Hospes Reservoar

5
Hospes Reservoar Manusia merupakan satu-satunya reservoir malaria yang penting. Parasitemia dengan fase aseksual dan gametositemia pada malaria falciparum pada orang yang memiliki kekebalan yang tinggi bisa berlangsung tanpa gejala selama berbulan-bulan. Begitu pula relaps atau kekambuhan malaria vivax menjadi lebih ringan dengan meningkatnya imunitas penderita. Penderita yang asimtomatik yang memiliki gametosit dalam darahnya bisa menjadi sumber penularan dengan perantaraan nyamuk vektornya. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan hospes parasit, misalnya karena pertahanan tubuh yang menurun pada trauma yang berat, respon imun yang melemah sesudah operasi pengangkatan limpa, parasit malaria tidak bisa dipertahankan dalam kondisi terkendali sehingga terjadi serangan akut malaria Vektor Malaria Di bumi ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria yang alami. Di indonesia ditemukan 80 spesies nyamuk Anopheles, tetapi hanya 16 spesies yang berperan sebagai vektor malaria. Di Jawa dan Bali, Anopheles sundaicus dan Anopheles aconitus merupakan vektor malaria utama, dan Anopheles subpictus dan Anopheles maculatus sebagai vektor sekunder. Lama hidup nyamuk dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, terutama faktor suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu, tingkat penularan malaria tergantung pada beberapa faktor biologis dan klimatis, yang menyebabkan timbulnya fluktuasi dalam lama dan intensitas penularan malaria dalam tahun yang sama atau diantara dua tahun yang berbeda. Untuk bisa berperan sebagai vektor malaria, suatu strain Anopheles harus mempunyai kebiasaan mengigit manusia dan hidup cukup lama untuk memberi waktu yang diperlukan oleh parasit malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai menghasilkan bentuk infektif, dan sesudah itu menggigit manusia lagi. Kebiasaan mengigit nyamuk, menentukan potensinya sebagai vektor malaria. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap kecepatan perkembangan parasit malaria dalam tubuh nyamuk. Hal ini menyebabkan intensitas penulran malaria paling tinggi menjelang akhir musim penghujan, dengan populasi nyamuk meningkat secara signifikan.

description

jmncvbnm,c

Transcript of Hospes Reservoar

Hospes Reservoar

Manusia merupakan satu-satunya reservoir malaria yang penting.

Parasitemia dengan fase aseksual dan gametositemia pada malaria falciparum pada orang yang memiliki kekebalan yang tinggi bisa berlangsung tanpa gejala selama berbulan-bulan. Begitu pula relaps atau kekambuhan malaria vivax menjadi lebih ringan dengan meningkatnya imunitas penderita. Penderita yang asimtomatik yang memiliki gametosit dalam darahnya bisa menjadi sumber penularan dengan perantaraan nyamuk vektornya. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan hospes parasit, misalnya karena pertahanan tubuh yang menurun pada trauma yang berat, respon imun yang melemah sesudah operasi pengangkatan limpa, parasit malaria tidak bisa dipertahankan dalam kondisi terkendali sehingga terjadi serangan akut malaria

Vektor Malaria

Di bumi ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria yang alami. Di indonesia ditemukan 80 spesies nyamuk Anopheles, tetapi hanya 16 spesies yang berperan sebagai vektor malaria. Di Jawa dan Bali, Anopheles sundaicus dan Anopheles aconitus merupakan vektor malaria utama, dan Anopheles subpictus dan Anopheles maculatus sebagai vektor sekunder. Lama hidup nyamuk dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, terutama faktor suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu, tingkat penularan malaria tergantung pada beberapa faktor biologis dan klimatis, yang menyebabkan timbulnya fluktuasi dalam lama dan intensitas penularan malaria dalam tahun yang sama atau diantara dua tahun yang berbeda. Untuk bisa berperan sebagai vektor malaria, suatu strain Anopheles harus mempunyai kebiasaan mengigit manusia dan hidup cukup lama untuk memberi waktu yang diperlukan oleh parasit malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai menghasilkan bentuk infektif, dan sesudah itu menggigit manusia lagi. Kebiasaan mengigit nyamuk, menentukan potensinya sebagai vektor malaria. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap kecepatan perkembangan parasit malaria dalam tubuh nyamuk. Hal ini menyebabkan intensitas penulran malaria paling tinggi menjelang akhir musim penghujan, dengan populasi nyamuk meningkat secara signifikan.

Hubungan Hospes Parasit-Lingkungan

Dalam hubungan trias di atas parasit malaria mempertahankan hidupnya sebagai spesies dengan jalan berada dalam tubuh manusia dalam waktu yang cukup lama untuk menjadi gametosit jantan dan betina dan menunggu saat yang tepat untuk ditularkan. Nyamuk Anopheles yang menjadi vektor mempunyai kondisi biologis yang sesuai bagi parasit untuk berkembang menjadi bentuk yang infektif bagi manusia. Manusia sebagai hoespes vertebrata pada dasarnya mempunyai kemungkinan yang sama untuk ditulari parasit malaria, dan terjadinya malaria sangat ditentukan oleh status imunitasnya. Sebagai kesimpulan dari keseimbangan ketiga faktor di atas, tingkat penularan malaria di suatu wilayah ditentukan oelh hal-hal berikut.

1. reservoar. Dicerminkan oleh tingkat prevelensi malaria pada manusia, termasuk adanya penderita malaria akut dan penderita tanpa gejala (asimtomatik) dan kadang-kadang malaria pada kera simpanse dengan parasitemia yang tinggi

2. vektor, kesesuaian spesies atau strain nyamuk Anopheles sebagai vektor, tingkat berkembang biaknya, jarak terbangnya, kebiasaan istirahatnya, kebiasaan makan, dan jumlahnya.

3. Hospes manusia yang baru, yang dimaksudkan di sini adalah adanya kelompok manusia nonimun yang masuk ke wilayah endemis

4. kondisi iklim setempat, terutama faktor suhu dan kelembaban lingkungan

5. kondisi geografis dan hidrografis setempat, ditambah dengan aktivitas dan tingkah laku manusia, memengaruhi tingkat terpajan dan akses mereka kepada tempat-tempat perindukan nyamuk Anopheles

Siklus Hidup Parasit Malaria

Siklus hidup parasit malaria dimulai bila seseorang digigit nyamuk Anopheles (betina) yang mengandung sporozoit. Sporozoit-sporozoit yang masuk bersama ludah nyamuk masuk ke peredaran darah.

Dalam waktu yang sangat singkat (30 menit) semua sporozoit menghilang dari peredaran darah, masuk ke sel-sel parenkim hati. Dalam sel-sel hati (hepatosit) sporozoit membelah diri secara aseksual, dan berubah menjadi sizon hati.

Seluruh proses tadi memerlukan waktu antara 6 sampai 12 hari untuk menjadi lengkap, tergantung dari spesies parasit malaria yang menginfeksi.

Sesudah sizon hati dalam sel hati menjadi matang, bentuk ini bersama sel hati yang diinfeksi pecah dan mengeluarkan antara 5.000-30.000 merozoit, tergantung dari dari spesiesnya, yang segera masuk ke sel-sel darah merah.

Dalam sel darah merah, merozoit-merozoit yang dilepas dari sel hati tadi berubah menjadi trofozoit muda (bentuk cincin). Trofozoit muda tumbuh menjadi trofosoit dewasa, dan selanjutnya membelah diri menjadi sizon. Sizon yang sudah matang dengan merozoit-merozoit di dalamnya dalam jumlah maksimal tertentu tergantung dari spesiesnya, pecah bersama sel darah merah yang diinfeksi, dan merozoit-merozoit yang dilepas itu kembali menginfeksi sel-sel darah merah lain untuk mengulang siuklus tadi. Keseluruhan siklus yang terjadi berulang dalam sel darah disebut siklus eritrositik aseksual atau sizogoni darah. Peristiwa pecahnya sizon-sizon bersama sel-sel darah merah yang diinfeksinya disebut proses sporulasi, dan ini berkorelasi dengan munculnya gejala-gelaja malaria, yang ditandai dengan demam dan menggigil secara periodik. Satu siklus sizogoni darah berlangsung lengkap antara 44-49 jam untuk Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium ovale, menyebabkan pola periodesitas tertiana (setiap hari ketiga) dan 72 jam untuk Plasmodium malariae, menyebabkan pola kuartana (tiap hari keempat).

Setelah siklus sizogoni darah berulang kembali beberapa kali, beberapa merozoit tidak lagi menjadi sizon, tetapi berubah menjadi gametosit dalam sel darah merah, yang terdiri dari gametosit jantan dan betina. Siklus terakhir ini disebut siklus eritrositik seksual atau gametogoni. Jika gametotosit yang matang siap diisap oleh nyamuk Anopheles, di dalam lambung nyamuk terjadi proses ekflagelasi pada gametosirt jantan, yaitu dikeluarkannya 8 sel gamet jantan (mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet betina. Selanjutnya pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan (mikrogamet) dan satu sel gamet betina (makrogamet), menghasilkan zigot dengan bentuknya yang memanjang, lalu berubah menjadi ookinet yang bentuknya vermiformis dan bergerak aktif menembus mukosa lambung.

Di dalam dinding lambung paling luar, ookinet mengalami pembelahan inti menghasilkan sel-sel yang memenuhi kista yang membungkusnya, disebut ookista.

Di dalam ookista dihasilkan puluhan ribu sporozoit, menyebabkan ookista pecah dan menyebarkan sporozoit-sporozoit yang berbentuk seperti rambut ke seluruh bagian rongga badan nyamuk (hemosel), dan dalam beberapa jam saja menumpuk di dalam kelenjar ludah nyamuk.

Sporozoit bersifat infektif bagi manusia jika masuk ke peredaran darah. Seluruh fase perubahan yang dialami Plasmodium falciparum dalam tubuh nyamuk vektornya berlangsung antara 11-14 hari, 9-12 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium ovale, dan 15-21 hari untuk Plasmodium malariae.

Pada infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, saat pecahnya sizon kriptozoit dalam sel hati, sebagian dari merozoit-merozoit yang lepas kembali menginfeksi sel parenkim hati yang lain, dan berubah menjadi sizon lagi. Siklus kedua yang berlangsung di dalam sel hati disebut siklus ekso-eritrositik sekunder (= para-eritrositik). Siklus EE sekunder berlangsung dalam waktu yang jauh lebih lama daripada siklus EE primer, bisa selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

Siklus EE sekunder tidak terjadi pada infeksi dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae. Siklus EE sekunder bisa menyebabkan kekambuhan, yang disebut relapse, pada malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dan Plasmodium ovale. Relapse disebabkan oleh merozoit-merozoit yang masuk ke peredaran darah, yang berasal dari siklus EE sekunder.

Suatu strain Plasmodium vivax mempunyai pola relaps yang ditandai oleh rentang waktu yang singkat antara serangan malaria primer dan serangan relaps yang pertama. Strain Plasmodium vivax lainnya ditandai oleh rentang waktu yang lebih lama, yaitu beberapa bulan antara serangan malaria primer dan serangan relaps yang pertama.

Kekambuhan pada malaria Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae disebabkan oleh sisa-sisa Plasmodium yang berasal dari siklus sizogoni darah, yang memperbanyak diri samapi mencapai jumlah yang cukup untuk menimbulkan malaria sekunder. Jenis kekambuhan yang terakhir disebut rekrudesensi.

Sedikit lain dengan teori di atas, sebuah teori lain menyatakan bahwa pada infeksi oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sejak semula ada sekelompok sporozoit yang menjalani suatu bentuk uninukleat yang dormant atau laten di dalam sel hati, disebut bentuk hipnozoit, yang kemudian akan menjalani proses sizogoni melalui fase EE sekunder, dan apabila sizon ini pecah menimbulkan relaps atau malaria sekunder.