HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi

6
 A. HIPERTENSI 1. Definisi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Populasi pada lanjut usia (lansia) hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and  Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. 2. Epidemiologi Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah 13. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia khususnya di daerah pedesaan masih banyak yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.

Transcript of HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 1/6

A.  HIPERTENSI

1.  Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Populasi pada lanjut

usia (lansia) hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer  yang telah

dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien

beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5

menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi

esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya

dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The 

Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation

and  Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat

2.

2.  Epidemiologi

Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakinmeningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan

besar juga akan bertambah 13. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi

terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di

perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia khususnya di daerah pedesaan masih

banyak yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding

maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian

besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara

6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa

Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar

0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%.

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 2/6

Gambaran penderita hipertensi yang dirawat inap di bagian penyakit dalam RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2005 didapatkan penderita hipertensi meningkat secara

nyata pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar 24,07% dan mencapai puncaknya

pada kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebesar 31,48%. Jika dibandingkan antara pria dan

wanita didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 58,02% dan

pria sebesar 41,98% (Oktora, 2007).

3.  Etiologi

Menurut Corwin (2000) hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Apabila peningkatan salah

satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf 

atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung

kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut

 jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga

tidak meninbulkan hipertensi (Astawan, 2002).

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila

terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan

garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan

renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubahpenanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan

peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan

tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan

sistolik (Amir, 2002).

Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang

berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial

Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian

menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh

darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya

berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 3/6

berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).

Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi

kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi

panjang normalnya yang pada akhirnya akan menyebabkan risiko penurunan

kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens, 2003).

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak 

dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor

yang dapat dimodifikasi meliputi stres, merokok, alkohol dan nutrisi.

a.  Faktor genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu

sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang

mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara

alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan

hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda

dan gejala.

b. 

UmurHipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar

risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena

hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar

sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %

dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya

atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang

hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan.

Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.

Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.

Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu

terjadinya hipertensi

c.  Jenis kelamin

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 4/6

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita

terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar  High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit

demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari

kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah

kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi

pada wanita umur 45-55 tahun.

d.  Minyak jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk 

menggoreng, dan minyak goreng ini  merupakan minyak yang telah rusak. Bahan

dasar minyak   goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit,  kedelai, jagung

dan lain-lain. Meskipun beragam, secara  kimia isi kendungannya sebetulnya tidak 

 jauh berbeda, yakni  terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam  lemak 

tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol,asam lemak bebas, lilin, pigmen  larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang

menyebabkan  berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung  sekitar

45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi

asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ

dan  20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga  matahari hampir

90% komposisinya adalah ALTJ.

Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak 

karena minyak goring  tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi 

kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja,

selebihnya minyak tersebut menjadi  rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang

diketahui dapat  menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila 

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 5/6

dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai untuk menggoreng

kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak  

e.  Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol

(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Garam merupakan faktor yang

sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah

ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam

kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah,

sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi

meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke

luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi.

Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumbernatrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap

masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat . Konsumsi garam

dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara

dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya

masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan

MSG.

f.  Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya

stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

g.  Stres

5/16/2018 HIPERTENSI_epidemiologi, etiologi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hipertensiepidemiologi-etiologi 6/6

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

 jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat

berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal .

h.  Alkohol

Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai  karena survei

menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi  berkaitan dengan konsumsi alkohol.

Mekanisme  peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.  Namun

diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan  volume sel darah merah serta

kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

J.  Olah raga 

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada

hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung

harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.