HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN ......akan ditekuni siswa kelas XI dan XII dalam memilih...

35
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON OLEH JULIA VERONICA SUBAN 802012079 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN ......akan ditekuni siswa kelas XI dan XII dalam memilih...

  • HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

    DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR

    PADA SISWA KELAS X DAN XI SMA

    KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

    OLEH

    JULIA VERONICA SUBAN

    802012079

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

    bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Julia Veronica Suban

    Nim : 802012079

    Program Studi : Psikologi

    Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

    Jenis Karya : Tugas Akhir

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Kristen Satya Wacana hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality

    freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN

    KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

    SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

    Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, Universitas Kristen Satya Wacana berhak

    menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

    merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya

    sebagai penulis atau pencipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Salatiga

    Pada Tanggal : 30 Agustus 2016

    Yang menyatakan,

    Julia Veronica Suban

    Mengetahui,

    Pembimbing

    Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

  • PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Julia Veronica Suban

    Nim : 802012079

    Program Studi : Psikologi

    Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN

    KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

    SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

    Yang dibimbing oleh:

    Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

    Adalah benar-benar hasil karya saya.

    Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

    gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

    rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

    saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

    Salatiga, 30 Agustus 2016

    Yang memberi pernyataan,

    Julia Veronica Suban

  • LEMBAR PENGESAHAN

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN

    KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

    SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

    Oleh

    Julia Veronica Suban

    802012079

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016ptemb2015

    Oleh:

    Pembimbing,

    Dr. Chr. Hari Soetjiningsih MS.

    Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

    Kaprogdi Dekan

    Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

    DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR

    PADA SISWA KELAS X DAN XI SMA

    KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

    Julia Veronica Suban

    Chr. Hari Soetjiningsih

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • i

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara kecerdasan emosional

    dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus

    Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Partisipan pada penelitian ini

    adalah 110 siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon. Skala pertama yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional berdasarakan teori

    Goleman (1995) yang disusun oleh Klau (2007) dan Career Decision-making Difficulties

    Questionnaire (CDDQ) disusun Gati (2011). Analisis data menggunakan teknik uji korelasi

    Pearson Product Moment dengan r = 0,398 dan nilai signifikansi sebesar 0,0000 (

  • ii

    Abstract

    The purpose of this research was to describe the correlation between emotional intelligence

    and career decision-making of SMA Kristen 2 Binsus Tomohon students grade X and XI. This

    study uses a quantitative method. Participants in this research were 110 of SMA Kristen 2

    Binsus Tomohon students grade X and XI. The first scale used Goleman (1995) emotional

    intelligence scale compiled by Klau (2007) and Career Decision-making Difficulties

    Questionnaire (CDDQ) arranged by Gati (2011). Data were analyzed using Pearson Product

    Moment Correlation test with r = 0.398 (39.8%) and the significant value 0.0000 (

  • 1

    PENDAHULUAN

    Alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan sumber daya manusia

    yang berkualitas di antaranya adalah sekolah berasrama (Zakiyah, Hidayat, Setiawan 2010).

    Sekolah berasrama (boarding school) menurut Bamford (dalam Rasyid, 2013) adalah sekolah

    yang di dalamnya terdapat berbagai fasilitas penginapan yang disediakan untuk siswanya dan

    fasilitas tersebut dalam lokasi yang berdekatan dengan fasilitas sekolah. Sebagian orang tua

    memilih melanjutkan pendidikan ke sekolah berasrama yang memadukan kurikulum umum

    dan kurikulum keagamaan karena keinginan membekali anak dengan pendidikan agama

    sehingga anak memiliki kesiapan menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang

    (Maslihah, 2011).

    Menurut Bamford (dalam Rasyid, 2013) di sekolah berasrama, siswa-siswi tidur,

    makan dan bekerja atau melakukan aktivitas dekat dengan lingkungan sekolah. Sehingga

    sekolah berasrama dianggap aman karena siswa berasrama tidak tinggal terlalu jauh dari

    sekolahnya. Kehadiran sekolah berasrama memiliki beberapa manfaat. Berdasarkan hasil

    survei yang dilakukan tim boarding school review tahun 2007 (Rasyid, 2013) sekolah

    berasrama dapat memudahkan guru-guru untuk mengawasi dan berhubungan dengan siswa,

    siswa belajar untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung-jawab pada dirinya sendiri,

    belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya, memiliki pola persahabatan yang lebih erat,

    memiliki jangkauan teman yang lebih luas dari berbagai daerah, dan saat lulus siswa merasa

    bangga karena menjadi bagian dari komunitas yang langka.

    Siswa yang masuk sekolah berasrama dihadapkan pada situasi perpisahan dengan

    orang tua. Kemudian diperhadapkan pada transisi lingkungan dan peraturan-peraturan di

    sekolah dan asrama. Bertemu dengan orang-orang baru baik sesama siswa, guru-guru,

    pengurus asrama (Maslihah, 2011). Sementara itu, siswa SMA berada pada usia 15-18 tahun

  • 2

    dan berada pada tahap perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa bagi individu

    untuk mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson, & Witko, 2006; Creed,

    Patto, & Pridaux, 2006). Fokus utama dari tahapan eksplorasi adalah menggali berbagai

    informasi diri serta bidang karir sebagai dasar menentukan pilihan karir tertentu. Eksplorasi

    karir yang dimaksud termasuk memilih sekolah lanjutan yang sejalan dengan karir yang akan

    ditekuni individu (Super dalam Savickas, 2002). Masa eksplorasi karir ini dapat menjadi

    masa yang sulit bagi sejumlah remaja. Tidak semua remaja dapat mengambil keputusan

    dengan mudah (Creed dkk 2006; Argyropoulou, Sidiropoulou-Dimakakao, & Besevegis,

    2007; Hirschi & Lage, 2007).

    Data konseling tim konselor detection pada bulan September-Oktober 2013

    menunjukkan bahwa 164 siswa kelas XII dari berbagai SMA di Yogyakarta mengalami

    kebimbangan dan kesulitan dalam menetapkan pilihan program studi yang sesuai dengan diri

    mereka. Salah satu penyebabnya adalah siswa merasa belum yakin dengan pilihannya.

    Temuan ini menjadi indikasi awal adanya permasalahan karir pada siswa SMA. Hasil

    wawancara terhadap 15 siswa kelas XII menunjukkan bahwa 10 orang dari mereka merasa

    ragu dalam menentukan pilihan program studi. Akibatnya, mereka belum dapat memutuskan

    program studi yang akan ditempuh. Dalam survei terhadap 157 siswa kelas XI dari tiga SMA

    wilayah Yogyakarta pada tanggal 24-28 Februari 2014. Hasilnya, terdapat 43% siswa yang

    belum yakin dan masih bingung dengan pilihan program studi di perguruan tinggi.

    Selanjutnya wawancara kepada 2 siswa kelas XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon pada

    tanggal 13 Juni 2016 mengatakan bahwa mereka telah memiliki beberapa pilihan namun

    masih bingung dalam memilih dan ragu apakah akan diterima di jurusan yang mereka pilih.

    Wawancara kepada seorang siswa kelas X mengatakan bahwa belum menentukan pilihan

    sama sekali karena masih memikirkan akan masuk jurusan ilmu alam atau ilmu sosial saat

    naik ke kelas XI. Dari berbagai temuan tersebut tampak jelas adanya permasalahan

  • 3

    pengambian keputusan karir dalam hal ini sekolah lanjutan yang sejalan dengan karir yang

    akan ditekuni siswa kelas XI dan XII dalam memilih program studi perguruan tinggi

    (Ardiyanti, Alsa 2015).

    Super (dalam Tuti, Tjahjono dan Kartika, 2006) menyatakan bahwa pengambilan

    keputusan karir adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pikirannya untuk

    membuat perencanaan karir. Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) mengungkapkan bahwa

    pembuatan atau pengambilan keputusan karir pada intinya merupakan penentuan pilihan.

    Terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan putusan terhadap

    pilihan karir studi yaitu fakor dari dalam individu dan faktor dari luar individu, antara lain:

    (a) Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, yaitu: kemampuan intelegensi,

    kepribadian, prestasi, aspirasi dan pengetahuan sekolah, serta pengetahuan tentang dunia

    kerja; (b) Faktor-faktor sosial, yaitu: jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua, pendidikan

    tertinggi orang tua, status sosial ekonomi keluarga, harapan orang tua terhadap pendidikan

    anak, pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orangtua terhadap anaknya (Sukardi,

    1987). Selain itu pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh emosi (Di Fabio, 2012;

    Emmerling & Cherniss, 2003).

    Menurut Young, Valach dan Collin (1996) peran emosi dalam konstruksi karir

    dipahami dengan mengingat pendekatan teori tindakan yang menyatakan bahwa karir

    dibangun melalui tindakan sehari-hari. Di Fabio (2012) berpendapat bahwa emosi terkait

    dengan tujuan, proyek dan kebutuhan setiap individu. Kaitan emosi yang sesuai dengan

    alasan pendukung pentingnya emosi dalam konstruksi karir yaitu emosi memotivasi tindakan,

    mengatur dan mengizinkan akses untuk mengembangkan narasi tentang jalur karir yang

    dipilih (Young dkk 1996). Young dan Valach (1996) berpendapat bahwa pengembangan karir

    berkaitan dengan emosi untuk itu kesadaran emosi seseorang adalah penting untuk

    membangun jalur karir seseorang. Untuk mendukung pentingnya emosi dalam pengabilan

  • 4

    keputusan karir Cooper (1997) berpendapat bahwa mereka yang percaya pada perasaan dan

    mereka yang dipandu oleh perasaan memiliki jalur karir yang lebih sukses. Menurut Di Fabio

    (2012) kecerdasan emosi merupakan variabel penting dalam pengambilan keputusan karir.

    Menurut Goleman (2009), kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memotivasi

    diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

    melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

    melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Orang dengan kecerdasan

    emosional yang tinggi umunya memiliki kapasitas yang lebih besar untuk mengintegrasikan

    pengalaman emosional dengan pikiran dan tindakan mereka (Emmerling & Cherniss, 2003).

    Emmerling dan Cherniss menekankan peran kunci kecerdasan emosional dalam proses

    eksplorasi karir dan pengambilan keputusan karir. Brown (2003) menyatakan bahwa individu

    dengan kecerdasan emosional yang lebih tinggi dipercaya memiliki kemampuan untuk

    menghadai tugas-tugas yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Emmerling

    dan Cherniss (2003) berpendapat bahwa orang-orang dengan kecerdasan emosional tinggi

    lebih menyadari kepentingan mereka sendiri dan nilai-nilai profesional dan mereka dapat

    menyampaikan hal ini dalam konseling karir. Di Fabio (2012) percaya bahwa orang-orang

    tersebut lebih mampu mengelola respon emosional mereka sendiri untuk pengambilan

    keputusan karir. Emmerling dan Cherniss (2003) menyimpulkan bahwa orang-orang yang

    lebih mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri mungkin juga akan lebih

    mampu memprediksi konsekuensi emosional dari pilihan karir yang potensial dan

    menghindari pekerjaan yang sepertinya tidak menyenangkan. Sebaliknya, mereka akan

    memilih karir yang akan membawa mereka bekerja lebih baik dan mendapat kepuasan hidup.

    Oleh karena itu kecerdasan emosional adalah variabel yang sangat menjanjikan untuk

    memahami proses pengambilan keputusan karir yang lebih baik.

  • 5

    Dalam penelitian yang dilakukan Afzal, Atta dan Sultan (2013) menyatakan bahwa

    ada hubungan postitif antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada

    mahasiswa Pakistan yang belum lulus. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Di Fabio

    dan Kenny (2012) tentang hubungan kecerdasan emosional dan gaya pengambilan keputusan

    karir menyatakan kecerdasan emosional berdasarkan alat ukur ability-based tidak memiliki

    hubungan dengan pengambilan keputusan karir.

    Berdasaran paparan yang telah diuraikan penulis tertarik meneliti hubungan

    kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada karakteristik subjek yang

    berbeda yaitu siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon yang merupakan

    sekolah berasrama. Siswa di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon dari tahun pertama sampai

    tahun ketiga diwajibkan tinggal di asrama. Dengan berbagai peraturan yang ditetapkan mulai

    dari rutinitas tiap hari, teman dalam kamar tidur di asrama, potongan rambut dan busana.

    Siswa di sekolah ini juga ditanamkan nilai-nilai agama yang kuat.

    Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif antara

    kecerdasan emosional dan pengambilan keputuan karir pada siswa berasrama. Tujuan

    penelitian untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan

    keputusan karir pada siswa berasrama. Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dari hasil

    penelitian ini dapat memberikan masukkan yang bermanfaat dan memberikan pengetahuan

    baru tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada

    siswa. Secara praktis diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para siswa tentang

    pentingnya pengambilan keputusan karir dalam hal ini memilih jurusan di perguruan tinggi.

    Juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru maupun orang tua tentang pentingnya

    mendorong siswa untuk mampu menentukan pengambilan keputusan karir.

  • 6

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengambilan Keputusan Karir

    Menurut Conger (1991) pengambilan keputusan karir adalah usaha menemukan dan

    melakukan pilihan diantara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses pemilihan karir.

    Menurut Conger (1991) aspek-aspek pengambilan keputusan karir yaitu : (a)

    pengetahuan mengenai karir, sejauh mana pengetahuan seseorang tentang dunia kerja

    meliputi juga pengetahuan mengenai tren dunia kerja, sikap maupun kesempatan kerja. (b)

    Pemahaman diri, kemampuan seseorang tersebut dalam menilai kekuatan dan kelemahan

    yang ada dalam dirinya, kemampuan seseorang tersebut dalam menilai kekuatan dan

    kelemahan yang ada dalam dirinya unuk mencapai pengambilan keputusan karir. (c)

    Kecocokan pilihan karir dengan diri, kemampuan seseorang dalam membuat pilihan

    pekerjaan yang paling sesuai dan terbaik bagi dirinya. (d) Minat, pengambilan keputusan

    keinginan dalam memilih karir untuk mengembangkan hidup di masa depan. (e) Proses

    membuat keputusan, perubahan yang diambil untuk menghasilkan dan menetukan

    pengambilan keputusan karir. (d) Masalah interpersonal, seseorang harus memiliki

    kemampuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses

    pengambilan keputusan karir yang dalam hal ini adalah pekerjaan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir menurut Basori

    (2004), terdiri dari dua faktor yakni faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi,

    antara lain tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol, bakat atau kemampuan bidang

    akademis, bakat atau kemampuan bidang non akademis, minat terhadap suatu

    jabatan/pekerjaan, nilai kehidupan pribadi, hobi dan kesenangan. Faktor lingkungan, antara

    lain nilai-nilai kehidupan masyarakat, keadaan ekonomi keluarga/orang tua,

    kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait, kesempatan mendapatkan peluang suatu

    jabatan/pekerjaan. Selain itu Afzal, Atta dan Sultan (2013) melaporkan dari hasil

  • 7

    penelitiannya bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan

    karir. Dikemukakan juga oleh Selain itu pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh emosi

    (Di Fabio, 2012; Emmerling & Cherniss, 2003). Penelitian Brown dkk menunjukkan bahwa

    kecerdasan emosional adalah prediktor kuat dari pengambilan keputusan karir ( Brown dkk,

    2003;. Di Fabio & Saklofske 2014; Jiang, 2014), sebagai elemen inti pengambilan keputusan

    karir dan proses konseling (Bullock-Yowell, Andrews, McConnell, & Campbell, 2012; B. Y.

    Choi dkk, 2013.; Lent, Brown, & Hackett, 1994).

    B. Kecerdasan Emosi

    Goleman (2009) mendefinisikan kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi

    yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika

    menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu

    mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain.

    Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah

    kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial

    yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang

    lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan

    akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. .

    Goleman (2009) merinci aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu pertama mengenali

    emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu

    ke waktu dan mencermati perasaan yang muncul. Kedua mengelola emosi, yaitu kemampuan

    untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan

    akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Ketiga memotivasi diri

    sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

    sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Keempat mengenali emosi orang lain,

  • 8

    kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri

    emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial.

    Cooper (Bakumawa, 2012) menyebutkan bahwa orang dengan tingkat kecerdasan

    emosional yang tinggi lebih berhasil dalam karir, dapat membangun hubungan personal yang

    lebih baik, memimpin lebih efektif, dapat menikmati kesehatan yang lebih baik dan dapat

    memotivasi diri sendiri dan orang lain. Selanjutnya Cooper menjelaskan bahwa orang yang

    memiliki kecerdasan emosi tinggi dapat meningkatkan kekuatan intuisi, senantiasa

    memercayai dan dipercayai oleh orang lain, memiliki integritas, dapat memecahkan solusi

    dalam keadaan yang darurat dan dapat melakukan kepemimpinan yang efektif.

    Menurut Gunawan (Ekowati dan Yenni, 2013) beberapa manfaat kecerdasan emosi bagi

    pengembangan diri yaitu lebih dapat berprestasi dan berkembang, menjadi pribadi yang

    menyenangkan, dapat memperbaiki prilaku, dapat mengendalikan diri, dapat meminimalisasi

    pikiran negatif, menjadi rileks dan sukses dalam kehidupan.

    C. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Pengambilan Keputusan Karir pada

    Siswa Berasrama

    Kecerdasan emosional dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi pengambilan

    keputusan karir karena orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung menggunakan

    pengalaman emosional untuk memandu pikiran dan tindakan mereka dalam perencanaan

    karir (Di Fabio, Palazzeschi, Asulin-Peretz, & Gati, 2013). Emmerling dan Cherniss (2003)

    mengatakan bahwa, orang dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mampu untuk

    mencocokkan kepentingan profesional dan nilai-nilai yang mereka pegang dengan karir ideal

    mereka. Mereka lebih mungkin untuk memprediksi dan secara emosional lebih siap untuk

    berbagai pilihan karir. Dengan demikian, kecerdasan emosional tinggi berkorelasi dengan

    kecenderungan kenyamanan dalam proses pengambilan keputusan karir (Di Fabio,

    Palazzeschi, & Bar-On, 2012). Pengaruh kecerdasan emosional pada variabel terkait karir,

  • 9

    misalnya kecerdasan emosional meningkatkan kesediaan individu untuk terlibat dalam

    eksplorasi karir dan komitmen mereka untuk pilihan karir yang menarik, mengurangi

    kebingungan, kecemasan, dan konflik dalam pengambilan keputusan karir (Brown dkk, 2003;

    Dahl, Austin, Wagner, & Lukas, 2008). Di Fabio dan koleganya (Mis, Di Fabio & Kenny,

    2011; Di Fabio dkk, 2012, 2013; Di Fabio & Saklofske, 2014) telah secara konsisten

    menemukan bahwa orang dengan kecerdasan emosional tinggi mengalami sedikit kesulitan

    dalam pengambilan keputusan karir dan sedikit keraguan dalam menentukan pilihan karir.

    Penelitian Brown dkk menunjukkan bahwa kecerdasan emosional adalah prediktor kuat

    dari pengambilan keputusan karir ( Brown dkk, 2003;. Di Fabio & Saklofske 2014; Jiang,

    2014), sebagai elemen inti pengambilan keputusan karir dan proses konseling (Bullock-

    Yowell, Andrews, McConnell, & Campbell, 2012; B. Y. Choi dkk, 2013.; Lent, Brown, &

    Hackett, 1994). Pengambilan keputusan karir mengacu pada keyakinan individu bahwa

    mereka dapat berhasil melakukan tugas pengambilan keputusan, seperti penilaian diri, pilihan

    tujuan, pengumpulan informasi karir, pemecahan masalah, dan perencanaan untuk masa

    depan (Betz & Luzzo, 1996). Individu dengan pengambilan keputusan karir rendah

    cenderung menjadi lebih cemas dengan tugas pengambilan keputusan karir dibandingkan

    dengan mereka yang memiliki pengambilan keputusan karir tinggi, dan mereka dapat

    menghindari tugas-tugas yang sulit (Bandura, 1977; Brown dkk., 2003). Kecerdasan

    emosional dapat meningkatkan pengambilan keputusan karir karena kemampuan emosional

    dapat mengontrol dan mengatur harapan dan mengurangi kekhawatiran dan ketakutan terkait

    pilihan karir (Emmerling & Cherniss, 2003; Jiang, 2014) dan dapat memperkuat kemampuan

    individu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan karir (Brown dkk.,

    2003; Di Fabio, 2012).

    Meskipun diketahui bahwa pengambilan keputusan karir dan pengambilan keputusan

    karir berhubungan positif, mekanisme adalah menurut Greenhaus, Callanan, dan Kaplan

  • 10

    (1995), perjalanan pengembangan karir yang disertai serangkaian tujuan, dan kesuksesan

    karir biasanya membutuhkan pencapaian yang bersifat kontinu. Demikian pula, Lent dkk

    (1994) berpendapat tujuan itu adalah komponen utuh dalam teori pengambilan keputusan

    karir, rencana karir, aspirasi, dan pilihan tersebut penting dalam mekanisme mencapai

    tujuan. Orang yang mampu menetapkan tujuan, dapat mengatur dan mengarahkan perilaku

    mereka sendiri, untuk memotivasi diri, dan meningkatkan kemungkinan mencapai hasil yang

    diinginkan dalam keputusan karir. Dengan demikian, sikap pribadi mencapai tujuan telah

    terbukti berkaitan erat dengan kemampuan emosional (Barrick, Gunung, & Strauss, 1993).

    D. Hipotesis Penelitian

    Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir

    pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon. Semakin baik kecerdasan

    emosional maka makin baik pula pengambilan keputusan karir dan sebaliknya.

    METODE PENELITIAN

    A. Desain penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu yang

    menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

    (Azwar, 2007) pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis hubungan

    antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan

    XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.

    B. Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel yang dugunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Variabel terikat : Pengambilan Keputusan Karir

    2. Variable bebas : Kecerdasan Emosional

  • 11

    C. Partisipan

    Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI Kristen 2

    Binsus Tomohon yang merupakan sekolah berasrama dan seluruh siswa di sekolah ini

    diwajibkan tinggal di asrama dari tahun pertama hingga tahun ketiga.

    D. Alat Ukur Penelitian

    Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Dalam penelitian ini

    digunakan dua alat ukur yaitu kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir.

    a. Kecerdasan Emosional

    Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan aspek kecerdasan

    emosional menurut Goleman (1995) yang disusun oleh Klau (2007) dan kemudian

    dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai tujuan penelitian. Aspek kecerdasan

    emosional menurut Goleman (1995) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi

    diri, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, membina hubungan dengan

    orang lain. Skala ini terdiri dari 40 item dengan 31 item favorable dan 9 item

    unfavorable. Item dalam skala ini diukur mengguanakan skala Likert yang terdiri 5

    kategori jawaban yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (Netral), TS (tidak sesuai),

    dan STS (sangat tidak sesuai). Untuk item favorable, jawaban SS diberi skor 5, S =

    4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Dan skor untuk unfavorable sebaliknya.

    b. Pengambilan keputusan karir

    Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala yang diadaptasi dari item-item

    dalam Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ) disusun Gati

    (2011) dalam bentuk bahasa Indonesia yang dimodifikasi sesuai kebutuhan

    penelitian. Alat ukur ini didapatkan secara legal dengan mengirim e-mail

  • 12

    permohonan kepada pihak pembuat alat ukur. Dalam teknik penilaian atau

    scoring, dimodifikasi dengan menggunakan skala likert dengan lima pilihan

    jawaban yang berkisar dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, netral dan sangat

    tidak sesuai. Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ)

    berjumlah 34 item unfavorabel karena bentuk pernyataan dalam setiap item ini

    adalah kalimat negatif. Nilai item unfavorabel ini akan diberi skor 1 untuk jawaban

    sangat sesuai (SS), 2 atas jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban netral (N), 4 atas

    jawaban tidak sesuai (TS), dan 5 atas jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sehingga

    ketika partisipan menjawab sangat tidak sesuai diberi skor 5 dengan asumsi

    pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan mereka yaitu berupa pernyataan

    negatif tentang kesulitan dalam pengambilan keputusan karir dan begitu juga

    sebaliknya.

    E. Teknik Analisis Data

    Penghitungan penelitian ini menggunakan bantuan program statistik komputer

    IBM SPSS versi 20. Sebelumnya dilakukan uji coba alat ukur melalui analisis item

    menggunakan Azwar (2014) r > 0,30 dan dapat diturunkan hingga 0,25. Sedangkan

    untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach.

    Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, untuk

    uji linearitas digunakan ANOVA table of linearity, sedangkan pengujian hipotesisnya

    dan korelasi antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir

    menggunakan Pearson’s Product Moment.

  • 13

    HASIL PENELITIAN

    1. Pelaksanaan Penelitian

    Sebelum pengambilan sampel dilakukan, peneliti melakukan uji coba

    bahasa terlebih dahulu kepada 5 orang responden yang memiliki kriteria yang

    sama seperti partisipan dari penelitian ini. Setelah uji coba bahasa selesai

    dilakukan, peneliti memperbaiki kalimat-kalimat dari item pada skala psikologi

    yang akan digunakan pada penelitian ini sesuai dari saran kelima responden pada

    saat uji coba bahasa dilakukan. Setelah persiapan penelitian selesai dipersiapkan

    seperti skala psikologi yang akan digunakan, peneliti mengajukan permohonan

    ijin penelitian kepada Fakultas Psikologi UKSW dan peneliti mendapatkan surat

    pengantar yang telah disetujui oleh pembimbing dan kaprogdi Fakultas Psikologi

    bernomor 069/PU-F.Psi/VI/2016 tanggal 08 Juni 2016. Setelah mendapat surat

    pengantar dari Fakultas Psikologi kemudian peneliti mengirim surat dalam bentuk

    e-mail kepada pihak sekolah. Peneliti kemudian menyebar angket yang berisikan

    skala psikologi kepada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

    pada hari Senin tanggal 13 Juni 2016 sebanyak jumlah sampel yaitu 110 siswa.

    Pengambilan sampel dilakukan selama 1 hari. Cara pemilihan sampel dalam

    penelitian ini adalah siswa yang mengisi angket dipilih oleh pihak sekolah

    melalui wakil ketua OSIS. Siswa yang dipilih adalah siswa yang pada saat itu

    tidak memiliki kegiatan di sekolah karena ujian kenaikan kelas telah selesai dan

    sementara menunggu guru-guru mengolah nilai.

    2. Analisis item

    a. Skala Kecerdasan Emosional

    Berdasarkan skala variabel kecerdasan emosional dengan jumlah item

    soal 40 yang terdiri dari 31 item favorabledan 9 unfavorable didapatkan hasil

  • 14

    uji daya diskriminasi terdapat 8 item yang dinyatakan tidak memenuhi syarat

    karena karena sesuai dengan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan

    bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan memenuhi syarat apabila

    ≥0,30 dan bisa diturunkan hingga ≥0,25. Item yang dinyatakan tidak

    memenuhi syarat yaitu item nomor 2, 9, 14, 16, 21, 26, 29 dan 32 sedangkan

    32 item lainya dinyatakan memenuhi syarat.

    b. Skala Pengambilan Keputusan Karir

    Berdasarkan skala Career Decision-making Difficulties Questionnaire

    (CDDQ) dengan jumlah item soal 34 yang terdiri dari 34 item unfavorable

    didapatkan hasil uji daya diskrimanasi terdapat 3 item yang dinyatakan tidak

    memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan dari Azwar (2012) yang

    menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan memenuhi

    syarat apabila ≥0,30 dan bisa diturunkan hingga ≥0,25. Item yang dinyatakan

    tidak memenuhi syarat yaitu item nomor 7,10,11 sedangkan 31 item lainnya

    dinyatakan memenuhi syarat.

    3. Hasil

    A. Hasil Analisis Deskriptif

    a. Kecerdasan Emosional

    Variabel kecerdasan emosional memiliki 32 item valid dengan

    jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor hipotetik tertinggi

    dan terendah adalah sebagai berikut:

    Skor tertinggi : 160

    Skor terendah : 32

    Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat

    tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval

  • 15

    dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor

    terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.

    i = 25,6

    Berdasar hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori

    pengambilan keputusan karir sebagai berikut:

    Sangat tinggi : 134,4 ≤ x ≤ 160

    Tinggi : 108,8 ≤ x < 134,4

    Sedang : 83,2 ≤ x < 108,8

    Rendah : 57,6 ≤ x < 83,2

    Sangat rendah : 32 ≤ x < 57,6

    Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data

    kecerdasan emosional sebagai berikut :

    Tabel 1.1

    Kriteria Skor Kecerdasan Emosional

    No. Interval Kategori Freku-

    ensi Persentase Mean

    Standar

    deviasi

    1. 134,4 ≤ x ≤ 160 Sangat

    Tinggi 5 4,55%

    113,9

    11,1 2. 108,8 ≤ x < 134,4 Tinggi 66 60 %

    3. 83,2 ≤ x < 108,8 Sedang 39 35,5%

    4. 57,6 ≤ x < 83,2 Rendah 0 0%

    5. 32 ≤ x < 57,6 Sangat

    Rendah 0 0%

    Berdasarkan hasil kategori tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa sebagian

    besar (60%) siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon cenderung memiliki

    kecerdasan emosioanal yang masuk pada kategori tinggi.

  • 16

    b. Pengambilan Keputusan Karir

    Variabel pengambilan keputusan karir memiliki 31 item valid dengan

    jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor hipotetik tertinggi

    dan terendah adalah sebagai berikut:

    Skor tertinggi : 155

    Skor terendah : 31

    Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat

    tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval

    dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor

    terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.

    i = 24,8

    Berdasar hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori

    pengambilan keputusan sebagai berikut :

    Sangat Tinggi : 130,2 ≤ x ≤ 155

    Tinggi : 105,4 ≤ x < 130,2

    Sedang : 80,6 ≤ x < 105,4

    Rendah : 55,8 ≤ x < 80,6

    Sangat rendah : 31 ≤ x < 55,8

    Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka kategorisasi

    pengambilan keputusan karir siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon adalah

    sebagai berikut.

  • 17

    Tabel 1.2

    Kriteria Pengambilan Keputusan Karir

    No. Interval Kategori Freku-ensi Persen-

    tase Mean

    Standar

    deviasi

    1. 130,2 ≤ x ≤ 155 Sangat

    Tinggi 1 0,9%

    91,25

    15,08 2. 105,4 ≤ x < 130,2 Tinggi 15 13,64%

    3. 80,6 ≤ x < 105,4 Sedang 63 56,36%

    4. 55,8 ≤ x < 80,6 Rendah 31 28,18%

    5. 31 ≤ x < 55,8 Sangat

    Rendah 1 0,9%

    Berdasarkan hasil kategori pada tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa

    sebagian besar (56,36%) siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon cenderung

    memiliki pengambilan keputusan karir yang masuk pada kategori sedang.

    B. Uji Normalitas

    Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov

    Smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0, 05

    yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS IBM versi 20.

    Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.3

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Kecerdasan

    Emosional

    Pengambilan

    Keputusan

    Karir

    N 110 110

    Normal Parametersa,b

    Mean 113.9182 91.2545

    Std.

    Deviation 11.12327 15.08474

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .053 .061

    Positive .053 .061

    Negative -.033 -.045

    Kolmogorov-Smirnov Z .557 .643

    Asymp. Sig. (1-tailed) .916 .803

  • 18

    Pada variabel kecerdasan emosional diperoleh hasil skor sebesar 0,557

    dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,916 (p>0,05). Sedangkan

    pada variabel pengambilan keputusan karir memiliki nilai K-S-Z sebesar

    0,643 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,803 (p>0,05).

    Dengan demikian kedua variabel berdistribusi normal.

    C. Uji Linearitas

    Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variable

    yang sudah ditetapkan, dalam hal ini satu variabel independen, dan satu

    variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak secara

    signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linier bila memiliki nilai

    signifikansi >0,05. Pengujian liniaritas kedua variabel tertera pada tabel di

    bawah ini.

    Tabel 1.4

    ANOVA Table

    ANOVA Table

    Sum of

    Squares

    df Mean

    Square

    F Sig.

    Pengambilan

    Keputusan Karir *

    Kecerdasan

    Emosional

    Between

    Groups

    (Combined) 14664,539 42 349,156 2,307 ,220

    Linearity 3756,106 1 3756,106 24,823 ,113

    Deviation

    from

    Linearity

    10908,434 41 266,059 1,758 ,320

    Within Groups 10138,333 67 151,318

    Total 24802,873 109

  • 19

    Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,758 dengan

    signifikansi = 0,320 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara

    kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir adalah linear.

    D. Uji Korelasi

    Tabel 1.5

    Correlations variabel

    Correlations

    Kecerdasan

    Emosional

    Pengambilan

    Keputusan Karir

    Kecerdasan Emosional

    Pearson Correlation 1 ,389**

    Sig. (1-tailed) ,000

    N 110 110

    Pengambilan Keputusan

    Karir

    Pearson Correlation ,389** 1

    Sig. (1-tailed) ,000

    N 110 110

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

    Hasil koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan pengambilan

    keputusan karir sebesar 0,398 nilai Sig. (1-tailed) 0,000 < 0,05. Hal ini

    menunjukkan bahwa ada hubungan positif sigifikan antara kecerdasan emosional

    dengan pengambilan keputusan karir dengan kontribusi kecerdasan emosional

    terhadap pengambilan keputusan karir sebesar 15,84% (0,3982 x 100%). Adanya

    hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan

    karir diasumsikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik mampu

    mengambil keputusan karirnya dengan baik pula dan sebaliknya.

  • 20

    PEMBAHASAN

    Hasil perhitungan dengan menggunakan IBM SPSS versi 20 dengan uji korelasi

    Pearson Product Moment dengan r = 0,398 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 (

  • 21

    dari keputusan dalam memilih jurusan dan mengambil langkah-langkah preventif untuk

    menghindari profesi yang tidak diinginkan (Emmerling & Cherniss, 2003; Jiang, 2014). Dari

    perspektif ini, mereka lebih cenderung untuk menunjukkan antusiasme dalam profesi yang

    mereka pilih dan berkomitmen untuk itu. Mereka menjadi sangat berkomitmen untuk profesi

    dapat mendorong mereka untuk membentuk orientasi karir yang jelas dan tegas, dan juga

    untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk terus menerus mengembangan karir

    (Vandenberghe & Ok, 2013) dengan demikian, mereka akan lebih mungkin untuk

    mengungkapkan kesiapan dan keyakinan dalam pengambilan keputusan karir (Brown dkk

    2003).

    Dari uraian diatas membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional

    yang ada pada diri siswa makin tinggi pula kemampuan siswa dalam menghadapi tugas

    perkembangannya yaitu mengambil keputusan karir. Hal tersebut karena siswa sudah

    memiliki keyakinan dalam dirinya untuk mengambil keputusan karir dalam hal ini memilih

    jurusan perkuliahan yang cocok dengan karir yang mereka harapkan beberapa tahun yang

    akan datang walaupun saat ini mereka masih duduk di kelas XI dan X saat penelitian ini

    dilakukan.

    Hal ini terlihat dari hasil penelitian diatas bahwa kecerdasan emosional dan

    pengambilan keputusan karir memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil

    analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa kecerdasan emosional siswa

    dominan pada kategori tinggi dengan presentase 60% dan pengambilan keputusan karir siswa

    dominan pada kategori sedang dengan presentase 56,36%.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya hipotesis dari

    penelitian ini telah dibuktikan dengan hasil bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara

    kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan XI SMA

  • 22

    Kristen 2 Binsus Tomohon dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,398 dengan nilai signifikasi

    sebesar 0,000. Hasil kecerdasan emosional partisipan berada pada kategori tinggi dengan

    presentase 60% dan hasil pengambilan keputusan karir partisipan berada pada kategori

    sedang dengan presentasi sebesar 56,36%. Hasil ini menunjukan kecerdasan emosional

    memiliki kontribusi terhadap pengambilan keputusan karir siswa kelas X dan XI SMA

    Kristen 2 Binsus Tomohon dengan presentase sebesar 15,84%. Hasil pengujian juga

    menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula

    pengambilan keputusan karir yang dimiliki siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus

    Tomohon dan sebaliknya.

    SARAN

    a. Bagi partisipan :

    Meyakinkan diri dengan keputusan karir yang telah diputuskan dengan

    melibatkan pertimbangan internal maupun eksternal.

    Mengikuti training pengambilan keputusan karir yang bisa difasilitasi

    pihak sekolah maupun orang-tua.

    b. Bagi peneliti selanjutnya :

    Mempertimbangkan untuk memperluas pastisipan tidak hanya pada satu

    institusi/sekolah tapi pada beberapa institusi/sekolah lainnya.

    Memperbaiki alat ukur dan mengontrol variabel sekunder seperti penggunaan

    bahasa yang mudah dipahami dan tidak faking good.

    Mengembangkan peneletian ini dengan menggali lebih dalam menggunakan

    metode kualitatif.

    Apabila akan menggunakan topik dan partisipan yang sama dapat melakukan

    perbandingan antar gender, antar etnis atau antar angkatan.

  • 23

    Melaksanakan teknik sampling sesuai dengan perencanaan awal.

    Melakukan pemeriksaan detail dalam memilih alat ukur yang akan dtigunakan

    apakah sudah sesuai dengan variabel yang akan diukur atau tidak.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Afzal, A., Atta, M., & Shujja, S. (2013). Emotional intelligence as predictor of career

    decision making among university undergraduates. Journal of Behavioural Sciences,

    23(1)

    Ardiyanti , D., & Alsa, A. (2015). Pelatihan "plans" untuk meningkatkan efikasi diri dalam

    pengambilan keputusan karir. Gajah Mada Journal of Professional Psychology,1(1),

    1-17.

    Argyropoulou, E. S.–D. (2007). Generalized self-efficacy, coping career indecision and

    vocational choice of senior high school students in Greece : implication for career

    guidance practitioners. Journal of Career Development, 23(4),316-337.

    Artha, N. M., & Supriyadi. (2013). Hubungan antara kecerdasan emosi dan self efficacy

    dalam pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal. Jurnal Psikoligi Udayana,

    1(1), 190-202.

    Bakumawa, O. D. (2012). Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai prediktor

    servant leadership pendeta di gereja kristen sulawesi tengah. Thesis.

    Bardick, A. D. (2006). Junior high school student's plans for the future. Journal of Career

    Development, 32 (3), 250-271.

    Barrick, N. E., Mount, M. K., & Strauss, J. P. (1993). Conscientiousness and performance of

    sales representatives Test of the mediating effects of goal setting. Journal of applied

    psychology, 78, 715–722.

    Basori, M. (2004). Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir Bagi

    Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Brown, C., George, C. R., & Smith, M. L. (2003). The role of emotional intelligence in the

    career commitmend and decision making process. Journal of Career Assessment, 11

    no. 4 379-392.

    Bullock-Yowell, E., Andrews, L., McConnel, A., & Campbell, M. (2012). Unemployed

    adults career thoughts, career self-efficacy and interest : any similarity to college

    students? journal of mployment counceling, 49, 18-30.

    Choi , B. Y., Kim, B., Jang, S. H., Jung, S. H., Ahn, S. S., Lee, S. M., dkk. (2013). Work

    values in career development. Journal of employment counseling, 50, 154-165.

    Conger, J. J., & Petersen, A. (1984). Adolescence and Youth : Psychological Development in

    a Changing World, Third Edition. New York: Harper & Row.

    Creed, P. P. (2006). Causal relationship between career indecision and career making self-

    efficacy. Journal of Career Development, 33,47-65.

    Crites, J. (1974). The Career Maturity Inventory. New York: McGraw-Hill Book Company.

  • 25

    Dahl, A. D., Austin, R. K., Wagner, B. D., & Lukas, A. (2008). The relationship between

    negative career thoughts and emotional intelligence. Canadian Journal of Career

    Development, 7, 4-10.

    Di Fabio, A. (2012). Emotional Intelligence : A New Variable in Career Decision-Making.

    Dalam A. Di Fabio, Emotional Intelligence - New Perspectives and Applications (hal.

    51-60). Italy: InTech.

    Di Fabio, A., & Kenny, M. E. (2011). Promoting emotional intelligence and career decision

    making among Italian high school students. Journal of Career Assessment, 19, 21–34.

    .

    Di Fabio, A., & Saklofske, D. H. (2014). Comparing Ability and self-report trait emotional

    intelligence, fluid intelligence and personality traits in career decision. Personlity and

    Individual Differences, 64, 174-178.

    Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Asulin-Peretz, L., & Gati, I. (2013). Career indecision versus

    indecisiveness associations with personality traits and emotional inteligence. Journal

    of CareerAssessment, 21, 42-56.

    Ekowati, Y. (2013). Hubungan Antara kecerdasan emosional dengan stres kerja pada guru sd

    di kecamatan kedungjati grobogan. Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP-

    UKSW. Skripsi.

    Emmerling, R. J. (2003). Emotional intelligence and the career choice process. Journal of

    career assessment, 11, 153–167.

    Farida, A., Ardajaya, I. L., & Sukarman. (2014). Hubungan kecerdasan emosi dan

    pengambilan keputusan karir di smkn 1 batulayar kabupaten lombok barat tahun

    pelajaran 2013/2014. Jurnal Bimbingan dan Konselling FIP IKIP Mataram.

    Ichsan, B. (2013). Hubungan kecerdasan emosi dengan penyesuain diri peserta didik di SMP

    negeri 20 Padang. Jurnal Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI

    Sumatera Barat.

    Iffah, F. N. (2012). Pelatihan efikasi diri untuk meningkatkan kemampuan pengambilan

    keputusan karir siswa sma. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Irzia, y. m., Hardjono, & Nugraha , A. K. (2010). Hubungan antara perilakiu asertif dengan

    penyesuaian diri pada siswa kelas X asrama SMA MTA Surakarta. Jurnal Kedokteran

    Universitas Sebelas Maret, 2(3), 13-21.

    Jiang, Z. (2014). Emotional Intelligence and career decision-making sel-efficacy : national

    and gender differences. Journal of employment counseling, 51, 112-124.

    Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett, G. (1996). Toward a unifying social cognitive theory

    of career and academic interest, choice and performance. Journal of Career

    Assessment, 45, 79–122. .

    Mardani, I. R., Hardjono, & Karyanti, N. A. Hubungan antara perilaku asertif dengan

    penyesuian diri pada siswa kelas x asrama sma mta surakarta boarding school.

  • 26

    Maslihah, S. (2011). Studi tentang Hubungan dukungan sosial, penyesuaian sosial di

    lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School

    Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Universitas Diponegor, 10 (12), 103-114.

    Mayer, J. D. (1997). What is Emotional intelligenece? in P. Salovey & D. Shryter. New York:

    Basic Books.

    Rasyid, M. (2013). Hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi remaja yang

    menjadi siswa di boarding school SMA Negeri 10. Jurnal Psikologi Pendidikan dan

    Perkembangan, 1 22-28.

    Ridwan , S. (2010). Hubungan Kecerdasan emosi dengan kemampuan coping adaptif. Jurnal

    Psikologi, 37, (1) 13-22.

    Salami, S. O. (2010). Gender as a moderator of relation emotional intelligence and career

    development. Journal of US-China Education Review. 7(1).

    Setio, M. B. (2014). Pengaruh kontrol diri terhadap pengambilan keputusan pada pelajar

    Kelas XII SMA Negeri 1 Tenggarong . Skripsi

    Sukardi, D. K. (1987). Pendekatan Konseling Karir dalam Bimbingan Karir (suatu

    pedahuluan). Jakarta: Ghalia Indonesia.

    Tuti, Tjahyono, & Kartika. (2006). Pola pengabilan putusan perencanaan karir siswa berbakat

    intelektual. Anima Indonesian Psychological Journal, 22,( 1), 58-7358-73.

    Vandenberghe, C. &. (2013). Career Commtment, proactive personality, and work outcomes

    A cross-lagged study. Career Development International, 18, 652–672.

    Wong, C. S. (2002). The effect of leader and follower emotional intelligence on performance

    and attitude: An exploratory study. The Leadership Quarterly, 13, 243–274.

    Zakiyah, N., Hidayati, F. N., & Setyawan, I. (2010). Hubungan antara penyesuaian diri

    dengan prokrastinasi akademik siswa sekolah berasrama SMP N 3 Peterongan

    jombang. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 8(2), 156-167.