HIV

9
HIV (Human Immunodeficiency Virus) Definisi Merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Termasik Anggota lentivirus (subfamili Retrovirus), merupakan virus RNA yang punya envelope. HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). HIV berikatan kuat terhadap CD4 pada sel T-helper dan makrofag. Etiologi Virus HIV yang termasuk dalam famili retrovirus genus lentivirus diketemukan oleh Luc Montagnier, seorang ilmuwan Perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Gallo (national Institute of Health, USA 1984) menemukan Virus HTLV-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa

description

HIV

Transcript of HIV

Page 1: HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Definisi

Merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Termasik Anggota

lentivirus (subfamili Retrovirus), merupakan virus RNA yang punya envelope. HIV atau

Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh

manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

HIV berikatan kuat terhadap CD4 pada sel T-helper dan makrofag.

Etiologi

Virus HIV yang termasuk dalam famili retrovirus genus lentivirus diketemukan oleh

Luc Montagnier, seorang ilmuwan Perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi

virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV).

Gallo (national Institute of Health, USA 1984) menemukan Virus HTLV-III (Human

T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut

dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International

Committee on Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun

1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan

berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang pathogen

dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.

Page 2: HIV

Morfologi HIV

Pada mikroskop elektron menunjukkan bahwa virion HIV adalah struktur ikosahedral

yang mengandung banyak tonjolan eksternal yang dibentuk oleh dua envelope proteins besar,

yaitu bagian luar disebut gp120 dan pada bagian transmembran disebut gp41.

Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor

pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang

menjadi target HIV adalah sel monocytes/macrophages dan sel dendritic/Langerhans. Sel-sel

tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oralyang

biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Setelah gp120 berikatan dengan CD4, gp120 ini

mengalami perubahan konformasi yang memfasilitasi pengikatan salah satu dari sekelompok

co-receptor. Dua co-receptor utama untuk HIV-1 adalah CCR5 dan CXCR4. Setelah terjadi

pengikatan, maka terjadi fusi dengan membran sel inang sehingga isi partikel virus akan

terlepas di dalam sel.Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan

mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan

dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA

manusia. DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat

bertahan cukup lama di dalam sel. Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel

inang akan memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA.

Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat

protein dan enzim HIV. Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA

virus. Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi

Page 3: HIV

virus utuh. Pada tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk

memotong protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV

utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi sel

berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus

akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.

Faktor Risiko

Faktor resiko untuk terjangkit dari virus ini antara lain adalah untuk orang-orang yang

mengkonsumsi obat-obatan terlarang dengan menggunakan jarum suntik, Ibu hamil yang

mengidap HIV, Umur diatas 50 tahun, Ibu pengidap HIV yang sedang menyusui bayinya,

Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual.

Epidemiologi

Infeksi HIV merupakan infeksi global yang terjadi di seluruh dunia. Diperkirakan

terdapat 37 juta kasus infeksi di seluruh dunia. Menurut catatan Departemen Kesehatan, pada

tahun 2005 terdapat 4.186 kasus AIDS dengan 305 di antaranya berasal dari Jawa Barat. Saat

ini, dilaporkan adanya pertambahan kasus baru setiap 2 jam, dan setiap hari minimal 1 pasien

meninggal karena AIDS di Rumah Sakit Ketergantungan Obat dan di Rumah Tahanan. Dan

di setiap propinsi ditemukan adanya ibu hamil dengan HIV dan anak yang HIV atau AIDS.

HIV ditularkan melalui :

a. Lewat cairan darah:

- Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV

- Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai

bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan

pengguna narkotika suntikan

- Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain,

misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus

kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.

b. Lewat cairan sperma dan cairan vagina :

HIV dapat menular melalui hubungan seks penetratif yang tidak aman sehingga

memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan

seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin

terjadi dalam hubungan seks anal.

Page 4: HIV

Hubungan seksual secara anal lebih berisiko menularkan HIV, karena epitel

mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina,

sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal,

perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup

rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam

vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan

vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing

pasangannya.

c. Lewat Air Susu Ibu :

Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan

melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan

penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%,

artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang

lahir dengan HIV positif.

Faktor -faktor risiko yang mempercepat meningkatnya prevalensi infeksi HIV di

Jawa Barat adalah :

1. Tingginya pecandu narkotika suntik (IDU)

2. Industri seks

3. Kemiskinan

4. Migrasi penduduk

5. Kurangnya pengetahuan mengenai IMS / HIV/ AIDS

6. Rendahnya pemakaian kondom pada aktiftias seksual berisiko

7. Tingginya hubungan seksual di luarnikah dan pra nikah

Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang

semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar odha yang

merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan

kelompok usia produktif. kelompok resiko tinggi adalahlelaki homoseksual atau

biseks, bayi dari ibu/bapak terinfeksi, orang yang ketagian obat intravena, partner seks

dari penderita AIDS dan penerima darah atau produk darah (transfusi).

Patogenesis

HIV adalah retrovirus yang menggunakan RNA sebagai genom. Untuk masuk ke

dalam sel, virus ini berikatan dengan receptor (CD4) yang ada di permukaan sel. Artinya,

virus ini hanya akan menginfeksi sel yang memiliki receptor CD4 pada permukaannya.

Page 5: HIV

Karena biasanya yang diserang adalah sel T lymphosit (sel yang berperan dalam sistem imun

tubuh), maka sel yang diinfeksi oleh HIV adalah sel T yang mengekspresikan CD4 di

permukaannya (CD4+ T cell).

Setelah berikatan dengan receptor, virus berfusi dengan sel (fusion) dan kemudian

melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, RNA mengalami proses reverse

transcription, yaitu proses perubahan RNA menjadi DNA. Proses ini dilakukan oleh enzim

reverse transcriptase.

Proses sampai step ini hampir sama dengan beberapa virus RNA lainnya. Yang

menjadi ciri khas dari retrovirus ini adalah DNA yang terbentuk kemudian bergabung dengan

DNA genom dari sel yang diinfeksinya. Proses ini dinamakan integrasi (integration). Proses

ini dilakukan oleh enzim integrase yang dimiliki oleh virus itu sendiri. DNA virus yang

terintegrasi ke dalam genom sel dinamakan provirus.

Dalam kondisi provirus, genom virus akan stabil dan mengalami proses replikasi

sebagaimana DNA sel itu sendiri. Akibatnya, setiap DNA sel menjalankan proses replikasi

secara otomatis genom virus akan ikut bereplikasi. Dalam kondisi ini virus bisa memproteksi

diri dari serangan sistem imun tubuh dan sekaligus memungkinkan manusia terinfeksi virus

seumur hidup (a life long infection).

Spesifikasi HIV terhadap CD4+ T cell ini membuat virus ini bisa digunakan sebagai

vektor untuk pengobatan gen (gene therapy) yang efisien bagi pasien HIV/AIDS. Soalnya,

vektor HIV yang membawa gen anti-HIV hanya akan masuk ke dalam sel yang sudah dan

akan diinfeksi oleh virus HIV itu sendiri.

Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas

terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah

fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon

imun yang progresif.

Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada model infeksi akut Simian

Immunodeficiency Virus ( SIV ). SIV dapat menginfeksi limfosit CD4+ dan monosit pada

mukosa vagina.Virus dibawa oleh antigen presenting cells ke kelenjar getah bening regional.

Pada model ini, virus dideteksi pada kelenjar getah bening dalam 5 hari setelah inokulasi. Sel

individual di kelenjar getah bening yang mengekspresikan SIV dapat di deteksi dengan

hibridisasi in situ dalam 7- 14 hari setelah inokulasi. Viremia SIV dideteksi 7-21 hari setelah

infeksi . Puncak jumlah sel yang mengekspresikan SIV di kelenjar getah bening berhubungan

dengan puncak antigenemia p26 SIV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan

limfoid kemudian menurun secara cepat dan di hubungkan sementara dengan pembentukan

Page 6: HIV

respon imun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya viremia adalah peningkatan sel

limfosit CD8. Walaupun demikian tidak dapat dikatakan bahwa respon sel limfosi CD8+

menyebabkan kontrol optimal terhadap replikasi HIV. Replikasi HIV berada pada keadaan ‘

steady-state ‘ beberapa bulan setelah infeksi . Kondisi ini bertahan relatif stabil selam

beberapa tahun, namun lamanya sangat bervariasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat

replikasi HIV tersebut, dengan demikian juga perjalanan kekebalan tubuh pejamu, adalah

heterogeneitas kapasitas replikatif virus dan heterogeneitas intrinsik pejamu.

Antibodi muncul di sirkulasi dalm beberapa minggu setelah infeksi, namun secara

umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai ke level

‘steady state’. Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi yang kuat

melawan infeksi virus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus.