HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU...

48
HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR SKRIPSI Oleh : Erick Febrianto 201110230311044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

Transcript of HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP

PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA

KOMUNITAS MOTOR

SKRIPSI

Oleh : Erick Febrianto

201110230311044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

ii

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP

PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA

KOMUNITAS MOTOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Erick Febrianto

201110230311044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 3: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

i

Page 4: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

ii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Nikmat dan Pertolongan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control

Terhadap Perilaku Aggressive Driving Pada Anggota Komunitas Motor”, sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitar Muhammadiyah

Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing

dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah

memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Ni‟mahtuzahroh, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Adhyatman

Prabowo, M.Si selaku dosen pembimbing II atas saran, bimbingan, dan

arahannya yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing

dan mengarahkan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan

kesempatan penulis belajar di Program Studi Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

4. Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan

memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Untuk semua Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah

memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.

6. Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

terimakasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.

7. Kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do‟a dan

kasih sayang sehingga penulis sehingga penulis memiliki motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua teman-teman psikologi yang telah mendukung dalam

terselesaikannya skripsi ini.

9. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf

dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini takluput

dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penelitian

berikutnya ataupun bagi semua pihak yang membaca skripsi ini, Amiin.

Malang, April 2016

Penulis

Erick Febrianto

Page 6: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

ABSTRAK ..................................................................................................... 1

Teori Self-Control .................................................................................. 4

Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control ................................................. 6

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control ................................... 6

Perilaku Aggressive Driving ................................................................... 7

Bentuk Perilaku Aggressive Driving .................................................... 8

Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving ....................................... 8

Self-control dan Aggressive Driving ...................................................... 10

Hipotesis Penelitian ............................................................................... 11

METODE PENELITIAN ............................................................................ 11

Rancangan Penelitian ............................................................................. 11

Subyek Penelitian .................................................................................. 11

Variabel dan Instrumen Penelitian.......................................................... 12

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ................................................... 13

HASIL PENELITIAN .................................................................................. 14

DISKUSI ........................................................................................................ 16

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................... 18

REFERENSI .................................................................................................. 19

LAMPIRAN ................................................................................................... 22

Page 7: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi nilai r .............................................................................. 14

Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control ............................................ 14

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving ................................ 15

Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving ............................. 15

Page 8: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Try Out Instrumen Self-control Dan Perilaku Aggressive Driving ................. 23

IDENTITAS RESPONDEN ........................................................................... 24

DATA AGGRESSIVE DRIVING .................................................................... 31

DATA SELF-CONTROL ................................................................................. 34

Hasil Validitas dan Reabilitas ........................................................................ 37

Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control ....................................................... 38

Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................................... 39

HASIL ANALISIS DATA .............................................................................. 40

Page 9: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

1

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU

AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR

Erick Febrianto

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Angka kecelakaan lalu lintas pada pengemudi motor semakin meningkat di

Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah human error. Perilaku aggressive

driving disinyalir memberikan kontribusi utama pada peningkatan angka

kecelakaan ini. Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive driving

bisa direduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

self-control terhadap perilaku aggressive driving pada anggota komunitas motor.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan subjek

sebanyak 100 orang anggota komunitas motor dengan pengambilan sampel

menggunakan teknik insidental sampling. Instrument dalam penelitian ini

menggunakan skala self-control dan skala perilaku aggressive driving. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self-

control dengan perilaku aggressive driving, dengan nilai r = -0,537 dan p = 0,00 ;

p < 0,01. Hal ini berarti semakin tinggi self-control maka akan semakin rendah

perilaku aggressive driving, begitu pula sebaliknya, dengan sumbangan efektif

self-control terhadap perilaku aggressive driving sebesar 31,3% yang artinya

masih ada 68,7% perilaku aggressive driving dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata kunci : self-control, perilaku aggressive driving, komunitas motor

Number of traffic accidents on motorists is increasing in Indonesia. One possible

cause is human error. Aggressive behavior in driving allegedly made major

contributions to the increasing number of accidents. With good self-control,

aggressive behavior in driving can be reduced. The purpose of this study was to

determine the relationship between self-control against aggressive driving

behavior on the motorcycle community members. This research is a quantitative

correlation with the subject of as many as 100 members of the motorcycle

community by sampling using incidental sampling. Instrument in this study using

the scale of self-control and the scale of aggressive driving behavior. The results

showed that there was a significant negative relationship between self-control

with aggressive driving behavior, with r = -0.537 and p = 0.00; p <0.01. This

means that the higher self-control the lower the aggressive driving behavior, and

vice versa, with the effective contribution of self-control on aggressive driving

behavior amounted to 31.3%, which means there are still 68.7% of aggressive

driving behavior is influenced by other variables ,

Key Words : self-control, aggressive driving behaviour, motorcycle community

Page 10: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

2

Masalah sikap berlalu lintas sudah merupakan suatu fenomena yang umum terjadi

di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang. Persoalan ini sering

dikaitkan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota yang mengakibatkan

semakin meningkatnya aktivitas dan kepadatan di jalan raya. Lalu lintas yang

beraneka ragam dan pertambahan jumlah kendaraan yang lebih cepat

dibandingkan dengan pertambahan prasarana jalan mengakibatkan berbagai

masalah lalu lintas, contohnya kemacetan dan kecelakaan.

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia didominasi oleh sepeda motor. Hasil tersebut

selaras dengan data dari Mabes Polri yang menunjukkan bahwa jumlah sepeda

motor pada akhir 2008 tercatat sebanyak 49 juta dengan pertambahan secara

nasional 10% per tahun. Laju pertumbuhan jumlah pengguna sepeda motor di

Indonesia ini dinilai tidak rasional lagi karena telah mencapai 75% dari total

seluruh model kendaraan bermesin, termasuk kendaraan pribadi roda empat dan

angkutan umum (Kompas, 2009 dalam Nugroho 2010).

Departemen Perhubungan RI mengumumkan bahwa 8 dari 10 kecelakaan di Indonesia

melibatkan sepeda motor sebagai korban. Sekitar 85% kejadian kecelakaan disebabkan

oleh faktor pengendara, itu berarti faktor pengendaralah yang menjadi faktor utama

atau faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Penyebab

berikutnya adalah faktor kendaraan 4%, jalan dan prasarana 3%, pemakai jalan lainnya

3%, faktor lingkungan dan sebagainya 5%. Dari 85% tersebut, modus kesalahan yang

dilakukan pengemudi, penyebab terbesar terjadinya tabrakan adalah pengemudi tidak

sabar dan tidak mau mengalah (26%), menyalip atau mendahului (17%), berkecepatan

tinggi (11%), sedangkan penyebab lainnya seperti pelanggaran rambu, kondisi

pengemudi dan lain-lain berkisar antara 0,5 sampai 8% (BPS, 2010).

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas seperti pengemudi tidak sabar dan tidak

mau mengalah, menyalip atau mendahului, berkecepatan tinggi, dan melanggar

rambu lalu lintas, merupakan perilaku agresif dalam berkendara (aggressive

driving). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shyngle Kolawole Balogun,

Nyitor Alexander Shenge, dan Samuel Ekundayo Oladipo (2011), faktor-faktor

psikososial seperti locus of control, usia, lama pengalaman mengemudi, status

pernikahan dan status pendidikan berpengaruh terhadap perilaku aggressive

driving. Faktor usia berpengaruh signifikan terhadap perilaku aggressive driving,

dimana pengendara berusia muda cenderung lebih mudah melakukan tindakan

aggressive driving daripada pengendara berusia dewasa.

Huang (2014) menganalisis mengenai hubungan antara perilaku aggressive driving

dengan varian resiko kecelakaan. Varian resiko kecelakaan ini meliputi persepsi dan

pemahaman, dukungan dan juga pengalaman. Peneliti menguji model-model yang

dibangun untuk mengetahui hubungan varian resiko kecelakaan terhadap perilaku

mengemudi yang agresif pada orang dewasa di Iowa. Hasil yang didapatkan adalah

responden lebih permisif terhadap perilaku aggressive driving berupa perilaku melebihi

batas kecepatan dalam berkendara. Selain itu, pengalaman akan resiko kecelakaan,

meningkatkan perilaku aggressive driving.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

3

Penelitian yang dilakukan oleh Bruno dan Diane (2014) juga menguji mengenai

pengaruh dari beberapa faktor individu maupun sosial terhadap perilaku

aggressive driving. Sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving, pilihan

kendaraan, kecenderungan bersikap marah-marah dan jarak tempuh menjadi

variabel independent. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa faktor terbesar

yang mempengaruhi perilaku aggressive driving adalah jarak tempuh diikuti oleh

sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving.

Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di kota-kota yang semakin

marak merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial

masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi

sosial yang positif maupun negative. Peran komunitas dalam menyebarluaskan

pentingnya berkendara yang aman dan selamat merupakan hal yang positif. Tetapi

situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa komunitas bikers

telah menjadi mesin penghasil generasi yang anarkis, yang bersifat negatif

(Firman, 2008 dalam Rohmani, 2009). Masih banyak kejadian dimana Safety

Riding dan peraturan lalu lintas sama sekali tidak diterapkan, tetapi juga banyak

biker peduli Safety Riding yang diklakson oleh pengendara mobil ketika mereka

berhenti di belakang garis putih. Masih banyak biker yang ugal-ugalan di jalan

dan memakai APD dibawah standar, ini jelas-jelas terlihat dilakukan baik oleh

biker bermotor mulai dari 100cc sampai 400cc ke atas, berstiker klub/komunitas

atau tidak, seorang biker anggota klub/komunitas berkendara dengan memakai

sandal dan tanpa helm. Safety Riding (SR) adalah usaha meminimalisasi resiko

kecelakaan saat berkendara (motor) yang dapat dilakukan oleh pengendara (biker)

dengan menambah APD (Alat Pelindung Diri) dan meningkatkan keahlian

berkendara. Secara ilmiah, safety riding sendiri tak lain adalah usaha untuk

mengurangi resiko. Resiko dapat timbul dari sikap berkendara biker maupun efek

eksternal diluar kuasa seorang biker, dengan meningkatkan skill berkendara resiko

kecelakaan akan menurun dan dengan memakai APD, karena APD adalah

pertahanan terakhir ketika kecelakaan terjadi. Akan tetapi dalam kenyataan masih

banyak anggota klub motor melakukan pelanggaran saat berlalu lintas (Reza,

2008 dalam Rohmani, 2009).

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu, mengatur dan

mengarahkan perilaku, yaitu self-control. Menurut Ubaydillah, self-control adalah

dengan sadar menentukan pilihan reaksi yang positif dimana problem yang

akhirnya menghasilkan problem yang baru melainkan problem yang telah ada

diberikan solusi yang tepat. Penyebab dari perilaku agggresive driving di sini,

disebabkan oleh self-control yang lemah, selain merugikan orang lain juga

merugikan diri si pelaku sendiri. Dalam diri si pelaku kurangnya ada suatu proses

pengolahan diri dengan cara mencoba mengontrol dirinya dengan baik. Manusia

yang kurang bisa mengontrol dirinya atau kalah oleh dorongan-dorongan yang ada

pada dirinya yang bersifat negatif, maka mereka dominan akan berperilaku

agresif. Pengemudi yang memiliki self-control yang tinggi mampu mengubah

kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku

utama yang membawa pada konsekuensi positif, supaya tidak melakukan hal yang

Page 12: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

4

negatif. Sedangkan pengemudi yang memiliki self-control rendah tidak mampu

mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga diasumsikan, mereka tidak

mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu

menginterpretasikam stimulus yang dihadapi sehingga tidak mampu

mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu

memilih tindakan yang tepat. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas,

peneliti ingin menguji hubungan self-control dengan perilaku aggressive driving

pada anggota komunitas motor yang telah memahami dan menerapkan smart

riding dalam berkendara.

Teori Self-Control

Istilah pengendalian diri banyak disebutkan dalam berbagai budaya maupun

tradisi keagamaan. Self control dalam berbagai budaya dan keagamaan dipandang

sebagai kemampuan individu untuk hidup secara bebas, sekaligus secara harmonis

dengan lingkungannya. Menurut Berk pengendalian diri atau self control adalah

kemampuan individu untuk menahan keinginan/ dorongan sesaat yang

bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial

(Singgih, 2004). Sedangkan menurut Chaplin (1993), self control atau self-control

adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri,

kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Messina &

messina (dalam Singgih, 2004) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah

seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi,

keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada

diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain,

kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan

pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung

jawab atas diri pribadi.

Self control/self-control adalah kemampuan untuk menangguhkan kesenangan

naluriah langsung dan kepuasan untuk memperoleh tujuan masa depan, yang

biasanya di nilai secara sosial. Orang menjalankan self-control memperlihatkan

bahwa kebutuhan akhir telah disosialisasikan, bahwa nilai-nilai budaya lebih

penting dari hasrat dan desakannya. Istilah ini mencakup cara lain untuk

menyatakan masalah hubungan antara kepribadian yang istimewa, yang

menghadapi kebutuhan kolektif untuk konformitas dan ganjaran sosial yang dapat

timbul karena menangguhkan pemuasan naluriah (Hare dan Camb, 1996).

Menurut Gilliom et.al (dalam Singgih, 2004) pengendalian diri adalah

kemampuan individu yang terdiri dari tiga aspek yaitu : kemampuan

mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau

merugikan orang lain (termasuk di dalam aspek tapping aggressive and

delinquent behaviors), kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan

kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku (termasuk di dalam aspek

cooperation), serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan

kepada orang lain tersebut (termasuk di dalam aspek assertiveness).

Page 13: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

5

Averill (dalam Sulton, 2009) berpendapat bahwa terdapat lima aspek kemampuan

mengontrol diri, yaitu: (1) kemampuan mengontrol perilaku, yaitu kemampuan

yang bertujuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi. Individu

yang kemampuan mengontrol dirinya, baik akan mampu mengatur perilaku

dengan kemampuan dirinya, bila tidak mampu individu akan menggunakan

sumber-sumber eksternal; (2) kemampuan mengontrol stimulus, yaitu kemmapuan

yang bertujuan untuk menghadapi stimulus yang tidak diinginkan, yaitu dengan

cara mencegah/menjauh sebagian stimulus, menempatkan tenggang waktu

diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus

sebelum berakhir, serta membatasi intensitas stimulus; (3) kemampuan mengatasi

peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk mengantisipasi keadaan

melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif; (4) kemampuan

menafsirkan peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk menilai dan

menafsirkan suatu keadaan/peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif

secara subyektif; dan (5) kemampuan mengambil keputusan atau pilihan, yaitu

kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik

dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan pada individu untuk

memilih beberapa hal yang sama memberatkan.

Kelima aspek kemampuan mengontrol diri yang dikemukakan oleh Averill (dalam

Sulton, 2009) tersebut diatas, dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama,

behavioral control, yang merupakan kemampuan untuk memodifikasi suatu

keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam behavioral control ini terdapat dua

aspek di dalamnya yaitu kemampuan mengontrol perilaku dan kemampuan

mengontrol stimulus. Kedua, cognitive control, yang merupakan kemampuan

individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara

menginterpretasi, menilai/menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka

kognitif sebagai adaptasi psikologis/untuk mengurangi tekanan. Dalam cognitive

control juga terdapat dua aspek kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan

mengatasi peristiwa dan kemampuan menafsirkan peristiwa. Ketiga, decisional

control, yang merupakan kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan

pada sesuatu yang diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan

akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan

pada individu untuk memilih beberapa hal yang sama memberatkan.

Berdasarkan uraian teori-teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan self-control adalah kemampuan mengendalikan perilaku/ tingkah

laku impulsif dan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan perilaku

dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga/lebih diterima oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini digunakan aspek-aspek dalam mengukur self-control

menurut Averill (dalam Sulton, 2009) yaitu: (a) kemampuan mengontrol perilaku

adalah kemampuan yang bertujuan untuk menentukan siapa yang dapat

mengendalikan situasi, (b) kemampuan mengontrol stimulus adalah kemampuan

untuk menghadapi stimulus yang tak diinginkan, (c) kemampuan mengantisipasi

peristiwa adalah kemampuan untuk mengantisipasi keadaan melalui berbagai

Page 14: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

6

pertimbangan secara relatif obyektif, (d) kemampuan menafsirkan suatu peristiwa

adalah kemampuan untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan/ peristiwa

dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif, (e) kemampuan

mengambil keputusan adalah kemampuan mengambil suatu tindakan berdasarkan

suatu yang diyakini/ disadarinya.

Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control

Pembentukan pengendalian diri menurut Singgih (2002) adalah kemampuan

seseorang untuk mengatur kelakuan/tingkah lakunya sendiri saat ia dihadapkan

dengan gangguan/godaan yang berat ataupun tekanan lingkungan tanpa pertolongan

hadiah-hadiah nyata, misalnya dukungan (support). Beberapa filsuf berpendapat

bahwa kebajikan merupakan bentuk pengendalian diri. Pikiran bermoral dan

kelakuan bermoral membutuhkan pengaturan diri (self regulation). Pengendalian diri

dapat dibagi dalam 3 fase yaitu: mengambil keputusan, mempertahankan suatu

perbuatan atau tidak berbuat, dan penguatan diri (self reinforcement).

Ciri-ciri self-control menurut Cynthia S (dalam Sulton, 2009), ada dua macam

yaitu: kemampuan untuk mengendalikan dorongan-dorongan melakukan sesuatu

dan mengendalikan keinginan akan sesuatu; dan kemampuan mematuhi norma-

norma sosial tanpa pengawasan. Kedua hal ini dilakukan karena adanya kerelaan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control

Sebagaimana faktor psikologis lainnya, self-control dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Secara garis besar, besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi self-control ini terdiri

dari: (a) faktor internal, dimana faktor internal yang turut andil dalam self-control

adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin baik kemampuan

mengontrol dirinya. Dengan demikian faktor ini sangat membantu individu untuk

memantau dan mencatat perilakunya sendiri dengan pola hidup dan berfikir yang

lebih baik lagi. Hal ini berkaitan dengan kemasakan kognitif yang terjadi selama

masa pra sekolah dan masa kanak-kanak secara bertahap dapat meningkatkan

kapasitas individu untuk membuat pertimbangan sosial dan mengontrol perilaku

individu tersebut. Dengan demikian ketika beranjak dewasa inidividu yang telah

memasuki perguruan tinggi akan mempunyai kemampuan berfikir yang lebih

kompleks dan kemampuan intelektual yang lebih besar. (b) faktor eksternal, yang

diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkunga keluarga terutama orangtua

menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Sebagai orang tua

kita dianjurkan menerapkan sikap disiplin terhadap anak sejak dini. Dengan

mengajarkan sikap disiplin terhadap anak, pada akhirnya mereka akan membentuk

kepribadian yang baik dan dapat mengendalikan perilaku mereka. Disiplin yang

diterapkan orang tua merupakan hal penting dalam kehidupan, karena dapat

mengembangkan self-control dan self directions sehingga seseorang bisa

mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukan. Individu

tidak dilahirkan dalam konsep yang benar dan salah atau dalam suatu pemahaman

tentang perilaku yang diperbolehkan dan dilarang (Ghufron, 2010).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

7

Perilaku Aggressive Driving

Definisi perilaku aggressive driving adalah berdasarkan penelitian perilaku

berkendara yang dimulai pada tahun 1980-an. Perilaku aggressive driving

menurut Dr. Leon James dari Universitas Hawaii, ”Aggressive driving is driving

under the influence of impaired emotions, resulting in behavior that imposes one’s

own preffered level of risk on other” -- ”Perilaku aggressive driving adalah

perilaku berkendara yang dipengaruhi oleh emosi yang terganggu yang

menghasilkan perilaku yang mengakibatkan tingkat resiko terhadap orang lain.”

(James dan Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Dikatakan agresif karena

pengendara tersebut berasumsi bahwa orang lain dapat mengatasi tingkat resiko

yang sama dan pengendara yang seperti ini menyebabkan bahaya yang tinggi bagi

orang lain.

NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) mendefinisikan,

”...aggressive driving as driving behavior that endanger or is likely to endanger

people or property” -- ”Perilaku aggressive driving sebagai perilaku berkendara

yang membahayakan atau mungkin membahayakan orang-orang dan properti”.

(James dan Nahl, 2000).

Aggressive driving merupakan pola disfungsi dari perilaku sosial yang

mengganggu keamanan publik. Aggressive driving dapat melibatkan berbagai

perilaku berbeda termasuk perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan

gerakan kasar, mengedipkan lampu jauh di suasana lalu lintas tenang (Houston,

Harris dan Norman, 2003 dalam Utami, 2010).

Menurut Tasca (2000) dalam Utami (2010), suatu perilaku mengemudi dikatakan

agresif jika dilakukan secara sengaja, cenderung meningkatkan resiko tabrakan

dan dimotivasi oleh ketidak sabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya

untuk menghemat waktu.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli mengenai aggressive

driving, maka dapat disimpulkan bahwa aggressive driving adalah penyimpangan

atau pelanggaran yang dilakukan secara sengaja terhadap cara berkendaraan yang

aman dan upaya untuk menghemat waktu yang melibatkan berbagai perilaku

berbeda seperti perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan gerakan kasar,

mengedipkan lampu jauh disaat suasana lalu lintas tenang, sehingga dapat

membahayakan orang lain atau properti jalan. Dikatakan agresif karena

mengasumsikan bahwa orang lain mampu meningkatkan resiko yang sama serta

mengganggu keamanan publik dan merupakan aksi yang dilakukan dengan

sengaja untuk menyerang ataupun meyakiti secara fisik maupun psikis

pengendara lain, penumpang, dan penyeberang jalan. Aksi tersebut bisa bersifat

fisik seperti memukul pengendara lain dan merusak kendaraannya, bersifat

gestural seperti mengacungkan jari tangan secara tertentu untuk merendahkan dan

menghina pengendara lain, maupun bersifat verbal seperti meneriakkan kata-kata

umpatan kepada seorang penyeberang jalan.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

8

Bentuk Perilaku Aggressive Driving

Perilaku aggressive driving dapat diidentifikasi dalam emosi-emosi terganggu

yang mempunyai 3 (tiga) kriteria atau bentuk (James dan Nahl,2000 dalam

Priyatna, 2012), yaitu: (1) Impatience and inattention (tidak sabar dan tidak

atensi), seperti menerobos lampu merah, melanggar batas kecepatan, mengikuti

kendaraan lain terlalu dekat, dan berpindah jalur tanpa memberikan tanda; (2)

Power struggle (saling berebut), seperti menghalangi jalur setelah mendahului,

tidak memberikan jalan, memotong jalur dengan sengaja, dan mengerem

mendadak dengan sengaja; dan (3) Recklessness and road rage (ceroboh dan

marah-marah), seperti duel kejar-kejaran, berkendara sambil mabuk, menyerang

kendaraan lain, dan berkendara dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving

Faktor penyebab perilaku aggressive driving antara lain: (1) Immobility, tensi

akan terbangun ketika secara fisik terhimpit. Misalnya, para pengendara akan

cenderung marah-marah, mengomel dan membunyikan klakson. (2) Restriction,

terhalangi ketika ingin bergerak kedepan yang dapat menimbulkan frustasi dan

diikuti kecemasan dan intensi untuk keluar dari himpitan. (3) Regulation,

peraturan walaupun sah menurut hukum dan jelas, terasa seperti membebani dan

menimbulkan sebuah rentetan pelanggaran yang akan mendorong mereka untuk

mengabaikan peraturan apapun. (4) Lack of personal control, kurangnya kontrol

personal selama di jalan mengecewakan dan sering mudah untuk melepaskan

kemarahan pada siapapun di sekelilingnya – biasanya pengendara atau

penumpang lainnya. (5) Being put in danger, lalu lintas padat biasanya

menimbulkan ketidak sabaran dan pengendara agresif dapat menimbulkan ketidak

hormatan dan insiden permusuhan. Misalnya ketika terdapat pengendara yang

memotong jalur, maka akan memicu pengendara lain untuk membalasnya. (6)

Territorially, area berkendara kita adalah “istana” dan disekitar kendaraan adalah

area pertahanan. Ketika pengendara lain melanggar dan mengancam teritori

tersebut, kita sering merespon dengan permusuhan, bahkan dengan sikap tubuh

seperti perang dan reaksi agresif pada suatu insiden. (7) Diversity, perbedaan

sosial menurunkan kemungkinan peramalan karena para pengendara dengan

kemampuan dan tujuan yang berbeda tidak berpeilaku berdasarkan norma atau

aturan yang diharapkan. (8) Multi-tasking, kita menjadi jengkel pada orang lain –

dan mereka pada kita ketika atensi kita sebagai pengendara dipersepsikan kurang

baik dalam ”banyaknya tugas” (pengoperasian) di belakang kemudi. (9) Denial,

pengendara sering menolak ketika dikatakan melakukan kesalahan ketika

berkendara. Contohnya, ketika pengendara lain memaksa untuk menyingkir dari

jalur cepat karena dianggap berkendara terlalu lambat. Terdapat kecenderungan

yang kuat bagi individu untuk ”menolak kesalahan”. Individu juga melihat

keluhan dari pihak luar sebagai sesuatu yang berlebihan, permusuhan, atau tidak

beralasan. Penolakan ini disebabkan oleh perasaan marah dan pembenaran diri.

(10) Negativity, budaya saling bermusuhan di antara pengendara atau dengan jenis

kendaraan lain memicu timbulnya sikap negatif ketika berkendara. Budaya ini

Page 17: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

9

dapat terbentuk di lingkungan atau di kalangan para pengendara sendiri ataupun

ada peran dari media. Sehingga ketika para pengendara tersebut sedang

berkendara atau dalam konteks berlalu lintas, maka budaya tersebut akan

diterapkan, seperti saling memotong jalur, saling mengotot untuk berada di jalur

depan atau lebih dahulu dari pengendara lainnya. (11) Self-serving bias,

kecenderungan untuk memberikan atribut salah pada orang lain adalah alami,

namun hal itu dipengaruhi oleh ingatan mengenai apa yang terjadi dan sering

kehilangan objektivitas dan pertimbangan dalam perselisihan. Sehingga ketika

terjadi insiden, maka subjektivitas dan pembenaran pribadi akan kuat dan para

pengendara tidak mau disalahkan dan merasa selalu paling benar. Contohnya,

ketika pengendara terlibat dalam suatu kecelakaan. Walaupun perilakunya salah,

tetapi dirinya tidak akan mau disalahkan. (12) Venting, merupakan perasaan

dorongan yang berenergi. Perasaan yang menggairahkan ini berlangsung singkat

dan disertai oleh marah. Ketika kemarahan pengendara tergugah, pikiran tersebut

merusak pertimbangan dan menstimulasi untuk terburu-buru serta melakukan

tindakan yang berbahaya. Seperti dalam kepadatan lalu lintas para pengendara

menghalalkan segala cara untuk segera keluar dari kepadatan. Pengendara

seringkali melakukan manuver-manuver yang berbahaya. Misalnya, mendahului

kendaraan jenis lain dalam jarak yang sangat dekat. (13) Unpredictability,

lingkungan lalu lintas dengan kepadatan dan kemacetan yang terjadi setiap hari

mengharuskan pengendara untuk menyesuaikan emosi secara terus menerus pada

hal-hal yang tidak dapat diprediksi, membosankan, dan kejadian-kejadian yang

berbahaya. (14) Isolation, para pengendara diwajibkan menggunakan peralatan

keamanan yang menyebabkan pengendara satu dengan pengendara lainnya tidak

dapat saling berkomunikasi. Hal ini menimbulkan ambiguitas dan

kesalahpahaman dalam berkendara ketika salah satu atau lebih pengendara

melakukan manuver. (15) Emotional challenges, kecakapan emosi merupakan

kebiasaan baik dalam bersikap dan motivasi dalam situasi yang menantang. Para

pengendara sering kurang dalam menguasai kecakapan emosi yang esensi untuk

berkendara harian di jalan.

Secara umum, 15 faktor penyebab tersebut berhubungan dengan agresivitas sosial

dan faktor-faktor lingkungan serta faktor-faktor kepribadian individual (James dan

Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Sedangkan menurut Tasca (2000) dalam Utami

(2010), faktor-faktor penyebab aggresive driving ada tujuh, yaitu:

1. Usia dan Jenis Kelamin

Kebanyakan aggressive driving melibatkan pengemudi laki-laki usia 17-35

tahun lebih tinggi dibandingkan pengemudi perempuan dengan rentang usia

yang sama. Pengemudi laki-laki cenderung meremehkan resiko yang terkait

dengan pelanggaran lalu lintas. Menurut mereka aturan lalu lintas adalah

sesuatu yang menjengkelkan dan berlebihan. Sedangkan pengemudi

perempuan cenderung memandang peraturan lalu lintas sebagai sesuatu yang

penting, jelas dan masuk akal serta memiliki tanggung jawab untuk

mematuhinya.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

10

2. Anonimitas

Anonimitas biasanya mengacu pada seseorang, yang sering berarti bahwa

identitas pribadi, informasi identitas pribadi orang tersebut tidak diketahui.

Anonimitas menurut Tasca (2000) lebih pada suatu kondisi mengemudi yang

memungkinkan seseorang tidak diketahui identitasnya.

3. Faktor Sosial

Aggressive driving merupakan pengaruh dari norma, reward, punishment dan

model yang ada di masyarakat. Banyaknya kasus aggressive driving yang

tidak mendapatkan hukuman dapat membentuk persepsi bahwa perilaku

seperti ini normal dan diterima.

4. Kepribadian

Individu memiliki ciri yang menentukan mereka untuk berperilaku secara

teratur dan terus menerus dalam berbagai situasi. Sifat-sifat ini dikatakan

membentuk kepribadian mereka. Faktor pribadi yang telah diidentifikasi

sebagai berhubungan dengan kecelakaan kendaraan umumnya termasuk

agresi tingkat tinggi dan permusuhan, daya saing, kurang kepedulian terhadap

orang lain, sikap mengemudi yang tidak baik, mengemudi untuk pelepasan

emosional, impulsif dan mengambil resiko.

5. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan salah satu faktor penyebab perilaku aggressive

driving. Gaya hidup seperti minum minuman keras, menggunakan obat-

obatan terlarang, merokok dan kelelahan karena bersosialisasi hingga larut

malam, semua gaya hidup tersebut menyerap pada aspek kehidupan mereka,

termasuk saat berkendaraan.

6. Tingkah Laku Pengemudi

Tingkah laku pengemudi dapat menjadi salah satu faktor penyebab

aggressive driving. Seseorang yang merasa dirinya memiliki keterampilan

yang tinggi dalam menangani sebuah kendaraan lebih memungkinkan untuk

mengalami kemarahan dalam situasi lalu lintas yang menghambat laju

kendaraannya.

7. Faktor Lingkungan

Menurut Tasca (2000) terdapat hubungan yang kuat antara kondisi

lingkungan dan manifestasi pengemudi agresif. Pengemudi yang terbiasa

dengan kemacetan lebih jarang merasakan emosi marah saat mengemudi.

Namun kemacetan yang tidak diperkirakan dapat menimbulkan emosi marah

pada pengemudi yang kemudian dapat meningkatkan kecenderungan

pengemudi untuk melakukan aggressive driving.

Self-control dan Aggressive Driving

Self-control yang merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan

perilaku/tingkah laku impulsif dan mengendalikan keinginan akan sesuatu serta

kemampuan untuk mematuhi norma-norma sosial tanpa pengawasan, sangat

dibutuhkan pengendara khususnya pengendara dengan orientasi terkendali yang

cenderung lebih mudah terpancing emosi sehingga berperilaku agresif saat

berkendara, daripada pengendara dengan orientasi otonom yang diproyeksikan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

11

lebih mampu mengatur emosi saat berkendara. Hal ini disebabkan karena mereka

(pengendara dengan orientasi terkendali) menafsirkan setiap peristiwa atau

kejadian saat berkendaraan dengan perasaan tertekan (feeling-pressured) dan

secara egois (ego-involved) (Knee dkk, 2001). Berdasarkan perspektif ini,

perasaan tertekan yang dialami para pengendara merupakan hasil dari persepsi

bahwa „beban-beban atau masalah-masalah dalam berkendaraan‟ (demands or

problems of driving) melampaui abilitas mereka untuk mengatasinya (Matthews

dkk, 1991; Gulian dkk, 1989). Dengan demikian tekanan yang dialami

pengendara merupakan interprestasi subjektif atas berbagai situasi dalam

berkendaraan (Rowden, dkk, 2006). Manifestasi dari perasaan tertekan tersebut

berupa gejala perilaku maupun kognisi seperti meningkatnya agresi dan frustasi,

gejala-gejala emosi seperti kecemasan, serta gejala-gejala fisiologis seperti

meningkatnya detak jantung (Hartley & Hassani, 1994). Oleh karena itu, setiap

individu yang berkendara diharapkan memiliki self-control yang baik sehingga

kecenderungan untuk berkendara secara agresif dapat dihindari.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis yang disusun dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut: Ada hubungan negatif antara self-control terhadap

perilaku aggressive driving. Dimana semakin tinggi self-control seseorang maka

semakin rendah kemungkinan seseorang melakukan aggressive driving.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada

penelitian tipe kuantitatif berupa data kuantitatif atau jenis data lain yang dapat

dikuantifikasikan, dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

korelasional. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, melainkan

bertujuan untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh dari self-control terhadap

perilaku aggressive driving anggota komunitas motor di Kota Malang yang telah

memahami dan mengaplikasikan smart riding. Hal ini dapat dilakukan karena

penelitian korelasional juga merupakan upaya untuk menerangkan dan

meramalkan sesuatu kejadian (Yusuf, 2010).

Subyek Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:90) populasi adalah wilayah generalisasi tertentu yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

Page 20: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

12

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota komunitas

motor di Kota Malang. Peneliti tidak mendapatkan data secara terinci tentang

jumlah populasi, sehingga untuk menentukan ukuran sampel peneliti berpedoman

pada pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran (2006:160) yang

mengusulkan aturan sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk

kebanyakan penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran

sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari

jumlah variabel dalam studi.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur, yaitu self-control dan

aggressive driving. Berdasarkan pendapat Roscoe tersebut, diperoleh angka 20

orang responden sebagai sampel, yang berasal dari perhitungan (2 x 10). Jadi,

jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 20. Namun demikian,

jumlah sampel penelitian ini diambil sebanyak 100 orang agar aspek

generalisasinya lebih besar. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa-

mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang pengendara motor yang

memahami dan mengaplikasikan smart riding. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah dengan cara non random sampling, yaitu purposive sampling.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menguji dua variabel yaitu self-control dan perilaku aggressive

driving. Variabel bebas penelitian ini ada satu yaitu self-control. Self-control yang

merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku/ tingkah laku

impulsif dan mengendalikan keinginan akan sesuatu serta kemampuan untuk

mematuhi norma-norma sosial tanpa pengawasan, memiliki lima indicator

(Averill dalam Sulton, 2009). Indikator penelitian self-control adalah: (1)

kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan kemampuan

pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan dengan pengendara lain

dan tetap waspada serta tidak terpengaruh ketika ada pengendara lain yang ugal-

ugalan di jalan; (2) kemampuan mengontrol stimulus dinilai berdasarkan

kemampuan pengendara untuk tetap mematuhi aturan meskipun ada rangsangan

melakukan tindakan agresif dalam berkendara seperti kerelaan untuk memberikan

jalan pada mobil ambulance dan tetap pada badan jalan ketika macet tanpa ada

keinginan untuk melintas di trotoar meski saat itu tidak ada pejalan kaki; (3)

kemampuan mengantisipasi peristiwa yang dapat dilihat dari kesediaan

pengendara untuk berangkat lebih awal agar tidak terlambat dan tidak tergesa-

gesa selama diperjalanan serta kebiasaan untuk menjaga jarak aman sebelum

menyalip kendaraan besar; (4) kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk

menilai suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif yang dapat dinilai dari

kepatuhan pengendara pada petugas yang berwenang ketika ada pawai di jalan

dan kepatuhan pengendara akan rambu lalu lintas meski tidak ada petugas jaga;

(5) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan sesuatu yang diyakini dan

disadarinya seperti mengurangi kecepatan ketika lampu kuning dipersimpangan

menyala dan selalu menggunakan helm kemana pun pengendara pergi

menggunakan sepeda motor.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

13

Sedangkan perilaku aggressive driving yang merupakan variabel terikat adalah

penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan secara sengaja terhadap cara

berkendaraan yang aman dan upaya untuk menghemat waktu yang melibatkan

berbagai perilaku berbeda yang dapat membahayakan orang lain atau properti

jalan. Dikatakan agresif karena mengasumsikan bahwa orang lain mampu

meningkatkan resiko yang sama serta mengganggu keamanan publik dan

merupakan aksi yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang ataupun

meyakiti secara fisik maupun psikis pengendara lain, penumpang, dan

penyeberang jalan. Aksi tersebut bisa bersifat fisikal bersifat gestural maupun

bersifat verbal.Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur

aggressive driving, yaitu dengan menggunakan skala aggressive driving yang

terdiri dari 6 aspek dari Tasca (2000). Keenam aspek tersebut antara lain (1)

melewati jalan yang tidak boleh dilalui seperti melintas dijalur fly over,

menerobos jalur satu arah, naik turun trotoar, dan menyalip ketika ditikungan; (2)

menyalip pengendara lain dengan cara yang berbahaya seperti misalnya

berpindah-pindah jalur tanpa melihat keberadaan pengendara lain, menyalip pada

saat kondisi padat tanpa lampu sen, memotong laju kendaraan lain secara tiba-

tiba, dan menyalip kendaraan tanpa peduli dengan arus kendaraan dari arah

berlawanan; (3) berkendara dengan kecepatan tinggi misalnya memacu kecepatan

pada daerah rawan kecelakaan, tergesa-gesa agar tidak terlambat, saat berkendara

membayangkan sedang adu kecepatan yang terwujud secara nyata, dan kebiasaan

untuk memacu secara maksimal laju kendaraan bermotor; (4) menerobos rambu

lalu lintas seperti menerobos lampu merah, melanggar rambu aturan putar balik

arah, memajukan kendaraan sedikit demi sedikit ketika lampu merah dan

langsung belok kiri meski ada tanda belok kiri ikuti isyarat lampu; (5) meluapkan

kemarahan saat di jalan dengan cara mengklakson kendaraan lain dengan cepat

dan berulang-ulang, memaki pengendara lain, mengutuk pengendara lain dan

tidak segan untuk bertengkar dengan pengendara lain ketika merasa dirugikan; (6)

menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului dengan cara mengemudikan

motor berjajar dengan teman, menambah kecepatan ketika dipersimpangan, dan

tidak memberi celah pengendara lain untuk masuk jalur.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala

likert. Untuk skala aggressive driving dibuat berdasarkan aspek yang diutarakan oleh

Tasca (2000). Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try out di lingkup

komunitas sepeda motor yang ada di Kota Malang. Peneliti menggunakan metode try

out terpakai, dimana skala hanya disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji

validitas, reliabilitas, dan analisa.

Uji validitas menggunakan analisis faktor karena analisis ini dapat digunakan untuk

menguji validitas suatu rangkaian kuesioner. Sebuah butir/ item pertanyaan

dinyatakan merupakan pembentuk faktor jika nilai korelasinya lebih besar sama

dengan 0,5 (Kusnendi, 2008). Sedangkan Uji Reliabilitas menggunakan teknik alpha

dari Cronbach. Pengujian realibilitas dapat dilakukan setelah semua butir pertanyaan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

14

valid. Untuk uji realibilitas digunakan dengan metode Cronbach Alpha dengan

kriteria pengujian jika koefisien alpha (α) ≥ 0,7 maka dapat dinyatakan bahwa

instrumen yang digunakan reliabel (Litwin, 1995:31).

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis data

tersebut dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji hipotesis

tentang korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas self-control dan variabel

terikat perilaku aggressive driving, maka teknik yang digunakan adalah teknik

analisis product moment dari Karl Pearson. Nilai korelasi Pearson dapat dilihat

dari hasil output SPSS, selanjutnya untuk memberi interpretasi terdapatnya

kuatnya hubungan yang ada maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel

berikut ini (Arikunto, 2010).

Tabel 1. Interpretasi nilai r

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0,801 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,601 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,401 sampai dengan 0,600 Agak rendah

Antara 0,201 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi)

HASIL PENELITIAN

Analisis deskriptif variabel Self-control dan Aggressive Driving menggunakan t-score.

Skor T merupakan salah satu cara dalam skala rating yang digunakan untuk mengubah

skor individual menjadi skor standar. Mengubah skor X menjadi skor T menyebabkan

skor tersebut mengikuti suatu distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan

deviasi standar St = 10 (Azwar, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek

yang memiliki self-control tinggi lebih banyak dari pada subjek yang memiliki self-

control rendah, seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Skor > 50 31 51,7%

Rendah T-Skor < 50 29 48,3%

Total 60 100

Berdasarkan skala yang telah disebar maka diperoleh data bahwa subjek yang

memiliki self-control rendah lebih sedikit dari pada subjek yang memiliki self-

control tinggi. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 60

subjek yang di jadikan sampel hanya 29 subjek yang di kategorikkan memiliki

Page 23: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

15

self-control rendah yaitu berarti hanya 48,3% dari total subjek. Sedangkan subjek

yang dikategorikan ke dalam kategori tinggi berjumlah 31 subjek itu berarti

51,7% dari jumlah total subjek.

Selanjutnya berikut ini hasil T-score skala Aggressive Driving.

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Skor > 50 29 48,3%

Rendah T-Skor < 50 31 51,7%

Total 60 100

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa subjek yang dikategorikan aggressive

driving yang tinggi lebih sedikit dari pada subjek yang aggressive driving rendah.

Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 60 subjek yang

dijadikan sampel terdapat 29 subjek yang termasuk kedalam aggressive driving

tinggi, itu berarti 51,7% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan

kedalam aggressive driving rendah berjumlah 29 subjek, itu berarti 48,3% dari

total subjek.

Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving

Koefisien Korelasi (r) Indeks analisis

Koefisien Korelasi (r) -0,537

Taraf kemungkinan kesalahan 1% (0,01)

p (nilai signifikansi) 0,000

Teknik analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesa penelitian ini

menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dilakukan dengan

bantuan program SPSS 21.0 for windows sehingga dapat diketahui hubungan

antara Self-control dengan Aggressive Driving. Berdasarkan skor koefisien

korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS, nilai signifikansi yang

ditunjukkan yaitu 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan yang di gunakan yaitu

0,01 (0,000 < 0,01) sehingga dapat dikatakan hipotesis yang disusun dalam

penelitian ini yaitu: Ada hubungan negatif antara self-control terhadap perilaku

aggressive driving. Dimana semakin tinggi self-control seseorang maka semakin

rendah kemungkinan seseorang melakukan aggressive driving atau sebaliknya

semakin rendah self-control seseorang maka akan semakin tinggi tingkat

aggressive driving yang dilakukan, dapat diterima. Hal ini berarti bahwa ada

hubungan antara self-control dengan aggressive driving pada tingkat signifikansi

1%. Sedangkan kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat

dari nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi (r2) variabel self-control

berdasarkan hasil analisa data adalah 0,289 yang berarti sumbangan efektif dari

self-control yang diberikan dalam aggressive driving sebesar 28,9% sedangkan

Page 24: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

16

pengaruh faktor terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Faktor lain yang

memiliki hubungan dengan perilaku agresif dalam mengemudi misalnya

pengalaman mengemudi, pengetahuan akan resiko berkendara, usia, pendidikan,

gaya hidup, kepribadian dan lainnya.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara self-

control terhadap aggressif driving, hal itu berarti semakin tinggi tingkat self-

control seseorang maka akan semakin rendah tingkat aggressive driving yang

dilakukan, atau semakin rendah tingkat self-control seseorang maka akan semakin

tinggi tingkat aggressive driving yang dilakukan. Pengaruh dari self-control

sendiri terhadap aggressive driving hanya sebesar 28,9% sedangakan pengaruh

faktor lain terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Hal tersebut menandakan

bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi aggressive driving selain

self-control.

Menurut Dukes, et al. (2001) terdapat 2 tipe kondisi yang memicu kemarahan

seseorang dijalan, yaitu aktif dan pasif. Kondisi aktif adalah keadaan dimana

adanya gangguan atau ancaman dari pengendara lain yang dapat membahayakan

pengendara lainnya ketika di jalan, seperti pengendara lain yang menyalip tiba-

tiba. Kondisi pasif adalah, keadaan lalu lintas yang menghambat, seperti macet.

Kondisi aktif cenderung lebih dapat memicu kamarahan seorang pengendara

ketika di jalan dari pada kondisi pasif, karena kondisi aktif direpsresentasikan

sebagai ancaman yang dapat membahayakan pengendara lain dijalan.

Menurut Tasca (2000) perilaku agresif dalam berkendara seseorang biasanya

dipengaruhi oleh ketidaksabaran, jengkel, kemarahan, dan lain-lain. Itu berarti

dengan adanya gangguan atau kecerobohan pengendara lain, dapat memunculkan

kemarahan seorang pengendara ketika dijalan, ketika mengalami kemarahan

dijalan seorang pengendara dapat memunculkan respon perilaku yang positif

ataupun negatif. Perilaku positif yang dimunculkan bisa berupa peneguran

terhadap pengendara yang ceroboh tersebut, atau mungkin melaporkannya kepada

petugas, sedangkan perilaku yang negatif yaitu melakukan pembalasan terhadap

pengendara yang ceroboh tersebut, atau melakukan aggressive driving.

Stimulasi yang berlebihan atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya aurosal

atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya, orang merasa

kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher, dalam

Muhaz 2013). Hambatan ini berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang

membatasi (atau mengintervensi dengan sesuatu) apa yang menjadi harapan.

Hambatan dapat muncul baik secara aktual ataupun interpretasi kognitif dalam

situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku orang

akan merasa tidak nyaman. Cara individu untuk mengatasi sesuatu yang

menghambat tersebut dengan melakukan kontrol (Veitch & Arkkelin, dalam

Muhaz 2013).

Page 25: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

17

Averill (dalam Muhaz 2013) mengatakan bahwa ada beberapa tipe kontrol yaitu

kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan

mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana

yang bising ketika kebisingan terjadi. Kontrol kognitif dengan mengandalkan

pusat kendali di dalam diri artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam

menjadi situasi yang penuh tantangan. Dalam hal ini ketika ada hambatan yang

dihadapi pada saat berkendara, misalkan jalanan yang macet, keadaan yang

menghambat ini membuat orang menjadi tidak nyaman. Orang yang merasa tidak

nyaman ini akan melakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang

menghambatnya, antisipasi yang dilakukan bisa saja berupa aggressive driving.

Dengan self-control yang tinggi maka pengendara akan lebih dapat melakukan

kontrol yang baik, kontrol kognitif yang lebih positif, misalkan stimulus yang

menghambat itu di ubah menjadi ujian atau stimulus yang biasa dan sangat

mungkin terjadi di jalan, sehingga tidak melakukan aggressive driving. Apabila

pengendara tidak memiliki self-control yang tinggi, maka kontrol yang

dimilikinya akan jelek, stimulus yang menghambat tersebut akan dijadikan

stimulus ancaman yang dapat merugikan atau menghancurkan dirinya, sehingga

dapat memunculkan aggressive drivng.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Philippe, et al. (dalam Muhaz,

2013) seseorang yang memiliki gairah obsesi akan lebih cenderung melakukan

aggressive driving, dari pada gairah harmoni. Seseorang yang memiliki gairah

obsesi akan cenderung lebih terkontrol dengan apa yang akan dilakukannya dan

diinginkannya. Sehingga akan berusaha untuk bisa memenuhi keinginannya

dengan secepat-cepatnya. Hal ini ditunjukkan pengendara sepeda seperti

berkendara dengan kecepatan tinggi untuk sampai tepat waktu, dan ketika apa

yang sudah direncakannya untuk dilakukan mendapati hambatan, seperti

kemacetan maka pengendara ini akan lebih cendrung melakukan aggressive

driving. Sedangkan seseorang yang memiliki gairah harmoni, akan lebih tenang

sehingga dapat mengontrol dorongan internalnya karena cenderung lebih dapat

menerima keadaan yang sedang terjadi.

Pada saat ada stimulus-stimulus yang mengganggu di jalan, seperti ada

pengendara yang memotong jalan atau kondisi yang aktif, stimulus ini akan

diproses dengan otak dan kemudian akan memunculkan respon jengkel, kesal, dan

memunculkan kemarahan pengendara. Akibatnya dapat memicu pengendara

untuk melakukan aggressive driving. Namun seseorang yang memiliki self-

control yang tinggi akan mampu menjadi lebih sabar, sehingga tidak mudah

terpengaruhi oleh keadaan lalu lintas. Dan orang yang memiliki self-control yang

tinggi akan lebih mampu memunculkan emosi yang lebih positif dikarenakan akan

lebih berfikir secara kritis terlebih dahulu sebelum mengutarakan atau

memunculkan emosi yang dirasakannya.

Self-control yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima indikator yang

keseluruhan indikator tersebut ternyata sesuai dan mampu meredam timbulnya

aggressive driving pada pengendara motor ketika di jalanan. Kelima indikator

Page 26: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

18

tersebut adalah (1) kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan

kemampuan pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan dengan

pengendara lain dan tetap waspada serta tidak terpengaruh ketika ada pengendara

lain yang ugal-ugalan di jalan; (2) kemampuan mengontrol stimulus dinilai

berdasarkan kemampuan pengendara untuk tetap mematuhi aturan meskipun ada

rangsangan melakukan tindakan agresif dalam berkendara (3) kemampuan

mengantisipasi peristiwa yang dapat dilihat dari kesediaan pengendara untuk

berangkat lebih awal agar tidak terlambat dan tidak tergesa-gesa selama

diperjalanan serta kebiasaan untuk menjaga jarak aman sebelum menyalip

kendaraan besar; (4) kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk menilai

suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif yang dapat dinilai dari

kepatuhan pengendara pada petugas yang berwenang ketika ada pawai di jalan

dan kepatuhan pengendara akan rambu lalu lintas meski tidak ada petugas jaga;

(5) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan sesuatu yang diyakini dan

disadarinya.

Jadi, ketika stimulus yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku aggressive

driving muncul, dimana perilaku aggressive driving dalam penelitian ini terdiri

dari (1) melewati jalan yang tidak boleh dilalui (2) menyalip pengendara lain

dengan cara yang berbahaya (3) berkendara dengan kecepatan tinggi (4)

menerobos rambu lalu lintas (5) meluapkan kemarahan saat di jalan (6)

menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului, maka pengendara motor

dengan sefl-control tinggi akan mampu meredam reaksi negatifnya.

Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil

penelitian ini tidak terlalu maksimal, misalnya penggunaan variabel penelitian

yang kurang banyak. Pada penelitian ini variabel yang digunakan hanya satu

variabel dependen yaitu aggressive driving dan satu variabel independen yaitu

self-control sehingga peran variabel independen terhadap variabel dependen

tergolong kecil yaitu sebesar 28,9% sedangkan 71,1% lainnya merupakan peranan

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Selain itu juga karena

skala yang digunakan memiliki tingkat social desirable yang tinggi sehingga

membuat subyek yang mengisi skalanya menjadi faking.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang

signifikan antara self-control dengan aggressive driving, yang dapat dilihat pada

hasil perhitungan koefisien korelasi (r) yaitu -0,537, dan dengan nilai

signifikansinya 0,000. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self-control

seseorang maka akan semakin rendah aggressive driving yang dilakukannya, atau

sebaliknya.

Implikasi dari penelitian, yaitu diharapkan para remaja yang akan beranjak

menjadi seorang dewasa awal kiranya juga harus memiliki self-control yang kuat,

agar mampu berfikir panjang sebelum bertindak dan dapat mengontrol emosinya,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

19

terutama ketika di jalan, karena tanpa kita sadari terkadang tindakan atau perilaku

berkendara kita di lalu lintas dapat membahayakan diri sendiri dan

membahayakan orang lain. Selanjutnya bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian dengan variabel aggressive driving disarankan untuk menghubungkan

dengan variabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti

pengalaman akan resiko berkendara dan sebagainya.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah kecelakaan, koban mati, luka berat, luka ringan,

dan kerugian materi. (Online). Diakses tanggal 30 November 2015 diperoleh dari http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=12.

Balogun, SK., et al. 2012. Psychosocial Factors Influencing Aggressive Driving

Among Commercial And Private Automobile Drivers In Lagos Metropolis. The Social Science Journal. Vol.49 No.1 pp: 83-89

Chaplin, JP. 1993. Kamus Lengkap Psikologi, alih bahasa: Kartini Kartono, Edisi

I Cetakan Ke 2. Jakarta: Raja Grafindo Gulian, E., Matthews, G., Glendon, A.I., Davies, D.R., Debney, L.M. Dimensions

of Driver Stress. Ergonomics, Vol. 32, No.6: 585–602. Gunarso,D, Singgih, D.G. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK

Gunung Mulia Haje, BE., dan Dianne GS. 2014. Personal and Social Determinant of Aggressive and

Dangerous Driving. Canadian Journal of Family and Youth, 6(1), pp: 59-88 Harre, R. And Camb, R. 1996. Ensiklopedi Psikologi. Jakarta: Arcan Hartley, L.R., Hassani, J.E. 1994. Stress, Violations, and Accidents. Applied

Ergonomics, 25 (4): 221 – 230 Huang, Y. 2014. Analysis of Risky and Aggressive Driving Behaviours Among

Adult Iowans. Graduate Theses and Dissertations. Digital Repository @ Iowa State University. Paper 13748

James, Leon & Nahl, Diane. 2000. Road Rage and Aggressive Driving, Steering

Clear of Highway Warfare. Amhest, NY. : Promothens Books Kerlinger, F.N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral, Ed III. (Landung R.

Simatupang, terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press Knee, C.R., Neighbors, C., Vietor, N.A. 2001. Self-Determination Theory as A

Framework for Understanding Road Rage. Journal of Applied Social Psychology, 31, 5 : 889 -904

Page 28: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

20

Lelangayaq, YLP. 2013. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Polisi Lalu Lintas

Dengan Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Remaja di Kota

Malang. Skripsi (diterbitkan). Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi

Universitas Negeri Malang

Matthews, G., Dorn, L., Glendon, A.I. 1991. Personality Correlates of Driver

Stress. Personality and Individual Differences, Vol. 12, No.6: 535 – 549

Meirambayeva, A. 2013. Evaluation of Ontario's Street Racers, Stunt and

Aggressive Drivers Legislation. University of Western Ontario-Electronic

Thesis and Dissertation Repository. Paper 1698

Muhaz, M. 2013. Kematangan Emosi Dengan Aggressive Driving Pada

Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi. Vol.01 No.02 pp: 343-355

Priyatna, MD. 2012. Studi Mengenai Perilaku Berkendara Agresif dan Faktor

Penyebabnya Pada Sopir Angkutan Kota di Kota Bandung Melalui

Pendekatan Deskriptif. Skripsi (diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Islam Bandung

Rowden, Peter and Watson, Barry and Biggs, Herbert. 2006. The Transfer of

Stress from Daily Hassles to the driving Environment in a Fleet Sample.

Proceedings Australian Road Safety Research, Policing and Education

Conference, Gold Coast, Queensland

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Terjemahan oleh Kwan

Men Yon, Edisi 4, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

Seibokaite, L., et al. 2014. Aggressiveness as Proximal and Distal Predictor of

Risky Driving in the Context of Other Personality Traits. International

Journal of Psychology and Behavioral Science, 4(2) pp:57-69

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suhendra, E.S. 2013. “Regresi dan korelasi.” Materi PPT Universitas Gunadarma.

Diakses melalui http://susys.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33301/(6)

Regresi+Korelasi.ppt tanggal 31 Mei 2015

Tasca, L. 2000. A review of the literature on aggressive driving research.

(Online). Diakses tanggal 30 September 2015 diperoleh dari

http://www.stopandgo.org/news/

Triana, EPY., dkk. 2013. Pemodelan Jumlah Kecelakaan Pengendara Sepeda Motor di

Daerah Black Spot Kota Malang Menggunakan Generalized Poisson

Regression. Jurnal Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Malang pp: 185-188

Page 29: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

21

Utami, N. 2010. Hubungan Persepsi Resiko Kecelakaan Dengan Aggressive

Driving Pengemudi Motor Remaja. Skripsi (diterbitkan). Jakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hiddayatullah Jakarta

Yusuf, M.A. 2010. Metodologi Penelitian, Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press

Page 30: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

22

LAMPIRAN

Page 31: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

23

TRY OUT INSTRUMEN SELF-CONTROL DAN PERILAKU AGGRESSIVE

DRIVING

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jl. Raya Tlogomas GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM

Kepada Yth.

Anggota Komunitas Motor Kota Malang

Di Tempat

Bersama ini saya :

Nama : Erick Febrianto

Nim : 201110230311044

Keterangan : Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang

Untuk keperluan penelitian yang saya lakukan, maka saya mohon Saudara

berkenan mengisi kuesioner ini. Semua informasi dari kuesioner ini terjamin

kerahasiannya. Kuesioner ini dilakukan untuk kepentingan saya pribadi. Tidak

lupa saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi

kuesioner ini.

Hormat Saya,

Erick Febrianto

Page 32: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

24

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama menjadi anggota : (tahun)

Jabatan dalam komunitas :

Lama menggunakan sepeda motor : (tahun)

Lama mahir berkendara : (tahun)

Petunjuk Pengisian Kuesioner Tertutup

Mohon berikan jawaban atas pernyataan dalam kuesioner dengan memberikan

tanda (√) pada skala 1-5 yang sudah tersedia. Pemberian skor terhadap masing-

masing jawaban responden memiliki arti sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Kurang Setuju (KS) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

Penilaian terhadap pernyataan tersebut diharapkan sesuai dengan keadaan

sesungguhnya yang pernah dan biasa Anda alami dan lakukan.

No. Variabel Aspek Indikator

Konfirmasi Responden Atas

Pernyataan

SS S KS TS STS

A Perilaku Aggresive Driving (Y)

1 Melewati jalan

yang tidak boleh

dilalui

Saya merasa senang dan terpacu

untuk menyalip di tikungan yang

baru pertama kali dilewati 1

2 Saya menyalip lewat bahu jalan yang

sempit dan naik turun trotoar saat

kondisi macet 1

3 Saya menerobos jalur satu arah

karena lebih dekat jarak tempuhnya

ke tempat janjian 1

4 Saya sering melewati jalur fly over

yang melarang sepeda motor untuk

melintas 1

5 Saya melintas di jalur khusus roda 4

karena lebih leluasa 1

6 Saya berkendara dengan kecepatan

rendah di jalur kanan 1

Page 33: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

25

7 Menyalip

pengendara lain

dengan cara yang

berbahaya

Saya mengendarai sepeda motor

berpindah-pindah jalur tanpa melihat

kendaraan lain melalui kaca spion 2

8 Saya sering menyalip dengan

kecepatan tinggi saat kondisi jalanan

padat di jalur kanan tanpa

menggunakan lampu sen 2

9 Saya terbiasa memotong kendaraan

lain dengan jarak dekat 2

10 Saya selalu menggunakan

kesempatan sekecil apapun untuk

menyalip kendaraan lain meskipun

ada kendaraan dari arah berlawanan

yang berjarak sangat dekat 2

11 Saya terbiasa menyalip kendaraan

lain dari sebelah kiri 2

12 Saya tanpa segan berbelok atau

berhenti mendadak setelah menyalip 2

13 Saya menyalip kendaraan besar

tanpa membunyikan klakson atau

isyarat lainnya 2

14 Berkendara

dengan kecepatan

tinggi

Saya berkendara dengan kecepatan

tinggi di jalan rawan kecelakaan

dengan kondisi rem sepeda motor

pakem 3

15 Saya memacu motor dengan

kecepatan tinggi agar tidak terlambat

sampai ditempat tujuan 3

16 Saat berkendara, saya

membayangkan sedang beradu

kecepatan dengan pengendara yang

lain di jalan 3

17 Saya senang berkendara di belakang

mobil ambulance yang sedang

melaju kencang 3

18 Saya selalu menyalakan lampu sen

kanan agar tidak ada kendaraan yang

menghalangi laju motor saya 3

19 Saya terbiasa berkendara dengan

kecepatan semaksimal mungkin 3

20 Saya sengaja memainkan gas untuk

menantang pengendara lain yang

berkendara dengan pelan 3

Page 34: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

26

21 Menerobos rambu

lalu lintas

Saya berputar arah meski terdapat

rambu dilarang berputar agar cepat

sampai ke tempat tujuan 4

22 Saya memajukan motor sedikit demi

sedikit hingga menjadi yang terdepan

saat lampu merah masih menyala 4

23 Saya sering tidak sabar dan langsung

belok kiri tanpa menunggu lampu

menjadi hijau meskipun ada rambu

belok kiri mengikuti isyarat lampu 4

24 Saya terpacu untuk menerobos

lampu merah di perempatan rawan

kecelakaan yang tidak terdapat pos

polisi 4

25 Saya berhenti di tempat teduh untuk

menerima telepon atau membalas

sms meskipun ada tanda dilarang

berhenti 4

26 Saya melawan arus pelan-pelan hingga

sampai pada tempat putar arah 4

27 Saya tidak mempedulikan tanda

batas kecepatan maksimal disuatu

wilayah 4

28 Meluapkan

kemarahan saat di

jalan

Saya melotot dengan geram pada

pengendara lain yang hampir

menyerempet kendaraan saya 5

29 Saya mengutuk pengendara yang

menyerobot jalur saya secara tiba-

tiba tanpa memberikan tanda 5

30 Saya memaki pengendara lain yang

membuat saya terpaksa mengerem

kendaraan secara mendadak 5

31 Saya membunyikan klakson

berulang kali untuk mengungkapkan

kekesalan saya terhadap kemacetan 5

32 Saya sengaja memainkan gas tanda

menantang pengendara lain ketika

mereka menyalip dengan seenaknya 5

33 Saya menghentikan pengendara lain

yang menabrak kendaraan saya dan

menantangnya berduel tanpa basa-

basi 5

34 Saya mengacungkan tinju sambil

menyalip sebagai bentuk protes saya

karena kendaraan yang saya salip

tidak segera memberi jalan 5

Page 35: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

27

35 Menghalangi

jalan pengendara

lain untuk

mendahului

Saya cenderung membuat kendaraan

lain tidak dapat masuk jalur dengan

menaikkan kecepatan dan

mengklakson terus menerus 6

36 Saya tidak suka memberikan celah

kepada pengendara lain agar dapat

masuk ke dalam jalur saat kondisi

macet 6

37 Saya menambah kecepatan ketika

mendekati persimpangan agar

pengendara lain tidak dapat

memotong masuk ke jalur saya 6

38 Saya sering mengemudikan motor

berjajar dengan teman sambil

mengobrol 6

39 Saya menyalakan lampu sen kanan

dan berkendara dijalur kanan agar

tidak ada yang menyalip 6

40 Saya sengaja tidak memberikan

kesempatan pengendara lain yang

memacu motornya dengan kencang

untuk menyalip motor saya 6

B Self-Control (X)

1 kemampuan

mengontrol

perilaku

Saya mampu menahan diri untuk

tidak beradu kecepatan ketika ada

kendaraan lain yang menyalip motor

saya 1

2 Saya tetap waspada dan tidak

terpengaruh ketika ada pengendara

lain yang ugal-ugalan di jalan 1

3 Saya tidak melayani adu balap ketika

ada yang menantang dengan

memainkan gas motornya 1

4 Saya menjaga jarak dan laju motor

terhadap kendaraan besar 1

5 Saya tetap berada dibelakang garis

batas meski ada kendaraan yang

maju perlahan di lampu merah 1

6 Saya memutar agak jauh sesuai

dengan adanya tanda putar arah 1

7 Selain menyalakan lampu sen kanan,

saya selalu mengklakson sebagai

tanda akan menyalip 1

Page 36: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

28

8 Saya memilih berhenti memberi jalan

sesuai arahan petugas parkir ketika ada

kendaraan akan keluar area parkir 1

9 kemampuan

mengontrol

stimulus

Saya menepi dan memberikan jalan

ketika ada mobil ambulance melaju

di jalan 2

10 Saya tetap berada di badan jalan saat

macet meski ada kesempatan untuk

melintas trotoar 2

11 Saya tidak menyalip kendaraan besar

meski mereka melaju perlahan 2

12 Saya tidak melayani tantangan adu cepat

teman meski kondisi jalan sedang sepi 2

13 Saya waspada dan siap berhenti

ketika lampu kuning menyala 2

14 Saya berkendara dengan pelan

dibelakang motor ibu-ibu yang

menyala lampu sen kanannya 2

15 Saya tetap berhenti dengan tenang

meski ada yang memaki karena saya

tidak segera maju di lampu merah 2

16 Dimalam hari, ketika akan menyalip

saya menyalakan lampu jarak jauh

daripada membunyikan klakson 2

17 kemampuan

mengantisipasi

peristiwa

Saya terbiasa menjaga jarak sebelum

menyalip ketika berkendara di

belakang kendaraan besar 3

18 Saya berangkat ke tempat janjian

lebih awal agar bisa berkendara

dengan tenang tanpa memacu

kecepatan berlebih 3

19 Saya selalu memakai helm meski

jarak yang saya tuju dekat 3

20 Saya selalu melihat kaca spion

sebelum berbelok, menyalip maupun

berhenti 3

21 Saya tidak pernah lupa mengecek

kondisi lampu motor sebelum

mengendarainya 3

22 Saya selalu mengenakan alat

pelindung diri (jaket, masker, sarung

tangan) ketika mengendarai motor 3

23 Saya membunyikan klakson ketika

akan menyalip motor yang lampu

sen kanan menyala tapi tidak segera

ke jalur kanan 3

Page 37: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

29

24 Saya tidak akan menyalip kendaraan

apapun sampai jarak pandang saya

bebas dan luas 3

25 kemampuan

menafsirkan

peristiwa

Saya mematuhi arahan petugas yang

berwenang ketika ada pawai

melintas di jalan meski sedang

terburu-buru 4

26 Saya mematuhi aturan rambu dengan

mengurangi kecepatan saat berada di

zona sekolah meskipun saya

melintas bukan pada jam sekolah 4

27 Saya lebih berhati-hati dalam

berkendara ketika ada tanda

peringatan masuk daerah rawan

kecelakaan 4

28 Saya selalu menyiapkan kunci dan

peralatan montir sederhana kemanapun

saya pergi mengendarai motor 4

29 Saya selalu meng-update berita

terkini mengenai kondisi arus lalu

lintas 4

30 Saya tidak terbiasa mengobrol

dengan teman ketika berkendara 4

31 Saya berusaha mencari jalan

alternatif ditengah kemacetan 4

32 Saya menunggu hujan agak reda

sebelum melanjutkan perjalanan 4

33 kemampuan

mengambil

keputusan

Saya mengambil jalur alternatif

ketika arus di depan terlihat padat

merayap 5

34 Saya segera menyalip kendaraan

besar ketika sopir memberikan kode

untuk menyalip 5

35 Saya tidak segan untuk mengalah

memberikan jalan agar kemacetan

segera terurai 5

36 Saya mengklakson pengendara yang

ragu untuk berbelok atau tidak agar

segera menentukan pilihannya

sebelum saya menyalip 5

37 Saya berhenti sejenak pada rest area

ketika merasa kurang fokus dijalan 5

38 Saya memilih jalan alternatif meski

lebih jauh tetapi kondisi jalannya

lancar 5

Page 38: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

30

39 Saya tidak pernah mau membonceng

teman yang tidak mau memakai

helm dan APD 5

40 Saya memilih damai dan mau

memperbaiki motor yang rusak

terserempet motor saya 5

Page 39: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

31

DATA AGGRESSIVE DRIVING

resp/item

y1

y2

y3

y4

y5

y6

y7

y8

y9

y10

y11

y12

y13

y14

y15

y16

y17

y18

y19

y20

y21

y22

y23

y24

y25

y26

y27

y28

y29

y30

y31

y32

y33

y34

y35

y36

y37

y38

y39

1 2 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 4

2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1

3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 3 4

5 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

6 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 2 4 2 2 2 2 4 1 1

7 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 4 2 1 2 2 2 2 2 2 4

8 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 2 4 2

9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 4 4 3 2 2 2 2 4

10 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 2 2

11 3 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2

12 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2

13 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2

14 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2

15 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2

16 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2

17 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2

19 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 1 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2

20 2 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 1

31

Page 40: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

32

21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 4 4 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2

22 2 3 2 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2

23 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4

24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2

25 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 1

26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2

27 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

28 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1

29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 5 4 4 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4

30 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2

31 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 1 2 1 2 1 2 2 2 5 5 5

32 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2

33 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2

34 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 4

35 5 4 5 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2

36 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 1 3 4 1 2 3 2 2 2 2 3 2

37 4 5 2 2 5 3 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 4 3 3

38 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 4 3

39 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 3 3 2

40 2 2 2 3 2 2 5 4 5 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 4 4

41 4 3 4 4 4 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 3 4 1 2 2 3 2

42 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 2 2 2 2

43 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 2 2 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 4 2 4 4

44 3 3 2 3 2 2 3 4 3 2 4 3 2 2 2 2 4 4 4 3 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 2

45 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 4 2 1 1 1

32

Page 41: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

33

46 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2

47 2 2 2 2 2 2 4 5 2 2 5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2

48 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2

49 4 4 4 3 4 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 5 4 5 2 2 3 2 2 1 2 2 4 4 3 4 2 2 2

50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

51 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 2 3 2

52 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 2

53 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 4

54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3

55 2 2 2 3 2 2 4 2 3 3 2 2 4 4 4 3 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 4

56 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3

57 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3

58 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

59 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1

60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1

33

Page 42: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

34

DATA SELF-CONTROL

resp/item

x1

x2

x3

x4

x5

x6

x7

x8

x9

x10

x11

x12

x13

x14

x15

x16

x17

x18

x19

x20

x21

x22

x23

x24

x25

x26

x27

x28

x29

x30

x31

x32

x33

x34

x35

x36

1 2 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 4 3 1

2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3

3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 3 3 3 3 3

5 2 2 1 2 2 2 1 3 4 1 3 3 3 3 3 2 1 1 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3

6 4 5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3

7 1 1 3 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 1 4 2 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4

8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3

9 4 5 5 5 4 4 5 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3

10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3

11 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 1 1 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3

12 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 2 4 4 4 3 4 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3

13 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 1 3 1 1 2 3 1 2

14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2

15 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 3 3 2

16 5 4 4 4 4 4 4 2 1 1 2 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3

17 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4

18 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 2 4 4 3 3

19 3 3 2 4 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 1 1 4 4 4 4 4 2

20 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 1 1 3 2 3 3 2 3 3

34

Page 43: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

35

21 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4

23 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

24 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 4 3 4

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

26 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4

27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4

28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4

29 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4

30 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4

31 3 2 3 2 3 2 2 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4

32 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 1 2 1 3 3 2 4 4 4

33 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4

34 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 2 2 3

35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4

36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 5 5 4 3 4 4 3 2 3 4 2 3 4 5 5

37 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 1 2 1

38 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 5 4 5

39 3 3 3 2 4 3 3 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5

40 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2

41 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 2

44 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4

45 2 2 1 2 2 2 1 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 4

35

Page 44: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

36

46 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4

47 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4

48 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2

49 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 4 4 4

50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4

51 4 3 2 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 2

52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3

53 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

54 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4

55 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

56 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4

57 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

59 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

60 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

36

Page 45: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

37

Hasil Validitas dan Reabilitas

Hasil Uji Validitas Variabel Agressive Driving

No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan

1 0.656 Valid 21 0.765 Valid

2 0.612 Valid 22 0.821 Valid

3 0.610 Valid 23 0.838 Valid

4 0.726 Valid 24 0.888 Valid

5 0.577 Valid 25 0.858 Valid

6 0.517 Valid 26 0.732 Valid

7 0.706 Valid 27 0.775 Valid

8 0.619 Valid 28 0.645 Valid

9 0.613 Valid 29 0.576 Valid

10 0.752 Valid 30 0.534 Valid

11 0.857 Valid 31 0.671 Valid

12 0.643 Valid 32 0.634 Valid

13 0.800 Valid 33 0.517 Valid

14 0.435 Tidak Valid 34 0.573 Valid

15 0.824 Valid 35 0.632 Valid

16 0.770 Valid 36 0.501 Valid

17 0.755 Valid 37 0.556 Valid

18 0.719 Valid 38 0.537 Valid

19 0.698 Valid 39 0.531 Valid

20 0.666 Valid 40 0.644 Valid

Dari hasil uji coba instrumen kepada 40 orang anggota klub motor di Kota

Malang, Skala aggresive driving yang berisi 40 berdasarkan perhitungan validitas

dari 40 aitem didapatkan hasil sebanyak 1 aitem dinyatakan tidak valid dan 39

aitem dinyatakan valid. Butir yang valid tersebut adalah nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30,

31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Butir yang gugur adalah nomor: 14. Setelah

diketahui aitem yang valid, maka dilakukan penyusunan kembali skala agrresive

driving berjumlah 39 aitem.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

38

Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control

No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan

1 0.745 Valid 21 0.791 Valid

2 0.808 Valid 22 0.548 Valid

3 0.881 Valid 23 0.775 Valid

4 0.755 Valid 24 0.570 Valid

5 0.880 Valid 25 0.731 Valid

6 0.831 Valid 26 0.843 Valid

7 0.563 Valid 27 0.831 Valid

8 0.466 Tidak Valid 28 0.849 Valid

9 0.687 Valid 29 0.761 Valid

10 0.603 Valid 30 0.599 Valid

11 0.720 Valid 31 0.737 Valid

12 0.682 Valid 32 0.761 Valid

13 0.638 Valid 33 0.369 Tidak Valid

14 0.530 Valid 34 0.647 Valid

15 0.572 Valid 35 0.759 Valid

16 0.498 Tidak Valid 36 0.807 Valid

17 0.297 Tidak Valid 37 0.787 Valid

18 0.694 Valid 38 0.769 Valid

19 0.745 Valid 39 0.822 Valid

20 0.724 Valid 40 0.508 Valid

Skala self-control berisi 40 aitem yang berdasarkan perhitungan validitas

didapatkan hasil sebanyak 4 aitem dinyatakan tidak valid/ gugur dan 36 aitem

dinyatakan valid. Butir yang valid tersebut adalah nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21,22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35,

36, 37, 38, 39, 40. Butir yang gugur adalah nomor: 8, 16, 17, 33. Setelah

diketahui aitem yang valid, maka dilakukan penyusunan kembali skala dengan

memberikan nomor urut baru sehingga skala self-control berjumlah 36 aitem.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

39

Hasil Uji Reliabilitas

a. Variabel Aggresive Driving

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100,0

Excluded(a) 0 ,0

Total 40 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,777 39

Berdasarkan hasil dari perhitungan reliabilitas, maka diperoleh 39 aitem valid

pada skala aggresive driving memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,777 (layak

digunakan).

b. Variabel Self-control

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100,0

Excluded(a)

0 ,0

Total 40 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,769 36

Berdasarkan hasil dari perhitungan reliabilitas, maka diperoleh 36 aitem valid

pada skala self-control memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,769 (layak

digunakan).

Page 48: HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU …eprints.umm.ac.id/34378/1/jiptummpp-gdl-erickfebri-44433-1-skripsi-k.pdf · Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive

40

HASIL ANALISIS DATA

Linieritas ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

aggressive_driving * self_control

Between Groups

(Combined) 5392,350 35 154,067 1,584 ,121

Linearity 2231,628 1 2231,628 22,945 ,000

Deviation from Linearity

3160,722 34 92,962 ,956 ,556

Within Groups 2334,250 24 97,260

Total 7726,600 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

aggressive_driving * self_control -,537 ,289 ,835 ,698

Uji korelasi

Correlations

self_control aggressive_driving

self_control Pearson Correlation 1 -,537(**)

Sig. (2-tailed) ,000

N 60 60

aggressive_driving Pearson Correlation -,537(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 60 60

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).