Hitung Sel CD4

7
Hitung Sel CD4 Sel T atau limfosit T adalah sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem pertahanan tubuh. Ada dua jenis sel T, yaitu sel T helper dan sel T sitotoksik. Sel T helper disebut juga dengan sel CD4 sedangkan sel T sitotoksik dikenal sebagai sel CD8. Sesuai dengan namanya, sel T helper adalah menolong sistem imun lain untuk menyerang mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan sel T sitotoksik berfungsi untuk menghancurkan sel yang telah terinfeksi oleh mikroorganisme patogen. Salah satu kelebihan virus HIV adalah dapat menempel pada permukaan sel CD4. Setelah terjadi penempelan, yang dapat dianalogikan dengan berlabuh, virus HIV akan masuk ke dalam sel dan perlahan merusak sel tersebut. Sejak mulai terinfeksi, jutaan sel CD4 mengalami kerusakan, meskipun pengidap HIV tidak merasakan gejala apapun. Hitung sel CD4 Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan bagi pengidap HIV adalah hitung sel CD4. Pada orang sehat, hitung sel CD4 berkisar antara 600 sampai 1200 per milimiter kubik darah. Pengidap HIV biasanya memiliki hitung sel CD4 yang rendah dan semakin rendah seiring dengan lamanya penyakit. Tetapi, laju penurunan untuk setiap orang berbeda dan kadang-kadang ada periode stabil selama berbulan-bulan. Fungsi hitung sel CD4 adalah sebagai dasar untuk memutuskan dimulainya pemberian obat anti HIV dan obat lain, dan untuk memonitor keefektifan pengobatan yang sedang berlangsung. Pengobatan HIV biasanya dilakukan jika hitung sel CD4 berkisar pada angka 350. Dimulainya pengobatan pada saat tersebut akan mengurangi risiko timbulnya penyakit penyerta yang berbahaya. Jika nilai CD4 di bawah 200 – 250, maka risiko infeksi serius meningkat. Pada keadaan ini, terapi obat anti HIV harus segera diberikan. Selain itu, juga perlu diberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi misalnya kotrimoksazol. Pemberian obat anti HIV biasanya akan meningkatkan jumlah sel CD4, dengan demikian mengurangi risiko terjadinya infeksi. Jika setelah pengobatan, jumlah sel CD4 tidak meningkat atau bahkan menurun maka kemungkinan jenis obat yang diberikan tidak mempan. Biasanya akan diadakan evaluasi dan penggantian jenis obat.

description

CD4

Transcript of Hitung Sel CD4

Page 1: Hitung Sel CD4

Hitung Sel CD4Sel T atau limfosit T adalah sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem pertahanan tubuh. Ada dua jenis sel T, yaitu sel T helper dan sel T sitotoksik. Sel T helper disebut juga dengan sel CD4 sedangkan sel T sitotoksik dikenal sebagai sel CD8.

Sesuai dengan namanya, sel T helper adalah menolong sistem imun lain untuk menyerang mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan sel T sitotoksik berfungsi untuk menghancurkan sel yang telah terinfeksi oleh mikroorganisme patogen.

Salah satu kelebihan virus HIV adalah dapat menempel pada permukaan sel CD4. Setelah terjadi penempelan, yang dapat dianalogikan dengan berlabuh, virus HIV akan masuk ke dalam sel dan perlahan merusak sel tersebut.

Sejak mulai terinfeksi, jutaan sel CD4 mengalami kerusakan, meskipun pengidap HIV tidak merasakan gejala apapun.

Hitung sel CD4

Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan bagi pengidap HIV adalah hitung sel CD4. Pada orang sehat, hitung sel CD4 berkisar antara 600 sampai 1200 per milimiter kubik darah.

Pengidap HIV biasanya memiliki hitung sel CD4 yang rendah dan semakin rendah seiring dengan lamanya penyakit. Tetapi, laju penurunan untuk setiap orang berbeda dan kadang-kadang ada periode stabil selama berbulan-bulan.

Fungsi hitung sel CD4 adalah sebagai dasar untuk memutuskan dimulainya pemberian obat anti HIV dan obat lain, dan untuk memonitor keefektifan pengobatan yang sedang berlangsung.

Pengobatan HIV biasanya dilakukan jika hitung sel CD4 berkisar pada angka 350. Dimulainya pengobatan pada saat tersebut akan mengurangi risiko timbulnya penyakit penyerta yang berbahaya.

Jika nilai CD4 di bawah 200 – 250, maka risiko infeksi serius meningkat. Pada keadaan ini, terapi obat anti HIV harus segera diberikan. Selain itu, juga perlu diberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi misalnya kotrimoksazol.

Pemberian obat anti HIV biasanya akan meningkatkan jumlah sel CD4, dengan demikian mengurangi risiko terjadinya infeksi.

Jika setelah pengobatan, jumlah sel CD4 tidak meningkat atau bahkan menurun maka kemungkinan jenis obat yang diberikan tidak mempan. Biasanya akan diadakan evaluasi dan penggantian jenis obat.

Hitung sel CD4 dilakukan setiap 3 sampai 6 bulan jika pemeriksaan CD4 sebelumnya cukup tinggi, tidak ada gejala dan sedang tidak minum obat anti HIV. Tetapi, jika timbul

Page 2: Hitung Sel CD4

gejala atau pengobatan baru dimulai, pemeriksaan dapat dilakukan lebih sering. Jika pengobatan berfungsi baik dan hitung sel CD4 stabil, pemeriksaan dilakukan lebih jarang, misalnya sekali setahun.

Sel CD4 adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut merupakan bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel ini juga disebut sel T-4, sel pembantu atau kadang kala sel CD4+. Selain sel CD4 juga ada sel CD8, yang juga disebut sel T-8 atau sel pembunuh. Sel CD8 itu membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Semakin lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh sudah semakin rusak (www.aidsinfonet.org).

Jumlah sel CD4 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600 sel/mm³ darah. Sedangkan jumlah sel CD8 berkisar antara 375 dan 1.100. Apabila pemeriksaan CD4 tidak tersedia maka jumlah limfosit total (total lymphocyte count) kadang dipakai sebagai penggantinya. Jumlah limfosit berhubungan dengan kenaikan/penurunan CD4. Hal ini bisa digunakan sebagai ukuran kerusakan sistem imun bila pemeriksaan CD4 tidak bisa dilakukan. Jumlah limfosit > 2000 sesuai dengan CD4 > 500, jumlah limfosit 1000-2000 sesuai dengan CD4 200-500, dan jumlah limfosit < 1000 sesuai dengan CD4 < 200 (Gunung dkk. 2003). Jumlah limfosit total antara 1.000 dan 1.200 sama dengan jumlah CD4 200, dan ini dapat dipakai sebagai tanda mulai terapi antiretroviral atau ARV (www.aidsinfonet.org).

HIV – RNA quantitative > 1.000.000 copi/ml

Menunjukkan HIV akut.

VIRAL LOAD HIV

Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus. Untuk melakukan replikasi, virus membutuhkan RNA sebagai "cetakan" atau "blue print" agar dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua kopi RNA. Ini artinya jika pada kopi RNA. Ini artinya jika pada hasil tes didapatkan jumlah HIV RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti di dalam tiap mililiter darah terdapat 10.000 partikel virus.10,11,12Sejak infeksi HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, pemeriksaan sel T-CD4 rutin dilakukan untuk memantau perjalanan infeksi dan sebagai indikator penurunan sistem imun.4

Pada pertengahan tahun 1990-an, sejak ditemukan teknologi baru untuk mengukur secara kuantitatif HIV RNA di dalam plasma atau dikenal sebagai viral load HIV, pemeriksaan ini mulai rutin dilakukan oleh para klinisi sebagai prediktor yang lebih baik daripada pemeriksaan sel limfosit T-CD4 untuk memprediksi progresifitas perjalanan infeksi HIV.4

Pemeriksaan viral load HIV juga sering digunakan untuk menentukan efektivitas relatif dari obat antiretroviral pada beberapa uji klinis.9,10Tes viral load HIV ditujukan pada pasien-pasien yang telah

Page 3: Hitung Sel CD4

didiagnosa mengalami infeksi HIV atau AIDS. Tes ini dapat juga dilakukan pada bayi yang baru lahir, yang ibunya diketahui menderita HIV

atau AIDS oleh karena dapat mendeteksi HIV dalam

darah lebih cepat dibandingkan tes-tes yang lain.

Dengan demikian jika memang didapatkan virus HIV

di dalam sampel darah bayi tersebut, dokter dapat

mempertimbangkan untuk memberikan terapi lebih

awal. Wanita hamil yang pernah mengalami atau baru

saja mengalami paparan terhadap HIV dapat juga

melakukan tes viral load HIV. Tes ini akan membantu

mereka membuat keputusan, seperti misalnya kapan

mereka harus memulai terapi antiretroviral untuk

menghindari penularan infeksi HIV pada bayi mereka.

Deteksi RNA virus penting juga dilakukan pada

penderita dengan infeksi yang masih akut (sebelum

terbentuk antibodi) atau pada kasus yang sangat

jarang, pada seseorang yang terinfeksi tanpa terbentuk

antibodi (antibodi negatif).9,10,12

HIV RNA dalam plasma dapat diukur melalui

beberapa metode atau teknik pemeriksaan, yakni:

TES VIRAL LOAD

Page 4: Hitung Sel CD4

Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus. Untuk melakukan replikasi, virus membutuhkan RNA sebagai “cetakan” atau “blue print” agar dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua  kopi RNA. Ini artinya jika pada hasil tes didapatkan jumlah HIV RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti di dalam tiap mililiter darah terdapat 10.000 partikel virus.Sejak infeksi HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, pemeriksaan sel T-CD4 rutin dilakukan untuk memantau perjalanan infeksi dan sebagai indikator penurunan sistem imun.4 Pada pertengahan tahun 1990-an, sejak ditemukan teknologi baru untuk mengukur secara kuantitatif HIV RNA di dalam plasma atau dikenal sebagaiviral load HIV, pemeriksaan ini mulai rutin dilakukan oleh para klinisi sebagai prediktor yang lebih baik daripada pemeriksaan sel limfosit T-CD4 untuk memprediksi progresifitas perjalanan infeksi HIV. Pemeriksaan viral load HIV juga sering digunakan untuk menentukan efektivitas relatif dari obat antiretroviral pada beberapa uji klinis.

Tes viral load HIV ditujukan pada pasien-pasien yang telah didiagnosa mengalami infeksi HIV atau AIDS. Tes ini dapat juga dilakukan pada bayi yang baru lahir, yang ibunya diketahui menderita HIV atau AIDS oleh karena dapat mendeteksi HIV dalam darah lebih cepat dibandingkan tes-tes yang lain. Dengan demikian jika memang didapatkan virus HIV di dalam sampel darah bayi tersebut, dokter dapat mempertimbangkan untuk memberikan terapi lebih awal. Wanita hamil yang pernah mengalami atau baru saja mengalami paparan terhadap HIV dapat juga melakukan tesviral load HIV. Tes ini akan membantu mereka membuat keputusan, seperti misalnya kapan mereka harus memulai terapi antiretroviral untuk menghindari penularan infeksi HIV pada bayi mereka. Deteksi RNA virus penting juga dilakukan pada penderita dengan infeksi yang masih akut (sebelum terbentuk antibodi) atau pada kasus yang sangat jarang, pada seseorang yang terinfeksi tanpa terbentuk antibodi (antibodi negatif).1,3,4

Ada beberapa cara untuk melakukan tes ini:

1. Metode PCR (polymerase chain reaction).

Alat yang secara komersial tersedia untuk mengukur HIV RNA dengan menggunakan PCR dibuat oleh Roche yakni, the Roche Amplicor HIV-1 Monitor TM. Pemeriksaan dengan menggunakan alat ini didasarkan pada sistem amplifikasi target dan menggunakan teknologi reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR). Alat ini tersedia dalam dua versi yakni, versi 1.0 dan versi 1.5. Versi 1.0 merupakan versi yang standar dan telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Alat ini memakai suatu enzim untuk menggandakan HIV

Page 5: Hitung Sel CD4

dalam contoh darah. Kemudian reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk menghitung jumlah virus.

1. Metode bDNA (branched DNA)

Alat ini menggabungkan bahan yang menimbulkan cahaya dengan contoh darah. Bahan ini mengikat pada bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan dijadikan jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Bayer.

1. Metode NASBA (nucleic acid sequence based amplification) menggandakan protein virus agar dapat dihitung. Tes jenis ini dibuat oleh bioMerieux.

Masing-masing tes menunjukkan hasil yang berbeda untuk contoh yang sama. Karena hasil tes berbeda, kita sebaiknya tetap memakai jenis tes yang sama untuk memantau kecenderungan viral load.

Viral load biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiruan atau copies HIV dalam satu mililiter darah (copies/mm3). Hasilnya sering disebut sebagai angka saja, tanpa disebut satuan. Batas atas tes kurang lebih 1 juta, dan terus disempurnakan sehingga menjadi lebih peka. Batas bawah tes bDNA pertama adalah 10.000. Model tes generasi kedua dapat mengukur hingga 48. Saat ini ada tes sangat peka yang mampu mendeteksi kurang dari lima copies.

Hasil tes viral load yang terbaik adalah yang dilaporkan sebagai ‘tidak terdeteksi’. Ini bukan berarti tidak ada virus dalam darah; artinya hanya bahwa jumlah virus yang ada tidak cukup untuk ditemukan dan dihitung oleh tes. Dengan tes generasi yang dipakai secara umum di Indonesia, ‘tidak terdeteksi’ dapat berarti sampai dengan 399. Artinya hasil ‘tidak terdeteksi’ tergantung pada kepekaan tes yang dipakai.

Semua tes viral load pertama memakai contoh darah yang dibekukan. Sekarang hasil yang baik dicapai dengan contoh yang dikeringkan. Cara ini akan mengurangi biaya untuk alat membekukan dan pengiriman.

APA PERAN TES VIRAL LOAD DALAM INFEKSI HIV?

Pemeriksaan viral load HIV memiliki peran yang penting dalam perjalanan infeksi HIV dan telah menjadi landasan dalam manajemen penyakit HIV. Saat ini pemeriksaan viral load mulai rutin dilakukan oleh para klinisi. Pengukuran plasma viral load yang dilakukan pada beberapa bulan setelah fase serokonversi atau disebut juga “baseline”viral load merupakan suatu prediktor yang penting untuk meramalkan perkembangan infeksi HIV menjadi penyakit AIDS. Pengukuran plasma viral load secara serial dan berkala membantu penderita dan dokter untuk menentukan waktu permulaan pemberian terapi antiretroviral, menentukan efektivitas atau kegagalan terapi serta membantu memastikan jika efek yang menguntungkan dari terapi antiretroviral gagal dicapai dan terapi harus diganti.

Page 6: Hitung Sel CD4

Pemeriksaan viral load juga penting dan bermanfaat dilakukan pada seseorang yang baru saja terpapar HIV atau mengalami infeksi yang masih akut, namun belum terbentuk antibodi. Sehingga dapat segera diketahui apakah seseorang tersebut terinfeksi HIV atau tidak. Akan tetapi setelah itu tetap perlu dilakukan tes serologis untuk konfirmasi diagnosis infeksi HIV.1,4

BAGAIMANA TES VIRAL LOAD DIPAKAI?

Tes viral load membantu dalam beberapa bidang yaitu:

1. Dalam penelitian, tes ini membuktikan bahwa HIV tidak pernah ‘laten’ atau tidur, melainkan terus menggandakan diri (bereplikasi). Banyak ODHA tanpa gejala AIDS dengan jumlah CD4 yang tinggi juga mempunyai viral load yang tinggi. Seumpama virus benar laten, tes seharusnya tidak menemukan HIV dalam darah.

2. Tes ini dapat dipakai untuk diagnosis, karena tes dapat menemukan virus beberapa hari setelah seseorang terinfeksi HIV. Ini lebih baik dibandingkan tes HIV baku (tes antibodi), yang bisa saja ‘negatif’ selama tiga bulan setelah infeksi HIV.

3. Untuk prognosis, viral load dapat membantu meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Semakin tinggi viral load, semakin cepat penyakit HIV berkembang.

4. Untuk pencegahan, viral load menunjukkan daya menular pada orang lain. Semakin tinggi viral load, semakin mudah menularkan HIV.

5. Untuk pemantauan terapi, tes viral load menunjukkan apakah terapi antiretroviral (ART) mengendalikan virus. Panduan saat ini menganjurkan pengukuran viral load pada awal, sebelum mulai terapi. Pengobatan berhasil bila viral load diturunkan setidaknya 90% dalam waktu delapan minggu setelah ART mulai dipakai. Viral load seharusnya terus menurun menjadi kurang dari 50 dalam enam bulan. Ada anggapan bahwa viral load sebaiknya diukur 2-8 minggu setelah ART dimulai atau diubah.2

6. Untuk memantau progresivitas perjalanan infeksi HIV. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh John W. Mellors, MD dkk dari Universitas Pittsburg mengkaji nilai prognostik viral load, yang diukur sebagai konsentrasi HIV RNA dalam plasma, dibandingkan dengan penanda-penanda klinis, serologik dan selular yang lain dalam suatu studi kohort dengan jumlah sampel yang besar, dengan objek penelitian laki-laki yang terinfeksi HIV-1. Dari studi tersebut didapatkan hasil bahwa plasma viral load merupakan prediktor tunggal terbaik dalam menentukan keluaran klinis infeksi HIV, diikuti diurutan kedua (berdasarkan nilai prediktif) jumlah limfosit T-CD4, selanjutnya berturut-turut level neopterin, level β2-mikroglobulin, dan thrush atau demam.

Studi tersebut menemukan hubungan yang kuat antara viral load dengan kecepatan penurunan jumlah limfosit T-CD4 yang terjadi setelahnya dan hal ini belum pernah dilaporkan oleh studi-studi sebelumnya.