Hot Issue Revisi

4
HOT ISSUE Tidak terasa bahwa rakyat Indonesia telah melewati salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah demokrasi di Indonesia. Ya, pada tanggal 9 Juli 2014 kemarin, negara kita telah melaksanakan pesta demokrasi yang diadakan lima tahun sekali, yaitu Pemilu Presiden Indonesia 2014. Apakah teman-teman sudah menggunakan hak suara masing-masing? Jika ditelusuri lebih lanjut, pemilu kemarin merupakan pemilu yang sangat signifikan. Meskipun bukan kali pertama rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung, tapi pemilu ini adalah pemilu pertama di mana terjadi transisi di antara dua orang presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Berbeda dengan tahun 2004, di mana Ibu Megawati bukan merupakan presiden yang dipilih langsung, dan juga dengan tahun 2009 karena tidak terjadi perubahan kekuasaan. Besarnya skala dari pemilu beberapa bulan yang lalu merupakan suatu kesempatan yang sangat besar bagi rakyat Indonesia, namun juga sekaligus merupakan suatu peristiwa yang membuat was-was dan memiliki implikasi yang sangat dalam bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia ke depannya. Bagaimana tidak? Pemilu kemarin merupakan ajang yang mempertandingkan dua kandidat calon presiden dan wakil presiden yang amat bertolak belakang. Mulai dari latar belakang, image yang ditampilkan, visi dan misi, hingga ideologi politik. Kandidat nomor satu, Prabowo Subianto – Hatta Rajasa memiliki latar belakang yang sangat berbeda dengan kandidat nomor dua. Prabowo merupakan seorang mantan perwira TNI AD yang kemudian melanjutkan karier di dunia politik. Hatta Rajasa adalah seorang politisi yang telah menjadi menteri dalam kabinet-kabinet pemerintahan sejak era Ibu Megawati. Kandidat nomor dua, Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla merupakan pasangan tua-muda yang sangat

description

a

Transcript of Hot Issue Revisi

HOT ISSUE

Tidak terasa bahwa rakyat Indonesia telah melewati salah satu peristiwa paling penting

dalam sejarah demokrasi di Indonesia. Ya, pada tanggal 9 Juli 2014 kemarin, negara kita telah

melaksanakan pesta demokrasi yang diadakan lima tahun sekali, yaitu Pemilu Presiden Indonesia

2014. Apakah teman-teman sudah menggunakan hak suara masing-masing?

Jika ditelusuri lebih lanjut, pemilu kemarin merupakan pemilu yang sangat signifikan.

Meskipun bukan kali pertama rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung, tapi pemilu

ini adalah pemilu pertama di mana terjadi transisi di antara dua orang presiden yang dipilih secara

langsung oleh rakyat. Berbeda dengan tahun 2004, di mana Ibu Megawati bukan merupakan

presiden yang dipilih langsung, dan juga dengan tahun 2009 karena tidak terjadi perubahan

kekuasaan.

Besarnya skala dari pemilu beberapa bulan yang lalu merupakan suatu kesempatan yang

sangat besar bagi rakyat Indonesia, namun juga sekaligus merupakan suatu peristiwa yang membuat

was-was dan memiliki implikasi yang sangat dalam bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia ke

depannya. Bagaimana tidak? Pemilu kemarin merupakan ajang yang mempertandingkan dua

kandidat calon presiden dan wakil presiden yang amat bertolak belakang. Mulai dari latar belakang,

image yang ditampilkan, visi dan misi, hingga ideologi politik.

Kandidat nomor satu, Prabowo Subianto – Hatta Rajasa memiliki latar belakang yang sangat

berbeda dengan kandidat nomor dua. Prabowo merupakan seorang mantan perwira TNI AD yang

kemudian melanjutkan karier di dunia politik. Hatta Rajasa adalah seorang politisi yang telah menjadi

menteri dalam kabinet-kabinet pemerintahan sejak era Ibu Megawati. Kandidat nomor dua, Joko

Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla merupakan pasangan tua-muda yang sangat kontras. Yang satu adalah

gubernur muda yang amat sederhana dan pengalaman politiknya masih sangat minim, sedangkan

yang satu lagi merupakan seorang mantan wakil presiden periode 2004-2009 yang telah

berkecimpung dalam dunia politik Indonesia sejak era Presiden Gus Dur.

Pasangan Jokowi – JK mengusung tema perbaikan, terutama perbaikan birokrasi pada

umumnya di dalam ranah demokrasi di Indonesia. Menurut mereka, memperbaiki jalur birokrasi

yang berbelit-belit adalah langkah darurat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia.

Sedangkan pasangan Prabowo – Hatta mengusung tema perubahan, terutama perubahan negara

agar memiliki pemerintahan dan ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur. Dari tema

kampanye kedua pasangan, terlihat jelas perbedaan visi ke depan dalam menentukan langkah

berikutnya bagi negeri kita.

Perbedaan tersebut tentu saja menimbulkan konflik di antara pendukung kedua belah pihak.

Perang berkobar di seluruh Indonesia, walaupun tidak berarti perang dalam arti sesungguhnya.

Media massa yang dengan jelas berpihak, tuduh-menuduh pengadaan black campaign yang

menjelek-jelekkan nama kandidat lawan secara tidak sah, serta desas-desus yang meramalkan bakal

terjadi kerusuhan seperti pada bulan Mei 1998 hanya merupakan segilintir contoh dari kondisi

demokrasi Indonesia pada hari-hari di dekat Pilpres.

Pada akhirnya, untung saja tidak terjadi kerusuhan yang berarti pada hari-H tanggal 9 Juli.

Kerusuhan yang terjadi hanyalah di media massa, dengan polemik quick count yang sangat

membingungkan dan menyesatkan. Perbedaan statistik perhitungan suara yang berbeda di antara

kedua belah pihak media menimbulkan peristiwa yang jauh lebih mengherankan, yakni deklarasi

kemenangan yang dilakukan oleh masing-masing kandidat. Tindakan ini jelas terlalu dini karena

dilakukan tanpa menunggu kepastian hasil hitung resmi KPU yang hanya terpaut 14 hari setelah

pelaksanaan pilpres.

Setelah pengumuman hasil real count KPU pada tanggal 22 Juli pun, situasi politik belum

pulih kembali. Kendati penghitungan suara nasional dengan jelas menunjukkan kemenangan Jokowi

- JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, kandidat Prabowo – Hatta mengajukan gugatan ke

Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan hasil pilpres atas dasar pengamatan lapangan, di mana

terlihat berbagai macam kecurangan dan kesalahan dalam pelaksanaan pilpres pada berbagai

tingkat, baik dalam proses pemungutan suara maupun rekapitulasi.

Pada akhirnya, setelah membaca ribuan lembar hasil putusan sidang, para hakim MK resmi

menolak semua gugatan dari kubu Prabowo-Hatta. Ricuh yang terjadi di depan gedung MK dapat

dikontrol dan tidak meluas ke kawasan lainnya di ibukota, walaupun pihak berwajib terpaksa

mengerahkan tindakan preventif seperti penggunaan gas air mata.

Indonesia telah melewati drama politik yang tidak kalah serunya dengan serial televisi

selama beberapa bulan ini. Apakah drama tersebut masih akan berlanjut? Untuk sementara, rakyat

menghembuskan napas lega akan berakhirnya saga terbaru dari hasil pilpres. Perhatian rakyat yang

tersedot oleh reportase media massa akhirnya dapat dicurahkan untuk berkarya dalam kehidupan

sehari-hari.

(kalimat sekarang sampe 20 oktober dihapus, trus ditambahin aja di bagian akhir

paragraf, akan ada banyak perubahan dalam pemerintahan jokowi, misalnya kenaikan harga

bbm. Apaka anda siap menghadapi perubahan-perubahan selanjutnya? Apakah anda mau

diproses dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang lebih baik?)Sekarang, kita tinggal menunggu

pelantikan presiden dan wakil presiden pada tanggal 20 Oktober. Sebagai rakyat Indonesia tentunya

kita wajib menjalankan kewajiban dengan baik, sudah tentu kita diharapkan untuk mendukung

presiden terpilih dalam menjalankan tugasnya selama lima tahun ke depan. Selamat kepada Jokowi-

JK dan semoga proses pilpres tahun ini menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia.