History and Conditioning for Creativity

15
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL Oleh: I Dewa Putu Yudiprasetya (1529041009) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

description

Makalah

Transcript of History and Conditioning for Creativity

Page 1: History and Conditioning for Creativity

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Oleh:

I Dewa Putu Yudiprasetya

(1529041009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016

Page 2: History and Conditioning for Creativity

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peradaban membawa segala hal untuk masuk ke dalam jalurnya. Berbagai

bentuk perubahan dan perbedaan senantiasa tercipta dalam segala aspek.

Peradaban juga membawa manusia ke dalam jalurnya dan berevolusi hingga kini

menjadi manusia modern. Dalam evolusinya manusia mampu menciptakan

berbagai hal baru hingga sampai pada zaman yang sangat berkembang yang

dipenuhi dengan berbagai ilmu pengetahuan pada kehidupan yang semakin

kompleks. Perkembangan teknologi dan inovasi turut hadir dalam meningkatkan

kehidupan manusia yang terus berkembang. Menurut Bocchi (2014) manusia

merupakan mahluk hidup yang memiliki keunikan tersendiri dalam dirinya yang

dimana selalu berbeda dengan manusia lainnya. Setiap aspek yang dimiliki

manusia selalu berbeda dengan manusia lainnya baik kecerdasan, bentuk fisik,

perilaku, sikap dan sebagainya. Perbedaan tersebut menjadikan manusia dianggap

sebagai makhluk individu. Perbedaan ini dihasilkan juga oleh berbagai variasi

budaya dan keanekaragam hal yang tercipta di dunia ini.

Hidup di dunia yang begitu beragam ini menjadikan manusia harus saling

memenuhi dan membutuhkan satu sama lain, baik kebutuhan material maupun

spiritual. Kebutuhan tersebut bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang

dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. Lingkungan hidup merupakan sarana

dimana manusia berada sekaligus menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk

dapat mengembangkan kebutuhan-kebutuhannya.

Oleh karena itu, menurut Gillin dan Gillin (Elly, 2008) antara manusia

dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi.

Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut

hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau

kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lainnya disebut

interaksi sosial.

Menurut Narwoko (Elly, 2008) interaksi sosial adalah syarat utama bagi

terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial

Page 3: History and Conditioning for Creativity

didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika

berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya tengah berusaha

atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau

kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan seorang individu

atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu. Interaksi sosial

akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi

secara normal, yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai

dengan konteksnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara

objektif perilaku pribadinya yang dipandang dari sudut sosial masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian tentang manusia?

2. Bagaimana kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan sosial?

3. Bagaimana interaksi sosial pada manusia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang manusia

2. Untuk mengetahui kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan

sosial

3. Untuk mengetahui interaksi sosial pada manusia

Page 4: History and Conditioning for Creativity

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

Menurut Snijders (2008:16) manusia adalah makhluk yang multidimensi. Di

antara dimensi yang satu dan dimensi yang lain sering muncul suatu pertentangan

yang bersifat paradoks yaitu, dua kebenaran yang bertentangan namun hanya

benar dalam kesatuannya. Manusia fana dan baka, terbatas dan tak terbatas, bebas

dan terikat. Keduanya hadir dalam diri manusia sendidri yang dalam kesatuannya

menuju keunikannya masing-masing.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

dibanding makhluk hidup lainnya. Dikarenakan manusia memiliki akal budi dan

pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri untuk

memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita

sendiri. Dengan kelebihan yang dimilikinya mengharuskan manusia untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga

manusia terkadang harus membutuhkan manusia lain untuk melangsungkan

kehidupannya, hal ini dikatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Selain itu

manusia diharuskan pula untuk mampu bertahan hidup dengan caranya sendiri

dan menentukan nasibnya sendiri selama hidupnya, sehingga manusia juga

disebut sebagai makhluk individu.

2.2 Kehidupan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas

tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar identik.

Keunikan dan ciri khas masing-masing orang itulah yang dijadikan faktor

pembeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Walaupun secara

umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi jika diperhatian

pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan

itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat, dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan

seseorang dari orang lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada, baik

pada perbedaan fisik maupun kepribadiannya. Jika dilihat dari fisiknya, seseorang

dapat dibedakan menjadi orang yang gemuk, orang yang kurus, tinggi, langsing,

Page 5: History and Conditioning for Creativity

pendek, mancung, tidak mancung, bermata sipit, bermata bundar, berkulit putih,

hitam atau berkulit sawo matang dan lainnya. Jika dilihat dari kepribadiannya,

seseorang dapat dibedakan menjadi orang yang penyabar, pendiam, cerewet,

sombong, pemalas, rajin dan lainnya.

Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah

keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-

potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan

rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta

reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia

menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam

pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap

manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat

dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu

(sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of

reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin

menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya

rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya

telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.

Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu

memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati

dirinya yang berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul

ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia

selalu sadar akan dirinya sendiri.

Adapun dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru kita

harus memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang yang ingin

menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh

pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak

akan mengambil jarak terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan

memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga apa

yang dia terima akan merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga anak

menjadi pribadi individu yang berbeda dan tidak sama dengan yang lainnya.

Page 6: History and Conditioning for Creativity

Selain itu, pendidik harus sadar bahwa anak bukan satu satunya manusia yang

berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan tidak boleh memaksa anak

untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada

suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya

sendiri.

2.3 Kehidupan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia saat dilahirkan seorang diri, tetapi manusia akhirnya harus

bermasyarakat dan hidup bersama orang lain. Manusia tidak sama seperti makhluk

lainnya, misalnya hewan. Sejak kecil hewan sudah dilepas oleh induknya, ia

sudah dapat mencari makanannya sendiri. Ia sudah dapat berjalan sendiri, dan

pergi kemanapun yang ia mau. Karena hewan dibekali naluri kehewanannya dan

alat-alat fisik yang dapat menunjang kemandiriannya untuk dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri.

Tetapi tidak demikian pada diri manusia, saat manusia masih baru

dilahirkan, ia tidak dapat melakukan aktivitasnya seorang diri. Ia tidak dapat

langsung berjalan sendiri dan mencari makanannya sendiri. Harus ada peran atau

bantuan manusia lain untuk membantunya beraktivitas dan mencarikan makanan

untuknya. Manusia tidak dibekali dengan alat-alat fisik seperti pada hewan, tetapi

manusia dibekali pikiran dan akal yang jauh lebih sempurna dibandingkan hewan.

Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia

selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Untuk selalu berinteraksi dan

bermasyarakat, menjadi sebuah keharusan dalam diri manusia, sehingga para

orang tua selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya dalam berbagai bentuk, agar mereka menjadi manusia yang

akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya nanti.

Ketika seorang bayi lahir sampai usia tertentu manusia adalah mahkluk

yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang disekitar ia tidak dapat berbuat

apa-apa  dan untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada bantuan

manusia lain sepert orang tuanya khususnya ibunya. Dalam kehidupan seorang

manusia, keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang dikenalnya, hingga

pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok

Page 7: History and Conditioning for Creativity

pertama tempat meletakan dasa kepribadian dan proses pendewasaan yang

didalamnya selalu terjadi sosialisi  untuk menjadi manusia yang mengetahui

pengetahuan dasar, nilai-nilai, norma sosial, budaya dan etika-etika pergaulan.

2.4 Interaksi Sosial pada Manusia

Dalam menjalani suatu kehidupan, manusia tidak terlepas dari hubungan

satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi baik berupa pikiran maupun

tindakan. Hubungan ini biasanya disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu,

kelompok sosial dan masyarakat.

Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu seperti,

pada saat seeorang saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan

mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan bentuk-bentuk dari

interaksi sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara

kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi

anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok terjadi diantara

kelompok itu sendiri maupun juga dalam kehidupan masyarakat. Interaksi tersebut

terjadi secara lebih menyolok, apabila terjadi pertentangan antara kepentingan-

kepentingan yang ada pada kelomok tersebut (Elly, 2008).

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh beberapa faktor seperti, imitasi,

sugesti, identifikasi dan simpati. 1) Imitasi adalah suatu proses peniruan atau

meniru. Banyak perilaku kita sebenarnya diawali dengan meniru. Pada usia

kanak-kanak dan dewasa kita melakukan peniruan, seperti meniru potongan

model baju, celana, model rambut, dan hal-hal lain. Dalam proses peniruan

biaasnya lebih mudah terjadi dan mudah berubah, artinya proses peniruan

seringkali tidak bertahan lama, karena apabila ada model baru, maka berubah lagi

pada model tersebut. Seringkali yang ditiru adalah hal-hal yang nampak saja, dan

bersifat fisik. 2) Sugesti adalah satu proses dimana seorang individu menerima

suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa

dikritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini ialah pengaruh psikis, baik

yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya

diterima tanpa adanya daya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya,

Page 8: History and Conditioning for Creativity

dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa dalam imitasi

orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang

memberikan pendangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain

diluarnya. Orang akan mudah terkena pengaruh (sugesti) orang lain manakala ia

berada pada suatu keadaan yang dilematis, yaitu keadaan dimana orang tersebut

dihadapkan kepada pilihan yang sama - sama sulit. 3) Identifikasi dalam psikologi

berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara

lahiriah maupun batiniah. Di sini dapat diketahui, bahwa hubungan sosial yang

berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang

berlengsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi. 4) Simpati adalah

perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul

tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti

juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada

orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik

baginya.

Page 9: History and Conditioning for Creativity

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

dibanding makhluk hidup lainnya. Dikarenakan manusia memiliki akal budi dan

pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri untuk

memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita

sendiri. Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas

tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar identik.

Keunikan dan ciri khas masing-masing orang itulah yang dijadikan faktor

pembeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Perbedaan tersebut

menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang saling memenuhi dan

membutuhkan satu sama lain, baik kebutuhan material maupun spiritual. Oleh

karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang

saling mempengaruhi. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis

yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang

lainnya disebut interaksi sosial

3.2 Saran

Adapun beberapa saran yang diberikan penulis:

1. Dengan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, kita harus bisa

mengembangkan potensi yang ada dalam diri sesuai dengan kelebihan yang

dimiliki.

2. Sebagai makhluk sosial sudah seharusnya kita untuk terus saling menjaga

interaksi sosial yang baik dengan manusia lain.

Page 10: History and Conditioning for Creativity

DAFTAR PUSTAKA

Bocchi, G, dkk. 2014. History and Conditions for Creativity. World Futures: The

Journal of New Paradigm Research, 70:5-6, 309-335

Effendi, R. dan Setiadi, E.M. 2010. Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan

Teknologi. Bandung: UPI Press

Elly, M.S, dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Snijder, A. 2008. Antropologi Filsafat : Manusia Paradoks dan Seruan.

Yogyakarta : Kanisius

Suratman, dkk. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya dasar, Malang: Malang Intimedia