makalah urbanisasi

32
i Halaman Sampul JAKARTA DI TENGAH GEJOLAK URBANISASI (Sebuah Ironi) Andi Pajolloi Bate (442 120 100 71) Program Studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana

Transcript of makalah urbanisasi

Page 1: makalah urbanisasi

i

Halaman Sampul

JAKARTA DI TENGAH GEJOLAK

URBANISASI

(Sebuah Ironi)

Andi Pajolloi Bate (442 120 100 71)

Program Studi Public Relations

Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Mercubuana

Page 2: makalah urbanisasi

ii

KATA PENGANTAR

Jakarta sebagai ibukota Negara sekaligus kota megapolitan dihadapkan pada berbagai

masalah yang terbilang kompleks. Kriminalitas, kesenjangan sosial hingga pendidikan

yang tidak layak menjadi hal yang patut diperhatikan. Ketika menilik lebih jauh lagi, ada

satu sebab yang menjadikan Jakarta menjadi semakin rumit yaitu “Urbanisasi”. Ketidak

tahuan penduduk desa mengenai kondisi Jakarta yang sesungguhnya serta iming-iming

kehidupan yang lebih baik membuat mereka berbondong-bondong menapakkan kaki dan

beradu hidup di ibukota. Kesalahan tidak patut diarahkan kepada penduduk desa.

Kegagalan pemerintah dalam memajukan potensi desa serta kurangnya sosialisasi

harusnya menjadi bahan evaluasi bersama.

Dalam makalah ini penulis akan menggambarkan kondisi Ibukota Negara akibat

serbuan para “Urban” yang menggantungkan hidup di pundaknya. Selain itu, penulis juga

akan memaparkan berbagai sebab meningkatnya tingkat urbanisasi di Jakarta. Tidak lupa,

penulis memasukkan beberapa pendapat ahli-ahli yang dikutip dari beberapa buku.

Selanjutnya, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya

kepada kita semua serta shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad

SAW. Kepada bapak Dr. Iskandar, terima kasih atas pengajaran dan masukannya, kepada

teman-teman yang telah memberi semangat dan petugas perpustakaan yang dengan ikhlas

membantu kami mendapatkan bahan referensi. Saran dan kritik yang membangun

tentunya kami harapkan dari seluruh pembaca demi kesempurnaan karya-karya kami

selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2012

Page 3: makalah urbanisasi

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1

1.2. PERMASALAHAN ..................................................................................................... 3

1.3. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4

1.3.1. Pengertian Desa ..................................................................................................... 4

1.3.2. Pengertian Kota ..................................................................................................... 4

1.3.3. Definisi Urbanisasi ................................................................................................ 4

1.3.4. Klasifikasi Kota ..................................................................................................... 6

1.3.5. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan ................................................. 9

1.3.6. Perkembangan Urbanisasi ................................................................................... 10

1.4. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 12

1.4.1. Faktor Terjadinya Urbanisasi .............................................................................. 12

1.4.1.1. Faktor Penarik (Pull-Factors) .......................................................................... 12

1.4.1.2 Faktor Pendorong (Push Factors)........................................................................ 12

1.4.2. Kenapa Jakarta?................................................................................................... 13

1.4.3. Kepadatan Penduduk Jakarta .............................................................................. 14

1.4.4. Pemaparan Data Mengenai Urbanisasi ............................................................... 16

Page 4: makalah urbanisasi

iv

1.4.5. Dampak Urbanisasi Di Jakarta ............................................................................ 18

1.4.6. Persebaran Berbagai Etnis di Jakarta .................................................................. 22

1.5. PENUTUP .................................................................................................................. 23

1.5.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 23

1.5.2. Saran .................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

TENTANG PENULIS .............................................................................................................. v

Page 5: makalah urbanisasi

1.1. LATAR BELAKANG

Kehidupan yang mudah, tranportasi berlimpah, rumah sakit dimana-mana, tempat

perbelanjaan berjejeran, pendidikan berkualitas serta banyaknya tempat rekreasi

merupakan sebagian kecil hal menggiurkan yang ditawarkan kota metro/megapolitan ini.

Meskipun fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa didapatkan di kota-kota lain, namun

jumlahnya tidak sebanyak di kota Jakarta dan cara mendapatkannya tidak semudah di

kota Jakarta. Ditambah lagi dengan beraneka ragamnya jenis pekerjaan yang ditawarkan

semakin menggugah hati para “Wong Deso”=jawa “To Kampong”=Bugis untuk beradu

nasib di kota ini.

Hidup di Jakarta seperti halnya mengikuti ajang kompetisi. Ada yang kalah dan ada

yang menang. Penduduk Jakarta berlomba-lomba mengadu nasib di kota besar ini. Yang

menang akan “selamat” dan yang kalah akan “gugur”. Hal ini dapat dengan jelas kita

lihat dari kesenjangan sosial yang ada di kota Jakarta. Kalangan atas dan kalangan bawah

hidup berdampingan di kota besar ini.

Prijono Tjiptokerijanto (1996:53) mengatakan bahwa perkembangan urbanisasi di

Indonesia perlu diamati secara serius sebab banyak studi memperlihatkan bahwa tingkat

konsentrasi penduduk di kota-kota besar telah berkembang dengan pesat. Studi Warner

Ruts tahun 1987 (Karyoedi,1993) menunjukkan bahwa jumlah dari kota-kota kecil

(kurang dari 100.000 penduduk) sangat besar dibanding dengan kota menengah (500.000

sampai 1.000.000). kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju ke kota

besar cenderung tidak terkendali.

Page 6: makalah urbanisasi

Antara periode 1971-1990 distribusi kota di Indonesia cenderung bergerak ke arah

sistem perkotaan yang terpadu dan tersebar. Pengembangan kota-kota di Indonesia

cenderung menciptakan daerah-daerah mega-urban. Beberapa contoh dari mega-urban di

Indonesia adalah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek) (Prijono Tjiptoherijanto,

1996).

Page 7: makalah urbanisasi

1.2. PERMASALAHAN

Perkembangan dan pembangunan yang tidak merata di Indonesia memicu terjadinya

migrasi penduduk ke kota kota besar. Kehidupan di kota kecil dan pedesaan tidak dapat

menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi penduduknya. Benarkah demikian?

Apakah Jakarta benar-benar dapat memberikan yang mereka harapkan?

Meskipun beberapa kasus menunjukkan bahwa lebih banyak penduduk yang “gagal

bertarung” di kota ini dibandingkan yang berhasil, masih saja terlalu banyak orang yang

mencoba peruntungannya di Jakarta. dalam makalah ini kami mencoba menjawab

beberapa pertanyaan seputar Urbanisasi diantaranya:

- Apa yang menyebabkan Jakarta menjadi tujuan utama berurbanisasi?

- Bagaimana keadaan penduduk Jakarta pasca Urbanisasi?

- Apa akibat dari semakin banyaknya kaum urban yang menetap di Jakarta?

Page 8: makalah urbanisasi

1.3. TINJAUAN PUSTAKA

1.3.1. Pengertian Desa

Prof. Drs. R. Bintarto (1983:11), Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan

sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud

atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial

ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antarunsur tersebut dan juga dalam

hubungannya dengan daerah-daerah lain.

Sutardjo Kartohadikusumo (1953:2) dinyatakan bahwa: “Desa ialah suatu kesatuan

hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan

pemerintahan sendiri.

1.3.2. Pengertian Kota

Bintarto (1983:35), dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem

jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan

diwarnai denga strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis

atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan

corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah

belakangnya.

1.3.3. Definisi Urbanisasi

Menurut Keban T. Y dalam Poungsomlee dan Ross (1992), urbanisasi merupakan

suatu gejala yang cenderung dilihat dari sisi demografis semata-mata, hal ini sebenarnya

Page 9: makalah urbanisasi

kurang tepat karena urbanisasi dapat dilihat secara multidimensional. Disamping dimensi

demografis, urbanisasi juga dapat dilihat dari proses ekonomi politik (Drakakis-

Smith,1988), modernisasi (Schwab,1982) dan legal (administrasi).

Dilihat dari segi pendekatan demografis urbanisasi dapat diartikan sebagai proses

peningkatan konsentrasi penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal

diperkotaan secara keseluruhan meningkat, dimana secara sederhana konsentrasi tersebut

dapat diukur dari proporsi penduduk yang tinggal diperkotaan, kecepatan perubahan

proporsi tersebut atau kadang-kadang perubahan jumlah pusat kota.

Dari pendekatan ekonomi politik, urbanisasi dapat didefinisikan sebagai transformasi

ekonomi dan sosial yang ditimbulkan sebagai akibat dari pengembangan dan ekspansi

kapitalisme (Drakikis-Smith,1988). Sedangkan dari konteks moderinisasi, urbanisasi

dapat dipandang sebagai perubahan dari orientasi tradisional ke orientasi modern tempat

terjadi difusi modal, teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi politik

dari dunia barat (kota) ke masyarakat tradisional (desa).

Eko A. Meinarno (2011:222) Urbanisasi adalah terkonsentrasinya manusia ke daerah

perkotaan. Banyak factor yang membuat berkumpulnya manusia dalam kota. Factor

tersebut antara lain karena adanya acara penting, kegiatan pertukaran, dan perdagangan.

Suatu kota akan mengalami perkembangan dalam beberapa tahap, Sjoberg menyebutkan

bahwa pada tahap awal dari kota adalah pemukiman yang dihuni oleh suatu kelompok

manusia yang relative homogeny (dalam Widianto, 1988)

Page 10: makalah urbanisasi

1.3.4. Klasifikasi Kota

Gist, N.P & Halbert , L.A (dikutip dari buku Hadi Sabari Yunus, 2005)

mengungkapakan enam jenis kota atas dasar fungsinya, antara lain:

1) Kota sebagai pusat industry

Dalam kota ini, kegiatan industry merupakan kegiatan yang menonjol dibandingkan

dengan kegiatan-kegiatan bukan industry. Pengertian industry sendiri meluputi berbagai

jenis kegiatan, antara lain berdasarkan jenisnya (industry primer, industry sekunder dan

industry tersier) berdasarkan produksinya (industry kapal terbang, industry kapal laut,

mainan anak-anak dan lain-lain) dan masih banyak pengertian industry ini ditinjau dari

berbagai segi. Kadang-kadang sesuatu kota mempunyai sifat gabungan daripada jenis-

jenis industry tersebut, namun demikian kebanyakan hanya ada satu atau dua jenis

industry saja yang paling menonjol. Sebagai contoh, kota Detroit dengan industry

mobilnya, kota Bombay dengan industry tekstilnya, kota Dresden dengan industry

keramiknya, kota Johanesburg dengan industry intannya.

Kota-kota yang berada di Negara-negara yang sedang berkembang, biasanya kegiatan

industrinya yang menonjol adalah industry primer, seperti industry pertambangan,

industry penyulingan minyak, perikanan, atau industry yang berkaitan dengan

pengolahan kayu.

2) Kota berfungsi sebagai pusat perdagangan

Ditinjau dari kehidupan kotanya, sebenarnya setiap kota merupakan pusat

perdagangan. Namun demikian, tidaklah semua kota selalu ditandai atau diwarnai oleh

Page 11: makalah urbanisasi

kegiatan perdagangan semata. Kota-kota perdagangan yang besar biasaya merupakan

kota-kota pelabuhan. Hal ini disebabkan karena kota yang bersangkutan mempunyai

kemungkinan beraktifitas jauh lebih besar daripada kota-kota lain yang bukan pelabuhan,

terutama ditinjau daripada pintu gerbang transportasinya. Oleh karena sampai saat ini

media transportasi yang besar adalah darat dan laut, maka bagi kota-kota yang

mempunyai potensi kearah pengembangan dua jenis transportasi tersebut mempunyai

potensi yang besar pula untuk maksud pengembangan kotanya ditinjau dari segi kegiatan

perdagangannya.

Contoh-contoh kota perdagangan besar yang bertaraf internasional antara lain: New

York, London, Rotterdam, Bombay, Hamburg, Napels, Hongkong dan lain sebagainya.

3) Kota berfungsi sebagai pusat politik

Sebelum Eropa Barat dilanda oleh apa yang dinamakan dengan revolusi industry,

sebenarnya kota-kota yang ada pada masa itu tidak lain merupakan kota-kota pusat

pemerintahan.

Keadaan ini memang sesuai dengan kondisi pada saat itu dimana pusat pemerintah,

pusat administrasi dan politik sesuatu Negara harus merupakan ibukota Negara yang

bersangkutan.

Hanya karena adanya perubahan situasi, berhubung dengan adanya penemuan-

penemuan baru di bidang teknologi sajalah maka beberapa kota yang semula merupakan

pusat kegiatan politik kemudian berubah menjadi kota-kota sebagai pusat perdagangan

dan industri. Namun demikian, peranannya sebagai pusat kegiatan politik pemerintahan

Negara masih nampak dengan jelas. Beberapa contoh yang dapat dikemukakan ialah kota

Page 12: makalah urbanisasi

New Delhi di India, Kota Jakarta di Indonesia, Kota Bangkok di Thailand, Kota Canberra

di Australia dan lain sebagainya.

4) Kota berfungsi sebagai pusat kebudayaan

Dalam hal ini potensi kulturalnya kelihatan menonjol disbanding dengan fungsi-

fungsi lain yang ada. Dalam masa-masa silam, peranan masjid-masjid di dunia islam,

gereja-gereja di duniakristiani serta pusat-pusat kerajaan memegan peranan yang sangat

penting dalam kehidupan bernegara. Sebagai contoh adalah kota Mekkah sebagai kota

religious umat islam dan juga kota Roma bagi umat nasrani. Disamping itu dapat pula

sesuatu kota terkenal atau menonjol karena kegiatan pendidikannya, kebudayaan

khususnya seni. Sebagai contoh dapat dikemukakan ialah kota Yogyakarta, dapat

dianggap menonjol di bidang pendidikannya dan juga mengenai kegiatan kebudayaannya.

5) Kota berfungsi sebagai pusat rekreasi atau kesehatan

Suatu kota akan mempunyai fungsi sebagai tempat rekreasi ataupun kesehatan apabila

pada kota tersebut mempunyai kondisi-kondisi tertentu yang mempu menarik pendatang-

pendatang untuk menikmati kenikmatan tertentu yang ada pada kota tersebut. Adapun

mengenai kenikmatan ini dapat merupakan maksud-maksud penyembuhan.

6) Kota yang tidak mempunyai fungsi tertentu yang menonjol.

Kota-kota yang tidak mempunya fungsi tertentu yang menonjol, biasanya baru

merupakan kota-kota yang masih sangat muda/usia pertumbuhannya atau kota-kota kecil.

Oleh karena dalam sesuatu kota yang masih muda fungsi-fungsi yang ada belum

Page 13: makalah urbanisasi

mengembangkan dirinya sedemikian rupa, maka berbagai fungsi yang ada masih

mempunyai pengaruh yang sama.

1.3.5. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Soerjono Soekanto dalam (Sosiologi Suatu Pengantar:136) menyatakan bahwa dalam

masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan

masyarakat perkotaan (rural community) dan urban community. Perbedaan tersebut

sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana karena

dalam masyarakat modern, betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh

dari kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh dari kota secara relatif tidak

ada.

Antara warga masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan terdapat perbedaan

dalam perhatian, khususnya terhadap keperluan hidup. Di desa yang diutamakan adalah

perhatian khusus terhadap keperluan utama kehidupan, hubungan-hubungan untuk

memerhatikan fungsi pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan

orang kota yang mempunyai pandangan berbeda. Orang kota sudah memandang

penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya.

Kalau menghidangkan makanan misalnya, yang diutamakan adalah makanan yang

dihidangkan tersebut member kesan bahwa yang menghidangkannya mempunyai

kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu, diusahakan untuk menghidangkan makanan

dalam kaleng. Pada orang-orang desa, hal itu tidak dipedulikan; mereka masak makanan

sendiri tanpa memperdulikan apakah tamunya suka atau tidak. Disini terlihat perbedaan

penilaian; orang desa menilai makanan sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan

Page 14: makalah urbanisasi

biologis, sedangkan pada orang kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan

sosial.

Sosiolog Robert Park (1950 dalam Macionism 2006) dari Universitas Chicago,

menyebutkan bahwa di daerah perkotaan ada daerah-daerah tertentu yang dihuni oelh

kelompok-kelompok etnis tertentu. Ia menyebutkan jika berjalan kaki, maka akan terasa

perubahan dan perbedaan pada bagian bagian-bagian kota yang membentuk mozaik. Ada

bagian kota yang dihuni kelompok tertentu, ada yang menjadi pusat komersial, dan ada

yang dipakai untuk daerah industry, baginya kota adalah organism hidup.

1.3.6. Perkembangan Urbanisasi

Drs. Paulus Hariyono, M.T (2007 : 102) Pada masa industri, kota diwarnai dengan

proses Urbanisasi yang mengakibatkan kebisingan dan nilai lahan menjadi tinggi karena

terjadi kepadatan penduduk. Kondisi ini mendorongf sebagian penduduk kota menempati

daerah pinggiran kota sebagai tempat tinggal. Proses berpindahnya penduduk ke

pinggiran kota disebut dengan suburbanisasi. Suburbanisasi biasanya dilakukan oleh

penduduk yang berstatus social ekonomi menengah ke atas. Mereka mencari akwasan

yang strategis sebagai tempat tinggal. Kawasan yang dianggap strategis adlah kawasan

yang aman, nyaman dan aman lingkungannya, kawasan yang indah pemandangannya

dan kawasan yang pada masa akan dating memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Pada perkembangannya , di kota yang padat terpikirkan juga penyediaan suatu tempat

tinggal yang eklusif, misalkan apartement. Apartement ini dianggap lebih efisien, praktis,

privat dan mendatangkan rasa gengsi tersendiri, sehingga menarik masyarakat kelas atas

Page 15: makalah urbanisasi

untuk tinggal kembali di posat kota. Proses menempati kembali pusat-pusat kota oleh

penduduk disebut reurbanisasi

Pada tahap selanjutnyadengan meningkatnya taraf kehidupan yang lebih tinggi,

masyarakat kelas atas kembali membutuhkan tempat tinggal kenyamanannya lebih tinggi

pula. Mereka membangun villa di pegunungan yang berhawa sejuk, tetapi tetap aktivitas-

aktivitas dilakukan di pusat kota dan ahanya hari libur mereke beristirahat di Villa. Proses

berpindahnya penduduk kota ke luar kota disebut konurbanisasi. Biasanya proses

konurbanisasi ini melahirkan kegiatan lain yang mengikutinya disepanajnag jalan menuju

daerah penyangga seperti rumah makan, hotel atau penginapan, tempat rekreasi dan

tempat kesehatan.

Page 16: makalah urbanisasi

1.4. PEMBAHASAN

1.4.1. Faktor Terjadinya Urbanisasi

1.4.1.1. Faktor Penarik (Pull-Factors)

Orang desa tertarik ke kota adalah suatu yang lumrah yang sebab-sebabnya bagi

individu atau kelompok mungkin berbeda satu sama lain dilihat dari kepentingan individu

tadi. Beberapa alasan yang menarik mereka pindah ke kota diantaranya adalah:

1. Melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu kurang

2. Pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau

mudahnya membuka usaha kecil-kecilan

3. Tingkat upah di kota yang lebih tinggi

4. Keamanan di kota lebih terjamin

5. Hiburan lebih banyak

6. Kebebasan pribadi lebih luas

7. Adat atau agama lebih longgar

1.4.1.2 Faktor Pendorong (Push Factors)

Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa

umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong

tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:

1. Keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis

2. Keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi

3. Lapangan kerja yang hampir tidak ada

Page 17: makalah urbanisasi

4. Pendapatan yang rendah

5. Keamanan yang kurang

6. Adat istiadat yang ketat

7. Kurang fasilitas pendidikan

1.4.2. Kenapa Jakarta?

Jakarta selain berkedudukan sebagai Ibukota, juga dikenal menjadi pusat industri,

pusat perekonomian serta pusat perdagangan yang dimana memberikan banyak lapangan

kerja. Inilah salah satu yang menyebabkan meningkatnya perpindahan penduduk dari

desa ke kota Jakarta dari tahun ke tahun, selain itu masih ada lagi penyebab – penyebab

lain yang membuat para penduduk desa bermigrasi dari daerahnya ke kota, yang dapat di

klasifikasikan sebagai berikut:

1) Alasan Politik/Politis

Kedudukan Jakarta sebagai ibukota Negara sekaligus pusat pemertintahan

mengundang banyak pihak untuk datang dan mencoba mengambil posisi di salah

satu instansi pemerintahan.

2) Alasan sosial kemasyarakatan

Jakarta juga dikenal sebagai penghasil cendekiawan-cendekiawan karena

banyaknya tempat-tempat pendidikan yang tersebar di sehingga menarik hati para

penduduk desa untuk belajar di kota ini.

3) Alasan Ekonomi

Orang-orang miskin yang mencoba peruntungannya di Jakarta berpendapat bahwa

Jakarta merupakan lahan segar bagi peningkatan taraf hidup mereka dengan dasar

Page 18: makalah urbanisasi

data yang menyatakan bahwa 70% uang yang beredar di Indonesia berasal dari

Jakarta.

1.4.3. Kepadatan Penduduk Jakarta

Dengan luas wilayah Indonesia yang sekitar 1.910.931 km2, maka rata-rata tingkat

kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km2. Provinsi yang paling

tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang

per km2. Sementara itu, provinsi yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya

adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per km2.

Page 19: makalah urbanisasi

Data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan laju pertumbuhan penduduk dari

2000 hingga 2010 di Ibukota mencapai 1,40 persen per tahun Persentase ini jauh lebih tinggi

ketimbang laju pertumbuhan dari 1990 hingga 2000 yang cuma 0,17 persen per tahun. "Kalau

laju ini tidak dikendalikan, pada 2020 Jakarta berpotensi mengalami ledakan penduduk

Page 20: makalah urbanisasi

1.4.4. Pemaparan Data Mengenai Urbanisasi

Tabel 3.8 menyajikan tingkat urbanisasi per provinsi dari tahun 2000 sampai dengan

2025. Untuk Indonesia, tingkat urbanisasi diproyeksikan sudah mencapai 68 persen pada

tahun 2025. Untuk beberapa provinsi, terutama provinsi di Jawa dan Bali, tingkat

urbanisasinya sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total. Tingkat urbanisasi di empat

provinsi di Jawa pada tahun 2025 sudah di atas 80 persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa

Barat, DI Yogyakarta, dan Banten.

No. Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025

1. NAD 23.6 28.8 34.3 39.7 44.9 49.9

2. Sumatera Utara 42.4 46.1 50.1 54.4 58.8 63.5

3. Sumatera Barat 29.0 34.3 39.8 45.3 50.6 55.6

4 Riau 43.7 50.4 56.6 62.1 66.9 71.1

5 Jambi 28.3 32.4 36.5 40.6 44.5 48.4

6 Sumsel 34.4 38.7 42.9 47.0 50.9 54.6

7 Bengkulu 29.4 35.2 41.0 46.5 51.7 56.5

8 Lampung 21.0 27.0 33.3 39.8 46.2 52.2

9 Kep. Babel 43.0 47.8 52.2 56.5 60.3 63.9

10 DKI Jakarta 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

11 Jawa Barat 50.3 58.8 66.2 72.4 77.4 81.4

12 Jawa Tengah 40.4 48.6 56.2 63.1 68.9 73.8

13 DI. Yogyakarta 57.6 64.3 70.2 75.2 79.3 82.8

14 Jawa Timur 40.9 48.9 56.5 63.1 68.9 73.7

15 Banten 52.2 60.2 67.2 73.0 77.7 81.5

Page 21: makalah urbanisasi

16 Bali 49.7 57.7 64.7 70.7 75.6 79.6

17 NTB 34.8 41.9 48.8 55.2 61.0 66.0

18 NTT 15.4 18.0 20.7 23.5 26.4 29.3

19 Kalbar 24.9 27.8 31.1 34.8 39.0 43.7

20 Kalteng 27.5 34.0 40.7 47.2 53.3 58.8

21 Kalsel 36.2 41.5 46.7 51.6 56.3 60.6

22 Kaltim 57.7 62.2 66.2 69.9 73.1 75.9

23 Sulut 36.6 43.4 49.8 55.7 61.1 65.7

24 Sulteng 19.3 21.0 22.9 24.9 27.3 29.9

25 Sulsel 29.4 32.2 35.3 38.8 42.6 47.7

26 Sultra 20.8 23.0 25.6 28.5 31.8 35.5

27 Gorontalo 25.4 31.3 37.0 42.8 48.2 53.2

28 Maluku 25.3 26.1 26.9 27.9 28.8 29.9

29 Maluku Utara 28.9 29.7 30.6 31.5 32.5 33.6

30 Papua 22.2 22.8 23.5 24.3 25.1 26.0

Pertumbuhan penduduk di perkotaan di satu sisi, menyebabkan pertumbuhan

penduduk perdesaan mengalami stagnasi dan bahkan di beberapa wilayah kecenderungan

menurun. Hal ini juga menunjukkan adanya perubahan masyarakat perdesaan yang telah

menjadi perkotaan. Data menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di perkotaan

jauh di atas laju pertumbuhan penduduk di daerah perdesaan. Pada tahun 1990,

persentase penduduk perkotaan baru mencapai 31 persen dari total penduduk Indonesia.

Namun tahun 2000 lalu telah mencapai 42 persen, dan diperoyeksikan pada tahun 2025,

keadaannya berbalik, yaitu perkotaan berpenduduk 57 persen dan perdesaan 43 persen.

Page 22: makalah urbanisasi

Hal ini juga ditunjukkan dengan perbandingan kecepatan pertumbuhan penduduk

perkotaan dan perdesaan yang semakin besar, yaitu dari 6:1 menjadi 14:1.

1.4.5. Dampak Urbanisasi Di Jakarta

a) Kompetisi sangat tinggi

Semakin besar ukuran kota tersebut, sangat dimungkinkan bahwa persaingan antar

pekerja akan lebih tinggi (sehingga kualitas juga meningkat). Kota DKI Jakarta sendiri

memiliki luas 740 km2, paling luas dari kota-kota lain di Indonesia, bahkan ditingkat Asia

sendiri. Namun perlu diingat, pengaruh agglomerasi ekonomi telah menyebabkan biaya

hidup, transportasi, sewa lahan, dan lain sebagainya di DKI Jakarta yang berukuran

sangat luas ini, menjadi semakin tinggi dibanding kota-kota lainnya.

Bagi pendatang yang termasuk skilled workers, Jakarta memiliki potensi yang besar

untuk menangguk rupiah. Namun sebaliknya, tanpa skill yang cukup, Jakarta akan

menjelma menjadi momok bagi para pendatang ini sehingga dampaknya kita dapat lihat

adanya pemukiman-pemukiman miskin di dalam kota metropolitan yang besar ini. Secara

otomatis persaingan di ibukota ini menjadi sangat tinggi.

b) Peningkatan Land Rents

Lahan, pada dasarnya tidak diciptakan, namun tersedia. Dengan semakin

berkurangnya lahan maka dapat dipastikan nilainya akan meningkat. Karena itu

keterbatasan lahan diruang perkotaan menjadi isu yang sangat kritis. Lahan bagi

perkantoran, parkir, sarana umum, infrastruktur dan lain sebagainya mutlak dibutuhkan,

yang jika dikaitkan dengan nilainya, tentunya ada kompensasi yang harus dibayarkan

Page 23: makalah urbanisasi

terkait dengan ketersediaannya. Proporsi luas lahan terbangun di DKI melonjak tajam

sejak 20 tahun terakhir. Jakarta Selatan yang dulu merupakan daerah resapan air,

misalnya, kini menjadi wilayah permukiman yang padat dengan proporsi luas lahan lebih

dari 70 persen. Di DKI Jakarta, harga sewa dan nilai pasarnya sangat dipengaruhi oleh

aksesibilitasnya, dalam artian jarak dan kemudahan sarananya. Hal ini berdampak kepada

proses transisi perusahaan-perusahaan untuk memilih merelokasi kantornya menjauhi

pusat distrik bisnis sehingga harus mengeluarkan kompensasi yang lebih besar atas jarak

tempuhnya, dengan mempertimbangkan juga harga sewa dan nilai pasarnya dari lokasi

kantor yang jauh dari pusat distrik bisnis tersebut. Di DKI Jakarta, besarnya kompensasi

dari jarak dan harga ini disiasati dengan perencanaan bangunan vertikal, seperti

membangun office building. Selain itu, kompensasi atas peningkatan harga sewa lahan di

DKI jakarta, telah memaksa para pekerja profesional kelas menengah dan atas yang

berkantor di pusat Kota untuk tinggal di kawasan pinggir kota Jakarta untuk menghindari

kemacetan perkotaan. Kawasan penyangga kota Jakarta menjadi sangat berkembang

untuk mendukung perkembangan Jakarta. Bahkan menciptakan kota-kota satelit maju

seperti Bekasi, Serpong, Depok, dan Bogor.

c) Urban Transportation

Transportasi perkotaan dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan dan jumlah migran

itu sendiri. Sebagai tulang punggung pergerakan dan berjalannya berbagai sektor

perekonomian perkotaan, terhambatnya dukungan transportasi akan menghasilkan

berbagai turunan masalah yang dirasakan secara langsung oleh pembangunan yang

sedang dilakukan di berbagai sektor, seperti inefisiensi waktu tempuh untuk produksi,

inefisiensi bahan bakar, polusi udara & kebisingan, dampak fisik lingkungan, dsb.

Page 24: makalah urbanisasi

Masalah transportasi di DKI Jakarta sendiri merupakan buah dari implementasi

perencanaan inkremental dan politis dalam penataan ruang yang tidak sepenuhnya

mengikuti koridor yang ditetapkan dalam perencanaan komprehensif (induk), padahal

transportasi merupakan kunci menyelesaikan masalah perkotaan di Jakarta. Untuk itu

pengelolaan jaringan transportasi yang link and match antar moda dan pembangunan

sarana transportasi harus memiliki pola yang regional based tidak corridor based

sehingga penduduk akan dapat berinteraksi dengan mudah dan nyaman, hal ini nantinya

akan berbuah pada produktivitas yang tinggi dari sebuah kota. Berdasarkan data statistik

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada Februari 2009, jumlah penduduk bekerja pada

sektor Tersier tercatat 3.354,19 ribu orang, sedangkan layanan perkotaan misalnya sistem

transportasi belum memadai, akibatnya pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta

mencapai 11% per tahun, sedangkan pertumbuhan panjang jalan kurang dari 1% per

tahun, mengingat saat ini jumlah kendaraan bermotor di jakarta mencapai 11,5 juta unit

dan jumlah perjalanan kendaraan setiap harinya mencapai 20 juta perjalanan, maka rasio

jumlah kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum adalah 92% (kendaraan

pribadi) banding 8% kendaraan umum. Dengan demikian terdapat kesetidakseimbangan

antara jumlah pekerja dengan daya dukung kota (utilitas) Kota DKI Jakarta.

Pemandangan kemacetan menjadi tontonan setiap hari tidak peduli hari kerja ataupun

hari libur. Oleh karena itu banyak orang mencoba mengalihkan jam kegiatan mereka

menjadi lebih panjang dengan harapan agar tidak ikut terjebak dalam kemacetan. Banyak

kegiatan yang mereka lakukan sebelum pulang ke rumah seperti berolahraga, berisrirahat,

sosialisasi di mal-mal dan bahkan bekerja lebih panjang dari seharusnya.

Page 25: makalah urbanisasi

d) Polusi Dan Limbah

Jakarta merupakan kota penghasil limbah yang sangat besar. Dengan jumlah

penduduk mencapai lebih dari 12 juta jiwa pada pada jam kerja. Akibatnya sampah

menjadi permasalahan yang cukup kompleks mengingat tata perencanaan kota Jakarta

yang kurang baik. Impaknya sangat signifikan. Dalam 10 tahun terakhir, pemekaran

lahan yang sangat tinggi dan manajemen drainase dan sampah yang buruk menjadi

penyebab utama banjir dan genangan air di Jakarta. Hampir setiap saat hujan deras

melanda, Jakarta akan dipastikan memiliki beberapa lokasi yang tergenang air dan

menjadi penyebab kemacetan parah di seluruh jakarta. Selain itu air tanah yang sedari

awalnya mendukung kehidupan masyarakat Jakarta, kini kondisinya memprihatinkan

dikarenakan daya serap yang minim sedangkan tingkat konsumsinya sangat tinggi karena

penduduk yang padat. Akibatnya masyarakat harus mulai beralih ke perusahaan penyedia

air bersih. Udara yang terpolutan sebagai efek dari manajemen sarana transportasi yang

buruk juga menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat Jakarta sehingga

biaya masyarakat menjadi tinggi untuk berobat yang akhirnya meningkatkan biaya hidup

di Jakarta.

Page 26: makalah urbanisasi

1.4.6. Persebaran Berbagai Etnis di Jakarta

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

35.16%

27.65%

15.27%

5.53%3.61% 3.18%

1.62%0.59% 0.57% 0.25% 0.10%

6.47%

Persebaran Etnis di Jakarta

Jawa

Betawi

Sunda

Tionghoa

Batak

Minagkabau

Melayu

Bugis

Madura

Banten

Banjar

Suku Lainnya

Page 27: makalah urbanisasi

1.5. PENUTUP

1.5.1. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai data yang dihimpun penulis dari berbagai sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan dapat disimpulkan beberapa hal berikut, antara lain:

1. Jakarta merupakan kota megapolitan yang menjadi sasaran utama bagi para urban

untuk beradu hidup.

2. Ekonomi, sosial kemasyarakatan, serta politis menjadi faktor penarik tingginya

tingkat Urbansisasi ke Jakarta.

3. Ketidakmerataan pembangunan di Indonesia terutama di daerah-daerah terpencil

menjadi faktor pendorong tingginya urbanisasi.

4. Kompetisi yang ketat, ketersediaan lahan berkurang, transportasi massa

berantakan, polusi dan limbah serta kemiskinan menjadi dampak yang

ditimbulkan dari urbanisasi yang tidak terkendali.

1.5.2. Saran

Setelah mendalami secara seksama berbagai dampak yang ditimbulkan oleh

urbanisasi, maka penulis menyarankan agar pemerintah mengambil langkah-langkah

strategis guna menekan laju urbanisasi oleh penduduk desa terutama ke Jakarta. cara

terbaik adalah dengan melakukan pemerataan pembangunan di setiap desa, memperlebar

jalur masuknya informasi serta sosialisasi yang berkesinambungan kepada setiap

penduduk desa mengenai kondisi ibukota yang sebenarnya.

Page 28: makalah urbanisasi

Bintarto (1983) dalam bukunya “Interaksi desa-kota dan permasalahannya”

menekankan perlunya modernisasi desa dengan tujuan:

1) Modernisasi dapat memberi gairah dan semangat hidup baru serta menghilangkan

monotomi dari kehidupan di desa, sehingga warga desa tidak akan merasa jenuh

dengan lingkungan hidupnya.

2) Modernisasi desa dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi warga desa,

sehingga dapat menahan arus urbanisasi.

3) Modernisasi yang berarti suatu usaha meningkatkan bidang pendidikan secara

merata, sehingga akan dapat mengurangi arus pelajar ke kota dan tenaga terdidik

akan tetap tinggal di desa membimbing warga desa lain yang belum maju.

4) Modernisasi di bidang pengangkutan akan secara berangsur menghilangkan sifat

isolasi desa.

5) Modernisasi merupakan tumpuan bagi pengembangan teknologi pedesaan dan

dalam proses pengembangannya warga desa dapat diikutsertakan.

Page 29: makalah urbanisasi

iii

DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Hadi Sabari (2005). Klasifikasi Kota. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar.

Bintaro, Prof. Drs. R (1983). Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta.

Penerbit Balai Aksara.

Tjiptoherijanti, Prijono (1996). Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta.

Penerbit Universitas Indonesia.

Evers, Hans Dieter (1979). Sosiologi Perkotaan, Urbanisasi dan Sengketa Tanah di

Indonesia dan Malaysia. Jakarta. Penerbit PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Soekanto, Soerjono (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. RajaGrafindo

Persada.

Meinarno, Eko A, dkk (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat, pandangan

antropologi dan sosiologi. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.

Widianto, Bambang (1988). Prioritas Perbaikan Lingkungan dan Tanggapan Penduduk

Pemukiman Padat: sebuah penerapan model pemantauan lingkungan.

Macionis, John C. (2006). Society. The Basics. New Jersey: PearsonEducation Inc.

Hariyono, Paulus (2007). Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta. PT Bumi Aksara

BPS (2010). Data statistik penduduk 2010. From: www.bps.go.id/ 21 Oktober 2012

Page 30: makalah urbanisasi

iv

Kompasiana (2012). Jakarta Bukan Monopoli Betawi. From

http://politik.kompasiana.com/2012/04/20/jakarta-bukan-monopoli-betawi/ 20 Oktober

2012

Anca 45 (2011) Urbanisasi, Dampak dan Strategi. From: http://anca45-kumpulan-

makalah.blogspot.com/2011/11/urbanisasi-dampak-dan-strategi.html/ 20 Oktober 2012

Tempo (2010) Tingkat Urbanisasi Empat Kota di Pulau Jawa. From:

http://www.tempo.co/read/news/2010/07/23/090265865/Tingkat-Urbanisasi-Empat-Kota-

di-Pulau-Jawa-80-Persen-2025/ 20 Oktober 2012

Febry (2009) Budaya Urbanisasi Masyarakat Luar Jakarta. From:

http://febrydhwylngrm.blogspot.com/2009/12/budaya-urbanisasi-masyarakat-luar.html/

20 Oktober 2012

Id. Shvoong (2012) Faktor-faktor yang Menyebabkan Urbanisasi. From:

http://id.shvoong.com/social-sciences/1999256-faktor-faktor-yang-menyebabkan-

urbanisasi/ 21 Oktober 2012

Ahmad, Zahir (2010) Jakarta dan Urbanisasi. From:

http://zahirahmad.wordpress.com/2010/10/03/jakarta-dan-urbanisasi/ 21 Oktober 2012

Page 31: makalah urbanisasi

v

TENTANG PENULIS

Andi Pajolloi Bate lahir di Watampone, kota indah penuh cerita pada 3 Juni 1994.

Anak ke 3 dari 6 bersaudara buah cinta dari pasangan Drs. A. Mallanti, M.Si dan A. Nur

Erni, S.Pd. Hidup bahagia bersama 5 saudaranya Andi Srimuliati Bate, Andi Julia Lestari

Bate, Andi Nila Reskiani Bate, Andi Muhammad Farid Fauzan Bate, dan Andi Nurul

Istiqamah Bate.

Menyelesaikan pendidikan di SDN 22 Jeppe’e, SMPN 4 Watampone, dan SMAN

2 Watampone. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan tinggi di Universitas Mercu

Buana, Jakarta sebagai penerima beasiswa penuh 4 tahun. Ia aktif dalam berbagai

organisasi, antara lain: Ketua Umum OSIS SMPN 4 Watampone 2007-2009, Ketua

Umum OSIS SMAN 2 Watampone 2010/2011, Ketua Umum Keluarga Pelajar Wija To

Bone 2011/2012. Saat ini tengah aktif dalam UKM Islam Al-Faruq Mercu Buana serta

Mercu Buana English Club.

Anak yang gemar membaca dan menulis ini bercita-cita menjadi seorang

diplomat, motivator, entrepreneur, dan pakar komukasi. Menurutnya, masalah terbesar

Page 32: makalah urbanisasi

vi

bangsa ini adalah konflik horizontal yang terus terjadi karena begitu banyaknya

komunikasi yang tidak efektif. Saatnya menyuarakan Indonesia menuju perubahan yang

lebih baik. Berempati, jujur, dan mau bekerja are the real keys.

Penulis bisa dihubungi di HP: 085 399 873 870, FB: “Galileo Galiloi”, dan

Twitter: @andiloi.