horomon kelahiran

9
PROGESTERON Progesteron disekresikan oleh sel – sel luteal korpus luteum. Hormon ini juga disekresikan oleh plasenta dan glandula adrenal. Progesteron ditrasportasikan kedalam darah melalui ikatan pada globulin seperti androgen dan estrogen. Regulasi sekresi progesteron terutama distimulasi oleh LH pada hewan domestik. Progesteron berfungsi menjaga kehamilan dengan cara mempersiapkan uterus untuk implantasi melalui peningkatan glandula sekretori didalam endometrium dan menghambat motilitas miometrium. Progesteron beraksi secara sinergik dengan estrogen untuk menginduksi tingkah laku estrus pada domba dan sapi. Agar progesteron mempunyai efek terhadap suatu jaringan maka jaringan tersebut pertama kali harus dipengaruhi dan diekspos terhadap estrogen. Bersama – sama dengan estrogen, progesteron menginduksi perkembangan sistem lobulo – alveolar mammae, dan hipertrofi endometrium uterus. Level tinggi progesteron akan menghambat estrus dan LH surge ovulatori. Oleh karen itu, hormon progesteron penting dalam regulasi siklus estrus. Pemberian progesteran dapat mencegah terjadinya abortus pada saat kebuntungan karena progesteron yang cukup dalam tubuh. Hal ini disebabkan hormon progesteron akan menjaga kebuntingan. Preparat progesteron juga dapat digunakan dalam penyentakan birahi pada sekelompok hewan. Prostaglandin (PGF2α)

description

fisiologi

Transcript of horomon kelahiran

PROGESTERONProgesteron disekresikan oleh sel sel luteal korpus luteum. Hormon ini juga disekresikan oleh plasenta dan glandula adrenal. Progesteron ditrasportasikan kedalam darah melalui ikatan pada globulin seperti androgen dan estrogen. Regulasi sekresi progesteron terutama distimulasi oleh LH pada hewan domestik.Progesteron berfungsi menjaga kehamilan dengan cara mempersiapkan uterus untuk implantasi melalui peningkatan glandula sekretori didalam endometrium dan menghambat motilitas miometrium. Progesteron beraksi secara sinergik dengan estrogen untuk menginduksi tingkah laku estrus pada domba dan sapi. Agar progesteron mempunyai efek terhadap suatu jaringan maka jaringan tersebut pertama kali harus dipengaruhi dan diekspos terhadap estrogen. Bersama sama dengan estrogen, progesteron menginduksi perkembangan sistem lobulo alveolar mammae, dan hipertrofi endometrium uterus. Level tinggi progesteron akan menghambat estrus dan LH surge ovulatori. Oleh karen itu, hormon progesteron penting dalam regulasi siklus estrus.Pemberian progesteran dapat mencegah terjadinya abortus pada saat kebuntungan karena progesteron yang cukup dalam tubuh. Hal ini disebabkan hormon progesteron akan menjaga kebuntingan. Preparat progesteron juga dapat digunakan dalam penyentakan birahi pada sekelompok hewan.

Prostaglandin (PGF2)Prostaglandin adalah senyawa C20 dengan satu cincin siklopenta yang mirip derivate asam lemak tak jenuh seperti arakidonat (Solihati, 2005). Nama prostaglandin diberikan oleh Von Euler karena ia berpendapat bahwa zat ini dihasilkan oleh kelenjar prostat manusia. Prostaglandin mempunyai implikasi pada pelepasan gonadotropin, ovulasi, regresi CL, motilitas uterus dan motilitas spermatozoa (Djajosoebagio, 1990). PGF2 bersifat luteolitik sehingga mampu menginduksi terjadinya regresi CL yang mengakibatkan estrus, akan tetapi mekanisme yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti walaupun salah satu dari postulat-postulat yang ada menyatakan bahwa efek vasokonstriksi dari PGF2 dapat menyebabkan luteolisis. Beberapa hipotesis tentang bagaimana kerja PGF2 dalam melisiskan CL yaitu (1) PGF2 langsung berpengaruh kepada hipofisis, (2) PGF2 menginduksi luteolisis melalui uterus dengan jalan menstimulir kontraksi uterus sehingga dilepaskan luteolisis uterin endogen, (3) PGF2 langsung bekerja sebagai racun terhadap sel-sel CL, (4) PGF2 bersifat sebagai antigonadotropin, baik dalam aliran darah maupun reseptor pada CL, dan (5) PGF2 mempengaruhi aliran darah ke ovarium (Solihati, 2005). PGF2 hanya efektif bila ada korpus luteum yang berkembang, antara hari 7 sampai 18 dari siklus estrus ( Putro, 2008 ).KortikosteroidKortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adreno kortiko tropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistemkekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein,kadar elektrolit darah, serta tingkah laku. Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang menonjol darinya, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal. Beberapa kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat, danlainnya hanya mengeluarkan satu jenis efek. Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom P450.

Mekanisme HormonalMekanisme induksi kelahiran dimulai dengan pelepasan hormon ACTH yang berasal dari otak fetus setelah mencapai tahap perkembangan. Hormon ini menyebabkan reaksi cascade sehingga terjadi pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal fetus, yang menginduksi pelepasan estron dan estradiol dari plasenta, yang kemudian menstimulasi uterus untuk melepaskan prostaglandin yang menyebabkan regresi corpus luteum dan menghentikan produksi progesteron. Kira-kira 1-2 hari sebelum kelahiran konsentrasi progesteron mulai turun dalam sirkulasi. Pelepasan relaxin terjadi dalam 2-3 gelombang antara 44-26 jam sebelum kelahiran dan puncaknya pada 14-22 jam dan kemudian turun sebelum keluarnya genjik pertama. Baik estrogen dan relaxin menyebabkan perubahan cervix yang membuat saluran kelahiran membuka. Kurang dari 10 jam, estrogen dalam darah meningkat dengan cepat, dan kurang dari 9 jam otot uterus mulai kontraksi (Knox, 2008). Pada waktu yang sama, prostaglandin dibawa ke pituitari anterior dan menyebabakan pelepasan oksitosin ke dalam pembuluh darah (Jones, 1986). Oksitosin meningkat 9-4 jam sebelum kelahiran genjik pertama dan puncaknya selama genjik dikeluarkan. Prostaglandin dalam darah juga meningkat selama pengeluaran fetus. Pada kelahiran alami, oksitosin meningkat di atas level baseline (garis dasar) yang hanya berjalan ketika nilai progesteron dalam darah turun di bawah 10 ng/ml (Knox, 2008)

1.Mekanisme Intra Uteri

Faktor hormonal

Fetus meregangkan serviks terjadi rangsangan ke otak,hipotalamus. Hipofisa anterior mengeluarkan oxytosin. Oxytosin merangsang uterus untuk memulai kontraksi. Progesteron, menjaga kebuntingan. Menurun pada ahir kebuntingan, Estrogen meningkat, oksitosin tampil dan terjadi kontraksi urat daging uterus. Estrogen, terbentuk sejak plasenta terbentuk. Semakin tinggi berat plasenta semakin tinggi kadar estrogen. Bersama-sama dengan oksitosin merangsang uterus berkontraksi. (Anonim,2010)

Peranan kortisol dalam kelahiran

Pemberian Dexamethasone (Dexadreson, 15 ml) dalam waktu pendek segera sebelum atau menjelang kelahiran akan merangsang peningkatan konsentrasi Cortisol Fetus dan merangsang proses kelahiran. Umumnya kelahiran akan terjadi dalam waktu 72 Jam. Selanjutnya apabila induksi dilakukan lebih dari 7 10 hari sebelum waktu kelahiran, maka respons yang ditimbulkan lebih bervariasi dan kejadian kegagalan induksi akan lebih sering terjadi. Kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pemberian preparat corticosteroid yaitu Dexafort , 10 ml dalam dosis medium, kemudian dilanjutkan satu (1) minggu kemudian pemberian periode pendek preparat Dexadreson; 10-15 ml. Induk Sapi akan melahirkan dalam waktu pemberian preparat Corticosteroid. (Anonim,2011)

2. Mekanisme Kontrol Ekstra uteri

Terjadi Relaksasi dan dilatasi servik, fetus mengambil postur kelahiran, kontraksi uterus terjadi dan Chorionallantois memasuki vagina. Tahap kedua : Kontraksi uterus berlanjut, Fetus masuk kedalam saluran peranakan, Kontraksi abdominal terjadi, Amnion memasuki vagina dan Fetus dikeluarkan. Tahap ketiga Hilangnya sirkulasi plasenta, Pemisahan plasenta terjadi, Kontraksi uterus dan abdominal berlanjut dan Plasenta dikeluarkan. Pada spesies politokus, tahap pertama kelahiran diikuti oleh rangkaian kelahiran fetus tahap kedua. Hal ini kemudian bisa diikuti oleh tahap ketiga setelah setiap tahap kedua atau keluarnya plasenta setelah kelahiran dari satu kelompok atau semua anak.Kontraksi Uterus

-Progesetron

Pada Sapi, Progesteron berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan pada saat kebuntingan Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan konsentrasi atau level Progesteron darah pada hari ke 150 kebuntingan dan selama beberapa saat sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus luteum merupakan sumber dari Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga memproduksi Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak, proses kelahiran dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini akan merangsang produksi Estrogen dan Prostaglandin (PGF2a). Selanjutnya Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus luteum (Corpus Luteum) dan konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara drastis. Dari prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk induksi kelahiran dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan Prostaglandin, Corticosteroid atau kombinasi ke dua hormon tersebut (Anonim 2011)

-Relaksin

Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a dari uterusPGF2a yang menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan. Tampaknya kenaikan cortisol fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan progesteronterlihat sebelum kenaikan PGF2a. Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus. Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang lebih besar disebabkan oleh oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu dan bukan dengan parturisi (Anonim,2011)

Peristiwa fisiologis dalam kelahiran berupa dilatasi cervix dan kontraksi uterus. Dilatasi cervix disebabkan oleh relaxin ketika bekerja sama dengan kadar estrogen yang meningkat. Kontraksi uterus awal mungkin disebabkan oleh PGF2 ketika terlepas dari endometrium dengan meningkatnya kadar estrogen (Anonim., 2004). Hormon peptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium. (Anonim,2011)

- ProstaglandinInjeksi dengan dosis standar ProstaglandinF2a selama minggu kelahiran atau dalam minggu dimana waktu proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat diinduksi dan umumnya kelahiran terjadi dalam waktu 48 Jam setelah injeksi Prostaglandins. Selain itu pemberian kombinasi corticosteroid dan prostaglandin akan lebih baik karena akan memberikan efek pada tingkat dewasa kelamin (maturasi) fetus yang dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek negatif yaitu meningkatkan kejadian terhambatnya pelepasan plasenta. Penggunaan Prostaglandin beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan dapat menyebabkan terhindarnya penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting untuk diketahui bahwa pelaksanaan waktu perkawinan yang tepat akan mencegah kekahiran prematur yang erat kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah kelahiran. Catatan perkawinan (breeding record) adalah sangat penting diperhatikan, dimana hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan lingkungan saat induk melahirkan (Anonim,2011)

DAFTAR PUSTAKADjojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar endokrin Volume II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen. Dikti. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, IPB.Putro, P.P., 2008. Dampak Crossbreeding terhadap Reproduksi Induk Turunannya: Hasil Studi Klinis. Lokakarya Lustrum VIII Fak. Peternakan UGM, 8 Agustus 2009