Hout urbanisasi & wilayah mega urban

16
Urbanisasi Urbanisasi dan Wilayah dan Wilayah Mega-Urban Mega-Urban Fenomena, Trend, Fenomena, Trend, Tantangan, dan Tantangan, dan Implikasi Kebijakan Implikasi Kebijakan © 2004 Jawoto Sih Setyono – © 2004 Jawoto Sih Setyono – [email protected] [email protected]

description

materi kuliah

Transcript of Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Page 1: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Urbanisasi Urbanisasi dan Wilayah dan Wilayah Mega-UrbanMega-Urban

Fenomena, Trend,Fenomena, Trend,Tantangan, danTantangan, dan

Implikasi KebijakanImplikasi Kebijakan

© 2004 Jawoto Sih Setyono – [email protected]© 2004 Jawoto Sih Setyono – [email protected]

Page 2: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Urbanisasi Global

Prediksi Habitat, tahun 2020, jumlah penduduk kota dunia 57% Negara maju 77% Negara berkembang 53%

Untuk negara-negara berkembang83% Amerika Latin menjadi kota

50% Asia dan Afrika menjadi kota

Dari seluruh negara berkembang, 34% urbanisasi disumbangkan “hanya” oleh lima negara INDONESIA, China, India, Bangladesh, dan Pakistan

Page 3: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Tren

d U

rban

isas

iTr

end

Urb

anis

asi

Page 4: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Pergeseran GeografisPergeseran Geografis

Jumlah Penduduk 1950 (juta) Jumlah Penduduk 2000 (juta)

New York 12,3 Mexico City 31,0

London 10,4 Sao Paulo 25,8

Rhine-Ruhr 6,9 Shanghai 23,7

Tokyo 6,7 Tokyo 23,7

Shanghai 5,8 New York 22,4

Paris 5,5 Beijing 20,9

Buenos Aires 5,3 Rio de Jeneiro 19,0

Chicago 4,9 Bombay 16,8

Moskow 4,8 Calcutta 16,4

Calcutta 4,6 Jakarta 15,7

Los Angeles 4,0 Los Angeles 13,9

Osaka 3,8 Seoul 13,7

Milan 3,6 Cairo 12,9

Bombay 3,0 Madras 12,7

Mexico City 3,0 Buenos Aires 12,1

Su

mb

er:

Po

tte

r d

an

Llo

yd-E

van

s, 1

99

8

Page 5: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Pola Perkembangan Pola Perkembangan UrbanisasiUrbanisasi

Page 6: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Urbanisasi di IndonesiaUrbanisasi di Indonesia

► Proses pengkotaan yang sangat cepat dalam Proses pengkotaan yang sangat cepat dalam 2 dasawarsa terakhir 2 dasawarsa terakhir doubledouble 5,8% (1920); 17,2% (1971); 30,9% (1990); 45% 5,8% (1920); 17,2% (1971); 30,9% (1990); 45%

(2000)(2000) Peningkatan primacy Peningkatan primacy 1,16 (1971) ke 1,49 1,16 (1971) ke 1,49

(1990)(1990)► Kecenderungan konsentrasi di wilayah Kecenderungan konsentrasi di wilayah

metropolitanmetropolitan Jabotabek meningkat penduduknya sebesar 37% Jabotabek meningkat penduduknya sebesar 37%

dari tahun 1971-1980; dan 48% tahun 1990-2000dari tahun 1971-1980; dan 48% tahun 1990-2000► Ada kecenderungan perkembangan kota Ada kecenderungan perkembangan kota

berkaitan dengan peningkatan pendapatan berkaitan dengan peningkatan pendapatan

Page 7: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Kasus Jawa TengahKasus Jawa Tengah

PERTUMBUHAN PDRB

PER

TUM

BU

HA

N K

OTA

DATI II PDRB KOTAKudus 1,91 1,19K. Semarang 1,62 0,45Karanganyar 1,38 1,22K. Surakarta 1,35 0,12Kendal 1,33 0,94Semarang 1,22 1,75K. Salatiga 1,21 0,18Jepara 1,17 1,83Sukoharjo 1,13 1,54K. Pekalongan 1,10 1,38Pemalang 1,06 1,14Klaten 1,01 0,71Pekalongan 0,99 0,63Demak 0,96 2,48Batang 0,92 1,37K. Magelang 0,91 0,02Cilacap 0,89 0,55Magelang 0,87 0,98Sragen 0,86 0,21K. Tegal 0,79 1,22Brebes 0,78 1,82Boyolali 0,72 1,97Purbalingga 0,71 0,47Tegal 0,71 1,08Purworejo 0,70 0,78Kebumen 0,69 0,67Wonosobo 0,67 0,62Wonogiri 0,66 2,07Rembang 0,66 1,13Banyumas 0,65 1,04Temanggung 0,60 0,46Blora 0,43 0,57Pati 0,36 1,06Banjarnegara 0,19 0,88Grobogan 0,02 2,06

Page 8: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Faktor-faktor PenyebabFaktor-faktor Penyebab

Investasi skala besar Investasi skala besar industri industri– Contoh kasus Jabotabek dan BMA Contoh kasus Jabotabek dan BMA 80% uang 80% uang

beredar secara nasional; 1/3 PDB Nasionalberedar secara nasional; 1/3 PDB Nasional Pembangunan infrastruktur skala besarPembangunan infrastruktur skala besar

– Contoh: Cikampek-Jakarta-Merak; Jakarta-Contoh: Cikampek-Jakarta-Merak; Jakarta-Cikampek-BandungCikampek-Bandung

Pembangunan perumahan (Pembangunan perumahan (propertyproperty) skala ) skala besar besar > 30 pengembang, dengan > 50 ribu > 30 pengembang, dengan > 50 ribu unit rumah di sekitar Jakartaunit rumah di sekitar Jakarta

Insentif (deregulasi) kebijakan sektoral Insentif (deregulasi) kebijakan sektoral ekonomi ekonomi terkait dengan sistem produksi terkait dengan sistem produksi globalglobal

Page 9: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Hubungan antar-FaktorHubungan antar-Faktor

Faktor Ekonomi

• investasi asing & domestik• pembangunan kota baru

• pembangunan infrastruktur

Karakteristik Penduduk

• pertumbuhan tinggi• migrasi wilayah tetangga• penglajuan (commuting)

Konsekuensi Lingkungan

• konversi lahan pertanian • penurunan kualitas air

• masalah manajemen sampah• polusi udara

Page 10: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Dampak yang Terjadi Konversi lahan pertanian subur dengan irigasi

teknis dengan rate s.d. 1% per tahun di sepanjang Pantura

Penurunan kualitas sumber daya air Intrusi air laut sudah 12 km di Jakarta Penurunan kapasitas air tanah 2-6 meter per tahun di

Bandung Krisis air bersih Kemungkinan bencana banjir karena terbukanya

kawasan lindung di wilayah tangkapan Urban sprawl

Page 11: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Dampak Positif (Manfaat)Dampak Positif (Manfaat)

Merupakan konsentrasi ekonomiMerupakan konsentrasi ekonomi Memberikan ekonomi skala yang luar biasaMemberikan ekonomi skala yang luar biasa Pusat pelayanan utamaPusat pelayanan utama Terkait dengan pusat duniaTerkait dengan pusat dunia Potensi pasar yang luar biasaPotensi pasar yang luar biasa

Pusat sumberdaya profesionalPusat sumberdaya profesional Menciptakan efisiensiMenciptakan efisiensi Pengembangan sumberdaya manusiaPengembangan sumberdaya manusia

Page 12: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Respon Kebijakan

Formulasi kerangka kebijakan makro-parsial Misal: penganganan masalah Bopunjur

dalam bentuk Keppres Pendekatan dalam kebijakan penataan

ruang Strategi counter-magnet BMA Pengembangan kota kedua NUDS

Forum koordinasi kelembagaan BKSP (Jabotabek, Bandung Raya) Regionalisasi (Kedungsapur,

Gerbangkertosusila)

Page 13: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Kerangka Sistem KotaKerangka Sistem Kota

Page 14: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Mengapa Tidak Efektif

Tidak konsisten antara kebijakan/ insentif sektoral dengan kebijakan keruangan• Investasi di-deregulasi besar-besaran, sektor

keuangan dipacu Lemahnya kebijakan dan instrumen

pengendalian pemanfaatan ruang• RTR terlalu makro, tidak ada rencana

prioritas pembangunan tata ruang dan investasi publik

Pendekatan yang parsial dan tidak komprehensif koordinasi tidak berjalan; bertambah parah dengan adanya otonomi?

Page 15: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Perlunya Tata Pemerintahan Baru

Model urban governance yang lama tidak bisa berjalan• Stakeholders yang sangat kompleks

Pendekatan baru dalam perencanaan (tata ruang)

Model baru dalam kerjasama pengelolaan wilayah mega urban (trans-boundary organization)

Page 16: Hout urbanisasi & wilayah mega urban

Bentuk Bentuk Urban GovernanceUrban Governance

Pemerintahan daerah yang otonomPemerintahan daerah yang otonom Bisa menciptakan masalah jika koordinasi tidak Bisa menciptakan masalah jika koordinasi tidak

berjalan dengan baikberjalan dengan baik Konfederasi pemerintahan wilayahKonfederasi pemerintahan wilayah

Persetujuan beberapa daerah untuk membentuk Persetujuan beberapa daerah untuk membentuk lembaga baru yang menerima delegasi lembaga baru yang menerima delegasi badan badan otorita?otorita?

Sistem kombinasi antara pusat dan daerah Sistem kombinasi antara pusat dan daerah menteri urusan Jakarta (?) dan urusan khusus menteri urusan Jakarta (?) dan urusan khusus yang ditangani lembaga khususyang ditangani lembaga khusus

Pemerintahan satu sistem Pemerintahan satu sistem peleburan peleburan wilayah mega urban menjadi satu wilayah mega urban menjadi satu administrasi pemerintahanadministrasi pemerintahan