HITUNG JENIS LEUKOSIT

7
A. HITUNG JENIS leukosit I. Tujuan Pemeriksaan: Menghitung jenis leukosit yang terdapat dalam preparat hapus darah tepi dengan mengamati ukuran masing – masing sel, bentuk inti dan granula II. Alat dan Bahan: Alat : 1. Mikroskop. 2. Preparat Hapus darah tepi yang telah siap di gunakan. Bahan: 1. Larutan oil emersi III. Cara Kerja : a. Mempersiapkan Mikroskop yang akan digunakan b. Membasahi preparat dengan larutan oil emersi agar mudah dalam pembacaan jenis leukosit c. Setelah preparat mengering, letakkan preparat pada mikroskop d. Kemudian mulai mencari objek benda yang akan diamati dengan perbesaran 10 kali, yaitu mencari orientasi seluruh lapangan pandang, periksa adanya sel-sel asing, parasit e. Setelah itu memfokuskan pengamatan dengan perbesaran 40 kali untuk menghitung jenis leukosit

description

leukosit

Transcript of HITUNG JENIS LEUKOSIT

Page 1: HITUNG JENIS LEUKOSIT

A. HITUNG JENIS leukosit

I. Tujuan Pemeriksaan:

Menghitung jenis leukosit yang terdapat dalam preparat hapus darah tepi dengan

mengamati ukuran masing – masing sel, bentuk inti dan granula

II. Alat dan Bahan:

Alat :

1. Mikroskop.

2. Preparat Hapus darah tepi yang telah siap di gunakan.

Bahan:

1. Larutan oil emersi

III. Cara Kerja :

a. Mempersiapkan Mikroskop yang akan digunakan

b. Membasahi preparat dengan larutan oil emersi agar mudah dalam pembacaan jenis

leukosit

c. Setelah preparat mengering, letakkan preparat pada mikroskop

d. Kemudian mulai mencari objek benda yang akan diamati dengan perbesaran 10 kali,

yaitu mencari orientasi seluruh lapangan pandang, periksa adanya sel-sel asing,

parasit

e. Setelah itu memfokuskan pengamatan dengan perbesaran 40 kali untuk menghitung

jenis leukosit

f. Kemudian memperjelas kembali fokus objek yang akan diamati dengan perbesaran

100 kali, dengan ini mulai mengamati penegasan jenis laukosit, mencari ciri-ciri

yang khas pada setiap bentuk leukosit yang tampak dalam lapangan pandang

tersebut, serta menghitung dan mencocokkan pada tabel hitung jenis leukosit.

Page 2: HITUNG JENIS LEUKOSIT

IV. Hasil Perhitungan :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Eos 1 1 2

Bas 1 2 3

Staf 3 3

Sg 1 3 2 1 1 2 2 1 13

Limf 2 2

Mono -

Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Pelaporan : Eos / Baso / Staf netro / Segmen netro / Limfo / Mono

: 2/3/3/4/13/2

V. Pembahasan :

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.

Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam

melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.

Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi

dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari

masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis

sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Page 3: HITUNG JENIS LEUKOSIT

Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal Kurang dari nilai

normal

Basofil 0-1% inflamasi, leukemia,

tahap penyembuhan

infeksi atau inflamasi

stress, reaksi

hipersensitivitas,

kehamilan,

hipertiroidisme

Eosinofil 1-4% Umumnya pada keadaan

atopi/ alergi dan infeksi

parasit

stress, luka bakar,

syok, hiperfungsi

adrenokortikal

Neutrofil 55-70%

Segmen 50-70%

Batang 2-5%

- Inflamasi- kerusakan

jaringan- peyakit Hodgkin- leukemia

mielositik, hemolytic disease.of newborn

- kolesistiti sakut- apendisitis- pancreatitis akut- pengaruh obat

Infeksi virus,

autoimun/idiopatik,

pengaruh obat-

obatan

Limfosit20-40% infeksi kronis dan virus kanker, leukemia,

gagal ginjal, SLE,

pemberian steroid

yang berlebihan

Monosit 1-6% Infeksi virus, parasit,

anemia hemolitik, SLE<

RA

Leukemia

limfositik, anemia

aplastik

Dari tabel diatas dapat di interpretasikan bahwa hitung jenis leukosit probandus

adalah

Eosimofil : 2 %

Basofil : 3 %

Page 4: HITUNG JENIS LEUKOSIT

Staf : 3 %

Segmen : 4 %

Limfosit : 13 %

Monosit : 2 %

Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa eosinofil dalam keadaan normal, basofil

mengalami peningkatan dari nilai normal, staf dalam keadaan normal, segmen

mengalami penurunan dari nilai normal, limfosit dalam keadaan normal, monosit dalam

kedaan normal.

Peningkatan pada basofil timbul karena probandus dalam penyembuhan infeksi

atau inflamasi. Sedangkan penurunan pada segmen dapat terjadi karena pengaruh obat-

obatan yang mungkin saja sedang probandus konsumsi. Selain itu penyebab-penyebab

yang lain adalah peningkatan yang terjadi pada basofil serta penurunan segmen

disebabkan karena kesalahan yang terjadi pada pemeriksa, yaitu ketajaman mata

pemeriksa yang kurang teliti dalam mengamati, Intensitas sinar yang kurang tepat pada

mikroskop, arah penghitungan jenisleukosit yang tidak beraturan.

VI. Aplikasi Klinis :

1) Leukositosis

Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi.

Leukositosis abnormal dijumpai pada keganasan tertentu dan gangguan sumsum

tulang (Elizabeth J. Corwin, 2009)

Leukositosis netrofil :

Peningkatan jumlah netrofil dalam darah sampai batas lebih dari 7,5 x 109 /l

adalah salah satu perubahan hitung darah yang paling sering ditemukan. Penyebab

leukositosis netrofil yaitu; infeksi bakteri, inflamasi dan nekrosis jaringan,

kelainan metabolik, perdarahan akut atau hemolisis, dan lain-lain.

Leukositosis eosinofilik :

Peningkatan jumlah eosinofil darah di atas 0,4 x 109 /l. Penyebabnya yaitu;

penyakit alergi, penyakit parasit, pemulihan dari infeksi akut, penyakit kulit

tertentu, dan lain-lain. kadang-kadang tidak ditemukan penyebab yang mendasari

Page 5: HITUNG JENIS LEUKOSIT

dan jika jumlah eosinofil meningkat selama lebih dari 6 bulan disertai dengan

adanya kerusakan jaringan, maka diagnosis sebagai sindrom hipereosinofilik.

Leukositosis basofil :

Peningkatan jumlah basofil darah diatas 0,1 x 109 /l jarang terjadi. Penyebab

utamanya adalah kelainan mieloproliferatif seperti leukemia mieolid kronik atau

polisitemia vera. Peningkatan basofil reaktif kadang0kadang ditemukan pada

miksedema, selama infeksi cacar atau cacar air, dan pada kolitis ulseratif.

(A.V. Hoffbrand, 2005)

Referensi

Hoffbrand, A.V. Dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC

J. Crowin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC