Hubungan Antara Status Kesehatan Rongga Mulut dan Kualitas ...
Transcript of Hubungan Antara Status Kesehatan Rongga Mulut dan Kualitas ...
Hubungan Antara Status Kesehatan Rongga Mulut dan Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut (OHRQoL) pada Pasien Diabetes
Mellitus
Zakia Amalia, Zaura K. Anggraeni, Melissa Adiatman
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakakat dan Pencegahan, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta, 10430, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan pada pasien diabetes mellitus di Klinik Subspesialis Endokrin Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner OHIP-20 untuk evaluasi kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Status kesehatan rongga mulut dievaluasi menggunakan indeks DMFT, BOP, Poket Periodontal dan OHIS. Dari 70 orang responden sebanyak 97.1% memiliki kualitas hidup yang baik. Sejumlah 95.7% responden memiliki pengalaman DMFT, prevalensi BOP positif sebesar 74.3% dan poket periodontal sebesar 15.7%. Karies aktif memiliki hubungan dengan status merokok (p=0.006), jenis kelamin dan durasi diabetes memiliki hubungan dengan nilai signifikansi yang bermakna dengan adanya poket periodontal >4mm (p <0.05). Status kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus dan keberadaan diabetes tidak mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Kata kunci: diabetes mellitus, kesehatan gigi dan mulut, kualitas hidup
Association between Oral Health Status and Oral Health Related Quality of Life
(OHRQoL) in Diabetes Mellitus Patients
Abstract Diabetic patients have more risk factor for periodontal disease which can affect their oral health related quality of life (OHRQoL). The aim of this study was to evaluate oral health status and oral health related quality of life in diabetes mellitus patients. The study was held in Endocrine Subspecialist Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. This cross sectional study was conducted by giving OHIP-20 questionnaire to evaluate oral health quality of life. Oral health status was evaluated by DMFT, BOP, Periodontal Pocket and OHIS indexes. The result showed from 70 patients 97.1% had good quality of life. 95.7% respondents has DMFT experienced, prevalence of positive BOP was 74.3% and periodontal pocket was 15.7%. Dental caries was significantly correlated with smoking status (p=0.006) and gender and diabetes duration were significantly with the presence of periodontal pocket >4mm (p<0.05). Oral health related quality of life is not affected by the presence of diabetes mellitus and oral health status among the respondents. Keywords: diabetes mellitus, oral health, quality of life
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Pendahuluan
Diabetes mellitus sejauh ini merupakan kelaianan pada sistem endokrin yang paling
sering terjadi.1 Estimasi International Diabetes Federation (IDF, 2013), memperkirakan pada
tahun 2013 sebanyak 8.3% populasi dewasa di dunia atau setara dengan 382 juta orang
menderita diabetes dan akan meningkat sekitar 592 juta orang pada tahun 2035. Sebanyak
80% dari penderita diabetes seluruh dunia, berada di negara dengan pendapatan rendah dan
menengah2. Selain diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2, terdapat tipe diabetes gestasional yang
merupakan kondisi abnormal terhadap toleransi glukosa selama masa kehamilan1,3.
Pada tahun 2013, sebanyak 8.5 juta penduduk Indonesia hidup dengan diabetes, dan
diperkirakan pada tahun 2035, jumlah penduduk dengan diabetes meningkat menjadi
14.1juta2. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi diabetes mellitus
di Indonesia sebanyak 2,1% berdasarkan dari diagnosis dokter dan gejala yang dialami.
Prevalensi diabetes di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada pedesaan.6 Selain itu,
prevalensi pada tahun 2013 telah meningkat sebanyak 1% dibandingkan dengan prevalensi
diabetes mellitus pada tahun 2007. Sedangkan untuk DKI Jakarta memiliki prevalensi yang
sangat tinggi yaitu 3% berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang dialami. Prevalensi di
DKI Jakarta merupakan prevalensi tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia.6
Gejala diabetes dapat terlihat pada rongga mulut, meliputi gingivitis dan periodontitis,
rekuren infeksi fungal pada rongga mulut, dan gangguan pada penyembuhan luka. Selain itu
menifestasi oral pada pasien diabetes berupa sensasi mulut terbakar, candidiasis, karies,
gingivitis, lichen planus, disfungsi kelenjar saliva, xerostomia dan disfungsi pengecapan.7,8
Konsekuensi yang dialami pasien diabetes dari periodontitis hingga kehilangan gigi dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup dan mengganggu kemampuan pasien dalam
mengatur diet sehat dan kontrol glikemik yang sesuai.
Pada umumnya pasien diabetes memiliki kepedulian yang rendah terhadap penyakit
periodontal sebagai konsekuensi atau komplikasi dari diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik.9,10 Pasien diabetes mellitus juga tidak mengetahui manifestasi yang terjadi di rongga
mulut dan komplikasi dari diabetes mellitus.11
Kualitas hidup terkait kesehatan mulut-gigi merupakan konstruksi multidimensional
yang meliputi evaluasi subjektif individu mengenai kesehatan rongga mulut, kesejahteraan
fungsional, kesejahteraan emosional, ekspektasi dan kepuasan terhadap perawatan dan rasa
terhadap diri sendiri.13 Kehilangan gigi, celah pada rongga mulut dan karies yang parah dapat
membuat seseorang menjadi malu, khawatir dan menarik diri. Kondisi tanpa gigi, mulut
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
terasa kering, lesi pada jaringan lunak, dan gigi tiruan yang tidak nyaman dapat mempenaruhi
makan, berbicara, pemilihan makanan, keadaan kesehatan yang buruk serta kualitas hidup
dapat menjadi dipertimbangkan14. Pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan gigi mulut
dapat diukur dengan OHIP. OHIP memiliki 7 konseptual domain yang terdiri dari yaitu
functional limitation, physical pain, psychological discomfort, physical disability,
psychological disability, social disability, dan handicap. Tujuh konseptual domain tersebut
dijawab melalui kuesioner untuk menilai kualitas hidup terkait kesehatan gigi mulut
seseorang. 13
Pada umumnya di Indonesia, penelitian pada pasien diabetes mellitus masih hanya
mencakup manifestasi oral dan sampai saat ini masih terbatas pada kualitas hidup terkait
kesehatan umum pasien diabetes mellitus. Penelitian mengenai kualitas hidup terkait
kesehatan gigi mulut pada pasien diabetes mellitus belum diteliti. Oleh karena itu, untuk
penelitian ini penting untuk dilakukan kerena belum dilakukannya penelitian seperti ini dan
penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat luas terutama pasien diabetes mellitus.
Tinjauan Teoritis Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang dikarakteristikan dengan
hiperglikemia karena adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Tipe 1 diabetes dikarakteristikan dengan menurunnya sekresi insulin karena autoimun atau
destruksi idiopatik dari sel-β pada pankreas. Sedangkan tipe 2 diabetes merupakan diabetes
yang umum, dikarateristikan dengan resistensi insulin pada jaringan peripheral biasanya
dengan adanya penurunan sekresi insulin.15. Selain itu, diabetes mellitus tipe 2 biasanya
terjadi pada individu yang obesitas (80% atau lebih).1,7
Berdasarkan American Diabetes Association, kriteria untuk diabetes berupa kadar
glukosa darah puasa ≥126 mg/dL (7mmol/L) dan kadar glukosa darah sewaktu ≥200mg/dL
(11.1 mmol/L). Berdasarkan Harrison’s Principle of Internal Medicine (2012), diabetes
merupakan kelainan pada metabolisme yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia1.
Diabetes mellitus disebabkan oleh interaksi yang kompleks dari genetic dan faktor
lingkungan. Resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak normal merupakan
perkembangan utama diabetes mellitus tipe 2.
Diabetes merupakan penyakit yang poligenik dan multifaktorial, selain adanya faktor
genetik, faktor lingkungan seperti obesitas, nutrisi dan aktivitas fisik dapat memengarungi
fenotip dari diabetes yaitu hiperglikemia1.
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Manifestasi klinis yang merupakan gelaja umum dan klasik dari pasien dengan
diabetes mellitus adalah poliuria, polidipsia, dan poliphagia, serta penurunan berat badan
karena ketidakseimbangan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di dalam
tubuh.1,8.
Perubahan oral yang terjadi seperti cheilosis, mukosa kering dan pecah-pecah, sensasi
terbakar pada mulut dan lidah, berkurangnya aliran air liur serta berubahnya kondisi flora
pada rongga mulut yang kemudian dapat menaikkan jumlah flora seperti Candida albicans,
streptococci dan staphylococci. Terdapat kenaikan kejadian karies gigi pada pasien diabetes
yang tidak terkontrol. 7,8
Terjadi perubahan jaringan periodontal karena adanya pengaruh diabetes mellitus.
Berbagai macam perubahan yang terjadi seperti pembesaran gingiva, adanya polip gingiva,
pembentukan abses, periodontitis dan goyangnya gigi. Perubahan yang paling terlihat pada
pasien diabetes tidak terkontrol adalah menurunnya mekanisme pertahanan dan terjadi
peningkatan terjadinya infeksi yang dapat menjadi penyakit periodontal destruktif. Saat ini
penyakit periodontal telah menjadi komplikasi keenam pada diabetes7. Pada pasien diabetes
tidak terkontrol dengan kebersihan rongga mulut yang tidak baik akan terjadi inflamasi
gingiva yang parah, poket periodontal yang dalam, kehilangan tulang dengan cepat.
Kualitas hidup merupakan persepsi individu mengenai posisi mereka di kehidupan
dalam konteks budaya dan sistem nilai di tempat mereka tinggal serta relasi dengan
pencapaian, ekspektasi, standar dan perhatian mereka12,19. Kualitas hidup saat ini dikenal
sebagai parameter yang valid dalam penialian pasien yang mencakup perawatan kesehatan
fisik dan mental, termasuk kesehatan mulut-gigi.19
Sedangkan OHRQoL (oral health related quality of life) atau kualitas hidup terkait
kesehatan mulut-gigi merupakan konstruksi multidimensional yang meliputi evaluasi
subjektif individu mengenai kesehatan rongga mulut, functional well-being, emotional well-
being, ekspektasi dan kepuasan terhadap perawatan dan rasa terhadap diri sendiri. OHRQoL
merupakan bagian dari kesehatan umum dan kessejahteraan. Evaluasi subjektif dari
OHRQoL adalah refleksi seseorang mengenai kenyamanan saat makan, tidur, dan interaksi
sosial, harga diri dan kepuasan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Kualitas hidup terkait
kesehatan mulut dan gigi merupakan hasil interaksi antara kondisi kesehatan mulut, sosial
dan faktor kontekstual dan seluruh tubuh (Broder et al, 2011)13,19.
Untuk mengetahui kualitas hidup seseorang dapat diukur dengan berbagai instrumen
kualitas hidup, seperti General Oral Health Assesment Index (GOHAI), Dental Impact on
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Daily Living (DIDL), Oral Impacts on Daily Performancees (OIDP), dan Oral Health Impact
Profile (OHIP).13
OHIP (Oral Health Impact Profile) dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan
pengukuran yang komprehensif pada laporan individu (self-reported) mengenai disfungsi,
ketidaknyamanan dan ketidakmampuan yang berhubungan dengan kondisi rongga mulut13.
. Tujuan OHIP adalah untuk mendapatkan dampak yang memiliki relasi dengan
kondisi rongga mulut secara umum, dampak dapat yang berhubungan dengan kelainan
spesifik pada rongga mulut atau sindrom pada rongga mulut.
Pada perkembanannya, OHIP mengikuti pendekatan yang digunakan pada kesehatan
umum untuk mengukur pengaruh dari perawatan medis pada funsgsional dan kesejahteraan
sosial.
Model konseptual yang dikemukakan oleh Locker’s et al, 2005, digunakan untuk
menjelaskan tujuh konseptual domain yaitu functional limitation (contoh seperti sulit dalam
mengunyah), physical pain (contoh adanya gigi sensitif), psychological discomfort (contoh
kesadaran diri), physical disability (contoh perubahan dalam pola makan/diet), psychological
disability (contoh berkurangnya kemampuan dalam berkonsentrasi), social disability (contoh
menghindar dari interaksi sosial), dan handicap (ketidakmampuan untuk bekerja dengan
produktif).13
OHIP-20 merupakan versi singkat (shortened version) dari OHIP, dan digunakan
untuk mengevaluasi kualitas hidup terkait kesehatan gigi-mulut.9,12 Kuesioner OHIP-20
terdiri dari 20 pertanyaan yang digunakan untuk menilai masalah pada rongga mulut yang
terdapat pada tujuh konseptual domain (functional limitation, pain, physiological discomfort,
physical disability, social disability dan handicap). Respon dari pertanyaan tersebut
menggunakan format ‘Likert’ dengan range dari ‘tidak pernah (never)’ sampai ‘selalu
(always)’, pada range nilai 1-5, rincian nilai sebagai berikut; 5= tidak pernah (tidak pernah
mengalami masalah tersebut), 4= jarang, 3= pada waktu tertentu, 2= hampir setiap saat, dan
1= selalu (masalah tersebut selalu ada). Total nilai yang akan dijawab oleh responden
berkisar dari nilai 20 hingga 100. 9,12.
Berikut pertanyaan yang terdapat pada OHIP-20 9,12. :
1. Apakah anda pernah memiliki kesulitan dalam mengunyah makan karena terdapat
masalah pada gigi, rongga mulut, atau gigi tiruan?
2. Apakah anda pernah mengalami makanan tersangkut di gigi atau gigi tiruan?
3. Apakah anda pernah merasa gigi tiruan ada tidak pas?
4. Apakah anda merasakan rasa sakit pada mulut anda?
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
5. Apakah anda merasa tidak nyaman untuk makan makanan (apa saja) karena disebabkan
oleh masalah pada gigi, rongga mulut atau gigi tiruan?
6. Apakah anda memiliki luka/lesi pada rongga mulut? (contoh sariawan)
7. Apakah gigi tiruan ada tidak nyaman?
8. Apakah anda cemas dengan masalah pada gigi dan rongga mulut?
9. Apakah anda takut karena masalah pada gigi, rongga mulut atau gigi tiruan?
10. Apakah anda pernah menghindari makanan karena terdapat masalah pada gigi, rongga
mulu atau gigi tiruan?
11. Apakah makanan yang anda konsumsi tidak memuaskan karena anda memiliki masalah
pada gigi,rongga mulut atau gigi tiruan?
12. Apakah anda pernah tidak dapat makan dengan gigi tiruan anda karena memliki masalah
dengan gigi tiruannya?
13. Apakah anda pernah berhenti makan sejenak karena terdapat masalah pada gigi, rongga
mulu atau gigi tiruan?
14. Apakah anda pernah kecewa karena masalah pada gigi, rongga mulut atau gigi tiruan?
15. Apakah anda pernah merasa sedikit malu karena masalah pada gigi, rongga mulut atau
gigi tiruan?
16. Apakah anda pernah menghindari untuk keluar (jalan-jalan) karena masalah pada gigi,
rongga mulut atau gigi tiruan?
17. Apakah anda kurang dapat bertoleransi pada pasangan atau keluarga anda karena
masalah pada gigi, rongga mulut atau gigi tiruan?
18. Apakah anda merasa risih dengan orang lain karena masalah pada gigi, rongga mulut
atau gigi tiruan?
19. Apakah anda tidak terlalu senang kepada orang lain karena masalah pada gigi, rongga
mulut atau gigi tiruan?
20. Apakah anda merasa pada hidup anda secara umum kurang memuaskan karena masalah
pada gigi, rongga mulut atau gigi tiruan?
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November hingga Desember tahun 2015 di
kalangan pasien diabetes mellitus di Klinik Subspesialis Endokrin Rumah Sakit
Ciptomangunkusumo. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Gigi Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebelum
dilakukan pengambilan data.
Pengambilan sampel dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
dengan melakukan pendataan pasien diabtes mellitus tipe dua di Poliklinik Penyakit Dalam
Subspesialis Endokrin RSCM. Pemilihan responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan
melihat rekam medis dan kesediaan pasien untuk menjadi responden. Subjek yang bersedia
untuk menjadi responden diberikan penjelasan mengenai penelitan dan diberikan inform
consent. Kemudian subjek diberikan penjelasan dalam pengisian kuesioner OHIP-20 dan
menginstruksikan subjek untk melakukan pengisian kuesioner dengan sebenar-benarnya.
Setelah subjek selesai melakukan pengisian kuesioner, subjek akan diperiksa status kesehatan
rongga mulut dengan melihat status karies, periodontal dan kebersihan rongga mulut. Status
kesehatan rongga mulut diperiksa dengan indeks DMFT, BOP, Poket Periodontal dan OHIS.
Instrument OHIP-20 ini berbentuk kuesioner dengan 20 pertanyaan Likert-type scale
jawaban dimulai dari ‘selalu’ sampai ‘tidak pernah’ dengan skor 1-5. Hasil total jawaban
kuesioner berkisar dari 20-100. Dengan semakin tinggi nilai jawaban kuesioner, semakin baik
kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut yang dirasakan oleh subjek.
Data kuesioner dan status kesehatan rongga mulut diolah dan dianalisis. Data akan
dianalisis univariat dan bivariat. Korelasi antara status kesehatan rongga mulut terhadap
kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes akan diuji dengan
menggunakan uji korelasi Spearman’s.
Hasil Penelitian Hasil Deskriptif
Dari 70 orang responden terdiri atas 38.6% pasien laki-laki dan 43% pasien
perempuan dengan usia terbanyak dibawah 55 tahun (45.7%) dengan 45.7% berusia kurang
dari 55 tahun.
Tabel 1 Karakteristik Responden Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSCM
Karakteristik N (%) Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
27 (38.6) 43 (61.4)
Usia <55 56-65
32 (45.7) 28 (40.0)
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
>65 Pendidikan Terakhir
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi
Status Merokok Ya Tidak
Frekuensi Menyikat Gigi dalam sehari 2 kali atau lebih 1 kali atau kadang-kadang
Menggunakan Gigi Tiruan Ya Tidak
Durasi Menderita Diabetes Mellitus ≤10 tahun >10 tahun
10 (14.3) 11 (15.7) 9 (12.9) 22 (31.4) 28 (40.0) 23 (32.9) 47 (67.1) 61 (87.1) 9 (12.9) 8 (11.4) 62 (88.6) 41 (58.6) 29 (41.4)
Pada tabel 2 dapat dilihat stutus kesehatan gigi, status periondontal dan kebersihan
gigi dan mulut responden di Klinik Subspesialis Endokrin (Diabetes Mellitus) RSCM. Gigi
yang hilang (missing) merupakan komponen DMFT yang paling tinggi terjadi dikalangan
responden pasien diabetes mellitus, yaitu 87.1%, kemudian diikuti oleh angka gigi yang
mengalami karies (decay) 72.9%, dan terakhir adalah gigi yang ditumpat (filled) 35.7%.
Status periodontal responden, sebanyak 74.3% mengalami perdarahan saat probing (BOP
Positif) yang mengindikasikan adanya gingivitis dengan rata-rata terdapat 3.67 titik
perdarahan (rentang 0-22 titik perdarahan). Sebanyak 11 orang (15.7%) terdapat poket
periodontal, dengan rata-rata kedalaman 0.36 dengan rentang kedalaman poket 0-6mm.
Kebersihan gigi dan mulut yang dinilai dengan indeks OHIS sebanyak 75.7% memiliki OHIS
dalam kategori sedang dengan rata-rata 2.04 yang termasuk dalam kategori kebersihan mulut
sedang. Rentang nilai OHIS pada semua responden dari 0 hingga tertinggi 3.83.
Tabel 2 Status Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut
Kesehatan Rongga Mulut N (%) Mean (SD) Range Status Kesehatan Gigi DMFT Decay Missing Filled
67 (95.7) 51 (72.9) 61 (87.1) 25 (35.7)
9.16 (6.13) 1.91 (1.71) 6.41 (6.33) 0.81 (1.497)
0-28 0-7 0-28 0-6
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Status Periodontal BOP Poket Kebersihan Gigi dan Mulut (OHIS) OHIS Baik OHIS Sedang OHIS Buruk
52 (74.3) 11 (15.7) 10 (14.3) 53 (75.7) 7 (10.0)
3.67 (4.32) 0.36 (1.10) 2.04 (0.87)
0-22 0-6 0-3.83
Tabel 3 Frekuensi dari Total Skor OHIP-20
Total Skor OHIP-20 N (%)
Rendah (20-59)
Tinggi (60-100)
2 (2.9)
68 (97.1)
Pada umumnya responden tidak mengalami masalah atau jarang mengalami masalah
pada kesehatan gigi-mulut yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Nilai total skor dari
jawaban kuesioner OHIP-20 dikategorikan menjadi total skor rendah dan total skor tinggi.
Sebanyak 97.1 % (Tabel 3) responden dikategorikan memiliki kualitas hidup yang baik
berdasarkan hasil jawaban pada kuesioner OHIP-20
Hasil Analitik
Pada Tabel 3 menunjukkan hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan
total skor OHIP-20. Pada tabel 3, keadaan bleeding on probing dibagi menjadi dua kategori,
tidak ada perdarahan (BOP negatif) dan ada perdarahan saat probing (BOP positif) sedangkan
untuk poket periodontal dibagi menjadi dua kategori yaitu tidak ada poket dan poket lebih
dari 4mm. Tabel 5.4 menunjukkan hubungan antara total skor OHIP-20 dengan karakteristik
pasien. Pada kedua tabel tidak ditemukan korelasi antara status kesehatan gigi dan mulut
dengan total skor OHIP, p >0.05.
Tabel 4 Hubungan Status Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Total Skor
OHIP-20
Status Kesehatan Gigi dan Periodontal Total Skor OHIP-20 Mean (SD) p-value
Status Kesehatan Gigi Tidak Ada Karies Karies Aktif Status Periodontal BOP Positif
79.89 (12.60) 81.88 (10.67) 84.44 (10.95)
0.512 0.174
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
BOP Negatif Tidak Ada Poket Poket Lebih dari 4mm Kebersihan Gigi dan Mulut (OHIS)* OHIS Baik OHIS Sedang OHIS Buruk
80.27 (11.15) 81.98 (11.23) 77.91 (10.66) 85.00 (8.81) 81.11 (9.97) 77.86 (20.50)
0.270 0.465
Diuji dengan T-Test, *diuji dengan Kruskal Wallis Test, Spearman’s Correlation
.Pada tabel 5, 6, dan 7 menunjukkan hubungan antara karakteristik umum pasien
dengan keadaan karies aktif, Bleeding on Probing dan Poket Periodontal. Terdapat korelasi
antara status merokok pada pasien dengan keadaan karies aktif, nilai p <0.05. Sebanyak 83%
pasien yang merokok mengalami karies aktif lebih tinggi daripada pasien yang tidak merokok
dan memiliki karies aktif (52.2%).
Tabel 5 Hubungan karakteristik umum pasien dengan keadaan karies
Variabel Tidak ada karies aktif N (%)
Karies aktif N (%)
p-value
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Usia <55 tahun 55-65 >65
Tingkat Pendidikan SMA atau lebih rendah Pendidikan Tinggi
Status Merokok Tidak Merokok Merokok
Frekuensi Menyikat Gigi dalam sehari 2 kali atau lebih 1 kali atau kadang-kadang
Durasi Menderita Diabetes Mellitus ≤10 tahun >10 tahun
9 (32.1) 10 (23.8)
10 (31.3) 8 (28.6) 1 (10.0)
10 (23.8) 9 (32.1)
11 (47.8) 8 (17.0)
18 (29.5) 1 (11.1)
15 (36.6) 4 (13.8)
19 (67.9) 32 (76.2)
22 (68.8) 20 (71.4) 9 (90.0)
31 (76.2) 19 (67.9)
12 (52.2) 39 (83.0)
43 (70.5) 8 (88.9)
26 (63.4) 25 (86.2)
0.442
0.409
0.442
0.006
0.247
0.035
Diuji dengan Chi-square, Spearman’s Correlation
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
Hubungan karakteristik umum pasien dengan keadaan bleeding on probing belum
menunjukkan hubungan (nilai p>0.05) seperti ditunjukkan pada tabel 5.6.
Tabel 6 Hubungan karakteristik umum pasien dengan keadaan Bleeding on Probing
Variabel BOP Negatif N (%)
BOP Positif N (%)
p-value
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Usia <55 tahun 55-65 >65
Tingkat Pendidikan SMA atau lebih rendah Pendidikan tinggi
Status Merokok Tidak Merokok Merokok
Frekuensi Menyikat Gigi dalam sehari 2 kali atau lebih 1 kali atau kadang-kadang
Durasi Menderita Diabetes Mellitus ≤10 tahun >10 tahun
6 (21.4) 12 (28.6)
6 (18.8) 10 (35.7) 2 (20.0)
8 (19.0) 10 (35.7)
5 (21.7) 13 (27.7)
16 (26.2) 2 (22.2)
10 (24.4) 8 (27.6)
22 (78.6) 30 (71.4)
26 (81.3) 18 (64.3) 8 (80.0)
34 (81.0) 18 (64.3)
18 (78.3) 34 (72.3)
45 (73.8) 7 (77.8)
31 (75.6) 21 (72.4)
0.584
0.294
0.118
0.594
1.00
0.763
Diuji dengan Chi-square, Spearman’s Correlation
Tabel 7 menunjukkan hubungan antara karakteristik umum pasien dengan poket
periodontal. Terdapat korelasi antara jenis kelamin dengan kedalaman poket periodontal, nilai
p <0.021. Sebanyak 28.6% pasien laki-laki memiliki poket periodontal dan pasien perempuan
yang memiliki poket sebanyak 7.1%.
Tabel 7 Hubungan karakteristik umum pasien dengan poket periodontal
Variabel Tidak ada poket N (%)
Poket 4mm atau lebih
N (%)
p-value
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Usia
20 (71.4) 39 (92.9)
8 (28.6) 3 (7.1)
0.021
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
<55 tahun 55-65 >65
Tingkat Pendidikan SMA atau lebih rendah Pendidikan tinggi
Status Merokok Tidak Merokok Merokok
Frekuensi Menyikat Gigi dalam sehari 2 kali atau lebih 1 kali atau kadang-kadang
Durasi Menderita Diabetes Mellitus ≤10 tahun >10 tahun
28 (87.5) 24 (85.7) 7 (70.0)
35 (83.3) 24 (85.7)
21 (91.3) 38 (80.9)
53 (86.9) 6 (66.7)
39 (95.1) 20 (69.0)
4 (12.5) 4 (14.3) 3 (30.0)
7 (16.7) 4 (14.3)
2 (8.7) 9 (19.1)
8 (13.1) 3 (33.3)
2 (4.9) 9 (31.0)
0.400
0.789
0.318
0.143
0.006
Diuji dengan Chi-square, Spearman’s Correlation
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi status kesehatan gigi dan mulut dan
kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes di Klinik Subspesialis
Endokrin RSCM. Evaluasi kesehatan gigi dan mulut pasien dengan indeks DMFT, BOP,
Poket Periodontal dan OHIS. Sedangkan untuk evaluasi kualitas hidup terkait gigi dan mulut
menggunakan kuesioner OHIP-20. Status kesehatan gigi dan mulut responden sebanyak
95.7% memiliki pengalaman gigi yang berlubang, hilang dan telah ditumpat. Gigi hilang
(missing teeth) merupakan komponen DMFT yang paling tinggi terjadi di kalangan
responden, yaitu sebanyak 87.1%. Penelitian yang dilakukan oleh Bharateesh et al (2012)
pada pemeriksaan gigi secara klinis, gigi hilang merupakan komponen DMFT yang paling
tinggi terjadi pada responden. Terdapat sebanyak 74.3% responden yang memiliki Bleeding
on Probing (BOP) positif dan berdasarkan penilaian OHIS, sebanyak 75.7% dari total
responden memiliki OHIS sedang.20
Indeks DMFT di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Nasional pada tahun 2013
sebesar 4.6 dengan nilai masing-masing D-T=1.6, M-T=2,9, F-T=0,08. Dibandingkan dengan
nilai DMFT nasional, DMFT pada responden cukup tinggi yaitu 9.16 dengan nilai terbesar
pada komponen gigi yang hilang (missing teeth) yaitu 6.41 jauh lebih tinggi dibandingkan
nilai gigi hilang (M-T) nasional.
Hasil yang telah didapat untuk evaluasi kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan
mulut berdasarkan jawaban pada kuesioner OHIP-20, sebanyak 97.1% memiliki kualitas
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
hidup yang tergolong baik. Nilai total skor dari kuesioner OHIP-20 yang semakin tinggi
menunjukan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut yang semakin baik juga. Hal ini
memperlihatkan bahwa diabetes tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup terkait
kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan penelitian mengenai kualitas hidup terkait kesehatan
gigi dan mulut pada pasien diabetes yang dilakukan oleh Allen et al, Sadeghi et al, Irani et al
juga menunjukkan bahwa kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus baik dan tidak
menunjukan adanya pengaruh diabetes terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan
mulut.9,12,21
Berdasarkan penelitian ini, pada umumnya kondisi kesehatan gigi dan mulut adalah
rendah dilihat dari nilai pada indeks DMFT, BOP dan nilai OHIS. Rendahnya kondisi
kesehatan gigi dan mulut pasien disebabkan karena kondisi gigi dan mulut bukan merupakan
fokus utama pada kelompok pasien dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut bukan
merupakan prioritas bagi mereka. Hal ini terlihat dengan banyaknya pasien yang mengalami
gigi yang hilang dan rendahnya kebersihan rongga mulut. Pada penelitian dilakukan di Iran
oleh Hajian-Tilaki et al menunjukan hal yang sama.22
Pada status kesehatan gigi dan mulut pasien diabetes mellitus, menunjukkan rendahnya
kebersihan rongga mulut dilihat dari tingginya angka decay, missing teeth, dan BOP positif
tetapi skor pada OHIP-20 pada umumnya berada pada kategori baik. Hubungan antara status
kesehatan gigi dan mulut yang dilihat dengan indeks DMFT, BOP, Poket Periodontal dan
OHIS tidak menunjukkan nilai signifikansi yang bermakna dengan total skor OHIP-20.
Hubungan antara kualitas hidup dengan evaluasi klinis kesehatan gigi dan mulut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kultural, standar hidup, dan sikap terhadap
kualitas hidup seseorang.23
Selain itu pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan dengan nilai signifikansi
bermakna pada variabel jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status merokok, frekuensi
menyikat gigi dan durasi diabetes dengan total skor OHIP-20. Berbeda pada penelitian yang
diteliti oleh Sadeghi et al yang menemukan hubungan dengan nilai signifikansi bermakna
pada variabel usia, tingkat pendidikan, frekuensi menyikat gigi dan durasi diabetes.12
Walaupun pada penelitian yang diteliti oleh Wandell et al usia, jenis kelamin, etnis, faktor
sosioekonomik, tingkat pendidikan dilaporkan tidak memiliki efek yang spesifik pada pasien
diabetes terhadap kualitas hidup24.
Pasien diabetes memiliki risiko periodontitis dan kehilangan tulang yang lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak memiliki diabetes. Pada penelitian ini, sebanyak 61
responden (87.1%) mengalami gigi hilang tetapi hanya sebanyak 8 responden (11.4%) yang
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
menggunakan gigi tiruan. Banyaknya gigi yang goyang dan hilang dapat disebabkan
kehilangan tulang yang lebih cepat pada pasien diabetes dan periodontitis merupakan salah
satu inflamasi kronis yang mempengaruhi struktur jaringan penyangga gigi dan adanya
diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal.7,21
Sebagian besar variabel umum seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status
merokok dan frekuensi menyikat gigi tidak menunjukan adanya hubungan dengan status
kesehatan gigi mulut. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara status
merokok dengan adanya karies aktif. Sebanyak 83% pasien yang merokok memiliki karies
aktif. Penggunaan tembakau pada pasien diabetes menyebabkan kebersihan rongga mulut
yang buruk, meningkatnya DMFT dan meningkatnya risiko dari periodontitis.23
Hubungan yang terlihat pada penelitian ini adalah antara adanya poket periodontal dengan
jenis kelamin memiliki nilai signifikansi bermakna, yaitu nilai p=0.021. Hal tersebut
menunjukan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan adanya poket periodontal. Faktor
sosioekonomi seperti usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi karakteristik klinis, seperti
halnya keadaan penyakit periodontal.24 Faktor sosioekonomi tersebut dapat mempengaruhi
karena menentukan gaya hidup, kondisi kebersihan rongga mulut, akses terhadap pelayanan
kesehatan, dan tingkat pendidikan.24
Selain itu pada penelitian ini, terlihat bahwa poket periodontal >4mm terjadi pada
lebih banyak pasien yang telah mengalami diabetes mellitus dengan durasi lebih dari 10
tahun (31.0%), sedangkan poket periodontal pada pasien dengan durasi diabetes mellitus
kurang dari 10 tahun hanya terjadi sebanyak 4.9%. Terdapat nilai signifikansi yang bermakna
antara durasi diabetes mellitus dengan keberadaan poket periodontal. Durasi diabetes mellitus
merupakan faktor yang dapat memperparah penyakit periodontal.25 Oleh karena itu, semakin
lama durasi diabetes mellitus, pathogenesis dari periodontitis semakin parah.26 Hal tersebut
disebabkan karena hiperglikemia menginduksi abnormalitas pada aliran darah seperti
menaikan viskositas darah, mereduksi eritrosit dan meningkatkan agregasi trombosit yang
kemudian akan menambah hipoksia pada jaringan. Faktor tersebut mengakibatkan kerusakan
pada jaringan periodontal.25,27
Berdasarkan penelitian ini, walaupun pasien diabetes mellitus memiliki status yang
rendah pada kesehatan rongga mulutnya, kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut yang
dievaluasi dengan kuesioner OHIP-20 menunjukkan skor yang baik. Gangguan pada rongga
mulut dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup.13 Bukti pada penelitian lain yang diteliti
oleh Fontanive et al, Locker D. et al, dan Naito et al menunjukkan bahwa gangguan pada
kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi fungsional fisik individu, status sosial dan
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
kesejahteraan, sehingga hal tersebut membuat menjadi sulit untuk memisahkan antara
kesehatan rongga mulut dengan kesehatan umum yang berdampak pada kualitas hidup.28,29,30
Hasil penelitian oleh Fontanive et al, Locker D. et al, dan Naito et al dapat mendukung hasil
dari penelitian ini yang menunjukkan status kesehatan rongga mulut tidak berdampak pada
kualitas hidup.
Pada penelitian ini tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup
terkait kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan rongga mulut, hal ini dapat
mengindikasikan bahwa pasien diabetes tidak memperhatikan pengaruh dari kondisi
kesehatan rongga mulut akibat diabetes mellitus. Hal ini didukung oleh hasil dari penelitian
yang diteliti oleh O’Dowd et al (2010) dilaporkan bahwa periodontitis dan diabetes tidak
memiliki pengaruh pada aspek kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup.21,31 Pasien diabetes
lebih memperhatikan kesehatan umum mereka yang harus dijaga sebagai pengaruh dari
diabetes yang dialami. Hal tersebut juga terjadi pada pasien diabetes mellitus di RSCM,
kesehatan gigi dan mulut tidak berdampak pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan
mulut.
Status kesehatan rongga mulut pada pasien diabetes mellitus di RSCM terlihat rendah,
sehingga dibutuhkan edukasi untuk meningkatkan kepedulian akan pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes. Untuk itu juga dibutuhkan peran dari tenaga
medis dokter dan dokter gigi yang merawat pasien diabetes. Peranan penting yang diperlukan
adalah edukasi pasien untuk meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai komplikasi
rongga mulut dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup.
Kesimpulan
1. Diabetes mellitus tidak dirasakan mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan gigi
dan mulut pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam
kurun waktu November hingga Desember 2015
2. Status kesehatan gigi dan mulut tidak mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan
gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
dalam kurun waktu November hingga Desember 2015
Saran Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas hidup
terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes dengan jumlah sampel yang lebih
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
banyak. Diperlukan edukasi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes
mellitus. Instrumen kuesioner OHIP perlu dimodifikasi karena keadaan aslinya tidak
tergambarkan dengan baik di lapangan.
Daftar Referensi 1. Longo DL, editor. Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. 2 p.
2. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. 6th edn. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation; 2013.
3. Sherwood L. Fundamentals of Human Physiology. 4th ed. USA: Brooks/Cole, Cengange Learning;
4. World Health Organization. Global Health Estimates: Deaths by Cause, Age, Sex and Country, 2000-2012. Geneva, WHO. 2014.
5. Mathers CD, Loncar D. Projections of global mortality and burden of disease from 2002 to 2030. PLoS Med, 3(11):e442. 2006.
6. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian Kesehatan Indonesia;
7. Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Carranza’s clinical periodontology. 11th ed. St. Louis, Mo: Elsevier/Saunders; 2012. 825 p.
8. Ship JA. Diabetes and oral health. J Am Dent Assoc. 2003 Oct;134:4S–10S.
9. Allen EM, Ziada HM, O’Halloran D, Clerehugh V, Allen PF. Attitudes, awareness and oral health-related quality of life in patients with diabetes. J Oral Rehabil. 2008 Mar;35(3):218–23.
10. Valerio MA, Kanjirath PP, Klausner CP, Peters MC. A qualitative examination of patient awareness and understanding of type 2 diabetes and oral health care needs. Diabetes Res Clin Pract. 2011 Aug;93(2):159–65.
11. Yuen HK, Wolf BJ, Bandyopadhyay D, Magruder KM, Salinas CF, London SD. Oral health knowledge and behavior among adults with diabetes. Diabetes Res Clin Pract. 2009 Dec;86(3):239–46.
12. Sadeghi, Rokhsareh, Taleghani, Ferial, Farhadi, Sareh. Oral Health Related Quality of Life in Diabetic Patients. 2014 [cited 2015 Apr 27]; Available from: http://dx.doi.org/10.5681/joddd.2014.41
13. Locker D. Concepts of oral health, disease and the quality of life. In: Measuring Oral Health and Quality of Life. North Carolina: Departement of Dental Ecology , School of Dentistry, University of North Carolina; 1997.
14. Sandberg GE, Wikblad KF. Oral health and health-related quality of life in type 2 diabetic patients and non-diabetic controls. Acta Odontol Scand. 2003 Jan;61(3):141–8.
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
15. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care; 2004.
16. Cypriano S, Sousa M da LR de, Wada RS. Avaliação de índices CPOD simplificados em levantamentos epidemiológicos de cárie dentária. Rev Saúde Pública. 2005 Apr;39(2):285–92.
17. World Health Organization, editor. Oral health surveys: basic methods. 5th edition. Geneva: World Health Organization; 2013. 125 p.
18. Simplified Oral Hygiene Index (OHIS) [Internet]. Malmö University. [cited 2015 Dec 2]. Available from: https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/Simplified-Oral-Hygiene-Index--OHI-S/
19. Sischo L, Broder HL. Oral Health-related Quality of Life: What, Why, How, and Future Implications. J Dent Res. 2011 Nov 1;90(11):1264–70.
20. Bharateesh J, Ahmed M, Kokila G. Diabetes and Oral Health: A Case-Control Study. Int J Prev Med. 2012 Nov;3.
21. Irani FC, Wassall RR, Preshaw PM. Impact of periodontal status on oral health-related quality of life in patients with and without type 2 diabetes. J Dent. 2015 May;43(5):506–11.
22. Hajian-Tilaki A, Oliae F, Jenabian N, Hajian-Tilaki K, Motallebnejad M. Oral Health-related Quality of Life and Periodontal and Dental Health Status in Iranian Hemodialysis Patients. Patil SG, editor. J Contemp Dent Pract. 2014;15:482–90.
23. Nikbin A, Bayani M, Jenabian N, khafri S, Motallebnejad M. Oral health-related quality of life in diabetic patients: comparison of the Persian version of Geriatric Oral Health Assessment Index and Oral Health Impact Profile: A descriptive-analytic study. J Diabetes Metab Disord. 2014;13(1):32.
24. Palma PV, Caetano PL, Leite ICG. Impact of Periodontal Diseases on Health-Related Quality of Life of Users of the Brazilian Unified Health System. Int J Dent. 2013;2013:1–6.
25. Rajhans N, Chaudhari V, Kohad R, Mhaske N. A clinical study of the relationship between diabetes mellitus and periodontal disease. J Indian Soc Periodontol. 2011;15(4):388.
26. Soell M, Hassan M, Miliauskaite A, Haïkel Y, Selimovic D. The oral cavity of elderly patients in diabetes. Diabetes Metab. 2007 Apr;33:S10–S18.
27. Preshaw PM, Alba AL, Herrera D, Jepsen S, Konstantinidis A, Makrilakis K, et al. Periodontitis and diabetes: a two-way relationship. Diabetologia. 2012 Jan;55(1):21–31.
28. Locker D, Quiñonez C. To what extent do oral disorders compromise the quality of life?: Oral disorders and the quality of life. Community Dent Oral Epidemiol. 2011 Feb;39(1):3–11.
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016
29. Naito M, Yuasa H, Nomura Y, Nakayama T, Hamajima N, Hanada N. Oral health status and health-related quality of life: a systematic review. J Oral Sci. 2006;48(1):1–7.
30. Fontanive V, Abegg C, Tsakos G, Oliveira M. The association between clinical oral health and general quality of life: a population-based study of individuals aged 50-74 in Southern Brazil. Community Dent Oral Epidemiol. 2013 Apr;41(2):154–62.
31. O’Dowd LK, Durham J, McCracken GI, Preshaw PM. Patients’ experiences of the impact of periodontal disease. J Clin Periodontol. 2010 Apr;37(4):334–9.
Hubungan antara ..., Zakia Amalia, FKG UI, 2016