hiv & hamil

download hiv & hamil

of 1

Transcript of hiv & hamil

  • 7/30/2019 hiv & hamil

    1/1

    Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 611

    KEHAMILAN DAN HIV

    Diterbitkan olehYayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

    Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org

    Bagaimana Bayi Tertular HIV?

    HIV, virus penyebab AIDS, dapat menu-

    lar dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya

    yang baru lahir. Menurut WHO, sampai

    30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksiHIV akan tertular HIV kalau ibunya tidak

    memakai terapi antiretroviral (ART).

    Antara 5-20% lagi dapat tertular melalui

    air susu ibu (ASI).

    Ibu dengan viral load HIV yang tinggi

    lebih mungkin menularkan infeksi pada

    bayinya. Kebanyakan ahli menganggap

    bahwa risiko penularan pada bayi sangat

    amat rendah bila viral load ibu di bawah

    1000 waktu melahirkan. Walaupun janin

    dalam kandungan dapat terinfeksi, se-

    bagian besar penularan terjadi waktu

    melahirkan atau melalui menyusui. Bayilebih mungkin tertular jika persalinan

    berlanjut lama. Selama proses kelahiran,

    bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh

    darah ibunya.

    Harus diketahui bahwa seorang laki-laki

    dengan HIV tidak bisa menularkan virus-

    nya langsung pada bayi. Namun laki-laki

    tersebut dapat menularkan pasangan

    perempuan waktu berhubungan seks

    untuk membuat anak.

    Bagaimana Penularan HIV dari

    Ibu-ke-Bayi Dapat Dicegah?

    Bila ayah terinfeksi HIV: Penelitianbaru menunjukkan bahwa air mani dari

    seorang laki-laki terinfeksi HIV dapat

    dicuci, untuk memisahkan spermanya

    dari cairan yang mengandung HIV. De-

    ngan cara ini, sperma dapat dipakai untuk

    membuahkan perempuan tanpa risiko dia

    akan terinfeksi, Tindakan ini efektif tetapi

    sangat mahal. Catatan: bila ibu tidak

    terinfeksi, pasti bayi tidak terinfeksi.

    Status HIV bayi tidak terpengaruh oleh

    status HIV ayahnya.

    Penggunaan ART: Risiko penularan

    sangat rendah bila ART dipakai oleh ibuwaktu hamil dan melahirkan. Angka

    penularan hanya 12% bila ibu memakai

    ART.

    Pedoman terbaru di Indonesia meng-

    usulkan semua ibu hamil memakai ART.

    Bayi diberi satu AZT pas setelah lahir,

    dengan AZT diteruskan dua kali sehari

    selama enam minggu. Dengan cara ini,

    angka penularan dapat ditekan menjadi di

    bawah 2%.

    Menjaga proses kelahiran tetap sing-

    kat waktunya: Semakin lama proses

    kelahiran, semakin besar risiko penularan.Bila si ibu memakai ART dan mempunyai

    viral load di bawah 1000, risiko hampir

    nol. Ibu dengan viral load tinggi dapat

    mengurangi risiko dengan melahirkan

    melalui bedah Sesar.

    Makanan bayi: Kurang lebih 14% bayiterinfeksi HIV melalui ASI yang ter-

    infeksi. Risiko ini dapat dihindari jika

    bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau

    formula).

    Namun jika PASI tidak diberi secara

    benar, risiko lain pada bayinya menjadi

    semakin tinggi. Oleh karena itu, usulan

    di Indonesia adalah agar semua bayi

    disusui secara eksklusif untuk enam bulan

    pertama, kemudian diganti dengan for-

    mula secara eksklusif. Namun, jika PASI

    dapat diberi secara eksklusif (bayi tidak

    disusui sama sekali) dan aman terus-menerus, dengan formula dilarutkan

    dengan air bersih, dan ada biaya untuk

    memastikan formula dapat diberikan

    dalam jumlah yang cukup, pilihan untuk

    memberi PASI dapat dipertimbangkan.

    Yang terburuk adalah campuran ASI dan

    PASI. Oleh karena itu, bila berencana

    untuk menyusui, harus ada kesepakatan

    dengan bidan sebelum lahir agar bayi

    langsung diberi pada ibunya untuk

    disusui, dan tidak diberi makanan atau

    minuman apa pun sebelumnya.

    Bagaimana Kita Tahu Jika BayiTerinfeksi?

    Bayi diwarisi antibodi dari ibunya,

    untuk melindungi dia dalam bulan-bulan

    pertama kehidupannya, sebelum sistem

    kekebalan tubuh sudah berfungsi secara

    penuh. Hal itu berarti bayi yang terlahir

    oleh ibu HIV-positif pasti mempunyai

    antibodi terhadap HIV, apakah dia ter-

    infeksi HIV atau tidak. Antibodi itu mulai

    hilang pada usia sembilan bulan, tetapi

    dapat tertahan sampai dengan usia 18

    bulan.

    Oleh karena itu, hasil tes HIV pada bayitersebut pasti akan menunjukkan hasil

    positif, walau kemungkinan besar bayi

    ternyata tidak terinfeksi.

    Untuk mengetahui lebih lanjut menge-

    nai masalah ini, dan cara untuk meng-

    hadapi, lihat Lembaran Informasi 613

    mengenai Diagnosis HIV pada Bayi.

    Bagaimana Mengenai Kesehatan Ibu?

    Penelitian baru menunjukkan bahwa

    perempuan terinfeksi HIV yang hamil tidak

    menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak

    hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak meme-

    ngaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.Justru ada bukti bahwa ibu HIV-positif

    menjadi lebih sehat setelah kehamilan.

    Bila akan mulai ART, atau sudah mema-

    kai ART sebelum menjadi hamil, seorang

    ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan

    beberapa masalah yang dapat terjadi

    terkait ART:y Jangan memakai ddI bersama dengan

    d4T dalam ART-nya karena kombinasi

    ini dapat menimbulkan asidosis laktik

    dengan angka tinggi.

    y Hindari penggunaan efavirenz selama

    trimester pertama kehamilan.

    y Bila jumlah CD4-nya lebih dari 250,

    jangan mulai memakai nevirapine.

    Beberapa dokter mengusulkan perem-

    puan tidak mulai ART pada trimester

    pertama kehamilan. Ada tiga alasan:

    y Risiko dosis dilewatkan akibat mual dan

    muntah selama awal kehamilan, denganrisiko mengembangkan resistansi ter-

    hadap obat yang dipakai.

    y Risiko obat mengakibatkan anak cacat

    lahir, yang tertinggi pada triwulan

    pertama. Tidak ada bukti terjadi cacat

    lahir akibat penggunaan ARV, kecuali

    dengan efavirenz.

    y ART mungkin meningkatkan risiko

    kelahiran dini atau bayi lahir dengan

    berat badan rendah.

    Namun pedoman saat ini tidak men-

    dukung penghentian ART oleh ibu

    hamil.Jika kita terinfeksi HIV dan hamil, atau

    ingin hamil, sebaiknya kita bicara dengan

    dokter tentang pilihan menjaga kesehatan

    sendiri, dan mengurangi risiko bayi kita

    terinfeksi HIV atau cacat lahir.

    Garis Dasar

    Seorang perempuan terinfeksi HIV yang

    menjadi hamil harus memikirkan kese-

    hatan dirinya sendiri dan kesehatan

    bayinya. Menjadi hamil tampaknya tidak

    memburukkan kesehatan ibu.

    Risiko bayinya terinfeksi HIV waktu

    lahir dapat dikurangi menjadi sangatrendah jika ibu dan bayi yang baru lahir

    memakai terapi jangka pendek selama

    persalinan.

    Risiko cacat lahir akibat penggunaan

    obat apa pun tertinggi jika obat dipakai

    pada trimester pertama. Jika kita memu-

    tuskan untuk berhenti memakai beberapa

    obat selama kehamilan, mungkin hal ini

    memburukkan kesehatannya. Seorang

    perempuan yang mempertimbangkan

    menjadi hamil sebaiknya membahas

    pilihan pengobatan dengan dokter.

    Diperbarui 30 Mei 2012 berdasarkan FS 611 The

    AIDS Infonet 16 September 2011 dan sumber lain