HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM PRAMUKA...

121
HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh SURIYAH NIM 11111203 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Transcript of HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM PRAMUKA...

HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM

PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

SURIYAH

NIM 11111203

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM

PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

SURIYAH

NIM 11111203

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

MOTTO

Waktu adalah pedang, jika kamu bisa menggunakan dengan baik, maka pasti

akan membawa keberuntungan, tapi jika kau menggunakan dengan buruk,

pasti dia akan membunuhmu

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku Bapak Maksum dan Ibu Jumarni tercinta yang telah

membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan,

yang dengan rela hati mengorbankan masa lapang dan sempitnya untuk

menyayangiku. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kesuksesan

dunia serta akhirat.

Adek-adekku Sri Wahyuni dan Muhammad Khoirul Yani tersayang yang

selalu memberikan motivasi dan dukungan penuh dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Teman-teman PPL dan KKN yang sudah menemani selama dalam tugas

dari kampus.

Teman-teman Kos HFC, MDMA, RACANA dan PMII yang mendo‟akan

dan selalu memberikan semangat, semoga tetap dalam lindungan Allah

SWT.

Adik-adik Wikrama 1 Semarang yang selalu memberikan dukungan dari

proses awal sampai proses akhir skripsi ini, semoga diberikan kelancaran

dalam mencari ilmu yang bermanfaat serta tetap dalam lindungan Allah

SWT.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji kehadirat Sang Maha Esa, Allah Swt atas kehidupan dan

penghidupan yang telah diberikan. Shalawat dan salam tercurah pada baginda

rasul pilihan Nabi Muhammad Saw. Para keluarga, sahabat, serta para umat yang

selalu berada dalam tuntunan, dan selalu mengikuti beliau.

Skripsi yang berjudul : “HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN

MALAM PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015” ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama

Islam (S.PdI.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih setulusnya

kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Ibu Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Bapak Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sampai

terwujudnya skripsi ini.

4. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, yang telah memberikan ilmu serta pelayanan kepada penulis.

ABSTRAK

Suriyah, 2015. Hubungan aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan

siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang Tahun 2015. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Kata Kunci: Aktifitas siswa, Renungan malam pramuka, Ketakwaan

Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui bagaimana aktifitas

renungan malam pramuka SMK Wikrama 1 Kabupaten semarang Semarang, 2)

Untuk mengetahui bagaimana ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kabupaten

Semarang Tahun, 3) Untuk mengetahui adakah hubungan aktifitas renungan

malam pramuka dengan ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kab. Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode meliputi

pendekatan dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data yang itu sendiri

meliputi kuesioner observasi dan dokumentasi, analisis data.

Hasil penelitian yang dapat peneliti sajikan adalah sebagai berikut:

Aktifitas renungan malam pramuka di SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015 dari 40 responden yang tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 24

siswa (60%). Tergolong dalam kategori sedang sebanyak 6 siswa (15%).

Tergolong dalam kategori rendah sebanyak 0 siswa (0%). Ketakwaan siswa di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kab. Semarang Tahun 2015,

Tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 32 siswa (80%). Tergolong dalam

kategori sedang sebanyak 8 siswa (20%). Tergolong dalam kategori sebanyak 0

siswa (0%).

Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan pada aktifitas

renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa SMK Wikrama 1 Kabupaten

Semarang Tahun 2015. Koefisien korelasi product moment bahwa dari hasil r

yang dihitung 0,562 berada berada diatas r yang terdapat pada tabel dengan taraf

signifikansi 1% (0,403) dan 5% (0,312) dengan N = 40 responden. Maka

diperoleh hasil dari 0,312 < 0,562 > 0,403. Kesimpulan yang dapat diambil adalah

ada hubungan positif antara aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan

siswa.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

HALAMANJUDUL .............................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ vi

MOTTO dan PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................viii

ABSTRAK ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 9

E. Kegunaan Penelitian................................................................................. 9

F. Definisi Operasional............................................................................... 10

G. Metode Penelitian................................................................................... 13

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ............................................. 13

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 14

3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 14

4. Jenis Pengumpulan Data .................................................................. 15

5. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 15

6. Analisis Data .................................................................................... 17

H. Sistematika Penulisa .............................................................................. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 21

A. Aktivitas Renungan Malam.......................................................................................... 21

1. Pengertian Renungan ............................................................................................. 21

2. Macam-macam Renungan ...................................................................................... 21

3. Aktivitas Renungan ................................................................................................ 22

4. Manfaat Renungan ................................................................................................. 29

5. Fungsi Renungan .................................................................................................... 29

B. Peningkatan Ketakwaan Siswa .................................................................................... 29

1. Makna dan Tingkatan Takwa ................................................................................. 29

2. Dasar Takwa........................................................................................................... 32

3. Perintah Takwa....................................................................................................... 34

4. Karakter Manusia yang bertakwa........................................................................... 39

5. Karunia orang yang bertakwa ................................................................................ 45

6. Fungsi Takwa ......................................................................................................... 50

7. Hikmah Takwa ....................................................................................................... 52

C. Hubungan Aktivitas renungan malam pramuka bagi peningkatan

ketakwaan siswa ........................................................................................................... 54

BAB III HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 59

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ......................................................... 59

1. Sejarah Berdirinya SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang .................................. 59

2. Letak Geografis ...................................................................................................... 62

3. Profil SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ....................................................... 63

4. Sarana dan Prasarana SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang .............................. 66

5. Aktivitas Renungan Malam Pramuka SMK Wikrama 1 Kabupaten

Semarang ................................................................................................................ 67

6. Struktur Panitia Renungan SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang ..................... 68

B. Penyajian Data ............................................................................................................. 69

1. Daftar Responden ................................................................................................... 69

2. Data Jawaban Skor Aktivitas Renungan Malam Pramuka .................................... 71

3. Data Jawaban Skor Peningkatan Ketakwaan Siswa............................................... 73

BAB IV ANALISIS DATA ..................................................................................................... 79

A. Analisis Pendahuluan ................................................................................................... 79

B. Analisis Lanjutan ......................................................................................................... 88

C. Pengujian Hipotesis ...................................................................................................... 92

D. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 94

BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 96

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 96

B. Saran ............................................................................................................................. 97

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.1 Batas Desa Kenteng Tahun 2015

Tabel 3.2 Visi dan Misi SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tabel 3.3 Sarana Prasarana SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang .....

Tabel 3.4 Daftar Responde

Tabel 3.5 Hasil Penyebaran Kuesioner Renungan Malam Pramuka

Tabel 3.6 Hasil Penyebaran Kuesioner Ketakwaan

Tabel 4.1 Daftar nilai distribusi, frekuensi renungan malam pramuka

Tabel 4.2 interval, frekuensi, prosentase aktivitas siswa

Tabel 4.3 Daftar nilai distribusi, frekuensi ketakwaan

Tabel 4.4 distribusi frekuensi dan prosentase

Tabel 4.5 persiapan untuk korelasi X dan Y

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Daftar Nilai SKK

Surat Pembimbing Skripsi

Lembar Konsultasi Pembimbing

Surat Permohonan Ijin Penelitian

Surat Permohonan Ijin Telah Selesai Melakukan Penelitian

Daftar Kuesioner

Dokumentasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Renungan malam pramuka merupakan suatu aktifitas yang

diadakan pada tradisi kegiatan perkemahan pramuka dan waktunya pada

malam hari. meskipun kepanduan di Indonesia masih belum menjadi

Pramuka, namun banyak pembina yang memegang teguh tradisi Boden

Powell untuk diterapkan pada aktifitas renungan malam pramuka dalam

acara perkemahan.

Aktifitas di tengah pesatnya laju perkembangan sains dan teknologi

cenderung mengabaikan nilai-nilai illahi (baca; spiritual) yang ada dalam

diri manusia. Selain itu, dalam berkehidupan modern cenderung yang

menjadi ukuran segala sesuatu (kesuksesan seseorang) berdasarkan materi

sehingga hilangannya makna dalam kehidupan karena tidak merasa puas

dengan hal-hal yang bersifat materi dan hilangnya makna ketakwaan

hidup. Kekeringan batin manusia modern yang meninggalkan spiritual

merupakan agenda permasalahan yang perlu dicarikan obat penawarnya.

Untuk itu, waktu malam adalah waktu untuk memperbanyak merenung

dan memperbanyak amal ibadah kepada Allah.

Beribadah pada waktu malam hari menyimpan banyak hikmah dan

rahasia. Jika tidak, tentu Allah SWT tidak akan meminta mengkhususkan

diri beribadah pada waktu-waktu tersebut. Di antara manfaat yang akan

diraih oleh orang yang beribadah pada waktu malam QS. Ath- Thariq: 1.

“Demi langit yang datang pada malam hari.”

Pada malam hari banyak kebaikan yang datang melalui hati untuk

orang yang sedang bermunajat kepada Allah SWT dan dari ilham-ilham

suci yang bersifat rabbani. Dari sini akan lahir pribadi-pribadi yang

dipenuhi rasa ikhlas, dengan semangat untuk sepenuhnya mencari

keridhaannya.

Sekolah merupakan kawah candradimuka (pendidikan dan latihan)

bagi anak didik dalam menggapai suatu yang dicita-citakan. Dalam

kegiatan sekolah tidak hanya fokus pada intrakurikuler akan tetapi harus di

imbangi dengan kegiatan ekstrakurikuler, selama ini kegiatan

ekstrakurikuler dipandang sebelah mata, hanya sebagai pelengkap kegiatan

intrakurikuler. Padahal, jika ekstrakurikuler ini didesain secara profesional

maka akan menjadi wahana efektif dalam melahirkan bakat terbesar dalam

diri anak dan tempat aktualisasi terhebat yang akan selalu ditunggu setiap

saat. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah khususnya

ekstrakurikuler pramuka sangat membantu dalam pendidikan karakter

menuju insan yang bertakwa.

Gerakan pramuka merupakan gerakan (lembaga) pendidikan yang

komplementer dan suplementer (melengkapi dan memenuhi) pendidikan

yang diperoleh anak, remaja, pemuda di rumah dan di sekolah, pada

segmen yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan lain yang

pelaksanaannya menggunakan prinsip dasar pendidikan kepramukaan dan

metode pendidikan kepramukaan; di alam terbuka (out door activities),

dan yang sekaligus dapat menjadi upaya “self education” bagi dan oleh

anak/ remaja/ pemuda/ pramuka sendiri (Kwarnas, 2014: 19). Pendidikan

dalam gerakan pramuka diartikan secara luas yaitu proses pembinaan dan

pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas kecakapan

yang dimiliki peserta didik, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

masyarakat.

Ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstra wajib yang harus di

ikuti oleh semua siswa dari berbagai ekstrakurikuler yang ada disekolah,

terutama untuk siswa baru yaitu kelas X. Tujuannya melatih dan mendidik

siswa menjadi manusia yang berwatak, berkepribadian, dan berbudi

pekerti luhur serta menjadi warga indonesia yang berjiwa pancasila, setia

dan patuh kepada negara kesatuan republik indonesia serta menjadi

anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun

dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama

hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional.

Penyelenggaraan aktivitas renungan malam pramuka bagi siswa

bertujuan menjadikan siswa lebih beristiqomah dalam hal apapun dan

lebih bertakwa khususnya dalam pembentukan watak dan moral dengan

didasari “kode kehormatan pramuka” yang merupakan norma dalam

kehidupan pramuka dan terpancar dalam pikir, sikap dan tingkah laku

pramuka sebagai hasil pembangunan watak dari proses kegiatan pramuka

(Kwarnas, 2014: 29). Adapun Isi kode kehormatan Trisatya yaitu Demi

kehormatanku aku berjanji akan besungguh-sungguh: menjalankan

kewajibanku terhadap tuhan, negara kesatuan republik indonesia dan

mengamalkan pancasila; menolong sesama hidup dan ikut serta

membangun masyarakat; menepati dasa darma, isi dasa darma yaitu:

1. Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Cinta alam dan kasih saying sesama manusia

3. Patriot yang sopan dan kesatria

4. Patuh dan suka bermusyawarah

5. Rela menolong dan tabah

6. Rajin, trampil, dan gembira

7. Hemat, cermat, dan bersahaja

8. Disiplin, berani, dan setia

9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya

10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwarnas, 2014: 28).

Dari isi dasadarma diatas khususnya darma yang pertama berbunyi

“Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa” selaras ajaran islam untuk selalu

bertakwa QS. Al- Baqarah: 197.

". . . دوا فئ ش ورزو اد خ ". . . .انزمىي انز

“ ...berbekallah karena sesungguhnya sebaik- baik bekal adalah takwa....”

Sehubungan dengan kegiatan kepramukaan tentu tidak lepas dari

pendidikan dan latihan yang sering diadakan pada setiap gugus depan,

seperti halnya LATIN (Latihan Rutin pada hari kamis), kegiatan PTA

(Penerimaan Tamu Ambalan) diadakan untuk siswa baru yang akan

menjadi anggota pramuka pada gugus depan tersebut, LDK (Latihan Dasar

Kepemimpinan) sebagai bekal pelatihan dan pendidikan untuk dewan agar

dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik sebagai dewan

ambalan, PERSAMI (Perkemahan Sabtu-Minggu) kegiatan pendidikan

dan latihan di alam bebas, Kenaikan Tingkat penegak ke bantara kemudian

bantara ke laksana, Atas dasar menjalankan ketentuan moral yaitu dasa

darma, yang diadakan pada setiap akhir semester.

Dari berbagai kegiatan kepramukaan aktivitas renungan malam

sangat diperlukan dalam membentuk karakter siswa melalui pendidikan

karakter, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yakni

melibatkan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka

pendidikan karakter tidak akan efektif (Damayanti, 2014: 12). Selain itu,

pendidikan karakter juga memiliki tujuan yaitu penanaman dalam diri

siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai

kebebasan individu (Asmani, 2011: 42).

Urgensi pendidikan karakter menjadi kebutuhan yang mendesak

mengingat demoralisasi dan degradasi pengetahuan sudah sedemikian akut

terjangkiti bangsa ini di semua lapisan masyarakat (Asmani, 2011: 47).

Pendidikan karakter diharapkan mampu membangkitkan kesadaran bangsa

ini untuk membangun pondasi kebangsaan yang kokoh.

Pada aktifitas ini yang menjadi ritual yaitu petuah-petuah dari

pembina, mereka diajak untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta

dengan kondisi ikhlas, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas keagamaan

lainnya yaitu berwudlu, qiyamullail, dzikir dan sholat shubuh berjama‟ah.

Aktivitas renungan malam yang selalu di jadikan tradisi dikegiatan

pramuka sangat membantu sekolah untuk memperbaiki mental siswa dan

menjadikan pribadi berilmu, beiman dan berakhlakul karimah.

Ketakwaan merupakan unsur penting dalam beragama karena tidak

akan tegak tanpa adanya ketakwaan manusia atas aturan-aturan dan

keberadaan tuhan. Oleh karena itu setiap personal harus membangun

ketakwaannya yang merupakan komitmen diri kepada sang pencipta untuk

senantiasa mengikuti segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala

yang telah dilarang-Nya. Ketakwaan personal diungkapkan dalam bentuk

kesalehan dan ketundukan secara individual kepada kebesaran dan

keagungan tuhan yang menciptakan alam semesta ini (Mubin, 2007: 60).

Ketakwaan seseorang dapat diukur bagaimana orang tersebut

berperilaku, dan bagaimana seseorang meningkatkan ketakwaannya

menurut al- Hafidz ibnu rajab, takwa asalnya adalah penjagaan yang

dilakukan oleh seorang hamba untuk dirinya terhadap sesuatu yang

ditakuti dan dikawatirkannya, supaya dia terjaga darinya. Ketakwaan

seorang hamba kepada rabb-nya adalah penjagaan yang dilakukan oleh

seorang hamba untuk dirinya terhadap kemurkaan dan hukuman dari-Nya

supaya dia tetap dalam penjagaan (farid. 2008: 17).

Berdasarkan keadaan yang demikian, maka mendorong penulis

untuk mengadakan penelitian disebuah lembaga pendidikan yang

melaksanakan aktivitas renungan di waktu malam pada kegiatan

kepramukaan, adapun lembaga pendidikan tersebut yaitu SMK Wikrama 1

Kab. Semarang. dari hasil observasi yang penulis lakukan, SMK Wikrama

1 Kab. Semarang adalah lembaga pendidikan tingkat kejuruan yang

terletak Jl. Klero Suruh, KM. 5 Payudan RT. 18/05 Ds. Kenteng Kec.

Susukan Kab. Semarang yang bertujuan membantu terbentuknya insan

cendekia yang bertakwa dan terampil, mengembangkan bakat dan minat

siswa serta meningkatkan penghayatan dan pengamalan syariat islam.

Selama ini penulis juga belum menemukan karya-karya yang

membahas tentang Hubungan Aktifitas Renungan Malam Pramuka

Dengan Ketakwaan Siswa. Karya yang penulis temukan di perpustakaan

IAIN Salatiga yang berkaitan dengan hal ini atau hampir sama yaitu: karya

Durrotun Nafisah, Mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Jurusan PAI yang berjudul “ Hubungan Keaktifan Santri Dalam

Kegiatan Pesantren Kilat Dengan Tingkat Ketakwaan Santri”. Yang

berbeda dari karya ini adalah variabel penelitian, obyek penelitian dan

fokus penelitian (Indikator Penelitian).

Atas dasar pemikiran inilah, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN

MALAM PRAMUKA DENGAN KETAKWAAN SISWA SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktifitas renungan malam Pramuka Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015?

2. Bagaimana ketakwaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015?

3. Adakah hubungan aktifitas renungan malam Pramuka dengan

ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas renungan malam pramuka

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana ketakwaan siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

3. Untuk mengetahui adakah hubungan aktifitas renungan malam

pramuka dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya “di bawah” dan

“thesa” yang artinya “kebenaran”. pengertian hipotesis adalah suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2013: 110).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan

positif dan signifikan pada aktivitas renungan malam pramuka bagi

peningkatan ketakwaan siswa”. Artinya semakin siswa aktif dalam

renungan malam maka semakin tinggi peningkatan ketakwaannya.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa:

a. Memberikan gambaran nyata tentang aktifitas renungan malam

pramuka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang Tahun 2015.

b. Memberikan gambaran nyata tentang ketakwaan siswa di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015.

c. Memberikan gambaran nyata ada tidaknya hubungan aktifitas

renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa di SMK

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yaitu:

a. Bagi penulis penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan

khususnya yang berkaitan dengan aktifitas renungan malam

pramuka dengan ketakwaan siswa.

b. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

keguruan untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya.

c. Hasil dari penelitian ini sedikit banyak menyadarkan siswa akan

pentingnya melaksanakan aktifitas renungan pada waktu malam

hari dalam kegiatan pramuka dengan ketakwaan siswa.

F. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan agar terhindar dari

timbulnya kesalahpahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi

ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai

berikut:

1. Aktifitas siswa

a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia aktifitas artinya adalah

kegiatan atau keaktivan (poerwadarminto, 2006: 19). Jadi aktifitas

adalah kegiatan atau salah satu kegiatan yang dikerjakan atau

dilaksanakan, maksudnya aktifitas dalam melaksanakan suatu

kegiatan khususnya megikuti renungan malam pramuka.

b. Menurut Undang- undang No. 20 Tahun 2003, Siswa atau peserta

didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

2. Renungan malam pramuka

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Renungan berasal dari

kata “ renung” artinya hasil merenung atau buah pikiran. Renungan

malam berarti buah pikiran yang dihasilkan pada waktu sesudah

petang atau waktu setelah matahari terbenam hingga matahari

terbit.

b. Pramuka “praja muda karana” adalah anggota Gerakan Pramuka

yang terdiri dari anggota muda yaitu peserta didik siaga,

penggalang, penegak, pandega dan anggota dewasa yaitu Pembina

Pramuka, pembantu Pembina Pramuka, Pelatih Pembina Pramuka,

Pembina Profesional, Pamong Saka dan dan Instruktur Saka,

Pimpinan Saka, Andalan, Pembantu Andalan, Anggota Mabi dan

Staf karyawan Kwartir (Kwarnas, 2014: 15).

Untuk mengukur aktif tidaknya siswa dalam renungan di waktu

malam pada kegiatan pramuka maka digunakan indikator berdasarkan

aktivitas yang dilakukan dalam renungan malam pramuka Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015

sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dari panitia renungan

b. Mengikuti renungan

c. berwudhu

d. melaksakan sholat malam

e. mengikuti dzikir

3. Ketakwaan

Menurut terminologi, takwa berarti takut kepada azab Allah,

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Menurut Alqur‟an takwa diantaranya: Memelihara diri, hati-hati dan

takut, Beriman, Ta‟at, Ikhlas. Menurut etimologi takwa berarti

memelihara menjaga, melindungi, hati- hati, menjauhi sesuatu, dan

takut azab (Shaleh, 2006: 1).

Berdasarkan istilah singkat tersebut, maka yang disebut dengan

judul “ Hubungan Aktivitas Renungan Malam Pramuka Dengan

Ketakwaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama

1 Kabupaten Semarang Tahun 2015” mempunyai maksud untuk

menyelidiki atau meneliti tentang aktifitas renungan malam pramuka

dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Adapun yang menjadi

indikator untuk mengukur peningkatan ketakwaan siswa sebagai

berikut:

a. Tetap taat kepada Allah (Ashaf Shaleh, 2008: 97).

b. memiliki sifat Sabar (Ashaf Shaleh, 2008: 88).

c. menunjukkan sikap benar (Ashaf Shaleh, 2008: 95).

d. memiliki sifat Pemaaf (Ashaf Shaleh, 2008: 106).

e. Sodaqoh (Ashaf Shaleh, 2008: 83).

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penyusun melakukan kegiatan melalui

beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode deskriptif yang bersifat korelasional. Metode deskriptif yaitu

metode penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel pada

sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel

yang lain (Sugiyono, 2014: 35). Hal ini berarti metode deskriptif

bersifat menjabarkan data hasil penelitian secara jelas dan akurat.

Dipilihnya metode ini karena penelitian yang dilakukan

penyusun adalah berusaha untuk melihat ada tidaknya hubungan antar

variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Jika ada, seberapa

besar kekuatan hubungan tersebut.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Peneliti melakukan penelitian ini di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang tepatnya di Jl.

Klero Suruhan, KM. 5 Payudan RT. 18/ RW. 05 Ds. Kenteng Kec.

Susukan Kab. Semarang.

b. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian yaitu pada bulan agustus 2015

sampai bulan september 2015 untuk siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

tahun 2015 yang berjumlah 40 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014: 81). Dalam pengambilan

sampel tidak ada ketetapan mutlak berapa persen sampel yang

harus diambil dari populasi. Untuk teknik sampling yang

digunakan adalah sampling kuota, yaitu teknik untuk menentukan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai

jumlah yang diinginkan. Dalam pengumpulan data, peneliti

menghubungakan subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri

populasi tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal

masih dalam populasi). Yang terpenting diperhatikan di sini adalah

terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan (Suharsimi

Arikunto, 2013: 184). Jumlah sampel yang diambil adalah 40

siswa.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah sebagai berikut:

a. Metode Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014:

142). Dalam penelitian ini, kuesioner ditunjukkan kepada siswa

yang menjadi sampel penelitian terkait dengan aktifitas renungan

malam pramuka dengan ketakwaan siswa di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

b. Observasi

Observasi adalah instrument lain yang sering dijumpai

dalam penelitian pendidikan (Sukardi, 2011: 78). metode observasi

ini digunakan untuk mengetahui aktivitas renungan malam

pramuka dengan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara lain untuk memperoleh data dari

responden, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari

bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada

responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau

melakukan kegiatan sehari hari (Sukardi, 2011: 81).

5. Instrumen Penelitian

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis terhadap data yang diperoleh. Berikut kisi-kisi instrumen

yang penulis susun:

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Renungan Malam Pramuka

Dengan Ketakwaan Siswa SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015

Variabel Indikator

Jumlah

butir

Nomor butir

pada instrumen

Renungan

Malam

Pramuka

1. Melaksanakan tugas

dari panitia renungan

2. Mengikuti renungan

3. Meaksanakan wudhu

4. Mengerjakan Sholat

malam

2

2

2

2

2

A1,2

A3,4

A5,6

A7,8

5. Mengikuti dzikir A9,10

Ketakwaan

Siswa

1. 1. Taat Kepada Allah

2. 2. Memiliki sifat Sabar

3. Menunjukkan sikap

Benar

4. Memiliki sifat Pemaaf

5. Shodaqoh

2

2

2

2

2

B1,2

B3,4

B5,6

B7,8

B9,10

6. Analisis Data

Setelah data dari responden atau sumber data lain terkumpul

dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Untuk menjawab permasalahan penelitian pada variabel pertama

dan yang kedua menggunakan rumus presentase sebagai berikut:

P =

x 100%

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

b. Untuk menjawab hubungan antara variabel pertama dengan

variabel kedua menggunakan analisis statistik rumus product

moment yaitu:

∑ (∑ )(∑ )

√{ ∑ (∑ ) } { ∑ (∑ ) }

Keterangan :

: Koefisien antara variable x dan y

: Perkalian antara x dan y

: variable pengaruh

: variable terpengaruh

: Jumlah Sampel (Arikunto, 2010: 213).

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi, maka penulis

perlu menyusun sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, serta sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini penulis mencoba menguraikan

tentang makna aktivitas dan ketakwaan. Adapun

bagian dari aktivitas meliputi. Pertama pengertian

renungan, Kedua macam-macam renungan, Ketiga

aktivitas renungan, Keempat manfaat renungan,

kelima fungsi renungan. Untuk variabel ketakwaan

meliputi. Pertama makna dan tingkat takwa, Kedua

dasar- dasar ketakwaan, ketiga perintah takwa,

keempat karakteristik manusia yang bertakwa,

kelima karunia Allah kepada Manusia yang

bertakwa, Keenam fungsi takwa, Ketujuh hikmah

takwa. Serta hubungan aktivitas renungan malam

pramuka bagi peningkatan ketakwaan siswa.

BAB III : Laporan Hasil Penelitian

Menjelaskan tentang gambaran umum lokasi

penelitian yang terdiri dari pertama sejarah berdirinya

Sekolah Menengah Kabupaten (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang, kedua letak geografis, ketiga

profil Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama

1 Kabupaten Semarang, keempat sarana dan

prasarana, kelima program pelaksanaan aktivitas

renungan, keenam struktur kepanitiaan renungan

malam pramuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Kemudian penyajian data penelitian meliputi,

pertama Daftar responden, kedua Hasil kuesioner

aktivitas renungan malam pramuka Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang dan ketiga Hasil kuesioner peningkatan

ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang.

BAB IV : Analisis Data

Pada bab ini membahas analisis data tentang

aktivitas renungan malam pramuka Sekolah

Menengah Kejuruan Wikrama 1 Kabupaten

Semarang dan analisis data tentang peningkatan

ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang. yang

terdiri dari analisis data, pengujian hipotesis,

pembahasan hasil uji hipotesis tentang aktifitas

renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang.

BAB V : Penutup

Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Renungan Malam Pramuka

1. Pengertian Renungan

Penggunaan kata tadabbur (renungan) sebanyak tiga kali (Mousavi,

2013: 72). Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-

diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam–dalam.

Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati

kita tentang suatu hal. Hasil dari merenung juga dapat disebut renungan.

Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain

berbeda, meskipun objek yang direnungkannya sama, lebih pula apabila objek

renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkannya itu bergantung kepada

objek dan subjek (http://sisyfasyfa4.blogspot.com/2011/06/teori-teori

renungan. html diambil jum‟at 26 juni 2015, pukul 14.31).

Sedangkan renungan malam pramuka yaitu pembicaraan diri kita

tentang suatu hal yang dilakukan waktu malam pada kegiatan

kepramukaan.

2. Macam-macam Renungan

Adapun macam-macam renungan malam dalam kegiatan

pramuka sebagai berikut:

a. Renungan bagi mereka yang akan dilantik

b. Renungan bagi mereka yang sedang mengalami masalah

c. Bebarapa renungan dalam menperingati hari besar nasional

d. Beberapa renungan dalam memperingati hari besar agama

e. Renungan pada upacara pembukaan dan penutupan latihan

(Kwarnas, 2010: 96).

3. Aktifitas renungan

Adapun aktifitas renungan malam dalam kegiatan pramuka di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Semarang sebagai

berikut:

a. Persiapan renungan

Aktivitas renungan yang di lakukan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang yaitu ketika

peserta dalam keadaan tidur pada tengah malam tanpa

pemberitahuan, peserta dibangunkan dan diperintahkan untuk

menutup matanya dengan kain yang dibawa, kemudian peserta di

antar masing–masing pendamping ketempat renungan.

b. Acara renungan

Acara renungan dibawakan oleh Pembina yang isinya

tentang petuah- petuah dan motivasi, adapun isi renungannya yaitu

Makna Kehadiran Orang Tua, Kahlil Gibran mengumpamakan

orang tua seperti busur, sang pencipta kita seperti sang pemanah,

dan anak-anak adalah anak panahnya. Ternyata sangat penting

dalam mendidik dan membesarkan anak-anak. Kiasan Gibran

menggambarkan seakan ada rentetan yang tak terputus, sehingga

alur ceritanya terhubung kepada sang khaliq (pencipta).

Tak ada yang memungkiri kebaikan, kasih sayang,

pendidikan, dan manfaat yang telah diberikan oleh orang tua

kepada kita. Saat kita terlahir di dunia, mereka sudah menjamu kita

layaknya seorang raja. kita diberikan ini dan itu, padahal kita tidak

mengerti apa pun yang mereka berikan. Bagi mereka, yang

terpenting adalah memenuhi kebutuhan yang kita butuhkan. Tak

peduli tengah malam, jika kita menangis, mereka akan bangun,

menggendong, dan meninabobokkan sampai kita tidur lagi.

Pada masa anak-anak, semua yang kita perlukan disediakan

dan dipenuhi oleh orang tua hingga saat kita beranjak remaja.

Mereka terus berjuang dengan membanting tulang hanya untuk

menyambung nyawa dan membiayai pendidikan kita. Mereka tidak

peduli lelah dan sakitnya perjuangan, serta sulitnya medan yang di

hadapi, namun mereka tetap berusaha sekuat tenaga agar segala

yang menjadi keinginan kita bisa tercapai. Subhanallah!

Luar biasa! Allah Swt. Memberi kepercayaan dan kelebihan

kepada kedua orang tua, sehingga kehadiran mereka seakan

menjadi wakil-Nya di bumi untuk menjaga, merawat, mendidik

bahkan mengawal kita sampai dewasa. Tentunya, ketidakhadiran

mereka di sisi kita akan menjadi lain. Kita tidak akan menikmati

masa kanak-kanak, remaja, bahkan hingga dewasa pun,

sebagaimana yang dirasakan oleh anak- anak pada umumnya.

Allah Swt, mengatur dan memerintahkan melalui Al-Qur‟an

untuk merawat anak-anak yang tidak memiliki ornag tua (yatim

piatu). Bagi yang melakukannya, akan mendapatkan balasan

kebahagian yang tak ada bandingnya kelak di akhirat. Rasulullah

pun menggambarkan anak yatim, dan yang merawatnya seperti jari

tengah dan jari telunjuk bersama beliu di surga.

Kita tidak akan tahu makna sejati kehadiran orang tua di sisi

kita, Sebaik apa pun mereka terhadap kita, seakan hal yang biasa

saja. Bahkan, mereka berkorban segalanya untuk keinginan kita,

belum mampu membuat nilai lebih di hati kota. Terkadang, kita

justru lebih memperlaku? Mudah-mudahan, kita tidak termasuk

yang melakukannya. Perintah untuk berbuat baik kepada orang tua,

secar tegas difirmankan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur‟an,

sebagaiman firman-Nya berikut “Dan hendaklah kamu berbuat

baik kepada ibu bapakmu dan kaum kerabat dan anak-anak yatim”

(Qs. An-Nisa‟: 127).

Akankah kita baru sadar bahwa begitu berharganya

kehadiran orang tua yang wajib kita sayangi setelah mereka

meniggal dunia? Bisakah kita juga berbuat sesuatu minimal

setengah dari semua yang telah meraka lakukan terhadap kita pada

masa beliau masih hidup?

Lalu, benarkah hanya waktu lebaran, kita baik dan meminta

maaf kepada kedua orang tua? Bisakah kita tidak bermanis ria

dalam berbicara ketika kita butuh uang? Kemudian, kita hanya

terharu dan menangis saat mereka meniggal, namun masa hidup

mereka kita berani melawannya? Apakah demikan cara kita

membalas kebahagian yang mereka berikan kepada kita?

Bukaankah kelak apabila kita dewasa, menikah, dan berkeluarga

juga akan menjadi orang tua? Siapkan kita diperlakukan seperti itu

oleh orang yang kita sayangi dan telah mengorbankan segalanya?

Renungkan dan bayangkan, seandainya orang tua

meninggalkan kita sejak kita kecil, serta pejamkan mata dan

bayangkan mereka telah melakukan banyak hal kepada kita.

Karena itu, sudah seyogianya, sebagai seorang anak, kita hormat

dan berbakti kepda kedua orang tua (Rahman, 2013: 15).

c. penutup renungan

aktivitas renungan malam dalam kegiatan pramuka diakhiri

dengan peserta untuk membuka kain penutup matanya kemudian

dianjutkan dengan mengambil air wudhu sebagai bentuk

mensucikan diri untuk menjalankan ibadah.

1) Sholat malam

Shalat malam adalah lafaz yang umum bagi orang yang

shalat di malam hari, baik sebelum tidur maupun sesudahnya

(al-khuzaim, 2004: 55). Adapun shalat malam yang dikerjakan

sebagai berikut:

a) Shalat tahajud

Tahajjud diambil dari kata al- hujud yang diartikan

tidak tidur (al-khuzaim, 2004: 55). Ar-Raghib berkata, “Al-

mutahajjid artinya orang yang shalat di malam. Sebagian

ahli berpendapat bahwa tahajud dilakukan harus setelah

tidur. Atas dasar ini, maka orang yang tahajud adalah orang

yang bangun tidur untuk melaksanakan shalat.

b) Shalat Witir

Witir menurut bahasa berasal dari kata wa-ta-ra,

artinya ganjil, seperti satu, tiga dan lima. Sedangkan

menurut syariat witir adalah shalat tertentu yang dikerjakan

antara waktu shalat Isya dan shalat subuh sebagai penutup

shalat malam (al-khuzaim, 2004: 12).

Setelah diadakan aktivitas renungan malam pada

kegiatan pramuka maka aktivitas selanjutnya yaitu sholat

malam yang terdiri dari shalat tahajud dan shalat witir

sebagai bentuk rasa syukur dalam menjalani hidup, dan

sholat witir sebagai shalat penutup.

2) Dzikir

Menurut bahasa, kata “dzikir” berarti mengingat atau

menyebut (Muhammad Irsyad, 2014: 18). Mengandung arti

pelajaran, Al-qur‟an, kemuliaan besar, wahyu, penjelasan dan

berdzikir. Pada aktivitas renungan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang setelah

melakukan sholat malam peserta diajak untuk berdzikir yang

tujuannya untuk menenangkan jiwa aktivitas ini dilakukan

sampai masuk waktu subuh.

4. Manfaat Renungan

Adapun manfaat renungan malam pada kegiatan pramuka

sebagai berikut:

a. Mendekatkan diri pada Allah

b. Instropeksi terhadap diri sendiri atau kelompok

c. Sarana evaluasi kegiatan yang telah dilahsanakan

d. Bekal mental untuk menghadapi kegiatan/ masalah di masa depan

e. Sarana pengingat untuk menelaah dan mengambil hikmah dari

peristiwa besar yang menimpa lingkungan

sekitar(https://merbabu13.wordpress.com/2010/08/09/renungandan

manfaatnya/ Diambil rabu, 05 agustus 2015 pukul 12:17).

5. Fungsi renungan

Adapun fungsi renungan pada waktu malam di kegiatan pramuka

sebagai berikut:

a. sebagai alat melihat jauh ke depan

b. melihat ke dalam diri sendiri

c. mendekatkandirikepadaAllah

(https://merbabu13.wordpress.com/2010/08/09/renungandanmanfaat

nya/diambil rabu, 5 agustus 2015 pukul. 12.18).

B. Ketakwaan Siswa

1. Pengertian Takwa

Menurut tinjauan bahasa, taqwa berarti menjaga, sedangkan

menurut tinjauan syar‟i, para ulama‟ memiliki beragam ungkapan di

dalam mendefinisikannya. Meskipun beragam, semua definisi itu

mengarah kepada satu pengertian, yakni: penjagaan diri seorang hamba

terhadap kemurkaan Allah dan siksanya dengan melaksanakan semua

yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang (Farid,

2008: 17).

Secara etimologis, taqwa berarti takut, terpelihara dan

terlindungi. Takut terhadap sesuatu pasti akan menyebabkan seseorang

terpelihara, terjaga, menghindarkan diri dari sesuatu. Orang yang takut

dengan dasar cinta kepada seseorang, maka ia pasti tidak berani

menolak dan akan cenderung menjalankan segala perintah serta

menjauhi larangan-larangannya. Dengan demikian ia akan

menghindarkan diri dan memelihara diri dari hal-hal yang tidak

diinginkan oleh orang yang dicintai dan ditakutinya (El-Sulthani, 2003:

15).

Nurcholish Madjid (2000: 45) mensejajarkan ketaqwaan dengan

pengertian rabbaniyyah (semangat ketuhanan); kata rabbaniyyah

meliputi “sikap-sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh

berusaha memahami tuhan dan mentaati-Nya.” (Mubin, 2007: 43).

Sehingga, sikap dan perilaku sangat erat hubungannya dengan

ketaqwaan seseorang dalam beragama.

Al-Asfahani, takwa bermakna memelihara sesuatu dari segala

yang menyakiti dan memberi mudarat. Mengemukakan bahwa hakikat

takwa adalah menjadikan manusia memelihara dirinya dari yang

ditakuti. Menanggapi pemaknaan takwa sebagai khauf, menyatakan

bahwa takwa dapat dinamakan khauf dapat dinamakan takwa (Shaleh,

2006: 1).

Pendapat para pakar tentang makna takwa diatas memunculkan

pemahaman bahwa takwa mengandung beberapa pengertian, yaitu:

memelihara, menjaga, melindungi dan menjauhi sesuatu dari segala

yang menyakiti dan yang memberi mudarat di dunia dan di akhirat,

hati-hati, waspada, takut terhadap azab Allah, menghalangi, mencegah,

iman, tauhid, tobat, taat (patuh) meninggalkan kemaksiata, ikhlas,

beribadah dan membersihkan hati dari dosa, dan inilah hakikat

pengertian yang sebenarnya dari takwa.

2. Dasar-dasar ketakwaan

Dasar-dasar ketakwaan dibangun terlebih dahulu dari persepsi

kita tentang relasi manusia dengan pencipta (khaliq) karena persepsi

awal akan menentukan terhadap persepsi yang lebih luas, serta dapat

mempengaruhi karakteristik dan dogma seseorang dalam berhubungan

dengan sang pencipta (Mubin, 2007: 48).

Dogma-dogma ini akan dapat dengan mudah dibangun dengan

kronologi pembentukan dogma dan karakter sebagai berikut:

a. Pembentukan persepsi dan gagasan. Persepsi seseorang tentang

Allah Swt. Akan membantu dan memudahkan dalam memahami

dan mengenali Allah Swt. Yang diawali dengan mengetahui dan

memahami nama- namaNya. Dengan nama- nama agungnya yang

lengkap dan indah ini, seseorang akan dapat menciptakan gagasan

tentang Allah Swt. Dari gagasan ini akan terbangun perilaku dan

tindakan- tindakan yang mencerminkan nilai- nilai dari namanya

yang sering ia sebutkan.

b. Menabur tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai

ketuhanan, seperti nilai-nilai keadilan, kesetaraan, cinta kasih,

rahman rahim, atau kebijaksanaan.

c. Mengembangkan karakter yang menampakkan dasar ketakwaan

seseorang dalam membangun pondasi ketakwaan Allah Swt.

Dengan berbagai ketentuannya (syariat) telah memberikan

petunjuk bagi manusia untuk bertaqwa kepada-Nya, akan tetapi

Allah juga memberi keleluasaan bagi manusia untuk mencari jalan

alternatif guna menuju maqam dan derajat ketaqwaan kepada Allah

Swt, melalui pengalaman spiritual dan pengalaman hidup.

d. Mengintegrasikan dogma dan ajaran tentang ketaqwaan kepada

Allah SWT. Guna menemukan hakikat kebenaran. Jika seseorang

telah mengintergrasikan dogma dan ajaran, maka seseorang akan

dengan mudah menemukan kebenaran- kebenaran dalam

membangun ketaqwaan kepada Allah SWT.

e. Pada tahapan berikutnya, jika seseorang telah menemukan

pemahaman yang benar tentang taqwa dan tindakan serta karakter

diri dalam pembentukan pribadi yang bertaqwa, maka dia akan

menemukan kebenaran taqwa. Dengan kebenaran taqwa yang

sesungguhnya inilah, maka seseorang akan menemukan

pengetahuan (ma‟rifatullah) tentang Allah Swt.

Kelima hal diatas merupakan dasar dan pondasi dari bangunan takwa

yang dapat dijalani manusia secara bertahap. Walaupun ada pengalaman

yang berbeda yang dialami oleh seseorang dalam membangun ketakwaan

kepada Allah Swt., akan tetapi hal- hal di atas setidaknya dapat menjadi

pelajaran dan tips secara bertahap untuk membangun dasar ketakwaan.

3. Perintah takwa

a. perintahtakwa dalam al-qur‟an

1) Surat An Nisa ayat 1:

“Wahai sekalian manusia, ber-taqwa-lah kepada tuhan-

mu yang telah menciptakan kamu dari diri (jiwa) yang satu,

dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada

keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta

satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

(Q.S. An-Nisaa‟: 1)

Ayat di atas menjelaskan bahwa:

a) perintah ber-takwa kepada Allah SWT sebagai pondasi

utama dalam hidup dan kehidupan manusia serta sebagai

rasa syukur atas nikmat Allah yang telah menciptakan

manusia, dari satu (Nabi Adam) sampai menjadi banyak

laki-laki dan perempuan.

b) manusia harus bersyukur terhadap nikmat Allah yang telah

menciptakan manusia dari diri yang satu, yang kemudian

daripadanya Allah menciptakan manusia yang banyak

berpasang-pasangan (suami-istri), sehingga

keberlangsungan hidup manusia terlestarikan.

c) jangan menggunakan nama Allah dalam kegiatan

muamalah karena ingin beruntung, bertakwalah kepada-

Nya dengan sebenar-benarnya takwa, karena dia tempat

bergantung seluruh manusia.

d) jalinlah hubungan persaudaraan (silaturrahim) dengan

semua umat manusia di dunia untuk menciptakan

keselamata dan perdamaian dunia. Pereratlah tari

silaturrahmi, sehingga persaudaraan dan rasa kasih sayang

antara sesama manusia akan terwujud dengan erat, dan

kehidupan di dunia ini pun terasa indah, manis, dan

selamat.

e) janganlah berlaku semena-mena, karena Allah SWT selalu

mengawasi tingkah polah manusia. Tak ada satu pun

perbuatan yang dilakukan oleh manusia, melainkan Allah

melihatnya dan mengawasi serta akan memberi balasan.

2) Surat Ali Imran, ayat 102 :

“Wahai orang- orang yang beriman ! ber-taqwa-lah

kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah

kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.”(Q.S.

Ali Imran: 102).

Ayat di atas menyerukan orang-orang beriman untuk

senantiasa ber-taqwa kepada Allah, dan tetap memegang teguh

keimanan dan ketaqwaan itu sampai ajal datang menjemput.

Ayat tersebut memperingatkan secara tegas, bahwa jangan

sekali-kali manusia meninggal kecuali tetap dalam keadaan

islam.

3) Surat Al Hujurat, ayat 13.

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling ber-taqwa di

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13).

Allah menciptakan manusia dalam jenis laki- laki dan

perempuan, serta dalam berbagai bangsa dan suku, bukanlah

untuk menciptakan perbedaan yang membawa kepada

perpecahan dan permusuhan, akan tetapi Allah menciptakan

manusia dengan segala jenis dan latar belakang yang berbeda-

beda adalah untuk saling mengenal satu sama lain, untuk saling

mempererat tali shilaturrahmi. Tidak ada suku tertentu lebih

utama dari suku lain, tidak ada jenis kelamin tertentu lebih

mulia dari jenis kelamin yang lain; suku Arab tidak lebih utama

dari Ajam (Non Arab), laki-laki tidak lebih unggul dari kaum

wanita, dan seterusnya, dan sebagainya. Keutamaan seseorang

bukanlah ditentukan oleh nasab dan keturunan. Kemuliaan

bukanlah ditentukan oleh harta benda dan kekayaan. Bukan

pula keluhuran itu di tentukan oleh pangkat dan kedudukan.

Keutamaan, kemuliaan dan keelamatan seseorang ditentukan

oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT.

b. Perintah taqwa dalam hadits

1) Hadits riwayat Turmuzi

جنبدح وأث عجذ أث رس جنذة ث ع يعبر ث ججم سض ح انش

بكنذ ث و وسهى لبل، "ارك هللا ح سسىل هللا صه هللا عه ب ع هللا عنه

)سواه انزشيز حهب، وخبنك اننبس ثخهك حس ئخ انحسنخ ر ، وأرجع انس

ثعض اننسخ حس صحح(ولبل حذث حس وف

“Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu

Abdurrahman, Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma dari

Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam beliau bersabda:

Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah

keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan

pergauilah manusia dengan akhlak yang baik”(Riwayat

Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan

dikatakan hasan shahih)

.

Hadits di atas berisi petuah Rasulullah SAW untuk

sahabat Mu‟adz bin jabal, khususnya, dan seluruh umat

manusia pada umumnya, untuk senantiasa bertaqwa kepada

Allah dimana mereka berada, dan bergaul dengan orang lain

dengan pergaulan yang baik. Bukan orang yang bertakwa orang

yang tidak mampu bergaul dengan baik kepada orang lain.

Banyak orang yang bertakwa, orang yang akhlaknya buruk dan

bejat. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu membawa

manfaat kapan dan dimanapun ia berada. Oleh karena itu,

hendaklah setiap orang bertakwa kepada Allah, karena

ketakwaan itulah kunci keselamatan kelak di hari Akhirat, dan

sarana yang mampu mengantarkannya kepada kemuliaan di sisi

Allah.

Agar dalam hidup dan kehidupan senantiasa

menbiasakan diri maka manusia diperintahkan dengan:

a) Bertakwa kepada Allah seoptimal mungkin. Bertakwa

kepada Allah dalam batas maksimal yang kita mampu

untuk melakukannya, tidak setengah-setengah.

b) Mengerjakan sesuatu dengan segala dedikasi dan totalitas,

kerjakanlah sesuatu dengan segenap daya dan kemampuan,

jangan setengah-setengah, karena hasil yang baik tidak

akan pernah terwujud dari kerja yang setengah-setengah

dan tidak optimal.

c) Berdzikir (ingat) kepada Allah kapan dan dimana pun

berada, dalam kesendirian maupun dalam keramaian, di

dalam rumah, maupun dekat pohon dan bebatuan.

Berdzikir kepada Allah hendaklah dilakukan setiap saat

dan keadaan.

d) Segera bertaubat ketika terlanjur melakukan suatu dosa.

Mohonlah ampun kepada Allah ketika terlanjur melakukan

kekhilafan dan kesalahan, lalu iringilah setiap keburukan

dengan kejahatan, karena ia akan menghapusnya. Selalu

mohonlah ampun kepada Allah, karena Allah Maha

Pengampun, lagi Maha Penerima Taubat.

e) Lakukanlah segala sesuatu sesuai proporsinya. Jika harus

dengan sembunyi-sembunyi. Namun jika harus dengan

terang-terangan, sesuatu yang seharusnya musti dikerjakan

dengan sembunyi-sembunyi, demikian pula sebaliknya.

Lakukanlah segala sesuatu sebagaimana mestinya, karena

yang demikian itu adalah cermin keadilan.

4. Karakteristik Manusia Yang Bertakwa

Takwa secara terminologis memiliki peristilahan yang beragam,

Al- asfahani misalnya, mengistilahkan takwa dengan memelihara diri

dari dosa dengan meninggalkan segala yang haram (Shaleh, 2006: 4).

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Isma‟il. Menurutnya

takwa adalah takut kepada azab Allah dengan melaksanakan segala

perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Menurut al Syafi‟i (w.

204 H./820 M.), Takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan

menjauhi segala larangannya dengan cara melaksanakan segala

perbuatan yang diperintah, dan menjauhi segala perbuatan yang

dilarang menurut kemampuan manusia. Menegaskan, takwa adalah

suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan melaksanakan

perintahnya dan menjauhi larangannya dengan penuh ikhlas. Adapun

karakter manusia yang bertakwa sebagai berikut:

a. Mentaati

Taat dalam bahasa arab al-qanitin dari kata qanata-yaqnutu

artinya tetap taat kepada Allah dengan tunduk (Shaleh, 2006: 97).

Al-qanitin adalah insan-insan yang tetap taat kepada Allah

dengan tunduk, baik siang maupun malam, baik sehat maupun

sakit, baik senang maupun susah, semua miliknya diabdikan

kepada-Nya dengan khusyuk utuk mencapai mardhatillah.

b. Sabar

Kata sabar (shabr) dalam bahasa arab berasal dari kata

shabara yashbiru, yang bermakna: “menahan diri dari kesulitan,

atau mengendalikan diri sesuai dengan yang dikehendaki akal dan

syara‟ (Ashaf Shaleh, 2006: 88). al-Shabuni mengatakan orang-

orang yang takwa yaitu orang- orang yang sabar dalam kesempitan

dan penederitaan. Lebih jauh lagi, Iman Gazali (w. 505 H)

mengemukakan tiga kategori sabar dalam Alqur‟an yaitu:

1) Sabar melaksanakan kewajiban- kewajiban dari Allah, ini

pahalanya 300 derajat;

2) Sabar meninggalkan larangan-larangan Allah (yang haram), ini

pahalanya 600 derajat;

3) Sabar meghadapi musibah pada fase pertama, ini pahalanya

900 derajat. Kategori ini di utamakan dari kategori yang lain,

karena hampir semua mukmin bisa bersabar mengerjakan yang

wajib dan meninggalkan yang haram, sedang menghadapi

musibah hanyalah para nabi yang sanggup bersabar

menerimanya karena itu sangat berat hati memikulnya. Ali bin

abi thalib mengatakan sabar itu ada tiga macam: Sabar ketika

menderita, Sabar dalam ketaatan, Sabar untuk tidak membuat

maksiat (Permadi, 1995:108).

Bahwa manusia akan mendapatkan musibah sesuai dengan

kadar agamanya. Musibah terberat dibebankan kepada para nabi,

kemudian orang-orang shaleh dan seterusnya. Mereka itu dapat

bersabar menghadapi musibah, karena orang- orang bertakwa.

c. Benar

Kata al-shadiqin merupakan isim al-fa‟il dari shadaqa-

yashduqu, terulang dalam Alqur‟an sebanyak 50 kali yang berarti:

perkataan yang sesuai dengan hati dan yang (Shaleh, 2006: 95).

Sikap benar adalah sesuatu yang esensial sekali bagi manusia,

karena ia merupakan refleksi kebaikan, sebagaimana sabda

rasulullah:

صه هللا عهو وسهى لبل عجذهللا ث يسعىد سض هللا عنو ع اننج ع

جم نصذق انش انجش هذ إن انجنخ و إ ذق هذ إن انجش وإ انص :إ

مب حز كزت )يزفك عهو (عنذ هللا صذ

“Ibnu Mas‟ud r.a., dari Nabi, beliau bersabda,

“sesungguhnya kebenaran membawa kebaikan, kebaikan itu

member petunjuk (umtuk mengamalkan amalan-amalan yang bisa

memasukkan) surga. Sesungguhnya seorang laki-laki hendaknya

bersikap benar sehingga dia ditulis di sisi Allah orang yang

benar.” (H.R. Bukhori dan Muslim)

Hadits di atas memberikan isyarat betapa besar potensi

sikap benar dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan

beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, di dunia

karena sikap benar itu membawa kebaikan dan kebaikan itu

membawa kesurga yang merupakan kesempurnaan nikmat Allah.

d. Pemaaf

Kata al faw dan yang seakar dengannya terulang dalam

Alqur‟an sebanyak 35 kali yang berarti memaafkan dosa dan tidak

menghukum (Shaleh, 2006: 106). Menurut al-Asfahani, al-„afw,

berarti menjauhkan diri dari dosa. Sebagaimana firman Allah

QS.al- Syura‟: 40.

عفب وأصهح فأجشه عه انو . . . . " " . . . ف

“…maka barang siapa memafkan dan berbuat baik maka

pahalanya atas (tanggungan) Allah….”

Dalam bahasa sehari-sehari al-afw biasanya diartikan

dengan pemaaf, dan mengampuni. Dalam konteks ini Allah

berfirman dalam Alqur‟an Surah Ali-Imran: 134.

اننبس . . . ." ع " . . . وانعبف

“. . . dan memaafkan (kesalahan) manusia. . . .”

Di dalam sepenggal ayat di atas Allah menginformasikan,

bahwa salah satu karakteristik manusia yang bertakwa adalah

selalu memaafkan kesalahan orang lain, padahal mereka mampu

membalas. Karena itu menurut Abdullah memaafkan adalah satu

derajat diatas di atas derajat mengendalikan diri, karena orang yang

mengendalikan diri itu kadang-kadang disertai dengan sentimen

dan dendam, tetapi kalau memaafkan, bersih dari dendam dan

sentimen. Karena itu manusia yang pemaaf adalah manusia yang

bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah: 237.

". . . . وأ رعفىا ألشة نهزمىي. . ."

“. . . dan permaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa . . . .‟‟

Potongan ayat di atas menegaskan bahwa orang yang

pemaaf adalah manusia yang bertakwa, sedang yang dimaksud

takwa dalam potongan ayat ini adalah takwa yang menuntut sebuah

bukti nyata dengan aplikasi dalam semua bidang kehidupan

manusia. Jadi insan pemaaf itu adalah insan yang bertakwa yang

suci dari sifat sentimen.

e. Menafkahkan (menyedekahkan) sebagian harta

Kata yunfiqu dan yang seakar dengannya ditemukan dalam

Alqur‟ansebanyak 73 kali, yang bermakna menafkahkan harta atau

yang lain, baik yang wajib maupun yang sunah (Shaleh, 2006: 83).

Menurut al-Sabuni, menafkahkan dan menyedekahkan harta di

jalan kebajikan dan kebaikan, jadi yunfiq berarti menafkahkan

harta dijalan Allah, baik yang wajib maupun yang sunah. Adapun

dalil yang berbicara tentang menafkahkan harta sebagai ciri khas

orang orang bertakwa adalah QS. Al Baqarah: 177.

الئكخ وانكزبة . . ." وانىو االخش وان ثبلل آي انجش ي غشة ونك وان

بل عه حجو رو انمشث وآر ان واننج واث سبك وانزبي وان

لب وف انش جم وانسبئه ". . . .انس

“...dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat,

anak anak yatim, orang orang miskin, musafir yang memerlukan

bantuan, orang orang yang meminta minta dan memerdekakan

hamba....”

Mendermakan sebagian harta yang baik dan disayangi

kepada orang orang yang butuh harus disalurkan kepada orang

orang yang berhak, seperti kaum kerabat, karena mereka yang

paling wajar dibantu; anak anak yatim, karena mereka tidak punya

orang tua dan usaha; fakir miskin, karena kehabisan biaya; orang

orang yang meminta minta karena saking miskinnya; dan

memerdekakan hamba sahaya.

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa orang bertakwa

kepada Allah yaitu orang yang selalu mendermakan hartanya baik

baik pada waktu lapang maupun pada waktu sulit, baik pada waktu

senang maupun pada waktu susah, baik di waktu sendirian maupun

di waktu ramai. Jadi, menafkahkan harta merupakan nilai positif

bagi kehidupan untuk menjalin hubungan sesama insan dan

menjaga keakraban.

5. Karunia Allah Kepada Manusia Yang Bertakwa

a. Keberkahan

Kata barakah secara literal berarti kebaikan (Shaleh, 2006:

121). Barakah merupakan kebaikan yang stabil yang dilimpahkan

kepada orang- orang yang bertakwa.

Jika manusia itu beriman kepada Allah, malaikat-

malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya dan hari akhirat, dan

mereka bertakwa kepadanya dengan meninggalkan yang dilarang

dan yang diharamkan oleh Allah,

maka Allah akan melimpahkan berkah dari langit dari hujan

dan berkah dari bumi dengan tumbuh- tumbuhan, buah- buahan,

hewan ternak, stabilnya keamanan dan kedamaian, dan

terwujudnya segala yang bermanfaat dan kebaikan yang diciptakan

dan diatur oleh Allah.

Al-Thabathaba‟i menginformasikan, jika umat manusia

beriman dan bertakwa dengan sebenarnya, maka Allah akan

melimpahkan berkah dari langit, dengan ukuran yang bermanfaat

bagi manusia dan berkah dari bumi. Berkah itu akan dianugerahkan

kepada penduduk suatu negeri kalau mereka beriman dan bertakwa

semuanya. Tetapi kalau sebagian mereka beriman dan bertakwa,

maka hal itu tidak akan dapat mematikan kekufuran dan kefasikan,

dengan demikian tidak bisa menghilangkan kerusakan.

Pendapat di atas dipahami bahwa berkah menurut kadar

yang bermanfaat akan dianugerahkan Allah kepada penduduk suatu

negeri jika seluruh penduduk itu beriman dan bertakwa atau akan

dianugerahkan kepada umat manusia apabila mereka semua

beriman dan bertakwa kepada Allah.

b. Memperoleh Rahmat

Rahmat secara literal berarti kasih sayang. Tetapi, jika

rahmat tersebut disandarkan kepada Allah dalam arti rahmat dari

Allah maka ia diartikan sebagai ihsan yaitu nikmat yang Allah

karuniakan kepada hambanya, dan jika rahmat itu datang dari

manusia kepada sesamanya maka ia diartikan dengan kasih sayang

dan lemah-lembut (Shaleh, 2006: 124).

Mufasir menjelaskan bahwa secara umum, rahmat Allah

diberikan kepada semua makhluk di dunia, tetapi di akhirat rahmat

Allah itu khusus diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Al-

Sabuni, Mengemukakan bahwa orang yang bertakwa kepada Allah

dengan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala

larangannya, serta senantiasa menetapkan keimanan pada Rasul

Allah akan dianugrahi dua bagian rahmat.

Pandangan diatas, mengandung sebuah seruan untuk

mengaplikasikan takwa dalam berbagai aspek kehidupan

beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan tujuan

pencapaian rahmat Allah di dunia dan di akhirat.

c. Kegembiraan Dunia Akhirat

Kata busyra‟ bermakna berita yang menggembirakan.

Bahwa orang mukmin membenarkan Allah, Rasul- rasulnya, dan

apa yang dibawanya dari Alla, serta bertakwa kepada Allah dengan

melaksanakan segala kewajiban yang diperintahkan Allah dan

menjauhi segala larangannya, mereka selalu berada dalam

kegembiraan di dunia dan akhirat (Shaleh, 2006: 128).

d. ilmu pengetahuan („ilm)

kata „ilm secara etimologis berarti mengetahui hakikat

sesuatu dengan yakin (idrak al-sya‟I bihaqiqatih „an yaqin).

Bahwa orang- orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapat

pengajaran dari Allah akan sesuatu yang menjadi petunjuk dalam

urusan dunia dan urusan agama (Shaleh, 2006: 148).

Muhammad Abduh memaparkan bahwa orang-orang yang

mendasari ketakwaan (bertakwa) kepada Allah, niscaya Allah

mengajarkan suatu kemaslahatan, dan memelihara harta serta

memperkokoh persatuan diantara mereka. Lebih lanjut Abduh

memaparkan penafsiran para ulama tasawuf populer, yang

menyatakan bahwa takwa merupakan sebab terwujudnya ilmu

pengetahuan. Menanggapi ulama tasawuf yang di ungkapkannya,

Abduh mengkritik bahwa penafsiran tersebut tidak rasional.

Karena berdasarkan pendapatan rasional yang populer, bahwa

sebenarnya ilmu itulah yang membuahkan ketakwaan. Tidak ada

takwa tanpa ilmu, dan ilmu merupakan dasar pertama ketakwaan

kepada Allah.

Mengamalkan ilmu merupakan termasuk perintah Allah

(QS. Al-shaff: 2-3). Selain itu mengamalkan ilmu juga termasuk

salah satu unsur devinisi takwa. Tegasnya, bahwa mengamalkan

ilmu merupakan cermin ketakwaan yang juga menyebabkan

terwujudnya ilmu yang tidak dipelajari. Semua disebabkan oleh

terjalinnya hubungan timbal- balik takwa dan ilmu. Pada satu sisi

lain, takwa merupakan sebab terwujudnya ilmu pengetahuan,

sedangkan pada sisi lain, ilmu merupakan penunjang terwujudnya

ketakwaan. Jadi, ilmu dan takwa harus selalu berinteraksi.

e. Ketenangan hati

Kata tathma‟innu artinya tenang, tetap, dan mantap setelah

mengalami kegelisahan dan goncangan, Adapun kata al-sakinah

artinya ketenangan hati. Al-Asfahani dalam redaksi yang berbeda,

mengartikan Al-sakinah dengan hilangnya rasa takut. Pengertian-

pengertian diberikan pada para tokoh, terhadap dua kata diatas,

terlihat sesuai dengan pemaknaan yang biasa melekat pada kedua

kata di atas. Kata ithma‟anna dalam penggunaannya biasa diartikan

dengan “ketentraman hati” sedangkan kata al-sakinah diartikan

dengan “ketenangan hati” (Shaleh, 2006: 162).

Tentang hubungan ketenangan dengan orang yang

bertakwa, dalam ayat-ayat Alquran, Allah menjanjikan bahwa Ia

senantiasa melimpahkan ketenangan dan ketentraman di dalam hati

orang- orang yang bertakwa. Berdasarkan janji Allah dan berkat

hidayah-Nya, hati orang yang beriman senantiasa mengingat

(berzikir) kepada Allah tak akan pernah sepi dari ketenangan dan

ketentraman. Atas dasar pemikiran serupa, Mahmud Hijazi, bahkan

menandaskan bahwa zikir kepada Allah merupakan satu-satunya

obat yang dapat menenangkan hati yang gelisah. Satu penalaran

yang timbul kemudian, jika orang yang beriman telah dijanjikan

Allah dengan ketenangan hati, tentu hal yang serupa dianugrahkan

pula oleh Allah kepada orang yang bertakwa yang hatinya lebih

dekat kepada-Nya.

6. Fungsi takwa

Adapun fungsi peningkatan ketakwaan sebagai berikut :

a. Takwa sebagai motivasi dalam beramal

Sebagai insan yang berakal dan berhati nurani, manusia

pasti memiliki motivasi yang memberikan dorongan dalam

beramal, dan takwa sebagai nilai luhur dan mulia yang dilandasi

oleh nilai spiritual, moral, etika dan tanggung jawab merupakan

satu alternatif motivasi terbaik yang mampu menjiwai,

menggerakkan, dan mengendalikan amal perbuatan dalam rangka

membangun kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Shaleh, 2006:

191).

Menurut hemat penulis, dalam konteks ibadah, amal

merupakan perbuatan yang baik, artinya bahwa semua amal

(perbuatan) yang baik dalam syara‟ dipandang sebagai ibadah.

Dalam QS. At- Taubah: 71.

ؤينبد ثعضهى وان ؤينى عشوف ونهى وان ثبن أونبء ثعض أيشو

نكش ان " . . . . ع

“dan orang- orang yang beriman, laki- laki dan

perempuan, sebagian mereka (menjadi) penolong bagi sebagian

yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf dan

mencegah dari yang munkar....”

Suatu penegasan di sini, jika orang mukmin mampu

melaksanakan „amr ma‟ruf nahy „an al-munkar, tentu demikian

juga dengan orang yang bertakwa, karena dibandingkan dengan

orang mukmin, derajat dan kemuliaan dengan orang yang bertakwa

lebih tinggi. bahwa orang yang bertakwa selalu menyeru berbuat

makruf dan melarang berbuat mungkar. Artinya dalam ketakwaan

mutlak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, jika terjadi

ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan, maka mereka

termasuk dalam golongan mukmin yang dibenci Allah.

b. Takwa sebagai pengendali dan pengawas utama manusia dari

perbuatan tercela

Takwa merupakan pengendali dan pengawas yang paling

efektif. Karena hanya Allah-lah yang maha mengetahui, maha

mendengar, dan maha melihat semua perbuatan manusia, sehingga

manusia bertakwa tidak pernah lepas dari pengawasan-Nya

(Shaleh, 2006: 196).

Perbuatan tercela hanya dapat tercegah dengan adanya

rahmat dari Allah dan ketaatan yang dijiwai oleh keimanan dan

ketakwaan serta keikhlasan, karena orang yang bertakwa dengan

pakaian takwanya dapat terpelihara dari musuh, setan dan hawa

nafsu.

Dalam upaya penyempurnakan nikmat Ilahi kepada

manusia, Allah menjadikan pakaian untuk memelihara diri manusia

dari panas matahari, dingin, angin, dan sebagainya. Dan baju besi

memelihara diri dari segala musuh dalam peperangan, begitu pula

Allah menjadikan “pakaian takwa” untuk memelihara manusia dari

musuh syetan dan hawa nafsu, sebaliknya orang yang tidak

beriman dan tidak bertakwa dikuasai dan dikendalikan oleh syetan.

7. Hikmah Takwa

Setiap perintah Allah mempunyai hikmah, begitu juga perintah

bertakwa (Shaleh, 2006: 14). Takwa ditekankan kepada manusia,

karena ia memilki kandungan esensial, dalam kehidupan manusia di

dunia dan di akhirat. Di dalam Alqur‟an Allah telah menyinggung tiga

hikmah ataupun keuntungan bagi orang yang bertakwa, yaitu:

a) Memperoleh rahmat di dunia dan akhirat

Secara etimologis berarti kelemahlembutan dan kasih

sayang. Pengertian rahmat secara umum banyak tokoh yang

mendefinisikan rahmat mempunyai persepsi tersendiri. Al-Jurjani

(w. 816 H.) Mendefinisikan rahmat sebagai kehendak

menyampaikan kebaikan. al-Asfahani (w. 502 H.), yaitu kasih

sayang yang disertai dengan ihsan kepada orang yang dirahmati,

tetapi adakalanya bermakna kasih sayang, dan kadang-kadang

berarti ihsan (berbuat kebaikan).

Jika dihubungan dengan Allah, maka ia bermakna ihsan.

Karena rahmat itu datang dari Allah, yaitu memberi nikmat dan

karunia, sedang rahmat dari manusia, yaitu kasih sayang dan

kelemah-lembutan. Rahmat Allah di dunia dilimpahkan kepada

orang mukmin dan kafir, sedang rahmat-Nya di akhirat hanya

dianugerahkan kepada orang-orang mukmin saja.

b) Meraih keuntungan di dunia dan akhirat

Kata Al-falah dan yang seakarnya ditemukan dalam

Alqur‟an sebanyak 40 kali, yang secara leksikal bermakna

“Keuntungan, keadaan baik, dan keselamatan”, tetapi dalam bahasa

indonesia biasanya diartikan dengan keuntungan ataupun

kemenangan. Al-Asfahani, al-falah berarti “keuntungan dan

tercapainya tujuan”.

Keuntungan ada dua macam, yaitu keuntungan duniawi dan

ukhrawi. Keuntungan duniawi merupakan keuntungan yang diraih

didunia berupa kebahagiaan, panjang umur, kaya dan mulia.

Sedang keuntungan akhirat merupakan keuntungan kekal abadi,

kaya, mulia dan berilmu.

c) Mensyukuri nikmat Allah

Kata Syukr diartikan dengan memuji Allah atas penciptaan-

Nya yang baik. Syukur merupakan kewajiban hamba terhadap

khaliknya semata. Akan tetapi sebenarnya Allah juga bersyukur

terhadap hamba-Nya. Syukur Allah terhadap hambanya

diaplikasikan dalam pemberian pahala terhadap amal hamba-

hamba-Nya yang berbuat kebajikan dengan ganjaran yang

sempurna.

C. Hubungan Aktifitas Renungan Malam Pramuka Dengan Ketakwaan Siswa

Aktivitas renungan di waktu malam pada kegiatan pramuka sangat

penting agar kita dapat menghayati dan memberikan penghargaan pada

tokoh Pramuka Dunia, sekaligus untuk meningkatkan hubungan

silaturahmi sesama anggota Pramuka dan menambah wawasan yang lebih

luas lagi di bidang kepramukaan pada tunas-tunas muda dan generasi

muda.

Renungan malam pramuka merupakan aktifitas dalam kegiatan

pramuka yang dilaksanakan pada malam hari dengan dibimbing oleh

pembina dan di bacakan naskah singkat yang menguasai nilai-nilai

spiritual, mental dan moral dalam upaya mengamalkan satya dan darma

Pramuka. Renungan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetuk hati para

Pramuka agar selalu ingat Satya dan Darmanya dan selalu

mengamalkannya sesuai dengan motto “Satyaku kudarmakan, darmaku

kubaktikan” (Kwarnas, 2011: 97).

Ketakwaan merupakan bentuk pengungkapan hati yang sangat

dalam tentang keberadaan tuhan (Mubin, 2007: 44). Ketakwaan

merupakan pengakuan akan diri manusia yang kerdil dan pengakuan

ketakutan terhadap kebesaran sang maha agung. Sebab, takwa adalah inti

dari segala kebajikan. Dengan kita merasakan ketakutan akan keberadaan

Allah Swt sebagai penguasa bumi dan kehidupan, maka ini akan

berdampak pada tingkatan seseorang dalam kehidupan, baik dalam

hubungan personal, emosional, maupun hubungan kerja.

Motivasi ketakutan kepada Allah Swt. Bagi orang yang biasa atau

awam merupakan tingkat ketakwaan yang didasari oleh ketakutan atas

berbagai gambaran yang telah diberitakan al-Qur‟an tentang suatu keadaan

yang membuat manusia akan menderita dan merasakan kepedihan sangat

mendalam. Motivasi ini dipicu oleh praduga tentang api neraka yang akan

melumat- lumat tubuhnya.

Ketakwaan karena motivasi mencari ridha Allah menjadikan

seseorang akan secara total melakukan segala aktivitas kehidupannya

hanya untuk mencari ridha tuhan. Berbeda dengan seseorang yang takut

kepada Allah Swt. Karena ketakutannya kepada ancaman api neraka. Ia

akan mencari penyelamatan dari api neraka dengan melakukan ibadah dan

kebaikan sebatas untuk kepentingan hal tersebut.

Jika derajat takwa sudah dicapai maka secara otomatis akan

terwujud pula pengaruh positif dari sikap ketakwaannya dalam sikap dan

perilaku hidup sehari-hari, hal itu sesungguhnya merupakan konsekuensi

logis dari ketakwaan yang telah terpatri dalam jiwa. Orang yang bertakwa

(muttaqin) akan selalu menebarkan kebaikan dalam segala pola

hubungannya, baik dalam hal berhubungan dengan Allah (hablum

minallah), maupun dengan sesama manusia (hablum minannas).

Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal itu implikasi takwa dalam

kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Takwa dan takut kepada azab Allah, orang yang takwa pasti akan

mempunyai rasa takut kepada Allah dan juga terhadap siksanya. Orang

yang takwa akan senantiasa merasakan berada dalam pengawasan

Allah, sehingga ia akan merasa takut untuk melakukan kedurhakaan

dan kemaksiatan terhadap Allah, terlebih jika teringat akan azab Allah

yang amat pedih. Dengan demikian perasaan takut kepada Allah, akan

selalu menjadi bagian yang terpisahkan dalam diri orang yang

bertakwa. Orang yang bertakwa akan senantiasa berpola pikir “Saya

takut siksa Allah, jika saya mendurhakainya”.

2. Takwa dalam kebajikan, orang yang bertakwa selalu melakukan amal

kebajikan, karena orang yang bertakwa akan selalu melakukan segala

perintah Allah, serta menjauhi larangannya. Jika ia orang yang

bertakwa dalam arti sebenar-benarnya, tidak mungkin ia melakukan

keburukan dan kejahatan, karena itu bertentangan dengan ketentuan

Allah. Melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi seluruh

larangannya semua untuk keselamatan kedamaian dan kebahagiaan diri

manusia sendiri.

3. Takwa dan ikhlas, salah satu essensi takwa adalah tumbuhnya

kesadaran bahwa Allah itu Maha Hadir dan senantiasa mengawasi

gerak gerik, tingkah laku dan perbuatan kita. Menyadari kemaha-

hadiran Allah di dalam kehidupan kita, tentu bukan dalam arti dzatnya,

namun yang dimaksud adalah kekuasaannya, rahmatnya,

pengawasannya, kemaha-tahuannya dan lain-lain. Hal yang demikian

itu akan mengantar seseorang yang bertakwa kepada suatu keadaan

batin dan sikap hidup, bahwa ia ingin menyandarkan diri kepada Allah,

ia hanya ingin menjadikan Allah sebagai tujuan dari setiap amalnya,

ingin memperoleh pengakuan dari Allah atas setiap amal yang

dikerjakan dan ingin mendapat penilaian dari Allah.

4. Takwa dan sabar, orang takwa senantiasa sabar dalam menghadapi

berbagai permasalahan, karena kesabaran adalah salah satu tanda

ketakwaannya yang ada pada seseorang. Orang akan tampak

ketakwaannya, jika mampu menampilkan kesabaran yang proporsional

dalam seluruh aspek kehidupan.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang

1. Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang adalah sekolah cabang dari SMK Wikrama Bogor dan

sekolah ini berada di lingkungan pondok pesantren Mahiru Hikam

yang beralamat di Jl. Klero Suruh, KM. 5 Payudan RT. 18/05 Ds.

Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang.

Awal berdirinya Pondok Pesantren Mahirul Hikam pada tahun

1985 dimulai dengan 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang

santri yang non mukim, dari tahun-ketahun bertambahlah santri

dilingkungan Pondok ini, kemudian pada tahun 1987 mulai diadakan

pendidikan Madrasah Diniyah Assalafi, dari tingkat Madrasah Ibtida‟,

Al-Wustho dan Al-Ula, Dari tahun-ketahun bertambahlah siswa dan

santri pada Pondok ini, kemudian pada tahun 1991 diresmikan Pondok

Pesantren ini dengan di Akta Notariskan atau sebagai Yayasan dengan

nama “Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam Assalafi

(YPKUI) Assalafi” dengan Notaris oleh Nur fari‟ah latif, S.H. pada

tahun 1991. Dan Yayasan diketuai Langsung oleh pengasuh pesantren

yaitu beliau Bpk. K.H. Muhammad Thoha, S.Pd, M.Pd. setelah

pesantren memiliki badan hukum, menimbang dengan segala

perkembangan santri dan perkembangan zaman. Kemudian Yayasan

mengikuti progam pemerintah wajib belajar 9 tahun, dewan pengurus

Yayasan dan para pemuka pendidikan dilingkungan kecamatan

susukan dikumpulkan dan berembuk untuk mendirikan sebuah sekolah

menenganh pertama SMP/MTs yang kemudian menghasilkan satu

keputusan diadakanya sebuah MTs, yang diberi nama MTs Asssalafi.

Mulai juli 1993 berdirilah sebuah MTs di desa ini, dengan

murid pertama sekitar 160 orang untuk dijadikan 4 kelas, saat itu

Kepala Madrasahnya adalah K. Maftah Bajuri A.Md, dengan dibantu

22 orang pendidik dari para sarjana dilingkungan Kecamatan Susukan,

Kecamatan Tengaran, dan Kecamatan Suruh. Keseluruhan siswa dari

para santri dan warga sekitar. Pada saat itu sekolah masih menginduk

pada MTs Negeri Susukan yang saat itu masih dikepalai oleh Drs.H.

Qowaid. Setelah 5 tahun MTs berdiri kemudian diadakan Akreditasi

Sekolah oleh Departemen agama Kab. Semarang, yang kemudian pada

tahun 1996 MTs Assalafi dikepalai oleh Bapak Syamsul Marwan, SE.

Beliau adalah santri mukim yang berasal dari Palembang Sumatra

Selatan. Sekolah semakin berkembang didukung oleh fasilitas

sederhana dan semangat kerja dari para Dewan Guru dan Dewan

Komite Sekolah, kemudian pada tahun 1999/2000 MTs Assalafi di

pergantiaan Kepala Sekolah yang kemudian terpilih sebagai kepala

sekolah yaitu Bapak Jony Mohandis, S.Ag, Pada saat itu sekolah

terlihat semakin ada perkembangan dan dengan terlihat siswa menjadi

semakin banyak.

Melihat perkembangan tersebut Yayasan ingin meningkatkan

program pemerintah yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) yaitu pada tahun 2002/2003 Berdirilah SMA Assalafi. dengan

demikian Yayasan meyiapkan lembaga pendidikan bagi santri agar

mudah untuk melanjutkan sekolah berikut juga masyarakat

dilingkungan Kecamatan Susukan. Siswa-siswi MTs Assalafi dengan

mudah untuk melanjutkan sekolahnya.

Kemudian pada tahun 2011 K.H.Muhammad Thoha, M.Pd.

Kepala Madrasah, Kepala Sekolah, Komite, Dewan Guru dan para

tokoh masyarakat bersepakat dalam musyawarah untuk mendirikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar Santri dan Siswa-siswi

lulusan dari Assalafi menjadi manusia yang ber-akhlaqul karimah dan

mempunyai keahlian yang bisa diterapkan dalam dunia kerja,

kemudian hasil musyawarah memutuskan bahwa SMK yang berada di

Assalafi bersepakat untuk bekerjasama dengan SMK Wikrama Bogor,

kemudian pada pada hari Selasa, tanggal 21 Februari 2012 CV IDS

yang mengkonsultani dibidang pendidikan bagi SMK Wikrama Bogor,

SMK Wikrama 1 Jepara dan SMK Wikrama 1 Garut sepakat

bekerjasama dengan YPKUI Assalafi untuk menyelenggarakan

pendidikan kejuruan dan aspek pengembangannya di kecamatan

Susukan Kabupaten Semarang dengan nama SMK Wikrama 1

Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2012/2013.

Penandatanganan MOU dilaksanakan di SMK Wikrama Bogor oleh

senior consultant CV IDS Ir. Itasia Dina Sulvianti, M.Si dengan Ketua

Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Umat islam (YPKUI) Assalafi,

K.H.Muhammad Thoha, M.Pd Pada tanggal 14 Juli 2012 dilaksanakan

upacara peresmian SMK WIkrama 1 Kab. Semarang dan diikuti

dengan mulainya aktifitas sekolah pertama pada tanggal 16 Juli 2012

dengan jumlah siswa 38.

2. Letak Geografis

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Semarang,

terletak di wilayah kabupaten Semarang, tepatnya di dusun Talok, RT

18 RW 05, desa Kenteng, Kecamatan Susukan. Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) ini akrab di sebut Wikrama Semarang karena

merupakan salah satu sekolah cabang yang ada di semarang yang

berpusat di bogor jawa barat. Desa kenteng yang berada sekitar 43 km

arah selatan dari ibu kota kabupaten semarang memiliki aksesibilitas

baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di

sekitarnya oleh jalur transportasi jalan raya. Wilayah desa kenteng

merupakan salah satu desa pinggiran dari arah kabupaten semarang.

Dilihat dari topografi, ketinggian wilayah kenteng berada pada 765 m

ketinggian dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2000-

3000 mm/ tahun, serta suhu rata-rata pertahun adalah 23-29 derajat

celcius. Desa kenteng disebelah utara dilalui sungai kalongan yang

merupakan perbatasan desa kemetul kecamatan susukan. Keberadaan

sungai dengan air yang mengalir sepanjang tahun di desa kenteng

tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.

Secara administrasi desa kenteng terletak dikecamatan susukan,

kabupaten semarang. Daerah yang terletak di pinggir utara dengan luas

wilayah 482.545 ha kondisi tanah perbukitan. Adapaun batas daerah

desa dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Batas daerah desa kenteng tahun 2015

No Arah Batas daerah

1 Timur Desa koripan

2 Selatan Desa duren

3 Barat Desa Cukil

4 Utara Desa kemetul

3. Profil Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang

a. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMKWikrama 1

Kab.Semarang

Status Sekolah : Swasta

Nomor Rekomendasi Diknas : 421.3 / 268.A.

Tanggal Rekomendasi Diknas : 6 Desember 2011

NPSN : 69757146

NSS : 324032203027

Alamat : Dusun Talok, RT 18 RW05,

Desa Kenteng,Kecamatan

Susukan Kabupaken

Semarang, Provinsi

JawaTengah, 50777

Wilayah Daerah : Pedesaan

Tahun mulai KBM : 2012

Waktu KBM : Pagi

Status Tanah : Wakaf

Luas Tanah : 2.000 M2

Jarak Pusat ke Kecamatan : 6 KM

Jarak Pusat ke Kabupaten : 60 KM

Status Bangunan : Miliksendiri

Terletak Pada Lintasan : Pedesaan

Nama Kepala Sekolah : Tamami, S.Pd.I

Alamat Sekolah : Jl. Klero – Suruh Km. 05

Nomor Telepon : 081904922979 /

081914367259

b. Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang

Tabel 3.2

Visi dan Misi SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang 2015

Visi Misi

Menjadi sekolah kejuruan

teladan berbudaya

lingkungan yang unggul

dalam pendidikan karakter

yang berakhlaq mulia

dengan kompetensi di

bidang bisnis dan

manajemen serta teknologi

informasi dan komunikasi.

1. Melaksanakan pendidikan kejuruan

yang berkarakter kebangsaan,

kewirausahaan, dan berbudaya

lingkungan, yang relevan dengan

kebutuhan dunia usaha/industri dan

masyarakat.

2. Membina jejaring kerjasama dengan

potensi pengembangan sumberdaya

manusia, inovasi tepat guna, dan

kemajuan dunia usaha dan industri.

3. Menyelenggarakan gerakan cinta

tanah air, kepedulian lingkungan dan

tanggung jawab sosial sekolah

kepada masyarakat.

c. Tujuan SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang

1) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berkarakter

kebangsaan dan kewirausahaan, berbudaya lingkungan, dan

mengisi dunia kerja.

2) Mewujudkan citra dan reputasi kepemimpinan dan kinerja

sekolah yang baik.

3) Mewujudkan kesejahteraan sosial sekolah.

4) Mewujudkan sekolah sebagai benteng moralitas bangsa.

4. Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kab.

Semarang termasuk sekolah cabang yang baru untuk di kabupaten

semarang, sekolah tersebut berpusat di bogor. Bila tinjau dari usia

kelahirannya untuk cabang semarang sendiri yaitu pada tanggal 6

desember 2011, sehingga fasilitas dan sarana prasarana yang tersedia

pun masih sederhana dan terbatas, tetapi keterbatasan ini tidak

menghambat proses pendidikan dan pengajaran sebagai visi dan misi

sekolah. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah ini

anatara lain:

Tabel 3.3

Sarana prasarana SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang 2015

No Jenis Ruangan Jumlah

1

Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang

Administrasi (TU)

1

2 Ruang Rapat 0

3 Kamar mandi/WC. Guru 1

4 RuangTeori 4

5 Kamar mandi/WC siswa 2

6 Ruang Perpustakaan 1

7 Ruang BP/UKS 1

8 Ruang OSIS 1

9 Ruang Koperasi 0

10 Ruang Pokja PSG 0

11 Kantin Sekolah 1

12 Koperasi Sekolah 0

13 Pos Satpam 0

14 Ruang Multimedia 0

15 Ruang Lab. Mengetik 0

16 Ruang Lab. Komputer 1

17 Mushola 0

5. Aktivitas Renungan

Adapun Susunan Aktivitas renungan pada waktu malam dalam

kegiatan pramuka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas renungan

Sebelum aktivitas renungan malam dimulai peserta/siswa

dibangunkan dan diperintahkan untuk memakai penutup mata

tujuannya supaya peserta/siswa tidak mengetahui tempat yang akan

dibuat renungan

b. Renungan

Renungan pada waktu malam dalam kegiatan pramuka di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang tujuannya untuk pembentukan karak ter melalui (pikir,

tindakan dan sikap), Sasaran Aktivitas yaitu peserta renungan kelas

X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang yang mengikuti aktivitas renungan di waktu malam

dalam kegiatan pramuka yang di isinya tentang petuah-petuah dari

pembina pramuka yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang.

c. Wudhu

Wudhu merupakan salah satu bentuk mensucikan diri

tujuannya sebagai syarat sahnya melaksanakan ibadah sholat bagi

umat islam, Sasaran Aktivitasnya yaitu Seluruh peserta renungan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten

Semarang.

d. Sholat qiyamullail berjama‟ah

Sholat qiyamullail yang terdiri dari shalat tahajud dan

shalat witir tujuannya yaitu menciptakan kondisi sosial yang

kondusif bagi terciptanya lingkungan ibadah, Sasaran Aktivitas

Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang.

e. Dzikir

Aktivitas Dzikir adalah salah satu bentuk dan sebagai

penutup renungan di waktu malam dalam kegiatan pramuka

tujuannya yaitu sebagai bentuk penenangan hati dan jiwa pada diri

seseorang, Sasaran Aktivitasnya yaitu peserta renungan kelas X

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 kabupaten

Semarang.

6. Struktur Kepanitiaan Renungan Malam Pramuka Sekolah Menengah

Kejuruan tahun 2015

Ketua : Aisyii Maulida Azkiya

Skertaris : Ubaid Hawari

Bendahara : Martinah

Seksi-seksi

Konsumsi : Nifi Kurniawati

Acara : Enggal Pramono

Dek-dok : Royyan Miftachul Mukarom

Kor. Lapangan : Rizal Nahrowi

Perlengkapan : Agung Arief Apriyono

Humas : Amin Syarifudin

B. Penyajian Data Penelitian

1. Daftar Responden

Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang

dijadikan Obyek penelitian, yaitu siswa-siswi kelas X Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 kab. Semarang yang

mengikuti renungan:

Tabel 3.4

Daftar Responden

No Nama Alamat

1 Alifatul Ainunnisa Bogosari, Kec. Guntur, Kab. Demak

2 Binti Layinati

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

3 Damar Safera Jl. Dadapayam Km. 3 Suruh

4 Fatma Laila Asyifa

Doglo, Candi Gatak, Cepogo,

Boyolali

5 Febri Dwi Cahyani Tengaran, Kab. Semarang

6 Indah Kusuma. N

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

7 Indah Syirkatul. I

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

8 Lia Agus Trianingsih Miri, Duren, Kec. Tengaran

9 M. Didik Nugroho

Koripan, Kec. Susukan, Kab.

Semarang

10 M. Ibnu Aziz Asrofi Miri, Duren, Kec. Tengaran

11 M. Khasnan Khabib

Baran, Ketapang, Kec. Susukan, Kab.

Semarang

12 M. Khoirun Ni'am

Baran, Ketapang, Kec. Susukan, Kab.

Semarang

13 Muhammad Zumia

14 Rama Ardiansyah Truko Kec. Bringin Kab Semarang

15 Rika Widianingrum Jl. Pantaran Km 5 Ampel Boyolali

16 Tri Nanto Fahreza Jl. Pantaran, Km. 3, Ampel, Boyolali

17 Andrian Fatoni

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

18 Anis Nafuhah

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

19 Ayu Puji Astuti

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

20 Dwi Nur Afifah Wonosegoro ,Boyolali

21 Edy Muhammad. C

Winong Baru, Winong Kec. Boyolali,

Kab. Boyolali

22 Fikri Hasan

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

23 Istinganut Hidayah Mojolaban, Mojolaban, Sukoharjo

24 M. Riko Efendi Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

25 M. Wildan Taufiq

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

26 M. Yusuf Nidhom

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

27 M. Wahyu Purnomo

Baran, Ketapang, Kec. Susukan, Kab.

Semarang

28 Nur Lina Pakis, Kec. Bringin, Kab. Semarang

29 Nurul Aprilia Miri, Duren Kec. Tengaran

30 Nurul Siti Khoiriyah

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

31 Ruli Nur Afifah Jl. Pantaran Km 5 Ampel Boyolali

32 Setyo Ali Fais

Baran, Ketapang, Kec. Susukan, Kab.

Semarang

33 Siti Amiliya Wijayanti Sugihan, Tengaran, Kab. Semarang

34 Siti Fatimah

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

35 Siti Ruwati

Pulutan, Kebonan, Karanggede, Kec.

Boyolali

36 Zulfa Fitriani

Kadilobo, tegalwaton, tengaran,

semarang

37 Tri Nur Janah Payudan,Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

38 Tsani Anfal

Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,

Kab. Semarang

39 Tika Sulis Tiyani Miri, Duren Kec. Tengaran

40 Uswatun Khasanah Jl. Pantaran Km 5 Ampel Boyolali

2. Data, Jawaban dan skor Aktifitas siswa dalam renungan malam

pramuka

Dalam pengumpulan data Aktivitas renungan yang dilakukan

pada waktu malam di kegiatan pramuka, penulis mendistribusikan

kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga

alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3

b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2

c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1

Adapun hasil penyebaran kuesioner aktivitas renungan malam

pramuka dapat di lihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5

NO NAMA

BUTIR SOAL JAWABAN

SKOR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C

1 AA A A A A A A C A B B 7 2 1 26

2 BL A A A A A A A C C B 7 1 2 25

3 DS A B A A A A C A A B 7 2 1 26

4 FLA A A A A A A A A A A 10 0 0 30

5 FDC A B A A A A A B A B 7 3 0 27

6 IKN A B A A A A C C B B 5 3 2 23

7 ISI A A A A B A B C C B 5 3 2 23

8 LAT B A A B A A A A A B 7 3 0 27

9 MDN A B A B A A A A A B 7 3 0 27

10 MIAA C A A A A A A A A B 8 1 1 27

11 MKK B A A A A A A A A A 9 1 0 29

12 MKN A A A B A A A A A B 8 2 0 28

13 MZ A A A A A A A A A B 9 1 0 29

14 RA A A A A A A A A A B 9 1 0 29

15 RW A A A A A A A A A A 10 0 0 30

16 TNF A A A A A A A A A B 9 1 0 29

17 AF A A A A A A A A C B 8 1 1 27

18 AN A A A B A A A A A B 8 2 0 28

19 APA A A A A A A C C C B 6 1 3 23

20 DNA A A A A A A A A A B 9 1 0 29

21 EMC A A A B A A A A C B 7 2 1 26

22 FH A A A C A A A C C B 6 1 3 23

23 IH A A A A A A B A A A 9 1 0 29

24 MRE A A A A A A A A A B 9 1 0 29

25 MWT A A A A A A A A A B 9 1 0 29

26 MYN C A A B A B A A C B 5 3 2 23

27 MWP A A B B A B A A C A 6 3 1 25

28 NL A A A A A A A A A B 9 1 0 29

29 NA A A A B A B A A A B 7 3 0 27

30 NSK A A A B A B B A C B 5 4 1 24

31 RNA A A A A A A A A A B 9 1 0 29

32 SAF A A A B A A A C C B 6 2 2 24

33 SAW A A A B A B A A B B 6 4 0 26

34 SF A A A A A B A C C B 6 2 2 24

35 SR A A A A A A A A A A 10 0 0 30

36 ZF A B B B A B B A C B 3 6 1 22

37 TNJ A B A A A A A C C B 6 2 2 24

38 TA A A B A A A A A A B 8 2 0 28

39 TST A A A A A A A A A B 9 1 0 29

40 UK A A A A A A A A A B 9 1 0 29

Dari data hasil kuesioner aktivitas renungan malam pramuka

diperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 22 dari 40 responden.

3. Data, Jawaban dan Skor tentang Ketakwaan

Dalam pengumpulan data ketakwaan siswa, penulis

mendistribusikan kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal

terdiri dari 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3

b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2

c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1

Adapun hasil penyebaran kuesioner ketakwaan dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6

NO NAMA

BUTIR SOAL JAWABAN

SKOR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C

1 AA A A A A B A A B A B 7 3 0 27

2 BL A B B A A A A B A A 7 3 0 27

3 DS A A A A B A A A A A 9 1 0 29

4 FLA A A A A A A A A A A 10 0 0 30

5 FDC A A A A A A A A A A 10 0 0 30

6 IKN A A C A B A A B A A 7 2 1 26

7 ISI B B A B B A B A A A 5 5 0 25

8 LAT B A B A A A A A A A 8 2 0 28

9 MDN A A B A B B A B A A 6 4 0 26

10 MIAA B A B A B B A B A A 5 5 0 25

11 MKK A A A A A A A A A A 10 0 0 30

12 MKN B B A A A A A B A B 6 4 0 26

13 MZ A B B A B B A B A A 5 5 0 25

14 RA B A B A B A A B B A 5 5 0 25

15 RW B A A A A A A A A A 9 1 0 29

16 TNF B A B A A A A B A A 7 3 0 27

17 AF A B B B C B A B B A 3 6 1 22

18 AN B B B A A A A B A A 6 4 0 26

19 APA B A A A A B A B A A 7 3 0 27

20 DNA A A A A A A A B A A 9 1 0 29

21 EMC B A B A B C A B B A 4 5 1 23

22 FH A B A A A A A A A A 9 1 0 29

23 IH A A A A A A A A A A 10 0 0 30

24 MRE A A B A A A A B A B 7 3 0 27

25 MWT A A B A A A A B A B 7 3 0 27

26 MYN B B C A B B A B A A 4 5 1 23

27 MWP B A A A B C A B A A 6 3 1 25

28 NL A A B A A A A B A A 8 2 0 28

29 NA A B B A A A A B A A 7 3 0 27

30 NSK B A C A B B B B A A 4 5 1 23

31 RNA A A B A A A A A A A 9 1 0 29

32 SAF B B B A B C A A A A 5 4 1 24

33 SAW B C B A A B A C B A 4 4 2 22

34 SF B B B A B C A B A A 4 5 1 23

35 SR B A A A A A A A A A 9 1 0 29

36 ZF B B B A B C A B A A 4 5 1 23

37 TNJ C B B A B B B B A A 3 6 1 22

38 TA A A B A A A A B A A 8 2 0 28

39 TST A B B A A A A B A A 7 3 0 27

40 UK A A A A A A A A A A 10 0 0 30

Dari data hasil kuesioner ketakwaan diperoleh skor tertinggi

adalah 30 dan skor terendah adalah 22 dari 40 responden.

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Data

Seluruh data dari penelitian dari penyebaran kuesioner sudah

terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data

tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing yang mengacu pada

tujuan penelitian, yaitu sebagaimana berikut ini: pertama untuk

mengetahui bagaimana aktivitas renungan malam pramuka Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015

kedua untuk mengetahui bagaimana ketakwaan siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Ketiga

untuk mengetahui adakah hubungan aktivitas renungan malam pramuka

bagi peningkatan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Maka data yang diperoleh akan dianalisis sehingga dapat

kesimpulan akhir dari penelitian. Dalam menganalisis data tersebut

langkah yang ditempuh penulis sebagai berikut:

1. Analisis Pendahuluan

Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus:

P =

x 100 %

Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah total sampel

Rumus diatas untuk menganalisis data dari tiap-tiap kategori

kedua variabel yaitu hubungan renungan malam pramuka dengan

ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang Tahun 2015. Adapun langkah-langkah yang

diambil adalah:

a. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari kuesioner

b. Memprosentasekan jawaban

c. Menginterpretasikan hasil jawaban responden

Tabel 4.1

Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Tentang Aktivitas Renungan Malam

Pramuka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kab.

Semarang Tahun 2015

NO

Jawaban Nilai

Skor

A B C 3 2 1

1 7 2 1 21 4 1 26

2 7 1 2 21 2 2 25

3 7 2 1 21 4 1 26

4 10 0 0 30 0 0 30

5 7 3 0 21 6 0 27

6 5 3 2 15 6 2 23

7 5 3 2 15 6 2 23

8 7 3 0 21 6 0 27

9 7 3 0 21 6 0 27

10 8 1 1 24 2 1 27

11 9 1 0 27 2 0 29

12 8 2 0 24 4 0 28

13 9 1 0 27 2 0 29

14 9 1 0 27 2 0 29

15 10 0 0 30 0 0 30

16 9 1 0 27 2 0 29

17 8 1 1 24 2 1 27

18 8 2 0 24 4 0 28

19 6 1 3 18 2 3 23

20 9 1 0 27 2 0 29

21 7 2 1 21 4 1 26

22 6 1 3 18 2 3 23

23 9 1 0 27 2 0 29

24 9 1 0 27 2 0 29

25 9 1 0 27 2 0 29

26 5 3 2 15 6 2 23

27 6 3 1 18 6 1 25

28 9 1 0 27 2 0 29

29 7 3 0 21 6 0 27

30 5 4 1 15 8 1 24

31 9 1 0 27 2 0 29

32 6 2 2 18 4 2 24

33 6 4 0 18 8 0 26

34 6 2 2 18 4 2 24

35 10 0 0 30 0 0 30

36 3 6 1 9 12 1 22

37 6 2 2 18 4 2 24

38 8 2 0 24 4 0 28

39 9 1 0 27 2 0 29

40 9 1 0 27 2 0 29

Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah,

kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus:

i = ( )

Keterangan:

i : interval

Xt : nilai tertinggi

Xr : nilai terendah

Ki : kelas interval

Dari data hasil kuesioner aktivitas renungan malam pramuka di

peroleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 10, dengan

menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas, maka dapat diketahui

interval kelasnya, yaitu:

i = ( )

i = ( )

i =

i = 7

Kemudian dicari prosentase dalam aktivitas renungan malam

pramuka, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah total sampel

a. Untuk kategori tinggi tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 24 responden:

P =

x 100%

P = 60%

b. Untuk kategori sedang tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 6 responden:

P =

x 100%

P = 15%

c. Untuk kategori rendah tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 0 responden:

P =

x 100%

P = 0%

Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel

interval, distribusi frekuensi dan prosentase sebagai berikut:

Tabel 4.2

Interval, Frekuensi dan prosentase aktivitas siswa

No

Aktivitas siswa

dalam renungan

malam pramuka

Interval Frekuensi Prosentase

1 Tinggi 24 - 30 24 60%

2 Sedang 17 - 23 6 15%

3 Rendah 10 - 16 0 0%

40 75%

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa tingkat aktivitas

renungan malam pramuka mempunyai 3 kategori, yaitu: kategori tinggi

(A) terdapat 60% atau 24 siswa, kategori sedang (B) terdapat 6% atau 15

siswa, dan kategori (C) terdapat 0% atau 0 siswa.

Tabel 4.3

Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Ketakwaan Siswa

SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015

NO

Jawaban Nilai

Skor

A B C 3 2 1

1 7 3 0 21 6 0 27

2 7 3 0 21 6 0 27

3 9 1 0 27 2 0 29

4 10 0 0 30 0 0 30

5 10 0 0 30 0 0 30

6 7 2 1 21 4 1 26

7 5 5 0 15 10 0 25

8 8 2 0 24 4 0 28

9 6 4 0 18 8 0 26

10 5 5 0 15 10 0 25

11 10 0 0 30 0 0 30

12 6 4 0 18 8 0 26

13 5 5 0 15 10 0 25

14 5 5 0 15 10 0 25

15 9 1 0 27 2 0 29

16 7 3 0 21 6 0 27

17 3 6 1 9 12 1 22

18 6 4 0 18 8 0 26

19 7 3 0 21 6 0 27

20 9 1 0 27 2 0 29

21 4 5 1 12 10 1 23

22 9 1 0 27 2 0 29

23 10 0 0 30 0 0 30

24 7 3 0 21 6 0 27

25 7 3 0 21 6 0 27

26 4 5 1 12 10 1 23

27 6 3 1 18 6 1 25

28 8 2 0 24 4 0 28

29 7 3 0 21 6 0 27

30 4 5 1 12 10 1 23

31 9 1 0 27 2 0 29

32 5 4 1 15 8 1 24

33 4 4 2 12 8 2 22

34 4 5 1 12 10 1 23

35 9 1 0 27 2 0 29

36 4 5 1 12 10 1 23

37 3 6 1 9 12 1 22

38 8 2 0 24 4 0 28

39 7 3 0 21 6 0 27

40 10 0 0 30 0 0 30

Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah,

kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus:

i = ( )

Keterangan:

i : interval

Xt : nilai tertinggi

Xr : nilai terendah

Ki : kelas interval

Dari data hasil kuesioner peningkatan ketakwaan di peroleh

nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 10 dengan menggolongkan data

tersebut ke dalam 3 kelas, maka dapat diketahui interval kelasnya,

yaitu:

i = ( )

i = ( )

i =

i = 7

Kemudian dicari prosentase ketakwaan, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah total sampel

a. Untuk kategori tinggi tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 32 responden:

P =

x 100%

P = 80%

b. Untuk kategori sedang tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 8 responden:

P =

x 100%

P = 20%

c. Untuk kategori rendah tentang aktivitas renungan malam pramuka

ada 0 responden:

P =

x 100%

P = 0%

Untuk mengetahui lebih jelasnya penulis sampaikan dalam

bentuk tabel interval, distribusi frekuensi dan prosentase sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi dan Prosentase tentang Ketakwaan Siswa

No

Ketakwaan

Siswa

Interval Frekuensi Prosentase

1 Tinggi 24 – 30 32 80%

2 Sedang 17 – 23 8 20%

3 Rendah 10 – 16 0 0%

40 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa keakwaan siswa

mempunyai 3 kategori, yaitu: kategori tinggi terdapat 80% atau 32

siswa, kategori sedang terdapat 20% atau 8 siswa, dan kategori rendah

terdapat 0% atau 0 siswa.

2. Analisis Lanjut

Pada bagian ini, penulis melakukan analisis data untuk

membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis lakukan,

yaitu adakah hubungan aktivitas renungan malam pramuka bagi

peningkatan ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Terlebih dahulu penulis mencari ada tidaknya hubungan antara

variabel (correlation) yaitu aktivitas renungan malam pramuka

(variabel x) dan Peningkatan Ketakwaan siswa (variabel y) dengan

menggunakan korelasi product moment. Hasil perhitungan

menghasilkan nilai korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya

hubungan antar variabel. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan

rumus angka kasar sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi variable x dan y

xy : perkalian antara x dan y

x : variabel pengaruh

y : variabel terpengaruh

N : Jumlah sampel (Arikunto, 2010: 213).

Maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat tabel persiapan untuk mencari hubungan aktivitas siswa

dalam renungan malam pramuka dan peningkatan ketakwaan

siswa.

b. Mencari x, y, x², y² dan xy dengan cara mengkalikannya.

c. Memasukkan data x dan data y yang sudah ada dalam rumus

korelasi product moment.

Tabel 4.5

Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Data X dengan Y

No X Y x² y² XY

1 26 27 676 729 702

2 25 27 625 729 675

3 26 29 676 841 754

4 30 30 900 900 900

5 27 30 729 900 810

6 23 26 529 676 598

7 23 25 529 625 575

8 27 28 729 784 756

9 27 26 729 676 702

10 27 25 729 625 675

11 29 30 841 900 870

12 28 26 784 676 728

13 29 25 841 625 725

14 29 25 841 625 725

15 30 29 900 841 870

16 29 27 841 729 783

17 27 22 729 484 594

18 28 26 784 676 728

19 23 27 529 729 621

20 29 29 841 841 841

21 26 23 676 529 598

22 23 29 529 841 667

23 29 30 841 900 870

24 29 27 841 729 783

25 29 27 841 729 783

26 23 23 529 529 529

27 25 25 625 625 625

28 29 28 841 784 812

29 27 27 729 729 729

30 24 23 576 529 552

31 29 29 841 841 841

32 24 24 576 576 576

33 26 22 676 484 572

34 24 23 576 529 552

35 30 29 900 841 870

36 22 23 484 529 506

37 24 22 576 484 528

38 28 28 784 784 784

39 29 27 841 729 783

40 29 30 841 900 870

Jumlah 1071 1058 28905 28232 28462

Dari tabel di atas diketahui :

∑ 40

∑ = 28462

Data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus

product moment :

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) + * ∑ (∑ ) +

( )( )

√{ ( ) }{ ( ) }

√* +* +

√* +* +

B. Pengujian Hipotesis

Setelah (koefisien korelasi) dari kedua tabel variabel x dan y

diketahui, maka untuk mengetahui dapat tidaknya hipotesis diterima harus

dikonsultasikan dengan nilai hasil dari perhitungan dengan nilai r yang

terdapat pada r product moment sehingga dapat diketahui r yang dihitung

dan r yang ditabel signifikan atau tidak.

Hal ini dikarenakan bila r yang dihitung sama dengan atau lebih

besar dari r tabel 5% dan 1% maka dikatakan signifikan. Sesuai dengan

data 40 responden, maka dapat dilihat pada tabel nilai r product moment

pada taraf 1% yaitu diperoleh angka diperoleh angka 0,403 dan pada taraf

5% yaitu diperoleh angka 0,312. sehingga hasil dari r hitung sebesar 0,562

dikonsultasikan dengan nilai pada tabel product moment dalam taraf

signifikasi 5% yaitu diperoleh angka 0,312 (5% (0,562 > 0,312)). Berarti

produt moment pada hitung lebih besar dari product moment tabel, dan

pada tabel product moment dalam taraf signifikasi 1% yaitu diperoleh

angka 0,403 juga diketahui r pada hitung 0,562 lebih besar dari r pada

tabel taraf 1% yaitu diperoleh angka 0,312 (1% (0,562 > 0,403)), sehingga

hipotesis yang peneliti ajukan dapat diterima. Dengan demikian, hasil

sifnifikan yaitu terdapat hubungan yang signifikan pada aktivitas renungan

malam pramuka bagi peningkatan ketakwaan siswa di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Hal ini

terbukti dengan koefisien korelasi product moment bahwa dari hasil r

yang dihitung 0,562 berada berada diatas r yang terdapat pada tabel

dengan taraf signifikasi 1% (0,403) dan 5% (0,312) dengan N = 40

responden, maka diperoleh hasil dari 0,312 < 0,562 > 0,403.

Dari analisis data tersebut maka hipotesa kerja (Ha) yang berbunyi

“ada hubungan positif antara aktivitas renungan malam pramuka dengan

ketakwaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1

Kabupaten Semarang Tahun 2015 yang peneliti ajukan diterima”.

Denga kata lain ada hubungan positif antara antara aktifitas

renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa sekolah menengah

kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Artinya

semakin siswa aktif dalam renungan malam pramuka maka, semakin

tinggi pula ketakwaan siswa.

C. Pembahasan

Bila di prosentasikan dalam kategori adalah:

1. Aktifitas renungan malam pramuka pada siswa SMK Wikrama 1

Kabupaten Semarang Tahun 2015. Pada kategori tinggi sebanyak 24

siswa dengan interval 24-30 sebesar 60%, Kategori sedang sebanyak 6

siswa dengan interval 17-23 sebesar 15%, Kategori rendah sebanyak

dengan interval 10-16 sebesar 0% dari 40 responden.

2. Ketakwaan siswa pada SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun

2015. Kategori tinggi sebanyak 32 siswa dengan interval 24-30 sebesar

80%, Kategori sedang sebanyak 8 siswa dengan interval 17-23 sebesar

20% dan Kategori rendah sebanyak 0 siswa dengan interval 10-16

sebesar 0% dari 40 responden.

3. Hasil perhitungan analisis data membuktikan bahwa hipotesis yang

penulis ajukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015, hal ini terbukti dengan korelasi product moment bahwa

hasil r hitung = 0,562 dan r tabel untuk 5% = 0,312 sedangkan untuk

1% = 0,403 atau r hitung > r tabel. Demikian hipotesis yang penulis

ajukan diterima bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada

aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun

2015.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui tahapan

pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data maka penulis

selanjutnya dapat menarik kesimpulan dari penelitian berjudul

“HUBUNGAN AKTIFITAS RENUNGAN MALAM PRAMUKA

DENGAN KETAKWAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) WIKRAMA 1 KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015” sebagai berikut:

1. Aktifitas renungan malam pramuka pada siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 24 siswa dengan interval

24-30 sebesar 60%, tergolong kategori sedang sebanyak 6 siswa

dengan interval 17-23 sebesar 15%, tergolong kategori rendah

sebanyak 0 dengan interval 10-16 sebesar 0% dari 40 responden.

2. Ketakwaan siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama

1 Kabupaten Semarang Tahun 2015. Tergolong dalam kategori tinggi

sebanyak 32 siswa dengan interval 24-30 sebesar 80%, tergolong

kategori sedang sebanyak 8 siswa dengan interval 17-23 sebesar 20%

dan tergolong kategori rendah sebanyak 0 siswa dengan interval 10-16

sebesar 0% dari 40 responden.

3. Hasil perhitungan analisis data membuktikan bahwa hipotesis yang

penulis ajukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015, hal ini terbukti dengan korelasi product moment bahwa

hasil nilai r hitung = 0,562 dan r tabel untuk 5% = 0,312 sedangkan

untuk 1% = 0,403 atau r hitung > r tabel. Dengan demikian hipotesis

yang penulis ajukan diterima bahwa terdapat hubungan yang signifikan

pada aktifitas renungan malam pramuka dengan ketakwaan siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama 1 Kabupaten Semarang

Tahun 2015.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis memberikan

berbagai saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah

Hendaknya lebih memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler

pramuka karena merupakan salah satu wadah untuk menjadikan siswa

sebagai insan yang berkarakter melalui pendidikan karakter yang ada

di kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

2. Bagi pembina

Hendaknya mengembangkan aktivitas renungan dengan berbagai

konsep yang bervariasi sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan

tersebut dengan senang, ikhlas dan hikmat.

3. Bagi Siswa

Hendaknya mengikuti kegiatan renungan dengan hikmat dan

bersungguh-sungguh, supaya tujuan pelaksanaan renungan tercapai

yaitu menjadikan siswa lebih beristiqomah dalam hal apapun dan lebih

bertakwa khususnya dalam pembentukan watak dan moral dengan

didasari “kode kehormatan pramuka” yang merupakan norma dalam

kehidupan pramuka dan terpancar dalam pikir, sikap dan tingkah laku

pramuka sebagai hasil pembangunan watak dari proses kegiatan

pramuka.

Mengakhiri penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan syukur

yang tiada terkira kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu

banyak nikmat dan kasih sayang untuk hamba-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai rintangan dan dapat

menyelesaikan skripsi ini sesuai target yang ditentukan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap

adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian

yang lebih lanjut dan membawa banyak manfaat, khususnya bagi

penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-khuzaim, Muhammad Shaleh. 2004. Tuntunan Qiyamullail. Jakarta: Qisthi

Press.

Arif Rahman, Masykur. 2013. Renungan-renungan Harian Penyejuk Hati Setiap

Hari Sepanjang Tahun Untuk Semua Usia dan Profesi. Jogjakarta: Sabil.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter

di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.

Yogyakarta: Araska.

Farid, Ahmad. 2008. Quantu Takwa. Surakarta: Imtihan Asy Syaf‟i.

https://merbabu13.wordpress.com/2010/08/09/renungandanmanfaatnya/Diambil

Rabu, 05 Agustus. 2015 pukul 12.17.

http://sisyfasyfa4.blogspot.com/2011/06/teori-teori-renungan.htmldiambil jum‟at

26 juni 2015. pukul 14.31.

Irsyad, Muhammad. 2014. Intisari Do‟a & Dzikir. Yogyakarta: Mutiara Media.

Kwartir, Nasional. 2014. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar.

Jakarta: Gerakan Pramuka.

Kwartir, Nasional. 2011. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjut.

Jakarta: Gerakan Pramuka.

Labay El-Sulthani, Mawardi. 2003. Pelihara dan muliakan umat dengan takwa.

Jakarta: PT. Almawardi Prima.

Pramuka. Masykur, Syafi‟i. 2011. Berbakti Kepada Ibu. Yogyakarta: Citra

Risalah.

Profil SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang. Tahun 2011.

Mousavi, Seyyed Morteza. 2013. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Islam Bayan. Jakarta: Islamic

Culture Centre.

Mubin, Nurul. 2007. Keajaiban takwa: membedah seluk beluk keajaiban fadhilah

taqwa terhadap kekuatan psikologi dan lapangan rizki. Yogyakarta. Diva

Press.

Nafisah, Durrotun. 2012. Hubungan Keaktifan Santri Dalam Kegiatan Pesantren

Kilat Dengan Tingkat Ketakwaan Santri. Salatiga: STAIN.

Shaleh, Muhammad Ashaf. 2006. Takwa Makna & Hikmahnya dalam Al-qur‟an.

Jakarta: PT. Gelora Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003).

Jakarta: Sinar Grafika.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Suriyah

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Demak, 05 Juli 1992

Agama : Islam

Alamat : Dusun Wuluh Rt 06 Rw 03 Desa Sidokumpul Kecamatan Guntur

Kabupaten Demak

Pendidikan :

RA Nurul Huda Sidokumpul Lulus Tahun 1997

MI Nurul Huda Sidokumpul Lulus Tahun 2004

MTs Negeri Mranggen Demak Lulus Tahun 2007

MAN 1 Semarang Lulus Tahun 2010

IAIN Salatiga Lulus Tahun 2015

Demikian riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.

SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Suriyah

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

NIM : 111-11-203

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

NO TEMA KEGIATAN TANGGAL

KEGIATAN KETERANGAN NILAI

1

Orientasi Pengenalan Akademik Dan

Kemahasiswaan

“Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Di Era

Modern Untuk Kejayaan Indonesia” Oleh

DEMA

20-22 Agustus

2011 PESERTA 3

2

Achievement Motivation Training (AMT)

“Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi,

Spiritual, dan Intelektual melalui AMT”

Oleh CEC & ITTAQO

23 Agustus 2011 PESERTA 2

3

Orientasi Dasar Keislaman (ODK)

“Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa

Rahmatan Lil Alamin”

24 Agustus 2011 PESERTA 2

4 Seminar Entrepreneurship dan Koperasi Oleh

KOPMA & KSEI 25 Agustus 2011 PESERTA 2

5 USER EDUCATION Oleh UPT

PERPUSTAKAAN

19 September

2011 PESERTA 2

6

MASTA “merajut ukhuwah dengan ta‟aruf

untuk membentuk kader yang berkarakter”

Oleh IMM

21 Oktober 2011 PESERTA 2

7

Seminar Pendidikan Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) “Menuju Pendidikan Indonesia

yang Ideal” Oleh HMI

28 Desember

2011 PESERTA 2

8

Pelatihan Penggunaan Maktabah Syamillah

& Mengetik Arab Cepat “Bahasa Arab

Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa”

Oleh ITTAQO

17 Maret 2012 PESERTA 2

9

Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) “Revormulasi Nalar Organisasi

Menuju Kesadaran Kolektifitas

Berorganisasi”

23- 25 Maret

2012 PESERTA 2

10

Seminar Nasional Entrepreneurship 2012

“Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan

Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar

Modern” oleh KOPMA FATAWA 21 April 2012 PESERTA

8

11

Seminar Nasional Oleh Senat Mahasiswa

(SEMA) “Berpolitik untuk Kesejahteraan

Indonesia, Reorientasi Gerakan Mahasiswa

Pasca Reformasi”

15 Mei 2012 PESERTA 8

12

Seminar Nasional Kristologi & Tabligh

Akbar “Membangun Pemahaman Agama

Menuju Khoirul Ummah” Oleh MUI

20 Mei 2012 PESERTA 8

13 MAPABA PMII “Membentuk Militansi

Kader Menuju Mahasiswa Yang Ideal”

05-07Oktober

2012 PANITIA 3

14

Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka

Pandega ke-22 (PLCPP XXII) “Pendidikan

Pramuka Sebagai Pembentuk Karakter

Pandega Yang Berdisiplin Dan

Berkredibilitas Tinggi Untuk Membangun

12-15Oktober

2012 PESERTA 2

Indonesia Oleh Racana Stain Salatiga

15

Dialog Publik dan Silaturahim Nasional

“Kemanakah Arah Kebijakan BBM?

Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat”

10 Nopember

2012 PESERTA 2

16

Seminar Nasional dalam rangka pelantikan

pengurus Himpunan Mahasiswa Islam

“Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa”

Oleh HMI

23 Februari 2013 PESERTA 8

17

Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) HMJ

TARBIYAH “Karya Ilmiah Sebagai Wujud

Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi”

16 Maret 2013 PESERTA 2

18

Seminar Nasional dan Dialog Publik

“Minimnya Pasokan Energi Dalam Negeri;

Pembatasan Subsidi BBM dan Peran

Masyarakat dalam Penghematan Energi Oleh

HMJ Syari‟ah dan Tarbiyah

20 April 2013 PESERTA 8

19

Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA,

HIV/AIDS Mewaspadai Pergaulan Bebas

Untuk Membentuk Remaja yang Tangguh &

Launching PIK SAHAJASA STAIN Salatiga

29 April 2013 PESERTA 2

20

Seminar Pendidikan HMJ TARBIYAH

STAIN SALATIGA “Menimbang Mutu dan

Kualitas Pendidikan di Indonesia” 2 Mei 2013 PESERTA

2

21

Tafsir Tematik “Sihir dalam Perspektif Al-

Qur‟an dan Hukum Negara” Oleh JQH 04 Mei 2013 PESERTA 2

22

Festival Anak Soleh Baitul Hamid 2014

“Cerdas Cermat Al-Qur‟an” KKN IAIN

Walisongo dan Remaja Masjid CHASISS

25 Mei 2014 JURI 3

23

Sosialisasi Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS

di Kalangan Perguruan Tinggi Tingkat

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Oleh

Dinas Pendidikan Jawa Tengah

19- 20 Juni 2014 PESERTA 2

24

Kegiatan Lomba Dirgahayu Indonesia 69

“Memupuk Semangat Generasi Berprestasi

Bersama Indonesia”

14-15 Agustus

2014 PANITIA 3

25

Opak Jurusan Tarbiyah Stain Salatiga 2014

“Aktualisasi Pendidikan Karakter Sebagai

Pembentuk Generasi yang Religius,

Educative, dan Humanis”

20- 21 Agustus

2014 PANITIA 3

26 Seminar “Harmonisasi Lingkungan” Oleh

Mapala MITAPASA Stain Salatiga

27 Desember

2014 PESERTA 2

27 TRAINING KEPRIBADIAN di Institut

Agama Islam Negeri 19 Mei 2015 PESERTA 2

28

Seminar Nasional “Mencegah Generasi

Pemuda Islam dari Pengaruh Radikalisme

ISIS” Oleh AS

06 Mei 2015 PESERTA 8

29

Sosialisasi Program Pendewasaan Usia

Perkawinan (PUP) Oleh Pusat Informasi

Konseling (PIK) IAIN Salatiga

12 Juni 2015 PESERTA 2

30

Pembina Pramuka Ambalan BIMA YUDA-

YUDA KARTIKA Gudep 13.113/ 13.114

SMK WIKRAMA 1 Kab. Semarang.

PEMBINA 4

TOTAL

103

Salatiga, 19 Agustus 2015

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerja Sama

Achmad Maimun

NIP : 19700510 199803 1003