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan.
Sunnah muakad shalat IdulFitri, shalat Idul Adha, shalat Witir,
shalat sunnah Thawaf.
Sunnah ghairumuakkad shalat rawatib, shalat dhuha, shalat
tahajud.
Shalat sunnah lainnya shalat istikharah, shalat tasbih, dll.
d. Syarat Sah Shalat
Syarat sah shalat adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sebelum
seseorang menunaikan shalat, yang diantaranya :
1. Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi
terkuat.
2. Suci badan.
3. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu.
4. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan aurat wanita
seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
5. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung.
Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung.
b. Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib shalat adalah :
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh
3. Berakal sehat
4. Suci dari hadas kecil maupun hadas besar
c. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah amal perbuatan yang dilakukan selama dalam shalat,
jika salah satunya ditinggalkan maka batal shalatnya. Rukun shalat
diantaranya :
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul Ihram
4. Membaca surah Al-fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah.
5. Ruku’, yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu
menyentuh lutut dengan thuma’ninah.
6. Bangun ruku’ dan berdiri tegak (i’tidal).
7. Dua kali sujud setiap rakaatnya dengan thuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud
9. Duduk untuk tasyahud pertama
10.Duduk akhir dan membaca tasyahhud
11.Salam
12.Tertib
d. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
1. Berbicara secara sengaja
2. Berhadats kecil atau besar
3. Meninggalkan salah satu rukun shalat
4. Makan atau minum secara sengaja
5. Terbukanya aurat secara sengaja
6. Tertawa terbahak-bahak
7. Murtad
8. Melakukan terlalu banyak gerakan (3 kali berturut-turut)
9. Menambah raka’at shalat
10.Mengingat shalat yang belum dikerjakan
11.Mendahului imam sebanyak 2 rukun
12.Berubah niat
e. Hikmah Shalat
Antara lain :
1. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (Q.S Al-Ankabut: 45)
Artinya : “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
2. Mengingatkan untuk selalu bersyukur kepada Allah (Q.S Al-Ma’arij :
19-23)
3. Membersihkan jiwa dan menyucikannya (Q.S Huud: 114)
4. Menjadi pijakan dan pegangan yang kokoh (Q.S Al-Baqarah : 153)
II.3 ZAKAT
a. Definisi Zakat
Zakat adalah kewajiban kepada setiap orang Muslim yang memiliki harta
senishab dengan syarat-syaratnya.
Menurut bahasa, zakat berarti tumbuh; berkembang; kesuburan;
bertambah.
Menurut hukum Islam (istilah: syara’) zakat adalah nama bagi
suatu pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat
yang tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu
Allah SWT mewajibkan zakat di Kitab-Nya, sesuai dengan dalil :
Q.S. At-Taubah : 103
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk
mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Q.S. Al-Baqarah : 267
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”
b. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji,
dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah. Barangsiapa yang menolak membayar zakat dengan tidak
mengakui kewajibannya maka ia kafir. Dan barang siapa yang menolak
membayarnya karena kikir namun masih mengakui kewajibannya, ia
berdosa, dan zakat diambil darinya dengan paksa. Barangsiapa yang
megumumkan perang karena menolak membayar zakat, ia diperangi
hingga tunduk kepada perintah Allah SWT dan membayar zakatnya.
Allah berfirman dalam Q.S. At-Taubah : 11
Artinya : “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan
zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”
c. Jenis Zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
1. Zakat fitrah
Zakat untuk membersihkan diri yang dikeluarkan pada bulan
Ramadhan atau puasa yang dibayarkan paling lambat sebelum
kaum muslimin selesai menunaikan ibadah sunnah Shalat Ied.
Merupakan kewajiban yang ditetapkan bagi setiap jiwa Muslim,
dewasa maupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, merdeka
maupun budak sahaya.
Besarnya yaitu satu sha’ (1 sha’ = 4,1 mud. 1mud=576 gram. Atau
setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kg) bahan makanan pokok yang
diberikan oleh setiap individu. Bahan makanan pokok tersebut bisa
berupa gandum, kurma, beras, jagung, dan sebagainya.
Diwajibkan kepada siapa yang memiliki satu sha’ makanan pada
hari itu dan masih mempunyai persediaan selama satu hari satu
malam berikutnya.
Yang wajib membayar zakat fitrah :
Individu yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya
dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan
Ramadan dan hidup selepas terbenam matahari.
Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan
Ramadan dan tetap dalam Islam nya.
Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir
Ramadan.
2. Zakat Maal (harta)
Harta yang Wajib Dikeluaran Zakatnya
Barang dagangan
Emas, perak, barang-barang dagangan yang sejenis dengannya,
barang tambang, dan harta terpendam yang sejenis dengannya,
serta uang
Hewan ternak, yatu unta, lembu dan kambing
Biji-bijian, ialah apa saja yang bisa disimpan dan dimakan,
misalnya gandum, kacang tanah, padi, dan lain sebagainya.
Zakat profesi
Harta yang Tidak Wajib Dikeluarkan Zakatnya
Budak, kuda, bighal (peranakan kuda dengan keledai), dan
keledai.
Harta yang tidak mencapai nishab, kecuali jika pemiliknya
mengeluarkan zakat dengan sukarela.
Buah-buahan dan sayur-sayuran, karena tidak ada hadits
Rasulullah SAW tentang kewajiban membayar zakat di
dalamnya.
Perhiasan wanita jika hanya dimaksudkan sebagai perhiasan.
Jika selain dijadikan sebagai perhiasan juga disimpan, maka
wajib dizakati.
Barang-barang berharga seperti zamrud, yakut, intan berlian,
dan lain sebagainya. Ketika barang tersebut digunakan untuk
berbisnis maka harus dekeluarkan zakatnya seperti barang-
barang dagangan lainnya.
Barang-barang yang dipakai dan tidak dierjualbelikan seperti
rumah, mobi, dan lain sebagainya
Syarat-syarat harta yang wajib dizakatkan
Harta yang dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah.
Harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi
untuk berkembang.
Telah mencapai nisab.
Telah melebihi kebutuhan pokok.
Telah mencapai satu tahun (haul) khusus untuk harta-harta
tertentu.
d. Nisab Zakat Harta
Zakat Emas dan Perak
1. Nishab untuk emas adalah sebanyak 20 dinar Islam. Dimana 1 dinar =
4,25 gram emas sehingga 20 dinar = 85 gram emas. Jadi jika
seseorang memiliki 85 gram emas dan telah berlalu selama 1 haul (1
tahun) maka emas tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%
nya.
2. Nishab untuk Perak adalah sebanyak 200 dirham atau setara dengan
595 gram. Sama dengan emas perak yang wajib dizakatkan setelah
mencapai nishabnya adalah 2,5%.
Zakat Riqaz dan Tambang
1. Riqaz yang wajib dizakati adalah berupa tembaga, kuningan, besi,
timah, dan yang sejenisnya.
2. Besar zakatnya adalah 1/5 atau 20%.
3. Syarat zakat untuk hasil tambang adalah telah mencapai nishab dan
tidak diberlakukan syarat haul. Zakat hasil tambang dikeluarkan
ketika hasil tambang diperoleh.
Zakat An’am (Binatang Ternak)
Syarat-syarat nya adalah :
1. Telah dimiliki secara penuh
2. Digembalakan
3. Telah sampai nishab nya
4. Nishab untuk unta adalah 40 ekor unta. Ketika seseorang telah
memiliki 40 ekor unta maka yang wajib dizakatkan nya adalah 1 ekor
unta. Kemudian nishab untuk sapi adalah 30 ekor dan nishab untuk
kambing adalah 100 ekor. Yakni 1 ekor kambing untuk setiap 100
ekor kambing.
Zakat Barang Perniagaan
Syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan sama dengan syarat zakat
lainnya ditambah dengan syarat memilikinya dengan tidak dipaksa
seperti dengan membeli atau menerima hadiah; memilikinya dengan niat
untuk perniagaan; nilainya telah mencapai nisab (nisabnya sama dengan
emas, yaitu setara dengan 85 gram emas).
Zakat Hasil Pertanian
Nishab nya adalah 5 wasaq. 1 wasaq = 60 sha’. 1 sha’ = 2,175 kg atau 3
kg. 60 sha’ = 900 kg. Jika hasil pertanian didapat dengan cara pengairan
(alat untuk mengairi tanaman) maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah
1/20 atau 5%. Namun jika diairi dengan hujan maka yang wajib
dizakatkan adalah 1/10 atau 10%.
Zakat Profesi
Penghasilan profesi dari segi wujud nya berupa uang. Dari sini, ia
berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh
karena itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan
perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor.
e. Konsep dan Istilah Yang Berhubungan Dengan Zakat
Muzakki adalah orang yang berkewajiban membayarkan zakat karena
memiliki harta yang melebihi ukuran tertentu.
Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat karena termasuk
salah satu dari golongan orang yang disebut dalam Al-Qur'an sebagai
penerima zakat.
Amil adalah orang atau badan/ lembaga yang mengkhususkan diri untuk
mengelola zakat, infaq, dan sedekah.
Nisab adalah batas minimal untuk harta yang perlu dikeluarkan zakatnya.
Harta yang jumlahnya di bawah nishab tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Haul. Untuk beberapa jenis harta, kewajiban zakat dikenakan jika harta
tersebut sudah dimiliki selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Jangka
waktu ini disebut haul.
f. Penerima Zakat
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-
Taubah ayat 60 yakni:
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya atau
kaum kafir yang merupakan pendukung kaum Muslim.
Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya.
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan
tidak sanggup untuk memenuhinya.
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah,
perang, dan sebagainya).
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
g. Yang Tidak Berhak Menerima Zakat Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
Keturunan Rasulullah (ahlul bait). Orang yang dalam tanggungan yang berzakat,
misalnya anak dan istri.
h. Hikmah Zakat
Hikmah disyariatkannya Zakat adalah :
1. Membersihkan jiwa manusia dari kotoran kikir, keburukan, dan
kerakusan.
2. Membantu orang-orang miskin dan menutup kebutuhan orang-orang
yang berada dalam kesulitan dan penderitaan.
3. Menegakkan kemaslahatan-kemaslahatan umum dimana kehidupan
dan kebahagiaan umat sangat terkait dengannya.
4. Membatasi pembengkakankekayaan di tangan orang-orang kaya dan
para pedagang, agar harta tidak beredar di kalangan tertentu, atau
hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja.
2.4 PUASA
Puasa menurut bahasa ialah menahan. Sedang puasa menurut syariat ialah
menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami-istri,
dan semua hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 183
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertaqwa.”
a. Keutamaan Puasa
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah Azza wa Jalla maka Allah
menjauhkan wajahnya dari neraka sejak hari tersebut selama 70 tahun.”
(Muttafaq Alaih)
“ Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang bernama Ar-Rayyan orang-
orang yang berpuasa masuk daripadanya pada hari kiamat dan seorang
pun selain mereka tidak masuk daripadanya” (Muttafaq Alaih)
“Puasa adalah perisai dari neraka seperti perisai salah seorang dari kalian
dari perang.” (diriwayatkan Ahmad dan lain-lain)
“Sesungguhnya orang yang berpuasa mempunyai doa yang tidak ditolak
ketika ia berbuka puasa.” (Ibnu Majah)
b. Jenis-Jenis Puasa
Adapun jenis-jenis puasa berdasarkan hukum pelaksanaannya:
Puasa Wajib, yaitu puasa di Bulan Ramadhan (Q.S. Al-Baqarah:
183-185)
Puasa yang disunnahkan ialah sebagai berikut:
Puasa Arafah (selain orang yang berhaji);
Puasa enam hari di bulan Syawal;
Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura, yaitu tanggal sembilan sepuluh
bulan Muharram;
Puasa paruh pertama bulan Sya’ban;
Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah;
Puasa hari senin dan kamis;
Puasa Bulan Muharram;
Puasa hari-hari putih dalam setiap bulan, yaitu tanggal 13, 14 da
15 setiap bulan Hijriyah;
Puasa sehari dan tidak puasa sehari;
Puasa bagi bujangan yang belum mampu menikah.
Puasa yang dimakruhkan ialah sebagai berikut :
Puasa Arafah (bagi orang yang berada di Arafah);
Puasa pada Hari Jumat secara khusus;
Puasa pada Hari Sabtu secara khusus;
Puasa akhir Sya’ban.
Puasa yang diharamkan ialah sebagai berikut
Puasa pada hari Idul Fitri dan Idul Adha;
Puasa pada hari Tasyriq (11,12,13 dzulhijjah);
Puasa ketika haid dan nifas bagi perempuan;
Puasa orang sakit yang dikhawatirkan meninggal kalau berpuasa
c. Syarat Wajib Puasa
1. Islam
Dengan demikian orang kafir tidak wajib berpuasa dan tidak wajib
mengqadha' (mengganti) begitulah menurut jumhur (mayoritas)
ulama, bahkan kalaupun mereka melakukannya tetap dianggap tidak
sah. Hanya saja ulama berbeda pendapat dalam menentukan apakah
syarat islam ini syarat wajib atau syarat sahnya puasa? Dan yang
melatarbelakangi mereka dalam hal ini adalah karena adanya
perbedaan mereka dalam memahami ayat kewajiban puasa, mengenai
apakah orang kafir termasuk di dalamnya atau tidak. (baca Surat Al
Baqarah ayat 183).
Menurut Ulama Hanafiyah: orang kafir tidak termasuk dalam
ketentuan wajib puasa. Sementara jumhur (mayoritas) ulama
berpendapat bahwa mereka tetap termasuk dalam setiap firman Allah.
Dengan demikian mereka dibebani untuk melakukan semua
syariatNya (dalam hal ini mereka wajib memeluk agama Islam
kemudian melakukan puasa). Jadi menurut pendapat pertama
(Hanafiyah) mereka hanya menaggung dosa atas kekafirannya
sementara menurut pendapat kedua (Jumhur Ulama) mereka
menanggung dosa kekafiran dan meninggalkan syariat.
Maka jika ada seorang kafir masuk Islam pada bulan ramadhan dia
wajib melaksanakan puasa sejak saat itu. Sebagaimana firman Allah
"Katakanlah pada orang kafir bahwa jika mereka masuk islam akan
diampuni dosanya yang telah lalu." (QS. Al Anfal:38).
2. Aqil dan Baligh (berakal dan melewati masa pubertas)
Tidak wajib puasa bagi anak kecil (belum baligh), orang gila (tidak
berakal) dan orang mabuk, karena mereka tidak termasuk orang
mukallaf (orang yang sudah masuk dalam konstitusi hukum),
sebagaimana dalam hadist : "Seseorang tidak termasuk mukallaf pada
saat sebelum baligh, hilang ingatan dan dalan keadaan tidur".
3. Mampu dan Menetap
Puasa tidak diwajibkan atas orang sakit (tidak mampu) dan sedang
bepergian (tidak menetap), tetapi mereka wajib mengqadha'-nya.
Syarat-syarat tersebut di atas mendapat tambahan satu syarat lagi dari
Ulama Hanafiyah menjadi syarat yang ke-6 yaitu: Mengetahui
kewajiban puasa (semisal bagi orang yang memeluk Islam di negara
non muslim).
d. Syarat Wajib Puasa
1. Menurut ulama Hanafiyah ada 3:
a. Niat
b. Tidak ada yang menghalanginya (seperti haid dan nifas)
c. Tidak ada yang membatalkannya
2. Menurut ulama Malikiyah ada 4:
a. Niat
b. Suci dari haid dan nifas
c. Islam
d. Pada waktunya dan juga disyaratkan orang yang berpuasa berakal.
3. Menurut ulama Syafi'iyah ada 4:
a. Islam
b. Berakal
c. Suci dari haid dan nifas sepanjang hari
d. Dilaksanakan pada waktunya.
(Sedangkan niat, menurut Syafi'iyah, dimasukkan ke rukun puasa).
4. Menurut ulama Hambaliyah ada 3:
a. Islam
b. Niat
c. Suci dari haid dan nifas
e. Rukun Puasa
Niat, yaitu keinginan hati untuk berpuasa karena ingin meaksanakan
perintah Allah Azza wa jalla dan mendekat kepada-Nya, karena
Rasulullah SAW bersabda “barang siapa tidak berniat puasa
sejakmalam, ia tidak mempunyai puasa” (diriwayatkan At Tirmidzi)
Imsak, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
seperti maanan, minuman, dan hubungan seksual.
Waktu, yaitu siang hari sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari. Jadi, jika seseorang berpuasa malam hari dan berbuka di
siang harinya, puasanya tidak sah selama-lamanya.
f. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Puasa
a. Menyegerakan berbuka puasa, yaitu segera berbuka puasa setelah
kepastian terbenamnya matahari.
b. Berbuka puasa dengan kurma matang, atau kurma kering, atau air.
Berbuka puasa yang paling baik ialah dengan kurma dan paling tidak
baik ialah dengan air. Seorang Muslim disunnahkan berbuka puasa
dengan bilangan ganjil misalnya tiga, atau lima, atau tujuh.
c. Berdoa ketika berbuka puasa.
d. Sahur, yaitu sahur dengan makan dan minum di akhir malam dengan
niat puasa, sesuai sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya pembeda
antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab ialah makan sahur."
(Diriwayatkan Muslim)
e. Mengakhiri sahur sampai akhir malam.
g. Hal-hal Yang Dimakruhkan dalam Puasa
Orang yang sedang berpuasa dimakruhkan melakukan hal-hal yang bisa
merusak puasanya, kendati hal-hal tersebut sebenarnya tidak merusak
puasa, diantaranya :
1. Berlebih-lebihan dalam berkumur, menghirup air dengan hidung, dan
mengeluarkannya ketika berwudlu.
2. Suami mencium istri jika menimbulkan syahwat yang bisa merusak
puasanya dengan keluarnya air madzi, atau dengan hubungan seksual
yang harus dibayar dengan kafarah.
3. Suami terus menerus melihat istri dengan syahwat.
4. Memikirkan seks.
5. Menyentuh wanita dengan tangan atau menempelkan badan padanya.
6. Mengunyah karet karena dikhawatirkan salah satu bagian dari karet
tersebut masuk ke tenggorokan.
7. Mencicipi makanan.
8. Berkumur tidak untuk wudlu atau tidak karena kebutuhan.
9. Bercelak di permulaan siang, namun tidak apa-apa bercelak di akhir
siang.
10. Berbekam atau mengeluarkan darah, karena bisa melemahkan tubuh
yang menyebabkan seseorang membatalkan puasanya dan tu termasuk
menipu puasa.
h. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
Hal-hal berikut adalah hal-hal yang membatalkan puasa dan diwajibkan
atas kita untuk mengganti puasa, diantaranya :
1. Masuknya cairan ke dalam perut melalui hidung, atau melalui mata,
atau telinga, atau dubur, atau kemaluan wanita.
2. Air masuk ke dalam perut akibat berlebih-lebihan dalam berkumur
dan menghirup air dengan hidung ketika berwudlu.
3. Keluarnya air mani akibat melihat wanita dengan terus-menerus, atau
memikirkannya terus-menerus, karena mencium istri, atau
berhubungan suami-istri.
4. Muntah dengan sengaja.
5. Dipaksa makan, minum, dan hubungan suami-istri.
6. Orang yang makan-minum karena menyangka masih malam,
kemudian terlihat olehnya bahwa fajar telah terbit.
7. Orang yang makan dan minum karena lupa, kemudian tidak berhenti
daripadanya karena menyangka bahwa berhenti makan-minum itu
tidak wajib selagi ia telah makan-minum.
8. Masuknya sesuatu yang bukan makanan atau minuman ke dalam perut
melalui mulut, misalnya seperti menelan perhiasan, atau benang.
9. Menolak berniat puasa kendati tidak makan-minum.
10. Murtad dari Islam
i. Manfaat puasa diantaranya
Manfaaat Spiritual
1. Membiasakan orang yang berpuasa untuk bersabar dan menguatkan
kesabarannya.
2. Mengajarkan pengendalilan diri.
3. Membantunya dalam mengendalikan diri.
4. Memunculkan sifat takwa dalam diri dan mengembangkannya.
Manfaat Sosial
1. Membiasakan umat Islam teratur, bersatu, cinta keadilan, cinta
persamaan, membentuk perasaan kasih sayang, akhlak berbuat baik
2. Melindungi masyarakat dari keburukan dan kerusakan.
Manfaat Kesehatan
1. Membersihkan usus-usus
2. Memperbaiki lambung
3. Membersihkan badan dari kotoran-kotoran
4. Meringankan badan dari himpitan kegemukan
2.5 HAJI
Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji ( ج� (ال�ح� mempunyai arti qashd,
yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan
amalan-amalan ibadah tertentu pula demi memenuhi panggilan Allah SWT
dan mengharap ridhoNya. yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu
dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah,
Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-
bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan
Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di
Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
27. Dan berserulah kepada manusia untuk
Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus [985] yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim [215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah [2l6].
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup,
karena Rasulullah SAW bersabda “ haji itu sekali dan barangsiapa yang
melakukannya lebih dari sekali makaitu sunnah” (HR Abu daud, Ahmad,
dan Al Hakim yang men-shahih-kannya).
a. Jenis Ibadah Haji
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu,
sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW
dalam tahun hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk
haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang
berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah.
Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan
umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari
nahar
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:
Haji Ifrad adalah proses melakukan ibadah haji yang terpisah antara
ibadah haji dan ibadah umrah. Dalam ritual ibadah haji Ifrad, yaitu
melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan ibadah umrah. Dalam pelaksanaannya waktu
memakai ihram dari miqad dengan niat haji saja, kemudian tetap
dalam keadaan ihram sampai selesai haji (hari raya kurban). Setelah
selesai melaksanakan ibadah haji baru dilanjutkan dengan
melaksanakan ibadah umrah. Yang melaksanakan haji ifrad tidak
diharuskan membayar dam.
Haji Tamattu' adalah mendahulukan umrah dari ibadah haji. Yaitu
memakai ihram dari miqat dengan niat umrah pada musim haji,
setelah tahallul, memakaiihram lagi dengan niat haji pada hari
Tarawiah (8 Zulhijah). Bagi yang melaksanakan haji Tamattuk
diwajibkan membayar dam.
Haji Qiran adalah haji dan umrah dilakukan secara bersamaan. Yaitu
memakai ihram dengan niat umrah dan haji sekaligus. Dengan
demikian segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan
haji.Cara pelaksanaannya adalah:
Ihram dari miqad dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus
Melakukan seluruh amalan haji
Bagi yang melaksanakan haji Qiran diwajibkan membayar dam.
b. Rukun Haji
Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam
ibadah haji, dan jika tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Adapun rukun
haji adalah sebagai berikut :
Rukun pertama: Ihram
Yang dimaksud dengan Ihram adalah niat masuk ke ibadah haji disertai
dengan mengenakan pakaian tidak berjahit dan mengucapkan talbiyah
(ucapan).. Siapa yang meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah. Dalilnya
adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
�و�ى ن م�ا ام�ر�ئ� �ل� �ك ل �م�ا �ن و�إ ، �ات� �ي �الن ب ع�م�ال�� األ �م�ا �ن إ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang
akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim
no. 1907)
Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya, sebaiknya
dilakukan setelah shalat. Namun jika berniat ketika telah naik kendaraan,
maka itu juga boleh sebelum sampai di miqot. Jika telah sampai miqot
namun belum berniat, berarti dianggap telah melewati miqot tanpa
berihram.
Lafazh talbiyah:
. . �ع�م�ة� و�الن الح�م�د� �ن� إ �ك� �ي �ب ل �ك� ل �ك� ر�ي ش� ال� �ك� �ي �ب ل �ك� �ي �ب ل �ه�م� الل �ك� �ي �ب ل
. �ك� ل �ك� ر�ي �ش� ال و�الم�ل�ك� �ك� ل
“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik.
Innalhamda wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”.
(Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu,
aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab
panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan
hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu). Ketika bertalbiyah, laki-laki
disunnahkan mengeraskan suara.
Rukun kedua: Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting. Siapa yang luput
dari wukuf di Arafah, hajinya tidak sah. Ibnu Rusyd berkata, “Para ulama
sepakat bahwa wukuf di Arafah adalah bagian dari rukun haji dan siapa
yang luput, maka harus ada haji pengganti (di tahun yang lain).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ف�ة� ع�ر� �ح�ج/ ال
“Haji adalah wukuf di Arafah.” (HR. An Nasai no. 3016, Tirmidzi no.
889, Ibnu Majah no. 3015. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
Yang dimaksud wukuf adalah hadir dan berada di daerah mana saja di
Arafah, walaupun dalam keadaan tidur, sadar, berkendaraan, duduk,
berbaring atau berjalan, baik pula dalam keadaan suci atau tidak suci
(seperti haidh, nifas atau junub) (Fiqih Sunnah, 1: 494). Waktu dikatakan
wukuf di Arafah adalah waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu
zawal) pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh
(masuk waktu Shubuh) pada hari nahr (10 Dzulhijjah). Jika seseorang
wukuf di Arafah selain waktu tersebut, wukufnya tidak sah berdasarkan
kesepakatan para ulama (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 17: 49-50).
Jika seseorang wukuf di waktu mana saja dari waktu tadi, baik di
sebagian siang atau malam, maka itu sudah cukup. Namun jika ia wukuf
di siang hari, maka ia wajib wukuf hingga matahari telah tenggelam. Jika
ia wukuf di malam hari, ia tidak punya keharusan apa-apa. Madzab Imam
Syafi’i berpendapat bahwa wukuf di Arafah hingga malam
adalah sunnah (Fiqih Sunnah, 1: 494).
Sayid Sabiq mengatakan, “Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini wukuf di
situ afdhol (lebih utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran Rasul –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Fiqih Sunnah, 1: 495)
Rukun ketiga: Thowaf Ifadhoh (Thowaf Ziyaroh)
Thowaf adalah mengitari Ka’bah sebanyak tujuh kali. Dalilnya adalah
firman Allah Ta’ala,
�يق� �ع�ت ال �ت� �ي �ب �ال ب �ط�و�ف�وا �ي و�ل
“Dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah
yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al Hajj: 29)
Rukun keempat: Sa’i
Sa’i adalah berjalan antara Shofa dan Marwah (pulang pergi) dalam
rangka ibadah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ع�ى� الس� �م� �ك �ي ع�ل �ب� �ت ك �ه� الل �ن� إ ع�و�ا اس�
“Lakukanlah sa’i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk
melakukannya.” (HR. Ahmad 6: 421. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).
c. Hikmah Haji
Diantara hikmah disyariatkannya haji adalah untuk membersihkan jiwa
orang Muslim dari dosa agar jiwa layak menerima kemuliaan Allah SWT
di dunia dan di akhirat, karena sesuai sabda Rasulullah SAW : "Barang
siapa haji ke rumah ini (Baitullah), kemudian tidak berkata kotor, dan
tidak fasik, ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya."
(Muttafaq Alaih)
Selain itu, hikmah yang bisa kita petik dari pelaksanaan ibadah haji
antara lain:
1. Menyaksikan secara langsung Masjidil Haram, Ka’bah, tempat
turunnya Alquran, serta tempat-tempat bersejarah dalam kehidupan
Rasulullah SAW dan penyebaran Islam. Umat Islam yang
mengunjungi tempat-tempat tersebut diharapkan dapat menghayati
nilai-nilai keimanan, ketakwaan, keikhlasan, kepahlawanan, dan
pengorbanan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan
agama Islam.
2. Ketika memasuki Makkah dan melihat Ka’bah umat Islam diajak
untuk mengingat nilai-nilai ketakwaan Nabi Ibrahim AS beserta
keluarganya. Seberat apa pun perintah Allah SWT, bahkan
meninggalkan istri di padang tandus dan menyembelih seorang anak
sekalipun, tetap dilaksanakan dengan baik oleh Ibrahim.
3. Ketika memakai pakaian ihram yang berwarna putih polos tanpa
jahitan dan pernak-pernik umat manusia dari segala penjuru seakan-
akan diingatkan bahwa mereka adalah umat yang satu. Mereka tidak
dibedakan berdasarkan kelas sosial, ras, etnis, bahasa, atau
kebudayaan.Mereka semua sama di mata Allah SWT. Satu-satunya
yang membedakan hanyalah ketakwaan masing-masing. Dalam
ibadah haji, terpapar persamaan atas nama agama, yaitu Islam (al-
musawah al-lslamiyah).Mereka berkumpul di tempat yang sama dan
dengan penampilan yang sama. Semuanya tunduk, merendah dan
takut kepada Allah.
4. Haji adalah ibadah yang menyempurnakan kehidupan spiritual umat
Islam. Setelah shalat, puasa, dan zakat ditunaikan maka ibadah haji
adalah penyempurnanya. Umat Islam dari penjuru dunia berkumpul
ditempatyang sama dan pada waktu yang sama.Mereka membawa rasa
cinta yang sama, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun
aliran teologi dan madzhab fikih mereka berbeda, namun masing-
masing digerakkan oleh satu alasan yang sama, yaitu kepatuhan
kepada Allah SWT dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
5. Haji adalah pertemuan akbar yang dihadiri oleh umat Islam dari segala
penjuru dunia. Dengan demikian, haji memberikan kesempatan yang
sangat besar bagi umat Islam untuk menggalang persatuan di antara
sesamanya, menyatukan tekad dan semangat, dan bersama-sama
memikirkan persoalan yang mendera umat Islam
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. 2002. Minhajul Muslim. Jakarta : Darul Falah.
Anonim. 2001. Zakat. http://www.portalinfaq.org/gm04x01_reference_zakat.php. diakses tanggal 30 Maret 2013.
Awanbiru, Kautsar. 2012. Shalat. http://notezone13.blogspot.com/2012/04/pengertian-rukun-shalat-syarat-wajib.html. diakses tanggal 30 Maret 2013.
Hawwa, Sa’id. 2001. Al-Islam Jilid I. Jakarta : Al-I’TISHOM.
Kusumo, Adi Fajar. 2010. Hikmah Shalat. http://f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/hikmah2.html. diakses tanggal 30 Maret 2013.
Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2011. Fiqih Wanita Edisi Lengkap. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.