HIV AIDS

43
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat dari mulai bayi sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, sejak tahun 1987 perkembangan jumlah kasus AIDS maupun HIV (+) cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Menurut laporan UNAIDS (2004), diketahui jumlah penderita HIV di Indonesia sebanyak diperkirakan 110.000 orang, sedangkan menurut harian Galamedia (28 Juli 2005) sampai Juni 2005 jumlah penderita AIDS di Indonesia tercatat 7098 orang. Secara epidemiologi dikenal fenomena gunung es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat 200 kasus yang sama yang tidak tercatat. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Menurut data Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Jawa Tengah, 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS 1

description

g

Transcript of HIV AIDS

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangAIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat dari mulai bayi sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, sejak tahun 1987 perkembangan jumlah kasus AIDS maupun HIV (+) cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Menurut laporan UNAIDS (2004), diketahui jumlah penderita HIV di Indonesia sebanyak diperkirakan 110.000 orang, sedangkan menurut harian Galamedia (28 Juli 2005) sampai Juni 2005 jumlah penderita AIDS di Indonesia tercatat 7098 orang. Secara epidemiologi dikenal fenomena gunung es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat 200 kasus yang sama yang tidak tercatat.Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Menurut dataKomisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Jawa Tengah, 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS menempati urutan keempat.Sedangkan di Kabupaten Blora data terakhir kunjungan ke VCT RSU Blora dari Januari sampai April 2013 kemarin ada 27 orang yang berkonsultasi. Dari 27 orang tersebut 14 orang diantaranya dinyatakan positif HIV. Sedangkan data perkembangan HIV/AIDS di Kabupaten Blora sejak tahun 2008 ternyata juga menunjukkan peningkatan. Yakni pada tahun 2008 sebanyakn 4 kasus, 2009 ada 3 kasus, 2010 ada 4 kasus, 2011 naik menjadi ada 11 kasus. Sementara di tahun 2012 lalu ada 11 kasus juga, sedangkan tahun 2013 sampai bulan April lalu telah ada 14 yang positif HIV. Hampir 70% dari jumlah penderita HIV telah berubah menjadi AIDS dan 80% penderita AIDS sudah meninggal dunia. (rs-infoBlora - Suara Merdeka).Tenagakeperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit dan memiliki kontak yang paling lama dengan pasien. Pekerjaan perawat merupakan jenis pekerjaan yang beresiko kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit. Menurut laporan situs http://www.avert.org, di Amerika Serikat pada tahun 2001 terdapat 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat resiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, 24 kasus diantaranya (terbanyak) dialami oleh perawat. Di Indonesia, walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko penularan infeksi termasuk HIV terhadap perawat bisa dikatakan cukup tinggi.2. Rumusan Masalah Menjelaskan Tinjauan Medis HIV/AIDS Menjelaskan Tinjauan Keperawatan HIV/AIDS3. Tujuan Penulisan Tujuan Umuma. Untuk mengetahui definisi HIV/AIDSb. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDSc. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDSd. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDSe. Untuk mengetahui pathway HIV/AIDSf. Untuk mengetahui pengelolaan kasus dengan HIV/AIDS menurut tinjauan medis,keperawatan (focus intervensi)g. Untuk mengetahui tinjauan kritis masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan HIV/AIDS Tujuan Khususa. Agar Mahasiswa mengetahui Landasan Medis HIV/Aidsb. Agar mahasiswa mengetahui askep dari HIV/Aids

BAB IILANDASAN TEORI1. DefinisiVirus imunodifisiensi manusia (bahasa Inggris:human immunodeficiency virus;HIV) adalah suatuvirusyang dapat menyebabkan penyakitAIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluranSemen (reproduksi),Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalahSel T pembantu,Makrofaga,Sel dendritik. Ini menyebabkan penurunan pada angka CD4 Sel T.AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus).(Aziz Alimul Hidayat, 2006)AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)2. EtiologiPenyebab Aids adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi HIV III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus diubah menjadi HIV.Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV yang selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.3. Cara Penularan AIDSSecara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman.Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita.Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :a. Transmisi SeksualPenularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.1) HomoseksualBarat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20 40 tahun dari semua golongan usia.Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan pada saat berhubungan secara anogenital.2) HeteroseksualDi afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti ganti.b. Transmisi Non Seksual1) Transmisi ParentalYaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama sama. Disamping dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental kurang dari 1%.2) Produk DarahTransmisi melalui transfuse atau produk darah terjadi dinegara Negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di Negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi HIV lewat transfuse darah adalah lebih dari 90%.c. Transmisi TransplasentalPenularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah (Siregar, 2008).4. PatofisiologiPenyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)5. Manifestasi KlinisPasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal : Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejalaDiketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita AIDS: Panas lebih dari 1 bulan, Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan, Badan menjadi kurus sekali, Diare , Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening, Kesadaran menurun, Penurunan ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman dikulitGejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.Tanda gejala gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukkan pada umumnya adalah bermula dari gejala gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :a. Rasa lelah dan lesub. Berat badan menurun secara drastisc. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malamd. Mencret dan kurang nafsu makane. Bercak bercak putih dilidah dan di dalam mulutf. Pembengkakan leher dan lipatan pahag. Radang paruh. Kanker kulitManifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :a. Manifestasi tumor diantaranya :1) Sarkoma Kaposi : kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36 50% biasanya terjadi pada kelompok Homoseksual, dan jarang terjadi pada Heteroseksual serta jarang terjadi menjadi sebab kematian primer.2) Limfoma ganas : terjadi setelah sarcoma Kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.b. Manifestasi Oportunistik diantaranya :1) Manifestasi pada Parua) Pneumonia Pneumocystis (PCP)Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.b) Cytomegalo Virus (CMV)Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.c) Mycrobacterium AvilumMenimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.d) Mycrobacterium TuberculosisBiasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.2) Manifestasi pada GastroitestinalTidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.c. Manifestasi NeurologisSekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer (Siregar, 2008).Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000).1. Infeksi retroviral akutFrekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.2. Masa asimtomatikPada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).3. Masa gejala diniPada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC).4. Masa gejala lanjutPada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.6. Komplikasia. Oral LesiKarena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.b. Neurologik1) kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)c. Gastrointestinal1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.d. RespirasiInfeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.e. DermatologikLesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.f. Sensorik1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.7. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila 500 mm3c. Terapi Antiviral BaruBeberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : Didanosine Ribavirin Diedoxycytidine Recombinant CD 4 dapat larutd. Vaksin dan Rekonstruksi VirusUpaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. 2. DietPenatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalaha. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah: Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV. Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass). Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah: Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot). Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah: Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1C. Protein tinggi, yaitu 1,1 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati. cukup, yaitu 10 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan. Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh. Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid). Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida). Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.d. Jenis Diet dan Indikasi PemberianDiet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan:a. Infeksi HIV positif tanpa gejala.b. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).c. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.d. Infeksi HIV dengan TBC.e. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.1) Diet AIDS IDiet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).2) Diet AIDS IIDiet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.3) Diet AIDS IIIDiet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

BAB IIITINJAUAN KEPERAWATAN1. Asuhan Keperawatana. PengkajianPengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah1) Aktivitas / istirahat.Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise2) Sirkulasi.Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.3) Integritas ego.Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.4) Elimiinasi.Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal. 5) Makanan / cairan.Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.6) Neurosensori.Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.7) Nyeri / kenyamanan.Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.8) Pernafasan.Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.b. Diagnosa, Intervensi, Rasional Keperawatan Diagnosa yang diangkat ialah :1) Infeksi berhubungan dengan resiko tinggi terhadap pertahan primer tak efektif ditandai dengan depresi system imun.2) Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.3) Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi4) Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.5) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan6) Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi ditandai dengan penularan penyakit pada orang lain. Intervensi, RasionalDiagnosa I : Infeksi berhubungan dengan resiko tinggi terhadap pertahan primer tak efektif ditandai dengan depresi system imun.

Tujuan : Infeksi klien dapat dicegah atau di perkecilKriteria Hasil : - Mencapai masa penyembuhan luka- Bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dari kondisi Infeksi

INTERVENSIRASIONAL

Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Intruksikan orang terdekat klien untuk mencuci tangan sesuai indikasi.Mengurangi resiko kontaminasi silang.

Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik.Mengurangi patogen pada system imun.

Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi.Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup berusaha mengurangi rasa terisolasi.

Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu.Memberikan informasi data dasar, peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa tubuh bereaksi terhadap proses infeksi.

Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan, karateristik sputum (bila ada sputum)Kongesti/distress pernafasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP.

Periksa kulit/membrane mukosa oral terhadap bercak putih/lesi.Kandidiasis oral atau bercak putih atau lesi adalah penyakit yang umumterjadi dan memberi efek terhadap membran kulit.

Periksa dan catat adanya luka atau lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi lokal.Identifikasi/perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.

Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.Mencegah kontaminasi tak disengaja dari pemberian perawatan.

Kolaborasi : Berikanantibiotik antijamur/agen anti mikroba misalnya: trimetropim (Bactrim septra), nistanin (Mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir, dan gansiklovir (cytovene).Menghambat proses infeksi, obat-obat tersebut ditunjukan untuk menghilangkan enzim

Diagnosa II : Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Tujuan : Rasa sakit/tidak nyaman dikurangiKriteria hasil. -Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit.-Menunjukan posisi/wajah rileks.-Dapat tidur/istrahat adekuat.

INTERVENSIRASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis.Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi.

Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam.Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

Dorong pengungkapan perasaanDapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.

Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.

Kolaborasi : Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam.Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman, mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam dapat mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan.

Diagnosa III : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSIRASIONAL

Kaji pola tidur dan catat perunahan dalam proses berpikir atau berperilakuBerbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan efeksamping obat-obatan

Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien sangat berenergiPeriode istirahat yang sering sangat yang dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan control diri.

Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makanMemungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantungToleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasiLatihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot

Diagnosa IV : Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Tujuan : Nutrisi adekuat dan masukan cairan terpelihara.Kriteria hasil -Kemampuan pemasukan nutrisi adekuat.-Menunjukan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan.-Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat.-Mual muntah berkurang.-Selera makan meningkat.

INTERVENSIRASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah, perasakan dan menelan.Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.

Auskultasi bising ususHopermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika memungkinakan sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makanMelibatkan orang terdekat dalam rencana member perasaan control lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan nonistitusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.

Batasi makanan yang menyebabkan mual atau muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas dan yang susah untuk ditelanRasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan menyebabakan pasien enggan untuk makan. Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan albumin.Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ, dan mengidentifikasi kebutuhan pengganti.

Diagnosa V : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat, pembatasan pemasukan.

Tujuan : Masukan nutrisi adekuat untuk klienKriteria hasil -Membran mukosa adekuat.-Tanda-tanda vital stabil-Haluaran urin adekuat

INTERVENSIRASIONAL

Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVPIndikator dari volume cairan sirkulasi.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.Indikator tidak langsung dari status cairan.

Ukur haluaran urine dan berat jenis urine.Peningakatan berat jenis urine/penurunan haluaran urine menunjukan perubahan perfusi ginjal.

Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hrMempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.

Anjurkan untuk tidak memakan makanan yang potensial menyebabkan diare.Mungkin dapat mengurangi diare.

Kolaborasi : Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan (IV).

Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat.

Diagnosa VI : Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.

Tujuan : Klien dapat berhadapan dengan situasi sekarang secara realistis.Kriteria hasil. -Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya.

INTERVENSIRASIONAL

Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu.Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahlan masalah pada situasi yang diantisipasi.

Pertahankan hubungan yang sering dengan pasien.Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri dan ditelantarkan.

Waspada terhadaptanda-tanda penolakan/depresi.

Pasien mungkin akan menggunakan mekanismebertahan dengan penolakan dan terus berharap bahwa diagnose tidak akurat.

Izinkan pasien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, putus asa tanpa konfirmasi.Penerimaan perasaan akan membuat pasien dapat menerima situasi.

Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri (psikiater)Mungkin dibutuhlkan bantuan lebih lanjut dengan diagnose.

BAB IVPEMBAHASANPermasalahan keperawatan yang muncul pada klien dengan HIV/AIDS adalah:1. Infeksiberhubungan denganresiko tinggi terhadap pertahanan primer tak efektif, depresi system imun.Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper tidak berdaya bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing,virusHIV lebih dahulutelah melumpuhkan sel T helper tersebut sehingga benda asing termasuk virus, bakteri, kuman dengan mudah masuk ketubuh ODHA.2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/kerusakan jaringan.Virus HIV menyerang system imun terutama limfosit, sel penanda CD4, sehingga mudah terjadi infeksi dan infeksi ini terjadi secara sistemik artinya dapat terjadi pada seluruh organ-organ.Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik. Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamin, dan sebagainya3. Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.Virus HIV yang menyerang penderita akan menyebabkan energy berkurang dan tidak mampu melakukan aktivitas biasanya karena kelesuan/kelelahan yang dialami si penderita HIV/AIDS. Nyeri yang dirasakan penderita menjadi salah satu akibat mengapa Penderita tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya.4. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal.Pada kasus HIV terjadi infeksi menyeluruh antara laininfeksi opportunistik yang menyebabkan infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh Cryptosporidiosis yaitu sejenis parasit. Selain itu ialah Cytomegalovirus yaitu sejenis virusyangmenginfeksi seluruh tubuh tetapibiasanya biasa menginfeksi lambung, Infeksi virus ini biasanya terjadi apabila jumlah sel T CD4+ kurang dari 50 mm3 darah. Infeksi bakteri Mycobacterium Avium Kompleks,Infeksi ini biasanya terjadi apabila jumlah sel CD4+ kurang dari 50 mm3 darah.5. Resiko tinggikekuranganvolume cairan berhubungan dengan diare berat.Pada dasarnya diare pada HIV atau non HIV adalah sama. Keparahan diare tergantung tingkat daya penetrasi merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhu sekresi cairan pada usus halus dan daya lekat kuman. Toksin yang dihasilkan bakteri non invasive menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenia dinukleotid (NAD) sehingga meningkatkan siklus AMP dalam sel. Pada akhirnya sel menskresikan aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kalium dan natrium. Diare pada HIV bisa terjadi karena virus, bakteri, parasit yang menginfeksi pada gastrointestinal.6. Ansietasberhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan penyakit pada orang lain.Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991). Sedangkan pada HIV/AIDS terjadi peningkatan ketegangan, ketakutan, perasaan tidak berdaya, putus asa.

BAB VPENUTUP1. KesimpulanAIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.Manifestasi klinis AIDS yaitu Infeksi retroviral akut : gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Masa asimfomatik : pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. penurunan jumlah cd4terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period). Masa gejala dini : gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, itp, dan tuberkolosis paru. Masa gejala akut : pada masa ini jumlah cd4dibawah 200. penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.Patofisiologis AIDS yaitu disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan 10 minggu -10 tahun. Virus menempel pada limfosit T penolong atau CD4 dan menghancurkannya sehingga terjadi kelemahan system kekebalan tubuh. HIV juga menyebabkan gangguan limfosit B sehingga menyebabkan produksi antibody meningkat tapi antibody yang dihasilkan tidak banyak membantu infeksi yang disebabkan HIV.Penatalaksanaan medis untuk penderita AIDS yaitu dengan pengendalian infeksi oportunistik, terapi AZT, terapi antiviral baru, vaksin dan rekonstruksi baru.2. SaranAlhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Hanya kepada Allah penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :1. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien AIDS.

DAFTAR PUSTAKADoengoes, Marilynn, dkk, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untukPerencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien,edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECGPDF Buku AIDS http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-AIDS-2007.pdf Diakses : Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITAPDF AIDS http://fkep.unand.ac.id/images/3.5_napza_dan_HIV_aids.pdf. Diakses : Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITAPDF Pengantar Askep http://roelcup.files.wordpress.com/2010/06/20-aids.pdf Diakses : Tanggal 11 November 2013, Pukul 10.00 WITA(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html, Diakses : Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITA

3