HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANGTUA … · masa dewasa. Masa ini mencakup perubahan...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANGTUA … · masa dewasa. Masa ini mencakup perubahan...
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANGTUA DAN
KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA PERTENGAHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Lintang Hari Tanhanasashi Purnama
NIM : 139114024
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat,
ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang
mengetuk, baginya pintu dibukakan.
(Matius 7:7-8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk papa, mama, dan adik-adikku yang aku
sayangi, terimakasih untuk segala bentuk dukungan, doa, dan perhatian yang telah
dicurahkan bagiku.
Teruntuk saudaraku, para sahabat serta teman-temanku seperjuangan,
terimakasih atas segala bentuk dukungan yang diberikan.
Teruntuk diri saya sendiri, terimakasih untuk semua bentuk usaha yang
telah dilakukan, sehingga tugas akhir ini dapat selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANGTUA DAN
KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA PERTENGAHAN
Lintang Hari Tanhanasashi Purnama
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional pada remaja pertengahan. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh
otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional pada remaja pertengahan. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 182 remaja pertengahan yang berusia 15
hingga 18 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala pola asuh
otoritatif orangtua yang terdiri dari skala pola asuh otoritatif ayah dan skala pola
asuh ototitatif ibu serta skala kecerdasan emosional. Skala pola asuh otoritatif
ayah memiliki koefisien reliabilitas sebesar (α = 0,909), skala pola asuh otoritatif
ibu sebesar (α = 0,902), dan skala kecerdasan emosional sebesar (α = 0,901).
Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho karena persebaran
data bersifat tidak normal. Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi positif
yang signifikan antara pola asuh otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional,
yaitu sebesar r = 0,478 dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05), sehingga hipotesis
dalam penelitian ini diterima. Lebih lanjut hasil analisis korelasi pada masing-
masing pola asuh otoritatif orangtua mendapatkan hasil yaitu pola asuh otoritatif
ayah r = 0,462 dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05), pola asuh otoritatif ibu r =
0,449 dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orangtua dan
kecerdasan emosional. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa semakin remaja
pertengahan mengalami pola asuh orangtua yang otoritatif maka semakin tinggi
kecerdasan emosional yang dimiliki.
Kata kunci : pola asuh otoritatif orangtua, kecerdasan emosional, remaja
pertengahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN AUTHORITATIVE PARENTING AND
EMOTIONAL INTELLIGENCE IN MIDDLE ADOLESCENTS
Lintang Hari Tanhanasashi Purnama
ABSTRACT
This research is aimed to know the correlation between authoritative
parenting and emotional intelligence in middle adolescents. Hypothesis that
proposed in this research is there was a positive correlation between authoritative
parenting and emotional intelligence in middle adolescents. This research was a
quantitative research with correlational method. Subject in this research was 182
middle adolesents aged 15 to 18 years old. Data instrument be used were the
scale of authoritative parenting that consist of father’s authoritative parenting
scale, mother’s authoritative parenting scale and emotional intelligence scale.
The reliability coefficient of father’s authoritative parenting scale was (α =
0,909), the reliability coefficient of mother’s authoritative parenting scale was (α
= 0,902), and the reliability coefficient of emotional intelligence scale was (α =
0,901). The tecnique of analysis data being used was Spearman’s Rho correlation
test because data on were not normal. The result of data analyze showed that
there was a significant positive correlation between authoritative parenting and
emotional intelligence, that the score of correlation was r = 0,478 (p < 0,05). So,
the hypothesis in this research was accepted. Further, this research also analysis
correlation in each authoritative parenting, the result of score correlation father’s
authoritative parenting was r = 0,462 (p < 0,05), mother’s authoritative
parenting was r = 0,449 (p < 0,05). The result indicated a positive correlation
between authoritative parenting and emotional intelligence. It was means that the
more middle adolescents experience authoritative parenting, the higher level of
emotional intelligence.
Keywords : authoritative parenting, emotional intelligence, middle adolescents
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
yang telah melimpahkan berkat, kasih, serta bimbinganNya kepada saya selama
proses penulisan skripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara
Pola Asuh Otoritatif Orangtua dan Kecerdasan Emosional pada Remaja
Pertengahan” ini dapat terselesaikan.
Saya juga menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tak langsung. Oleh karena
itu, saya ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.App., Ph.D. selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dr. Maria Laksmi Anantasari, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
Terimakasih banyak atas segala bentuk dukungan, nasehat, saran, serta telah
dengan sabar membimbing dan membantu saya menulis dari awal hingga
berproses sampai akhir.
4. Bapak Minta Istono, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas
dukungan motivasi dan nasehat yang diberikan selama perkuliahan.
5. Dosen-dosen dan staff Fakultas Psikologi atas ilmu-ilmu Psikologi yang
telah diajarkan dan nasehat yang diberikan selama proses perkuliahan.
6. Papa dan mama tersayang. Terimakasih atas segala bentuk dukungan,
perhatian, kasih sayang dan doa-doa yang diberikan selama proses
pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
7. Adik-adik dan sepupu-sepupu tersayang: Wulan, Dimas, Tevtia, Nissa,
Bimo, Koh Yen, dan Mbak Ganes. Terimakasih atas segala bentuk
dukungan, semangat, serta doa-doa yang diberikan.
8. Para sahabat SMA: Era, Hana, dan Kirana, atas segala bentuk dukungan dan
waktu yang diberikan ketika membantu peneliti mengambil data penelitian.
Terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Para sahabat masa kecil: Ayu dan Puspa, yang selalu menjadi tempat
sharing bagi peneliti. Terimakasih banyak atas waktu serta setiap dukungan
yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini.
10. Para sahabat semasa perkuliahan: Andina, Syifa, dan Jeje. Terimakasih
banyak untuk setiap waktu yang dihabiskan bersama, untuk setiap canda dan
tawa, untuk setiap dukungan semangat, perhatian dan doa yang diberikan
selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
11. Sobat seperjuangan mengerjakan skripsi: Elcia dan Anas, yang selalu
menjadi tempat sharing bagi peneliti, terimakasih telah menemani peneliti
ketika menghadapi masa sulit, dan terimakasih pula untuk setiap motivasi
yang diberikan selama proses pengerjaan skripsi.
12. Teman-teman dekat semasa perkuliahan: Phina, Nia, Monica, Tasya, Mita,
Visky, Panca, dan Aji. Terimakasih banyak untuk segala bantuan, dukungan
serta hiburan yang diberikan selama proses pengerjaan skripsi ini hingga
selesai.
13. Teman-teman Psikologi kelas C. Terimakasih atas dinamikanya selama
proses perkuliahan dan segala bentuk dukungan yang diberikan kepada
peneliti.
14. Panti KPU 2017: Vea, Hans, Niko, Intan, Dito, Dea, Detta, Gorbi, Novi, dan
Bambang. Terimakasih untuk dukungan semangat yang diberikan selama
proses pengerjaan skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan bimbingan Bundadari: Redita, Nia, Vivi,
Praswin, Dhani, Tom, dan Ariston. Terimakasih untuk setiap saran,
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
16. Ibu Dra. Baniyah selaku kepala sekolah SMA Negeri 11 Yogyakarta dan
Ibu Dra Hermintarsih selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Sleman yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
di sekolah yang beliau-beliau pimpin.
17. Seluruh responden dalam penelitian ini, terimakasih atas partisipasinya
dalam mengisi skala-skala dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 13
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
1. Manfaat teoretis ...................................................................... 13
2. Manfaat praktis ....................................................................... 14
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 15
A. Kecerdasan Emosional ................................................................. 15
1. Definisi kecerdasan emosional ............................................... 15
2. Aspek-aspek kecerdasan emosional ....................................... 16
3. Faktor-faktor pembentuk kecerdasan emosional ................... 18
B. Pola Asuh Otoritatif ..................................................................... 20
1. Definisi pola asuh otoritatif .................................................... 20
2. Aspek-aspek pola asuh otoritatif ............................................ 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Perkembangan remaja pertengahan .............................................. 22
D. Dinamika hubungan ..................................................................... 25
E. Skema penelitian .......................................................................... 30
F. Hipotesis ....................................................................................... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 31
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 31
B. Identifikasi Variabel .................................................................... 31
C. Definisi Operasional ................................................................... 31
1. Pola asuh otoritatif orangtua ................................................. 31
2. Kecerdasan emosional ........................................................... 32
D. Subjek Penelitian ......................................................................... 32
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 33
1. Skala pola asuh otoritatif orangtua ...................................... 35
2. Skala kecerdasan emosional ................................................ 36
F. Mutu Alat Ukur ........................................................................... 36
1. Validitas ............................................................................... 36
2. Kuantifikasi validitas isi ...................................................... 37
3. Seleksi item .......................................................................... 38
4. Reliabilitas ........................................................................... 42
G. Metode Analisis Data .................................................................. 43
1. Uji asumsi ............................................................................ 43
2. Uji hipotesis ......................................................................... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 45
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 45
B. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................... 46
C. Deskripsi Data Penelitian......................................................... 47
D. Analisis Data ............................................................................. 49
1. Uji asumsi ............................................................................ 49
2. Uji hipotesis ......................................................................... 50
E. Analisis Tambahan ................................................................... 52
F. Pembahasan .............................................................................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
G. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 65
A. Kesimpulan ............................................................................... 65
B. Saran ......................................................................................... 65
1. Bagi remaja........................................................................... 65
2. Bagi penelitian selanjutnya .................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................................ 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemberian nilai skor skala likert ............................................... 34
Tabel 2. Blueprint skala pola asuh otoritatif ayah sebelum uji coba ....... 35
Tabel 3. Blueprint skala pola asuh otoritatif ibu sebelum uji coba ......... 36
Tabel 4. Blueprint skala kecerdasan emosional sebelum uji coba .......... 36
Tabel 5. Blueprint skala pola asuh otoritatif ayah setelah uji coba ......... 39
Tabel 6. Blueprint skala pola asuh otoritatif ayah setelah uji coba ......... 39
Tabel 7. Blueprint skala pola asuh otoritatif ibu setelah uji coba ........... 40
Tabel 8. Blueprint skala pola asuh otoritatif ibu setelah uji coba ........... 40
Tabel 9. Blueprint skala kecerdasan emosional setelah uji coba ............ 41
Tabel 10. Blueprint skala kecerdasan emosional setelah uji coba ............ 41
Tabel 11. Deskripsi subjek penelitian ....................................................... 47
Tabel 12. Hasil mean empirik dan mean teoretik ...................................... 48
Tabel 13. Hasil uji normalitas ................................................................... 49
Tabel 14. Hasil uji linearitas kecerdasan emosional dengan pola asuh
otoritatif ayah dan ibu ...............................................................
50
Tabel 15. Hasil uji korelasi kecerdasan emosional dengan pola asuh
otoritatif ayah dan ibu...............................................................
51
Tabel 16. Hasil sumbangan variabel pola asuh otoritatif orangtua............ 52
Tabel 17. Hasil uji korelasi masing-masing skala otoritatif orangtua ....... 53
Tabel 18. Kategorisasi tingkat pola asuh otoritatif ayah pada remaja
pertengahan ...............................................................................
54
Tabel 19. Kategorisasi tingkat pola asuh otoritatif ibu pada remaja
pertengahan ...............................................................................
55
Tabel 20. Kategorisasi tingkat kecerdasan emosional pada remaja
pertengahan ...............................................................................
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Uji Coba Penelitian ..................................................... 75
Lampiran 2. Reliabilitas Skala Penelitian ................................................. 89
Lampiran 3. Skala Penelitian .................................................................... 97
Lampiran 4. Hasil Uji Mean Empirik dan Mean Teoretik ........................ 109
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas ............................................................. 112
Lampiran 6. Hasil Uji Linearitas ............................................................... 114
Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis 116
Lampiran 8. Hasil Sumbangan Variabel Pola Asuh Orangtua terhadap
Variabel Kecerdasan Emosional ..........................................
118
Lampiran 9. Hasil Uji Korelasi Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah dan
Ibu dengan Skala Kecerdasan Emosional ............................
120
Lampiran 10. Form Penilaian Validitas Isi Skala Kecerdasan Emosional.. 122
Lampiran 11. Form Penilaian Validitas Isi Skala Pola Asuh Orangtua ..... 132
Lampiran 12. Hasil Perhitungan IVI-I dan IVI-S Skala Kecerdasan
Emosional ............................................................................
140
Lampiran 13. Hasil Perhitungan IVI-I dan IVI-S Skala Pola Asuh
Otoritatif Orangtua ...............................................................
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Penelitian ............................................................ 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Masa ini mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-
emosional serta berlangsung antara usia 12 hingga 23 tahun. Masa remaja
juga ditandai dengan adanya ketegangan emosi serta perubahan suasana hati
yang disebut dengan istilah strom dan stress (Hall, dalam Santrock 2003).
Masa remaja berada pada tahap identitas versus kebingungan identitas
(Erikson, dalam Santrock 2007). Remaja berusaha menemukan siapakah
mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka
dalam menjalani hidup. Remaja juga dihadapkan pada berbagai peran, mulai
dari peran pekerjaan hingga peran relasi romantik. Remaja seringkali
bereksperimen dengan berbagai peran dalam proses pencarian identitas
budayanya. Remaja yang berhasil menerima dan mengatasi peran-peran yang
saling berkonflik dapat beridentifikasi dengan sebuah penghayatan mengenai
diri yang baru. Remaja yang gagal dalam mengatasi krisis identitas akan
mengalami kebingungan identitas yang berakibat pada pembentukan identitas
diri yang negatif. Identitas diri yang negatif memungkinkan remaja
mengambil peran sebagai delinkuen atau kenakalan (Erikson, dalam Gunarsa
2004).
Kenakalan remaja mencapai puncaknya pada usia 15 tahun dan
kemudian mereda (Petersen, dalam Papalia 2008). Usia 15 tahun tergolong
dalam tahap perkembangan remaja pertengahan (Monks, Knoers & Haditono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2004). Kenakalan remaja adalah perbuatan melanggar norma, aturan, atau
hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja (Marliani, 2016).
Contoh kenakalan remaja sangat luas yakni mulai dari membolos, minum-
minuman keras di bawah batas usia yang diperbolehkan, mencuri, hingga
tindakan yang berujung pada kekerasan. Data Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa jumlah kekerasan antar siswa
meningkat setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2013, telah terjadi 255 kasus
kekerasan yang menewaskan 20 siswa di seluruh Indonesia. Jumlah ini
hampir dua kali lipat lebih banyak dari tahun 2012 yang mencapai 147 kasus
dengan jumlah tewas mencapai 17 siswa. Tahun 2014 lalu, KPAI telah
menerima 2.737 kasus atau 210 kasus setiap bulannya, termasuk kasus
kekerasan dengan pelaku anak-anak yang ternyata naik hingga 10 persen.
KPAI bahkan memprediksi tahun 2015 angka kekerasan dengan pelaku anak-
anak, akan meningkat sekitar 12 hingga 18 persen (Kompasiana, 25 Mei
2016).
Fenomena kekerasan antar pelajar di Yogyakarta semakin
memprihatinkan. Kapolda DIY Brigjen (Pol) Ahmad Dofiri mengemukakan
bahwa fenomena kekerasan pelajar yang dikenal dengan istilah klitih
mengalami peningkatan. Kapolda DIY Brigjen (Pol) Ahmad Dofiri
mengungkapkan bahwa klitih identik dengan segerombolan remaja yang ingin
melukai atau melumpuhkan lawannya dengan kekerasan. Ironisnya klitih juga
sering kali melukai lawannya dengan benda-benda tajam seperti: pisau, gir,
pedang samurai, dll. Selama tahun 2016, jumlah kasus klitih meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menjadi 43 kasus dan menyebabkan seorang pelajar tewas dikeroyok.
Ironisnya, para pelaku masih berusia 14 hingga 18 tahun. Polisi mendapati
dua bilah senjata tajam jenis celurit ketika menangkap pelaku. Pelaku
menggunakan salah satu senjata tajam tersebut untuk membacok korban
(Detik News, 29 Desember 2016). Pada bulan Maret tahun 2017, telah
kembali terjadi penganiayaan pelajar. Korban sempat dipukul menggunakan
helm dan ditendang sepeda motornya hingga terjatuh. Pelaku kemudian
memukuli korban hingga korban mengalami luka-luka (Koran Sindo, 21
Maret 2017). Pada tahun 2018, polisi telah kembali menangkap empat
anggota gerombolan klitih atas kasus kepemilikan senjata tajam. Keempat
pelaku yang tergolong masih remaja ini diamankan karena terbukti sebagai
pemilik pedang, celurit, kapak serta sabuk berkepala gir. Hasil interogasi dan
pemeriksaan membuktikan bahwa beberapa senjata tajam tersebut akan
digunakan untuk tawuran dengan kelompok lain (KRJogja, 16 Maret 2018).
Berdasarkan fenomena klitih yang telah dibahas sebelumnya, salah
satu faktor yang terkait dengan fenomena klitih adalah sisi emosional remaja
yang berkontribusi terhadap perkembangan identitas remaja. Remaja
pertengahan pada rentang usia 15 sampai dengan 18 tahun, seharusnya telah
mampu mengarahkan dirinya dan mulai mengembangkan kematangan
tingkah laku Konopka dan Ingersoll (dalam Agustiani 2009), namun,
kenyataannya pada rentang usia tersebut remaja justru melakukan aksi klitih.
Berdasarkan hal tersebut, emosi menjadi bagian penting dalam tahap
perkembangan remaja. Goleman (1995) mendefinisikan emosi sebagai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
perasaan, pikiran yang khas, serta suatu keadaan biologis dan psikologis yang
mendorong seseorang untuk bertindak. Guna menghindari dan menyelesaikan
permasalahan yang terkait dengan emosi, hendaknya remaja tidak hanya
memerlukan kemampuan intelektual yang baik, melainkan juga kemampuan
mengelola emosinya atau kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional dijelaskan Goleman (1995) sebagai
kemampuan seseorang mengatur emosinya dengan inteligensi, menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kesadaran
diri mencakup kemampuan refleksi diri yang membantu pikiran merasakan
emosi yang sedang terjadi. Kemampuan pengendalian diri merupakan
pengendalian tindakan emosional yang berlebihan sehingga mampu
mengurangi munculnya kecemasan, amarah yang meluap-luap hingga
gangguan emosional yang berlebihan. Motivasi diri mencakup optimisme dan
harapan yang mendorong seseorang untuk mampu bertahan serta berusaha
bangkit ketika menghadapi kegagalan. Empati dijelaskan sebagai kemampuan
untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain (Goleman, 1995).
Empati dapat membantu anak bertingkah altruistik dan akhirnya
memunculkan rasa kemanusiaan ketika anak tersebut beranjak remaja
(Demon, dalam Santrock 2003). Keterampilan sosial merupakan kemampuan
terakhir yang menjadi hal penting dari kecerdasan emosional (Goleman,
1995). Kemampuan ini dijelaskan sebagai keterampilan berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
orang lain dan merupakan kecakapan sosial yang mendukung keberhasilan
dalam pergaulan.
Kemampuan-kemampuan yang merupakan aspek dari kecerdasan
emosional seperti kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial perlu dikembangkan guna meminimalkan terjadinya
perilaku kenakalan pada remaja. Hal tersebut didukung oleh studi terdahulu
oleh Shahzad, Salman, Begum, dan Khan (2013), yang menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara sifat kecerdasan emosional
dengan agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, permusuhan, dan total agresi
pada remaja di Karachi, Pakistan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional seorang remaja, maka
semakin rendah resiko melakukan agresi fisik pada orang lain.
Penelitian lain menemukan hasil bahwa kecerdasan emosional
berhubungan dengan tipe kepribadian. Penelitian James, Bore, dan Zito
(2012), menemukan hasil bahwa responden dengan kecerdasan emosional
tinggi cenderung lebih menyenangkan karena memiliki tipe kepribadian yang
cenderung extraversion, dan memiliki kecenderungan tipe kepribadian
neurotic yang rendah.
Penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional
berhubungan dengan bidang akademik remaja. Hasil penelitian Kumar,
Mehta, dan Maheshwari (2013), terhadap remaja di Jaipur India, menemukan
bahwa siswa dengan kecerdasan emosional tinggi memiliki motivasi
berprestasi yang lebih tinggi dan memiliki penyesuaian yang lebih baik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pendidikan dibandingkan siswa dengan kecerdasan emosional rendah.
Individu dengan kecerdasan emosional tinggi juga menunjukkan kinerja yang
lebih sukses daripada individu dengan kecerdasan emosional yang rendah
(Noorbakhsh, Besharat, & Zarei, 2010). Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa anak-anak dengan kecerdasan emosional rendah akan lebih mungkin
mengalami kesulitan untuk membuat pilihan sehingga merugikan diri sendiri,
memiliki permasalahan dalam menghadapi stres, cenderung pemarah
sehingga menjadi tidak bahagia (Sung, 2011).
Terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi perkembangan
kecerdasan emosional pada anak diantaranya karakter anak, neurofisiologi
dan tingkat kognitif anak (Eisenberg & Morris; Goldsmith & Davidson,
dalam Ulutas & Omeroglu, 2012). Tinggi rendahnya kecerdasan emosional
seorang anak juga tidak terlepas dari adanya pengaruh lingkungan sosial anak
yang meliputi hubungan dengan keluarga dan lingkungan pertemanan anak.
Lingkungan keluarga adalah yang terpenting dalam hal ini (Cole, Martin, &
Denis; Parke, Walden & Smith, dalam Ulutas & Omeroglu 2012). Keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memengaruhi
perkembangan emosi dan kompetensi sosial anak (Bhatia, 2012). Goleman
(1995), juga mengungkapkan bahwa kehidupan dalam keluarga merupakan
sekolah pertama seorang anak untuk mempelajari emosi. Seorang anak,
melalui lingkungan keluarga, dapat belajar bagaimana merasakan
perasaannya sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaannya,
sehingga pembentukan kecerdasan emosional berkaitan dengan pola asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang diterapkan oleh orangtua. Penting untuk mempelajari bagaimana anak-
anak dapat mengembangkan kecerdasan emosional yang baik, sementara
pembentukan kemampuan kecerdasan emosional dapat dilatih, disposisi
kepribadian dapat terbentuk melalui pengasuhan yang terkait dengan interaksi
anak dengan orangtua (Alegre, 2011). Jahja (2011) menambahkan bahwa
hubungan dengan orangtua atau pengasuh merupakan dasar bagi
perkembangan emosional dan sosial seorang anak. Berdasarkan hal tersebut,
pola asuh orangtua merupakan lingkungan sosial pertama dan dasar bagi
perkembangan emosional anak sebelum anak tersebut masuk dalam
lingkungan sosial pertemanan maupun lingkungan sekolah, sehingga peneliti
berfokus pada variabel pola asuh orangtua sebagai antecedent pembentuk
kecerdasan emosional pada remaja.
Pola asuh adalah cara orangtua membesarkan anak dengan memenuhi
kebutuhan, memberi perlindungan, mendidik, serta memengaruhi tingkah
laku anak dalam kehidupan sehari-hari (Baumrid, dalam Papalia 2014). Pola
asuh melibatkan proses mendidik, mendidik diartikan sebagai proses
memelihara dan memberi ajaran tidak hanya tentang kecerdasan pikiran
melainkan pula tentang akhlak (KBBI, 1995). Pola asuh dijelaskan oleh
Baumrind (1991) ke dalam tiga tipe yaitu, pengasuhan otoritarian, otoritatif
dan permisif. Pengasuhan otoritarian adalah pola yang membatasi dan bersifat
mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua. Orangtua otoritarian
membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya
melakukan sedikit komunikasi verbal. Pengasuhan otoritatif merupakan jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pengasuhan yang mendorong remaja untuk bebas namun orangtua tetap
memberikan batasan yang jelas dan tetap mengendalikan tindakan-tindakan
remaja. Orangtua otoritatif melakukan komunikasi verbal yang timbal balik
dan bersikap hangat pada remaja. Terdapat dua tipe dalam pengasuhan
permisif, yaitu permisif memanjakan dan pengasuhan permisif tidak peduli
Maccoby dan Martin (dalam Santrock 2003). Pada pola asuh permisif tidak
peduli, orangtua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan remaja,
sedangkan pada pola asuh permisif memanjakan, orangtua sangat terlibat
tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan remaja.
Baumrind (dalam Santrock 2003) meyakini bahwa orangtua
seharusnya tidak bersifat menghukum maupun menjauhi remaja, tetapi
sebaliknya yaitu membuat peraturan dan menyayangi mereka. Gray dan
Steinberg (dalam Papalia, Olds & Feldam 2008) menambahkan bahwa
sebagian besar remaja dapat menjadi unggul dalam bidang kehidupan jika
mereka memiliki orangtua yang responsif. Adanya tingkat responsif
(kehangatan) yang tinggi disertai dengan adanya tuntutan (kontrol) terhadap
perilaku anak adalah dua ciri yang mendeskripsikan pola asuh otoritatif
(Baumrind, 1971). Orangtua otoritatif tidak hanya bersikap responsif dan
menggunakan tuntutan sesuai dengan perkembangan anak, tetapi juga penuh
kasih sayang dan berkomunikasi secara lebih efektif (Baumrind, dalam
Alegre 2011). Pola asuh otoritatif mengandung aspek-aspek yang meliputi
penerimaan dan keterlibatan, kendali serta pemberian otonomi (Berk, 2012).
Anak dari orangtua otoritatif cenderung mandiri, ceria, percaya diri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
berprestasi, dapat menjaga hubungan persahabatan dengan teman sebayanya,
bersikap kooperatif dengan orang dewasa serta mampu mengatasi stres
dengan baik (Santrock, 2004).
Penelitian terbaru yang dilakukan berfokus pada penyelidikan
hubungan dengan membandingkan berbagai jenis pola pengasuhan dan
kecerdasan emosional (Nastasa & Sala, 2012; Mohammadyari, 2013; Shalini
& Balakrishna, 2013; Aslani, Derikvandi & Dehghani, 2015; Amandeep,
2017). Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pola pengasuhan otoritatif
berkorelasi positif dengan kecerdasan emosional pada remaja (Nastasa &
Sala, 2012; Mohammadyari, 2013; Shalini & Balakrishna, 2013; Aslani et al.,
2015; Amandeep, 2017), sedangkan terdapat korelasi negatif antara pola asuh
otoritarian dengan kecerdasan emosional (Nastasa & Sala, 2012) dan korelasi
negatif antara pola asuh permisif dengan kecerdasan emosional (Amandeep,
2017).
Hasil beberapa penelitian yang telah dibahas sebelumnya
menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif telah menjadi prediktor pembentuk
kecerdasan emosional. Pola asuh otoritatif dianggap sebagai pola pengasuhan
paling efektif untuk diterapkan karena dapat membantu perkembangan
karakter remaja dan berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang kompeten
(Baumrind, dalam Papalia et al., 2009). Papalia (2014), menambahkan bahwa
pengasuhan yang efektif dapat mencegah masalah-masalah perilaku pada
remaja, sehingga penelitian ini lebih berfokus pada pola asuh otoritatif
sebagai variabel bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Akan tetapi terdapat hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh otoritatif dan
kecerdasan emosional (Alegre, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Joshi
dan Dutta (2015), juga menunjukkan hasil bahwa aspek-aspek pola asuh
otoritatif tidak berkorelasi positif dengan keseluruhan aspek pada kecerdasan
emosional, aspek pola asuh otoritatif hanya berkorelasi positif pada aspek
motivasi diri dan keterampilan sosial remaja. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Kim, Triandis, Kaagitcibasi, Chi dan Yoon (dalam Shalini &
Balakrishna, 2013), menunjukkan hasil bahwa pola pengasuhan orangtua
sebagian besar dipengaruhi oleh budaya yang melekat pada masyarakatnya,
seperti pola asuh otoritatif yang mencerminkan budaya individualistik dan
cenderung diterapkan di negara barat. Berdasarkan ulasan sebelumnya,
terdapat adanya inkonsistensi hasil penelitian, sehingga perlunya penelitian
mengenai hubungan antara variabel pola asuh otoritatif orangtua dan variabel
kecerdasan emosional dilakukan kembali.
Penelitian ini berfokus untuk mengetahui hubungan pola asuh otoritatif
orangtua yang terdiri dari ayah serta ibu dengan kecerdasan emosional pada
remaja pertengahan. Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini
yaitu variabel pola asuh otoritatif orangtua sebagai variabel bebas, yang pada
analisisnya dipisahkan antara variabel pola asuh otoritatif ayah dan variabel
pola asuh otoritatif ibu serta variabel kecerdasan emosional sebagai variabel
tergantung. Pola asuh orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan hasil persepsi remaja pertengahan. Pola asuh dapat dipersepsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
oleh anak melalui aktivitas penginderaan, sehingga anak memiliki suatu
kesan atau pendapat mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orangtuanya
(Berk, 2012).
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, alat ukur pola asuh yang
digunakan berupa alat ukur pola asuh orangtua (Nastasa & Sala, 2012;
Mohammadyari, 2013; Shalini & Balakrishna, 2013; Aslani et al., 2015;
Amandeep, 2017), padahal orangtua yang dimaksud terdiri dari ayah dan ibu.
Ayah dan ibu adalah dua individu berbeda yang tinggal bersama membentuk
suatu keluarga, tentunya dalam hal ini terdapat perbedaan diantara keduanya.
Perbedaan tersebut diantaranya perbedaan kepribadian yang meliputi tingkat
kedewasaan, tenaga, kesabaran, intelegensi, dan sikap, kemudian sejarah
perkembangan masing-masing figur orangtua, tingkat pengetahuan dan
kepercayaan (Berns, Martin & Colbert, dalam Silalahi & Meinarno, 2010),
selain itu, faktor pendidikan, budaya, status sosial ekonomi, pengaruh
pasangan serta temperamen yang dimiliki masing-masing figur orangtua dan
anak turut pula memengaruhi pola pengasuhan terhadap anak Belsky (dalam
Joseph & Jilly 2008).
Roslina (dalam Silalahi & Meinarno, 2010) memaparkan adanya
perbedaan sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. Ibu
cenderung menumbukan perasaan mengasihi dan mencintai pada anak
melalui interaksi yang melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang. Ibu
menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan bercerita
dan mendongeng, serta melalui kegiatan yang lebih dekat, seperti berbicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dari hati ke hati pada anaknya. Berbeda dengan ibu, ayah cenderung
menumbukan rasa percaya diri dan kemampuan pada anak melalui kegiatan
bermain yang melibatkan fisik, ayah juga cenderung menumbuhkan
kebutuhan akan prestasi pada anak dengan mengenalkan anak pada berbagai
cita-cita.
Terdapat pula perbedaan peran gender antara ibu dan ayah, dimana
perempuan bersifat lemah lembut, keibuan, sabar, pengertian, empati,
mengayomi, dan cenderung tunduk patuh pada suami, sedangkan laki-laki
lebih bersifat dominan, lebih kuat, tegas, decision maker, dan bertindak
sebagai kepala keluarga yang mampu melindungi serta mampu memberi
nafkah (Herdiansyah, 2016). Herdiansyah (2016), menambahkan bahwa pada
sebagian besar masyarakat, ayah memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
berinteraksi dengan anaknya ketimbang ibu karena ayah mengambil peran
sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang telah dipaparkan sebelumnya,
hal tersebut menunjukkan bahwa ayah dan ibu sebagai dua individu berbeda,
memungkinkan perbedaan dalam pola pengasuhannya, sehingga perlu
dilakukan analisis terpisah terkait pola asuh antara ayah dan ibu. Kebaruan
dalam penelitian ini terletak pada skala pola asuh otoritatif ayah dan skala
pola asuh otoritatif ibu yang disajikan dalam skala yang berbeda serta segi
lokasi penelitian yang juga berbeda.
Rentang usia responden dalam penelitian ini yaitu 15 hingga 18
tahun. Rentang usia tersebut tergolong dalam tahap perkembangan remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pertengahan. Goleman berspekulasi bahwa kemungkinan kecerdasan
emosional dibentuk pada pertengahan masa remaja, ketika bagian otak yang
mengontrol setiap tindakan terhadap emosi remaja menjadi sempurna (dalam
Papalia 2008).
Guna mengukur kecenderungan pola asuh otoritatif orangtua, peneliti
menggunakan perspektif dari remaja pertengahan baik laki-laki dan
perempuan terhadap persepsi mengenai pola asuh yang diterapkan oleh
orangtuanya, semakin orangtua menggunakan pola asuh yang cenderung
otoritatif seperti yang dipersepsikan oleh remaja, diharapkan remaja
pertengahan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara pola asuh otoritatif orangtua dan
kecerdasan emosional pada remaja pertengahan?
1. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh otoritatif ayah dan kecerdasan
emosional pada remaja pertengahan?
2. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh otoritatif ibu dan kecerdasan
emosional pada remaja pertengahan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional pada remaja pertengahan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam
pengembangan bidang psikologi perkembangan, khususnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berhubungan dengan pola asuh otoritatif orangtua dan kecerdasan
emosional.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orangtua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wacana
reflektif mengenai pentingnya pola asuh otoritatif orangtua dalam
upaya mengembangkan kecerdasan emosional pada remaja
pertengahan.
b. Bagi remaja pertengahan dan pihak sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wacana
reflektif mengenai pentingnya menumbuhkan kecerdasan emosional di
samping kecerdasan intelektual guna meminimalkan perilaku
kenakalan pada tahap perkembangan remaja pertengahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Emosional
1. Definisi kecerdasan emosional
Peter Salovey dan John Mayer mencetuskan istilah kecerdasan
emosional pertama kali pada tahun 1990. Salovey dan Mayer
menjelaskan kecerdasan emosional sebagai kemampuan mengenali
emosi diri sendiri maupun emosi orang lain serta menggunakannya
untuk memandu pikiran dan tindakan (Salovey & Grewal, 2005).
Goleman (1995), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan seseorang untuk mengatur emosinya dengan inteligensi
melalui kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial. Pengertian lain mengenai kecerdasan emosional
diungkapkan oleh Bar-On pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan yang meliputi
emosi dan sosial yang memengaruhi seseorang untuk mengatasi
tuntutan dan tekanan dari lingkungannya (dalam Goleman, 1995).
Patton (1998) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif guna
membangun hubungan produktif dengan orang lain, mencapai tujuan
dan meraih keberhasilan.
Dari beberapa definisi tersebut, peneliti menggunakan definisi
kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) sebagai teori utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu
menggunakan model teori kecerdasan emosional menurut Salovey dan
Mayer (1990) sebagai teori utama dalam pedoman penggunaan alat
ukur dalam penelitiannya (Noorbakhsh, et al., 2010; Asghari &
Besharat, 2011; Abdollahi, Talib, & Motalebi, 2013). Model teori
Salovey dan Mayer (1990), menerangkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan sebuah ability (kemampuan mental), yang
berfokus pada hubungan antara kognisi dan emosi.
Berbeda dengan model kecerdasan emosional Salovey dan
Mayer, model teori Goleman yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan gabungan antara kemampuan mental dan ciri kepribadian
Al-Rfou (2012). Kecerdasan emosional menurut Goleman dijelaskan
sebagai kemampuan seseorang untuk mengatur emosi menggunakan
inteligensinya melalui kemampuan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
2. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Goleman (1995) menyatakan bahwa terdapat lima aspek
kecerdasan emosional yaitu :
a. Kesadaran diri atau mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang
untuk mengenali perasaan diri ketika perasaan tersebut terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar kecerdasan emosional yang
disebut juga dengan kemampuan kesadaran diri, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Pengendalian diri atau mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur perasaannya agar perasaan tersebut dapat diungkapkan
dengan tepat. Tujuan mengelola emosi adalah agar tercapai
keseimbangan emosi, bukan menekan emosi. Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-
perasaan yang menekan.
c. Motivasi diri
Motivasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk
bertekun menahan diri terhadap kepuasan, mengendalikan
dorongan hati serta memiliki perasaan motivasi positif yang
meliputi antusiasme, gairah, optimisme dan keyakinan diri dalam
mencapai sesuatu. Memiliki motivasi diri merupakan salah satu ciri
seseorang yang memiliki harapan tinggi (Snyder, dalam Goleman
1995). Seseorang yang memiliki harapan berarti orang tersebut
tidak akan terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah, atau depresi
dalam menghadapi sulitnya tantangan dalam kehidupannya.
d. Empati
Empati merupakan kemampuan untuk mengenali emosi
atau peduli terhadap perasaan orang lain. Seseorang yang telah
mampu membaca perasaan dari isyarat nonverbal orang lain maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
orang tersebut cenderung lebih mampu menerima sudut pandang
orang lain, lebih peka dan lebih mampu mendengarkan orang lain.
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial merupakan kecakapan sosial yang
memungkinkan seseorang membentuk hubungan, menggerakkan,
memengaruhi, meyakinkan dan membina kedekatan hubungan
dengan orang lain serta membuat orang lain merasa nyaman.
Kemampuan komunikasi merupakan dasar dalam keterampilan
sosial. Kemampuan ini mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain. Seseorang yang tidak memiliki kecakapan ini
maka akan berdampak pada kegagalan membangun hubungan
sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan ulasan tersebut, terdapat lima aspek
kecerdasan emosional. Kelima aspek tersebut adalah kesadaran diri
atau mengenali emosi diri, pengendalian diri atau mengelola emosi,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
3. Faktor-faktor pembentuk kecerdasan emosional
Goleman (1995) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor
pembentuk kecerdasan emosional, yaitu :
a. Faktor internal
Faktor internal pembentuk kecerdasan emosional individu
adalah emotional brain atau otak emosi. Bagian otak ini meliputi,
area neokorteks dan prefrontal, sistem limbik serta amygdala yang
berfungsi mengatur emosi. Hubungan antara bagian-bagian otak ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menjelaskan mengapa emosi menjadi penting bagi nalar yang
efektif, baik dalam membuat keputusan-keputusan yang bijaksana
maupun sekedar memungkinkan individu untuk berpikir dengan
jernih. Beberapa wilayah otak yang penting bagi kehidupan
emosional paling lambat matang. Area sensorik berkembang
matang selama awal masa kanak-kanak sedangkan sistem limbik
berkembang matang pada saat pubertas. Lobus frontal sebagai
tempat kontrol emosi, pemahaman, dan respon yang bijaksana terus
berkembang hingga kurang lebih usia 16 sampai dengan 18 tahun.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi terbentuknya
kecerdasan emosional adalah keluarga. Orangtua yang terampil
secara emosional akan sangat membantu anak dengan memberikan
dasar keterampilan emosional yakni belajar bagaimana mengenali,
mengelola, memanfaatkan, berempati dan menangani emosi-emosi
yang muncul dalam hubungan-hubungan mereka. Interaksi di
dalam keluarga tersebut akan memengaruhi tingkah laku anak
terhadap orang lain di dalam masyarakat, sehingga orangtua
memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam mendidik
anak-anaknya. Salah satunya melalui pola asuh yang diterapkan
oleh orangtua. Hasil penelitian Salimynezhad, Poor, dan Valizade
(2015), menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
antara pola asuh otoritatif dengan kecerdasan emosional pada
murid sekolah dasar di Makoo.
Faktor eksternal lainnya yang turut memengaruhi
terbentuknya kecerdasan emosional adalah lingkungan sosial
individu yang meliputi institusi pendidikan yaitu sekolah
(Goleman, 1995) mengatakan bahwa sekolah merupakan wadah
dan pengalaman menentukan yang akan sangat memengaruhi masa
remaja anak dan masa-masa selanjutnya. Pelajaran tentang emosi di
sekolah dapat diselipkan dalam pelajaran membaca dan menulis,
pelajaran tentang kesehatan, sains, IPS, dan mata pelajaran wajib
lainnya.
Berdasarkan ulasan tersebut, terdapat dua faktor yang
memengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional seorang anak.
Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal yang meliputi emotional
brain atau otak emosi dan faktor eksternal yang meliputi pola asuh
orangtua dalam keluarga serta lingkungan sosial anak yaitu melalui
sekolah.
B. Pola Asuh Otoritatif
1. Definisi pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif merupakan jenis pola asuh yang mendorong
remaja untuk bebas akan tetapi tetap memberikan batasan-batasan
tertentu untuk mengendalikan tindakan-tindakan remaja, komunikasi
verbal yang berlangsung antara orangtua dan anak terjadi secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
timbal-balik (Santrock, 2003). Berk (2012) mengungkapkan bahwa
pola pengasuhan otoritatif merupakan pola pengasuhan yang
melibatkan penerimaan dan keterlibatan yang tinggi terhadap anak,
menggunakan pengendalian adaptif dan pemberian otonomi wajar
terhadap anak. Lamborn, Mounts, Steinberg, dan Dornbusch (dalam
Papalia 2008) menjelaskan bahwa pola pengasuhan otoritatif,
merupakan pola pengasuhan dimana orangtua bersikap tegas terhadap
peraturan, norma, dan nilai-nilai namun juga bersedia mendengar,
menjelaskan dan bernegosiasi dengan anak.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, mengacu pada definisi
yang diungkapkan oleh Berk (2012), maka dapat disimpulkan bahwa
pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang melibatkan penerimaan
dan keterlibatan yang tinggi terhadap anak, pengendalian adaptif serta
pemberian otonomi yang wajar terhadap anak. Definisi pola asuh
otoritatif menurut Berk, dianggap telah mewakili teori pola asuh
otoritatif.
2. Aspek-aspek pola asuh otoritatif
Menurut Berk (2012) terdapat tiga aspek dalam pola asuh
otoritatif :
a. Keseimbangan penerimaan dan keterlibatan
Orangtua dalam tipe pengasuhan otoritatif cenderung
hangat, tanggap, penuh perhatian, bersikap sabar, dan peka
terhadap kebutuhan anak. Orangtua otoritatif membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hubungan yang menyenangkan dan memuaskan dengan anaknya
sehingga anak merasa terikat erat.
b. Aspek kendali
Orangtua otoritatif memberikan tuntutan yang wajar dan
secara konsisten mendorong dan menjelaskan kepada anak.
Orangtua otoritatif memerintahkan adanya perilaku yang matang,
memberikan alasan bagi pengecualian yang mereka berikan dan
menggunakan disiplin agar anak dapat mengatur dirinya.
c. Aspek otonomi
Orangtua otoritatif membiarkan anak mengambil keputusan
sendiri dalam bidang yang dikuasainya berdasarkan kesiapan anak,
dan mendorong anak untuk mengutarakan pikiran, perasaan, serta
keinginannya. Orangtua tetap melibatkan anak dalam pengambilan
keputusan bersama, bahkan ketika terjadi perbedaan pendapat
antara orangtua dan anak.
Berdasarkan ulasan tersebut, terdapat tiga aspek pembentuk
pola asuh otoritatif orangtua terhadap seorang anak. Ketiga aspek
tersebut yaitu keseimbangan penerimaan dan keterlibatan, kendali,
serta otonomi.
C. Perkembangan Remaja Pertengahan
Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi bagian dari
masyarakat dewasa, suatu usia dimana individu merasa sama atau paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tidak sejajar dengan dengan orang yang lebih tua (Piaget, dalam Hurlock
1991).
Papalia (2014) menjelaskan masa remaja sebagai masa transisi dari
anak-anak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan fisik,
emosional, kognitif dan sosial dalam beragam bentuk latar belakang
budaya yang berbeda. Pandangan ini didukung oleh Santrock (2003) yang
menjelaskan masa remaja sebagai masa transisi dari anak-anak menuju
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-
emosional. Santrock (2003) lebih lanjut menjelaskan bahwa masa remaja
dimulai dari usia 10 sampai dengan 13 tahun dan berakhir antara usia 18
sampai dengan 22 tahun. Mappriare (dalam Ali & Asrori 2009)
menjelaskan masa remaja berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita sedangkan bagi pria berlangsung antara 13 tahun
sampai dengan 22 tahun.
Monks et al. (1999) membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga
fase, yaitu fase remaja awal yang berlangsung antara umur 12 hingga 15
tahun, masa remaja pertengahan yang berlangsung antara umur 15 hingga
18 tahun, dan masa remaja akhir yaitu umur 18 hingga 21 tahun.
Pernyataan tersebut serupa dengan Kartono (1985) yang membagi masa
remaja menjadi tiga fase dengan rentang umur yang sama.
Fase remaja pertengahan yang berkisar antara umur 15 hingga 18
tahun, kepribadian remaja masih kekanak-kanakan tetapi mulai timbul
kesadaran akan kepribadian dan keadaan fisik yang dimiliki. Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pertengahan mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan mampu melakukan
refleksi diri sehingga timbul kemantapan diri sendiri (Kartono, 1985).
Pada fase ini individu sudah lebih mampu mengarahkan dirinya, mulai
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan
impulsivitas dan mulai membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai (Agustiani, 2009). Hal berbeda
diungkapkan Petersen (dalam Papalia 2008), yang mengatakan bahwa
pada fase remaja pertengahan ini, individu cenderung mencapai puncak
kenakalan yaitu ketika menginjak usia 15 tahun dan kemudian mereda.
Hasil penelitian tentang kecerdasan emosional pada usia remaja
pertengahan yang dilakukan oleh Saikia, Anshu, dan Mathur (2015),
menemukan hasil bahwa remaja usia 16 hingga 18 tahun memiliki tingkat
kecerdasan emosional yang lebih baik dalam manajemen interpersonal
yang meliputi aspek keterampilan sosial dibandingkan dengan kesadaran
intrapersonal yang meliputi aspek mengenali emosi diri dan kesadaran
interpersonal yang meliputi aspek empati terhadap orang lain.
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa remaja pertengahan
cenderung memiliki kemampuan kecakapan sosial yang lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan mengenali perasaan dirinya sendiri dan
kemampuan mengenali maupun peduli terhadap perasaan orang lain.
Sebagian remaja pertengahan juga kurang kompeten dalam kemampuan
yang berkaitan dengan manajemen intrapersonal yang meliputi aspek
mengelola emosi serta aspek motivasi diri. Hal tersebut berarti remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pertengahan cenderung memiliki kemampuan yang kurang baik dalam
mengatur perasaannya dan kurangnya motivasi dalam diri. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa lingkungan sosiokultural secara signifikan
berkontribusi dalam membentuk tingkat kecerdasan emosional pada
remaja.
Berdasarkan ulasan beberapa definisi yang telah dijabarkan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi
antara anak-anak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan
perkembangan fisik, emosional, kognitif, sosial yang berlangsung antara
usia 10 hingga 22 tahun. Mengacu pada pembagian fase masa remaja
menurut Monks, et al. (1999) bahwa masa remaja dibagi ke dalam tiga
fase. Fase remaja pertengahan berkisar antara umur 15 hingga 18 tahun,
remaja pada usia ini mulai sadar akan kepribadian dan keadaan fisik yang
dimiliki. Remaja pertengahan juga mulai menentukan nilai-nilai tertentu
dan kemudian merefleksikannya sehingga memunculkan kemantapan pada
dirinya, akan tetapi fase remaja pertengahan juga rentan akan kenakalan
yang mencapai puncaknya pada usia 15 tahun.
D. Dinamika Hubungan antara Pola Asuh Otoritatif Orangtua dan
Kecerdasan Emosional pada Remaja Pertengahan
Individu yang memasuki masa remaja menghadapi beberapa tugas
perkembangan. Masa remaja juga berada dalam tahap dimana krisis
identitas harus diselesaikan (Erikson, dalam Santrock 2003). Gunarsa
(2004), menjelaskan bahwa identitas yang dimaksud merupakan gabungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dari motivasi, nilai, kemampuan, dan gaya remaja, sesuai dengan tuntutan
peran yang dibebankan. Remaja yang tidak mampu mengatasi krisis
identitas akan mengalami kebingungan identitas dan berakibat pada
pembentukan identitas diri yang negatif sehingga memunculkan
kenakalan remaja (Erikson, dalam Gunarsa 2004). Berdasarkan fenomena
kenakalan remaja, emosi menjadi hal yang penting untuk disoroti.
Goleman (1995) menyatakan bahwa emosi melatarbelakangi seseorang
untuk bertindak, sehingga dalam hal ini remaja perlu memiliki kemampuan
untuk mengelola emosinya atau dengan kecerdasan emosional.
Faktor eksternal pembentuk kecerdasan emosional berasal dari
keluarga, kemampuan kecerdasan emosional dapat dilatih dan dapat
terbentuk melalui pengasuhan yang terkait dengan interaksi anak dengan
orangtua (Alegre, 2011). Santrock (2007) mengungkapkan bahwa pola
asuh otoritatif dianggap sebagai pola pengasuhan yang paling efektif
diterapkan. Orangtua otoritatif menerapkan keseimbangan antara kendali
dan otonomi secara tepat, sehingga anak diberi kesempatan untuk mandiri
sembari orangtua memberikan standar, batas, dan panduan yang
dibutuhkan oleh anak. Orangtua otoritatif cenderung lebih melibatkan anak
dalam komunikasi verbal secara timbal balik serta memperbolehkan anak
mengutarakan pandangan mereka, sehingga jenis diskusi keluarga ini
dapat membantu anak menjadi kompeten dalam hubungan sosialnya.
Santrock (2007) lebih lanjut menjelaskan kehangatan dan keterlibatan
yang diberikan orangtua otoritatif membuat anak lebih mampu menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pengaruh orangtua. Papalia (2014) menambahkan bahwa pengawasan
pengasuhan yang efektif dapat membantu mencegah masalah-masalah
perilaku remaja. Pola asuh otoritatif mengandung tiga aspek yang
memengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional remaja. Ketiga aspek
tersebut yaitu penerimaan dan keterlibatan, kendali dan otonomi.
Aspek kehangatan dan keterlibatan merupakan aspek pola asuh
otoritatif yang pertama. Orangtua otoritatif cenderung hangat, tanggap,
sabar, peka dan penuh perhatian pada anak. Mashar (2011),
mengungkapkan bahwa, pemberian perhatian terhadap tahap-tahap
perkembangan kecerdasan emosional seorang anak, dapat dilakukan
orangtua dengan cara melatih anak mengenali emosi dan mengelolanya
dengan baik. Kecerdasan emosi merupakan salah satu poros keberhasilan
individu dalam berbagai aspek kehidupan sehingga perlu dikembangkan
sejak dini. Kemampuan anak mengembangkan kecerdasan emosional,
berkorelasi positif dengan keberhasilan akademis, sosial dan kesehatan
mentalnya. Santrock (2007), menambahkan bahwa anak yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi identik dengan anak yang bahagia, bermotivasi
tinggi, dan mampu bertahan dalam menjalani berbagai kondisi stres yang
dihadapinya
Orangtua yang hangat, mendorong pengungkapan emosi, peka dan
berempati terhadap anak akan memengaruhi terbentuknya empati pada
anak sehingga anak lebih mampu berempati terhadap derita orang lain
hingga masa remaja dan masa dewasa awal (Berk, 2012). Hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terhadap keterlibatan dan dukungan orangtua yang positif dalam bidang
akademik anak ternyata mampu memprediksi kesejahteraan dan
keterlibatan dalam bidang akademis pada remaja (Upadyaya & Salmela-
Aro, 2013). Orangtua yang secara teratur menghadiri acara dan menjadi
sukarelawan di sekolah ternyata berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
akademik pada anak (Blair, 2014).
Aspek pola asuh yang kedua yaitu pemberian kendali, dalam hal ini
orangtua memberikan tuntutan yang wajar terhadap anak namun bersedia
mendorong dan secara konsisten menjelaskannya. Rendahnya tingkat
kontrol orangtua pada anak-anak dikaitkan dengan adanya agresi pada
anak-anak dengan temperamen tinggi namun tidak terdapat pada anak-
anak dengan tingkat temperamen yang rendah atau sedang (Colder,
Lockman, & Wells 1997). Pola asuh otoritatif orangtua yang melibatkan
kasih sayang dan kontrol perilaku yang tinggi terbukti dapat
mengembangkan fungsi emosional seperti empati pada anak dari waktu ke
waktu (Cunningham, Kliewer, & Garner 2009; Zhou, Eisenberg, Losoya,
Fabes, Reiser, et al., 2002).
Aspek yang ketiga yaitu pemberian otonomi, orangtua membiarkan
anak mengambil keputusan berdasarkan kesiapan anak, mendorong anak
mengungkapkan perasaan, mengutarakan pikiran serta keinginannya,
ketika terjadi perbedaan pendapat, orangtua tetap melibatkan anak dalam
pengambilan keputusan bersama untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi (Berk, 2012). Orangtua yang membantu anak mengekspresikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
perasaannya dan membantu anak untuk tetap fokus memecahkan suatu
masalah akan cenderung membuat anak mampu menghadapi suatu
permasalahan secara lebih efektif sehingga anak tersebut memiliki
keterampilan sosial yang lebih baik (Hapsari, 2016). Orangtua yang
mengakui perasaan tertekan yang dialami anak serta mengenali emosi
yang dirasakan anak akan mendorong perkembangan empati dan perilaku
prososial anak (Bryant, dalam Hapsari 2016).
Berdasarkan ulasan sebelumnya, aspek kehangatan dan keterlibatan,
keseimbangan antara kendali dan otonomi orangtua yang otoritatif
memengaruhi pembentukan keterampilan sosial dan empati seorang anak
yang merupakan aspek dalam kecerdasan emosional. Dengan demikian,
remaja pertengahan yang mempersepsikan orangtua mereka baik ayah dan
ibunya memiliki pola pengasuhan otoritatif yang tinggi maka diharapkan
remaja pertengahan tersebut memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Skema Penelitian
F. Hipotesis
Berdasarkan paparan tersebut, hipotesis dalam penelitian ini yaitu
terdapat hubungan positif antara pola asuh otoritatif orangtua dan
kecerdasan emosional pada remaja pertengahan. Semakin tinggi
kecenderungan pola asuh otoritatif orangtua sejauh yang dipersepsikan
oleh remaja pertengahan, maka semakin tinggi kecerdasan emosional yang
dimiliki.
Pola Asuh Otoritatif Orangtua
terhadap Remaja
Pola Asuh Otoritatif Tinggi Pola Asuh Otoritatif Rendah
1. Penerimaan dan keterlibatan.
Orangtua hangat, tanggap, penuh
perhatian, sabar dan peka terhadap
kebutuhan anak
2. Kendali. Orangtua memberikan
tuntutan wajar terhadap anak dan
secara konsisten menjelaskannya
3. Otonomi. Orangtua membiarkan
anak mengambil keputusan
berdasarkan kesiapannya dan
mendorong anak mengutarakan
perasaan serta keinginannya.
1. Penerimaan dan keterlibatan.
Orangtua bersikap kurang hangat,
kurang tanggap dan kurang perhatian.
Orangtua juga kurang sabar dan
kurang peka terhadap kebutuhan
anak.
2. Kendali. Orangtua kurang
memberikan tuntutan pada anak dan
kurang konsisten dalam
menjelaskannya.
3. Otonomi. Anak kurang diberikan
kesempatan untuk mengambil
keputusan dan orangtua kurang
mendorong anak untuk mengutarakan
perasaan serta keinginannya.
Kecerdasan emosional remaja tinggi Kecerdasan emosional remaja rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menguji teori-
teori tertentu dengan meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel
diukur menggunakan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari
angka-angka dapat dianalisis berdasarkan statistik (Noor, 2011). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh otoritatif
orangtua yang terdiri dari ayah serta ibu dan kecerdasan emosional pada
remaja pertengahan.
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Pola asuh otoritatif orangtua
2. Variabel tergantung : Kecerdasan emosional
C. Definisi Operasional
1. Pola asuh otoritatif orangtua
Pola asuh otoritatif orangtua merupakan pola pengasuhan yang
dipersepsikan oleh remaja yang ditandai dengan adanya penerimaan
dan keterlibatan orangtua, pengendalian adaptif serta pemberian
otonomi yang wajar kepada anak. Skala pola asuh otoritatif orangtua
disusun oleh peneliti dengan mengacu pada tiga aspek yaitu,
penerimaan dan keterlibatan, kendali, serta pemberian otonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Remaja pertengahan yang memperoleh skor total tinggi pada skala
pola asuh otoritatif orangtua, maka semakin tinggi pula kecenderungan
pola asuh otoritatif yang diterima individu tersebut. Jika remaja
pertengahan memperoleh skor total yang rendah pada skala pola asuh
otoritatif, maka semakin rendah pula kecenderungan pola asuh
otoritatif yang diterima.
2. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur emosinya berdasarkan kapasitas inteligensi yang dimilikinya
melalui kemampuan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri,
empati dan kemampuan keterampilan sosial. Skala kecerdasan
emosional disusun oleh peneliti dengan mengacu pada aspek kesadaran
diri atau mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati
dan keterampilan sosial. Remaja pertengahan yang memperoleh skor
total tinggi pada skala kecerdasan emosional, maka semakin tinggi
pula kecerdasan emosional yang ada pada diri individu tersebut. Jika
skor total pada skala kecerdasan emosional yang diperoleh rendah,
maka rendah pula kecerdasan emosional yang ada pada individu
tersebut.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik non-probability
sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel di mana setiap
anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama sebagai sampel (Noor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2011). Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu
suatu teknik pengambilan subjek dengan pertimbangan khusus yaitu sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian (Noor, 2011).
Penelitian ini juga menggunakan metode convenience sampling, yaitu
penentuan sampel yang didasarkan pada anggota populasi, kemudahan
dalam akses dan kesediaan (Siregar, 2013). Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 182 orang dengan rentang usia 15 sampai dengan 18 tahun baik
laki-laki maupun perempuan. Rentang usia 15 sampai dengan 18 tahun
termasuk dalam kategori usia remaja pertengahan. Karakteristik usia
remaja pertengahan mengacu pada batasan usia remaja pertengahan yang
dikemukakan oleh Konopka dan Ingersoll (dalam Agustiani, 2009).
Kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan subjek yakni tinggal bersama
dengan orangtua dan berdomisili di Yogyakarta.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala
penelitian secara langsung kepada subjek penelitian. Subjek diberikan
alternatif pilihan jawaban dan diminta untuk memilih salah satu saja.
Pilihan jawaban tersebut terdiri atas 4 alternatif pilihan jawaban yaitu
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Penyediaan 4 alternatif pilihan jawaban dimaksudkan untuk
menghindari adanya tendency netral (Supratiknya, 2014).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah
skala yaitu skala pola asuh otoritatif orangtua dan skala kecerdasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
emosional yang disusun dengan menggunakan metode penilaian
terjumlahkan atau method summated rating. Pada skala pola asuh orangtua
peneliti sengaja memisahkan antara skala pola asuh otoritatif ayah dan
skala pola asuh otoritatif ibu. Skala-skala ini melihat skor total subjek
yang merupakan skor setiap penyataan atau item. Jawaban subjek dari
setiap pernyataan atau item merupakan rating atau penilaian yang
kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan pengukuran tentang sikap
subjek terhadap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan subjek
atas atribut psikologis tertentu (Supratiknya, 2014).
Skala pola asuh otoritatif orangtua dan skala kecerdasan emosional
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis skala Likert, di
mana akan terdiri dari pernyataan favourable dan unfavourable.
Pernyataan favourable adalah pernyataan yang menunjukkan sikap positif
atau kesukaan terhadap objek terkait, sedangkan pernyataan unfavourable
merupakan pernyataan yang menunjukkan sikap negatif atau
ketidaksukaan terhadap objek (Anderson, dalam Supratiknya 2014).
Pemberian skor pada masing-masing pernyataan yang bersifat favorable
dan unfavourable, secara lebih jelas dipaparkan dalam tabel berikut :
Tabel 1
Pemberian Nilai Skor Skala Likert
Kategori STS (Sangat
Tidak
Setuju)
S (Setuju) TS (Tidak
Setuju)
STS (Sangat
Tidak
Setuju)
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Item-item pada blueprint skala pola asuh otoritaif orangtua dan skala
kecerdasan emosional dibuat seimbang oleh peneliti, hal ini dikarenakan
tidak diperoleh alasan untuk menganggap adanya sebagian komponen
pembentuk atribut yang lebih signifikan dari komponen lainnya, sehingga
semua komponen diberi bobot yang sama (Azwar, 2009).
Blueprint skala pola asuh otoritatif orangtua dan skala kecerdasan
emosional, secara lebih jelas akan dipaparkan dalam tabel berikut :
1. Skala pola asuh otoritatif orangtua
Skala pola asuh otoritatif orangtua disusun berdasarkan aspek dari
pola asuh otoritatif menurut Berk (2012), yaitu adanya penerimaan dan
keterlibatan, kendali serta pemberian otonomi.
1.1. Skala pola asuh otoritatif ayah
Tabel 2
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah Sebelum Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8
B. Kendali 5, 11, 17, 23 2, 8, 14, 20 8
C. Pemberian
Otonomi
3, 9, 15, 21 6, 12, 18, 24 8
Total 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1.2. Skala pola asuh otoritatif ibu
Tabel 3
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ibu Sebelum Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
3, 9, 15, 21 6, 12, 18, 24 8
B. Kendali 1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8
C. Pemberian
Otonomi
5, 11, 17, 23 2, 8, 14, 20 8
Total 24
2. Skala kecerdasan emosional
Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan aspek dari
kecerdasan emosional menurut Goleman (1995), yaitu mengenali emosi
diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Tabel 4
Blueprint Skala Kecerdasan Emosional Sebelum Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Mengenali emosi
diri
1, 11, 21, 31, 41 6,16,26, 36, 46 10
B. Mengelola emosi 7, 17, 27, 37, 47 2, 12, 22, 32, 42 10
C. Motivasi diri 3, 13, 23, 33, 43 8, 18, 28, 38, 48 10
D. Empati 9, 19, 29, 39, 49 4, 14, 24, 34, 44 10
E. Keterampilan
sosial
5, 15, 25, 35, 45 10, 20, 30, 40,
50
10
Total 50
F. Mutu Alat Ukur
1. Validitas
Azwar (2003) mengartikan validitas sebagai sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dapat melakukan fungsi
ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran
tersebut.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
validitas isi. Validitas isi dapat diperoleh melalui analisis logis
terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa
relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang
dimaksudkan. Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh melalui
penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara bagian-bagian alat
ukur dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Pakar atau ahli
sebagai professional judgement dalam penelitian ini adalah dosen
pembimbing.
2. Kuantifikasi validitas isi
Metode yang digunakan untuk menetapkan validitas isi dalam
penelitian ini bersifat kuantitatif serta melibatkan penilaian sebuah
panel ahli. Dalam penelitian ini, guna memeriksa validitas isi alat ukur
selain mengandalkan penilaian yang subjektif dari professional
judgement juga digunakan peer judgement yang berjumlah 6 orang
untuk menilai revelansi item-item maupun skala secara keseluruhan
berdasarkan konstruknya. 6 orang peer judgement tersebut adalah
mahasiswa-mahasiswi fakultas psikologi pada jenjang semester yang
sama dengan peneliti. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung kuantifikasi validitas isi adalah dengan menjumlahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
item yang dinilai relevan oleh semua penilai dan membaginya dengan
jumlah total penilai (Supratiknya, 2016). Hasil perhitungan validitas
kuantifikasi isi skala dapat dilihat selengkapnya pada lampiran
halaman 140.
3. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dengan uji coba pada ketiga skala
penelitian kemudian menghitung koefisien korelasi item total dengan
menggunakan product moment Pearson. Besarnya koefisien korelasi
item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,0 dengan tanda positif
maupun negatif. Semakin baik daya diskriminasi itemnya, maka
koefisien korelasinya semakin mendekati 1,0.
Daya diskriminasi item diartikan sebagai sejauh mana item
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009).
Azwar (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa kriteria item
berdasarkan korelasi item total biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30.
Seluruh item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap
memiliki daya beda yang memuaskan. Item yang memiliki rix kurang
dari 0,30 dianggap memiliki daya beda yang rendah. Berikut
merupakan hasil seleksi item pada ketiga skala:
1. Skala pola asuh otoritatif ayah
Skala pola asuh otoritatif ayah dibuat oleh peneliti berjumlah
24 item. Total item tersebut terdiri dari 12 item favorable dan 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
item unfavorable. Berdasarkan hasil SPSS 21.0 for Windows
diperoleh sebaran korelasi item total bergerak dari angka 0,176
hingga 0,730. Terdapat 4 item yang gugur ketika digunakan nilai
kritis untuk menggugurkan item sebesar 0,30, sehingga pada
akhirnya diperoleh 20 item yang dianggap baik dan memenuhi
standar. Berikut merupakan tabel distribusi item setelah uji coba :
Tabel 5
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable U Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8
B. Kendali 5, 11, 17, 23 2, 8, *14, *20 8
C. Pemberian
Otonomi
3, 9, 15, 21 *6, 12, 18, *24 8
Total 24
*item yang gugur
Tabel 6
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable U Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8
B. Kendali 5, 11, 17, 23 2, 8 6
C. Pemberian
Otonomi
3, 9, 15, 21 12, 18 6
Total 20
*item yang gugur
2. Skala pola asuh otoritatif ibu
Skala pola asuh otoritatif ibu dibuat oleh peneliti berjumlah
24 item. Total item tersebut terdiri dari 12 item favorable dan 12
item unfavorable. Berdasarkan hasil SPSS 21.0 for Windows
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diperoleh sebaran korelasi item total bergerak dari angka 0,214
hingga 0,627. Terdapat 5 item yang gugur ketika digunakan nilai
kritis untuk menggugurkan item sebesar 0,30, sehingga pada
akhirnya diperoleh 19 item yang dianggap baik dan memenuhi
standar. Berikut merupakan tabel distribusi item setelah uji coba :
Tabel 7
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ibu Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
3, 9, 15, 21 6, 12, 18, *24 8
B. Kendali 1, 7, 13, 19 *4, 10, *16,*22 8
C. Pemberian
Otonomi
Total
5, 11, 17, 23 *2, 8, 14, 20 8
24
*item yang gugur
Tabel 8
Blueprint Skala Pola Asuh Otoritatif Ibu Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Penerimaan dan
keterlibatan
3, 9, 15, 21 6, 12, 18 7
B. Kendali 1, 7, 13, 19 10 5
C. Pemberian
Otonomi
Total
5, 11, 17, 23 8, 14, 20 7
19
3. Skala kecerdasan emosional
Skala kecerdasan emosional dibuat oleh peneliti berjumlah
50 item. Total item tersebut terdiri dari 25 item favorable dan 25
item unfavorable. Berdasarkan hasil SPSS 21.0 for Windows
diperoleh sebaran korelasi item total bergerak dari angka -,001
hingga 0,564. Terdapat 12 item yang gugur ketika digunakan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kritis untuk menggugurkan item sebesar 0,30, sehingga pada
akhirnya diperoleh 38 item yang dianggap baik dan memenuhi
standar. Berikut merupakan tabel distribusi item setelah uji coba :
Tabel 9
Blueprint Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Mengenali emosi
diri
1, 11, 21, 31,
*41
6,*16,*26, 36,
*46
10
B. Mengelola emosi 7, 17, 27, 37,
*47
*2, 12, 22, 32,
42
10
C. Motivasi diri *3, 13, 23, 33,
43
8, 18, 28, 38,
48
10
D. Empati *9, 19, 29, 39,
49
4, *14, 24,
*34,*44
10
E. Keterampilan
sosial
Total
5, 15, 25, 35,
45
10, 20, 30, 40,
*50
10
50
*item yang gugur
Tabel 10
Blueprint Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba
Aspek Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
A. Mengenali
emosi diri
1, 11, 21, 31 6, 36 6
B. Mengelola
emosi
7, 17, 27, 37 12, 22, 32, 42 8
C. Motivasi diri 13, 23, 33, 43 8, 18, 28, 38,
48
9
D. Empati 19, 29, 39, 49 4, 24 6
E. Keterampilan
sosial
Total
5, 15, 25, 35, 45 10, 20, 30, 40 9
38
Pada tabel 6, 8 dan 10, terlihat bahwa komposisi jumlah item
pada masing-masing aspek tidaklah merata. Peneliti sengaja tidak
meratakan jumlah item pada masing-masing aspek tersebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pertimbangan tidak ingin menghilangkan item-item dengan reliabilitas
yang memuaskan. Skala dalam penelitian ini merupakan jenis skala
sikap. Konsep teoretis yang mendasari objek yang akan diukur dalam
skala sikap merupakan konsep tunggal, walaupun memiliki beberapa
dimensi namun konsep yang dirujuk merupakan satu kesatuan atribut
(Azwar, 1999). Azwar (1999), lebih lanjut menjelaskan bahwa
dikarenakan masing-masing aspek tidak memiliki tujuan ukur yang
berbeda secara spesifik satu sama lain, melainkan merupakan dimensi
dari suatu tujuan ukur yang lebih luas, maka peneliti dapat
menetapkan sendiri item-item yang berdaya diskriminasi tinggi
sebagai item final tanpa perlu meratakan komposisi jumlah item pada
setiap aspeknya. Hal tersebut cukup dapat dipertanggungjawabkan
sejauh item-item tersebut memiliki reliabilitas yang memuaskan
(Azwar, 1999).
4. Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada konsistensi atau taraf keterpercayaan
hasil ukur (Azwar, 2009). Reliabilitas dapat dinyatakan dengan
koefisien reliabilitas (rxx’) yang memiliki rentang angka dari 0 hingga
1,0. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,0, maka semakin tinggi pula
reliabilitasnya. Jika koefisien yang diperoleh semakin rendah yakni
mendekati angka 0, maka semakin rendah pula reliabilitasnya (Azwar,
2009). Koefisien reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
koefisien reliabilitas Alpha (α) Cronbach. Data untuk menghitung
koefisien reliabilitas Alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala
yang dikenakan hanya sekali saja pada suatu kelompok subjek (Azwar,
2009).
Hasil koefisien reliabilitas pada skala pola asuh otoritatif ayah
adalah sebesar 0,909, sedangkan koefisien reliabilitas pada skala pola
asuh otoritatif ibu adalah sebesar 0,902. Koefisien reliabilitas pada
skala kecerdasan emosional memperoleh hasil sebesar 0,901. Nilai
reliabilitas pada ketiga skala tersebut menunjukkan bahwa skala pola
asuh otoritatif ayah, skala pola asuh otoritatif ibu dan skala kecerdasan
emosional secara keseluruhan memiliki reliabilitas yang tinggi dan
memuaskan. Azwar (2009), lebih lanjut menjelaskan bahwa pada
umumnya reliabilitas telah dianggap memuaskan apabila koefisiennya
mencapai minimal rxx’ = 0,900.
G. Metode Analisis Data
1. Uji asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso,
2010). Uji normalitas perlu dilakukan karena terdapat asumsi
bahwa semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi
normalitas sebaran. Uji normalitas dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Santoso (2010), lebih lanjut menjelaskan bahwa normalitas suatu
data penelitian dapat dipenuhi jika nilai signifikasi lebih dari 0,1.
Penelitian ini menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui normalitas sebaran data.
b. Uji linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antar
variabel yang dianalisis apakah mengikuti garis lurus, ketika terjadi
peningkatan maupun penurunan dalam satu variabel maka akan
diikuti secara liniar oleh peningkatan atau penurunan kuantitas
pada variabel lainnya (Santoso, 2010). Suatu data dikatakan linear
apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.
2. Uji hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menentukan hubungan antar dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen (Sarwono,
2006). Analisis penelitian dapat menggunakan teknik korelasi statistik
parametrik dengan uji Pearson Product Moment Correlation jika data
yang dihasilkan terdistribusi normal. Jika data yang dihasilkan tidak
terdistribusi norma maka teknik korelasi statistik non-parametrik
dengan uji Spearman’s Rho dapat dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala penelitian,
yakni skala pola asuh otoritatif ayah, skala pola asuh ibu, dan skala
kecerdasan emosional, yang dijadikan satu dalam bentuk booklet. Peneliti
terlebih dahulu melakukan uji coba berdasarkan alat ukur yang telah dibuat
sebelum melakukan pengambilan data. Uji coba skala dilaksanakan pada
tanggal 21 Agustus hingga 25 Agustus 2017 kepada siswa-siswi dengan
rentang usia 15 hingga 18 tahun di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Peneliti
telah membuat perijinan pengambilan data ke Bapeda kemudian
dilanjutkan ke Dikpora sebelum melaksanakan uji coba di SMA Negeri 11
Yogyakarta. Skala penelitian dibagikan kepada siswa-siswi SMA Negeri
11 Yogyakarta berjumlah 94 buah. Terdapat 14 skala dari 94 skala yang
tidak dapat dianalisis karena tidak memenuhi kriteria penelitian yang telah
ditetapkan.
Proses pengambilan data setelah uji coba skala dilaksanakan pada
tanggal 14 September sampai dengan 19 September 2017 di SMA Negeri
1 Sleman. Skala penelitian dibagikan langsung kepada subjek penelitian
yang berusia 15 sampai dengan 18 tahun. Proses pengambilan data di
SMA Negeri 1 Sleman berlangsung dengan cepat karena peneliti
menunggu proses pengerjaan skala oleh subjek. Skala yang dibagikan
kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Sleman berjumlah 160 buah skala,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
namun dalam pengerjaannya terdapat 16 skala yang tidak dapat dianalisis
karena tidak memenuhi kriteria penelitian, seperti subjek tidak lengkap
dalam mengisi identitas dan adanya jawaban yang terlewatkan ketika
pengisian skala serta beberapa subjek ternyata tidak tinggal bersama
orangtuanya, melainkan dengan nenek ataupun dengan pamannya.
Proses pengambilan data penelitian kemudian dilanjutkan sekitar
tempat tinggal peneliti, yaitu di daerah Gamping pada tanggal 29
September 2017, kemudian dilanjutkan pada tanggal 13 Oktober hingga 14
Oktober 2017. Peneliti juga dibantu oleh rekan dan kerabat peneliti selama
proses penyebaran skala penelitian. Rekan dan kerabat peneliti terlebih
dahulu diberikan pengarahan mengenai petunjuk pengisian skala
penelitian, dan kriteria subjek yang dibutuhkan sebelum membagikan
skala penelitian kepada calon subjek. Skala penelitian yang dibagikan
berjumlah 40 buah dan dua diantaranya tidak dapat dianalisis karena tidak
memenuhi kriteria penelitian, sehingga total jumlah skala yang dapat
dianalisis adalah 182 buah.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 182 orang yang berusia 15
hingga 18 tahun dan tinggal bersama dengan orangtua. Rangkuman data
subjek berdasarkan usia, jenis kelamin dan taraf pendidikan disajikan
dalam tabel 11, berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 11
Deskripsi Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Jumlah Persen
Laki-laki 64 35,16 %
Perempuan 118 64,84 %
Total 182 100 %
Usia
15 Tahun 5 2,75 %
16 Tahun 63 34,61 %
17 Tahun 97 53, 30 %
18 Tahun 17 9,34 %
Total 182 100 %
Sekolah
SMA 169 92,86 %
SMK 13 7,14 %
Total 182 100 %
C. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan proses pengambilan data yang telah dilakukan terdapat
perbedaan antara mean teoretik dan mean empirik. Mean teoretik
didapatkan dari perhitungan manual menggunakan rumus :
MT = ( ) ( )
Hasil perhitungan manual mean teoretik dapat dilihat selengkapnya
pada lampiran halaman 109. Analisis mean empirik didapatkan dengan uji
One-Sample Test dengan menggunakan SPSS for Windows versi 21.
Berikut merupakan hasil penghitungan mean teoretik dan mean empirik
pada masing-masing skala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 12
Hasil Mean Empirik dan Mean Teoretik
Variabel N Min Maks Mean
SD Empirik Teoretik
Pola asuh otoritatif
ayah
182 20 80 61,81 50 8,826
Pola asuh otoritatif
ibu
182 19 76 62,31 47,5 6,589
Kecerdasan
emosional
182 38 152 114,34 95 9,620
Pada tabel data pola asuh otoritatif ayah, dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean
teoretik. Hasil menunjukkan bahwa nilai mean empirik secara signifikan
lebih tinggi daripada nilai mean teoretik. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki
kecenderungan pola asuh otoritatif ayah yang tinggi.
Pada data pola asuh otoritatif ibu, uji beda mean One Sample Test
juga menunjukkan hasil bahwa nilai mean empirik secara signifikan lebih
tinggi daripada nilai mean teoretik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki kecenderungan
pola asuh otoritatif ibu yang tinggi.
Pada tabel data kecerdasan emosional, uji beda mean One Sample
Test menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
mean empirik dan mean teoretik. Hasil menunjukkan bahwa nilai mean
empirik secara signifikan lebih tinggi daripada nilai mean teoretik.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa subjek pada
penelitian ini memiliki kecerdasan emosional yang cenderung tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
D. Analisis Data
1. Uji asumsi
a. Uji normalitas
Tabel 13
Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov
a
Keterangann Statistic Statistic Statistic
Pola Asuh
Otoritatif Skor
Total (Ayah dan
Ibu)
0,057 182 0,200 Normal
Kecerdasan
Emosional
0,102 182 0,000 Tidak
Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas data pada tabel 14, terlihat
bahwa variabel pola asuh otoritatif orangtua yang terdiri dari ayah
dan ibu memiliki persebaran data yang normal. Hal ini terlihat dari
signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,2 (≥ 0,1). Variabel
kecerdasan emosional memiliki persebaran data yang tidak normal
dengan signifikasi 0,00 (≤ 0,1). Oleh karena itu, uji hipotesis pada
penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non parametrik
Spearman’s rho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b. Uji linearitas
Tabel 14
Hasil Uji Linearitas
Variabel Uji Linearitas F Sig.
Kecerdasan Emosional (Combined) 3,140 0,000
Pola Asuh Otoritatif
Skor Total (Ayah dan
Ibu)
Linearity 90,392 0,000
Deviation from
Linearity
1,429 0,056
Berdasarkan hasil uji linearitas data pada tabel 15, terlihat
bahwa data pada skala kecerdasan emosional memiliki linearitas
pada data skala pola asuh otoritatif ayah dengan signifikansi 0,00
(< 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya sifat yang linear
antara data kecerdasan emosional dan data pola asuh otoritatif ayah
dan ibu.
2. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis korelasi
Spearman’s rho yang dilakukan dengan menggunakan SPSS for
windows versi 21. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan teknik Spearman’s rho dikarenakan distribusi data pada
skala kecerdasan emosional tidak terdistribusi normal. Hasil pengujian
hipotesis berdasarkan data yang telah diolah dapat dilihat pada tabel
15, berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 15
Hasil Uji Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Pola Asuh
Otoritatif Ayah dan Ibu
Hubungan Correlation
Coefficient
Sig.
Hubungan Pola Asuh Otoritatif
Skor Total (Ayah, Ibu) dan
Kecerdasan Emosional
0,478 0,000
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik Spearman’s rho
pada tabel 17, terlihat bahwa koefisien korelasi antara pola asuh
otoritatif orangtua yang terdiri dari ayah serta ibu dan kecerdasan
emosional adalah sebesar 0,478 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00
(p < 0,05). Interpretasi nilai koefisien korelasi tersebut berada dalam
tingkat hubungan yang sedang (Sugiyono, 2013).
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara pola asuh otoritatif orangtua yang terdiri dari ayah serta
ibu dan kecerdasan emosional para remaja pertengahan.
Lebih jauh, penelitian ini juga melihat hasil koefisien
determinasi (r squared) yang digunakan untuk melihat besarnya
sumbangan yang diberikan antara variabel bebas terhadap variabel
tergantung. Hasil sumbangan variabel pola asuh otoritatif orangtua
yang terdiri skala pola asuh otoritatif ayah dan skala pola asuh
otoritatif ibu terhadap variabel kecerdasan emosional kemudian
dianalisis masing-masing dan dijabarkan dalam tabel 16, berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 16
Hasil Sumbangan Variabel Pola Asuh Otoritatif Orangtua
R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Pola asuh otoritatif
ayah * Kecerdasan
Emosional
0,499a 0,249 0,245 8,449
Pola asuh otoritatif
ibu * Kecerdasan
Emosional
0,514a 0,265 0,261 8,359
Koefisien determinasi (r squared) yang didapatkan dari
variabel pola asuh otoritatif orangtua pada skala ayah terhadap
variabel kecerdasan emosional yaitu sebesar 0,249, sedangkan
variabel pola asuh otoritatif orangtua pada skala ibu terhadap variabel
kecerdasan emosional menunjukkan hasil koefisien determinasi
sebesar 0,265. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif ayah
memberikan sumbangan sebesar 0,249 atau 24,9% terhadap
kecerdasan emosional pada remaja pertengahan. Pola asuh otoritatif
ibu memberikan sumbangan sebesar 0,265 atau 26,5% terhadap
kecerdasan emosional pada remaja pertengahan.
3. Analisis Tambahan
a. Analisis korelasi masing-masing skala pola asuh otoritatif ayah
serta pola asuh otiritatif ibu dengan skala kecerdasan emosional
dijabarkan pada tabel 17, berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 17
Hasil Uji Korelasi
Hubungan Correlation
Coefficient
Sig.
Hubungan Pola Asuh Otoritatif
Ayah dan Kecerdasan
Emosional
0,462 0,000
Hubungan Pola Asuh Otoritatif
Ibu dan Kecerdasan Emosional
0,449 0,000
Berdasarkan hasil uji korelasi menggunakan teknik
Spearman’s rho pada tabel 19, terlihat bahwa koefisien korelasi
antara pola asuh otoritatif ayah dan kecerdasan emosional adalah
sebesar 0,462 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05).
Koefisien korelasi antara pola asuh otoritatif ibu dan kecerdasan
emosional adalah sebesar 0,449 dengan nilai signifikansi sebesar
0,00 (p < 0,05).
b. Kategorisasi skor
Pengkategorian skor dalam penelitian ini menggunakan
kategorisasi skor berdasar signifikansi perbedaan menurut Azwar
(2009). Pengkategorian ini dilakukan dengan cara menguji
signifikansi mean empiris atau mean sampel (M) dan skor teoretis
atau mean populasi. Pengkategorisasian ini bertujuan untuk
mengkategorikan individu ke jenjang rendah, sedang, dan tinggi
karena data yang dihasilkan tidak terdistribusi pada populasi
normal. Kategorisasi skor berdasar signifikansi perbedaan
didapatkan dari perhitungan manual menggunakan rumus interval
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
µ - t(α/2,n~1) (s/√n) ≤ X ≤ µ + t(α/2,n~1) (s/√n)
keterangan :
µ = Mean teoretis pada skala
t(α/2,n~1) = Harga kritis t pada taraf signifikansi α/2 dan derajat
kebebasan n-1
s = Deviasi standar skor
n = Banyaknya Subjek
1. Pengkategorian skor pada skala pola asuh otoritatif ayah
Hasil penghitungan menggunakan rumus interval :
50 – (18,049) (8,826/√182) ≤ X ≤ 50 + (18,049) (8,826/√182)
38,2 ≤ X ≤ 61,8
38 ≤ X ≤ 62
Tabel 18
Kategorisasi Tingkat Pola Asuh Otoritatif Ayah pada Remaja
Pertengahan
Kategori Rentang Jumlah Presentase
Rendah 38 ≤ 2 1,1 %
Sedang 38 ≤ X ≤ 62 90 49,45 %
Tinggi ≥ 62 90 49,45 %
Tabel kategorisasi menunjukkan bahwa sebanyak
49,45% subjek masuk dalam kategori sedang. Sebanyak
49,45% subjek juga masuk dalam kategori tinggi dan terdapat
1,1% subjek yang masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek
berada pada kategori tingkat pola asuh otoritatif ayah yang
sedang dan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Pengkategorian skor pada skala pola asuh otoritatif ibu
Hasil penghitungan menggunakan rumus interval :
47,5–(30,327)(6,589/√182) ≤ X ≤ 47,5 + (30,327) (6,589/√182)
32,7 ≤ X ≤ 62,3
33 ≤ X ≤ 62
Tabel 19
Kategorisasi Tingkat Pola Asuh Otoritatif Ibu pada Remaja
Pertengahan
Kategori Rentang Jumlah Presentase
Rendah 33 ≤ - -
Sedang 33 ≤ X ≤ 62 87 47,80 %
Tinggi ≥ 62 95 52,20 %
Tabel kategorisasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
subjek yang masuk dalam kategori rendah. Sebanyak 47,80%
subjek masuk dalam kategori sedang dan sebanyak 52,20%
subjek masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek berada pada
kategori tingkat pola asuh otoritatif ibu tinggi.
3. Pengkategorian skor pada skala kecerdasan emosional
Hasil penghitungan menggunakan rumus interval :
95 – (27,115) (9,620/√182) ≤ X ≤ 95 + (27,115) (9,620/√182)
75,67 ≤ X ≤ 114,33
76 ≤ X ≤ 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 20
Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosional pada Remaja
Pertengahan
Kategori Rentang Jumlah Presentase
Rendah 76 ≤ - -
Sedang 76 ≤ X ≤ 114 83 45,60%
Tinggi ≥ 114 99 54,40%
Tabel kategorisasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
subjek yang masuk dalam kategori rendah. Sebanyak 45,60%
subjek masuk dalam kategori sedang dan sebanyak 54,40%
subjek masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek berada pada
kategori tingkat kecerdasan emosional tinggi.
E. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pola asuh otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional pada remaja
pertengahan. Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan Spearman’s
Rho one tailed hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara pola asuh otoritatif orangtua dan kecerdasan emosional pada remaja
pertengahan. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pada penelitian
ini diterima. Koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,478
dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
remaja pertengahan mengalami pola asuh orangtua yang otoritatif maka
semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki.
Hasil temuan tersebut konsisten dengan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berkorelasi secara positif dengan kecerdasan emosional remaja (Nastasa &
Sala, 2012; Mohammadyari, 2013; Shalini & Balakrishna, 2013; Aslani et
al., 2015; Amandeep, 2017). Perkembangan emosi anak sejak dini
dibentuk melalui dinamika interaksi hubungan antara anak dengan
lingkungan tempat mereka tumbuh (Stack, Serbin, Enns, Ruttle, &
Barrieau, dalam Zarra-Nezhad et al., 2015). Salah satu aspek yang
mendukung dalam lingkungan ini adalah pola asuh orangtua, dimana
perilaku dan sikap orangtua yang relatif stabil terhadap anak-anak
menentukan iklim emosional dalam keluarga (Darling & Steinberg, 1993).
Darling dan Steinberg (1993) mendefinisikan pola asuh sebagai
sikap yang orangtua miliki tentang cara membesarkan anak. Baumrind
(1971), kemudian membagi pola asuh kedalam dua dimensi yaitu respon
(kehangatan) dan tuntutan (kontrol). Orangtua yang cenderung
menerapkan pola asuh otoritatif yaitu disertai dengan tingkat kehangatan
dan kontrol yang tinggi pada anak telah terbukti bersifat prediktif terhadap
pembentukan empati pada anak (Baumrind; Cunningham, Kliewer, &
Garner; Zhou, Eisenberg, Losoya, Fabes, Reiser, et al., dalam Zarra-
Nezhad et al., 2015).
Aspek kehangatan dan keterlibatan yang tinggi pada orangtua
otoritatif dapat membantu anak untuk mengenali emosi yang dirasakannya
dan mengelolanya dengan baik (Mashar, 2011). Pada aspek pemberian
otonomi berdasarkan kesiapan anak ternyata berpengaruh terhadap
perkembangan empati (Bryant, dalam Hapsari 2016), serta anak menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
lebih mampu menghadapi permasalahan secara lebih efektif yang
berdampak pada keterampilan sosial yang dimiliki (Eisenberg, dalam
Hapsari 2016). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa orangtua yang cenderung menerapkan pola asuh otoritaif
berdampak pada pembentukan kemampuan mengenali emosi diri,
mengelola emosi, empati dan keterampilan sosial pada anak. Kemampuan-
kemampuan tersebut merupakan aspek-aspek kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional memungkinkan individu untuk
mengekspresikan secara tepat sejumlah emosi yang berbeda seperti
kemarahan, ketakutan, cinta, kebahagiaan, dan jenis emosi lainnya sesuai
dengan perilakunya dalam situasi waktu tertentu. Kecerdasan emosional
juga memungkinkan individu untuk mengetahui emosi orang lain dan
mampu bereaksi sesuai dengan hal tersebut (Goleman, Mayer, Salovey, &
Caruso, dalam Naghavi & Redzuan, 2011).
Berdasarkan hasil analisis tambahan yang dilakukan terhadap
koefisien korelasi pada masing-masing skala menunjukkan hasil bahwa
terdapat korelasi yang positif antara pola asuh otoritatif ayah dan skala
pola asuh otoritatif ibu terhadap kecerdasan emosional. Hal tersebut
terlihat dari koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,462 dengan
signifkansi 0,00 (p < 0,05) pada uji korelasi antara pola asuh otoritatif ayah
dan kecerdasan emosional. Pada uji korelasi antara pola asuh otoritatif ibu
dan kecerdasan emosional mencapai koefisien korelasi sebesar 0,449
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Koefisien korelasi pada kedua hasil
tersebut termasuk dalam golongan sedang (Sugiyono, 2013).
Berdasarkan hasil analisis tambahan yang dilakukan, hasil penelitian
terdahulu juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
pola asuh otoritatif ayah dengan keseluruhan aspek-aspek pada kecerdasan
emosional (Shalini & Balakrishna 2013). Kesimpulan dalam penelitian
tersebut mengungkapkan bahwa ayah yang cenderung lebih menggunakan
pola asuh otoritatif akan mengurangi munculnya masalah penyesuaian dan
masalah emosional pada anak serta mampu membesarkan anak-anak yang
cerdas secara emosional. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa
pola asuh otoritatif yang diterapkan oleh ibu berkorelasi secara positif pada
aspek-aspek kecerdasan emosional anak yakni aspek kesadaran diri,
motivasi diri dan kemampuan berhubungan sosial dengan orang lain (Joshi
& Dutta, 2015). Hal lain yang mempengaruhi tingginya pola pengasuhan
yang otoritatif ibu adalah jumlah anak yang dimiliki (Ulutas & Omeroglu
2008).
Pola asuh otoritatif melibatkan adanya kehangatan dan dukungan
emosional (Davis, dalam Shalini & Balakrishna 2013), penerimaan dan
keterlibatan (Berk, 2012), kombinasi antara kebebasan dan kontrol
(Markazi, Badrigargari & Vahedi, 2011) komunikasi dan menciptakan
iklim emosional agar remaja mampu menangani perasaan mereka sendiri
maupun orang lain. Hal tersebut dapat membantu remaja untuk menyadari
apapun yang mereka rasakan dengan mengkomunikasikannya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
orangtua, dengan begitu kesadaran akan emosi diri menghasilkan regulasi
otonom dari emosi yang dimiliki. Kesadaran emosi diri dan kemampuan
mengelola emosi (pengendalian diri) mengarahkan pada kemampuan
kesadaran akan emosi orang lain (Shalini & Balakrishna, 2013).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dengan
orangtua yang menerapkan pola asuh otoritatif memperoleh skor lebih
tinggi pada beberapa kompetensi yang diukur, diantaranya perkembangan
sosial, persepsi terhadap diri, dan kesehatan mental, dibandingkan anak-
anak dengan orangtua yang cenderung menerapkan pola asuh
authoritarian, permissive maupun neglectful. Hal tersebut berlaku tidak
hanya pada masa anak-anak namun juga pada tahap perkembangan remaja,
sebagaimana dibuktikan oleh perkembangan psikososial dan pencapaian
akademik yang lebih tinggi, serta rendahnya masalah perilaku pada remaja
(Ballantine, dalam Joseph & John 2008).
Hasil analisis uji hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel pola
asuh otoritatif ayah memberikan sumbangan sebesar 24,9% terhadap
kecerdasan emosional, sedangkan pada variabel pola asuh otoritatif ibu
memberikan sumbangan sebesar 26,5% terhadap kecerdasan emosional
pada remaja pertengahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada
keberadaan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yang
turut memengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional. Salah satu faktor
lain yang turut memengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional dalam
diri remaja yaitu lingkungan sekolah. Pelajaran membaca dan menulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pelajaran tentang kesehatan, sains, IPS, serta mata pelajaran wajib
merupakan bagian dari pendidikan emosi bagi anak (Goleman, 1995).
Jenis karakter yang dimiliki anak, neurofisiologi, serta tingkat kognitif
(Eisenberg & Morris; Goldsmith & Davidson, dalam Ulutas & Omeroglu
2012), lingkungan pertemanan anak (Cole, et al. ; Parke, Walden & Smith,
dalam Ulutas & Omeroglu 2012), faktor-faktor personal seperti jenis
kelamin, budaya dan lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi
terbentuknya kecerdasan emosional individu (David, Alexander, &
Chockalingam; Nicholas & Scott, dalam Rauf, Tarmidi, Omar, Yaaziz, &
Zubir 2013).
Dalam analisis faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
pembentukan kecerdasan emosional, diantaranya faktor keluarga, hasil
penelitian menemukan bahwa kelengkapan anggota keluarga ternyata
berkorelasi dengan tingkat kecerdasan emosional. Misalnya penelitian
terhadap individu yang tinggal bersama dengan keluarganya dimana
terdapat anggota keluarga yang bercerai dan individu yang tinggal dengan
anggota keluarga yang masih utuh (tidak mengalami perceraian), hasil
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ternyata lebih tinggi ketika
individu tinggal dengan anggota keluarga yang utuh (Singh dan Modi,
2012). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran orangtua yang untuh
mempengaruhi kecerdasan anak. Selain itu, kecerdasan emosional juga
berkorelasi positif dengan tingkat keuangan dan kesejahteraan hidup dalam
keluarga (Nasir, 2011). Iklim psikologis dalam keluarga serta ikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
emosional yang kuat dengan ayah atau ibu maupun dengan kedua orangtua
agaknya turut mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional seseorang
(Lekaviciene & Antiniene, 2016).
Analisis yang telah dilakukan terhadap mean empirik dan mean
teoretik yang ada menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki
kecenderungan pola asuh otoritatif ayah dan pola asuh otoritatif ibu yang
tinggi. Hal tersebut terlihat dari mean empirik yang secara signifikan lebih
tinggi daripada mean teoretik pada masing-masing skala pola asuh
orangtua. Salah satu faktor yang turut memengaruhi pola asuh orangtua
adalah strata sosioekonomi. Orangtua dari strata sosioekonomi yang
berbeda membesarkan anak mereka secara berbeda (Bradley dan Corwyn,
dalam Joseph & Jilly 2008). Orangtua yang tergolong dalam strata
sosioekonomi kelas menengah dan kelas atas mengikuti pola pengasuhan
otoritatif dan permisif. Akan tetapi, pada keluarga modern memberi lebih
banyak kebebasan dan praktik disiplin yang santai kepada anak-anak
mereka terlepas dari tingkat pendapatan mereka. Pola pengasuhan
orangtua juga bergantung pada sejumlah faktor, yaitu seperti jumlah anak,
tipe kepribadian antara orangtua dan anak, sikap orangtua dan struktur
dalam keluarga (Schwartz dan Scott, dalam Joseph & Jilly 2008).
Pada variabel kecerdasan emosional, hasil juga menunjukkan bahwa
mean empirik yang secara signifikan lebih tinggi daripada mean teoretik.
Hal ini juga menunjukkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki
kecerdasan emosional yang cenderung tinggi. Goleman (1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mengungkapkan bahwa faktor eksternal yang memengaruhi terbentuknya
kecerdasan emosional adalah lingkungan sosial individu yang meliputi
institusi pendidikan yaitu lingkungan sekolah. Subjek dalam penelitian ini
secara keseluruhan berada dalam jenjang pendidikan SMA maupun SMK,
sehingga dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan memengaruhi tingkat
kecerdasan emosional subjek. Faktor akademik seperti tahun gelar, prestasi
akademik, jenis sekolah menengah pertama dan tingkat pendidikan
sebelumnya turut memengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional anak
(Gail, Darlene, Beth, Jean, dan Joyce dalam Rauf et al., 2013). Hasil
penelitian lain mengungkapkan bahwa kemampuan anak dalam
mengembangkan kecerdasan emosionalnya berkorelasi positif dengan
keberhasilan akademis, sosial dan kesehatan mentalnya (Mashar, 2011).
Berdasarkan analisis tambahan yang telah dilakukan terhadap data
demografik subjek, terdapat sebanyak 49,45% subjek yang berada dalam
kategori tinggi dalam kecenderungan pola pengasuhan otoritatif ayah.
Sebanyak 52,20% subjek memiliki kecenderungan pola asuh otoritatif ibu
yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
tingkat pola asuh otoritatif yang diterapkan oleh ayah dan ibu. Faktor-
faktor seperti perbedaan kepribadian, sejarah perkembangan masing-
masing figur orangtua, tingkat pengetahuan dan kepercayaan (Berns,
Martin & Colbert, dalam Silalahi & Meinarno, 2010), selain itu, faktor
pendidikan, budaya, status sosial ekonomi, pengaruh pasangan serta
temperamen yang dimiliki masing-masing figur orangtua dan anak Belsky
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(dalam Joseph & Jilly 2008), perbedaan peran gender dan waktu
berinteraksi dengan anak juga turut mempengaruhi pola pengasuhan
masing-masing figur orangtua (Herdiansyah, 2016). Berdasarkan tingkat
kecerdasan emosional yang dimiliki, sebanyak 54,40% subjek tergolong
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang kategori tinggi.
F. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat pula
beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya yaitu subjek dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi SMA dan SMK. Peneliti cenderung
melewatkan subjek yang tidak bersekolah, sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan pada keseluruhan subjek dalam tahap
perkembangan remaja pertengahan. Peneliti telah berupaya untuk memberi
kontrol dengan membatasi subjek penelitian berdasarkan kriteria tertentu
saat pengambilan data berlangsung, akan tetapi faktor-faktor lain yang
memengaruhi variabel bebas seperti tingkat pendidikan orangtua, latar
belakang budaya dan strata sosioekonomi orangtua (Belsky, et al., dalam
Joseph & Jilly 2008) kurang begitu diperhatikan, sehingga kurang dapat
dikontrol pada saat pengambilan data. Hal tersebut memengaruhi
penjelasan mengenai tinggi dan rendahnya pola asuh otoritatif orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh
otoritatif orangtua yang meliputi ayah serta ibu, dan kecerdasan
emosional pada remaja pertengahan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin orangtua menerapkan pola asuh yang otoritatif maka semakin
tinggi kecerdasan emosional pada remaja pertengahan.
Koefisien korelasi pada skala pola asuh otoritatif ayah dan skala
otoritatif ibu dalam penelitian ini termasuk dalam golongan sedang. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata subjek mendapatkan
kecenderungan pola pengasuhan otoritatif ayah dan ibu yang tinggi serta
memiliki kecerdasan emosional yang cenderung tinggi.
B. Saran
1. Bagi remaja
Berdasarkan hasil kategorisasi skor kecerdasan emosional,
terdapat 54,40% subjek dengan kecerdasan emosional pada tingkat
tinggi dan 45,60% subjek dengan kecerdasan emosional tingkat
sedang. Kecerdasan emosional yang tinggi pada tahap perkembangan
remaja berkorelasi dengan banyak dampak positif, salah satunya yaitu
mengurangi kenakalan remaja. Remaja pertengahan dianjurkan untuk
lebih memperhatikan dan mengembangkan kecerdasan emosional di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
samping kecerdasan intelektual guna mencegah dan meminimalkan
perilaku kenakalan remaja.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, data dalam
penelitian ini bersifat tidak normal. Peneliti selanjutnya disarankan
untuk memperbanyak responden agar data yang dihasilkan dapat
terdistribusi secara normal. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, peneliti juga melewatkan responden yang tidak
bersekolah, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melibatkan
responden yang tidak bersekolah agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada responden dalam tahap perkembangan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh
sumbangan efektif variabel pola asuh otoritatif ayah sebesar 24,9%
dan sebesar 26,5% pada pola asuh ibu terhadap kecerdasan emosional
pada remaja pertengahan. Berdasarkan hal tersebut terdapat sekitar
74% sumbangan variabel lain yang agaknya dapat menjadi referensi
dalam penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan penelitian dengan meneliti hubungan maupun
pengaruh antara variabel-variabel lain tersebut. Variabel lain tersebut
dapat berupa pengaruh teman sebaya, kecerdasan emosional
orangtua, lingkungan keluarga, faktor-faktor personal seperti tipe
kepribadian, jenis temperamen, jenis kelamin, budaya, lingkungan
tempat tinggal dan faktor pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdollahi, A., Talib, M. A., & Motalebi, S. A. (2013). Perceived parenting styles
and emotional intelligence among iranian boy students. Asian Journal of
Social Sciences & Humanities, 2(3), 460-466.
Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan: Pendekatan ekologi kaitannya
dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika
Aditama
Aksi klitih merajalela. (2017, Maret 15). Koran Sindo, hh, 11.
Alegre, A. (2011). Parenting styles and children’s emotional intelligence: What do
we know? The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and
Families, 19(1), 56-62.
Alegre, A. (2012). IS there a relation between mother’s parenting styles and
children’s trait emotional intelligence. Electronic Journal of Research in
Educational Psychology, 10(1), 5-34.
Amandeep. (2017). Emotional intelligence in relation to percieved parenting style
of early adolescents. The International Journal of Indian Psychology, 4(3),
174-182.
Ali, M., & Asrori M. (2009). Psikologi remaja perkembangan peserta didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Al-Rfou, M. A. (2012). Emotional intelligence and its relation with instructional
achievement of tafilah technical university students. American International
Journal of Contemporary Research, 2(10), 68-76.
Aslani, K., Derikvandi, N., & Dehghani, Y. (2015). Relationship between
parenting styles, religiosity, and emotional intelligence with addiction
potential in high schools students. Journal of Fundamentals of Mental
Health, 74-80.
Asghari, M., & Besharat, M. (2011). The relation of perceived parenting with
emotional intelligence. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 30, 231-
235.
Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental
Psychology Monographs, 4(1), 1-103.
Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan (edisi kelima) dari prenatal
sampai masa remaja, transisi menjelang dewasa. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bhatia, G. (2012). A study of family relationship in relation to emotional
intelligence of the students of secondary level. International Journal of
Scientific and Research Publications, 2(12), 1-5.
Blair, S. (2014). Parental involvement and children’s educational performance: A
comparison of Filipino and U.S. parents. Journal of Comparative Family
Studies, 45, 351-366.
Colder, C., Lockman, J., Wells, K. (1997). The moderating effects of children’s
fear and activity level on relations between parenting practices and
childhood symptomatology. Journal of Abnormal Child Psychology, 25,
251-263.
Cunningham, J., Kliwer W., Garner, P. (2009). Emotional socialization, child
emotional understanding and regulation, and adjustment in urban African
American families: Differential associations across child gender.
Development and Psychopathology, 21, 261-283.
Darling, N., & Steinberg, L. (1993). Parenting style as context: An integrative
model. Psychological Bulletin, (113), 487-496.
Empat anggota klitih jadi tersangka. Diakses pada tanggal 12 Maret 2018 dari
http://krjogja.com/web/news/read/60658/Empat_Anggota_Klitih_Jadi_Ters
angka
Goleman, D. (1995). Kecerdasan emosional. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Gunarsa, S. (2004). Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia
Hapsari, I. (2016). Psikologi perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Indeks
Herdiansyah, H. (2016). Gender dalam perspektif psikologi. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (ed. ke-5). Jakarta: Penerbit Erlangga
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
James, C., Bore, M., Zito, S. (2012). Emotional intelligence and personality as
predictors of psychological well-being. Journal of Psychoeducational
Assessment, 30(4), 425-438.
Joshi, D., & Dutta, I. (2015). A correlative study mother parenting style and
emotional intelligence of adolescent learner. International Journal of
Innovation and Scientific Research, 13(1), 145-151.
Joseph M. V., & Jilly, J. (2008). Impact of parenting styles on child development.
Global Academic Society Journal: Social Science Insight, 1(5), 16-25.
Kartono, K. (1985). Peran keluarga memandu anak. Jakarta: CV Rajawali
Kasus tawuran pelajar di yogyakarta meningkat di tahun 2016. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2017 dari https://news.detik.com/berita/d-3383483/kasus-
tawuran-pelajar-di-yogyakarta-meningkat-di-tahun-2016
Kumar, V., Mehta, M., & Maheshwari, N. (2013). Effect of emotional intelligence
on the achievement motivation, psychological adjustment and scholastic
performance of secondary school students. Journal of the Indian Academy
of Applied Psychology, 39(1),74-81.
Lekaviciene, R., & Antiniene, D. (2016). High emotional intelligence: family
psychosocial factors. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 217(2016),
609-617.
Markazi, L., Badrigargari, R., Vahedi, S. (2011). The role of parenting efficacy
and parenting style on self regulation learning in adolescent girls of Tabriz.
Procedia-social and behavioural sciences.
Marliani, R. (2016). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: Penerbit
Pustaka Setia
Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya (ed. ke-
1). Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group
Mohammadyari, G. (2013). The relationship between parental style and emotional
intelligence among students of payame noor university. Proceeding of the
Global Summit on Education, 853-858.
Monks, F. J., Knoers A. M. P., & Haditono, S. R., (2004). Psikologi
perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah
Mada University
Naghavi, F., & Redzuan, M. (2011). The relationship between gender and
emotional intelligence. World Applied Sciences Journal, 15(4), 555-561.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Nastasa, L., & Sala, K. (2011). Adolescents’ emotional intelligence and parental
styles. Procedia Social Behavioral Sciences, 33, 478-482.
Nasir, M. (2011). Correlation of emotional intelligence with demographic
characteristics, academic achievement and cultural adjustment of the
students of IIUI. Departement of education faculty of social sciences
international islamic university Islamabad. Retrieved 11. 11. 2013,
http://prr.hec.gov.pk/Thesis/1088S.pdf#page=259&zoom=auto,0,277
Noor, J. (2011). Metodologi penelitian skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah.
Jakarta: Penerbit Kencana
Noorbakhsh, S., Besharat, M. A., & Zarei, J. (2010). Emotional intelligence and
coping styles with stress. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 5, 818-
822.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldam, R. D. (2008). Human develompment
(psikologi perkembangan) (ed. ke-9). Jakarta: Prenada Media Group
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldam, R. D. (2009). Human develompment :
perkembangan remaja (ed. ke-10). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika
Papalia, D. E., Feldam, R. D., & Martorell G. (2014). Menyelami perkembangan
manusia (ed. ke-12). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika
Patton, P. (1998). EQ (Kecerdasan emosional) di tempat kerja. Jakarta: PT.
Pustaka Delapratasa
Pendidikan dan masa depan bangsa. (25 Mei 2016). Diakses pada tanggal 18
Maret 2017 dari http://www.kompasiana.com/baizul_zaman/pendidikan-
dan-masa-depan-bangsa_57451e35707e61d60412bcd0
Rauf, F. H., Tarmidi, M., Omar, M., Yaaziz, N. N., & Zubir, N. (2013). Personal,
family and academic factors towards emotional intelligence : a case study.
International Journal Applied Psychology, 3(1), 1-6.
Saikia, J., Anshu., & Mathur, A. (2015). A study on emotional intelligence of
adolescents. Advance Research Journal of Social Science, 6(1), 1-8.
Salimynezhad, S., Poor N., & Valiza, A. (2015). The studies of relationship
between parental styles with emotional intelligence in elementary schools
students of makoo. Social and Behavioral Sciences, 205, 221-227.
Salovey, P., & Grewal, D. (2005). The science of emotional intelligence.
American Psychological Society, 14(6), 281-285.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: Dari blog menjadi buku.
Yogyakarta: Penerbit USD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja (ed. ke-6). Jakarta:
Penerbit Erlangga
Santrock, J. W. (2004). Life-span development (9th ed.). New York: McGraw-
Hill.
Santrock, J. W. (2007). Remaja (ed. ke-11). Jakarta: Penerbit Erlangga
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu
Shahzad, S., Begum, N., & Khan, A. (2013). Understanding emotions in
adolescent: linkage of trait emotional intelligence with aggression. Asian
Journal of Social Science & Humanities, 2(3), 386-394.
Shalini, A., & Balakrishna, A. (2013). Perceived paternal parenting style on
emotional intelligence of adolescents. Guru Journal of Behavior and Social
Sciences, 1(4), 194-202.
Silalahi, K., & Meinarno, E. (2010). Keluarga indonesia aspek dan dinamika
zaman. Jakarta: Rajawali Pers
Singh, A., & Modi, R. (2012). Impact of nuclear and joint family on emotional
intelligence among adolescents. 2nd Indian Psychological Science
Congress, Chandigard, 181.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Sung, H. Y. (2011). The influence of culture and parenting practices of east asian
families and emotional intelligence of older adolescents a qualitative study.
School Psychology International, 31(2), 199-214.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit USD
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995).
Kamus besar bahasa indonesia (edisi 2 cetakan 4). Jakarta: Balai Pustaka
Ulutas, I., & Omeroglu, E. (2008). Determining the methods of mothers use to
support their children’s emotional intelligence. Humanity and social
sciences Journal, 3(2), 151-157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Ulutas, I., & Omeroglu, E. (2012). Maternal attitudes, emotional intelligence and
home environtment and their relations with emotional intelligence of sixth
years old children. Intech Europe, 9, 168-180.
Upadyaya, K., & Salmela-Aro, K. (2013). Development of school engagement in
association with academic success and well-being in varying social context.
European Psychologist, 18, 136-147.
Zarra-Nezhad M., Aunola, K., Kiuru, N., Mullola, S., & Moazami, G. A. (2015).
Parenting styles and children’s emotional development during the first
grade: the moderating role of child temperament. Journal Psychol
Psychother, 5(5), 1-12.
Zhou, Q., Eisenberg, N., Losoya, S., Fabes R., Reiser, M., et al. (2002). The
relations of parental warmth and positive expressiveness to children’s
empathy-releated responding and social functioning: A longitudinal study.
Child Development, 73, 893-915.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
LAMPIRAN 1
SKALA UJI COBA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
SKALA PENELITIAN
(UJI COBA)
Oleh :
Lintang Hari Tanhanasashi P.
139114024
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir,
saya mengharapkan partisipasi Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini
berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan pandangan terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang
benar atau yang salah, maka silahkan Saudara memberikan jawaban yang paling
sesuai dengan keadaan diri Anda yang sesungguhnya. Oleh karena itu, saya selaku
peneliti mengharapkan Anda bersedia memberikan jawaban Anda sendiri
sejujurnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan
dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja.
Sebelum mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda,
jangan sampai ada yang terlewat. Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama
dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini.
Yogyakarta,....... Agustus 2017
Hormat saya,
Lintang Hari Tanhanasashi P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan mengisi skala ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan
tanpa paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Semua jawaban dalam skala
penelitian ini adalah murni dari apa yang saya alami sesungguhnya dan bukan
berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saya mengijinkan
peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang saya berikan untuk
kepentingan penelitian ini.
........,....................... 2017
Menyetujui,
...............................................
(Tanda Tangan dan Inisial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
IDENTITAS
Inisial :
Jenis kelamin :
Usia : Tahun
Kelas :
Tinggal bersama :
a. Orangtua lengkap (ayah, ibu)
b. Lain-lain ..................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PETUNJUK PENGISIAN
Skala berikut ini terdiri dari tiga bagian dengan total pernyataan sebanyak 98 buah
pernyataan. Bacalah dan pahami setiap pernyataan tersebut dengan seksama.
Berilah tanda silang (X) di dalam kotak yang telah tersedia, yaitu :
SS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT SETUJU” dengan diri Anda
S : Bila pernyataan tersebut “SETUJU” dengan diri Anda
TS : Bila pernyataan tersebut “TIDAK SETUJU” dengan diri Anda
STS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SETUJU” dengan diri
Anda
Anda bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan diri Anda sendiri, tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah karena jawaban Anda mencerminkan diri Anda
sendiri.
Contoh cara pengisian :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membaca buku X
Ketika Anda keliru dalam memilih jawaban, Anda dapat memberikan tanda sama
dengan (-) pada jawaban yang telah Anda pilih sebelumnya dan memberikan
tanda silang (X) pada jawaban yang lebih menggambarkan diri Anda.
Contoh koreksi :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membaca buku X X
SELAMAT MENGERJAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No Item STS TS S SS
1. Saya menyadari perasaan-perasaan yang saya
rasakan
2. Saya menyalahkan diri saya ketika mengalami
kegagalan
3. Saya merasa mampu meraih harapan-harapan
saya di masa depan
4. Saya memaksakan pendapat saya pada orang
lain
5. Saya mampu menyampaikan pendapat saya
ketika di dalam kelompok
6. Saya merasa kesulitan menyadari perasaan
yang sedang saya rasakan
7. Saya menerima kenyataan ketika saya
mengalami kegagalan
8. Saya merasa kurang mampu meraih harapan
saya di masa depan
9. Saya berusaha melihat suatu persoalan dari
sudut pandang orang lain
10. Saya memendam keinginan saya daripada
harus mengutarakannya kepada orang lain
11. Saya merasa peka terhadap perasaan saya
12. Saya tak segan memukul orang yang membuat
saya merasa marah
13. Saya merasa yakin bahwa saya akan berhasil
di masa depan
14. Saya merasa pendapat saya seringkali lebih
benar dibandingkan pendapat orang lain
15. Saya dapat menyampaikan maksud saya
dengan tepat pada orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No Item STS TS S SS
16. Seringkali saya merasa bingung dengan
perasaan yang saya rasakan
17. Saya menahan diri untuk tidak mengeluarkan
kata-kata kasar ketika saya marah
18. Seringkali saya kurang percaya diri dalam
melakukan sesuatu
19. Saya menghargai pendapat teman ketika
berdiskusi
20. Saya merasa gugup ketika harus berbicara di
depan orang banyak
21. Saya memahami penyebab mengapa saya
merasa sedih
22. Saya mengeluarkan kata-kata kasar ketika
saya marah
23. Saya menunda kegiatan lain untuk
menyelesaikan tugas
24. Saya enggan menerima pendapat dari orang
lain walaupun sebenarnya pendapat tersebut
masuk akal
25. Saya mudah akrab dengan teman baru
26. Saya merasa jengkel terhadap seseorang
tanpa tahu penyebabnya
27. Saya merasa bersyukur atas hidup yang saya
jalani
28. Seringkali saya merasa menyerah akan apa
yang sedang saya hadapi
29. Saya memahami bahwa setiap orang
memiliki cara berfikir yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No Item STS TS S SS
30. Saya merasa kesulitan untuk cepat akrab
dengan teman baru
31. Saya mengerti penyebab mengapa saya
merasa jengkel terhadap seseorang
32. Saya sering merasa iri dengan kehidupan
orang lain
33. Saya berusaha untuk mengumpulkan tugas
tepat waktu
34. Saya kesulitan mengetahui apa yang
dirasakan oleh teman saya karena saya tidak
mengalaminya
35. Saya menghibur teman saya yang sedang
bersedih
36. Saya merasa kecewa tanpa tahu penyebabnya
37. Saya menahan diri untuk tidak memukul
orang yang membuat saya merasa marah
38. Seringkali saya tidak mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru
39. Saya berusaha memahami perasaan orang lain
40. Saya merasa canggung jika harus berkenalan
terlebih dahulu dengan teman baru
41. Saya cenderung diam ketika saya merasa
marah
42. Saya cenderung menyalahkan keadaan ketika
saya merasa tertekan
43. Saya mampu berkonsentrasi ketika
mengerjakan tugas
44. Seringkali cerita teman membosankan
sehingga saya enggan mendengarkannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAGIAN KEDUA
No Item STS TS S SS
1. Ayah sering menanyakan keberadaan saya
ketika saya belum pulang ke rumah
2. Ayah jarang memberikan arahan bagi saya
untuk berprilaku lebih baik
3. Ayah mendorong saya untuk dapat
mengambil keputusan berdasarkan kesiapan
saya
4. Saya merasa terdapat jarak hubungan antara
saya dengan ayah sehingga saya merasa segan
5. Ayah seringkali memberi nasehat agar saya
berperilaku baik
No Item STS TS S SS
45. Saya akan membantu teman yang mengalami
kesulitan
46. Saya kesulitan mengidentifikasi hal-hal apa
saja yang dapat membuat saya marah
47. Saya menghubungi teman ketika saya merasa
bosan
48. Saya sering melanggar peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah
49. Saya mendengarkan dengan baik ketika ada
orang yang bercerita kepada saya
50. Saya tidak terlalu peduli dengan
permasalahan yang dihadapi oleh orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No Item STS TS S SS
6. Ayah mendesak saya untuk mengambil
keputusan sesegera mungkin tanpa berpikir
panjang
7. Ayah seringkali meluangkan waktunya untuk
mengobrol dengan saya
8. Ayah membiarkan saya ketika saya
berperilaku kurang baik
9. Ayah melibatkan saya dalam diskusi keluarga
10. Ayah kurang memiliki waktu luang untuk
mengajari saya
11. Ayah menegur saya ketika saya berperilaku
buruk
12. Ayah jarang melibatkan saya dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga
13. Ayah selalu mengusahakan apa yang menjadi
kebutuhan saya
14. Ayah membebaskan saya berperilaku sesuai
dengan keinginan saya
15. Ayah menanyakan persetujuan atas suatu
keputusan yang hendak diambil dalam
keluarga
16. Ayah jarang memiliki waktu untuk membantu
saya ketika saya merasa kesulitan
17. Ayah menetapkan peraturan bersama dalam
keluarga
18. Saya merasa pendapat saya jarang
didengarkan oleh ayah
19. Ayah bersikap sabar ketika mengajari saya
sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No Item STS TS S SS
20. Ayah selalu memperbolehkan saya untuk
melakukan segala sesuatu
21. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan keluarga, Ayah tetap
mendengarkan pendapat saya
22. Ayah tidak terlalu ikut campur dalam urusan
studi saya
23. Ayah menjelaskan pada saya perilaku yang
boleh dan tidak boleh saya lakukan
24. Ayah jarang memberikan saya kesempatan
untuk berpendapat tentang suatu hal
BAGIAN KETIGA
No Item STS TS S SS
1. Ibu seringkali memberi nasehat agar saya
berperilaku baik
2. Ibu mendesak saya untuk mengambil
keputusan sesegera mungkin tanpa berpikir
panjang
3. Ibu sering menanyakan keberadaan saya
ketika saya belum pulang ke rumah
4. Ibu jarang memberikan arahan bagi saya
untuk berprilaku lebih baik
5. Ibu mendorong saya untuk dapat mengambil
keputusan berdasarkan kesiapan saya
6. Saya merasa terdapat jarak hubungan antara
saya dengan Ibu sehingga saya merasa segan
7. Ibu menegur saya ketika saya berperilaku
buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No Item STS TS S SS
8. Ibu jarang melibatkan saya dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga
9. Ibu seringkali meluangkan waktunya untuk
mengobrol dengan saya
10. Ibu membiarkan saya ketika saya berperilaku
kurang baik
11. Ibu melibatkan saya dalam diskusi keluarga
12. Ibu kurang memiliki waktu luang untuk
mengajari saya
13. Ibu menetapkan peraturan bersama dalam
keluarga
14. Saya merasa pendapat saya jarang
didengarkan oleh Ibu
15. Ibu selalu mengusahakan apa yang menjadi
kebutuhan saya
16. Ibu membebaskan saya berperilaku sesuai
dengan keinginan saya
17. Ibu menanyakan persetujuan atas suatu
keputusan yang hendak diambil dalam
keluarga
18. Ibu jarang memiliki waktu untuk membantu
saya ketika saya merasa kesulitan
19. Ibu menjelaskan pada saya perilaku yang
boleh dan tidak boleh saya lakukan
20. Ibu jarang memberikan saya kesempatan
untuk berpendapat tentang suatu hal
21. Ibu bersikap sabar ketika mengajari saya
sesuatu
22. Ibu selalu memperbolehkan saya untuk
melakukan segala sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No Item STS TS S SS
23. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan keluarga, Ibu tetap
mendengarkan pendapat saya
24. Ibu tidak terlalu ikut campur dalam urusan
studi saya
Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewatkan. Terimakasih
kesediaannya dalam mengisi skala penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN 2
Realibilitas Skala Pola Asuh Otoritatif Orangtua dan Skala
Kecerdasan Emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
RELIABILITAS SKALA
A. Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah
1. Sebelum seleksi item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,898 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 70,5625 71,363 ,678 ,889
item2 70,3750 72,946 ,604 ,891
item3 70,5500 74,884 ,487 ,894
item4 70,8000 72,111 ,522 ,893
item5 70,3750 72,870 ,693 ,889
item6 70,7250 78,531 ,178 ,900
item7 70,8250 71,235 ,730 ,888
item8 70,4000 75,433 ,487 ,894
item9 70,7875 74,524 ,669 ,891
item10 70,9375 71,857 ,630 ,890
item11 70,6375 74,107 ,480 ,894
item12 70,8250 72,577 ,693 ,889
item13 70,3500 75,268 ,392 ,896
item14 71,0625 76,388 ,262 ,900
item15 70,7375 74,525 ,563 ,892
item16 70,8125 73,142 ,592 ,891
item17 70,9125 74,613 ,458 ,894
item18 70,6875 74,850 ,586 ,892
item19 70,6875 76,268 ,366 ,896
item20 71,2125 77,815 ,176 ,902
item21 70,7750 77,569 ,312 ,897
item22 71,0750 71,539 ,610 ,891
item23 70,4375 76,199 ,417 ,895
item24 70,8500 77,041 ,296 ,898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Setelah seleksi item (nilai kritis menggugurkan item sebesar 0,30).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,909 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 59,21 59,840 ,659 ,902
Item2 59,03 61,265 ,585 ,904
Item3 59,20 62,795 ,492 ,906
Item4 59,45 59,896 ,552 ,905
Item5 59,03 61,189 ,674 ,902
Item7 59,48 59,037 ,775 ,899
item8 59,05 63,592 ,461 ,907
item9 59,44 62,325 ,695 ,903
item10 59,59 60,018 ,635 ,903
item11 59,29 61,980 ,494 ,906
item12 59,48 60,607 ,707 ,901
item13 59,00 63,468 ,367 ,910
item15 59,39 62,519 ,563 ,905
item16 59,46 61,037 ,612 ,903
item17 59,56 62,654 ,452 ,907
item18 59,34 62,783 ,591 ,904
item19 59,34 63,745 ,404 ,908
item21 59,43 65,184 ,328 ,909
item22 59,73 59,873 ,602 ,904
item23 59,09 64,005 ,422 ,908
B. Skala Pola Asuh Otoritatif Ibu
1. Sebelum seleksi item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,877 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 74,86 55,462 ,600 ,870
Item2 75,53 56,556 ,214 ,881
Item3 74,91 55,119 ,587 ,870
Item4 75,21 55,967 ,278 ,879
Item5 75,25 55,582 ,415 ,874
Item6 75,05 55,339 ,407 ,874
Item7 75,01 55,000 ,575 ,870
item8 75,49 55,215 ,449 ,873
item9 75,18 54,475 ,525 ,870
item10 75,01 54,924 ,617 ,869
item11 75,44 54,173 ,578 ,869
item12 75,39 53,430 ,526 ,870
item13 75,58 55,716 ,367 ,875
item14 75,29 55,321 ,437 ,873
item15 75,03 53,923 ,627 ,868
item16 75,83 56,323 ,223 ,881
item17 75,44 54,806 ,548 ,870
item18 75,28 53,923 ,552 ,870
item19 75,03 55,063 ,596 ,870
item20 75,41 54,802 ,614 ,869
item21 75,18 54,399 ,603 ,869
item22 76,01 56,291 ,230 ,881
item23 75,38 55,250 ,586 ,870
item24 75,48 56,759 ,243 ,879
2. Setelah Seleksi Item (nilai kritis menggugurkan item sebesar 0,30).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,902 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 60,04 41,226 ,562 ,897
Item3 60,09 40,967 ,545 ,897
Item5 60,43 41,108 ,413 ,901
Item6 60,23 40,936 ,400 ,902
Item7 60,19 40,762 ,551 ,897
item8 60,66 40,480 ,489 ,899
item9 60,35 39,547 ,605 ,895
item10 60,19 40,762 ,582 ,896
item11 60,61 39,734 ,599 ,896
item12 60,56 38,781 ,578 ,897
item13 60,75 40,823 ,414 ,901
item14 60,46 40,783 ,449 ,900
item15 60,20 39,732 ,620 ,895
item17 60,61 39,987 ,614 ,895
item18 60,45 39,390 ,587 ,896
item19 60,20 40,744 ,583 ,896
item20 60,59 40,296 ,637 ,895
item21 60,35 40,003 ,616 ,895
item23 60,55 40,706 ,607 ,896
C. Skala Kecerdasan Emosional
1. Sebelum Seleksi Item
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 144,4430 160,737 ,414 ,895
item2 145,4684 166,944 -,001 ,899
item3 144,2658 163,480 ,281 ,896
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,897 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
item4 144,3924 161,959 ,329 ,896
item5 144,5696 160,377 ,494 ,894
item6 144,8354 157,729 ,564 ,893
item7 144,5316 160,509 ,534 ,894
item8 144,4177 160,041 ,452 ,894
item9 144,7215 162,896 ,233 ,897
item10 145,1266 161,394 ,303 ,896
item11 144,6076 158,216 ,526 ,893
item12 144,6203 160,187 ,341 ,896
item13 144,2405 162,211 ,341 ,895
item14 144,9241 164,045 ,193 ,897
item15 144,9241 161,302 ,353 ,895
item16 145,4557 164,764 ,143 ,898
item17 144,6709 158,685 ,412 ,894
item18 145,3038 158,727 ,457 ,894
item19 144,2532 159,602 ,492 ,894
item20 145,3418 158,305 ,428 ,894
item21 144,7342 158,531 ,529 ,893
item22 144,7595 159,903 ,347 ,895
item23 145,0000 162,487 ,313 ,896
item24 144,4051 160,757 ,416 ,895
item25 144,6582 159,484 ,384 ,895
item26 144,2434 160,471 ,210 ,896
item27 144,0253 162,128 ,391 ,895
item28 144,9114 159,210 ,460 ,894
item29 144,1266 161,317 ,443 ,894
item30 144,8481 158,413 ,498 ,893
item31 144,7089 160,440 ,435 ,894
item32 144,8481 160,054 ,412 ,894
item33 144,5316 160,201 ,395 ,895
item34 145,1646 164,293 ,149 ,898
item35 144,3797 161,008 ,426 ,894
item36 144,8481 160,695 ,349 ,895
item37 144,3544 160,104 ,412 ,894
item38 144,5316 160,611 ,358 ,895
item39 144,3544 161,257 ,467 ,894
item40 145,0127 155,705 ,520 ,893
item41 144,6456 163,950 ,252 ,898
item42 145,0127 160,577 ,369 ,895
item43 144,7468 161,191 ,396 ,895
item44 144,8354 161,293 ,292 ,896
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
item45 144,3291 159,429 ,522 ,893
item46 144,8228 162,943 ,271 ,896
item47 144,6203 163,085 ,213 ,897
item48 144,4810 160,689 ,328 ,896
item49 144,3671 160,440 ,511 ,894
item50 144,5823 164,580 ,134 ,898
2. Setelah Seleksi Item (nilai kritis menggugurkan item sebesar 0,30).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,901 38
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 111,01 118,671 ,429 ,898
Item4 110,96 119,707 ,344 ,900
Item5 111,14 118,247 ,522 ,897
Item6 111,40 116,673 ,534 ,897
Item7 111,10 118,648 ,536 ,898
item8 110,98 118,354 ,439 ,898
item10 111,69 119,230 ,313 ,900
item11 111,18 117,032 ,501 ,897
item12 111,19 118,762 ,316 ,900
item13 110,80 119,934 ,354 ,899
item15 111,50 118,278 ,429 ,898
item17 111,25 117,000 ,411 ,899
item18 111,86 117,310 ,442 ,898
item19 110,83 117,665 ,508 ,897
item20 111,91 116,613 ,436 ,898
item21 111,30 116,592 ,558 ,897
item22 111,34 118,176 ,340 ,900
item23 111,58 120,222 ,321 ,900
item24 110,98 118,809 ,420 ,899
item25 111,23 117,493 ,401 ,899
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
item27 110,60 120,015 ,390 ,899
item28 111,48 118,227 ,409 ,899
item29 110,71 118,840 ,463 ,898
item30 111,41 116,296 ,539 ,897
item31 111,28 119,063 ,398 ,899
item32 111,43 118,399 ,398 ,899
item33 111,11 118,050 ,410 ,899
item35 110,95 119,365 ,402 ,899
item36 111,41 118,549 ,366 ,899
item37 110,93 118,804 ,375 ,899
item38 111,10 118,876 ,348 ,900
item39 110,93 119,513 ,446 ,898
item40 111,56 114,148 ,532 ,897
item42 111,58 119,134 ,338 ,900
item43 111,31 119,104 ,408 ,899
item45 110,90 118,066 ,494 ,898
item48 111,05 118,782 ,328 ,900
item49 110,94 118,743 ,498 ,898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN 3
SKALA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
SKALA PENELITIAN
(UJI COBA)
Oleh :
Lintang Hari Tanhanasashi P.
139114024
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir,
saya mengharapkan partisipasi Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini
berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan pandangan terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang
benar atau yang salah, maka silahkan Saudara memberikan jawaban yang paling
sesuai dengan keadaan diri Anda yang sesungguhnya. Oleh karena itu, saya selaku
peneliti mengharapkan Anda bersedia memberikan jawaban Anda sendiri
sejujurnya tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Anda akan
dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja.
Sebelum mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda,
jangan sampai ada yang terlewat. Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama
dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini.
Yogyakarta,....... Agustus 2017
Hormat saya,
Lintang Hari Tanhanasashi P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan mengisi skala ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan
tanpa paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Semua jawaban dalam skala
penelitian ini adalah murni dari apa yang saya alami sesungguhnya dan bukan
berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saya mengijinkan
peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang saya berikan untuk
kepentingan penelitian ini.
........,....................... 2017
Menyetujui,
.....................................
(Tanda Tangan dan Inisial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
IDENTITAS
Inisial :
Jenis kelamin :
Usia : Tahun
Kelas :
Tinggal bersama :
a. Orangtua lengkap (ayah, ibu)
b. Lain-lain ..................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PETUNJUK PENGISIAN
Skala berikut ini terdiri dari tiga bagian dengan total pernyataan sebanyak 98 buah
pernyataan. Bacalah dan pahami setiap pernyataan tersebut dengan seksama.
Berilah tanda silang (X) di dalam kotak yang telah tersedia, yaitu :
SS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT SETUJU” dengan diri Anda
S : Bila pernyataan tersebut “SETUJU” dengan diri Anda
TS : Bila pernyataan tersebut “TIDAK SETUJU” dengan diri Anda
STS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SETUJU” dengan diri
Anda
Anda bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan diri Anda sendiri, tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah karena jawaban Anda mencerminkan diri Anda
sendiri.
Contoh cara pengisian :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membaca buku X
Ketika Anda keliru dalam memilih jawaban, Anda dapat memberikan tanda sama
dengan (-) pada jawaban yang telah Anda pilih sebelumnya dan memberikan
tanda silang (X) pada jawaban yang lebih menggambarkan diri Anda.
Contoh koreksi :
Pernyataan SS S TS STS
Saya senang membaca buku X X
SELAMAT MENGERJAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
No Item STS TS S SS
1. Saya menyadari perasaan-perasaan yang saya
rasakan
2. Saya memaksakan pendapat saya pada orang
lain
3. Saya mampu menyampaikan pendapat saya
ketika di dalam kelompok
4. Saya merasa kesulitan menyadari perasaan
yang sedang saya rasakan
5. Saya menerima kenyataan ketika saya
mengalami kegagalan
6. Saya merasa kurang mampu meraih harapan
saya di masa depan
7. Saya memendam keinginan saya daripada
harus mengutarakannya kepada orang lain
8. Saya merasa peka terhadap perasaan saya
9. Saya tak segan memukul orang yang
membuat saya merasa marah
10. Saya merasa yakin bahwa saya akan berhasil
di masa depan
11. Saya dapat menyampaikan maksud saya
dengan tepat pada orang lain
12. Saya menahan diri untuk tidak mengeluarkan
kata-kata kasar ketika saya marah
13. Seringkali saya kurang percaya diri dalam
melakukan sesuatu
14. Saya menghargai pendapat teman ketika
berdiskusi
15. Saya merasa gugup ketika harus berbicara di
depan orang banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
No Item STS TS S SS
16. Saya memahami penyebab mengapa saya
merasa sedih
17. Saya mengeluarkan kata-kata kasar ketika
saya marah
18. Saya menunda kegiatan lain untuk
menyelesaikan tugas
19. Saya enggan menerima pendapat dari orang
lain walaupun sebenarnya pendapat tersebut
masuk akal
20. Saya mudah akrab dengan teman baru
21. Saya merasa bersyukur atas hidup yang saya
jalani
22. Seringkali saya merasa menyerah akan apa
yang sedang saya hadapi
23. Saya memahami bahwa setiap orang
memiliki cara berfikir yang berbeda
24. Saya merasa kesulitan untuk cepat akrab
dengan teman baru
25. Saya mengerti penyebab mengapa saya
merasa jengkel terhadap seseorang
26. Saya sering merasa iri dengan kehidupan
orang lain
27. Saya berusaha untuk mengumpulkan tugas
tepat waktu
28. Saya menghibur teman saya yang sedang
bersedih
29. Saya merasa kecewa tanpa tahu penyebabnya
30. Saya menahan diri untuk tidak memukul
orang yang membuat saya merasa marah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
No Item STS TS S SS
31. Seringkali saya tidak mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru
32. Saya berusaha memahami perasaan orang
lain
33. Saya merasa canggung jika harus berkenalan
terlebih dahulu dengan teman baru
34. Saya cenderung menyalahkan keadaan ketika
saya merasa tertekan
35. Saya mampu berkonsentrasi ketika
mengerjakan tugas
36. Saya akan membantu teman yang mengalami
kesulitan
37. Saya sering melanggar peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah
38. Saya mendengarkan dengan baik ketika ada
orang yang bercerita kepada saya
BAGIAN KEDUA
No Item STS TS S SS
1. Ayah sering menanyakan keberadaan saya
ketika saya belum pulang ke rumah
2. Ayah jarang memberikan arahan bagi saya
untuk berprilaku lebih baik
3. Ayah mendorong saya untuk dapat
mengambil keputusan berdasarkan kesiapan
saya
4. Saya merasa terdapat jarak hubungan antara
saya dengan ayah sehingga saya merasa
segan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
No Item STS TS S SS
5. Ayah seringkali memberi nasehat agar saya
berperilaku baik
6. Ayah seringkali meluangkan waktunya untuk
mengobrol dengan saya
7. Ayah membiarkan saya ketika saya
berperilaku kurang baik
8. Ayah melibatkan saya dalam diskusi keluarga
9. Ayah kurang memiliki waktu luang untuk
mengajari saya
10. Ayah menegur saya ketika saya berperilaku
buruk
11. Ayah jarang melibatkan saya dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga
12. Ayah selalu mengusahakan apa yang menjadi
kebutuhan saya
13. Ayah menanyakan persetujuan atas suatu
keputusan yang hendak diambil dalam
keluarga
14. Ayah jarang memiliki waktu untuk
membantu saya ketika saya merasa kesulitan
15. Ayah menetapkan peraturan bersama dalam
keluarga
16. Saya merasa pendapat saya jarang
didengarkan oleh ayah
17. Ayah bersikap sabar ketika mengajari saya
sesuatu
18. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan keluarga, Ayah tetap
mendengarkan pendapat saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No Item STS TS S SS
19. Ayah tidak terlalu ikut campur dalam urusan
studi saya
20. Ayah menjelaskan pada saya perilaku yang
boleh dan tidak boleh saya lakukan
BAGIAN KETIGA
No Item STS TS S SS
1. Ibu seringkali memberi nasehat agar saya
berperilaku baik
2. Ibu sering menanyakan keberadaan saya
ketika saya belum pulang ke rumah
3. Ibu mendorong saya untuk dapat mengambil
keputusan berdasarkan kesiapan saya
4. Saya merasa terdapat jarak hubungan antara
saya dengan Ibu sehingga saya merasa segan
5. Ibu menegur saya ketika saya berperilaku
buruk
6. Ibu jarang melibatkan saya dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga
7. Ibu seringkali meluangkan waktunya untuk
mengobrol dengan saya
8. Ibu membiarkan saya ketika saya berperilaku
kurang baik
9. Ibu melibatkan saya dalam diskusi keluarga
10. Ibu kurang memiliki waktu luang untuk
mengajari saya
11. Ibu menetapkan peraturan bersama dalam
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
No Item STS TS S SS
12. Saya merasa pendapat saya jarang
didengarkan oleh Ibu
13. Ibu selalu mengusahakan apa yang menjadi
kebutuhan saya
14. Ibu menanyakan persetujuan atas suatu
keputusan yang hendak diambil dalam
keluarga
15. Ibu jarang memiliki waktu untuk membantu
saya ketika saya merasa kesulitan
16. Ibu menjelaskan pada saya perilaku yang
boleh dan tidak boleh saya lakukan
17. Ibu jarang memberikan saya kesempatan
untuk berpendapat tentang suatu hal
18. Ibu bersikap sabar ketika mengajari saya
sesuatu
19. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan keluarga, Ibu tetap
mendengarkan pendapat saya
Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewatkan. Terimakasih
kesediaannya dalam mengisi skala penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Mean Empirik dan Mean Teoretik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
A. Mean Teoretik
Mean teoretik = ( ) ( )
Berikut merupakan perhitungan mean teoretik pada masing-masing
skala yang telah dibuat oleh peneliti :
1. Skala kecerdasan emosional
Skor terendah x jumlah item = 1 x 38 = 38
Skor tertinggi x jumlah item = 4 x 38 = 152
Mean teoretik =
= 95
2. Skala pola Asuh otoritatif ayah
Skor terendah x jumlah item = 1 x 20 = 20
Skor tertinggi x jumlah item = 4 x 20 = 80
Mean teoretik =
= 50
3. Skala pola asuh otoritatif ibu
Skor terendah x jumlah item = 1 x 19 = 19
Skor tertinggi x jumlah item = 4 x 19 = 76
Mean teoretik =
= 47,5
B. Mean Empirik
1. Data mean empirik skala pola asuh otoritatif ayah
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
PAA 182 61,81 8,826 ,654
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
One-Sample Test
Test Value = 50
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
PAA 18,049 181 ,000 11,808 10,52 13,10
2. Data mean empirik skala pola asuh otoritatif ibu
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
PAI 182 62,31 6,589 ,488
One-Sample Test
Test Value = 47.5
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
PAI 30,327 181 ,000 14,813 13,85 15,78
3. Data mean empirik skala kecerdasan emosional
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
KE 182 114,34 9,620 ,713
One-Sample Test
Test Value = 95
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
KE 27,115 181 ,000 19,335 17,93 20,74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN 5
HASIL UJI NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
1. Hasil uji normalitas skala pola asuh orangtua
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PAAI ,057 182 ,200* ,987 182 ,094
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
2. Hasil uji normalitas skala kecerdasan emosional
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KE ,102 182 ,000 ,968 182 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
LAMPIRAN 6
HASIL UJI LINEARITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Kecerdasan
emosional *
Pola Asuh
Orangtua
Between
Groups
(Combine
d)
9357,970 52 179,961 3,140 ,000
Linearity 5180,109 1 5180,109 90,392 ,000
Deviation
from
Linearity
4177,861 51 81,919 1,429 ,056
Within Groups 7392,585 129 57,307
Total 16750,555 181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LAMPIRAN 7
HASIL UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
KE PAAI
Spearman's rho
KE
Correlation Coefficient 1,000 ,478**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 182 182
PAAI
Correlation Coefficient ,478** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 182 182
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN 8
Hasil Sumbangan Variabel Pola Asuh Orangtua terhadap
Variabel Kecerdasan Emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
1. Hasil sumbangan pola asuh otoritatif ayah terhadap kecerdasan
emosional
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,499a ,249 ,245 8,449
a. Predictors: (Constant), PAA
2. Hasil sumbangan pola asuh otoritatif ibu terhadap kecerdasan
emosional
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,514a ,265 ,261 8,359
a. Predictors: (Constant), PAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN 9
Hasil Uji Korelasi Skala Pola Asuh Otoritatif Ayah dan
Ibu dengan Skala Kecerdasan Emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
1. Hasil uji korelasi pola asuh ayah dan kecerdasan emosional
Correlations
KE PAA
Spearman's rho
KE
Correlation Coefficient 1,000 ,462**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 182 182
PAA
Correlation Coefficient ,462** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 182 182
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
2. Hasil uji korelasi pola asuh ibu dan kecerdasan emosional
Correlations
KE PAI
Spearman's rho
KE
Correlation Coefficient 1,000 ,449**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 182 182
PAI
Correlation Coefficient ,449** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 182 182
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN 10
Form Penilaian Validitas Isi Skala Kecerdasan Emosional
dan Skala Pola Asuh Otoritatif Orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
FORM PENILAIAN VALIDITAS ISI
KECERDASAN EMOSIONAL
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Penlilaian Validitas Isi Item
Skala ini bertujuan untuk mengukur kecerdasan emosional. Definisi konseptual, aspek beserta indikator perilakunya adalah sebagai
berikut:
Atribut Psikologis Aspek/Indikator perilaku
Kecerdasan Emosional :
Kemampuan seseorang untuk mengatur emosinya dengan
inteligensi melalui kemampuan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Aspek :
1. Mengenali emosi diri
Merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosinya
sendiri
Indikator :
a. Mengenali dan merasakan emosinya sendiri
b. Memahami penyebab perasaan yang timbul
c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
2. Mengelola emosi
Merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya
dengan tepat sehingga tercapai keseimbangan emosi
Indikator :
a. Bersikap toleran terhadap frustasi
b. Mampu mengendalikan perilaku agresif yang dapat
merusak diri sendiri dan orang lain
c. Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan
keluarga
d. Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa
(stres)
e. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas
3. Motivasi diri
Merupakan kemampuan seseorang untuk bertekun menahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati.
Indikator :
a. Memiliki optimisme (keyakinan diri) dalam mencapai
sesuatu
b. Memiliki rasa tanggungjawab
c. Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan
4. Empati
Merupakan kemampuan untuk peduli terhadap perasaan orang
lain
Indikator :
a. Menerima sudut pandang orang lain (memandang suatu hal
dari sudut pandang orang lain sehingga menimbulkan
toleransi dan kemampuan menerima perbedaan)
b. Peka terhadap perasaan orang lain
c. Mampu mendengarkan orang lain
5. Keterampilan sosial
Merupakan kecakapan sosial yang memungkinkan seseorang
membentuk hubungan, menggerakkan, mempengaruhi,
meyakinkan, dan membina hubungan dengan orang lain, serta
membuat orang lain merasa nyaman.
Indikator :
a. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
b. Memiliki sikap bersahabat (mudah bergaul) dengan orang
lain
c. Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang
lain
d. Memperhatikan kepentingan sosial (senang menolong
orang lain) dan dapat hidup selaras dengan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tugas Anda adalah sebagai berikut :
a. Berikanlah penilaian Anda terkait taraf relevansi terhadap setiap item berikut ini
b. Taraf relevansi yang dimaksud adalah sejauh mana item tersebut mencerminkan atribut psikologis yang diukur.
c. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut :
1 = Tidak relevan
2 = Kurang Relevan
3 = Relevan
4 = Sangat Relevan
d. Nyatakanlah penilaian Anda dengan cara memberikan tanda centang (√)
e. Berikanlah saran atau perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia
tidak/kurang relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Penilaian Item
Kecerdasan emosional :
Kemampuan seseorang untuk mengatur emosinya dengan inteligensi melalui kemampuan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati dan keterampilan sosial.
Aspek : 1. Mengenali emosi diri
Definisi : Kemampuan seseorang untuk mengenali emosinya sendiri.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
1. Mengenali dan
merasakan emosinya
sendiri
Saya menyadari perasaan-perasaan yang saya rasakan (F)
2. Saya merasa peka terhadap perasaan saya (F)
3. Saya mampu membedakan perasaan senang maupun
perasaan sedih yang saya rasakan (F)
4. Saya merasa kesulitan menyadari perasaan yang sedang saya
rasakan (UF)
5. Seringkali saya merasa bingung dengan perasaan yang saya
rasakan (UF)
6. Saya merasa kesulitan membedakan perasaan senang
maupun perasaan sedih yang saya rasakan (UF)
7. Memahami penyebab
perasaan yang timbul
Saya memahami penyebab mengapa saya merasa sedih (F)
8. Saya mengerti penyebab mengapa saya merasa jengkel
terhadap seseorang (F)
9. Saya mengetahui penyebab dari perasaan-perasaan yang
saya rasakan (F)
10. Terkadang saya merasa jengkel terhadap seseorang tanpa
tahu penyebabnya (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
11. Terkadang saya merasa kecewa tanpa tahu penyebabnya
(UF)
12. Saya kesulitan mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat
membuat saya marah (UF)
13 Mengenal pengaruh
perasaan terhadap
tindakan
Saya cenderung diam ketika saya merasa marah (F)
14. Saya bertindak sesuatu tanpa mengetahui perasaan yang
mendasari tindakan tersebut (UF)
Aspek : 2. Mengelola Emosi
Definisi : Kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya dengan tepat sehingga tercapai keseimbangan emosi.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
15. Bersikap toleran
terhadap frustasi
Saya belajar dari kegagalan yang saya alami (F)
16. Saya menyalahkan diri saya ketika mengalami kegagalan
(UF)
17. Mampu
mengendalikan
perilaku agresif yang
dapat merusak diri
sendiri dan orang lain
Saya menahan diri untuk tidak memukul orang yang
membuat saya merasa marah (F)
18. Saya menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar
ketika saya marah (F)
19. Saya tak segan memukul orang yang membuat saya merasa
marah (UF)
20. Seringkali saya mengeluarkan kata-kata kasar ketika saya
marah (UF)
21. Memiliki perasaan
positif tentang diri
sendiri, sekolah dan
keluarga
Saya merasa bersyukur atas hidup yang saya jalani (F)
22. Saya memiliki perasaan positif terhadap diri saya (F)
23. Terkadang saya merasa iri dengan kehidupan orang lain
(UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
24. Seringkali saya merasa cemas akan suatu hal yang belum
terjadi (UF)
25. Memiliki kemampuan
untuk mengatasi
ketegangan jiwa
(stres)
Ketika saya merasa tertekan akan sesuatu maka saya akan
merenung (F)
26. Saya cenderung menyalahkan keadaan ketika saya merasa
tertekan (UF)
27. Dapat mengurangi
perasaan kesepian dan
cemas
Saya menghubungi teman ketika saya merasa bosan (F)
28. Saya kesulitan mengatasi kecemasan yang saya alami (UF)
Aspek : 3. Motivasi diri
Definisi : Kemampuan seseorang untuk bertekun menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
29. Memiliki optimisme
(keyakinan diri) dalam
mencapai sesuatu
Saya mampu meraih harapan-harapan saya di masa depan
(F)
30. Saya yakin bahwa saya akan berhasil di masa depan (F)
31. Saya yakin akan kemampuan yang saya miliki untuk meraih
target-target yang telah ditetapkan (F)
32. Saya merasa kurang mampu meraih harapan saya di masa
depan (UF)
33. Seringkali saya kurang percaya diri dalam melakukan
sesuatu (UF)
34. Seringkali saya merasa menyerah akan apa yang sedang saya
hadapi (UF)
35. Memiliki rasa Saya menunda kegiatan lain untuk menyelesaikan tugas (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
36. tanggungjawab Saya berusaha untuk mengumpulkan tugas tepat waktu (F)
37. Saya berusaha untuk mematuhi setiap peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah (F)
38. Seringkali saya tidak mengumpulkan tugas yang diberikan
oleh guru (UF)
39. Seringkali saya melanggar peraturan yang ditetapkan oleh
sekolah (UF)
40. Saya enggan meminta maaf atas kesalahan yang telah saya
perbuat (UF)
41. Mampu memusatkan
perhatian pada tugas
yang diberikan
Saya mampu berkonsentrasi ketika mengerjakan tugas (F)
42. Saya sulit berkonsentrasi ketika belajar (UF)
Aspek : 4. Empati
Definisi : Kemampuan untuk peduli terhadap perasaan orang lain.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
43. Menerima sudut
pandang orang lain
(memandang suatu hal
dari sudut pandang
oranglain sehingga
menimbulkan
toleransi dan
kemampuan menerima
perbedaan)
Saya berusaha melihat suatu persoalan dari sudut pandang
orang lain (F)
44. Saya mencoba untuk memahami jalan pikiran orang lain (F)
45. Saya menghargai pendapat teman ketika berdiskusi (F)
46. Saya memahami bahwa setiap orang memiliki cara berfikir
yang berbeda (F)
47. Saya enggan melihat suatu persoalan dari sudut pandang
orang lain (UF)
48. Seringkali saya memaksakan pendapat saya pada orang lain
(UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
49. Saya merasa pendapat saya seringkali lebih benar
dibandingkan pendapat orang lain (UF)
50. Seringkali saya enggan menerima pendapat dari orang lain
walaupun sebenarnya pendapat tersebut masuk akal (UF)
51. Peka terhadap
perasaan orang lain
Saya mengetahui teman dekat saya sedang sedih hanya
dengan melihat raut wajahnya (F)
52. Saya berusaha memahami perasaan orang lain (F)
53. Saya kesulitan mengetahui apa yang dirasakan oleh teman
saya karena saya tidak mengalaminya (UF)
54. Saya merasa biasa saja ketika ada teman yang bercerita sedih
kepada saya (UF)
55. Mampu
mendengarkan orang
lain
Saya mendengarkan dengan baik ketika ada orang yang
bercerita kepada saya (F)
56. Seringkali cerita teman membosankan sehingga saya enggan
mendengarkannya (UF)
Aspek : 5. Keterampilan sosial
Definisi : Kecakapan sosial yang memungkinkan seseorang membentuk hubungan, menggerakkan, mempengaruhi, meyakinkan dan
membina hubungan dengan orang lain serta membuat orang lain merasa nyaman.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
57. Memiliki kemampuan
berkomunikasi
dengan orang lain
Saya mampu menyampaikan pendapat saya ketika di dalam
kelompok (F)
58. Saya dapat menyampaikan maksud saya dengan tepat pada
orang lain (F)
59. Saya percaya diri ketika berbicara di depan orang banyak (F)
60. Seringkali saya memendam keinginan saya daripada harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
mengutarakannya kepada orang lain (UF)
61. Saya merasa orang lain harus mengerti keinginan saya tanpa
saya mengungkapkannya (UF)
62. Saya merasa gugup ketika harus berbicara di depan orang
banyak (UF)
63. Memiliki sikap
bersahabat (mudah
bergaul) dengan orang
lain
Saya merupakan seorang yang mudah akrab dengan teman
baru (F)
64. Saya tidak ragu berkenalan dengan teman baru terlebih
dahulu (F)
65. Saya merasa kesulitan untuk cepat akrab dengan teman baru
(UF)
66. Seringkali saya merasa canggung jika harus berkenalan
terlebih dahulu dengan teman baru (UF)
67. Memiliki sikap
tenggang rasa dan
perhatian terhadap
orang lain
Saya akan menghibur teman saya yang sedang bersedih (F)
68. Saya lebih senang dihibur daripada menghibur orang lain
(UF)
69. Memperhatikan
kepentingan sosial
(senang menolong
orang lain) dan dapat
hidup selaras dengan
kelompok
Saya akan membantu teman yang mengalami kesulitan (F)
70. Saya tidak terlalu peduli dengan permasalahan yang
dihadapi oleh orang lain (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
FORM PENILAIAN VALIDITAS ISI
POLA ASUH OTORITATIF ORANGTUA (AYAH, IBU)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Penlilaian Validitas Isi Item
Skala ini bertujuan untuk mengukur kecenderungan pola asuh otoritatif orangtua yang terdiri dari ayah serta ibu. Definisi konseptual,
aspek beserta indikator perilakunya adalah sebagai berikut:
Atribut Psikologis Aspek/Indikator perilaku
Pola asuh otoritatif :
Merupakan jenis pola asuh yang melibatkan penerimaan dan
keterlibatan yang tinggi pada anak, pengendalian adaptif serta
pemberian otonomi yang wajar terhadap anak.
Aspek :
1. Penerimaan dan keterlibatan
Orangtua (ayah, ibu) bersikap hangat, penuh perhatian, sabar
dan peka terhadap kebutuhan anak.
Indikator :
a. Sikap hangat, perhatian, sabar dan peka terhadap
kebutuhan anak
2. Kendali
Orangtua (ayah, ibu) memberikan standar, batas, dan
panduan yang dibutuhkan anak. orangtua juga memberikan
tuntutan yang wajar akan kematangan dan secara konsisten
mendorong serta menjelaskannya.
Indikator :
a. Memberikan tuntutan yang wajar akan kematangan
namun juga menjelaskannya
b. Memberikan batasan perilaku yang jelas
3. Pemberian otonomi
Orangtua (ayah, ibu) membiarkan anak mengambil
keputusan sesuai dengan kesiapannya dan mendorong anak
agar mengutarakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Saat
terjadi perbedaan pendapat, orangtua tetap melibatkan anak
dalam pengambilan keputusan bersama jika memungkinkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Indikator :
a. Membiarkan anak mengambil keputusan sesuai dengan
kesiapannya
b. Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan bersama
dengan mendorong anak mengutarakan pikirannya dan
juga saat terjadi perbedaan pendapat.
Tugas Anda adalah sebagai berikut :
a. Berikanlah penilaian Anda terkait taraf relevansi terhadap setiap item berikut ini
b. Taraf relevansi yang dimaksud adalah sejauh mana item tersebut mencerminkan atribut psikologis yang diukur.
c. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut :
1 = Tidak relevan
2 = Kurang Relevan
3 = Relevan
4 = Sangat Relevan
d. Nyatakanlah penilaian Anda dengan cara memberikan tanda centang (√)
e. Berikanlah saran atau perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia
tidak/kurang relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Penilaian Item
Pola asuh otoritatif
Merupakan jenis pola asuh yang melibatkan penerimaan dan keterlibatan yang tinggi pada anak, pengendalian adaptif serta
pemberian otonomi yang wajar terhadap anak.
Aspek : 1. Penerimaan dan keterlibatan
Definisi : (Ayah, Ibu) bersikap hangat, penuh perhatian, sabar dan peka terhadap kebutuhan anak
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
1. Sikap yang hangat,
Perhatian,
Sabar,
Peka terhadap
kebutuhan
(Ayah, Ibu) sering menanyakan keberadaan saya ketika saya
belum pulang ke rumah (F)
2. (Ayah, Ibu) seringkali meluangkan waktunya untuk
mengobrol dengan saya (F)
3. (Ayah, Ibu) selalu mengusahakan apa yang menjadi
kebutuhan saya (F)
4. (Ayah, Ibu) bersikap sabar ketika mengajari saya sesuatu (F)
5. Saya memiliki hubungan yang dekat dengan (ayah, ibu) (F)
6. (Ayah. Ibu) jarang menanyakan keberadaan saya ketika saya
belum pulang ke rumah (UF)
7. Saya merasa terdapat jarak antara saya dengan (ayah, ibu)
sehingga saya merasa segan (UF)
8. (Ayah, Ibu) kurang memiliki waktu luang untuk mengajari
saya tentang sesuatu (UF)
9. (Ayah, Ibu) jarang memiliki waktu untuk membantu saya
ketika saya merasa kesulitan (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
10 (Ayah, Ibu) tidak terlalu ikut campur dalam urusan studi
saya (UF)
Aspek : 2. Kendali
Definisi : (Ayah, Ibu) memberikan standar, batas, dan panduan yang dibutukan anak. Ayah juga memberikan tuntutan yang wajar
akan kematangan dan secara konsisten mendorong dan menjelaskannya.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
11. Memberikan tuntutan
yang wajar akan
kematangan namun
juga menjelaskannya
(Ayah, Ibu) menjelaskan harapan-harapannya pada saya dan
membantu saya untuk memenuhi harapan tersebut. (F)
12. (Ayah, Ibu) seringkali memberi nasehat agar saya
berperilaku baik (F)
13. Ayah mendorong saya berperilaku tertentu tanpa
menjelaskan maksud perilaku tersebut (UF)
14. (Ayah, Ibu) jarang memberikan arahan bagi saya untuk
berprilaku lebih baik (UF)
15. Memberikan batasan
perilaku yang jelas
(Ayah, Ibu) menegur saya ketika berprilaku buruk (F)
16. (Ayah, Ibu) menerapkan peraturan bersama dalam keluarga
(F)
17. (Ayah, Ibu) menjelaskan pada saya perilaku yang boleh dan
tidak boleh saya lakukan (F)
18. (Ayah, Ibu) membiarkan saya ketika saya berperilaku kurang
baik (UF)
19. (Ayah, Ibu) membebaskan saya berperilaku sesuai dengan
keinginan saya (UF)
20. (Ayah, Ibu) selalu memperbolehkan saya untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
segala sesuatu (UF)
Aspek : 3. Pemberian Otonomi
Definisi : (Ayah, Ibu) membiarkan anak mengambil keputusan sesuai dengan kesiapannya dan mendorong anak agar mengutarakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya. Saat terjadi perbedaan pendapat, ayah tetap melibatkan anak dalam pengambilan
keputusan bersama jika memungkinkan.
No Indikator Perilaku Item Favorable Taraf Relevansi Saran Perbaikan
Item 1 2 3 4
21. Membiarkan anak
mengambil keputusan
sesuai dengan
kesiapannya
(Ayah, Ibu) mendorong saya untuk dapat mengambil
keputusan berdasarkan kesiapan saya (F)
22. (Ayah, Ibu) mendesak saya untuk mengambil keputusan
sesegera mungkin tanpa kesiapan (UF)
23. Melibatkan anak
dalam pengambilan
keputusan bersama
dengan mendorong
anak mengutarakan
pikirannya dan juga
saat terjadi perbedaan
pendapat.
(Ayah, Ibu) melibatkan saya dalam pencarian pertimbangan
keputusan yang hendak diambil dalam keluarga (F)
24. (Ayah, Ibu) menanyakan kesetujuan atas suatu keputusan
yang hendak diambil dalam keluarga (F)
25. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan keluarga, (Ayah, Ibu) tetap mendengarkan
pendapat saya (F)
26. (Ayah, Ibu) memberikan kesempatan pada saya untuk
berbicara (F)
27. (Ayah, Ibu) jarang melibatkan saya dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga (UF)
28. Saya merasa pendapat saya jarang didengarkan oleh (ayah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
ibu) (UF)
29. (Ayah, Ibu) jarang memberikan saya kesempatan untuk
berpendapat tentang suatu hal (UF)
30. (Ayah, Ibu) seringkali menghiraukan pendapat saya (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 11
Hasil Perhitungan Validitas Isi Skala Kecerdasan Emosional
dan Skala Pola Asuh Orangtua (Ayah, Ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Perhitungan IVI-I dan IVI-S variabel kecerdasan emosional
Aspek Indikator No Taraf relevansi Tindakan
Item P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I
Mengenali emosi
diri
Mengenali dan merasakan
emosinya sendiri
1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
3 1 0 1 1 1 1 0,83 Digugurkan
4 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
5 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
6 0 1 1 0 1 1 0,67 Digugurkan
Memahami penyebab
perasaan yang timbul
7 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
8 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
9 1 1 1 0 1 1 0,83 Digugurkan
10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
11 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
12 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Mengenal pengaruh perasaan
terhadap tindakan
13 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
14 0 1 1 0 0 1 0,5 Digugurkan
Mengelola emosi Bersikap toleran terhadap
frustasi
15 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
16 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Mampu mengendalikan
perilaku agresif yang dapat
merusak diri sendiri dan
orang lain
17 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
19 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
20 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Memiliki perasaan positif
tentang diri sendiri, sekolah
dan keluarga
21 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
22 1 1 0 0 1 1 0,67 Digugurkan
23 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
24 1 0 0 1 1 1 0,67 Digugurkan
Memiliki kemampuan untuk
mengatasi ketegangan jiwa
(stres)
25 1 1 1 0 0 0 0,5 Digugurkan
26 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Dapat mengurangi perasaan
kesepian dan cemas
27 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
28 1 1 1 1 0 0 0,67 Digugurkan
Motivasi diri Memiliki optimisme
(keyakinan diri) dalam
mencapai sesuatu
29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
30 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
31 1 1 1 0 1 1 0,83 Digugurkan
32 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
33 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
34 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Memiliki rasa tanggungjawab 35 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
36 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
37 1 0 0 1 1 1 0,67 Digugurkan
38 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
39 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
40 1 0 1 1 1 0 0,67 Digugurkan
Mampu memusatkan
perhatian pada tugas yang
diberikan
41 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
42 1 1 1 1 1 0 0,83 Digugurkan
Empati Menerima sudut pandang
orang lain (memandang suatu
hal dari sudut pandang
oranglain sehingga
menimbulkan toleransi dan
kemampuan menerima
43 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
44 0 1 0 1 1 1 0,67 Digugurkan
45 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
46 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
47 0 1 1 1 1 1 0,83 Digugurkan
48 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
perbedaan) 49 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
50 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Peka terhadap perasaan orang
lain
51 0 0 0 1 1 1 0,5 Digugurkan
52 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
53 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
54 0 1 1 1 1 0 0,67 Digugurkan
Mampu mendengarkan orang
lain
55 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
56 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Keterampilan
sosial
Memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan orang
lain
57 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
58 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
59 0 0 1 1 1 1 0,67 Digugurkan
60 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
61 0 1 1 1 1 1 0,83 Digugurkan
62 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Memiliki sikap bersahabat
(mudah bergaul) dengan
orang lain
63 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
64 1 0 0 0 1 1 0,5 Digugurkan
65 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
66 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Memiliki sikap tenggang rasa
dan perhatian terhadap orang
lain
67 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
68 0 0 1 1 1 1 0,67 Digugurkan
Memperhatikan kepentingan
sosial (senang menolong
orang lain) dan dapat hidup
selaras dengan kelompok
69 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
70 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
IVI-S 0,91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Perhitungan IVI-I dan IVI-S variabel pola asuh otoritatif orangtua (ayah, ibu)
Aspek Indikator No Taraf relevansi Tindakan
Item P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I
Penerimaan dan
keterlibatan
Sikap yang hangat,
Perhatian,
Sabar,
Peka terhadap kebutuhan
1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
3 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
4 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
5 1 1 1 0 1 1 0,83 Digugurkan
6 0 1 1 1 1 1 0,83 Digugurkan
7 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
8 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
9 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Kendali Memberikan tuntutan yang
wajar akan kematangan
namun juga
menjelaskannya
11. 1 1 1 0 1 1 0,83 Digugurkan
12. 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
13. 1 1 0 1 1 1 0,83 Digugurkan
14. 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Memberikan batasan
perilaku yang jelas
15. 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
16 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
17 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
19 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
20 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Pemberian otonomi Membiarkan anak
mengambil keputusan
sesuai dengan kesiapannya
21 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
22 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Melibatkan anak dalam
pengambilan keputusan
bersama dengan
mendorong anak
mengutarakan pikirannya
dan juga saat terjadi
perbedaan pendapat.
23 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
24 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
25 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
26 1 0 0 1 1 1 0,67 Digugurkan
27 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
28 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
30 1 0 1 1 1 1 0,83 Digugurkan
IVI-S 0,96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI