HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian...

131
i HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES, DEPRESI, DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA/WI PREKLINIK PROGRAM STUDI KEDOKTERAN (PSKed) YANG MENDERITA OVERACTIVE BLADDER (OAB) Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh: ROMI RHOMADHON 11151030000088 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M /1440 H

Transcript of HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

i

HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER

SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES, DEPRESI, DAN

KECEMASAN PADA MAHASISWA/WI PREKLINIK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN (PSKed) YANG

MENDERITA OVERACTIVE BLADDER (OAB)

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

ROMI RHOMADHON

11151030000088

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M /1440 H

Page 2: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

LEMBAR PERNYATAAN I(EASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINC

HUBUNGAN ANTARA NILAI OYERACTIVE BLADDER

SYMPTOM SCOKE (OABSS) DENGAN STRES, DEPRESI, DAN

KECEMASAN PADA MAHASISWA/WI PREKLINIK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN (PSKEd) YANG

MENDERI'T A OVERACTIVE B LADD E R (OAB)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarj ana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Romi Rhouadlon

NIll: 11151030000088

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dwi Tyasfriti, MPH, PhD

NIP: 19720717 200501 2 003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M ll43v H

iii

dr. Nouval Sflahab, Sp.U, PhD, FACS, FICS

NIP.19721103 200604 1 001

Page 4: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvEBLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES, DEPRESI, DANKECEMASAN PADA MAHASISWA/WI PREKLINIK PROGRAM STUDIKEDOKTERAN (PSKed) YANG MENDERITA OVERACTIVE BLADDER(OAB) oleh Romi Rhomadhon (1i 151030000088), telah diujikan dalam sidang diFakultas Kedokteran. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran(PSKed).

Ciputat, 22 Oktober 2018DEWAN PENGUJI

a Sidang

U-+dr. Nouval Sh Sp.U, PhD, FICS, FACS

1 103 200604 1 001

fi-r-dr. Nou D, FICS, FACS dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD

NIP: 19720717 2005012 003

Penguji II

NIP: 19721 3 200604 1 001

Penguii I

lAyat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes dr. Rizkiani Juleshodia, M. Biomed

NIP: 19640909199603 1 00 1

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FK U Kaprodi Pendidikan Dokter

d*,"ryF#ouno, ph.D., Sp.pD-KEMD, FTNASTM dr. Achmad Zaki,M.Epid, SpOT

NIP: 19780507 200501 1005

Pembimbing II

@Pembimbing I

':-l9s,tLpz 200312 1 oo3

VI

Page 5: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah hirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan

atas limpahan Rahmat dan berkah dari Allah SWT sehingga kita bisa

merasakan nikmatnya iman dan Islam, dan karenanyalah kita penulis

dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini.

Sholawat serta Salam tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita semua umat Islam dari

jaman kegelapan kejaman yang jauh lebih baik pada saat ini.

Alhamdulillah setelah penulis melakukan penelusuran literature

mengenai apa itu Overactive Bladder dan apa hubungannnya dengan

stress, depresi, dan kecemasan seseorang. Maka penulis bisa

menentukan penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA NILAI

OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

DEPRESI, DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA/WI PREKLINIK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN (PSKed) YANG MENDERITA

OVERACTIVE BLADDER (OAB)” Penulis juga ingin mengucapkan

terima kasih banyak sebesar-besarnya kepada pihak yang sudah

mendukung dan mendoakan agar penelitian ini selesai dan terlaksana

dengan baik tepat pada waktunya.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, SpBO, M.epid selaku Kepala Program

Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Nouval Shahab, Sp.U., FACS, FICS selaku Pembimbing

1 dalam penelitian ini yang sudah meluangkan waktunya,

Page 6: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

vii

menuangkan aspirasi dan idenya, serta memberikan arahan

dan nasehat agar penelitian ini berjalan dengan baik dan

selesai tepat pada waktunya.

4. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku pembimbing 2 dalam

penelitian ini yang sudah memberikan waktu, ide, saran serta

nasehat mengenai penelitian ini agar berjalan dengan baik

dan selesai pada waktunya.

5. Marta Kusuma & Mirna Wati sebagai orang tua yang tek

henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, dan Doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

semangat dan tekun.

6. Riki alfaridzi & Mega Indah Puspita Sari sebagai adik yang

terus memberikan semangat kepada peneliti sehingga

peneliti terus semangat dan optimis untuk menyelesaikan

penelitian ini.

7. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung

jawab (PJ) modul riset FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2015.

8. dr. Yona Mimanda selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan masukan dan arahan selama di

Fakultas Kedokteran UIN.

9. Teman seperjuangan dalam melaksanakan riset ini yaitu

Muhammad Syah Alam Sampurna, Rahayu Muhsi Amalia,

Shofa Samiroh, dan Tiya Aprilian yang bersama dan selalu

berjuang menyelesaikan penelitian ini.

10. Seluruh sejawat AMIGDALA 2015 yang mendukung dan

ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

viii

11. Seluruh sejawat angkatan 2016 & 2017 yang mendukung

dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

12. Organisasi Beasiswa peneliti SANTRI JADI DOKTER

(SJD) yang telah memberikan semangat agar penelitian ini

dapat berjalan dan terlaksanakan

13. Kepada teman satu kontrakan yaitu Rafi Nawawi Mubarok,

Ahmad Aubert Pallas Buay Pemaca, Muhammad Adib

Nauval, Muhammad Fahmi Aprijal, Muhammad Zaerna

Rizki, Ubaidillah Romadlon Alfairuzi dan Sarwan Hardi

yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

14. Serta kepada seluruh pihak yang telah mendukukung,

memberikan semangat dan juga doa yang tidak bisa saya

sebutkan namanya satu-persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak

terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak sangat saya harapkan agar laporan penelitian ini menjadi lebih

baik.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat

memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Ciputat, 22 Oktober 2018

Romi rhomadhon

Page 8: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

ix

ABSTRAK Romi Rhomadhon. Fakultas Kedokteran. Hubungan Antara Nilai Overactive

Bladder Symptom Score (OABSS) Dengan Stres, Depresi, Dan Kecemasan Pada

Mahasiswa/Wi Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Yang Menderita

Overactive Bladder (OAB)

Latar belakang: Prevalensi overactive bladder menurut ICS menunjukan dengan

populasi sebanyak 2.418 kasus dengan rentang usia antara 20-91 tahun ditemukan

sebanyak 496 kasus mengalami overactive bladder pada usia 20-29 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), prevalensi stress masih sukup tinggi

dimana hampir dari 350 juta penduduk dunia mengalami stress dan merupakan

penyakit dengan peringkat ke-4 di dunia, sementara itu The Anxiety and

Depression Assosiation of America menuliskan bahwa gangguan kecemasan dan

depresi di derita oleh 40 juta populasi orang dewasa di amerika serikat pada usia

lebih 18 tahun. Seperti penelitian Henry Lai bahwa pengaruh stress, depresi, dan

kecemasan bisa meningkatkan keparahan pada penderita OAB. Tujuan: Mengetahui hubungan antara OABSS dengan stress, depresi, dan kecemasan pada

penderita OAB. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik cross

sectional. Sampel penelitian ini sebesar 119 responden dengan total sampling.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner, kuesioner yang diberikan yaitu

Overactive Bladder Score Symptom (OABSS) yang telah tervalidasi, serta

kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scales-42 (DASS-42) dan analisis data

menggunakan uji Non Parametric Mann Whitney. Hasil: Tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara OABSS dengan stress, depresi, dan kecemasan pada penderita

OAB (p = 0.417, 0.223, 0.352). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara OABSS dengan stress, depresi, dan kecemasan pada penderita OAB.

Kata kunci : Overactive bladder (OAB), Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Overactive

Bladder Score Symptoms (OABSS). Depression, Anxiety and Stress Scales-42

(DASS-42)

Page 9: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

x

ABSTRACT

Romi rhomadhon. Medical Faculty. The relationship between Overactive Bladder

Symptom Score (OABSS) with stress, depression, and anxietas in Pre-Clinical

Students of the Medical Study Program Who Suffer Overactive Bladder (OAB)

Background: Trevalence of Overactive Bladder according to ICS shows that with

a population 2418 cases, the age range between 20-91 years was found in 496

cases of Overactive Bladder at the age of 20-29 years. Meanwhile, according to

the World Health Organization (WHO), the prevalence of stress is still quite high

where nearly 350 million of the world‟s population experience stress and is the 4th

ranked disease in the world, while the Anxiety and Depression Association of

America writes that anxiety and depression suffer from 40 million adult

population in the United States over the age of 18. Like Henry Lai‟s research that

the effects of stress, depression, and anxiety can increase the severity of OAB

patients. Objective: To determine the relationship between OABSS values with

stress, depression, and anxiety in OAB patients. Methods: This study used cross

sectional analytic design. The sample of this study was 119 respondents with total

sampling. The dara were collected using a questionnaire, the questionnaires

provided were Overactive Bladder Score Symptom (OABSS) which had been

validated, as well as the depression, anxiety and Stress Scale-42 (DASS-42)

questionnaire and data analysis using the Non Parametric Mann Whitney test.

Result: There was no significant relationship between OABSS values with stress,

depression, and anxiety in patients with OAB (p= 0.417, 0.223, 0.352).

Conclusion: There was no significant relationship betweenOABSS values with

stress, depression, and anxiety in OAB sufferers.

Keywords: Overactive Bladder (OAB), Student Faculty of Medicine, Overactive

Bladder Score Symptoms (OABSS). Depression, Anxiety and Stress Scales-42

(DASS-42)

Page 10: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 4

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 4

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti .................................................................................. 5

1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi .................................................................. 5

BAB II .................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6

2.1 Kandung Kemih (Vesica Urinaria) ..................................................................... 6

2.1.1. Anatomi Kandung Kemih ........................................................................... 6

2.1.2. Persarafan Kandung Kemih ........................................................................ 8

2.1.3. Pengosongan Kandung Kemih .................................................................... 9

2.1.4. Fase Pengosongan Kandung Kemih.......................................................... 11

2.2. Overactive Bladder (OAB) ............................................................................... 14

2.2.1. Patofisiologi Overactive Bladder .............................................................. 14

2.2.2. Gejala Overactive Bladder ........................................................................ 18

2.2.3. Diagnosis Overactive Bladder .................................................................. 19

Page 11: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xii

2.2.4. Skor OAB Menggunakan OABSS ............................................................ 20

2.2.5. Faktor Resiko Overactive Bladder ............................................................ 22

2.3. STRESS ................................................................................................................. 25

2.3.1. Definisi Stres ................................................................................................. 25

2.3.2. Jenis-Jenis Stres ............................................................................................ 25

2.3.3. Klasifikasi Stres ............................................................................................ 26

2.3.4. Tipe-Tipe Stres .............................................................................................. 27

2.3.5. Aspek Stres ................................................................................................... 28

2.3.6. Faktor-Faktor Penyebab Stres ....................................................................... 28

2.3.7. Fisiologi Stres ............................................................................................... 29

2.3.8. Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres ..................................................... 30

2.3.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang dalam Merespon Stres ....... 32

2.3.10. Gejala Adaptasi Umum Stres ........................................................................ 34

2.3.11. Dampak Stres ................................................................................................ 35

2.3.12. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres ............................................... 35

2.3.13. Cara Mengelola Stres .................................................................................... 38

2.3.14. Cara Mengatasi Stres .................................................................................... 39

2.4. KECEMASAN ....................................................................................................... 40

2.4.1 Epidemiologi Gangguan Kecemasan ............................................................... 40

2.4.2. Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh .......................................................... 41

2.4.3 Etiologi Gangguan Kecemasan ........................................................................ 41

2.4.4 Diagnosis Gangguan Kecemasan ..................................................................... 42

2.4.5 Gambaran Klinis Gangguan Kecemasan ......................................................... 44

2.4.6 Diagnosis Banding Gangguan Kecemasan ...................................................... 44

2.4.7 Prognosis Gangguan Kecemasan ..................................................................... 45

2.4.8 Terapi Gangguan Kecemasan .......................................................................... 45

2.5. DEPRESI ............................................................................................................... 45

2.5.1 Definisi Depresi ........................................................................................ 45

2.5.2 Epidemiologi Depresi ............................................................................... 46

2.5.3 Etiologi Depresi ........................................................................................ 47

2.5.4 Perjalanan Penyakit Depresi ..................................................................... 51

2.5.5 Tanda dan Gejala Depresi ......................................................................... 52

2.5.6 Kriteria Diagnosis Depresi Berat .............................................................. 53

2.5.7 Tatalaksana Depresi .................................................................................. 54

Page 12: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xiii

2.5.8 Prognosis Depresi ..................................................................................... 55

2.6. HUBUNGAN ANTARA STATUS PSIKOLOGI DENGAN OAB. ................ 56

2.7. SKALA PERHITUNGAN TINGKAT STRESS, DEPRESI DAN

KECEMASAN .............................................................................................................. 56

2.8 KERANGKA TEORI ....................................................................................... 57

2.9 KERANGKA KONSEP .................................................................................... 58

2.10 DEFENISI OPERASIONAL ............................................................................ 59

BAB 3 ................................................................................................................... 61

METODE PENELITIAN ................................................................................... 61

3.1. Desain Penelitian .............................................................................................. 61

3.2 Waktu Dan Tempat ........................................................................................... 62

3.2.1 Waktu Penelitian ....................................................................................... 62

3.2.2 Tempat Penelitian ..................................................................................... 62

3.3.1 populasi ......................................................................................................... 62

3.3.2 Sampel ....................................................................................................... 62

3.3.3. Besar Sampel ............................................................................................ 63

3.4 Alat Dan Bahan Penelitian ................................................................................ 63

3.4.1 Alat Penelitian ........................................................................................... 63

3.4.2 Bahan Penelitian ....................................................................................... 63

3.5 Identifikasi Variabel .......................................................................................... 64

3.5.1 Variabel Terikat ........................................................................................ 64

3.5.2 Variabel Kontrol ....................................................................................... 64

3.6 Desain Analisis Data ......................................................................................... 64

3.7 Alur Penelitian .................................................................................................. 64

3.8 Cara Kerja Penelitian ........................................................................................ 65

3.8.1 Tahap Persiapan ........................................................................................ 65

3.8.2 Validasi lembar kuesioner OABSS ........................................................... 66

3.8.3 Validasi Lembar Kuesioner DASS-42 ...................................................... 66

3.8.4 Tahap Pengambilan Sampel ...................................................................... 67

3.8.5 Tahap Pengeloloaan dan Analisis Data ..................................................... 67

BAB IV ................................................................................................................. 67

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ....................................................... 67

4.1 Analisis Univariat ............................................................................................. 67

4.1.1 Karakteristik Responden ........................................................................... 67

Page 13: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xiv

4.1.2 Distribusi Penderita OAB ......................................................................... 68

4.1.3. Analisis Nilai Score OABSS ..................................................................... 70

4.1.4. Penyebaran Pertanyaan Kuesioner DASS-42 ........................................... 71

4.1.5. Distribusi Berdasarkan kategori Stress, depresi, dan kecemasan .............. 75

4.1.6. Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per Angkatan ..... 75

4.1.7. Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan ............................ 76

4.2 Analisis Bivariat ...................................................................................................... 76

4.2.1 Uji Normalitas Data ......................................................................................... 77

4.2.2. Analisis Nilai Score OABSS terhadap Stress, depresi, dan kecemasan‟ ........ 77

4.3 Pembahasan Penelitian ............................................................................................ 78

4.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 80

BAB V ................................................................................................................... 81

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 81

5.1 Simpulan ........................................................................................................... 81

5.2 Saran ................................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

LAMPIRAN ......................................................................................................... 85

Lampiran 1. ................................................................................................................... 85

Lampiran 2 .................................................................................................................... 87

Lampiran 3 .................................................................................................................... 90

Lampiran 4 .................................................................................................................... 93

Lampiran 5 .................................................................................................................. 103

Lampiran 6 .................................................................................................................. 109

Page 14: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Vesical Urinaria.................................................................... 6

Gambar 2.2 Persarafan Vesical Urinaria ................................................................. 9

Gambar 2.3 Pengosongan Kandung Kemih .......................................................... 11

Gambar 2.4 Fase Pengosongan Kandung Kemih .................................................. 13

Gambar 2.5 Kuesioner Skrinning dan Derajat OAB ............................................. 21

Gambar 2.6 Kuesioner Skrinning dan Derajat OAB ............................................. 22

Page 15: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xvi

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Croanbach‟s Alpha OABSS

Tabel 3.2 Croanbach‟s Alpha DASS-42

Tabel 4.1 Distribusi Usia Mahasiswa/wi Preklinik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang menderita OAB (N=119)

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin, dan Tahun angkatan mahasiswa/wi

Preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB

(N=119)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Penderita OAB pada Mahasiswa/wi

Preklinik

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Lain OAB

(Inkontinensia

urgensi, inkontinensia, frekuensi, dan nokturia) pada Mahasiswa

Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang OAB positive.

Tabel 4.5 Penyebaran Pertanyaan Kuesioner DASS-42

Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Kategori Tingkatan Stress

Tabel 4.7 Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per

Angkatan

Tabel 4.8 Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per Jenis

Kelamin

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data

Tabel 4.10 Distribusi Nilai OABSS Berdasarkan Stres, Depresi, dan

Kecemasan

Page 16: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

Ach : Asetilkolin

ACTH : Adrenocorticotropik Hormone

APCAB : Asia Pacific Advisory Board

BCR : Bulbocavernosus

CRH : Corticotropin Releasing Hormone

DASS : Depresi, Anxietas, Stress Score

ESP : Evaluasi Saraf Perkutan

GABA : Gamma-aminobutyric acid

GAD : Generalized Anxiety Disorder

GAS : General Adaptation Syndrom

ICS : International Continence Society

IMT : Indeks Massa Tubuh

IUGA : International Urogynecological Association

LAS : Local Adaptation Syndrom

LUT : Lower Urinary Tract

OAB : Overactive Bladder

OABSS : Overactive Bladder Symptom Score

PET : Positron Emission Tomography

SSP : Susunan Saraf Pusat

WHO : World Health Organization

Page 17: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xviii

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner OABS ............................................................................... 84

Lampiran 2 Kuesioner DASS-42 .......................................................................... 86

Lampiran 3 Lembar Informed Concent ................................................................. 89

Lampiran 4 Hasil SPSS ......................................................................................... 92

Lampiran 5 Google Form DASS-42 ................................................................... 103

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... 109

Page 18: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xix

xix

Page 19: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

xv

Page 20: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Overactive Bladder (OAB) adalah suatu keadaan dimana kandung

kemih berkontraksi tidak sewajarnya, sehingga menyebabkan desakan

kontraksi tiba-tiba untuk berkemih.1–3

Gejala Overactive Bladder (OAB)

terdiri dari urgensi (keinginan yang sangat kuat untuk berkemih yang

dating secara mendadak dan sulit untuk ditahan) dengan atau tanpa

inkotinensia urin, yang biasanya disertai dengan frekuensi berkemih yang

meningkat yang bisa lebih dari 8 kali dalam sehari) dan nokturia

(terbangun pada malam hari untuk berkemih biasanya lebih dari 1 kali.4

Menurut International Continence Society (ICS, 2015), disebutkan

gejala OAB bisa ditegakkan apabila telah disingkirkan adanya

kemungkinan kelainan patologis ataupun metabolik (ISK, Cancer, ataupun

BPH). Kontraksi otot detrusor pada buli-buli secara involunter akan

menyebabkan perasaan urgensi, dimana urgensi sendiri merupakan gejala

primer dari OAB. Orang yang menderita OAB akan menyebabkan

terjadinya penurunan dari kualitas hidup mereka.5

ICS (2015) mengklasifikasikan OAB sebagai sebuah sindroma

yang belum diketahui penyebab pastinya, dengan abnormalitas lokal yang

dapat disingkirkan melalui penegakan diagnosis. Namun, banyak penulis

mengartikan OAB sebagai aktivitas berlebihan dari kontraksi otot detrusor

involunter yang terjadi ketika pasien sulit menahan berkemih. Orang yang

mengalami OAB cenderung untuk membatasi keterlibatan diri mereka

dalam aktivitas sosialnya dan mengisolasikan diri mereka sendiri sehingga

bisa mencetuskan depresi dan stress.3,5

Prevalensi keseluruhan dari OAB di Eropa sebanyak 16% dan

17% di Amerika Serikat. Sementara itu penelitian yang berbasis kuesioner

pernah dilakukan di pada wanita di Asia dan didapatkan prevalensi OAB

Page 21: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

1

Page 22: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

2

sebesar 53.1 %. Rosenberg menyatakan bahwa berdasarkan

penelitian dari National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE),

prevalensi OAB pada perempuan di Amerika Serikat adalah 16,9% dan

nilai tersebut akan meningkat sesuai pertambahan usia. Disebutkan pula

dari NOBLE, bahwa 37% pasien OAB mengalami inkontinensia urin, atau

dikenal dengan OAB basah (wet) dan 63% tanpa disertai inkontinensia

urin atau OAB kering (dry). Prevalensi OAB wet akan meningkat dengan

bertambahnya usia. Didapatkan pula jika jenis OAB „kering‟ lebih sering

didapatkan pada laki-laki daripada perempuan dengan nilai 36% banding

7%. Sementara itu untuk OAB „basah” lebih sering didapatkan pada

perempuan daripada laki-laki dengan nilai 9.3% banding 2.4%.1–3,6

Sementara itu menurut World Health Organization (WHO),

prevalensi stress masih sukup tinggi dimana hamper dari 350 juta

penduduk dunia mengalami stress dan merupakan penyakit dengan

peringkat ke-4 di dunia. Menurut kementrian kesehatan Indonesia pada

tahun 2007 menyatakan bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia

yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11.6% atau 17.4 juta jiwa mengalami

gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa

gangguan kecemasan dan depresi. Sedangkan data catatan kependudukan

dan catatan sipil DKI Jakarta menunjukkan jumlah penduduk stress

mencapai 1.33 juta jiwa dari 9.5 juta jiwa (14% dari 9.5 juta).7,8

Sedangkan gangguan kecemasan merupakan keadaan prikiatri

paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan di deluruh dunia. The

Anxiety and Depression Assosiation of America menuiskan bahwa

gangguan kecemasan dan depresi di derita oleh 40 juta populasi orang

dewasa di amerika serikat pada usia lebih 18 tahun. Data dari CDC

menunjukkan pada tahun 2006-2007 menyatakan bahwa prevalensi

depresi pada usia 12-17 tahun sebesar 6.3 %. Usia tersebut merupakan

kelompok usia remaja awal dan pertengahan serta merupakan usia

pendidikan sekolah menengah. Di Indonesia sendiri data dari Riskesdas

pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental dan emosional

yang ditunjukkan

Page 23: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

3

dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke

atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6 % dari penduduk Indonesia.7,8

Pada penelitian yang dilakukan oleh Henry lai, dkk yang berjudul

Correlation Between Psychological Stress Levels And The Severity Of

Overactive Bladder Symptoms didapatkan bahwa adanya hubungan antara

PSS (Perceived Stress Scale) dengan derajat keparahan dari OAB yang

menggunakan skala ICIQ-UI (Spearman‟s correlation coefficient=0.39,

p=0.007) and UDI-6, IIQ-7, OAB-q quality of life subscale (Spearman‟s

correlation coefficient=0.32, 0.31, 0.39, and p=0.028, 0.005, 0.029).9

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Henry lai, dkk mengenai OAB

dengan anxietas dan depresi. Pada penelitian tersebut hasilnya

menunjukkan adanya hubungan antara tingkat keparahan OAB dengan

anxietas dan depresi.10,11

Melihat angka kejadian OAB dengan Stress yang cukup besar,

serta melihat adanya hubungan antara derajat keparahan stress dengan

derajat OAB, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai

hubungan antara OABSS dengan stress, kecemasan dan depresi pada

penderita OAB pada mahasiswa/wi Program Studi Kedokteran (PSKed)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini belum pernah dilakukan,

terutama di Indonesia dan khususnya di wilayah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

a. Adakah hubungan antara OABSS dengan stres pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB?

b. Adakah hubungan antara OABSS dengan depresi pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB?

c. Adakah hubungan antara OABSS dengan cemas pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB?

Page 24: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

4

1.3 Hipotesis

a. Terdapat hubungan antara OABSS dengan stres pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB.

b. Terdapat hubungan antara OABSS dengan depresi pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB.

c. Terdapat hubungan antara OABSS dengan cemas pada mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara OABSS dengan stress, depresi,

dan kecemasan pada penderita OAB

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara OABSS dengan stres pada

mahasiswa/wi Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menderita OAB.

b. Mengetahui hubungan antara OABSS dengan depresi pada

mahasiswa/wi Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menderita OAB.

c. Mengetahui hubungan antara OABSS dengan cemas pada

mahasiswa/wi Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menderita OAB.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

5

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

a. Merupakan prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan

klinik Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

b. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian.

c. Dapat menjawab keingintahuan peneliti hubungan antara

OABSS dengan stres, depresi, dan kecemasan pada penderita

OAB

1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam

melaksanakan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagai

lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat.

b. Sebagai data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam

bidang Depresi, Anxietas, dan Stress pada penderita OAB.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandung Kemih (Vesica Urinaria)

2.1.1. Anatomi Kandung Kemih

Kandung kemih (Vesica Urinaria) terletak dibelakang os pubis

didalam bagian rongga pelvis atau juga terletak di dalam ruang

subperitoneal. Kandung kemih sendiri merupakan suatu ruang otot polos

yang terdiri dari 2 bagian utama: (1) bagian corpus vesicae, yang

merupakan bagian utama kandung kemih dan tempat pengumpulan urin,

serta (2) bagian collum vesicae (leher) berbentuk corong, yang merupakan

perluasan dari kandung kemih, berjalan ke bawah dan ke depan menuju

trigonum vesicae dan berhubungan dengan uretra. Sementara itu, ada juga

yang membaginya menjadi 3 bagian utama: (1) Corpus Vesicae, (2) Apex

Vesicae, dan Fungdus Inferior (Fundus Vesicae). Pada bagian apex

vesicae terdapat Lig. Umbilicale medianum sebagai penggantung dari

vesical urinaria.

Gambar 2.1. Anatomi Vesica Urinaria12

6

Page 27: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

7

Dinding vesical urinary terdiri dari lapisan mukosa interna (Tunica

mucosa) yang diikuti oleh 3 lapis otot polos dengan inervasi

parasimpatis (tunica muscularis = M.detrusor vesicae), dan diikuti

dengan Tunica adventitia eksterna atau Tunica serosa kranial

(peritoneum).12

Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar

500-1500 ml urin, meskipun keinginan berkemih dimulai saat volume

250-500 ml. Bentuk dan batasbatasnya sangat bervariasi sesuai dengan

jumlah urin yang dikandungnya. Kandung kemih yang kosong terletak

seluruhnya pada kavum pelvis, namun ketika terisi penuh dinding

atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrium.13,14

Pada kandung kemih terdapat otot detrusor, yang mana serabut

ototnya meluas kesegalah arah. Saat kandung kemih terisi penuh atau

berkontraksi, tekanan dalam kandung kemih dapat meningkat hingga

40-60 mmHg. Sehingga, kontraksi otot polos kandung kemih

(detrusor) merupakan suatu langkah utama pada proses pengosongan

kandung kemih. Sel-sel otot polos pada otot detrusor bergabung satu

sama lain sehingga terbentuk jalur elektrik bertahanan rendah dari sel

otot yang satu ke yang lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat

menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel berikutnya

menyebabkan kontraksi seluruh kandung kemih pada saat yang

bersamaan.13,14

Menurut Guyton & Hall (2014), pada kandung kemih bagian

posterior terdapat trigonum yang pada dasar apeksnya membuka ke

arah uretra posterior, lalu kedua ureter masuk dari kedua sudut atas

trigonum. Lapisan bagian dalam atau mukosa trigonum dikenal dengan

lapisan yang halus. Setiap ureter, ketika memasuki kandung kemih,

berjalan miring melintasi otot detrusor dan kemudian 1 lagi sampai 2

sentimeter dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan

urin dalam kandung kemih. Panjang uretra posterior adalah 2 sampai 3

sentimeter dan dindingnya tersusun atas otot detrusor yang membentuk

jalinan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot di sekitar ini

Page 28: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

8

disebut sfingter interna. Tonus alamiahnya menahan leher kandung

kemih dan uretra posterior untuk mengosongkan urin dan dengan

demikian, mencegah pengosongan kandung kemih hingga tekanan

pada bagian utama kandung kemih meningkat melampaui nilai

ambang.13,14

Setelah melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui

diafragma urogenital, yang mengandung suatu lapisan otot yang

disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini bekerja dibawah

kendali sistem saraf volunter sehingga dapat digunakan untuk

mencegah berkemih secara sadar bahkan ketika kendali involunter

berusaha mengosongkan kandung kemih.13,14

2.1.2. Persarafan Kandung Kemih

Vesika urinaria dipersarafi oleh percabangan saraf dari pleksus

hipogastrikus inferior. Saraf utama berhubungan segmen S-2 dan S-3

dari medulla spinalis. Ada dua serabut saraf, yakni serabut saraf

sensorik dan motorik. Serabut sensorik mendeteksi regangan kandung

kemih yang berasal dari uretra posterior, dimana ini sinyal yang kuat

dan berperan penting dalam pengosongan kandung kemih. Persarafan

motorik merupakan serabut parasimpatis yang berakhir di sel ganglion

dalam dinding kandung kemih. Kemudian saraf-saraf post ganglionik

yang pendek akan mempersarafi otot detrusor.13

Fungsi kandung kemih juga dipersarafi oleh serabut motorik

skeletal yang dibawa melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna. Ini

merupakan serabut sarafsomatik yang mempersarafi dan mengatur otot

rangka volunter pada sfingter tersebut. Kandung kemih juga mendapat

persarafan simpatis dari saraf-saraf hipogastrik, yang terutama

berhubungan dengan segmen L-2 dari medulla spinalis. Serabut ini

terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek pada

pengosongan vesika urinaria.14

Neurotransmitter asetilkolin (Ach)

sangat mempengaruhi fungsi persarafan kandung kemih ini. Pelepasan

Ach akan menyebabkan kontraksi otot-otot detrusor pada kandung

Page 29: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

9

kemih yang mana senyawa kimia ini mengatur respon inervasi vesika

urinaria.15

Gambar 2.2. Persarafan Vesica Urinaria15

2.1.3. Pengosongan Kandung Kemih

Menurut Sherwood, (2017), Miksi atau berkemih, proses

pengosongan kandung kemih yang diatur oleh 2 mekanisme: (1) reflex

berkemih dan (2) control volunter. Reflex berkemih dimulai ketika

reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung

kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250-400 mL urin

sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk

mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan yang melebihi

ukuran ini, semakin besar tingkat aktivasi reseptor. Serat-serat aferen

dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya,

melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung

kemih dan menghambat neuron motoric ke sfingter eksternum.

Stimulasi sarap parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini

berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk

membuka sfingter internum, perubahan bentuk kandung kemih selama

kontraksi secara mekanis akan menarik terbuka sfingter internum.

Secara bersamaan, sfingter eksternum melemas karena neuron-neuron

Page 30: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

10

motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong

melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung

kemih. Reflex berkemih ini, yang seluruhnya adalah reflex spinal,

mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah

kandung kemih terisi cukup untuk memicu reflex, bayi secara otomatis

berkemih.14

Control volunter berkemih yang mana selain memicu reflex

berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang

bersangkutan terhadap keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya

kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternum secara reflex

melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi.

Akibatnya, kontril volunteer berkemih yang dipelajati selama toilet

training pada masa anak- anak dini, dapat mengalahkan reflex

berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung

sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian

kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu

kemih reflex miksi yang dimulai tersebut kurang sesuai untuk

berkemih, yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah

pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter

eksternum dan diafragma pelvis. Impuls eksitator volunteer dari

korteks serebrum mengalahkan sinyal inhibitorik volunteer dari

korteks serebrum mengalahkan sinyal inhibitorik, sehingga otot-otot

ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.14,16

Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih

terus terisi, sinyal reflex dari reseptor regang meningkat seiring waktu.

Akhirnya, sinyal inhibitorik reflex ke neuron motoric sfingter

eksternum menjadi sedemikian kuat yang tidak lagi dapat diatasi oleh

sinyal eksitatorik volunteer sehingga sfingter eksternum melemas dan

kandung kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

11

Berkemih dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun kandung

kemih tidak teregang, yaitu dengan secara sadar melemaskan afingter

uretra eksternal dan diafragma pelvis. Dengan merendahkan rongga

dasar pelvis, kandung kemih jatuh ke bawah, yang secara bersamaan

menarik sfingter uretra interna terbuka dan meregangkan dinding

kandung kemih. Aktivasi lebih lanjutt reseptor regang menyebabkan

kontraksi kandung keih melalui reflex berkemih. Pengosongan

kandung kemih yang disadari juga dibantu oleh kontraksi dinding

abdomen dan diafragma pernapasan. Hasil dari peningkatan tekanan

intraabdominal memeras kandung kemih untuk memudahkan

pengosongan.

Gambar 2.3. Pengosongan Kandung Kemih14

2.1.4. Fase Pengosongan Kandung Kemih

Dalam keadaan normal, kandung kemih dan uretra berhubungan

secara simultan dalam penyimpanan dan pengeluaran urin. Selama

penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra proksimal menutup, dan

Page 32: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

12

tekanan intra uretral berkisar antara 20-50 cmH2O. Sementara itu otot

detrusor berelaksasi sehingga tekanan dalam kandung kemih (intravesikal)

tetap rendah (5-10 H2O). Mekanisme berkemih, terdiri dari 2 fase yaitu

fase pengisian dan fase pengosongan kandung kemih.17,18

1. Fase pengisian (Filling Phase)

Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra

selamanya harus melebihi tekanan intravesika kecuali pada saat

miksi (void). Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi sedikit

peningkatan tekanan intravesika, hal ini disebabkan oleh

kelenturan dinding vesika dan mekanisme neural yang diaktifkan

pada saat pengisian vesika urinaria. Mekanisme neural ini

termasuk refleks simpatetik spinal yang mengaktifkan reseptor β

pada vesika urinaria dan menghambat aktifitas parasimpatis.

Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas

kontraktil involunter pada detrusor. Tekanan normal intravesika

maksimal adalah 50 cm H2O sedangkan tekanan intrauretra dalam

keadaan istirahat antara 50 – 100 cm H2O. Selama pengisian

vesika urinaria, tekanan uretra perlahan meningkat, mekanismenya

belum jelas tapi EMG (electromyogram) dari pelvis menunjukkan

peningkatan aktivitas pada saat pengisian vesika urinaria, yang

cenderung ke arah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.

Refleks simpatis juga meningkatkan stimulasi reseptor α pada otot

polos uretra dan meningkatkan konstriksi uretra pada saat

pengisian vesika urinaria.

2. Fase miksi (Voiding Phase)

Selama fase miksi terdapat penurunan aktifitas EMG dan

penurunan tekanan uretra yang mendahului kontraksi detrusor.

Terjadi peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi

distensi untuk miksi. Pusat miksi terletak pada batang otak, dan

pengosongan vesika urinaria yang terkoordinasi bergantung pada

jalur syaraf ascending maupun descending yang utuh. Refleks

simpatis dihambat, aktifitas efferen somatik pada otot lurik

Page 33: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

13

spinchter dihambat, dan aktifitas parasimpatis pada detrusor

ditingkatkan. Semua ini menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi

dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan resistensi yang

melibatkan otot lurik dan polos uretra. Terjadi penurunan leher

vesika urinaria dan terjadi aliran urin. Ketika miksi berakhir secara

volunter, dasar panggul berkontraksi untuk meninggikan leher

vesika urinaria ke arah simfisis pubis, leher vesika tertutup dan

tekanan detrusor menurun.17–19

Gambar 2.4. Fase Pengosongan Kandung Kemih19

Page 34: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

14

2.2. Overactive Bladder (OAB)

Overactive Bladder adalah salah satu sindroma klinik yang

merupakan salah satu bentuk dari kelainan overactive detrusor. Overactive

detrusor adalah suatu keadaan dimana terjadi aktivitas atau kontraksi

kandung kemih yang berlebihan.5,20

2.2.1. Patofisiologi Overactive Bladder

Vesika urinaria adalah organ yang dilapisi otot polos

dikendalikan oleh sistem saraf pusat ketika keinginan untuk

melakukan miksi, oleh karena itu gangguan dari sistem saraf

maupun kerusakan otot vesika urinaria sendiri dapat menyebabkan

OAB. Penyebab pasti dari OAB masih diperdebatkan, namun

beberapa teori mengenai penyebab OAB yang dibagi menjadi 3,

yaitu: (1) Teori neurogenic (2) Teori myogenic, dan (3) Teori

neurotransmitter.

Penyebab neurogenik tersebut antara lain adalah penurunan

inhibisi suprapontin terhadap refleks miksi, seperti yang terjadi

pada pasien pasca stroke. Disamping itu, kerusakan jaras akson

pada korda spinalis, meningkatnya input aferen pada Lower

Urinary Tract (LUT), hilangnya inhibisi perifer, dan meningkatnya

neurotransmisi pada jaras refleks miksi, yang kesemuanya bisa

terjadi pada stroke, cedera korda spinalis, dan sklerosis multiple.21

Teori myogenik, dapat terlihat pada pasien yang menderita

obstruksi intravesika, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

intravesika; yang berakibat terjadinya denervasi otot polos

detrusor. Bangkitan potensial aksi pada otot polos menjadi

terganggu dan tidak bisa disebarkan dari sel ke sel otot polos yang

lain. Denervasi ini menyebabkan timbulnya gerakan mikro

(micromotion), yang justru meningkatkan tekanan intravesika dan

Page 35: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

15

memberikan rangsangan pada reseptor aferen otot polos.

Rangsangan ini akan memberikan umpan balik ke sistem saraf

pusat sehingga timbul sensasi OAB.18

Dalam teori lainnya yaitu teori neurotransmiter

dikemukakan bahwa asetilkolin (Ach) yang dikeluarkan dari

urotelium pada saat distensi vesika urinaria jauh lebih banyak

daripada normal, disamping itu reseptor sensoris pada urotelium

lebih sensitif terhadap Ach yang dikeluarkannya. Kedua hal

tersebut memberikan umpan balik pada susunan saraf pusat yang

memberikan perasaan urgensi dari suatu OAB.18,21

Pada keadaan normal, selama proses pengisian vesika

urinaria, tidak terjadi aktivitas saraf eferen postganglionik. Dalam

hipotesis lain disebutkan bahwa pada pasien OAB, terdapat

kebocoran Ach pada serabut eferen, menyebabkan gerakan mikro

(micromotions) pada otot polos detrusor dan menstimulasi SSP,

yang menyebabkan perasaan urgensi.

Namun, beberapa pendapat mengenai terjadina OAB

biasanya berhubungan dengan kontraksi involunter dari otot

destrusor. Aktivitas yang berlebihan dari otot destrusor dapat

menyebabkan urge inkontinensia, bergantung respon dari sfingter.

Terjadinya overactive bladder (OAB) disebabkan adanya

kontraksi yang berlebihan dari otot detrusor secara involunter

selama fase pengisian, yang menyebabkan adanya urgensi ataupun

urge inkontinensia, tergantung pada respon dari otot sfingter.

Aktifitas yang berlebihan dapat disebabkan oleh faktor otot itu

sendiri. Tes urodinamik memperlihatkan bahwa separuh dari

penderita usia lanjut dengan kontraksi otot detrusor yang

berlebihan dapat mengosongkan sepertiga isi kandung kemih

melalui kontraksi otot tersebut secara involunter.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

16

Otot detrusor kandung kemih mengandung reseptor

kolinergik, reseptor muskarinik dan reseptor adrenergik α dan β.

Berdasarkan distribusi reseptor otonom, secara teoritis muskarinik

agonist efektif untuk meningkatkan kontraksi otot polos dan

pengosongan kandung kemih. Α-adrenergic agonist efektif

meningkatkan tonus uretra dan mengurangi inkontinensia

sedangkan β-adrenergic agonist efektif dalam meningkatkan

kapasitas kandung kemih. Sebaliknya antagonis muskarinik efektif

dalam mengurangi hiperaktivitas kandung kemih dan α antagonis

efektif dalam mengurangi tekanan uretra.

Secara farmakologis reseptor muskarinik telah dikenali

sebagai M1, M2, M3, M4 dan M5. Secara umum reseptor M1

terutama terdapat dalam ganglion dan glandula sekretoris, reseptor

M2, terdapat dalam miokardium dan otot polos, reseptor M3

terdapat dalam otot polos dan glandula sekretoris. Reseptor M4 dan

M5 terdapat dalam berbagai sel di tubuh. Berdasarkan distribusi

tersebut, reseptor utama yang terdapat pada kandung kemih adalah

reseptor M2 (60-80%) dan M3 (20-40%). Tehnik kloning

molekuler telah mengenal subtipe tambahan reseptor muskarinik

lain yaitu m1, m2, m3, m4, dan m5 dimana lokasi dan spesifitasnya

berhubungan dengan reseptor M1, M2, M3, M4, dan M5.21,22

Reseptor kandung kemih dan uretra terhadap stimulasi

reseptor diperantarai oleh kegiatan sistim “massenger” yang

spesifik. Aktivitas reseptor m1, m3 dan m5 akan merangsang

fosfolipase C dan akan menyebabkan pecahnya fosfatidil inositol

polifosfat menjadi inositol polifosfat. Inositol-1,4,5-trifosfat (IP3)

yang merupakan salah satu produk hidrolisis akan menyebabkan

pelepasan kalsium intraseluler dari retikulum endoplasma dan

mengakibatkan kontraksi otot polos. Diasil gliserol merupakan

produk hidrolisis lain yang akan mengaktivasi kalsium – protein

kinase yang mengakibatkan terjadinya fosforilasi. Stimulasi

reseptor m2 dan m4 tidak lepas hubungannya dengan membran

Page 37: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

17

yang berkaitan dengan protein G1. Stimulasi G1 mengakibatkan

penghambat adenilsiklase dan penurunan siklik AMP intraseluler,

aktivasi potassium channel dan menghambat voltase yang

tergantung pada calcium channel. Stimulasi reseptor α2 seperti

halnya terhadap reseptor M2, mengaktivasi protein G1 dan

menyebabkan inhibisi adenilsiklase. Sebaliknya stimulasi reseptor

α1 tidak berefek pada siklik AMP, tetapi menstimulasi hidrolisis

fosfatidil inositol polifosfat (seperti halnya pada reseptor M1 dan

M3). Aktivasi reseptor β adrenergik menghasilkan stimulasi adenil

siklase dan peningkatan siklik AMP dari ATP.21,22

Peningkatan siklik AMP yang mengaktivasi siklik AMP –

protein kinase menyebabkan terjadinya fosforilasi. Fosforilasi akan

mengaktivasi atau menginaktivasi protein spesifik, tergantung

respon karakteristik organ target. Berdasarkan basis-intraseluler,

kontraksi detrusor, seperti umumnya semua otot polos tergantung

pada interaksi aktin dan miosin melalui fosforilase rantai ringan

miosin.15,17,18,21,22

Asetilkolin yang berinteraksi dengan reseptor muskarinik

pada otot detrusor merupakan neurotransmiter saraf perifer utama

yang bertanggung jawab atas kontraksi kandung kemih. Diantara

kelima subtipe muskarinik yaitu M1 dan M5, pada manusia secara

klinis peranan M3 tampaknya yang paling relevan. Asetikolin

berinteraksi dengan reseptor M3 mengawali suatu kaskade yang

menghasilkan kontraksi otot polos. Data dari hasil penelitian yang

dilakukan pada kandung kemih tikus memperlihatkan bahwa

reseptor M2 kemungkinan juga dapat memfasilitasi kontraksi

kandung kemih.

Serabut saraf sensoris A delta yang bermielin

mengakibatkan distensi kandung kemih secara pasif dan kontraksi

kandung kemih secara aktif.. Serabut saraf C adalah relatif tidak

aktif selama berkemih normal. Beberapa tipe reseptor telahdikenali

Page 38: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

18

pada aferen, termasuk reseptor vanilloid, yang diaktivasi oleh

capsaicin dan mungkin oleh endogenous anandamide; reseptor

purinergic (P2X); reseptor neurokinin, yang beraksi terhadap

substansi P dan neurokinin A; dan reseptor – reseptor growth

factor. Substansi lain termasuk nitric oxide, calcitonin gene-related

protein, dan brain-derived neurotropic factor juga mempunyai

peran penting dalam modulasi sensor aferen pada otot detrusor

manusia.15,17–19,21,22

Pemahaman yang lebih baik terhadap pengaruh atau

peranan yang kompleks dari bermacam – macam neurotransmiter

diatas dan substansi lain yang merupakan derivat dari ureopitelium,

sel otot detrusor, serabut saraf aferen sendiri hendaknya

memberikan suatu target terapi yang spesifik dan terbaru sebagai

medikamentosa untuk keadaan Overactive Bladder.

Elbadwi dkk menggunakan mikroskop eletron untuk

melihat hasil biopsi otot detrusor pada pasien – pasien usialanjut

yang memiliki gangguan berkemih berdasarkan pemeriksaan

urodinamik. Hasilnya adalah ditemukan „dysjunction pattern” pada

penderita overactive bladder (OAB).Sedangkan kondisi

psikosomatik sebagai etiologi Overactive Bladder telah lama

diketahui, dimana pasien memiliki tingkat distres dan ansietas yang

tinggi. Sulit untuk menetapkan apakah kondisi ini merupakan

penyebab atau akibat dari Overactive Bladder.

2.2.2. Gejala Overactive Bladder

Gejala klinis gangguan OAB meliputi: 5,19

a. Urgensi

Keinginan yang sangat kuat untuk berkemih, yang sulit untuk

ditunda

b. Inkontinensia urgensiKeluarnya urin secara tidak diinginkan yang

sebelumnya didahului oleh urgensi

Page 39: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

19

c. Frekuensi

Terlalu sering berkemih, dalam sehari > 8 kali

d. Nokturia

Terbangun untuk berkemih pada malam hari > 1 kali

2.2.3. Diagnosis Overactive Bladder

Diagnosis OAB dapat dibuat berdasarkan: 23

b. Anamnesis riwayat penyakit

Di dalam menggali riwayat penyakit harus diperhatikan berbagai

hal, yakni :

Berapa kali ia berkemih pada siang atau malam hari ?

Setiap berapa lama (menit/jam) jarak antara berkemih ?

Berapa lama ia dapat menunda berkemih setelah muncul

keinginan berkemih (urge) datang ?

Harus ditentukan kenapa ia seringkali harus berkemih, apakah

karenatimbulnya urgensi, atau hanya karena rasa tidak enak

harus membuang urinnya, atau usaha untuk mencegah

inkontinensia ?

Jika terdapat inkontinensia, harus ditentukan jenisnya, apakah

stress (terjadi pada saat batuk, bersin, merubah posisi dari

duduk ke berdiri atau latihan), urge, atau campuran ?

Apakah pasien menyadari celana dalamnya basah oleh urin ?

Apakah memakai pempers (pembalut) ? apakah pempernya

selalu basah penuh urin ? seberapa sering ia menggantinya ?

Apakah ada kesulitan memulai berkemih ? apakah perlu

mengedan dulu ?

Apakah pancaran urin lemah atau terputus-putus ? pernahkah

mengalami retensi urin ? pada perempuan, pernahkah

mengalami prolaps organ (vagina) ? nyeri daerah sakral, atau

kesulitan defekasi ? Harus dicari kemungkinan adanya gejala

Page 40: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

20

neurologis (double vision, kelemahan otot, paralisis, gangguan

koordinasi, tremor, rasa tebal) keadaan neurologis yang

diketahui berefek pada vesica urinaria, antara lain cedera

spinal, penyakit diskus lumbalis, mielodisplasia, diabetes, dan

parkinson.

Riwayat operasi vagina, pernah operasi inkontinensia urin,

operasi desobstruksi uretra, atau pernah radiasi.

Untuk mengetahui derajat keparahan OAB, pasien dapat

mengisi kuesioner (sistem skoring) OAB yang telah dirancang.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mendeteksi adanya kelainan

anatomi maupun neurologi yang dapat menyebabkan timbulnya

gejala itu. Pemeriksaan dimulai dari mengamati cara berjalan dan

sikap pasien saat masuk keruang periksa. Perlu diperiksa daerah

abdomen dan pinggang. Colok dubur untuk mengetahui kelainan

prostat. Dermatom sacral dievaluasi dengan memeriksa tonus

sfingter ani, dan refleks bulbokavernosus apabila dibutuhkan.

Beberapa ahli menyarankan pemeriksaan uroflometri

(terutama pada pasien laki-laki), tetapi pemeriksaan urodinamika

diindikasikan pada pasien yang gagal setelah terapi konservatif,

atau bagi pasien yang memiliki sisa urin sangat banyak setelah

miksi, kelainan uroflometri, atau pada kasus yang sulit dan tidak

sederhana.

2.2.4. Skor OAB Menggunakan OABSS

Skoring OAB sendiri memiliki jenis yang sangat bervariasi,

namum setiap kuesioner tersebut menanyakan mengenai aspek urgensi,

nokturia, dan peningkatan frekuensi. Salah satu kuesionernya yaitu

OverActive Bladder Symptom Scores (OABSS) yang mengkategorikannya

menjadi 3 yaitu: Ringan, Sedang, dan Berat.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

21

Gambar 2.5 Kuesioner Skrinning dan Derajat OAB

Page 42: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

22

Gambar 2.6 kuesioner Skrinning dan Derajat OAB 2012

2.2.5. Faktor Resiko Overactive Bladder

Menurut kepustakaan yang merupakan faktor resiko OAB antara lain

adalah: 5,15,19,24,25

a. Usia

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia wanita sangat berhubungan

erat dengan inkontinensia urin.Inkontinensia urin merupakan hal yang

lazim ditemui pada wanita usia lanjut, maka sering dianggap normal dan

Page 43: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

23

merupakan hal yang tidak terlepaskan pada wanita tua. Prevalensinya

meningkat secara progresif terhadap umur. Inkontionensia seharusnya

dianggap normal dengan pertambahan usia, dimana terjadi perubahan pada

struktur kandung kemih dan struktur pelvic yang disebabkan oleh

pertambahan usia yang kemudian bermanifestasi menjadi inkontinensia

urin.

b. Paritas

Persalinan dapat merubah elastisitas dasar panggul sebagai konsekuensi

dari melemah dan meregangnya otot-otot serta jaringan ikat selama

persalinan berlangsung. Kerusakan jaringan dapat terjadi akibat laserasi

spontan atau episiotomi. Akibat dari kejadian ini, akan mengakibatkan

gangguan kontraksi pada otot sfingter uretra dan kandung kemih.

c. Index Massa Tubuh

Dari penelitian yang dilakukan oleh Parazzini, Chiaffarino, Lavezzari dan

Giambanco (2003) menemukan bahwa resiko inkontinensia urin meningkat

dihubungkan dengan peningkatan massa indeks tubuh. Banyak penelitian

melaporkan adanya hubungan antara peningkatan berat badan atau

peningkatan massa indeks tubuh dengan inkontinensia. Menurut Doran dkk,

2001, setiap kilogram menambah tekanan terhadap kandung kemih, dimana

hal ini menjadi kontribusi terhadap kejadian inkontinensia urin. Akibat

obesitas dapat menyebabkan peregangan kronik dan melemahkan otot-otot

dasar panggul, saraf serta struktur lainnya di dasar panggul. Hal ini

menyebabkan inkontinensia urin. Obesitas merupakan faktor resiko

independen terhadap kejadian inkontinensia urin. Kehilangan berat badan

yang berlebihan secara signifikan menurunkan kejadian inkontinensia urin

pada wanita obese. Namun, obesitas masih menjadi faktor resiko yang

kontroversial.

d. cara Persalinan

Menurut Rubin (2003), wanita yang menjalani operasi sesar akan lebih

sedikit menderita inkontinensia urin dibandingkan dengan wanita yang

melahirkan secara normal. Proses kelahiran dapat mempengaruhi elastisitas

pada rongga panggul dimana terjadi pereganggan otot-otot dan jaringan

Page 44: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

24

sewaktu melahirkan. Akibat peregangan tersebut dapat merusak saraf

pudendal, saraf pelvik, otot serta jaringan pelvik sekitarnya yang dapat

mempengaruhi kemampuan meregang dari sphincter uretra untuk

berkontraksi dalam merespon peningkatan tekanan intra abdominal.

(Morkved, Schei dan Asmund 2003; Viktrup & Lose 2001; Rubin, 2003).

e. Menopause

Gangguan berkemih sering dijumpai pada wanita menopause. Perubahan

atrofi (seperti lemak tubuh, kulit dan otot), penurunan kadar estrogen tubuh

padamenopause dapat menjadi kontribusi dalam peningkatan kejadian

inkontinensia urin. Dengan menurunnya kadar estrogen, maka otot-otot

detrusor kandung kemih menjadi lebih mudah berkontraksi.

f. Riwayat operasi histerektomi.

Dalam pemantauan secara sistematik terhadap bukti yang ada, penelitian

menunjukkan bahwa histerektomi berhubungan dengan inkontinensia urin

(Brown et al., 2000). Dilaporkan seorang wanita yang mengalami

inkontinensia urin segera setelah histerektomi. Inkontinensia urin pasca

histerektomi dapat disebabkan oleh kerusakan saraf sewaktu menjalani

prosedur dan gangguan muskulofasial pada vesika urinaria di sekeliling

dinding pelvik (Hunskaar et al.2000)

g. Riwayat keluarga

Dari hasil penelitian OAB pada wanita di Asia (meliputi 11 negara Asia,

yaitu Thailand, Philipina, Taiwan, India, Pakistan, Korea Selatan,

Hongkong, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Cina) dilaporkan bahwa

usia lanjut, riwayat sering melahirkan dan riwayat keluarga menderita OAB

sering dihubungkan dengan peningkatan kejadian gangguan OAB

h. Stress, depresi dan kecemasan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh H.Henry lal mengenai hubungan

antara kecemasan dan OAB mendapatkan adanya hubungan antara kedua

variable tersebut. Sementara itu pada penelitian yang dilakukan oleh Iane

Galuce dkk mengenai depresi dan OAB juga mendapatkan hubungan yang

signifikan. Sebaliknya, pada penelitian dengan hubungan stress dengan

Page 45: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

25

OAB tidak didapatkan adanya hubungan dengan derajat keparahan dari

OABnya.

2.3. STRESS

2.3.1. Definisi Stres

Menurut American Institute of Stress tahun 2010 disebutkan bahwa

tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan

memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama, sedangkan

menurut National of Asosiation of School Psychologist tahun 1998

disebutkan bahwa stres adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan

diinterpretasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu

yang lainnya.26

Menurut Hans Selye, stres merupakan respon tubuh yang bersifat

tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami

beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi

tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak

mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami

stres. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan

psikologis.27

Dapat disimpulkan bahwa stres dapat didefenisikan sebagai sebuah

keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuain antara tuntutan

yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Sesuatu yang

menyebabkan timbulnya stres disebut stressor.28

2.3.2. Jenis-Jenis Stres

Quick dan Quick mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

29

a. Eustress

Yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,

positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut

Page 46: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

26

termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi

yangdiasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

b. Distress

Yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak

sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut

termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit

kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran yang tinggi, yang

diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.3.3. Klasifikasi Stres

a. Stres Akut (Acute Stress)

Merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya

dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight

or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang

pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap

sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain: 29

kebisingan, keramaian, pengasingan, lapar, bahaya, infeksi, dan

bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa

berbahaya (mengerikan).

Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah

dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat

hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon

relaksasi (relaxation response).29

b. Stres Kronis (Chronic Stress).

Kehidupan modern menciptakan situasi stres

berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-

penyebab umum stres kronis antara lain: 30

kerja dengan tekanan

tinggi yang terus menerus, problem-problem hubungan jangka

panjang, kesepian, dan kekhawatiran finansial yang terus-menerus.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

27

2.3.4. Tipe-Tipe Stres

a. Tekanan

Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran

dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung

kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas.

Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia

merujuk kepada kaidah yang menyebabkan ketenangan individu

terasa diancam oleh peristiwa di sekitarnya dan menyebabkan

individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental yang sederhana

dapat menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan

pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia

dapat menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu

kesehatan anda.30

b. Frustasi

Yaitu suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang

terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.30

c. Konflik

Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling

memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses

sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana

salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.30

d. Kecemasan

Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan

seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang

sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa

tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali

terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas ini karena respon

terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

28

2.3.5. Aspek Stres

a. Stimulus

Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam

atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut

sebagai stressor.

b. Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat

dua komponen yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan

komponen Psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut

dengan strain atau ketegangan.

1) Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut,

keringat.

2) Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi

c. Proses

Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain

ditambah dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara

manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan

penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga dengan

istilahtransaksi antara manusia dengan lingkungan, yang

didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang

lain merasakannya

2.3.6. Faktor-Faktor Penyebab Stres

Stres dapat terjadi karena:

a. Fisik-Biologik

1) Penyakit sulit disembuhkan

2) Cacat fisik

3) Merasa penampilan kurang menarik

b. Psikologik

Page 49: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

29

1) Negatif thinking

2) Sikap permusuhan

3) Iri hati

4) Dendam dan sejenisnya

c. Sosial

1) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis

2) Faktor pekerjaan

3) Iklim lingkungan.

d. Pekerjaan “occupational stress”

1) Tuntutan kerja, terlalu banyak dan membuat orang

bekerja terlalu keras dan lembur karena keharusan

mengerjakannya.

2) Jenis pekerjaan, misalnya : jenis pekerjaan yang

memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya

(supervisi), guru, dan dosen.

3) Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi

kehidupanmanusia

2.3.7. Fisiologi Stres

Stres fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan

bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional

dari otak. Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat

yang lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari amygdala

ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus.

Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin-releasing

factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu

ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai

gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu

kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stres, kelenjar

Page 50: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

30

adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak dan menekan sistem

imun.

Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem

otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem

otonom sendiri diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem

otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem

simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulasi atau stres. Reaksi

yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat,

penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis

membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut

jantung, perlambatan pernapasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal.

Perangsangan yang berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan

respon stress yang berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom pada

ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting

bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk

melawan atau reaksi menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu

respon saraf, jangka pendek, dan satu respon hormonal yang bersifat lebih

lama.

2.3.8. Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres

Hans Selye menyebutkan ada 2 respon fisiologis tubuh terhadap

yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation

Syndrome (GAS).

a. Local Adaptation Syndrom (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress.

Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,

akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

Karakteristik dari LAS :

1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system

2) respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

31

3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

4) respon bersifat restorative.

b. General Adaptation Syndrom (GAS)

GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap

stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan

sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan

Sistem Neuroendokrin. Menurut Selye dalam fase GAS ada 3 (tiga)

tingkatan yang berbeda dari respon fisik dan mental atau tanggapan

seseorang terhadap stres yaitu peringatan (alarm), perlawanan

(resistance), dan peredaan (exhaustion).

1) Tahap peringatan dini atau alarm, merupakan tahapan awal dari reaksi

tubuh saat menyadari adanya suatu tekanan atau stres. Reaksi awal pada

umumnya terjadi dalam bentuk suatu pesan biokimia yang ditandai dengan

gejala seperti otot menegang, tekanan darah dan denyut jantung meningkat

dan sebagainya.

2) Tahap perlawanan, yang ditandai dengan adanya gejala ketegangan,

kegelisahan, kelesuan dan sebagainya yang menandakan seseorang sedang

melakukan perlawanan terhadap stres. Perlawanan terhadap stres sering

menimbulkan terjadinya kecelakaan, pengambilan keputusan yang kurang

baik dan sakit- sakitan.

3) Tahap peredaan ditandai dengan runtuhnya tingkat perlawanan. Pada

tahap ini akan muncul berbagai macampenyakit seperti tekanan darah

tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gula darah, dan sebagainya.

c. Reaksi Psikologis

Seperti gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam pekejaan

atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas, sikap apatis, sering

melamun, sering marah-marah bersikap agresif baik secara verbal seperti

berkata-kata kasar, suka menghina, mupun non verbal seperti menendang-

Page 52: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

32

nendang, menempeleng, membanting pintu atau memecahkan barang-

barang. Reaksi psikologis yang paling sering terjadi adalah :

1) Kecemasan

Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang

menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar

digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,”

“tegang,” “prihatin,” “takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin,

mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

2) Kemarahan dan Agresi

Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang

dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi

stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan

yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan

jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak

sadis dan usaha membunuh orang.

3) Depresi

Yaitu keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan

semangat. Terkadang disertai rasa sedih yang mendalam dan ingin bunuh

diri.

2.3.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang dalam Merespon Stres

Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan

berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut,

dan coping yang dimiliki individu, di antara stresor yang dapat

mempengaruhi respons tubuh antara lain:

a. Sifat Stresor

Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

respons tubuh terhadap stresor. Sifat stesor ini dapat berupa tiba-

Page 53: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

33

tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individu dapat

berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.

b. Durasi Stresor

Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi

respons tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka

respons yang dilaminya juga akan lebih lama dan dapat

mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.

c. Jumlah Stresor

Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentuka

respons tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami pada

seseorang, dapat menimbulkan dampak besar bagi fungsi tubuh

juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan

kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki

kemampuan dalam mengatasinya.

d. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respons tubuh

terhadap stresoryang dimiliki. Semakin banyak stresor dan

pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka

semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan

adaptifnya akan semakin baik pula.

e. Tipe Kepribadian

Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi

respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe

kepribadian A, maka lebih rentan terkena stress dibandingkan

dengan tipe kepribadian B. tipe kepribadian A memiliki ciri

ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah

tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang

berlebihan, berbicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai

berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja

Page 54: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

34

sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak

mudah dipengaruhi, bila berlibur fikirannya ke pekerjaan dan lain-

lain. Sedangkan tipe kepribadian B memiliki sikap tidak agresif

ambisinya wajar-wajar, penyabar, senang, tidak mudah

tersinggung, tidak mudah marah, cara berbicara tidak tergesa-gesa,

perilaku tidak interaktif, lebih suka kerjasama, mudah bergaul, dan

lain-lain atau merupakan kebalikan dari tipe kepribadian A.

f. Tingkat Perkembangan

Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat

mempengaruhi respons tubuh di mana semakin matang dalam

perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk

mengatsinya. Dalam perkembangannya kemampuan individu

dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya berbeda-beda

dan stresor yang dihadapinya pun beda yang dapat digambarkan

sebagai berikut:

2.3.10. Gejala Adaptasi Umum Stres

Menurut Ghani seseorang mengalami stres dapat dilihat dari tanda-

tanda, diantaranya adalah :

a. Gejala Fisik

Seperti sakit kepala, tekanan darah naik, dan serangan jantung.

b. Gejala Psikologis

Seperti sulit tidur, mimpi buruk, depresi, kerja gelisah/ tak

bergairah, bingung, mudah tersinggung/impulsif, dan gejala depresi

lainnya.

c. Gejala Perilaku

Seperti membolos, uring- uringan, produktivitas menurun, dan

sering membuat kekeliruan/ kesalahan kerja.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

35

2.3.11. Dampak Stres

a. Pengaruh Positif

Stres dapat me ndorong orang untuk membangkitkan kesadaran dan

menghasilkan pengalaman baru.

b. Pengaruh Negatif

Pengaruh negatif dari stres antara lain adalah; menimbulkan

perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan,

marah, depresi, memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia,

tekanan darah tinggi, dan stroke. Selain itu, stres pada anak yang

berkepanjangan akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan

kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri dan takut melakukan

sesuatu.

2.3.12. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

a. Strategi Koping yang Spontan Mengatasi Stres :

Koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam

mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa

diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu

menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang

dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease),

tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan

wellness dan prestasi. Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus

memiliki empat komponen pokok:

1) Peningkatan Kesadaran terhadap Masalah: mengetahui dan

memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah

berlangsung.

2) Pengolahan Informasi: suatu pendekatan dengan cara

mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam.

komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

36

3) Pengubahan Perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar

dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau

menghilangkan stressor.

4) Resolusi Damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di

atasi.

b. Defence Mechanisms ( Pertahanan Diri )

Menurut Lazanus tahun 2006 penanganan stress atau coping terdiri

dari dua bentuk, yaitu :

1. Problem - Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada

masalah ) yaitu istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk

penanganan stress atau coping yang digunakan oleh

individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha

menyelesaikannya .

2. Emotion - Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada

emosi ) yaitu istilah Lazarus untuk penanganan stress

dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress

dengan cara emosional, terutama denngan menggunakan

penilaian defensif.

c. Strategi Penanganan Stres Dengan Mendekat Dan Menghindar

1) Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif

untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi

penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres

tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung

2) Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha

kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres

dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri

atau menghindar dari penyebab stress.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

37

d. Adaptasi.

Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam

berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat

mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis

yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

Macam-macam adaptasi, antara lain :

1) Adaptasi Fisiologis

Merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau

secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dan

berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan

menjadi tidak seimbang contohnya masuknya kuman penyakit,

maka secara fisiologis tubuh berusaha untuk mempertahankan baik

dari pintu masuknya kuman atau sudah masuk dalam tubuh.

Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu: apabila

kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal, maka itu disebut

dengan LAS (Local Adaptation Syndroma) seperti ketika daerah

tubuh atau kulit terkena infeksi, maka di daerah kulit tersebut akan

terjadi kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan lain-lain yang

sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. Akan tetapi

apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi dapat menyebabkan

gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses

penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain,

keadaan ini disebut sebagai GAS (General Adaption Syndrome).

2) Adaptasi Psikologis

Merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat

stresor yang ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari

dengan harapan dapat melindungi atau bertahan diri dari serangan

atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam adaptasi secara

psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari

Page 58: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

38

berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau

penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented)

yang di kenal dengan problem solving strategi dan ego oriented

atau mekanisme pertahanan diri.

3) Adaptasi Sosial Budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan

melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam

kegiatan kemasyarakatan.

4) Adaptasi Spiritual.

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan

perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang

dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila mengalami

stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah.

2.3.13. Cara Mengelola Stres

a. Coping

Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut

R.S. Lazarus coping adalah proses mengelola tuntutan (internal

atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar

kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang

berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan, tabah,

mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal.

Adapun menurut Weiten dan Lloyd coping merupakan upaya-upya

untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi beban perasaan

yang tercipta karena stres.

Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:

1) Dukungan sosial.

Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan dari orang

lain yang memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara

Page 59: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

39

atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres.

Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional

support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian

dan kepedulian; (b) sebagai appraisal support, meliputi

bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan

kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha

mengklarifikasi dan memberikan umpan balik tentang hikmah

di balik masalah tersebut; (c) sebagai informational support,

meliputi nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana

mengatasi atau memecahkan masalah; (d) sebagai instrumental

support, meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat

tinggal, meminjamkan uang dan menyertai kunjungan ke biro

layanan sosial.

2). Kepribadian.

Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap

coping atau usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola

stres. Adapun tipe-tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap

coping adalah sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya

tahan) yaitu tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap

komitmen, internal locus control dan kesadaran akan tantangan

(challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umumuntuk

mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3)

Humoris.

2.3.14. Cara Mengatasi Stres

a. Ringkasan penilaian diri

Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala yang

muncul dari aktivitasrespon stres anda akan membantu anda

memonitor reaksi anda terhadap tuntutan dan tekanan yang akan

dihadapi. Tanda-tanda dan gejala ini menjadi indikator bagi anda

untuk mengatasinya. Gunakan ini sebagaialat untuk merefleksikan

apa yang mungkin menjadi penyebab stres anda.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

40

b. Mengembangkan kemampuan antisipasi masalah

Mengukur apa yang terjadi selanjutnya dan beban dan

tuntutan apa yang menyebabkan stres. Salnjutnya menyusun

rencana untuk mengatasi masalah dengan mempertimbangkan

akibat yang akan diterima dari tuntutan.

c. Mengubah tuntutan

Mengubah tuntutan dapat dilakukan dengan mengurangi

tuntutan atau meningkatkan tuntutan. Hal ini dilakukan

berdasarkan pengalaman-pengalaman terdahulu yang

menyebabkan anda stres. Cara Mengurangi tuntutan:

1) Tetap waspada terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan

2) Membuat prioritas masalah

3) Menjadi realistis terhadap hal yang ingin dicapai

4) Menghindari bersikap perfeksionis

5) Mencari bantuan ketika beban semakin berat

6) Menghindari ketidakpastian

7) Menemukan pekerjaan atau kegiatan yang sesuai dengan

kepribadian diri sendiri

2.4. KECEMASAN

2.4.1 Epidemiologi Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan gangguan yang sangat sering

dijumpai pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi

faktor-faktor biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang

berinteraksi dengan kondisi tertentu, stres atau trauma yang menimbulkan

sindroma klinis yang bermakna.31

Page 61: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

41

Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan

rasio antara perempuan dan laki-laki sebesar 2:1. Pasien gangguan cemas

menyeluruh sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental

lainnya seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan

stres pasca trauma, dan gangguan depresi berat.31

2.4.2. Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan cemas menyeluruh (Generelized Anxiety Disorder,GAD)

merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan

kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak

realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.Kondisi ini

dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6

bulan.26,31

Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan

berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan

otot,iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan

penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial

dan pekerjaan.31

2.4.3 Etiologi Gangguan Kecemasan

a. Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah

lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi

di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga

dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien

GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal.

Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,

serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin. Pemeriksaan

PET (Positron Emission Tomography) pada pasien GAD

ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa

putih otak.32

b. Teori Genetik

Page 62: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

42

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan

genetik pasien GAD dan gangguan depresi mayor pada wanita.

Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga

menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada

pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik

dan 15% pada kembar dizigotik.32

c. Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas

adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

Pada tingkat yang paling primitif anxietas dihubungkan dengan

perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi

anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang

penting. Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal

sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang

untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan

anxietas yang paling matang).32

d. Teori Kognitif-Perilaku

Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat

terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif

terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada

pemrosesan informasidan pandangan yang sangat negatif terhadap

kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.26

2.4.4 Diagnosis Gangguan Kecemasan

Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM

IV-TR:7

a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir

setiap hari, sepanjang hari,terjadi selama sekurangnya 6 bulan,

tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau

aktivitas sekolah).

b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

43

c. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam

gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih

banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir).

Catatan: hanya satu nomor yang diperlukan pada anak. Gejala-

gejala tersebut yaitu:

1) Kegelisahan

2) Mudah merasa lelah

3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

4) Iritabilitas

5) Ketegangan otot

6) Gangguan tidur (sulit tidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah,

dan tidak memuaskan)

d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan

aksis 1, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang

menderita suatu serangan panik(seperti pada gangguan panik), merasa

malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi

(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah

atau sanak saudara dekat (seperti pada ganggaun cemas perpisahan),

penambahan berat badan ( seperti pada anoreksia nervosa), menderita

keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau

menderita penyakit serius(seperti pada hipokondriasis) serta

kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama

gangguan stres pasca trauma.

e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan

penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi

sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung

dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi

medis umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-

Page 64: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

44

mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, dan gangguan

perkembangan pervasif.

2.4.5 Gambaran Klinis Gangguan Kecemasan

Gejala utama GAD adalah anxietas, tegangan motorik,

hiperaktivitas autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan

bersifat berlebihan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien.

Keteganagan motorik bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit

kepala. Hiperaktivitas autonom timbul dalam bentuk pernapasan yang

pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala pencernaan. Terdapat

juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.

Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan

somatik, atau datang kedokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare

kronik. Pasien biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian

(seeking behavior). Beberapa paseien menerima diagnosis GAD dan terapi

yang adekuat, dan beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan

untuk masalah-masalah mereka.

2.4.6 Diagnosis Banding Gangguan Kecemasan

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan adari kecemasan

akibat kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan

penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,

elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan

adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat

atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif, dan anxiolitik.

Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD

adalah gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kompulsif,

hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan

kecemasan, dan gangguan kepribadian. Membedakan GAD dengan

gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini

sering kali terdapat bersama-sama GAD.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

45

2.4.7 Prognosis Gangguan Kecemasan

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis

yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita

akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan

depresi mayor.

2.4.8 Terapi Gangguan Kecemasan

Terapi kognitif-perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi

kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara

langsung,teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah

relaksasi dan biofeedback.

Terapi suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang

ada dan belum tampak,didukung egonya,agar lebih banyak bisa beradaptasi

optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

Psikoterapi berorientasi tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah

sadar, menilai egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari

pemahaman akan komponen-komponen tersebut,kita sebagai terapis dapat

memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur.

Bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi

dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

2.5. DEPRESI

2.5.1 Definisi Depresi

Gangguan depresi dalam buku Synopsis of Psychiatri termasuk

dalam gangguan mood. Depresi adalah suatu gangguan mood, kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan, dan berperilaku seseorang).27

Sebelum membahas lebih lanjut

tentang gangguan depresi, terlebih dahulu perlu dipahami yang dimaksud

dengan emosi dan mood dan mengapa kedua tanda tersebut harus

Page 66: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

46

dipahami. Dalam pembahasan emosi tercakup antara lain afek, mood,

emosi yang lain, gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood.27

Emosi merupakan kompleksisitas perasaan yang meliputi psikis,

somatik, dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Dalam

buku yang lain arti kata emosi biasa sinonim dengan afek, yaitu susana

perasaan hati seorang individu. Mungkin lebih tepat untuk menggunakan

kata emosi untuk perasaan yang dihayati secara sadar, sedangkan kata afek

dirujuk pada dorongan-dorongan yang lebih mendalam yang mendasari

kehidupan perasaan yang sadar maupun tak sadar.27

Mood merupakan subjektivitas peresapan emosiyang dialami dan

dapat diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; sebagai contoh

adalah depresi, elasi, dan marah. Kepustakaan lain mengemukakan mood

adalah perasaan seseorang khususnya yang dihayati secara batiniah.27

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan

energi dan minat, merasa bersalah, dan sulit berkonsentrasi, mengalami

hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala

lain termasuk perubahan aktivitas , kemampuan kognitif dan fungsi

vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual, dan ritme biologik yang lain.

Gangguan ini hampir selalu menghasilka hendaya interpersonal, sosial,

dan fungsi pekerjaan.27

2.5.2 Epidemiologi Depresi

Gangguan depresi berat paling sering terjadi dengan prevalensi

seumur hidup sekitar 15 persen. Penderita perempuan dapat mencapai 25

persen, sekitar 10 persen di perawatan primer dan 15 persen dirawat di

rumah sakit.pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen dan

usia remaja 5 persen. Perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan

laki-laki. Diduga karena adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan,

perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model

perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan. Rata-rata usia pasien

terkena depresi sekitar 40 tahun. Hampir 50 persen awitan di antara usia

20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau

Page 67: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

47

lanjut usia. Data terkini menunjukkan gangguan depresi berata di usia

kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan meningkatnya

penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia

tersebut. Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak emmpunyai

hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau

berpisah. Perempuan yang tidak menikah memiliki kecenderungan terkena

depresi dibandingkan dengan yang menikah. Namun, hal ini berbanding

terbalik untuk laki-laki. Tidak ditemukan korelasi antara status

sosioekonomi dan gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di

daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan.

2.5.3 Etiologi Depresi

a. Faktor Organobiologik

Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi pada

metabolit amin biogenik seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-

HIAA), asam hemovanilic (HVA), DAN 3-methoxy-4-

hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan

serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood.

1) Amin Biogenik

Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmitters yang

paling terlibat dalam patofisiologi gangguan mood.

2) Norepinephrine

Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinis antri

depresi mungkin merupakan peran langsung sistem noradrenergik

pada depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor beta 2

presinaptik pada depresi yaitu aktifnya reseptor yang

mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin.

Reseptor beta 2 presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik

dan mengatur jumlah pelepasan serotonin.

3) Dopamin

Page 68: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

48

Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan

subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi

regulasi presinaptik dan pascasinaptik dopamin memperkaya

hubungan antara dopamin dengan gangguan mood. Dua teori

terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur dopamin

mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan

reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi.

4) Serotonin

Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin

bertanggungjawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur, dan

nafsu makan. Pada bebrapa penelitian ditemukan jumlah serotonin

yang berkurang di celah sinap dikatakan bertanggungjawab untuk

terjadinya depresi.

b. Faktor Genetik

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan

gangguan mood. Tetapi jalur penurunannya sangat kompleks. Sulit

untuk mengabaikan efek psikososial dan faktor non genetik lainnya

yang berperan dalam penyebab terjadinya gangguan mood.

Penelitian dalam keluarga didapatkan pada generasi pertama, 2

sampai 10 kali lebih sering mengalami depresi berat. Dua dari tiga

studi menemukan gangguan depresi berat diturunkan secra genetik.

Studi menunjukkan anak biologis dariorang tua yang terkena

gangguan mood berisiko untuk mengalami gangguan mood

walaupun anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat. Pada

anak kembar dizigotik gangguan depresi berat terdapat sebanyak

13-28%, sedangkan pada kembar monozigotik 53-69%.

c. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa

tertekan (stres) dapat mencetuskan terjadinya depresi. Episode

pertama ini lebih ringan dibandingkan episode berikutnya. Ada

Page 69: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

49

teori yang mengemukakan bahwa adanya stres sebelum episode

pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama.

Hal ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan

sistem sinyal intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan

penurunan kontak sinaps. Dampaknya, seorang individu berisiko

tinggi mengalami episode berulang gangguan mood sekalipun

tanpa stresor dari luar.

Data paling mendukung sehubungan dengan peristiwa

kehidupan atau stresor lingkungan yang sering berkaitan dengan

depresi adalah kehilangan orang tua sebelum berusia 11 tahun dan

kehilangan pasangan. Faktor risiko lain adalah kehilangan

pekerjaan; orang yang keluar dari pekerjaannya berisiko tiga kali

lebih besar untuk timbulnya gejala depresi dibandingkan yang

bekerja. Kehilangan objek yang dicinta pada masa perkembangan

walaupun tidak secara langsung dapat mencetuskan gangguan

depresi, namun berpengaruh pada ekspresi penyakit, misalnya

awitan timbulnya gangguan, episode yang lebih parah, adanya

gangguan kepribadian, dan keinginan untuk bunuh diri.

d. Faktor Kepribadian

Semua orang, apapun pola kepribadiannya dapat

mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan

gangguan kepribadian obsesif kompulsif, histrionik, dan ambang

berisiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan

orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid atau

antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik

berisiko mengalami depresi berat. Peristiwa sressfull merupakan

prediktor terkuat untuk kejadian episode depresi.

e. Faktor Psikodinamik pada Depresi

Gangguan hubungan ibu dan anak selama fase oral (10-18

bulan) menjadi faktor predisposisi untuk rentan terhadap episode

Page 70: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

50

depresi berulang. Depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang

nyata maupun fantasi kehilangan objek. Introjeksi merupakan

terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan

akibat kehilangan objek yang dicintai. Kehilangan objek yang

dicintai diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan

cinta srta perasaan marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Melanie Klein menjelaskan bahwa depresi termasuk agresi

ke arah mencintai. Edward Bibring menyatakan bahwa depresi

adalah suatu fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari

ketidakmampuannya untuk mewujudkan cita-cita ideal yang tinggi.

Edith Jacobson melihat depresi sebagai berkurangnya kekuatan,

misalnya pada anak yang tidak berdaya terhadap penyiksaan orang

tua. Silvano Arieti mengamati banyak pasien depresi hidup untuk

orang lain dibandingkan untuk dirinya sendiri. Heinz Kohut

mengkonseptualisasikan depresi dimulai dari teori self-psychology,

bahwa perkembangan jiwa mempunyai kebutuhan spesifik yang

harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anaknya yaitu memberikan

rasa positif, kepercayaan diri, dan self-cohesion. Jika orang yang

diharapkan tidak memnuhi kebutuhan ini akan terjadi kehilangan

kepercayaan diri yang besar yang muncul sebagai depresi. John

Bowlby percaya bahwa rusaknya keeratan awal dan trauma akibat

perpisahan pada anak merupakan predisposisi terjadinya depresi.

Kehilangan pada orang dewasa dan trauma kehilangan pada masa

kanak-kanak memudahkan seseorang mengalami episode depresi

pada masa dewasa.

f. Formulasi Lain Penyebab Terjadinya Depresi adalah Teori

Kognitif

Depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik

yang membuat seseorang mempunyai kecenderungan menjadi

depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari

depresi mencakup (1) pandangan terhadap diri sendiri berupa

Page 71: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

51

persepsi negatif terhadap dirinya (2) tentang lingkungan yakni

kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya (3)

dan tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan

kegagalan.

2.5.4 Perjalanan Penyakit Depresi

Gangguan mood emrupakan suatu gangguan yang berlangsung

lama dan cenderung kambuh. Pada gangguan mood lebih sering ditemukan

adanya stressorkehidupan di awal episode dibandingkan episode

berikutnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa stressor psikososial berperan

sebagai penyebab awal gangguan mood. Meskipun episode awal dapat

diatasi, perubahan biologi yang menetap di otak menimbulkan risiko besar

untuk timbulnya episode berikutnya.

Sebelum episode pertama teridentifikasi, sekitar 50 persen

gangguan depresi berat memperlihatkan gejala depresi yang bermakna.

Gejala depresi yang teridentifikasi secara dini dan dapat teratasi lebih awal

dapat mencegah berkembangnya gejala-gejala tersebut menjadi episode

depresi penuh. Pada pasien dengan gangguan depresi berat, walaupun

gejala telah ada, umumnya belum menunjukkan suatup pramorbid

gangguan kepribadian. Sekitar 50 persen pasien dengan episode depresi

pertama terjadi sebelum usia 40 tahun. Awitan yang terjadi setelah usia 40

tahun biasanya dihubungkan dengan tidak adanya riwayat gangguan mood

dalam keluarga,gangguan kepribadian antisosial, dan penyalahgunaan

alkohol.

Episode depresi yang tidak ditangani akan berlangsung 6-13 bulan.

Kebanyakan penanganan episode depresi sekitar 3 bulan. Prosedur baku

tatalaksana gangguan depresi setidaknya dilakukan selama 6 bulan agar

tidak mudah kambuh. Penghentian antideprean sebelum 3 bulan hampir

selalu mengakibatkan kambuhnya gejala. Apabila gangguan menjadi

progresif maka episode akan cenderung lebih sering dan berlangsung lebih

lama.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

52

2.5.5 Tanda dan Gejala Depresi

a. Kehilangan minat dan berkurangnya energi (97%)

b. Perasaan sedih

c. Tidak mempunyai harapan

d. Perasaan dicampakkan

e. Perasaan tidak berharga

f. Timbul keinginan bunuh diri pada dua per tiga pasien depresi

g. 10-15 persen pasien depresi melakukan bunuh diri

h. Kesulitan menyelesaikan tugas

i. Mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan

j. Menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru

k. Gangguan dan masalah tidur (80%)

l. Terjaga dini hari 12

m. Terbangun malam hari

n. Peningkatan atau penurunan nafsu makan

o. Peningkatan dan penurunan berat badan

p. Mengalami tidur yang lebih lama dari biasanya

q. Mengalami kecemasan (90%)

r. Perubahan pola makan dan asupan serta pola istirahat

menyebabkan timbulnya penyakit lain seperti diabetes, hipertensi,

penyakit jangtung, dan penyakit paru obstruktif kronik.

s. Gejala haid yang tidak normal

t. Menurunnya minat serta aktivitas seksual

u. Rasa lelah berkepanjangan

Page 73: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

53

v. Kecenderungan menyalahkan diri sendiri

w. Pada orang tua gejala yang sering tamoak adalah keluhan

somatik. Penyebab depresi pada orang tua seperti ekonomi rendah

dan isolasi.

2.5.6 Kriteria Diagnosis Depresi Berat

pasien mengalami mood terdepresi, misalnya sedih,

perasaan kosong, atau kehilangan minat dan kesenangan selama 2

minggu atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala berikut :

a. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hati

b. Kehilanagn minat dan kesenangan hampir pada semua kegiatan

hampir sepanjang waktu

c. Perasaan bersalah berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak

berharga hampir di sepanjang waktu

d. Kehilangan energi atau letih hampir di sepanjang waktu

e. Konsentrasi dan daya pikir menurun serta sulit membuat

keputusan hampir di sepanjang waktu

f. Selera makan menurun atau meningkat

g. Ada agitasi atau retardasi

h. Timbul pikiran berulang tentang mati atau ingin bunuh diri

i. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran

(episode depresi berat dan episode manik)

j. Gejalanya menimbulkan penderitaan atau hendaya sosial,

pekerjaan atau fungsi penting lainnya yang bermakna secara klinik

k. Gejalanya bukanlah merupakan efek fifiologis langsung dari zat

tertentu(sebagai contoh: alkohol atau narkoba) atau suatu kondisi

medik umum (sebagai contoh: hypotiroidisme)

Page 74: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

54

l. Gejalanya tidak lebih baik dibandingkan dnegan dukacita,

misalnya, setelah kehilangan seseorang yang dicintai, gejala

menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai hendaya fungsi yang jelas,

preokupasi rasa ketidakbahagiaan yang abnormal, ide bunuh diri,

gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

2.5.7 Tatalaksana Depresi

Tujuan penatalaksanaan pasien gangguan mood (depresi):

a. Keselamatan pasien terjamin

b. Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan

c. Rencana terapi bukan hanya untuk gejala saja, tetapi juga untuk

memelihara kesehatan jiwa pasien di masa depan.

Macam-macam tatalaksana pada pasien gangffuan depresi :

a. Rawat Inap

indikasi rawat inap adalah ketika ada keinginan untuk

bunuh diri,berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh

untuk asupan makan dan tempat perlindungan.

b. Psikoterapi

psikoterapi telah dibuktikan bermakna untuk menangani

pasien depresi. Psikoterapi diberikan untuk membantu pasien

mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam mengatasi

stresor kehidupan sehari-hari. jenis psikoterapi yang diberikan

tergantung pada kondisi pasien. Dapat diberikan psikoterapi

suportif atau reedukatif (misalnya: psikoterapi kognitif dan atau

terapi perilaku). Perlu diingat pada pemilihan jenis psikoterapipada

pasien yang sedang dalam kondisi depresi berat, terlebih disertai

adanya ciri psikotik, jangan dihibur atau langsung diberi nasihat

(karena pasien akan bertambah sedih bila tidakmampu

melaksanakan nasihat dokternya). Bila pasien sudah lebih tenang

(tidak dipengaruhi gejala psikotiknya), dapat dipertimbangkan

Page 75: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

55

pemberian psikoterapi kognitif, kognitif-perilaku, atau psikoterapi

dinamik.

c. Terapi Keluarga

terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai terapi

primer untuk gangguan depresi berat. Bukti klinis mendapatkan

bahwa terapi keluarga dapat mebantu pasien dengan gangguan

mood untuk mengurangi dan menghadapi stres serta mengurangi

kekambuhan. Terapi ekluarga diindikasikan untuk gangguan yang

membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika

gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh situasi keluarga.

d. Farmakologi

1) Antidepresn (SSRI/Selective Serotonine Re-uptake Inhibitor)

2) Litium

2.5.8 Prognosis Depresi

Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan

dan biasanya cenderung untuk menjadi kronik dan kambuh. Episode

pertama gangguan depresi berat yang dirawat di rumah sakit sekitar 50%

angka kesembuhannya pada tahun pertama. Kekambuhan depresi berat

sekitar 25% pada 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, 30-50% dalam 2

tahun pertama, 50-75% dalam periode 5 tahun. Secara umum, semakin

sering pasien mengalami episode depresi, maka akan semakin

memperburuk keadaannya. Banyak pasien yang tidak pulih akan

mengalami gangguan distimik.

Kemungkinan prognosis baik pada depresi ringan tanpa gejala

psikotik, waktu rawat inap singkat, indikator psikososial meliputi

mempunyai teman akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima

tahun sebelum sakit secara umum fungsi sosial baik, tidak ada

komorbiditas gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari seklai rawat inap

Page 76: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

56

dengan depresi berat, dan onset awal pada usia lanjut. Kemungkinan

prognosis buruk pada depresi berat bersamaan dengan distimik,

penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada riwayat

lebih dari sekali episode depresi sebelumnya.

2.6. HUBUNGAN ANTARA STATUS PSIKOLOGI DENGAN OAB.

Berdasarkan berbagai factor dan penyebab terjadinya OAB, status

psikologi lebih mengacu kepada teori Neurotransmitter, dimana

neurotransmitter central (eg, glutamate, serotonin, dan dopamine)

memainkan peranan didalam proses buang air kecil. Glutamate adalah

Neurotransmitter eksitatory dalam jalur pengontrolan urinalisis, sementara

serotonergic sebagai facilitate dalam penyimpanan dan penyumpulan

urine, dan dopaminergic memiliki efek inhibitor dan eksitator, dimana D1

reseptor memiliki peran sebagai supresi aktivitas dari kandung kemih, dan

D2 reseptor yang memfasilitasi sebagai respon berkemih. Status psikologi

menurut buku psikiatri UI, jika seseorang mengalami suatu gangguan pada

status psikologinya banyak sekali respon tubuh yang berperan dalam

melakukan kompensasi, selain dari teori CRH mengenai stress, jika

seseorang mendapatkan gangguan terhadap status psikologinya sendiri

akan menyebabkan terjadinya hipoaktif dari reseptor D1 sendiri yang

mana menyebabkan kurangnya respon untuk menahan buang air kecil,

sehingga menyebabkan terjadinya buang air kecil yang sulit dikontrol,

yang merupakan gejala dan tanda dari penyakit Overactive Bladder

(OAB).14,26

2.7. SKALA PERHITUNGAN TINGKAT STRESS, DEPRESI DAN

KECEMASAN

Skala Stres, Kecemasan dan Depresi (DASS) Skala stres,

kecemasan dan depresi disusun oleh peneliti berdasarkan modifikasi

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) Clark & Watson (1991) yang

dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995) dengan jumlah aitem 42

butir. Tripartite Model dari Clark dan Watson menjadi dasar

pengembangan skala DASS (Depression Anxiety Stress Scale) dari

Lovibond & Lovibond (Mahmoud, Hall, & Staten, 2010). Ketiga faktor

Page 77: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

57

DASS konsisten dengan ketiga komponan dasar Tripartite Model, yaitu

komponen stres dengan karakteristik mudah marah, selalu mengalami

ketegangan; mudah frustasi (negative affect) komponen kecemasan dengan

karakteristik autonomic arousal dan ketakutan (psychological

hyperarousal); dan komponen depresi dengan karakteristik afek positif

yang rendah, hilangnya harga diri dan insentif serta rasa keputusasaan

(absence of positive affect). (Brown, Chorpita, Korotitscw & Barlow,

1997). Tripartite model telah mendapatkan dukungan empiris dengan

sampel orang dewasa dan anak-anak yang merupakan sampel klinis (Steer

et al dalam Hughes, Heimberga, Coles, Gibb, Liebowitz & Schneier,

2006) dan non klinis (Lovibond & Lovibond, 1995; Hendry & Crawford,

2005). Berdasarkan informasi diatas, peneliti menyimpulkan Tripartite

Model dapat digunakan pada subjek klinis maupun non klinis untuk

mengukur stres, kecemasan dan depresi penderita OAB. Untuk contoh

kuesionernya akan ditampilkan pada halaman terakhir.

2.8 KERANGKA TEORI

Stress

Depresi

Kecemasan

OAB

IMT

Usia

Penyakit Kronik

Kuesioner OABSS

Page 78: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

58

2.9 KERANGKA KONSEP

Riwayat keluarga OAB

Paritas

Histerektomi

Stress

Depresi

Kecemasan

OAB

Kuesioner OABSS

Kuesioner DASS-42

Page 79: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

59

2.10 DEFENISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

1 OABSS Score OABSS adalah salah

satu kuesioner yang

bisa digunakan dalam

menentukan

seseorang menderita

OAB ataukah tidak

serta derajatnya

dengan menggunakan

sistem scoring.

OABSS Kuesioner Numeric

2 Stress Perasaan yang tidak

menyenangkan dan

diinterpretasikan

Kuesioner DASS-

42

Kategorik

1. Tidak Stress

Page 80: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

60

secara berbeda antara

individu yang satu

dengan lainnya yang

merupakan respon

tubuh yang bersifat

tidak spesifik

terhadap tuntutan

ataupun beban

atasnya.

(skor total

DASS-42

sebesar antara

0-14)

2. Stress

(skor total

DASS-42 ≥15)

3 Kecemasan Kondisi gangguan

yang dirandai dengan

kecemasan dan

kekhawatiran yang

berlebihan dan tidak

rasional bahkan

terkadang tidak

relistik terhadap

berbagai peristiwa

kehidupan sehari-

hari. Kondisi ini

dialami hamper

sepanjang hari,

berlangsung

sekurangnya selama 6

bulan.

Kuesioner DASS-

42

Kategorik

1. Tidak Cemas

(skor total

DASS-42

sebesar antara

0-7)

2. Cemas

(skor total

DASS-42 ≥8)

Page 81: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

61

4 Depresi Gangguan mood.

Kondisi emosional

berkepanjangan yang

mewarnai seluruh

proses mental

(berpikir,

berperasaan, dan

berperilaku

seseorang)

Kuesioner DASS-

42

Kategorik

1. Tidak Depresi

(skor total

DASS-42

sebesar antara

0-9)

2. Depresi

(skor total

DASS-42 ≥10)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Analitik

Obsevasional menggunakan pendekatan Cross Sectional karena penelitian

ini bertujuan untuk melihat hubungan antara OABSS dengan stress,

depresi, dan kecemasan pada mahasiswa/wi preklinik Program Studi

Page 82: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

62

Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita

OAB.

3.2 Waktu Dan Tempat

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan juli 2018 sampai september 2018.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Gedung FK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/wi Preklinik

Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berjumlah 286 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa/wi preklinik Program

Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

memenuhi kriteria inklusi untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.

a. Kriteria Inklusi

Orang dengan OAB positive.

Usia 17-25

Tidak sedang sakit

Tidak sedang dalam pengobatan ISK

Mahasiswa/wi bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Tidak memiliki riwayat penyakit serius terutama kardiovaskular,

ginjal dan DM.

b. Kriteria Ekslusi

Sedang masa pengobatan Stress

61

Page 83: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

63

Hamil

Sedang mengkonsumsi obat-obat diuretik

3.3.3. Besar Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan

melalui perhitungan jumlah populasi. Jumlah populasi dalam perhitungan

ini menggunakan rumus cross sectional Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

N : Jumlah Sampel yang diinginkan

N: Jumlah Populasi Penderita OAB (134 orang).33

d: Nilai kritis atau batasan ketelitian yang diinginkan (0.05)

Jadi pada penelitian kali ini dibutuhkan jumlah sampel minimal sebanyak

100 orang.

3.4 Alat Dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada saat penelitian adalah :

Prapenelitian : ruang kelas

Penelitian : handphone, pulpen

Post penelitian : tidak ada

3.4.2 Bahan Penelitian

Page 84: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

64

kuesioner DASS-42

kuesioner OABSS

google form

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Terikat

OABSS pada Mahasiswa/wi Preklinik Program Studi Kedokteran

(PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB

3.5.2 Variabel Kontrol

Stress, depresi, dan kecemasan pada Mahasiswa/wi Preklinik

Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.6 Desain Analisis Data

Data yang didapatkan secara statistic lalu diuji dengan uji independent T-

test, dengan dilakukan normalisasi data terlebih dahulu, namun bila data

dinyatakan tidak normal, maka digunakan uji non parametric Mann Whitney pada

data kategorik-numerik, untuk menilai adanya hubungan antara OABSS dengan

stress, depresi, dan kecemasan.

3.7 Alur Penelitian

Menentukan subyek yang akan dilakukan

penelitian

Melakukan persiapan penelitian

Page 85: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

65

3.8 Cara Kerja Penelitian

3.8.1 Tahap Persiapan

a. Peneliti

Menentukan hipotesis dasar dan tujuan khusus penelitian

Mencari referensi yang mendekati ataupun sama dengan jenis

penelitian yang dilakukan.

Melakukan persamaan persepsi

Menyiapkan peralatan dan aplikasi yang akan digunakan

(google form)

b. Responden

Responden mengisi informed concent yang telah diberikan

Responden mengisi kuesioner OABSS yang telah diberikan

Responden mengisi kuesioner yang telah diberikan yaitu

DASS-42.

Membagikan kuisioner OABSS kepada

subyek yang termasuk kedalam kriteria inklusi

Mengambil data pada yang positive OAB

Melakukan Analisa dan Pengolahan data

dengan program SPSS

Menggolongkan subyek yang termasuk

kriteria inklusi dengan menggunakan

kuisioner yang telah dibuat

Memberikan kuesioner DASS-42

Page 86: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

66

c. Ruang Kelas

Perizinan untuk memberikan informasi mengenai tujuan

penelitian.

d. lembar kuesioner

Memvalidasi lembar kuesioner DASS-42

Memvalidasi lembar kuesioner OABSS

3.8.2 Validasi lembar kuesioner OABSS

Croanbach’s alpha digunakan untuk mengukur konsistensi internal

kuesioner. Nilai Croanbach’s alpha dari kumpulan data responden

sebanyak 30 orang yaitu 0,7.

Tabel 3.1 Croanbach‟s Alpha OABSS

Croanbach‟s Alpha Croanbach‟s Alpha

Based on Standardized

Items

N of Items

0,7 0,7 30

3.8.3 Validasi Lembar Kuesioner DASS-42

Croanbach’s alpha digunakan untuk mengukur konsistensi internal

kuesioner. Nilai Croanbach’s alpha dari kumpulan data responden

sebanyak 42 orang yaitu 0,962.

Tabel 3.2 Croanbach‟s Alpha DASS-42

Croanbach‟s Alpha Croanbach‟s Alpha

Based on Standardized

Items

N of Items

Page 87: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

67

0,962 0,962 42

3.8.4 Tahap Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik total sampling.

Memberikan pertanyaan mengenai urgensi dan kuesioner

OABSS dalam bentuk google form kepada seluruh populasi

yang sudah menyetujui menjadi sampel dari penelitian ini.

Menyeleksi sampel yang memiliki tanda urgensi pada populasi

yang telah mengisi google form yang telah diberikan.

Selanjutnya dilakukan pemberian kuesioner DASS-42 kepada

sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi.

3.8.5 Tahap Pengeloloaan dan Analisis Data

Pengelolaan dan analisi data pada penelitian ini menggunakan

program SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 22.0. Berikut

ini beberapa tahap yang dilakukan dalam pengelolaan data, yaitu:

a. . Editing

Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data

kuesioner apakah sudah terisi semua pada Google Form

yang telah diberikan.

b. Coding

Pemberian kode numeric kepada data yang terdiri dari

beberapa kategori unutk tingkat stress, kecemasan, dan

depresi

c. Data Entry

Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

program SPSS versi 22.0

Page 88: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

68

d. Analisis data

Melakukan analisis dara secara Univariat untuk melihat

frekuensi ataupun distribusi data dan analisis Bivariat untuk

meniliha hubungan antara variable dengan menggunakan

SPSS versi 22.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Aspek

yang dicari dan dibahas meliputi karakakteristik responden, gambaran tingkat

stres, gambaran tingkat depresi, gambaran tingakt kecemasan, serta gambaran

score pada penderita OAB dengan OABSS, dan hubungan antara tingkat stress,

depresi, dan kecemasan dengan nilai score OABSS pada penderita OAB

4.1 Analisis Univariat

Analisis univariate dilakukan untuk mengetahui karakteristik data

penelitian dengan menggunakan statistic desktiptif yang dilakukan pada variable

penelitian meliputi karakteristik responden dan distribusi tingkat stress, depresi

dan kesemasan serta nilai score OABSS dengan ukuran presentase dan mean.

4.1.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden yang termasuk dalam kriteria pada penelitian ini

sebanyak 134 orang yang menderita OAB. Terdapat 15 orang yang tidak

dimasukkan kedalam penelitian ini karena tidak mengisi kuesioner DASS-

42 sehingga total responden pada penelitian ini adalah 119 orang yang

menderita OAB. Karakteristik responden yang diamati oleh peneliti adalah

jenis kelamis, usia, tahun angkatan, dan hasil nilai score OABSS serta

distribusi kejadian stress, depresi, dan kecemasan pada penderita OAB

tersebut.

Tabel 4.1 Distribusi Usia Mahasiswa/wi Preklinik UIN Syarif Hidayatullah

jakarta yang menderita OAB (N=119)

Mean Minimum Maksimum SD

Usia

(N=119)

19.51 17

(n=4, 3,36%)

22

(n=7, 5,88%)

1,227

67

Page 90: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

68

Berdasarkan table 4.1 diketahui responden dalam penelitian ini berjumlah 119

orang dengan usia bevariasi mulai dari yang termuda yaitu 17 tahun sebanyak 4

orang (3.36%) hingga yang tertua yaitu 22 tahun sebanyak 7 orang (5.88%)

dengan standar deviasi sebesar 1,227 dan rerata usianya adalah 19.51 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin, dan Tahun angkatan mahasiswa/wi Preklinik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB (N=119)

Data demografi Jumlah Persentase

(N) (%)

Jenis Laki-laki 14 11,8

Kelamin Perempuan 105 88,2

Tahun 2015 45 37.8

Angkatan 2016 31 26.1

2017 43 36.1

Berdasarkan table 4.2 Jenis kelamin responden mayoritas adalah wanita

yaitu sebanyak 105 orang (88.2%) dan laki-laki sebanyak 14 orang (11.8%).

mayoritas responden merupakan angkatan tahun 2015 yaitu 45 orang (37.8 %),

angkatan 2016 yaitu 31 orang (26.1%) dan angkatan 2017 yaitu 43 orang (36.1%)

responden.

4.1.2 Distribusi Penderita OAB

Penderita OAB dilihat menggunakan kuisioner OABSS dengan

kriteria awal adalah ada atau tidaknya gejala urgensi yaitu keluhan berupa

keinginan yang sangat kuat untuk berkemih yang datang secara mendadak

dan sulit ditahan. Terdapat 119 orang yang mengalami OAB positive.

Sebagaimana tabel 4 dibawah ini:

Tabel 1.3 Distribusi Responden Penderita OAB pada Mahasiswa/wi Preklinik

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Variabel Kategori Jumlah

N Persentase

Page 91: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

69

(119) (%)

Urgensi- Seberapa sering

Anda mengalami desakan

yang kuat dan tiba-tiba

untuk buang air kecil yang

membuat Anda takut

mengopol jika Anda tidak

segera ke kamar mandi

OAB Positif: 119 100

Kadang

Sekitar satu kali sehari

Sekitar tiga kali sehari

Sekitar separuh waktu

Hampir selalu

104

11

4

0

0

87.4

9.2

3.4

0

0

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh sebanyak 104 orang (87.4%) mengalami

OAB Positive dengan kategori kadang sedangkan sisanya memiliki kategori

sekitar satu kali sehari dan sekitar tiga kali sehari mengalami gejala urgensi.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Lain OAB (Inkontinensia

urgensi, inkontinensia, frekuensi, dan nokturia) pada Mahasiswa Preklinik

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang OAB positive.

Variabel Kategori Jumlah

N

(119)

Persentase

(%)

Inkontinensia Urgensi-

Seberapa sering Anda

mengompol setelah

merasakan desakan untuk

kencing? (terlepas Anda

memakai pembalut/pelindung

atau tidak)

Sama sekali tidak 86 72.3

Sindrom Inkontinensia

Urgensi:

33 27.7

Kadang 31 26.1

Sekitar satu kali sehari 0 0

Sekitar tiga kali sehari 2 1.7

Sekitar separuh waktu

Sering sekali

0

0

0

0

Inkontinensia- Menurut Anda,

sebanyak apa air kencing

yang biasanya bocor (terlepas

Anda memakai

pembalut/pelindung atau

Tidak ada 66 55.5

Sindrom Inkontinensia: 53 44.5

Tetesan 44 37.0

1 sendok teh 4 3.4

1 sendok makan 0 0

Page 92: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

70

tidak) ¼ cangkir 5 4.2

Seluruh kandung kemih 0 0

Frekuensi- Seberapa sering

Anda buang air kecil disiang

hari

1-6 kali 119 100

Sindrom Frekuensi: 0 0

7-8 kali 0 0

9-10 kali 0 0

11-12 kali 0 0

13-14 kali 0 0

15 kali atau lebih 0 0

Nokturia- Berapa kali

biasanya Anda bangun

setiap malam untuk buang

air kecil, dari ketika Anda

tidur sampai Anda bangun

dipagi hari

Tidak ada 51 42.9

Sindrom Nokturia: 68 57.1

1 kali 62 52.1

2 kali 4 3.4

3 kali 1 0.8

4 kali

5 kali atau lebih

1

0

0.8

0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui responden dengan gejala OAB lain terbanyak

ialah memiliki kategori gejala inkontinesia urgensi kadang sebanyak 31 orang

(26.1%), kategori gejala inkontinesia tetesan sebanyak 44 orang (37.0%), kategori

gejala frekuensi tidak ditemukan data (0%), dan kategori gejala nokturia 1 kali

sebanyak 62 orang (52.1%).

4.1.3. Analisis Nilai Score OABSS

Dari analisis nilai score OABSS didapatkan nilai mediannya yaitu

2, dan minimal nilai yang didapatkan adalah 1 dan maksimal nilai yang

didapatkan adalah 11.

Median

(Minimal-Maksimal)

Nilai score OABSS 2 (1-11)

Page 93: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

71

4.1.4. Penyebaran Pertanyaan Kuesioner DASS-42

Dalam kuesioner DASS-42 responden ditujukan untuk memilih

satu poin pada kuesioner tersebut yang menurut responden paling

menunjukkan keadaan diri pasien, dalam poin pertanyaan DASS-42

menghasilkan pilihan terbanyak untuk Tidak pernah (0) pada pertanyaan

38 sejumlah 104 orang (87.4%), kadang-kadang (1) pada pertanyaan 1

sejumlah 83 orang (69.7%), lumayan sering (2) pada pertanyaan 9

sejumlah 38 orang (31.9%), dan sering sekali (3) pada pertanyaan 2

sejumlah (16.8%)

Page 94: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

72

Tabel 4.5 Penyebaran Pertanyaan Kuesioner DASS-42

Poin

Pertanyaan

DASS-42

Tidak

pernah

(0)

Kadang-

kadang

(1)

Lumayan

sering

(2)

Sering

sekali

(3)

TOTAL

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

13

(10.9%)

13

(10.9%)

74

(62.2%)

81

(68.1%)

76

(63.9%)

42

(35.3%)

81

(68.1%)

45

(37.8%)

18

(15.1%)

94

(79.0%)

32

(26.9%)

51

(42.9%)

40

(33.6%)

26

83

(69.7%)

54

(45.4%)

40

(33.6%)

29

(24.4%)

38

(31.9%)

59

(49.6%)

34

(28.6%)

62

(52.1%)

55

(46.2%)

22

(18.5%)

69

(58.0%)

50

(42.0%)

61

(51.3%)

61

20

(16.8%)

32

(26.9%)

3

(2.5%)

8

(6.7%)

4

(3.4%)

16

(13.4%)

4

(3.4%)

11

(9.2%)

38

(31.9%)

2

(1.7%)

16

(13.4%)

14

(11.8%)

14

(11.8%)

23

3

(2.5%)

20

(16.8%)

2

(1.7%)

1

(0.8%)

1

(0.8%)

2

(1.7%)

0

(0%)

1

(0.8%)

8

(6.7%)

1

(0.8%)

2

(1.7%)

4

(3.4%)

4

(3.4%)

9

119

(100%)

Page 95: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

73

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

(21.8%)

81

(68.1%)

64

(53.8%)

87

(73.1%)

29

(24.4%)

72

(60.5%)

55

(46.2%)

100

(84.0%)

61

(51.3%)

96

(80.7%)

78

(65.5%)

68

(57.1%)

62

(52.1%)

47

(39.5%)

40

(33.6%)

41

(34.5%)

37

(51.3%)

31

(26.1%)

46

(38.7%)

24

(20.2%)

73

(61.3%)

35

(29.4%)

50

(42.0%)

15

(12.6%)

45

(37.8%)

21

(17.6%)

32

(26.9%)

37

(31.1%)

48

(40.3%)

56

(47.1%)

60

(50.4%)

56

(47.1%)

60

(19.3%)

5

(4.2%)

8

(6.7%)

5

(4.2%)

16

(13.4%)

7

(5.9%)

10

(8.4%)

3

(2.5%)

12

(10.1%)

2

(1.7%)

4

(3.4%)

12

(10.1%)

5

(4.2%)

11

(9.2%)

12

(10.1%)

15

(12.6%)

17

(7.6%)

2

(1.7%)

1

(0.8%)

3

(2.5%)

1

(0.8%)

5

(4.2%)

4

(3.4%)

1

(0.8%)

1

(0.8%)

0

(0%)

5

(4.2%)

2

(1.7%)

4

(3.4%)

5

(4.2%)

7

(5.9%)

7

(5.9%)

5

119

(100%)

Page 96: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

74

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

(31.1%)

67

(56.3%)

47

(39.5%)

51

(42.9%)

85

(71.4%)

69

(58.0%)

67

(56.3%)

102

(85.7%)

104

(87.4%)

52

(43.7%)

42

(35.3%)

56

(47.1%)

47

(39.5%)

(50.4%)

43

(36.1%)

58

(48.7%)

52

(43.7%)

25

(21.0%)

39

(32.8%)

44

(37.0%)

14

(11.8%)

9

(7.6%)

52

(43.7%)

54

(45.4%)

49

(41.2%)

49

(41.2%)

(14.3%)

7

(5.9%)

12

(10.1%)

13

(10.9%)

5

(4.2%)

7

(5.9%)

5

(4.2%)

1

(0.8%)

2

(1.7%)

10

(8.4%)

15

(12.6%)

12

(10.1%)

18

(15.1%)

(4.2%)

2

(1.7%)

2

(1.7%)

3

(2.5%)

4

(3.4%)

4

(3.4%)

3

(2.5%)

2

(1.7%)

4

(3.4%)

5

(4.2%)

8

(6.7%)

2

(1.7%)

5

(4.2%)

119

(100%)

Dari data nilai kuesioner DASS-42 dikategorikan menjadi 3, yaitu stress,

tingkat depresi, dan tingkat kecemasan.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

75

4.1.5. Distribusi Berdasarkan kategori Stress, depresi, dan

kecemasan

Setelah dikategorikan pada tingkat stess tertentu, maka muncul

responden yang tidak mengalami stress sejumlah 36 orang (30.3%) dan

yang mengalami stress sejumlah 83 orang (69.7%). Setelah dikategorikan

pada depresi, maka muncul responden yang tidak mengalami depresi

sejumlah 21 orang (17.6%) dan yang mengalami depresi sejumlah 98

orang (82.4%). Lalu, setelah dikategorikan pada kecemasan, maka muncul

responden yang tidak mengalami cemas sejumlah 14 orang (11.8%),

sedangkan yang mengalami kecemasan sejumlah 105 orang (88.2%).

Table 4.6. Distribusi Berdasarkan Kategori Tingkatan Stress

Kategori Stress Jumlah

(N)

Persentase

(%)

Tidak Stres (0-14)

Stress (≥15)

36

83

30.3

69.7

Tidak Depresi (0-9)

Depresi (≥10)

21

98

17.6

82.4

Tidak Cemas (0-7)

Cemas (≥8)

14

105

11.8

88.2

4.1.6. Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per

Angkatan

Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per

Angkatan pada mahasiswa/wi preklinik yang menderita OAB terdiri dari

angkatan 2015, 2016 dan 2017. Pada angkatan 2015 berjumlah 45 orang

yang menderita stress sebanyak 32 orang (71.1%), depresi 39 orang

(86.7%), dan kecemasan 38 orang (84,4%), untuk angkatan 2016

berjumlah 31 orang yang menderita stress 15 orang (48.4%), depresi 27

orang (87.1%), dan kecemasan 22 orang (71.0%), dan untuk angkatan

Page 98: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

76

2017 berjumlah 43 orang yang menderita stress sebanyak 36 orang

(83.7%), depresi 39 orang (90.7%), dan kecemasan 38 orang (88.4%).

Tabel 4.7 Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per

Angkatan

4.1.7. Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan

Per Jenis Kelamin

Distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per Jenis

kelamin pada mahasiswa/wi preklinik yang menderita OAB terdiri dari

wanita sebanyak 105 orang yang menderita stress sebesar 75 orang

(71.4%), depresi 95 orang (90.5%), dan kecemasan 89 orang (84.8%) dan

pada Pria sebanyak 14 orang yang menderita stress sebesar 8 orang

(52.1%), depresi 10 orang (71.4%), dan kecemasan 9 orang (69.3%).

Tabel 4.8 distribusi Stress, depresi, dan kecemasan berdasarkan Per Jenis

Kelamin

4.2 Analisis Bivariat

Analisis ini berfungsi untuk mendeskripsikan atau mejelaskan hubungan

antara OABSS dengan stress, depresi dan kecemasan pada Mahasiswa/wi

Preklinik Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang menderita OAB.

Angkatan Stress Depresi kecemasan

N % N % N %

2015 (45) 32 71.1 39 86.7 38 84.4

2016 (31) 15 48.4 27 87.1 22 71.0

2017 (43) 36 83.7 39 90.7 38 88.4

Jenis kelamin Stress Depresi kecemasan

N % N % N %

Wanita (105) 75 71.4 95 90.5 89 84.8

Pria (14) 8 52.1 10 71.4 9 69.3

Page 99: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

77

4.2.1 Uji Normalitas Data

Table 4.9 Uji Normalitas Data

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov

DASS-42

Tidak stres

Stress

Statistic

.231

.221

df

36

83

Sig.

.000

.000

TIdak depresi

Depresi

.302

.223

21

98

.000

.000

Tidak Cemas

Cemas

.222

.211

14

105

.060

.000

Didapatkan nilai p = .000

Jadi dapat disimpulkan bahwa data pada tidak stress dan stress tidak terdistriibusi

normal (p = .000), sedangkan untuk yang tidak depresi dan depresi tidak

terdistribusi normal (p = .000), dan data tidak cemas berdistribusi normal (p =

.060) sedangkan cemas tidak terdistribusi normal (p = .000).

Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga

tidak dapat dilakukan uji independent T-test Sehingga, uji dilakukan dengan Non

Parametric Mann Whitney.

4.2.2. Analisis Nilai Score OABSS terhadap Stress, depresi, dan kecemasan’

Menjelaskan dan menjabarkan jumlah dari setiap tingkatan stress

berdasarkan nilai score OABSS Mahasiswa/wi Preklinik Program Studi

Kedokteran (PSKed) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menderita OAB.

Table 4.10 Distribusi Nilai OABSS Berdasarkan Stres, Depresi, dan Kecemasan

Nilai OABSS

Page 100: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

78

Rerata

(SD)

Median

(Minimal-Maksimal)

Nilai p

Stress Tidak Stress (n=36)

Stress (n=83)

2.64

(1.930)

2.76

(1.527)

2.00

(1-11)

2.00

(1-8)

0.417

Depresi Tidak Depresi (n=21)

Depresi(n=98)

2.67

(2.394)

2.73

(1.461)

2.00

(1-11)

2.00

(1-8)

0.223

Cemas Tidak Cemas (n=14)

Cemas (n=105)

2.43

(1.651)

2.76

(1.656)

2.00

(1-7)

2.00

(1-11)

0.352

Pada hasil Uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0.417 (<0.05) pada

kategori tidak stress dan stress, nilai p= 0.223 (<0.05) pada kategori tidak depresi

dan depresi, dan nilai p= 0.352 (<0.05) pada kategori tidak cemas dan cemas, hal

ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara stress, depresi

dan kecemasan dengan nilai OABSS.

4.3 Pembahasan Penelitian

Penelitian ini menghasilkan insidensi atau angka kejadian stress, depresi,

dan kecemasan dengan DASS-42 berbahasa indonesia dengan hasil stress 83

orang (69.7%), depresi 98 orang (82.4%) dan kecemasan 105 orang (88.2%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carolin (2010) dan

Oktavia (2012) yang menyebutkan bahwa tingkat stress pada mahasiswa

kedokteran berkisar antara 45.8 -71.6%.

Analisa berdasarkan tingkat pendidikan di kedokteran, angkatan 2017

paling banyak menderita stress, depresi dan kecemasan yaitu 36 orang (83.7%),

39 orang (90.7%), dan 38 orang (88.4%). Hal ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Vilaseeni (2009) yang menyebutkan bahwa angkatan pertama

memiliki tingkat stress yang lebih tinggi. Menurut Moffat (2011) stressor paling

Page 101: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

79

besar pada mahasiswa FK tahun pertama yaitu adaptasi dengan kurikulum yang

baru, mempertahankan kompetensi diri, akomodasi, dan tinggal jauh dari rumah.

35 Sedangkan menurut Shah (2010) menyebutkan bahwa penyebab tahun pertama

lebih merasakan stress karena jadwal perkuliahan yang padat dan praktikum yang

lebih banyak pada tahun pertama, yang membuat mahasiswa sulit untuk mengatur

waktu dalam belajarnya.36

Pada hasil Uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0.417 (<0.05) pada

kategori tidak stress dan stress, hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara stress dengan nilai OABSS.

Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendri

Lai dkk (2015). Mengenai hubungan antara stress dengan OAB. Pada penelitian

tersebut, didapatkan adanya hubungan antara stress dengan OAB itu sendiri9.

Sedangkan hasil Uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0.223 (<0.05) pada

kategori tidak depresi dan depresi, hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara depresi dengan nilai OABSS.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Iane Glauce dkk (2017).

Mengenai hubungan antara depresi dengan OAB. Pada penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dengan

OABnya sendiri. Orang yang depresi memiliki nilai ataupun derajat OAB yang

lebih berat10

. Begitupun dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Henry

Lai dkk (2016). Mengenai hubungan antara depresi dengan OAB. Pada penelitian

tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

depresi dengan OABnya sendiri. Semakin tinggi depresi penderita OAB, maka

semakin tinggi pula derajat OAB dan nilai score yang dialami pasien tersebut11

.

Lalu pada hasil Uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0.352 (<0.05) pada

kategori tidak cemas dan cemas, hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara cemas dengan nilai OABSS.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh H Henry Lai dkk (2017).

Mengenai hubungan antara kecemasan dengan OAB. Pada penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat cemas

dengan OABnya sendiri. Orang yang lebih cemas mendapatkan nilai ataupun

derajat OAB paling banyak dibandingkan dengan kasus kontrolnya34

.

Page 102: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

80

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan menggunakan metode cross sectional

dimana peneliti tidak mengikut perkembangan pssikologis responden.

2. Penelitian hanya mencari hubungan antara stress, depresi dan kecemasan

dengan skor OABSS saja. Namun, penelitian mengenai prevalensi, factor-

faktor penyebab dari stress, depresi dan kecemasan tersebut tidak

dilakukan pada mahasiswa/wi Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN

syarif hidayatullah Jakarta.

3. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner DASS-42 sebagai

pengkategorian stress, depresi, dan kecemasan yang tidak menggunakan

setiap klasifikasi berdasarkan stress, depresi, dan kecemasan itu sendiri.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

81

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

a. Mahasiswa yang menderita OAB. Terdeteksi Dengan DASS-42 yang

menderita Stress sebanyak 83 orang (69.7%), depresi 98 orang

(82.4%), dan kecemasan 105 orang (88.2%)

b. Berdasarkan Faktor sosiodemografi pada penelitian ini adalah factor

jenis kelamin menunjukkan wanita sebanyak 105 orang dan pria 14

orang paling banyak mengalami depresi yaitu 95 orang (90.5%), dan

10 orang (71.4%)

c. Untuk factor sosiodemografi pada penelitian ini analisa berdasarkan

tingkat pendidikan di kedokteran, angkatan 2015, 2016, dan 2017

cenderung menderita depresi yaitu sebanyak 39 orang (86.7%), 27

orang (87.1%), dan 39 orang (90.7%)

d. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara

tingkat stress, kejadian kecemasan, dan depresi dengan nilai score

OABSS pada mahasiswa/wi Preklinik Program Studi Kedokteran

(PSKed) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menderita OAB.

5.2 Saran

a. Penelitian perlu dilakukan dengan sampel yang lebih homogen.

b. Untuk melengkapi penilitian ini diharapkan melakukan penelitian

mengenai factor-faktor apa saja penyebab dari stress, kecemasan, dan

depresi pada mahasiswa/wi Program Studi Kedokteran (PSKed) UIN

syarif hidayatullah Jakarta.

c. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai prevalensi stress, kecemasan

dan depresi pada mahasiswa/wi Program Studi Kedokteran (PSKed)

UIN syarif hidayatullah Jakarta.

d. Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan menggunakan sampel yang

lebih banyak lagi, agar nilai yang didapat dan tingkat kepercayaannya

lebih besar.

79

Page 104: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

82

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. 3rd ed. jakarta: Saung Seto;

2011. 165-172 p.

2. Abrams P, Cardozo L, Khoury S, Wein A. Incontinence volume

1 basic & evaluation. 2005;1.

3. Eapen R, Radomski S. Review of the epidemiology of

overactive bladder. Res Reports Urol [Internet]. 2016;8:71–6.

Available from: http://dx.doi.org/10.2147/rru.s102441

4. Albo ME, Richter HE, Brubaker L, Norton P, Kraus SR,

Zimmern PE, et al. Burch Colposuspension versus Fascial Sling

to Reduce Urinary Stress Incontinence. N Engl J Med [Internet].

2007 May 24 [cited 2018 Sep 29];356(21):2143–55. Available

from: http://www.nejm.org/doi/abs/10.1056/NEJMoa070416

5. ICS. International Continence Society [Internet]. 2015. p. 1–40.

Available from:

www.ics.org/Documents/Documents.aspx?DocumentID=3102

6. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Ethical Digest. Overactive

bladder. Jakarta; 2009. 28-37 p.

7. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar [Internet]. 2013. p. 213–48. Available from:

www.depkes.go.id/resource/download/general/Hasil Riskesdas

2013.pdf

8. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar [Internet]. 2008. p. 217–64. Available from:

www.depkes.go.id/resource/download/general/Hasil Riskesdas

208.pdf

9. Lai H, Gardner V, Vetter J, Andriole GL. Correlation between

psychological stress levels and the severity of overactive bladder

symptoms. BMC Urol. 2015;15(1):1–7.

10. Lai HH, Rawal A, Shen B, Vetter J. The Relationship Between

Anxiety and Overactive Bladder or Urinary Incontinence

Symptoms in the Clinical Population. Urology. 2016;98:50–7.

11. Lai HH, Shen B, Rawal A, Vetter J. The relationship between

depression and overactive bladder/urinary incontinence

symptoms in the clinical OAB population. BMC Urol [Internet].

2016;16(1):1–8. Available from:

http://dx.doi.org/10.1186/s12894-016-0179-x

12. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. 23rd ed.

Jakarta: EGC; 2012.

Page 105: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

83

13. Guyton A., Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed.

Jakarta: EGC; 2014.

14. Sherwood L. Fisiologi Manusia dasi Sel ke Sistem. 9th ed.

jakarta: EGC; 2017. 499-502 p.

15. Ouslander J. Management of Overactive Bladder. New Engl J

Med 350. 2004;786–885.

16. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.

22nd ed. jakarta: EGC; 2008. 753-756 p.

17. Newman D. Program of Excellence in Extended Care.

Understanding Bladder Conditions. 2006;59–81.

18. Gillespie J. The autonomous bladder : a view of the origin of

bladder overactivity and sensory urge. 2004;478–561.

19. The Overactive Bladder [Internet]. Available from:

www.overactivebladder.ca/

20. Ahn K, Hong H, Kweon H, Ahn A, Oh E, Choi J, et al.

Correlation between Overactive Bladder Syndrome and

Obsessive Compulsive Disorder in Women. 2016;25–30.

21. Andersson K. new roles for muscarinic receptors in the

pathophysiology of lower urinary tract symptoms. 2000;36–43.

22. Mansfield K. Lower Urinary Tract : Molecular characterization

of M2 and M3 muscarinic receptor expression in bladder from

women with refractory idiopathic detrusor overactivity.

2007;1433–71.

23. University of Texas at Austin. Family Nurse Practitioner

Program. Recommendation for Managemen of Stage and Urge

Urinary Incontinence in women. 2002;

24. Yudistirani A. Insidensi penderita oab (overactive bladder) pada

ibu- ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012

dengan menggunakan oabss (overactive bladder symptoms

score). 2012;

25. Permana UR, Obstetri D, Ginekologi D a N. Prevalensi Dan

Faktor – Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Paramedis

Perempuan Di Rsup H . Adam Malik Medan Penelitian Ini Di

Bawah Bimbingan Tim-5. 2008;

26. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri

Klinis. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2015.

27. Kaplan H, Saddock B, Grebb J. Sinopsis psikiatri Jilid 1. 7th ed.

Kusuma TWi, editor. Jakarta: BIna Rupa Aksara; 1997. 86-108

p.

28. Willy FM, Albert AM. Ilmu Kedokteran Jiwa. 2009;

Page 106: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

84

29. Yusuf M. Kesehatan Mental. Bandung: RIZQI PRESS; 2008.

54-60 p.

30. Smert Bart. Psikologi Kesehatan. Gramedia; 1994. 77-85 p.

31. Sulvian G, Gorman J. Anxiety Disorder, Coprehensive Texbook

of Psychiatry. 2007. 1441-1503 p.

32. Howard E. Anxiety Disorder, Synopsis of Psychiatry. 10th ed.

2007. 594-628 p.

33. Aprilian T. Skrinning Overactive Bladder (OAB) dengan

Kuesioner Overactive Bladder Symptom Score Pada Mahasiswa

Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2017-2018. 2018;

34. Melotti IGR, Juliato CRT, Tanaka M, Riccetto CLZ. Severe

depression and anxiety in women with overactive bladder. Vol.

37, Neurourology and Urodynamics. 2018. 223-228 p.

35. Moffat KJ, Mcconnachie A, Ross S, Morrison JM. First year

medical student stress and coping in a problem-based learning

medical curriculum. Medical Education. 2004. 38(5):482-491

36 Shah M, Hasan S, Malik S, Sreeramareddy CT, Perceived stress,

sources and severity of stress among medical undergraduates in

a Pakistani medical school. BMC Medical Education. 2010.

10(1):2

Page 107: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

85

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Kuesioner OABSS

Kuisioner ini terdiri dari 4 pertanyaan yang berkaitan dengan keseharian dalam

buang air kecil Anda serta terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap

pertanyaannya yaitu 0-5. Anda diminta untuk menjawab kuisioner di kolom skor dengan

cara menuliskan angka (0-5) yang tertera pada salah satu kolom yang paling sesuai

dengan keseharian anda dalam buang air kecil. Setelah itu, anda diminta untuk

menjumlahkan skor dari semua pertanyaan yang ada telah isi dan tuliskan di kolom total

skor. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan

yang anda alami.

NO PERTANYAAN Tidak

Pernah

Kadang-

kadang

1 Kali

Sehari

3 Kali

Sehari

Separuh

Waktu

Sering

Sekali

Skor

1. Seberapa sering

anda merngalami

dorongan kuat dan

tiba-tiba untuk

BAK, sehingga

membuat anda takut

mengopol bila anda

tidak segera ke

toilet?

0 1 2 3 4 5

2. Seberapa sering

anda mengompol

karena sulit

menahan keinginan

mendadak untuk

kencing?

0 1 2 3 4 5

Tidak

ada

Tetes 1

sendok

teh

1

sendok

makan

¼

cangkir

Seluruh

kandung

kemih

3. Berapa banyak air 0 1 2 3 4 5

Page 108: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

86

seni yang biasanya

anda keluarkan saat

mengompol?

1-6 kali 7-8 kali 9-10

kali

11-12

kali

13-14

kali

≥ 15

kali

4 Seberapa sering

anda BAK saat

siang hari?

0 1 2 3 4 5

Tidak

sama

sekali

1 kali 2 kali 3 kali 4 kali ≥ 5 kali

5 Berapa kali

biasanya anda

terbangun untuk

BAK, dari mulai

anda tidur di malam

hari sampai anda

bangun di pagi hari

0 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

Page 109: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

87

Lampiran 2

Kuesioner DASS-42

TES DASS-42

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan

pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat

empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan

sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi

tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman

Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar

ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang

sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran

Bapak/Ibu/ Saudara.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.

2 Saya merasa bibir saya sering kering.

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.

4

Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali

terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak

melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.

6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

88

7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).

8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9

Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat

saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega

jika semua ini berakhir.

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa

depan.

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa

cemas.

13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14

Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika

mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,

menunggu sesuatu).

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang

manusia.

18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19

Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan

berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak

melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang

saya lakukan.

25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis

Page 111: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

89

melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung

meningkat atau melemah).

26 Saya merasa putus asa dan sedih.

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28 Saya merasa saya hampir panik.

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya

kesal.

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas

sepele yang tidak biasa saya lakukan.

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap

hal yang sedang saya lakukan.

33 Saya sedang merasa gelisah.

34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi

saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

36 Saya merasa sangat ketakutan.

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin

menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.

41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam

melakukan sesuatu.

Page 112: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

90

Lampiran 3

Lembar Informed Concent

Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Assalamualaikum wr. wb.

Saya, Romi Rhomadhon (11151030000088) mahasiswi S1 Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah, bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai

Hubungan Antara Nilai Skor Overactive Bladder Symptom Score (OABSS)

dengan Stres, Depresi, Dan Kecemasan Dengan Pada Mahasiswa/Wi Preklinik

Program Studi Kedokteran (PSKed) Yang Menderita Overactive Bladder (OAB).

Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan studi saya di Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Penelitian ini akan dilakukan dengan cara mengisi kuesioner OABSS dan

DASS-42 yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan

fungsi berkemih dan psikologis anda. Semua informasi dari hasil kuesioner ini

akan saya gunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiannya. Oleh

karena itu, saya berharap Saudara/i dapat mengisi kuisioner ini dengan lengkap.

Jika Saudara/i bersedia untuk mengisi kuesioner ini, silahkan mengisi

identitas dan tanda tangan di lembar berikutnya. Terima kasih atas waktu yang

telah Saudara/i berikan untuk mengisi kuesioner ini.

Wassalamualaikum wr. wb.

Peneliti,

Romi Rhomadhon

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tlp. 081272051219

Page 113: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

91

KUISIONER OABSS dan DASS-42 PADA MAHASISWA PREKLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2017-2018

Tanggal Pengambilan

:

No Kuisioner :

PERSETUJUAN PENGAMBILAN DATA

(INFORMED CONSENT)

Nama :

NIM :

Angkatan :

Fakultas : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Usia :

Jenis Kelamin :

TTL :

Nomor HP :

Alamat :

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan sejelas-jelasnya dari penelitian

mengerti mengenai penelitian yang berjudul Hubungan Antara Nilai Skor

Overactive Bladder Symptom Score (OABSS) dengan Stres, Depresi, Dan

Kecemasan Dengan Pada Mahasiswa/Wi Preklinik Program Studi Kedokteran

(PSKed) Yang Menderita Overactive Bladder (OAB).yang dilakukan oleh

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2015 bernama Romi Rhomadhon (11151030000088). Saya

Page 114: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

92

bersedia mengisi kuisioner OABSS sebagai bentuk partisipasi saya terhadap

penelitian ini.

Ciputat,

Agustus 2018

Peneliti Responden

(……………………..) (……………….…….)

Page 115: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

93

Lampiran 4

Hasil SPSS

2. Analisis univariate

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. Angkatan

Page 116: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

94

d. Distibusi penderita OAB

e. Ditribusi Stress

f. Distribusi Depresi

g. Distribusi kecemasan

Page 117: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

95

h. Nilai croanbach‟s alpha DASS-42

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.962 42

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 33.51 433.035 .647 .961

VAR00002 33.11 439.377 .309 .963

VAR00003 34.19 427.880 .817 .960

VAR00004 34.30 444.104 .290 .962

VAR00005 34.19 431.602 .655 .961

VAR00006 33.84 428.195 .675 .961

VAR00007 34.19 432.991 .582 .961

VAR00008 33.89 433.655 .635 .961

VAR00009 33.08 429.410 .580 .961

VAR00010 34.38 437.075 .544 .961

VAR00011 33.41 433.637 .545 .961

VAR00012 33.59 431.526 .535 .962

VAR00013 33.73 425.758 .715 .961

VAR00014 33.30 432.715 .618 .961

VAR00015 34.43 447.363 .240 .963

VAR00016 34.00 431.333 .668 .961

VAR00017 34.22 426.841 .737 .961

VAR00018 33.54 429.755 .612 .961

VAR00019 33.89 443.044 .228 .963

VAR00020 33.95 421.275 .830 .960

VAR00021 34.43 443.641 .408 .962

VAR00022 33.97 439.138 .402 .962

Page 118: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

96

VAR00023 34.57 448.919 .199 .963

VAR00024 34.32 431.947 .719 .961

VAR00025 34.00 432.889 .563 .961

VAR00026 34.11 429.766 .726 .961

VAR00027 33.84 426.917 .712 .961

VAR00028 33.76 422.578 .762 .960

VAR00029 33.68 426.059 .662 .961

VAR00030 33.59 420.192 .724 .961

VAR00031 33.92 437.299 .530 .962

VAR00032 33.68 429.892 .653 .961

VAR00033 33.89 426.710 .724 .961

VAR00034 34.24 430.245 .636 .961

VAR00035 33.89 424.155 .741 .960

VAR00036 34.16 424.640 .775 .960

VAR00037 34.59 440.637 .520 .962

VAR00038 34.59 440.248 .537 .962

VAR00039 33.84 425.695 .747 .960

VAR00040 33.62 424.686 .783 .960

VAR00041 34.00 434.889 .504 .962

VAR00042 33.59 426.748 .713 .961

Page 119: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

97

i. Distribusi Kuesioner DASS-42

Page 120: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

98

3. Analisis Bivariat

a. Hasil uji Normalitas Stress

Page 121: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

99

b. Hasil uji Normalitas Depresi

Page 122: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

100

c. Hasil uji Normalitas Kecemasan

Page 123: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

101

d. Mann Whitney (score OABSS-Stress)

e. Mann Whitney (Score OABSS-Depresi)

f. Mann Whitney (Score OABSS-Cemas)

Page 124: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

102

Page 125: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

103

Lampiran 5

Google Form DASS-42

Page 126: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

104

Page 127: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

105

Page 128: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

106

Page 129: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

107

Page 130: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

108

Page 131: HUBUNGAN ANTARA NILAI OVERACTIVE BLADDER SYMPTOM … · LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA NILAI ovERACTTvE BLADDER SYMPTOM SCORE (OABSS) DENGAN STRES,

109

Lampiran 6

Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Romi Rhomadhon

Tempat/Tangal Lahir : Musi Banyuasin, 12 Januari 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jln. Palembang Jambi KM 161. Desa

Pinang Banjar Kecamatan Sungai Lilin

Kabupaten Musi Banyuasin

No.Hp : 081272051219

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

2002-2003 : TK Matahari

2003-2009 : SDN 1 Sungai Lilin

2009-2012 : MTS Assalam Alislamy

2012-2015 : MA Assalam Alislamy

2015–sekarang : Program Studi Kedokteran (PSKed)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta