HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ISTRI PADA PENGAMBILAN...

23
4 HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ISTRI PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PUBLIK DALAM RUMAH TANGGA DAN PERSEPSI SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER Rizqi Syfrina Thobagus Moh. Nu’man INTISARI Penelitian bertujuan unuk mengui secara empirik apakah ada hubungan antara keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga dan persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Penelitian ini meneliti pada laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai anak yang ada di padukuhan Gandok Tambakan. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga dan persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Semakin tinggi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga maka semakin tinggi pula persepsi suami terhadap kesetaraan gender dan sebaliknya semakin rendah keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga maka semakin rendah pula persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Subyek berjumlah 60 orang dan menggunakan dua skala penelitian yaitu skala persepsi suami terhadap kesetaraan gender dan skala keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson dan menggunakan SPSS for windows 12. Hasil uji korelasi product moment menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan yang ditunjkkan dari koefisien korelasi r = 0, 329 dengan p = 0,005 (p<0,05). Kata Kunci : Kesetaraan Gender, Pengambilan Keputusan Publik

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ISTRI PADA PENGAMBILAN...

4

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ISTRI PADA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN PUBLIK DALAM RUMAH TANGGA DAN PERSEPSI

SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER

Rizqi Syfrina

Thobagus Moh. Nu’man

INTISARI

Penelitian bertujuan unuk mengui secara empirik apakah ada hubungan antara

keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga dan persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Penelitian ini meneliti pada laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai anak yang ada di padukuhan Gandok Tambakan. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga dan persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Semakin tinggi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga maka semakin tinggi pula persepsi suami terhadap kesetaraan gender dan sebaliknya semakin rendah keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga maka semakin rendah pula persepsi suami terhadap kesetaraan gender. Subyek berjumlah 60 orang dan menggunakan dua skala penelitian yaitu skala persepsi suami terhadap kesetaraan gender dan skala keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson dan menggunakan SPSS for windows 12. Hasil uji korelasi product moment menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan yang ditunjkkan dari koefisien korelasi r = 0, 329 dengan p = 0,005 (p<0,05). Kata Kunci : Kesetaraan Gender, Pengambilan Keputusan Publik

5

A. PENGANTAR

1. Latar Belakang

Menurut Walgito (2002) perkawinan adalah merupakan bersatunya

seorang lelaki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk

keluarga. Pada umumnya masing-masing pihak telah mempunyai pribadi sendiri

yang telah terbentuk, karena itu untuk dapat menyatukan satu dengan yang lain

perlu adanya saling penyesuaian, saling pengertian dan hal tersebut harus disadari

benar-benar oleh kedua pihak yaitu oleh suami-istri

Di dalam perkawinan suami-istri saling terlibat dalam persoalan yang

menyangkut rumah tangga mereka seperti pengambilan keputusan. Pengambilan

keputusan itu bisa berupa peraturan yang ada dalam rumah tangga, pendidikan,

pemanfaatan pendapatan, pemilikan kekayaan keluarga, penentuan kegiatan di

luar rumah, penyaluran aspirasi, dan mengelola rumah tangga seperti soal

pekerjaan dapur, kebersihan rumah, dan mengasuh anak. Dalam pengambilan

keputusan seharusnya dengan musyawarah suami-istri secara setara untuk

persoalan-persoalan penting dan skala besar bagi ukuran keluarga (Sunaryo dan

Zuriah, 2004).

Walgito (2000) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berkeluarga hak

dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami.

Pernyataan ini didukung oleh INPRES Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2000

yaitu di dalam kehidupan setiap orang mempunyai kesamaan kondisi bagi laki-

laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai

6

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan. Begitu juga dengan pengambilan keputusan

hendaknya laki-laki dan perempuan mempunyai peran yang sama.

Pada kenyataannya dalam kehidupan berumah tangga ada perbedaan peran

antara suami dan istri. Menurut Sunaryo dan Zuriah (2004) peran istri pada

pengambilan keputusan lebih banyak menentukan dalam urusan keluarga,

terutama dalam urusan rumah tangga seperti berbelanja, menyiapkan makanan,

menentukan jenis menu, merebus air, memandikan anak, mengasuh dan

menyuapi anak, menemani anak belajar, mengurus sekolah anak, mencuci,

menyeterika, sedangkan suami lebih banyak menetukan untuk hal-hal yang

berkaitan dengan pemanfaatan pendapatan, pemilikan kekayaan keluarga,

penentuan kegiatan di luar rumah dan penyaluran aspirasi. Hal yang hampir sama

disampaikan Rahayu dan Suharyo (2004) bahwa perempuan hanya dibatasi untuk

mengambil keputusan dalam rumah tangga saja, tetapi untuk urusan yang lebih

besar seperti pembelian dan penjualan aset besar (tanah dan hewan besar),

menikahkan anak dan membiayai sekolah anak, masih lebih banyak ditentukan

oleh laki-laki.

Pengambilan keputusan publik tetap didominasi oleh laki-laki karena

mereka merasa mempunyai tugas sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab

memberi nafkah pada kelurga sehingga sesuatu hal yang berkaitan dengan

penggunaan pendapatan tetap diputuskan oleh laki-laki misalnya kepemilikan

rumah (Wiludjeng dkk, 2005). Hal ini didukung oleh UU Perkawinan pasal 31 (3)

7

menetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri sebagai

ibu rumah tangga. Suami wajib melindungi istrinya, dan memberi segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya (pasal 34(1)).

Sedangkan kewajiban istri adalah mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya

(pasal 34 (2)). Dengan rumusan pembagian peran demikian, peran perempuan

yang resmi diakui adalah peran domestiknya dan mengakibatkan rendahnya

pengambilan keputusan publik pada prempuan. Dengan kata lain istri lebih

berperan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya domestik dan reproduktif,

sedangkan suami berperan pada pengambilan keputusan dalam rumah tangga

yang bersifat publik dan produktif.

Meskipun demikian, istri tidak sepenuhnya memiliki keterlibatan pada

pengambilan keputusan terkait hal-hal reproduksi sebagaimana kasus, sering

terjadinya istri melakukan aborsi karena diminta oleh suami. Hal ini menunjukkan

bahwa hak-hak reproduksi perempuan masih dibawah kendali suami (Muchlis,

2004). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Palestin (2006) suami memainkan

peranan yang sangat penting, terutama pada pengambilan keputusan berkenaan

dengan reproduksi pasangannya.

Rendahnya keterlibatan istri pada pengambilan keputusan dalam rumah

tangga memberikan dampak yang besar pada istri bahkan bisa mengakibatkan

kematian karena melakukan aborsi. Seperti yang terjadi pada kasus Ny. Yuni

Yudianto yang meninggal karena melakukan aborsi, hal ini dikarenakan

kegagalan alat kontrasepsi selain itu ketidaksanggupan atau ketidakrelaan untuk

menanggung konsekuensi dari kehamilan tersebut, karena faktor kebutuhan hidup

8

yang bertambah besar dan menyebabkan suami menyuruh istri melakukan aborsi

(aborsi.org, 2003). Selain itu di dalam rumah tangga dapat terjadi perceraian

seperti yang terjadi di Aceh Utara, istri menuntut cerai suami karena sikap suami

yang arogan, yaitu istri dalam hidupnya harus menerima apa yang dikatakan

suami, walaupun pahit, sakit dan getir, semua dilakukan demi anak-anak (Dewi,

2007).

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan peran antara suami dan istri pada

pengambilan keputusan dalam rumah tangga, sehingga suami mempunyai kendali

pada hak reproduksi pasangannya. Perbedaan peran tersebut dipengaruhi oleh

budaya patriarki. Menurut Soewondo (Indukirana, 2004) dalam budaya patriarki

tersebut semuanya menempatkan perempuan untuk bekerja di sektor domestik,

sementara dominasi sektor publik ada di pihak laki-laki. Perempuan di sektor

domestik dan laki-laki di sektor publik, pada umumnya berdasarkan asumsi

bahwa perempuan secara fisik lemah, namun memiliki kesabaran dan kelembutan.

Sementara laki-laki memiliki fisik lebih kuat sekaligus berpengarai kasar.

Dari perbedaan peran tersebut mengakibatkan rendahnya pelibatan istri

pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga karena istri hanya

terlibat dalam urusan domestik saja, pengambilan keputusan publik tetap

didominasi oleh laki-laki (Rahayu dan Suharyo, 2004).

Menurut John D.M. (Soehadji, 2006) salah satu faktor yang

mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan adalah struktur

peran suami atau istri. Struktur peran suami atau istri yaitu bagaimana cara

pandang suami tentang pemahaman kesetaraan gender yang ada dalam rumah

9

tangga, bagaimana suami memandang peran suami dan istri setara atau tidak.

Pemahaman suami tentang kesetaraan gender itu menjadi suatu permasalahan

apabila suami memandang peran suami dan istri tidak setara karena itu dapat

melahirkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan (Fakih, 1996).

Ketidakadilan tersebut termanifestasi juga pada lingkungan rumah tangga

yaitu pada proses pengambilan keputusan, karena untuk mengetahui apakah laki-

laki dan perempuan telah setara berkeadilan, menurut Mufidah (Winahyu, 2004)

dapat dilihat pada salah satunya yaitu pengambilan keputusan dan perencanaan

maupun pelaksanaan segala kegiatan.

Setelah kita amati permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

gender banyak sekali kasus yang berhubungan diskriminasi kaum perempuan.

Salah satunya yaitu dalam kehidupan berumah tangga dengan pengambilan

keputusan publik dalam rumah tangga.

B. TINJAUN PUSTAKA

1. Pengertian Keterlibatan Istri Pada Pengambilan Keputusan Publik

Dalam Rumah Tangga

Keterlibatan yang didefinisikan menurut Badadu (1994) yaitu keadaan

terlibat, keikutsertaan seseorang baik tindakan maupun emosi dalam suatu

masalah atau persoalan tertentu. Menurut Hasan dkk (2002) partisipasi yaitu

perihal turut berperan serta dalam kegiatan, keikutsertaan, peran serta, sedangkan

keterlibatan suatu keadaan terlibat atau keikutsertaan. Jadi partisipasi sama atau

sesuai dengan keterlibatan. Dapat disimpulkan keterlibatan istri yaitu seberapa

10

besar keikutsertaan istri dalam mengambil bagian pada suatu permasalahan atau

persoalan tertentu.

Salusu (1996) mendefinisikan pengambilan keputusan proses memilih

suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Menurut

Atmosudirjo (1971) pengambilan keputusan sebagai pengakhiran dari proses

pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai masalah dari apa yang hendak

dituju dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif pemecahannya.

Pengambilan keputusan adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia.

Gibson (1992) menyatakan bahwa keputusan merupakan sarana untuk

mencapai hasil atau untuk memecahkan masalah. Harrem (Kurniawati, 2002)

mendukung pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa bagaimanapun juga

proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah memiliki konsep yang

sama.

Jadi pengambilan keputusan yaitu suatu cara atau tindakan dengan

berbagai bentuk pemutusan yang dilakukan untuk memilih dari dua atau lebih

pilihan dan mengevaluasi berbagai pemutusan dan dipertimbangkan untuk

mencapai hasil atau memecahkan masalah

Publik menurut FSPI (2007) yaitu aktivitas yang ada diluar tugas kerumah

tanggaan dan mempunyai nilai ekonomis. Menurut Wiludjeng dkk (2005) publik

yaitu hal-hal di luar tugas ke rumahtanggaan dan pengasuhan anak. Jadi publik

yaitu suatu aktivitas atau peran di luar urusan ke rumahtanggaan dan pengasuhan

yang mempunyai nilai ekonomis.

11

Menurut Peter dan Olson (1996) pengambilan keputusan dalam rumah

tangga yaitu begaimana anggota keluarga yang ada dalam rumah tangga

berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain ketika membuat pilihan. Jadi

pengambilan keputusan dalam rumah tangga yaitu suatu cara atau tindakan

dengan berbagai bentuk pemutusan yang dilakukan untuk memilih dari dua atau

lebih pilihan dan mengevaluasi berbagai pemutusan dan dipertimbangkan untuk

mencapai hasil atau memecahkan masalah dalam lingkungan keluarga atau rumah

tangga.

Menurut Nitisemito (Kurniawati, 2002) keterlibatan pengambilan

keputusan yaitu mengikutsertakan pihak lain dalam pengambilan keputusan. Jadi

keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga yaitu

seberapa besar keikutsertaan istri dalam tindakan atau cara dengan berbagai

bentuk pemutusan yang dilakukan untuk memilih dari dua atau lebih pilihan dan

mengevaluasi berbagai pemutusan dan dipertimbangkan untuk mencapai hasil

atau memecahkan masalah yang dilakukan dalam lingkungan keluarga atau dalam

rumah tangga yang mempunyai nilai ekonomis.

2. Aspek-aspek Keterlibatan Istri Pada Pengambilan Keputusan Publik

Dalam Rumah Tangga.

Davis (1990) ketelibatan adalah pertisipasi yang mendorong orang-orang

untuk menerima tanggung jawab dalam aktifitas kelompok dan proses berbagi

wewenang.

12

Menurut F.D Rigby (Salusu, 1996) mencoba mengartikan pembuat

keputusan sebagai orang yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan

kewenangan untuk mengambil keputusan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa

suatu keputusan tidak selayaknya dibuat oleh orang yang tidak memiliki

kemampuan tanggung jawab dan wewenang untuk maksud tersebut. Dari

pendapat di atas dapat disimpulkan aspek-aspek keterlibatan istri pada

pengambilan keputusan, yaitu :

a) Kewenangan, diartikan istri diberi kewenangan untuk mengemukakan

pendapat dan ide-ide serta ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan.

b) Tanggung jawab, diartikan pendapat yang dikemukakan hasil keputusan

bersama harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Menurut Sunaryo dan Zuriah (2004) pengambilan keputusan dalam rumah

tangga itu meliputi urusan domestik dan publik. Jadi aspek-aspek keterlibatan istri

pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga yaitu : (1) kewenangan

istri untuk mengemukakan pendapat dan ide-ide dalam urusan publik. (2)

tanggung jawab istri pada pendapat yang dikemukakan hasil keputusan bersama

dalam urusan publik.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Istri Pada Pengambilan

Keputusan Dalam Rumah Tangga

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut John

D. Miller (Soenhadji, 2006) yaitu : a) Jenis Kelamin pria atau wanita, b) Peranan

pengambilan keputusan, c) Keterbatasan kemampuan.

13

Dari faktor yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan dalam rumah tangga

yaitu (1) Suami atau istri, (2) Struktur peran suami atau istri, (3) Keterbatasan

kemampuan.

4. Pengertian Persepsi Kesetaraan Gender

Menurut Santrock (1995) peresepsi (Perception) ialah interpretasi tentang

apa yang diindrakan atau dirasakan. Informasi tentang peristiwa-peristiwa tertentu

yang mengadakan kontak dengan telinga diinterpretasikan misalnya sebagai suara

musik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa persepsi merupakan

prose penilaian/ mengintrepretasikan suatu objek persepsi, melalui proses

penginderaan dan dipengaruhi pengalaman, kondisi saat ini. Persepsi bersifat

subjektif karena tergantung pada kemampuan dan keadaan diri masing-masing

individu. Persepsi yang demikian akan mempengaruhi apa yang akan

dimunculkan dalam bentuk perilaku.

Menurut Fakih (1998) gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum

laki-laki maupun perempuan yang konstruksi secara sosial maupun kultural.

Menurut Usman (Bainar, 1998) kesetaraan gender bisa diartikan sebagai

suatu kondisi dimana seharusnya kedudukan wanita dan pria adalah sejajar, akan

tetapi dalam kehidupan nyata seringkali hal yang tidak lazim terjadi atau biasa

disebut dengan gender strafication atau tatanan hierarkis yang menempatkan

wanita pada posisi yang tidak sejajar dengan pria. Jadi persepsi kesetaraan gender

14

pada laki-laki adalah penilaian laki-laki tentang dimana seharusnya kedudukan

pria dan wanita adalah sejajar.

5. Aspek-aspek Dari Gender

Aspek-aspek dari kesetaraan gender (Falah, 1998) yaitu : a) Objektivitas

b) Persamaan kesempatan c) Kesejajaran d) kebebasan e) Perlindungan terhadap

kekerasan f) Keseimbangan beban kerja

C. METODELOGI PENELITIAN

1. Identifikasi Vriabel-Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung : Keterlibatan Istri Pada Pengambilan Keputusan

Publik Dalam Rumah Tangga

2. Variabel Bebas : Persepsi Kesetaraan Gender Pada laki-laki

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Subyek pada penelitian ini adalah laki-laki

yang sudah menikah dan mempunyai anak dengan pendidikan terakhir minimal

SMU.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam data yang dikumpulkan dari

subyek, yaitu data tentang Persepsi Kesearaan Gender Pada laki-laki dan data

tentang Keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah

15

tangga. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala sebagai

instrument pengumpulan data. Terdapat dua skala yang akan digunakan dalam

penelitian yaitu skala Mencari Persepsi Kesetaraan gender pada laki-laki dan

keterlibatan istri pada pengambilan keputusan pulik dalam rumah tangga.

1. Persepsi suami terhadap kesetaraan gender

Alat ukur untuk mengungkap Persepsi Kesetaraan gender pada laki-laki

merupakan adaptasi dari Falah (1998). Alat ukur ini terdiri dari 49 aitem yang

mengungkap aspek-aspek objektivitas, persamaan kesempatan, kesejajaran,

kebebasan, perlindungan, beban kerja. Apabila hasil skor skala tinggi, maka

persepsi kesetaraan gender pada laki-laki tinggi.

2. Keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengungkap perilaku keterlibatan

istri pada pengambilan keputsan publik dalam rumah tangga adalah skala

keterlibatan istri pada pengambilan kepuusan publik dalam rumah tangga. Alat

ukur tersebut berupa angket yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang

mempengaruhi perilaku melibatkan istri pada pengambilan keputusan dalam

rumah tangga yang terdiri dari 30 aitem. Adapun aspek-aspek tersebut adalah

kewenangan dan tanggung jawab.

3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis

statistik yang digunakan secara kuantitatif. Penguji hipotesis pada penelitian ini

16

menggunakan uji bivariate correlation dengan teknik korelasi product moment

dari Spearman yang terdapat pada program statistic SPSS 12 for windows XP.

D. HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas

merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi, dengan maksud

agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya

ditarik (Hadi, 1996).

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran dari skor

jawaban subyek normal atau tidak dengan menggunakan teknik one-sample

Kolmogorof-Smirnov Test dari program SPSS 12.0 for windows untuk skala

persepsi kesetaraan gender adalah K-SZ = 0,434 dengan p = 0,992 karena nilai

p>0,05 berarti skala tersebut normal. Sementara itu skala keterlibatan istri pada

pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga K-SZ = 0,832 ; p = 0,493

karena nilai p>0,05 maka skala tersebut normal. Dari hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa skala persepsi kesetaraan gender pada laki dan keterlibatan

istri pada pengambilan keputusan publik normal.

b. Uji Linieritas.

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi

kesetaraan gender pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan

17

keputusan publik dalam rumah tangga. Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa

semua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linier. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai F = 7,331 dan p = 0,013 (p<0,05).

2. Uji Hipotesis.

Hasil korelasi (r) antara Persepsi Kesetaraan Gender dengan Keterlibatan

Istri Pada Pengambilan Keputusan Publik sebesar 0,329. dan p = 0,005 (p<0,05).

Dengan demikian maka hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan positif

antara perspsi kesetaraan gender pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada

pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga.

Pada koefisien determinasi ( R squared ) persepsi kesetaraan gender pada

laki-laki terhadap keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam

rumah tangga sebesar 0,108 sehingga sumbangan efektif yang dapat diberikan

variabel persepsi kesetaraan gender pada laki-laki terhadap variabel keterlibatan

istri pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga adalah 10,8 %.

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi

kesetaraan gender pada laki-laki terhadap keterlibatan istri pada pengambilan

keputusan publik dalam rumah tangga. Berdasarkan analisis statistik empiris

terbukti bahwa ada hubungan positif antara persepsi ksetaraan gender pada laki-

laki dengan keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah

tangga yang ditunjukkan dengan nilai korelasi r = 0,329 dengan p = 0,005 (p <

0,05) hal ini berarti semakin positif persepsi kesetaraan gender pada laki-laki akan

18

diikuti pula dengan tingginya keterlibatan istri pada pengambilan keputusan

publik dalam rumah tangga. Sebaliknya jika semakin negatif persepsi kesetaraan

gender pada laki-laki akan diikuti oleh rendahnya keterlibatan istri pada

pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga.

Keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik termasuk dalam

kategori tinggi. Sebanyak 60 subyek penelitian, terdapat 33 subyek yang memiliki

perilaku melibatkan istri pada pengambilan keputusan publik kategori tinggi, dan

25 subyek penelitian yang memiliki perilaku melibatkan istri pada pengambilan

keputusan publik kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bapak-

bapak yang ada dipadukuhan Gandok Tambakan memiliki perilaku melibatkan

istri pada pengambilan keputusan publik yang tinggi, dikarenakan mempunyai

persepsi kesetaraan gender yang tinggi pula ditunjukkan ada 13 subyek pada

kategori tinggi.

Setelah dilakukan analisis tambahan dengan menggunakan uji beda

membandingkan antara Persepsi Kesetaraan Gender dilihat dari Tingkat

Pendidikan SLTA dengan Tingkat Pendidikan D1 sampai S1. Berdasarkan

pengujian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan Persepsi Kesetaraan Gender jika

dilihat dari tingkat Pendidikannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa p = 0,831

(p>0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi

kesetaraan gender jika dilihat dari tingkat pendidikannya.

Selain itu dilakukan juga uji beda membandingkan persepsi kesetaraan

gender diihat dari Usia 20 tahun sampai 40 tahun dengan usia 40 tahun keatas.

Berdasarkan pengujian didapatkan bahwa p = 0,640 (p > 0,05), sehingga dapat

19

dikatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi kesetaraan gender jika dilihat dari

usianyanya.

Pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga keterlibatan istri

sangat dipengaruhi oleh persepsi kesetaraan gender seseorang. Menurut Mufidah

(Winahyu, 2004) hal ini dapat dilihat dari apakah laki-laki dan perempuan telah

setara berkeadilan dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Selain itu

pemahaman suami tentang kesetaraan gender itu menjadi suatu permasalahan

apabila suami memandang peran suami dan istri tidak setara karena itu dapat

melahirkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan dan mengakibatkan

berpengaruhnya gender terhadap pengambilan keputusan (Fakih, 1996).

Secara empiris memang ada hubungan antara persepsi kesetaraan gender

pada laki-laki dengan keterlibatan istri pada pengamblan keputusan publik dalam

rumah tangga, hal ini dilihat dengan sumbangan efektif sebesar 10,8 % sedang

sisanya 89,2 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar persepsi ksetaraan gender. Hal

ini menunjukkan bahwa keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik

tidak hanya dipengaruhi oleh persepsi kesetaraan gender saja, tetapi masih banyak

faktor lain yang turut mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan

keputusan dalam rumah tangga baik faktor yang berasal dari dalam diri individu

maupun faktor yang berasal dari luar diri individu

Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan yang konstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih, 1998). Didalam

rumah tangga pembagian peran antara suami dan istri tersebut mempengaruhi

keterlibatan istri pada pengambian keputusan publik. Seperti yang ditunjukkan

20

pada Undang-undang pasal 31 bahwa suami sebagai kepala keluarga

berkewajiban mencari nafkah dan istri mengurus rumah tangga sebaik-baiknya.

Selain itu menurut Sunaryo dan Zuriah (2004) suami sebagai kepala keluarga

berpengaruh sekali dalam pengambilan keputusan publik dikarenakan adanya

pembagian peran dalam rumah tangga tidak hanya terbatas pada perbedaan

biologis tetapi juga pada sifat-sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan.

Menurut Hatta (2005) partisipasi perempuan pada pengambilan keputusan juga

dipengaruhi oleh budaya patriarki dimana dalam budaya patriarki ada pembagian

peran antara laki-laki dan perempuan. Selain itu pesepsi kesetaraan gender pada

laki-laki dapat diwujudkan dengan memberikan persamaan kesempatan sehingga

istri mempunyai peran yang sama dalam pengambilan keputusan publik. Di dalam

pengambilan keputusan publik, persepsi kesetaraan gender sangat dibutuhkan

untuk membantu istri agar bisa mempunyai peran yang sama dengan laki-laki.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah masih sulitnya mengaplikasikan

teori pengambilan keputusan dalam rumah tangga karena teori-teori yang dipakai

merupakan adaptasi dari teori-teori yang ada dalam teori pengambilan keputusan

dalam organisasi sehingga sulit bila akan diaplikasikan kedalam teori

pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam

rumah tangga dan persepsi suami terhadap kesetaraan gender.

21

G. SARAN

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-

saran sebagai berikut :

1. Bagi laki-laki yang sudah menikah

Dari hasil penenlitian diketahui gender mempengaruhi pengambilan

keputusan, maka sebaiknya laki-laki yang sudah menikah mempunyai

pemahaman kesetaraan gender yang baik sehingga suami dan istri mempunyai

kesempatan yang sama dalam pengambilan keputusan publik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik jika dalam penelitian

selanjutnya memperhatikan dalam menyusun aitem-aitem yang dapat

dipergunakan oleh subyek yang mempunyai bebagai macam latar belakang yang

mewakili semua aspek dan lebih memperkaya teori pengambilan keputusan

yang ada di dalam rumah tangga. Selain itu juga dapat menambah kategori

subek penelitian misalnya lamanya tahun perkawinan dan jumlah anak.

22

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : P.T. Balai Pustaka Atmosudirjo, S. Prajudi. 1971. Beberapa pandangan umum tentang pengambilan

keputusan (decision making). Jakarta : Ghalia Indonesia. Badadu. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : P.T. Intergrafika. Bainar, 1998. Wacana Perempuan dalam Keindonesiaan dan Kemodernan.

Yogyakarta : PT Pustaka Cidesindo Ceria remaja Indonesia, 2001. Laporan Penelitian: Survai Perilaku Berisiko yang

Berdampak pada Kesehatan Reproduksi Remaja. http://www.bkkbn.go.id Darmawan, R. 2004. Pengambilan Keputusan. Bandung : Alfabeta. Davis, K. 1994. Perilaku dalam Organisasi, Alih bahasa : Agus Dharma jilid 1,

Jakarta : Erlangga. Dewi, E. 2007. Laporan Studi kasus : Perempuan Aceh di Hadapan Hukum

Setelah Konflik dan Tsunami berlalu. International Development Law Organizatio and United Nations Development Programme.

Fakih, Mansour, 1996. Analisis Gender dan Tranformasional, Yogyakarta :

Pustaka pelajar Falah, F. 1998. Kematangan beragama dan sikap terhadap kesetaraan gender pada

pemeluk agama islam. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas psikologi Universitas Gajah Mada

Fatimah, Dati. 2007. Kalkulasi Ekonomi Keja Domestik. Kompas.

http://www.yahoo.com/.mht.09/04/07 Fauzi, dkk. 2005. Gender dan Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta : Mitra Inti

Foundation. www. Genderkesrepro.info Gibson, dkk. 1992. Organisasi dan manajemen. Jakarta : Erlangga. Hatta, M. 2005. Gender tak Identik dengan Jenis Kelamin. Suara karya Online.

http://www.yahoo.com/.mht.05/11/05 Herbert, A. Simon. 1982. Adsministrative behavior. PT. Bina Aksara : Jakarta

23

Hornby, dkk. 1962. The advancedlearner’s dictionary of current English. London : Oxford Univercity press.

Indraswari. 2004. Perempuan dan kerja. Harian kompas edisi 24 Mei 2004.

http://www.yahoo.com/.mht.24/05/04 Indukirana, S.M. 2004. Dilema Perempuan dalam Politik. Denpasar : Denpost.

http://www.yahoo.com/op2.htm.06/01/04 Kartono. K dan Gulo. D. 2000. Kamus Psikologi : Bandung : Pioner Jaya Kurniawati, Ida. 2002. Semangat Kerja Karyawan Ditinjau dari Partisipasi

Pengambilan Keputusan. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Maria, 2004. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Pengambilan Keputusan pada

remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Muchlis, Imam. 2004. Sedikit Data Tentang Aborsi. http://.www.

Yahoo.com/aborsi.htm.20/04/04 Palestin, Bondan. 2006. Pemberdayaan Suami Melalui Reorientasi dan

Revitalisasi Gerakan Sayang ibu. Jurnal keperawatan dan Kesehatan. http://www.yahoo.com/.mht.19/10/06

Pambudy. N.M. 2006. Masalah perempuan Tindakan Aborsi Sebagai Sebuah

Pintu Darurat. Kompas. http://www.yahoo.com.11/12/06 Peter, J.P dan Olson, J.C. 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran,

edisi keempat jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT.

Balai Pustaka. Prasetyowati, Sri. 2004. Membongkar Akar Masalah Kasus Kekerasan Terhadap

Istri. Media Informasi Penelitian No.178, Th. Ke 28 April-Juni. Rahayu, S.K & Suharyo, W.I. 2004. Dimensi Gender dalam Kejian Kemiskinan

Partisipatoris. http://.www. Yahoo.com/Newsletter11-2004.htm Ridzal, dkk. 1993. Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta : PT.

Tiara Wacana Yogya. Santrock, 1995. Life Span Development Perkembangan masa hidup. Jakarta :

Erlangga.

24

Salusu, 1996. Pengambilan keputusan startejik untuk organisasi public dan

organisasi non profit. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Shehan, L.J. 2002. Marriage and families. Second Edition. Boston: Allyn &

Bacon Soenhadji, I.M. 2006. Teori Pengambilan Keputusan. Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://www.yahoo.com Sirudiyani, I.A. 2003. Studi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

untuk bidang KB-KR. Laporan Penelitian. Lembaga Puslitbang KS-PKP, BKKBN. Badan Koordinasi Keluarga berencana Nasional.

Sugihastuti dan Sastriyani. S.H. 2007. Glosarium Seks dan Gender. Yogyakarta :

Carasvati Books. Sunaryo dan Zuriah, 2004. Laporan Penelitian : Pola Pengambilan Keputusan

dalam Keluarga Wanita Karier di kota Malang. Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan Lembaga Penelitian. Universitas Muhamadiyah Malang.

Supriyantini, Sri. 2002. Hubungan antara Pandangan Peran Gender dengan

Keterlibatan dalam Kegiatan Rumah Tangga. Digitized USU digital library. Sumatera utara : Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Walgito, B. 2000. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Andi

Offset. Widyorini, Endang. 2002. Perempuan Berbakat dalam Budaya Jawa. Semarang :

Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Wiludjeng, dkk. 2005. Dampak Pembakuan Peran Gender Terhadap Perempuan

Kelas Bawah di Jakarta. Jakarta : LBH-APIK Winahyu, Pawestri. 2004. Hubungan antara Persepsi terhadap Kesetaraan Gender

dengan Partisipasi Politik Perempuan anggota Parta dikabupaten Bondowoso. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Zaid dan Salamah, 2003. Membangun Rumah Tangga Ideologis. Jakarta : PT.

Wahyu Media Pertiwi.

25

, Federasi Serikat Petani Indonesia. 2007. Pandangan dan sikap dasar serikat Petani Indonesia (FSPI) terhadap Perjuangan Keadilan Gender. http://www.fspi.or.id , Aborsi.org. 2002. Kontrsepsi gagal kenapa mesti aborsi. http://www.drawclinic.com

26

Identitas Penulis

Nama : Rizqi Syafrina

Alamat : Jalan Sengkan Raya No. 12 Sleman Yogyakarta

No. Telp : 08195401471