HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN …eprints.ums.ac.id/55164/12/NASKAH...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN …eprints.ums.ac.id/55164/12/NASKAH...
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN
SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN
KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGKRAH SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO
J410130031
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN
SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN
KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGKRAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO
J410130031
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Yuli Kusumawati SKM.,M.Kes(Epid)
NIK. 863
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN KUNJUNGAN
NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH
SURAKARTA
OLEH
OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO
J410130031
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, 1 Agustus 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
Mengesahkan,
Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Dr. Mutalazimah, M.Kes
NIP: 786
1. Yuli Kusumawati SKM.,M.Kes(Epid) (……...................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Anisa Catur Wijayanti SKM.,M.Epid (……...................)
(Anggota Penguji I)
3. Tanjung Anitasari I.K. SKM.,M.Kes (……...................)
(Anggota Penguji II)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam penyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 1 Agustus 2017
Penulis
Ochta Anindyah Islakhul Ummah Prayitno
J410 130 031
1
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN
SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN
KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGKRAH SURAKARTA
Abstrak
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia
kurang dari satu bulan yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di
usia 0-28 hari. Oleh karena itu perlu adanya kunjungan neonatus. Baru 13,7%
kunjungan neonatus lengkap di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. Penelitian
ini bertujuan untuk mencari hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap
ibu tentang perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus di wilayah kerja
Puskesmas Sangkrah. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh bayi berusia 1-12 bulan pada
maret 2017 di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Sebanyak 654 bayi, dan sampel
sebanyak 277 yang diambil dengan teknik proportional random sampling.
Analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan paritas ibu (p-value=0,006) dan pengetahuan ibu (p-value=0,005)
dengan kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah, tetapi tidak
ada hubungan umur (p-value=0,266), pendidikan (p-value=0,318), status
pekerjaan (p-value=0,292) dan sikap (p-value=0,796).
Kata kunci : Karakteristik Ibu, Pengetahuan, Sikap, Kunjungan Neonatus
Abstract
Neonates are the first period of life at the outside of the womb until age less than
a month. Which is have the highest risk of health problems. Neonatal mortality
contributes 59% to infant mortality at the age of 0-28 days. Therefore neonatus
visit needed. Just 13,7% complete neonates visit in Sangkrah public health center
of Surakarta city. This study aims to explore the relationship between mother
characteristics, knowledge and attitudes about neonatal care with neonatal visits
in the work area of Puskesmas Sangkrah. The type of this research is
observational with cross sectional approach. The study population was all infants
aged 1-12 months calculated per march 2017 in the work area of Puskesmas
Sangkrah as many as 654 babies with 277 sampel were taken by Proportional
random sampling technique. Data analysis using Chi-square test. The results
showed that there was a relationship of parity (p-value = 0,006) and maternal
knowledge (p-value = 0,005) with neonatal visit in work area of Puskesmas
Sangkrah, but nothing relation with age (p-value = 0,266), education
(p- Value = 0.318), job status (p-value = 0,292) and attitude (p-value = 0,796).
Keywords : Mother Characteristics, Knowledge, Attitude, Neonates Visit.
2
1. PENDAHULUAN
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu
menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari
satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai
masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang
tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan
kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang
dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8-28 hari
(Riskesdas, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal
memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari.
Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka
Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini
sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin
dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Penelitian Wandira dan Indawati (2012) menyimpulkan bahwa faktor
penyebab kematian bayi di Kabupaten Sidoarjo salah satu diantaranya karena
faktor kondisi fisik ibu. Terdapat keterkaitan antara faktor kondisi fisik ibu
saat hamil serta karakteristik demografi ibu dengan kematian bayi. Kematian
bayi yang teridentifikasi sebesar 4,3% BBLR, 65,2% bayi prematur dan 3
bayi meninggal disertai kelainan kongenital dan 4 bayi meninggal disertai
asfiksia. Dari empat kondisi bayi tersebut, sebagian besar bayi meninggal
karena prematur. Adapun faktor ibu yang menyertai bayi lahir prematur
diantaranya umur ibu yang berisiko (<20 tahun dan >34 tahun) dengan paritas
2-3 anak dan jarak kelahiran yang cukup aman yaitu lebih dari 2 tahun. Oleh
3
karena itu kunjungan neonatus perlu dilakukan oleh ibu dan bayinya.
Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Legowo (2004) menyimpulkan terdapat hubungan pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dalam pemberian
imunisasi Hepatitis B-1 (0-7 hari) dan tidak terdapat hubungan umur, tingkat,
pendidikan, status pekerjaan, penolong persalinan, dan lokasi persalinan
dengan Kunjungan Neonatus 1 dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-1 (0-7
hari). Demikian pula pada penelitian Afifah dkk (2013), menyimpulkan
bahwa ibu yang berpendidikan SMA dan mempunyai anak lebih dari satu,
sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 47,5%. Sikap ibu
dalam Kunjungan Neonatus sebagian besar bersikap positif atau mendukung
sebanyak 23 orang (57,5%). Perilaku ibu dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa Kunjungan Neonatus (KN) 1 masih sangat kurang yakni sebesar
37,5%. Namun, pada saat Kunjungan Neonatus 2 dan 3 lebih banyak. Pada
saat tali pusat bayi lepas (KN 2) sebanyak 70% karena responden sebagian
besar telah memiliki anak lebih dari satu, sehingga sudah memiliki
pengalaman dari anak pertama dalam hal melakukan perawatan pada bayi.
Kemudian pada saat imunisasi BCG (KN 3) sebanyak 100%.
Penelitian lainnya oleh Nawati dan Nurhayati (2016) menyimpulkan tidak
ada hubungan antara status paritas dengan tingkat kemandirian ibu post
partum dalam perawatan diri dan bayi di RS PMI Bogor. Penelitian di Kenya
oleh McConnel.M dkk, (2016) menyimpulkan ada peningkatan pengetahuan
dan sikap terhadap kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan checklist kunjungan rumah, pada 10 hari setelah melahirkan.
Sebanyak 85% ibu mampu menyebutkan 3 atau lebih tanda bahaya yang
dapat terjadi pada bayi maupun tanda bahaya yang dapat meningkatkan risiko
kematian ibu dan bayi seperti warna abnormal kulit atau bayi sangat kuning
dan suhu terlalu panas.
Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa kematian anak (2008-2012)
sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Artinya, setiap satu dari 31
4
anak yang lahir di Indonesia meninggal sebelum mencapai umur satu tahun.
Diketahui 60% bayi mati terjadi pada umur satu bulan, dan menghasilkan
angka neonatum sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sebanyak
80% anak meninggal terjadi saat berumur 1-11 bulan, yang menghasilkan
angka post neonatum sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa ibu yang tinggal
di perdesaan lebih banyak mengalami kasus kematian neonatum sebesar 24
per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan ibu yang tinggal di perkotaan
sebesar 15 per 1.000 kelahiran. Selain itu pendidikan ibu juga berpengaruh
terhadap kematian neonatum. Ibu yang tidak tamat SD lebih banyak
mengalami kasus kematian neonatum sebesar 37 per 1.000 kelahiran dan
yang berada pada kuintil kekayaan terbawah sebesar 29 per 1.000 kelahiran.
Hasil SDKI tahun 2012 juga memperlihatkan secara umum ada hubungan
positif yang nyata antara urutan kelahiran dan peluang meninggal, risiko
kematian meningkat pada urutan kelahiran yang tinggi pada bayi pertama
sebesar 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Bayi laki-laki memiliki angka
kematian lebih tinggi sebesar 24 kematian per 1.000 kelahiran dibanding
dengan perempuan sebesar 16 kematian per 1.000 kelahiran. Umur ibu <20
tahun saat melahirkan memiliki angka sebesar 34 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Jarak antar kelahiran yang kurang dari 2 tahun memiliki nilai
risiko kematian sebesar 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang tanda bahaya dan perawatan
neonatus masih menjadi faktor kematian bayi. Hal tersebut menarik untuk
diteliti kembali terkait pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus, sehingga
diharapkan dapat menurunkan kematian bayi.
Data profil Kesehatan Surakarta tahun 2015 angka kematian bayi di
wilayah puskesmas Sangkrah termasuk urutan yang tertinggi yaitu sebesar 8
kasus. Dibandingkan dengan di Puskesmas Kratonan 3 kasus, di Puskesmas
Pajang 4 Kasus dan di Puskesmas Gajahan 1 kasus. Data yang diperoleh dari
Puskesmas Sangkrah sampai dengan akhir oktober 2016 mengenai kunjungan
5
neonatus, terdapat 58 bayi yang tercatat di daftar kunjungan neonatus
Puskesmas Sangkrah hanya terdapat 8 bayi yang melakukan Kunjungan
Neonatus 1 (KN1) dan Kunjungan Neonatus 2 (KN2). Hal tersebut
menunjukan bahwa kunjungan neonatus masih sangat rendah. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu tentang perawatan neonatus dengan
kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional, dimana variabel bebas seperti karakteristik ibu
(umur, paritas, pendidikan dan status pekerjaan), sikap dan pengetahuan ibu
dan variabel terikat seperti kunjungan neonatus diamati hanya sekali pada
saat yang sama.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juni- 13 Juni 2017. Tempat
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia1-12 bulan pada bulan Maret
2017 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah yang berjumlah 654
bayi dengan ibu atau keluarga yang merawat bayi sebagai respondennya
dengan jumlah sampel sebanyak 277 responden. Variabel bebas dalam
penilitian ini adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas dan status
pekerjaan), sikap menggunakan kategori positif, apabila skor ≥ 1,4404 dan
negatif apabila skor < 1,4404. pengetahuan ibu menggunkan kategori tinggi
≥ 1,5704 dan rendah < 1,5704. Kemudian variabel terikat adalah kunjungan
neonatus dengan kategori lengkap apabila melakukan KN1,KN2 dan KN3
dan tidak lengkap apabila hanya melakukan salah satu saja. Menggunakan
analisis univariat dan bivariat dengan ketentuan uji chi-square, yaitu hipotesis
nol (Ho). Jika p value< 0,05 maka Ho ditolak dan jika pvalue ≥ 0,05 maka Ho
diterima.
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Univariat
3.1.1 Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Sikap
Karakteristik ibu meliputi umur, paritas, pendidikan dan status
pekerjaan, pengetahuan dan sikap ditampilkan dalam bentuk data
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden,
Pengetahuan dan Sikap
Variabel n %
Umur
Berisiko < 20 tahun 19 6,9
Tidak berisiko (20-35 tahun) 216 78
Berisiko >35 tahun 42 15,1
Total 277 100
Paritas
Primipara 86 31,1
Multipara 191 68,9
Total 277 100
Pendidikan
Dasar 39 14,1
Lanjutan 238 85,9
Total 277 100
Status pekerjaan
Bekerja 94 33,9
Tidak bekerja 183 66,1
Total 277 100
Pengetahuan
Rendah 119 43
Tinggi 158 57
Total 277 100
Sikap
Negatif 155 56
Positif 122 44
Total 277 100
Berdasarkan Tabel 1 Sebagian besar ibu tergolong dari
umur 20-35 tahun (tidak berisiko) yakni 216 orang (78%). Adapun
umur yang berisiko yaitu <20 tahun sebanyak 6,9% dan >35 tahun
sebanyak 15,1% dengan paritas ibu sebagian adalah multipara
sebanyak 191 orang (68,9%). Terdapat 238 orang (85,9%), ibu
7
termasuk kategori penidikan lanjutan, namun hampir separuh ibu
tidak bekerja yakni sebanyak 183 orang (66,1%). Pengetahuan ibu
tentang perawatan neonatus sudah cukup baik, lebih dari separuh
ibu memiliki pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus yaitu
sebanyak 158 orang (57%). Meskipun demikian, separuh lebih juga
ibu masih bersikap negatif terhadap perawatan neonatus yakni 155
orang (56%).
3.2 Analisis Bivariat
3.2.1 Hubungan antara umur, paritas, pendidikan dan status pekerjaan
ibu dengan kunjungan neonatus diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:
Tabel 2. Hubungan antara umur, paritas, pendidikan dan status
pekerjaan ibu dengan kunjungan neonatus Variabel Kunjungan Neonatus
p-value phi
cram Lengkap Tidak
lengkap
n % n % N (%)
Umur <20 berisiko 12 63,2 7 36,8 19 100 0,108
20-35tidak berisiko 95 44 121 56 216 100
>35 berisiko 20 47,6 22 52,4 42 100 0,664
Paritas Primipara 50 58,1 36 41,9 86 100
0,006 0,166 Multipara 77 40,3 114 59,7 191 100
Pendidikan
Dasar 15 38,5 24 61,5 39 100 0,318
Lanjutan 112 47,1 126 52,9 238 100
Status pekerjaan
Bekerja 45 47,9 49 52,1 94 100 0,292
Tidak bekerja 82 44,8 101 55,2 183 100
Pengetahuan
Rendah 43 36,1 76 63,9 119 100 0,005 0,169
Tinggi 84 53,2 74 46,8 158 100
Sikap
Negatif 70 45,2 85 54,8 155 100 0,796
Positif 57 46,7 65 53,3 122 100
Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan
kunjungan neonatus dengan nilai (p-value = 0,108) pada umur yang
berisiko <20 tahun dan pada umur yang berisiko >35 diperoleh hasil
8
(p-value = 0,644). Diketahui bahwa ibu yang berumur <20 tahun
sebanyak 19 orang (6,9%) termasuk kategori yang berisiko. Sedangkan
yang berisiko pada usia >35 tahun sebanyak 42 orang (15,2%).
Selebihnya termasuk dalam kategori umur yang tidak berisiko (20-35
tahun) sebanyak 216 orang (78%). Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Legowo (2004), bahwa tidak terdapat hubungan umur
dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) di wilayah kerja Puskesmas
Trangkil Kabupaten Pati (p-value = 0,147).
umur ibu yang termasuk tidak berisiko ternyata melakukan
kunjungan neonatus lengkap hanya 95 orang (44%) dan 121 orang
(56,0%) tidak melakukan kunjungan neonatus lengkap. Hal tersebut
dapat berkaitan dengan jumlah paritas ibu yang mana sebagian besar
yakni 151 orang (79,1%) ibu yang tidak berisiko memiliki paritas
multipara. Sehingga ibu sudah memiliki pengalaman dalam merawat
bayi dari anak sebelumnya. Pada usia ibu muda perawatan pasca
bersalin yang dilakukan akan berbeda dengan ibu yang memiliki usia
lebih dewasa, dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merasa
bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. Sedangkan ibu
yang terlalu muda dengan usia di bawah 20 tahun memiliki
pengalaman terbatas mengenai perawatan bayi karena belum
mendapatkan pengalaman dari anak sebelumnya, sehingga ibu akan
lebih khawatir dengan kondisi bayinya dengan demikian ibu
seharusnya lebih aktif mencari informasi mengenai perawatan bayi,
baik dari keluarga maupun teman sebaya yang sudah memiliki
pengalaman merawat bayi.
3.2.2 Hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus
Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus
(p-value=0,006) dengan tingkat keeratan hubungan sangat lemah yang
ditunjukan pada nilai Phi Cramer’s V sebesar 0,166. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Putri (2015), bahwa ada hubungan paritas
dengan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat neonatus pada
9
saat KN 1 di BPM Ny. Diah Coltina Kendal (p-value=0,005). Dalam
penelitian ini, ibu dengan paritas multipara separuh lebih tidak
melakukan kunjungan neonatus dengan lengkap, yaitu sebanyak 114
orang (58,7%). Hal ini bisa disebabkan oleh pengalaman dari anak
sebelumnya, sehingga ibu dengan paritas multipara enggan melakukan
kunjungan neonatus karena merasa sudah mampu merawat bayi sendiri
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Sedangkan ibu dengan paritas
primipara melakukan kunjungan neonatus lengkap sebanyak 50 orang
(58,1%) . Hal tersebut dapat terjadi karena ibu masih sangat khawatir
dengan bayi dan takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap
kondisi bayi sehingga ibu lebih sering membawa bayi ke pelayanan
kesehatan. Selain hal tersebut, tingkat kemandirian ibu dalam
melakukan perawatan bayi sendiri juga masih kurang karena
merupakan pengalaman pertama ibu memiliki bayi. Ibu yang memiliki
paritas primipara seharusnya hampir seluruhnya melakukan kunjungan
neonatus. Terdapat kemungkinan ibu primipara tidak melakukan
kunjungan neonatus lengkap karena tidak ada keluhan dari bayi,
sehingga ibu tidak melakukan kunjungan neonatus.
3.2.3 Hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan neonatus
Pendidikan responden dikelompokkan menjadi dasar dan lanjutan,
dimana pendidikan dasar yakni tidak tamat SD, Tamat SD dan Tamat
SMP kemudian kelompok lanjutan adalah tamat SMA hingga
Perguruan Tinggi. Separuh lebih ibu yang berpendidikan dasar yaitu
24 orang (61,5%) melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap.
Responden yang termasuk kategori pendidikan lanjutan, sebanyak 126
orang (52,9%) melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu bahwa bayi akan
dibawa ke tempat pelayanan kesehatan apabila terdapat keluhan saja.
Selain itu, hasil jawaban dari ibu bahwa sebanyak 155 orang (56%) ibu
tidak mengetahui tentang kunjungan neonatus. Sehingga pendidikan
10
ibu yang tinggi belum tentu berpengaruh terhadap kunjungan neonatus
karena ibu tidak mengetahui apa itu kunjungan neonatus.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden
dengan kunjungan neonatus (p-value=0,318). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Legowo (2004), yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
KN 1 di wilayah kerja Puskesmas Trangkil Kabupaten Pati
(p-value=0,339).
3.2.4 Hubungan antara status pekerjaan dengan kunjungan neonatus
Ibu yang tidak bekerja justru separuh lebih tidak melakukan
kunjungan neonatus lengkap yaitu 101 orang (55,2%). Hal tersebut
dapat terjadi dan memiliki keterkaitan dengan paritas ibu, dimana
68,9% yakni 191 ibu termasuk kategori paritas multipara yang
cenderung sudah memiliki pengalaman dalam merawat bayi dari anak
sebelumnya. Selain itu, ibu yang tidak bekerja cenderung akan fokus
pada pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak saja, hal tersebut
dapat menjadi alasan ibu tidak mendapatkan informasi tentang
kunjungan neonatus karena kurang berinteraksi meskipun sudah
terdapat posyandu.
Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara
status pekerjaan dengan kunjungan neonatus (p-value=0,292). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Legowo (2004). Ibu yang
bekerja sebagian besar mendapatkan pengalaman perawatan bayi dari
teman kerjanya. Selain dari teman kerja, keluarga dan tetangga juga
ikut berkontribusi. Sebanyak 108 orang (59,0%) ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus ternyata tidak bekerja.
Namun demikian, ibu yang bekerja sebanyak 50 orang (53,2%)
memiliki pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus.
3.2.4 Hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus dengan
kunjungan neonatus
11
Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus
dengan kunjungan neonatus (p-value=0,005) dengan nilai Phi
Cramer’s V 0,169 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan
hubungan variabel bebas dan variabel terikat sangat lemah, karena
berada pada rentang nilai (0,000-0,199). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Zuraida (2016), bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kunjungan neonatus (p-value= 0,009).
Penelitian lain yang dilakukan Budiyono (2003), bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan praktik ibu dalam perawatan
bayi masa neonatal di wilayah kerja Puskesmas Bawen Kabupaten
Semarang, (p-value=0,654).
Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan
rendah tentang perawatan neonatus cenderung melakukan kunjungan
neonatus tidak lengkap yaitu sebanyak 76 orang (63,9%). Sedangkan
sebanyak 84 orang (53,2%) berpengetahuan tinggi melakukan
kunjungan neonatus lengkap. Hal tersebut dapat terjadi karena
kurangnya ibu mendapatkan informasi tentang kunjungan neonatus.
Sebanyak 56% ibu tidak mengetahui tentang kunjungan neonatus. Hal
tersebut dapat berkaitan juga dengan pekerjaan ibu yang mana 55,2%
ibu tidak bekerja sehingga ibu cenderung akan dirumah dan fokus
merawat anak saja dan tidak mendapatkan cerita maupun pengalaman
orang lain mengenai perawatan neonatus. Bidan seharusnya
memberikan penyuluhan tentang kunjungan neonatus sebelum ibu
pulang dan melaksanakan sesuai SOP kunjungan neonatus.
Hasil dari jawaban pengetahuan ibu tentang perawatan
neonatus menunjukkan sebanyak 117 ibu (42,2%) sering
menggunakan popok atau pampers pada bayi saat bepergian. Ibu
sebenarnya sudah mengetahui efek penggunaan pampers apabila
sering dipakaikan pada bayi, seperti kulit bayi menjadi lembab, ruam
dan kemerahan namun ibu tetap melakukan hal tersebut karena
pampers jauh lebih praktis digunakan pada saat bepergian.
12
Berdasarkan pertanyaan kuesioner mengenai lepasnya tali pusat,
sebanyak 181 responden (65,3%) menjawab salah artinya 65,3% tali
pusat bayi lepas dalam waktu lebih dari satu minggu. Padahal akan
lebih baik jika tali pusat lepas dalam waktu kurang dari satu minggu
karena proses pengeringan juga akan cepat (Bobak, 2004).
3.2.4 Hubungan antara sikap ibu tentang perawatan neonatus dengan
kunjungan neonatus
Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu tentang
perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus (p-value=0,796).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiyono (2003), bahwa tidak
ada hubungan antara sikap dengan praktik ibu dalam perawatan bayi
masa neonatal di wilayah kerja Puskesmas Bawen Kabupaten
Semarang.
Dalam penelitian ini, sikap dikategorikan menjadi dua
kelompok yaitu negatif dan positif. Sebagian besar responden di
wilayah kerja Puskesmas Sangkrah memiliki sikap negatif tentang
perawatan neonatus. Terdapat 155 orang (56%) bersikap negatif yaitu
ibu tidak setuju terhadap perawatan neonatus. Responden yang
bersikap negatif, melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap
sebanyak 85 orang (54,8%).
Hasil jawaban dari ibu terkait sikap terhadap perawatan
neonatus, bahwa ibu merasa mampu merawat bayi di rumah terdapat
sebanyak 191 ibu (69%) yang menyatakan setuju. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ibu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
merawat bayinya sendiri di rumah. Sehingga berpengaruh terhadap
kunjungan neonatus. Pengalaman seseorang dapat membentuk sikap
yang negatif karena percaya diri tinggi berdasarkan pengalaman masa
lalu. Ibu bisa memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena tingkat
pendidikan sebagian besar adalah tamat SMA dengan paritas
multipara sehingga kepercayaan diri ibu tinggi karena merasa sudah
berpengalaman dalam merawat bayi.
13
Berdasarkan jawaban ibu, diketahui bahwa dari KN1 KN2 dan
KN3 ibu paling banyak melakukan kunjungan neonatus 1 yakni 213
orang (76,9%) sedangkan pada saat kunjungan neonatus 2 menurun
menjadi 190 orang atau (68,6%) yang melakukan kunjungan. Pada
saat kunjungan neonatus 3 kembali naik menjadi 211 orang atau
(76,2%). Hal tersebut dikarenakan kemungkinan pada saat KN1 pada
saat bayi berusia 6-48 jam ibu masih berada di Rumah Sakit sehingga
bayi mendapatkan pelayanan neonatus. Sedangkan KN2 terjadi
penurunan karena bisa jadi pada saat ibu sudah pulang dari tempat
pelayanan kesehatan dan ibu enggan memeriksakan bayinya karena
ibu merasa bayi baik-baik saja dan tidak terdapat tanda-tanda maupun
masalah terhadap bayi sehingga ibu tidak melakukan kunjungan
neonatus 2. Pada saat kunjungan neonatus 3 kembali meningkat hal
tersebut dapat terjadi karena pada saat KN3 ketika bayi berusia 8-28
hari biasanya kalau bayi perempuan, ibu akan membawa bayinya ke
pelayanan kesehatan untuk melakukan tindik telinga, selain itu pada
saat bayi berusia satu bulan biasanya diberikan imunisasi Hepatitis
B-2.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1 Umur responden pada saat penelitian rata-rata 29,06 ± 6,061 tahun
dengan umur minimal 16 tahun dan umur maksimal 46 tahun.
4.1.2 Umur terakhir kali responden memiliki bayi rata-rata 28,76 ± 6,030
tahun dengan umur minimal 16 tahun dan umur maksimal 45
tahun.
4.1.3 Paritas responden rata-rata 2,10 ± 1,011 dengan jumlah anak
minimal 1 dan jumlah anak maksimal 5.
4.1.4 Pendidikan terakhir responden sebagian besar tamat SMA
sebanyak 125 orang (45,1%).
4.1.5 Status pekerjaan responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak
183 orang (66,1%)
14
4.1.6 Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kunjungan neonatus.
pada umur <20 tahun (p-value=0,108) dan (p-value=0,664) pada
umur >35 tahun.
4.1.7 Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus nilai
(p-value=0,006) dengan nilai Phi Cramer’s V 0,166 yang
menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan variabel bebas dan
variabel terikat sangat lemah (0,000-0,199).
4.1.8 Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan
neonatus (p-value=0,318)
4.1.9 Tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan kunjungan
neonatus (p-value=0,292)
4.1.10 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan neonatus
nilai (p-value=0,005) Nilai Phi Cramer’s V adalah 0,169 yang
menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan variabel
bebas dan variabel terikat sangat lemah (0,000-0,199).
4.1.11 Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan neonatus
nilai (p-value=0,796).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Ibu Bayi
Bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-28 hari diwajibkan
melakukan kunjungan neonatus lengkap sesuai jadwal dan
membagi informasi mengenai kunjungan neonatus kepada tetangga
maupun kerabat lain yang juga memiliki bayi usia 0-28 hari,
sehingga banyak ibu yang berisiko maupun yang tidak berisiko
mengerti tentang kunjungan neonatus serta perawatanya.
Ibu diharapkan lebih aktif mencari informasi atau membaca
buku yang berhubungan dengan kunjungan neonatus. Agar
pengetahuan tentang perawatan neonatus bertambah dan mau
melakukan kunjungan neonatus lengkap.
15
4.2.2 Bagi Bidan
Bidan alangkah baiknya memberikan penyuluhan khusus kepada
kader posyandu tentang kunjungan dan perawatan neonatus serta
tanda-tanda bahaya. Sehingga kader dapat membagikan informasi
kepada ibu yang datang ke posyandu.
4.2.3 Bagi Instansi Kesehatan
Saran bagi instansi kesehatan hendaknya lebih meningkatkan
upaya promotif mengenai kunjungan neonatus terutama pada ibu
muda yang berisiko, baik melalui leaflet ataupun pada saat posyandu.
Sehingga pengetahuan ibu mengenai kunjungan neonatus meningkat
dan melakukan kunjungan neonatus.
4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang
keaktifan ibu dalam mencari informasi tentang kunjungan neonatus
dan pengaruh peran suami terhadap ibu untuk melakukan kunjungan
neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah., Astuti R., dan Andarsari W. (2013). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan
Praktik Ibu Postnatal Terhadap Kunjungan Neonatus di BPS Hj Sri
Wahyuni Semarang. Jurnal Kebidanan Vol 2 No 2 .
http://www.unimus.ac.id/journal/
Bobak, L.J.(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Budiyono. (2003). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dengan Praktik Ibu
dalam Perawatan Bayi Masa Neonatal di Wilayah Kerja Puskesmas
Bawen kabupaten Semarang.[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro
Legowo B. (2004). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
Imunisasi HB-1 (0-7Hari) pada Kunjungan Neonatal Dini (KN-1) di
Wilayah Kerja Puskesmas Trangkil Kabupaten Pati Tahun 2003.[Skripsi].
Semarang : Universitas Diponegoro. http://www.eprints.undip.ac.id/
16
McConel M., Ettenger A., Rothschild CW., Muigai F and Cohen J. (2016, June 4).
Can a Community Health Worker Administered Postnatal Checklist
Increase Health-seeking Behaviour and Knowledge?: Evidence from a
Randomize Trial with a Private Maternity Facility in Kiambu County
Kenya. BMC Pregnancy and Childbird Biomeed Central. 16 (136),1-19.
Maret 17 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4893209/
Nawati & Nurhayati F. (2015). Hubungan Status Parietas dengan Tingkat
Kemandirian Ibu Post Partum Spontan dalam Perawatan Diri dan Bayi di
RS PMI Bogor. Jurnal Kesehatan Vol VII No 3. 355-359.November 2016.
http://www.poltekkes-tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JK/article/view/216/202
Putri, S.P. (2015). Hubungan Paritas dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Perawatan Tali Pusat di BPM Ny.Diah Coltina Kendal.
[Karya Ilmiah]. Semarang : Stikes Ngudi Waluyo.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4521.pdf
Riskesdas.2013.Laporan Riskesdas 2013. Diakses 26 Desmber 2016.
http://www.depkes.go.id/hasil_riskesdas_2013
Wandira, A.K & Indawati R. (2012,Agustus).Faktor Penyebab Kematian Bayi di
Kabupaten Sidoarjo.Jurnal Biometrika dan Kependudukan Vol 1 No 1. 20
Maret2017.http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Arinta%20Kusuma%20Wa
ndira-Rachmah%20(Volume%201%20Nomor%201).pdf.
Zuraida.(2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Neonatus di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubukkilangan. Jurnal Human Care Vol.1 No
2.