hiv & hamil
Transcript of hiv & hamil
-
7/30/2019 hiv & hamil
1/1
Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 611
KEHAMILAN DAN HIV
Diterbitkan olehYayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Bagaimana Bayi Tertular HIV?
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menu-
lar dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya
yang baru lahir. Menurut WHO, sampai
30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksiHIV akan tertular HIV kalau ibunya tidak
memakai terapi antiretroviral (ART).
Antara 5-20% lagi dapat tertular melalui
air susu ibu (ASI).
Ibu dengan viral load HIV yang tinggi
lebih mungkin menularkan infeksi pada
bayinya. Kebanyakan ahli menganggap
bahwa risiko penularan pada bayi sangat
amat rendah bila viral load ibu di bawah
1000 waktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, se-
bagian besar penularan terjadi waktu
melahirkan atau melalui menyusui. Bayilebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama. Selama proses kelahiran,
bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh
darah ibunya.
Harus diketahui bahwa seorang laki-laki
dengan HIV tidak bisa menularkan virus-
nya langsung pada bayi. Namun laki-laki
tersebut dapat menularkan pasangan
perempuan waktu berhubungan seks
untuk membuat anak.
Bagaimana Penularan HIV dari
Ibu-ke-Bayi Dapat Dicegah?
Bila ayah terinfeksi HIV: Penelitianbaru menunjukkan bahwa air mani dari
seorang laki-laki terinfeksi HIV dapat
dicuci, untuk memisahkan spermanya
dari cairan yang mengandung HIV. De-
ngan cara ini, sperma dapat dipakai untuk
membuahkan perempuan tanpa risiko dia
akan terinfeksi, Tindakan ini efektif tetapi
sangat mahal. Catatan: bila ibu tidak
terinfeksi, pasti bayi tidak terinfeksi.
Status HIV bayi tidak terpengaruh oleh
status HIV ayahnya.
Penggunaan ART: Risiko penularan
sangat rendah bila ART dipakai oleh ibuwaktu hamil dan melahirkan. Angka
penularan hanya 12% bila ibu memakai
ART.
Pedoman terbaru di Indonesia meng-
usulkan semua ibu hamil memakai ART.
Bayi diberi satu AZT pas setelah lahir,
dengan AZT diteruskan dua kali sehari
selama enam minggu. Dengan cara ini,
angka penularan dapat ditekan menjadi di
bawah 2%.
Menjaga proses kelahiran tetap sing-
kat waktunya: Semakin lama proses
kelahiran, semakin besar risiko penularan.Bila si ibu memakai ART dan mempunyai
viral load di bawah 1000, risiko hampir
nol. Ibu dengan viral load tinggi dapat
mengurangi risiko dengan melahirkan
melalui bedah Sesar.
Makanan bayi: Kurang lebih 14% bayiterinfeksi HIV melalui ASI yang ter-
infeksi. Risiko ini dapat dihindari jika
bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau
formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara
benar, risiko lain pada bayinya menjadi
semakin tinggi. Oleh karena itu, usulan
di Indonesia adalah agar semua bayi
disusui secara eksklusif untuk enam bulan
pertama, kemudian diganti dengan for-
mula secara eksklusif. Namun, jika PASI
dapat diberi secara eksklusif (bayi tidak
disusui sama sekali) dan aman terus-menerus, dengan formula dilarutkan
dengan air bersih, dan ada biaya untuk
memastikan formula dapat diberikan
dalam jumlah yang cukup, pilihan untuk
memberi PASI dapat dipertimbangkan.
Yang terburuk adalah campuran ASI dan
PASI. Oleh karena itu, bila berencana
untuk menyusui, harus ada kesepakatan
dengan bidan sebelum lahir agar bayi
langsung diberi pada ibunya untuk
disusui, dan tidak diberi makanan atau
minuman apa pun sebelumnya.
Bagaimana Kita Tahu Jika BayiTerinfeksi?
Bayi diwarisi antibodi dari ibunya,
untuk melindungi dia dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya, sebelum sistem
kekebalan tubuh sudah berfungsi secara
penuh. Hal itu berarti bayi yang terlahir
oleh ibu HIV-positif pasti mempunyai
antibodi terhadap HIV, apakah dia ter-
infeksi HIV atau tidak. Antibodi itu mulai
hilang pada usia sembilan bulan, tetapi
dapat tertahan sampai dengan usia 18
bulan.
Oleh karena itu, hasil tes HIV pada bayitersebut pasti akan menunjukkan hasil
positif, walau kemungkinan besar bayi
ternyata tidak terinfeksi.
Untuk mengetahui lebih lanjut menge-
nai masalah ini, dan cara untuk meng-
hadapi, lihat Lembaran Informasi 613
mengenai Diagnosis HIV pada Bayi.
Bagaimana Mengenai Kesehatan Ibu?
Penelitian baru menunjukkan bahwa
perempuan terinfeksi HIV yang hamil tidak
menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak
hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak meme-
ngaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.Justru ada bukti bahwa ibu HIV-positif
menjadi lebih sehat setelah kehamilan.
Bila akan mulai ART, atau sudah mema-
kai ART sebelum menjadi hamil, seorang
ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan
beberapa masalah yang dapat terjadi
terkait ART:y Jangan memakai ddI bersama dengan
d4T dalam ART-nya karena kombinasi
ini dapat menimbulkan asidosis laktik
dengan angka tinggi.
y Hindari penggunaan efavirenz selama
trimester pertama kehamilan.
y Bila jumlah CD4-nya lebih dari 250,
jangan mulai memakai nevirapine.
Beberapa dokter mengusulkan perem-
puan tidak mulai ART pada trimester
pertama kehamilan. Ada tiga alasan:
y Risiko dosis dilewatkan akibat mual dan
muntah selama awal kehamilan, denganrisiko mengembangkan resistansi ter-
hadap obat yang dipakai.
y Risiko obat mengakibatkan anak cacat
lahir, yang tertinggi pada triwulan
pertama. Tidak ada bukti terjadi cacat
lahir akibat penggunaan ARV, kecuali
dengan efavirenz.
y ART mungkin meningkatkan risiko
kelahiran dini atau bayi lahir dengan
berat badan rendah.
Namun pedoman saat ini tidak men-
dukung penghentian ART oleh ibu
hamil.Jika kita terinfeksi HIV dan hamil, atau
ingin hamil, sebaiknya kita bicara dengan
dokter tentang pilihan menjaga kesehatan
sendiri, dan mengurangi risiko bayi kita
terinfeksi HIV atau cacat lahir.
Garis Dasar
Seorang perempuan terinfeksi HIV yang
menjadi hamil harus memikirkan kese-
hatan dirinya sendiri dan kesehatan
bayinya. Menjadi hamil tampaknya tidak
memburukkan kesehatan ibu.
Risiko bayinya terinfeksi HIV waktu
lahir dapat dikurangi menjadi sangatrendah jika ibu dan bayi yang baru lahir
memakai terapi jangka pendek selama
persalinan.
Risiko cacat lahir akibat penggunaan
obat apa pun tertinggi jika obat dipakai
pada trimester pertama. Jika kita memu-
tuskan untuk berhenti memakai beberapa
obat selama kehamilan, mungkin hal ini
memburukkan kesehatannya. Seorang
perempuan yang mempertimbangkan
menjadi hamil sebaiknya membahas
pilihan pengobatan dengan dokter.
Diperbarui 30 Mei 2012 berdasarkan FS 611 The
AIDS Infonet 16 September 2011 dan sumber lain