HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERKEMBANGAN …eprints.ums.ac.id/68405/11/NASKAH...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERKEMBANGAN …eprints.ums.ac.id/68405/11/NASKAH...
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA DI SMK NEGERI 1
SAMBIREJO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Starata I pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Program
Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Oleh:
AYAT PAMUNGKAS PUTU SALAMUN
F100120216 / G000124012
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERKEMBANGAN
MORAL REMAJA DI SMK NEGERI 1 SAMBIREJO
Abstrak
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab tentang baik atau buruk perilaku individu. Moral dalam perspektif ajaran Islam adalah akhlak. Kemampuan pengambilan keputusan moral remaja selalu berkembang selaras dengan perubahan rentang usianya. Perkembangan moral individu yang baik ditandai dengan kemampuannya menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya serta diperlihatkan dalam perilaku yang menetap. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja salah satunya adalah kontrol diri. Kontrol diri dalam perspektif ajaran Islam adalah taqwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan perkembangan moral remaja di SMK Negeri 1 Sambirejo. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kontrol diri dengan perkembangan moral remaja di SMK Negeri 1 Sambirejo. Variabel tergantung penelitian ini adalah perkembangan moral, variabel bebasnya adalah kontrol diri. Subjek penelitan berjumlah 112 orang siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sambirejo Sragen, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur skala kontrol diri dan skala perkembangan moral. Teknik analisis data penelitian adalah teknik korelasi Product Moment menggunakan program SPSS for windows versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki korelasi dengan perkembangan moral remaja dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,596 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan perkembangan moral remaja. Ini menandakan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin tinggi perkembangan moral. Kontrol diri memberi kontribusi terhadap perkembangan moral sebesar 35,5% hal ini berarti masih terdapat 64,5% faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan moral. Hasil kategorisasi untuk kontrol diri subjek dengan presentase 61,61% yang tergolong tinggi dan kategorisasi perkembangan moral subjek dengan presentase 55,36% yang tergolong tinggi. Kata kunci: kontrol diri, perkembangan moral, remaja.
Abstract
Moral is knowledge that involves civilized human behavior about good or bad individual behavior. Moral in the perspective of Islamic teachings is akhlaq. The moral decision-making ability of adolescents always develops in harmony with changes in their age range. Individual moral development is well characterized by its ability to adjust to the values and norms prevailing in its environment and shown in permanent behavior. One factor that influences teen moral development is self-control. Self-control in the perspective of Islamic teachings is taqwa. This study aims to determine the relationship of self-control with the moral
2
development of adolescents in SMK Negeri 1 Sambirejo. The hypothesis proposed is that there is a positive relationship between self-control and teenagers' moral development in SMK 1 Sambirejo. The dependent variable of this research is moral development, the independent variable is self control. Research subjects were 112 students of class XI of SMK Negeri 1 Sambirejo Sragen, using cluster random sampling technique. Research data collection method is a quantitative method using a measure of self-control scale and scale of moral development. The research data analysis technique was Product Moment correlation technique using SPSS for Windows version 24. The results showed that self-control correlated with the moral development of adolescents with a correlation coefficient of 0.596 and a significance level of 0.000. This means that there is a very significant positive relationship between self-control and moral development of adolescents. This indicates that the higher self-control, the higher the moral development. Self-control contributes to moral development by 35.5%, this means there are still 64.5% of other factors that can affect moral development. The categorization results for subject self-control with a percentage of 61.61% were high and the moral categorization of subjects with a percentage of 55.36% were high. Keywords: self control, moral development, adolescence. 1. PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini banyak disoroti tentang kemajuan dalam berbagai bidang
seperti halnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi. Perkembangan ini
memiliki dampak positif dan dampak negatif. Sisi lain globalisasi dari segi
pendidikan, seharusnya pendidikan di Indonesia semakin berkualitas dan remaja
sekarang lebih unggul. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Contoh kasus
kecurangan pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK), siswa di
Yogyakarta melakukan aksi curang pada Ujian Nasional 2016 dengan memotret
dan menyebarkan soal ujian yang sedang dikerjakannya ke chatroom line
(news.okezone.com, 2016). Perilaku curang dalam bidang akademik merupakan
salah satu bentuk perilaku yang menyalahi norma, karena curang tidak
menjunjung tinggi nilai kejujuran (Susanti dkk dalam Paramitha, 2016).
Dalam penyelenggaraan pendidikan, guru sebagai fasilitator belajar di
sekolah juga tidak lepas dari perilaku tidak bermoral siswa. Seperti yang kita
dapati dalam pemberitaan bahwa beredar video seorang siswa SMP MTS
Krenceng, Kejobong, Purbalingga, Jawa Tengah menantang bapak gurunya
berkelahi. Siswa menantang bahkan nekat melepas baju sebagai tanda tidak takut
kepada sang guru (sumsel.tribunnews.com, 2018). Dalam adab belajar yang kita
3
pahami bersama bahwa guru adalah sosok teladan yang harus dihormati bahkan
ada yang menganggapnya sebagai orang tua di sekolah, tentu tidak pantas jika
orang tua diperlakukan demikian.
Selain itu fenomena kenakalan remaja dengan kekerasan fisik juga terjadi
seperti halnya pemberitaan tentang kenakalan pelajar yang terjadi di Yogyakarta.
Siswa kelas VII SMPN 2 Sanden, Bantul, dikeroyok teman-temannya saat di
sekolah (regional.kompas.com, 2018). Tindakan kekerasan fisik ini sudah
termasuk dalam tindak kejahatan. Fakta-fakta di atas menunjukkan semakin
banyaknya perilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh remaja.
SMK N 1 Sambirejo adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang letaknya di
sebelah selatan ibukota Kabupaten Sragen dengan status akreditasi B dan
memiliki jumlah total 847 siswa, 74 guru, 4 jurusan, dan 29 ruang kelas. Adapun
jurusan yang dimaksud adalah Multimedia (MM), Tata Busana (TB), Teknik
Kendaraan Ringan (TKR), dan Teknik Sepeda Motor (TSM). Hasil wawancara
yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Juni 2018 kepada salah satu guru di SMK
Negeri 1 Sambirejo berinisial X bahwa terdapat siswa yang berani melawan dan
mengancam guru di dalam kelas, kasus siswa yang ketahuan menjadi pengedar
“pil” di lingkungan sekolah, serta terdapat kasus siswa putri yang hamil diluar
nikah. Beberapa kasus di atas adalah contoh kasus yang terjadi di tahun ajaran
2017/2018.
Hal ini menjadi suatu dilema bagi penyelenggara pendidikan dan bagi
siswa remaja yang sedang menempuh pendidikan di bangku sekolah menengah.
Harapan dimana remaja diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dengan
mengenyam pendidikan sehingga mampu bersaing dengan kemajuan jaman,
kenyataannya tidak demikian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul
pertanyaan “apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan perkembangan moral
remaja di SMK Negeri 1 Sambirejo?".
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri
dengan perkembangan moral pada remaja di SMK Negeri 1 Sambirejo. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara kontrol
diri dengan perkembangan moral remaja di SMK Negeri 1 Sambirejo”, yang
4
artinya semakin tinggi kontrol diri remaja maka semakin tinggi perkembangan
moral remaja, sebaliknya jika semakin rendah kontrol diri remaja maka semakin
rendah perkembangan moral remaja.
2. METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Variabel bebas
dalam penelitian adalah kontrol diri dan variabel tergantung adalah perkembangan
moral. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 1 Sambirejo
dari empat jurusan yaitu teknik kendaraan ringan (TKR) terdapat 4 kelas, tata
busana (TB) terdapat 2 kelas, multimedia (MM) terdapat 4 kelas, dan teknik
sepeda motor (TSM) terdapat 2 kelas dengan jumlah keseluruhan siswa adalah
349 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMK Negeri
1 Sambirejo yang berjumlah 112 orang dari 4 kelas perwakilan dari masing-
masing jurusan. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random
sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara diundi secara kelompok kelas.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kontrol diri dan
skala perkembangan moral. Bentuk skala kontrol diri dan perkembangan berupa
skala Linkert. Skala kontrol diri mencakup aspek kemampuan mengontrol
perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi peristiwa,
kemampuan menafsirkan peristiwa, dan mengontrol keputusan. Sedangkan skala
perkembanan moral mencakup aspek orientasi pada hukuman dan kepatuhan,
Individualisme dan tujuan, norma interpersonal, moralitas sistem sosial, hak
komunitas vs hak individu, dan prinsip etis universal. Rentang hasil validitas isi
melalui expert judgement dan dihitung menggunakan rumus koefisien validitas isi
Aiken’s V skala perkembangan moral bergerak dari angka 0,75 sampai 0,83. Hasil
perhitungan reliabilitas skala perkembangan moral dengan teknik koefisien Alpha
Cronbach diperoleh daya beda (corrected item-total correlation) dari rentang
angka 0,307 – 0,665 dan koefisien Alpha (α) sebesar 0,866 dengan jumlah 18
aitem. Rentang hasil validitas isi melalui expert judgement dan dihitung
menggunakan rumus koefisien validitas isi Aiken’s V skala kontrol diri bergerak
dari angka 0,75 sampai 0,83. Hasil perhitungan reliabilitas skala kontrol diri
dengan teknik koefisien Alpha Cronbach diperoleh daya beda (corrected item-
5
total correlation) dari rentang angka 0,238 – 0,594 dan koefisien Alpha (α)
sebesar 0,802 dengan jumlah 11 aitem. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment. Keseluruhan teknik
analisis data menggunakan program SPSS versi 24 for windows.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan
perkembangan moral remaja. Untuk mengetahui hubungan tersebut, penelitian ini
melewati beberapa uji statistik seperti uji normalitas, uji linieritas, dan uji
hipotesis. Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik analisis product
moment dari Carl Pearson dapat diketahui nilai koefisien relasi pearson
correlation = 0,596 dengan Sig. (2 –tailed) = 0,000; artinya ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara perkembangan moral dengan kontrol diri pada
remaja. Remaja dengan kontrol diri yang tinggi memiliki perkembangan moral
yang tinggi. Sebaliknya ketika remaja memiliki kontrol diri yang rendah maka
perkembangan moralnya juga akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Berkowitz dan Grych (1998) tentang empat komponen dasar
perkembangan moral anak bahwa salah satu diantaranya adalah pengendalian diri.
Senada dengan pendapat di atas Berns (2007) juga menyatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral seseorang adalah kontrol
diri. Kontrol diri memiliki peranan dalam perkembangan moral anak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Aroma dan
Suminar (2012) bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat
kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Dan penelitian
oleh Paramitha (2016) bahwa ada hubungan negatif signifikan antara kontrol diri
dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teknologi Informasi UKSW.
Seperti yang diketahui bahwa kenakalan remaja dan kecurangan akademik
merupakan bentuk perilaku yang tidak bermoral. Kontrol diri dapat membantu
anak melakukan tindakan bermoral dan khususnya sangat penting bagi anak yang
tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan (Borba, 2008). Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Mulkan (2016) yang menunjukkan
6
adanya hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan kecerdasan
moral siswa. Individu yang memiliki kecerdasan moral tinggi memiliki
kecenderungan untuk bertindak moral.
Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Menurut Sarwono (2012) bahwa moral remaja merupakan suatu
kebutuhan bagi remaja sebagai pedoman dan petunjuk dalam mencari jalannya
sendiri. Remaja mengalami perkembangan fisiologis maupun psikologis. Masa
remaja dikenal sebagai masa transisi yang sangat beresiko. Kontrol diri sangat
diperlukan bagi setiap individu, khususnya remaja, jika remaja tidak mampu
untuk melakukan kontrol diri dengan baik maka remaja dikhawatirkan dapat
mengalami krisis identitas, sehingga remaja memiliki kecenderungan berperilaku
negatif (Widiarti, 2010).
Hasil analisis kategorisasi untuk variabel kontrol diri diketahui memiliki
rerata empirik (RE) sebesar 33,01 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 27,5. Artinya
hasil RE lebih besar dari RH yaitu 33,01 > 27,5 yang menunjukkan bahwa tingkat
kontrol diri subjek tergolong tinggi. Hasil norma variabel kontrol diri yaitu
terdapat 0% termasuk kategori sangat rendah, 1 orang (0,89%) termasuk kategori
rendah, 25 orang (22,32%) termasuk kategori sedang, 69 orang (61,61%)
termasuk kategori tinggi, dan 17 orang (15,18%) termasuk kategori sangat tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah dan presentase terbanyak menempati
kategori tinggi yaitu 69 siswa dengan presentase 61,61%, yang berarti subjek
memiliki tingkat kontrol diri yang tergolong tinggi. Semakin bertambahnya usia,
maka akan semakin baik kontrol diri yang dimiliki, individu yang matang secara
psikologis akan berdampak pada kemamampuan mengontrol perilakunya, karena
individu telah mampu mempertimbangkan mana hal yang baik dan buruk bagi
dirinya (Hurlock, 2004).
Hasil analisis ketegorisasi untuk variabel perkembangan moral memiliki
rerata empirik (RE) sebesar 59,13 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 45. Artinya
hasil RE lebih besar dari RH yaitu 59,13 > 45 yang menunjukkan bahwa tingkat
perkembangan moral subjek tergolong tinggi. Hasil norma variabel perkembangan
moral bahwa terdapat 0% termasuk kategori sangat rendah, 1 orang (0,89%)
7
termasuk kategori rendah, 8 orang (7,14%) termasuk kategori sedang, 62 orang
(55,36%) termasuk kategori tinggi, dan 41 orang (33,61%) termasuk kategori
sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah dan presentase
terbanyak menempati kategori tinggi yaitu 62 siswa dengan presentase 55,36%,
yang berarti subjek memiliki tingkat perkembangan moral yang tergolong tinggi.
Tingkat perkembangan moral yang dimiliki individu berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konteks situasi, konteks individu, dan
konteks sosial. Konteks situasi meliputi sifat hubungan antara individu yang
terkait dengan pengalaman, nilai sosial atau norma di masyarakat, konteks
individu meliputi temperamen, kontrol diri, harga diri, umur dan kecerdasan,
pendidikan, interaksi sosial, emosi, sedangkan konteks sosial meliputi keluarga,
teman sebaya, sekolah, media massa, masyarakat (Berns, 2007).
Perkembangan moral individu yang baik ditandai dengan kemampuannya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bagi remaja yang memasuki
lingkungan sekolah baru sebagai siswa maka ia harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolahnya, mempelajari tata tertib yang berlaku dan mengenali siapa
saja yang ada di lingkungannya seperti guru-guru, karyawan, teman sekelas, dan
seluruh warga sekolah yang kedepannya akan bersinggungan dalam aktivitas
belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hoffman (dalam Santrock 2003)
bahwa masa remaja adalah masa yang penting dalam perkembangan moral,
terutama ketika individu berpindah dari sekolah dasar yang relatif homogen ke
sekolah lanjutan dan lingkungan kampus yang lebih heterogen, dimana mereka
dihadapkan dengan kontradiksi antara konsep moral yang telah mereka terima
dengan apa yang mereka alami di luar lingkungan dan tetangga.
Perkembangan moral tidak hanya dipengaruhi oleh kontrol diri saja. Hal
ini sesuai dengan analisis data yang didapat dengan melihat hasil kuadran
koefisien korelasi (r)2 = 0,596 dengan presentase sebesar 35,5%, menunjukkan
variabel kontrol diri mempengaruhi variabel perkembangan moral sebesar 35,5%
dan 64,5% dipengaruhi faktor lain selain kontrol diri. Berns (2007)
mengungkapkan bahwa perkembangan moral remaja dipengaruhi banyak faktor
seperti nilai atau norma di masyarakat, keluarga, teman sebaya, sekolah, media
8
masa, masyarakat, temperamen, umur dan kecerdasan, pendidikan, interaksi
sosial, emosi, harga diri (self-esteem), dan kontrol diri (self-control).
4. PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh adalah ada hubungan yang positif dan sangat
signifikan antara kontrol diri dengan perkembangan moral remaja, artinya
semakin tinggi kontrol diri remaja maka semakin tinggi perkembangan moral
remaja. Kontrol diri subjek penelitian tergolong tinggi. Perkembangan moral
subjek penelitian tergolong tinggi. Sumbangan efektif dari variabel kontrol diri
dan perkembangan moral sebesar 35,5% dengan koefisien determinasi sebesar
0,596 dan 64,5% dipengaruhi faktor lain selain kontrol diri.
Saran bagi pihak sekolah, diharapkan dapat menjadi gambaran bagi guru,
karyawan, seluruh penyelenggara pendidikan untuk memberikan perhatian pada
faktor kontrol diri agar selalu ditanamkan dan ditumbuhkan kepada seluruh siswa
sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif dan menciptakan
keamanan kepada sesama warga sekolah. Saran bagi peneliti selanjutnya,
diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian misalnya dengan
memperluas populasi, atau menambah variabel – variabel lain dikarenakan masih
terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan moral misalnya
nilai atau norma di masyarakat, keluarga, teman sebaya, sekolah, media masa,
masyarakat, temperamen, umur dan kecerdasan, pendidikan, interaksi sosial,
emosi, harga diri (self-esteem).
DAFTAR PUSTAKA
Aroma, I.S., Suminar, D.R. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1(2), 1-6. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/110810241_ringkasan.pdf
Averill, J.R. (1973, October). Personal control over aversive stimuli and its relationship to stress. Psychological Bulletin, 80(4), 286-303.
Berkowitz, M.W., Grych, J.H. (1998). Fostering goodness: teaching parents to facilitate children's moral development. Journal of Moral Education, 27(3): 371-391.
Berns, R.M. (2007). Child, family, school, community socialization and support 7th edition. Canada: Thomson Wadsworth.
9
Borba. (2008). Developing moral intelegence. Terjemahan: Nadiroh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fermansah, V.D. (2018, Februari 3). Astaga, lagi-lagi kasus murid melawan guru, sampai berani lakukan hal tercela ini. Tribunsumsel.com. Diunduh dari http://sumsel.tribunnews.com
Hurlock, E. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan Istiwidianti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Inzlicht, M., Legault, L., Teper, R. (2014). Exploring the mechanisms of self-control improvement. Psychological Science, 23(4), 302-307. doi: 10.1177/0963721414534256
Louis, P.T., Emerson, I.A. (2011). A qualitative analysis on the moral judgment of high school students. GESJ: Education Science and Psychology, 19(2), 32-40.
Mulkan, K. (2016). Hubungan kontrol diri dan harga diri dengan kecerdasan moral siswa SMK Sinar Husni 2 TR Labuhan Deli. Analitika, 8(2), 89-98.
Munir, M. (2010. Desember 6). Tiap tahun, remaja seks pra nikah meningkat. Okezone News. Diunduh dari http://news.okezone.com
Nashori, F., Budiharto, S., Astuti, Y.D. (2009). Psikologi kepemimpinan. Yogyakarta: Pustaka Fahima.
Nuqul, F.L. (2008). Pesantren sebagai bengkel moral: optimalisasi sumber daya pesantren untuk menanggulangi kenakalan remaja. PsikoIslamika, 5(2), 163-182. Diunduh dari http://repository.uin-malang.ac.id/342/
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development (9th ed.). USA: McGraw Hill.
Paramitha, W.N. (2016). Hubungan kontrol diri dengan kecurangan Akademik pada mahasiswa fakultas Teknologi informasi universitas kristen Satya wacana (UKSW) (Skripsi thesis). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Parsons, P.J. (2006). Etika public relation. Jakarta: Erlangga. Riyadi, A.A. (2008). Psikologi Sufi Al-Ghazali. Yogyakarta: Panji Pustaka. Rizal, Y. (2017). Perilaku moral remaja dalam perspektif budaya. Journal of
Multicultural Studies in Guidance and Counseling, 1(1), 35-44. Rizki, M. (2017). Taqwa dalam Al-Qur’an: analisis semantik Toshihiko Izutsu
(Skripsi thesis). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Santrock, J.W. (2003). Perkembangan remaja edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Widiarti, I. (2010). Hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan game online
pada remaja di Malang (Skripsi thesis). Universitas Negeri Malang. Wurinanda, I. (2016, April 10). Beragam kecurangan UN terulang setiap tahun.
Okezone News. Diunduh dari http://news.okezone.com Yuwono, M. (2018, Februari 26). Dianiaya teman-temannya di sekolah, seorang
siswa alami gegar otak. Kompas.com. Diunduh dari https://regional.kompas.com