Hipertensi pada anak
-
Upload
rangga-pragasta -
Category
Health & Medicine
-
view
6.283 -
download
7
Transcript of Hipertensi pada anak
Hipertensi Pada Anak
Abstrak: Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik
(TDS) dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) yang ≥ persentil 95 sesuai jenis
kelamin, usia, dan tinggi badan dalam 3 kali pengukuran yang berbeda. Hipertensi
pada anak memiliki prevalensi antara 1-2%. Terdapat bukti bahwa hipertensi pada
anak dapat berlanjut hingga pada masa dewasa. Pada evaluasi anak dengan kenaikan
tekanan darah, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangatlah penting terutama konfirmasi
kenaikan tekanan darah yang benar dan konsisten. Pemeriksaan penunjang yang tepat
disesuaikan dengan usia anak dan beratnya kenaikan tekanan darah. Pemeriksaan
tidak hanya difokuskan pada penyakit yang mendasarinya, namun juga pada organ
target, komplikasi atau penyakit lainnya, dan penilaian terhadap risiko kardiovaskular
menyeluruh terhadap anak. Managemen terapi bersifat multidimensi. Pengobatan
nonfarmakologis berupa pengurangan berat badan, olahraga, dan modifikasi diet.
Rekomendasi penggunaan pengobatan farmakologis didasarkan pada adanya hipertensi
yang bergejala, bukti adanya kerusakan organ target, hipertensi stadium 2, dan
hipertensi stadium 1 yang tidak berespon terhadap pengobatan nonfarmakologis.
Kata kunci: hipertensi, tekanan darah, anak.
Pendahuluan
Tingkat prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak
semakin meningkat sekarang ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian terhadap
penyakit ini.1 Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar 1 sampai dengan
2%.2,3 Hipertensi diketahui merupakan salah satu factor risiko terhadap terjadinya
penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada masa anak
mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut.3
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis nyata kerusakan organ target pada
kasus hipertensi pada anak. Hipertensi berat juga meningkatkan risiko
berkembangnya ensefalopati hipertensif, kejang, kelainan serebrovaskular, dan gagal
jantung kongestif.4-7 Komplikasi hipertensi tersebut dapat dicegah bila dilakukan
pengawasan dan pengobatan dini yang adekuat terhadap hipertensi.
Pengukuran tekanan darah secara rutin berguna untuk mendeteksi hipertensi
pada anak sedini mungkin. Tekanan darah normal anak-anak bervariasi oleh karena
banyak faktor mempengaruhinya antara lain umur, jenis kelamin, tinggi, dan berat
badan.8 Hipertensi pada anak dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat
dijelaskan penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
terjadi oleh karena adanya penyebab yang jelas. Perbedaan hipertensi pada anak
dengan orang dewasa adalah kejadian hipertensi sekunder yang lebih lazim terjadi
pada masa anak, sedangkan hipertensi primer atau esensial lebih sering didapatkan
pada orang dewasa dan jarang didapatkan pada anak dibawah 10 tahun8,9,10.
Edukasi, deteksi dini, diagnosis yang akurat dan terapi yang tepat akan
memperbaiki luaran jangka panjang anak-anak dan remaja yang menderita
hipertensi ini.3,7,8,10 Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai definisi, etiologi,
manifestasi klinis, pendekatan diagnosis dan terapi hipertensi pada anak.
Definisi
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia
dan tinggi badan.10 Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada distribusi
normal tekanan darah pada anak sehat. Berdasarkan data dari National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES), tingkatan tekanan darah anak laki-laki dan
anak perempuan berdasarkan persentil usia dan tinggi badan yang sudah direvisi tersaji
pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.7,10
Hipertensi didefinisikan sebagai rerata TDS dan/atau TDD ≥ persentil 95
sesuai dengan jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran seperti
tampak pada gambar 1. Pre-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata TDS atau
TDD ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95, keadaan ini berisiko tinggi berkembang
menjadi hipertensi. Terdapat istilah ”white-coat hypertension” yang merujuk pada
suatu keadaan penderita memiliki tekanan darah > persentil 95 pada pemeriksaan di
klinik atau praktek dokter, sedangkan di luar tempat kesehatan tersebut penderita
memiliki tekanan darah yang normal.7,10,11
Hipertensi tingkat 1 (hipertensi bermakna) yaitu rerata TDS atau TDD yang
berada ≥ 95 sampai dengan 5 mmHg di atas persentil 99. Hipertensi tingkat 2
(hipertensi berat) yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99. Krisis
Hipertensi yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan
tanda klinis7,10,11
Gambar 1. Tekanan Darah di Persentil 95 Laki-laki dan Perempuan Tinggi11
Kriteria hipertensi juga dibagi atas derajat ringan, sedang, berat, dan krisis
berdasarkan kenaikan tekanan darah sistolik normal sesuai dengan umur yang diajukan
Wila Wirya seperti terlihat pada tabel 3 di bawah ini:8
Tabel 3. Kriteria Derajat Hipertensi Berdasarkan Kenaikan Tekanan Diastolik Normal
Sesuai Dengan Umur8
Formula untuk menghitung tekanan darah pada anak juga dikembangkan untuk
memfasilitasi deteksi dini hipertensi pada anak yaitu:
Tekanan darah sistolik (persentil 95)
1-17 tahun = 100 + (usia dalam tahun x 2)
Tekanan darah diastolik (persentil 95)
1-10 tahun = 60 + (usia dalam tahun x 2)
11-17 tahun = 70 + (usia dalam tahun)12
Pengukuran tekanan darah pada anak
Tekanan darah adalah hasil kali tahanan vaskuler perifer dan curah jantung.
Pengukuran tekanan darah yang tepat tergantung dari kondisi penderita saat diperiksa,
kualitas peralatan, dan keterampilan pemeriksa.9
Pengukuran tekanan darah pada anak memerlukan ruang pemeriksaan yang
tenang, serta kondisi anak yang tenang agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Anak dapat berbaring telentang dengan tangan lurus di samping badan ataupun
duduk dengan lengan bawah yang diletakkan di atas meja sehingga lengan atas berada
setinggi jantung. Peralatan standar untuk mengukur tekanan darah adalah
sfigmomanometer air raksa pada anak berusia lebih dari tiga tahun.3,7,10,13 Metode
terpilih untuk pengukuran tekanan darah adalah dengan auskultasi.
Manset yang digunakan harus sesuai dengan ukuran tubuh anak. Tekanan darah
akan terlalu tinggi apabila manset yang dipakai terlalu kecil dan terlalu rendah bila
ukuran manset terlalu besar.3,7,10,12. Lebar kantong manset harus menutupi 1/2 sampai
2/3 panjang lengan atas atau panjang tungkai atas. Panjang manset juga harus
melingkari setidak-tidaknya 2/3 lingkar lengan atas atau tungkai atas. Manset
dipasang melingkari lengan atas atau tungkai atas dengan batas bawah lebih kurang 3
cm dari siku atau lipat lutut. Manset dipompa sampai denyut nadi arteri radialis atau
dorsalis pedis tidak teraba kemudian diteruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.
Stetoskop diletakkan di denyut arteri brakialis atau poplitea, kemudian manometer
dikosongkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.
Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi-bunyi Korotkoff. Bunyi
Korotkoff I yaitu bunyi yang pertama kali terdengar berupa bunyi detak yang
perlahan. Bunyi Korotkoff II seperti bunyi Korotkoff I tetapi disertai bunyi desis
(swishing sign). Bunyi Korotkoff III seperti bunyi Korotkoff II tetapi lebih keras.
Bunyi Korotkoff IV bunyi tiba-tiba melemah. Bunyi Korotkoff V bunyi menghilang.
Tekanan sistolik adalah saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff I, sedangkan tekanan
diastolik adalah saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff IV, yang biasanya pada bayi
dan anak bersamaan atau hampir bersamaan dengan menghilangnya bunyi (Korotkoff
V). Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik di lengan 10-15 mmHg lebih
rendah dibanding dengan tekanan darah tungkai.3,7,10,13
Pada bayi baru lahir penggunaan sfignomanometri konvensional tidak
direkomendasikan karena suara Korotkoff tidak dapat terdengar dengan jelas. Untuk
itu digunakan alat ultrasonik Doppler, puls oksimetri, atau osilometri. Teknik puls
oksimetri menggunakan muncul dan hilangnya gelombang phletysmographic saat
manset menaik dan menurun di sekitar tekanan sistolik. Manometer osilometrik
digunakan secara luas dalam praktek klinis tetapi lebih kurang akurat jika dibandingkan
dengan alat ultrasonik Doppler dan puls oksimetri saat dibandingkan dengan baku emas
yaitu tekanan darah intraarterial.10,14,15
Peningkatan tekanan darah harus dikonfirmasi pada kunjungan ulang sebelum
menetapkan anak menderita hipertensi. Konfirmasi dari hasil pengukuran tekanan darah
yang meningkat sangat penting karena tekanan darah yang tinggi dapat turun pada
pengukuran berikutnya karena terpengaruh oleh faktor-faktor: (1) berkurangnya
kecemasan penderita dari kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya. (2) regresi
rerata tekanan darah karena sifat tekanan darah yang bersifat tidak statis tetapi
bervariasi bahkan dalam kondisi tenang.10
ETIOLOGI
A. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat
dijelaskan penyakit yang mendasarinya. Meskipun demikian, identifikasi faktor-faktor
yang dapat diperkirakan menjadi penyebab terjadinya hipertensi primer telah
dilakukan. Beberapa predictor diidentifikasi seperti faktor keturunan, berat badan,
respon terhadap stres fisik dan psikologis, abnormalitas transpor kation pada membran
sel, hipereaktivitas sistem saraf simpatis, resistensi insulin, dan respon terhadap
masukan garam dan kalsium.9,10
Tekanan darah yang tinggi pada masa anak-anak merupakan faktor risiko
hipertensi pada masa dewasa muda. Hipertensi primer pada masa anak biasanya ditandai
oleh hipertensi ringan atau bermakna. Evaluasi anak dengan hipertensi primer harus
disertai dengan evaluasi beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan risiko
berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular. Obesitas, kolesterol lipoprotein
densitas tinggi yang rendah, kadar trigliserida tinggi, dan hiperinsulinemia merupakan
faktor risiko yang harus dievaluasi untuk berkembangnya suatu penyakit
kardiovaskular.3,10
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi oleh karena adanya penyebab
yang jelas.9 Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding
orang dewasa. Evaluasi yang lebih teliti diperlukan untuk setiap anak untuk mencari
penyebab yang mendasarinya.
Anak dengan hipertensi berat, anak dengan umur yang masih muda, serta anak
remaja dengan gejala klinis suatu kondisi sistemik disertai hipertensi harus
dievaluasi lebih lanjut. Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah pertama
evaluasi anak dengan kenaikan tekanan darah yang menetap sehingga dapat
mengarahkan pada suatu kelainan sistemik yang mendasari terjadinya hipertensi. Jadi,
sangat penting untuk mencari gejala dan tanda klinis yang mengarah pada penyakit
ginjal (hematuria nyata, edema, kelelahan), penyakit jantung (nyeri dada, dispneu,
palpitasi), atau penyakit dari sistem organ lain (seperti kelainan endokrinologis,
reumatologis). Riwayat penyakit dahulu diperlukan untuk mengungkap penyebab
hipertensi. Pertanyaan berupa riwayat opname sebelumnya, trauma, infeksi saluran
kemih, diabetes, atau masalah gangguan tidur. Riwayat penyakit keluarga berupa
riwayat hipertensi, diabetes, obesitas, apnea pada waktu tidur, penyakit ginjal,
hiperlipidemia, stroke, dan kelainan endokrinologis pada keluarga.3,7,10
Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan penyakit
parenkim ginjal.9 Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan
glomerulonefritis. Hipertensi kronis pada anak paling sering berhubungan dengan
penyakit parenkim ginjal (70-80%), sebagian karena hipertensi renovaskular (10-15%),
koartasio aorta (5-10%), feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%). Pada
anak yang lebih kecil (< 6 tahun) hipertensi lebih sering sebagai akibat penyakit
parenkim ginjal, obstruksi arteri renalis, atau koartasio aorta. Anak yang lebih besar
bisa mengalami hipertensi dari penyakit bawaan yang baru menunjukkan gejala
hipertensi dan penyakit dapatan seperti refluks nefropati atau glomerulonefritis
kronis.3,16
Patogenesis hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan beberapa
mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui menstimulasi
produksi renin melalui apparatus jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I
dan selanjutnya mengaktifkan angiotensin II sehingga menyebabkan hipertensi.
Sistem hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepresor dapat
menurun dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medula ginjal juga
menurun pada penyakit ginjal. Hipervolemia dapat timbul akibat retensi air dan cairan
sehingga curah jantung meningkat dan menimbulkan hipertensi. Hipertensi juga bisa
disebabkan oleh farmakoterapi untuk penyakit parenkim ginjal yang diobati dengan
kortikosteroid.8
Manifestasi klinis
Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.
Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang
menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa
nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan.17,18
Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau fungsi organ vital
timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi ini
dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.
Manifestasi klinisnya sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak
melibatkan sistem saraf pusat, mata, jantung, dan ginjal.16,18
Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah,
atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula bermanifestasi sebagai
keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau organ
seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal
ginjal akut.18 Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum
diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma.9,18 Gejala-gejala yang
tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang
bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan menjadi normal.8
Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis
yang berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah berlangsung
lama.5,16,18
Pendekatan diagnosis anak dengan peningkatan tekanan darah
Anak yang benar-benar mengalami peningkatan tekanan darah harus
diklasifikasikan menjadi salah satu dari dua kemungkinan kategori berdasarkan
manifestasi klinisnya. Kategori I adalah anak-anak dengan peningkatan tekanan
darah yang bermakna dan dengan kemungkinan komplikasi dengan onset akut. Yang
termasuk kategori ini biasanya anak yang lebih muda dengan hipertensi sekunder yang
memerlukan terapi emergensi, terapi terhadap komplikasi yang terjadi, dan terapi
spesifik terhadap penyebab hipertensi. Kategori II adalah anak-anak dengan
peningkatan tekanan darah yang ringan dan dengan kemungkinan komplikasi jangka
panjang yang biasanya adalah anak remaja dengan hipertensi esensial.3
Klasifikasi ini penting baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi.
Algoritma mengenai manajemen anak dengan peningkatan tekanan darah ditampilkan
dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2. Algoritme Untuk Manajemen Anak Dengan Peningkatan Tekanan Darah.3
Penatalaksanaan hipertensi pada anak
Penanganan anak dengan hipertensi ditujukan pada penyebab naiknya tekanan
darah dan mengurangi gejala yang timbul. Kerusakan organ target, kondisi-kondisi
lain yang terjadi bersamaan, serta faktor-faktor risiko juga mempengaruhi keputusan
terapi. Terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis direkomendasikan berdasarkan
usia anak, tingkatan hipertensi, dan respon terhadap terapi.7,10
A. Terapi nonfarmakologis
Pada anak dengan kondisi pre-hipertensi atau hipertensi tingkat 1 terapi
berupa perubahan gaya hidup direkomendasikan. Terapi ini berupa pengontrolan
berat badan, olahraga yang teratur, diet rendah lemak dan garam, pengurangan
kebiasaan merokok pada anak remaja yang merokok, dan tidak mengkonsumsi
alkohol.7 Korelasi yang kuat terdapat pada anak yang memiliki berat badan lebih
dengan peningkatan tekanan darah. Pengurangan berat badan telah terbukti efektif
pada anak obese disertai hipertensi.
Pengontrolan berat badan tidak hanya menurunkan tekanan darah juga
menurunkan sensitivitas tekanan darah terhadap garam, menurunkan risiko
kardiovaskular lain seperti dislipidemia dan tahanan insulin. Pada penelitian tersebut
disebutkan bahwa penurunan indeks massa tubuh 10% menurunkan tekanan darah
dalam jangka waktu pendek sebesar 8 sampai 10 mmHg.7,10,19
Aktivitas fisik yang teratur membantu menurunkan berat badan dan
sekaligus menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Aktivitas fisik tersebut
minimal dilakukan selama 30-60 menit per hari.10,20 Intervensi diet pada anak dapat
berupa ditingkatnya diet berupa sayuran segar, buah segar, serat, dan makanan rendah
lemak, serta konsumsi garam yang adekuat hanya 1,2 g/hari (anak 4-8 tahun) dan 1,5
g/hari untuk anak yang lebih besar membantu dalam manajemen hipertensi.
Pengurangan garam pada anak dan remaja disebutkan dapat mengurangi
tekanan darah sebesar 1 sampai 3 mmHg. Peningkatan masukan kalium, magnesium,
asam folat juga dikaitkan dengan tekanan darah yang rendah.7,10
B. Terapi farmakologis
Indikasi penggunaan terapi farmakologis hipertensi pada anak dan remaja
jika ditemukan keadaan hipertensi yang bergejala, kerusakan organ target (seperti:
hipertrofi ventrikel kiri, retinopati, proteinuria), hipertensi sekunder, hipertensi tingkat
1 yang tidak berespon dengan perubahan gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2.
Tujuan terapi adalah mengurangi tekanan darah kurang dari persentil 95.
Jika terdapat kerusakan organ target atau penyakit yang mendasari, tujuan terapi
adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Dalam memilih terapi farmakologi harus
dipertimbangkan efikasi ketersediaan obat, frekuensi pemberian, efek samping dan
biaya. 7,10,21
Farmakoterapi harus mengikuti tahapan peningkatan dosis obat secara
bertahap. Menggunakan satu macam obat dengan dosis terendah kemudian
meningkatkan dosis sampai efek terapetik terlihat. Bila terdapat efek samping atau dosis
obat maksimal dapat digunakan obat kedua yang memiliki mekanisme kerja berbeda.7
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) (seperti: kaptopril, enalapril,
lisinopril, ramipril) dan Calcium Channel Blocking Agents (seperti: nifedipin,
amlodipin, felodipin, isradipin) adalah obat antihipertensi yang sering digunakan karena
efek sampingnya yang rendah. Diuretika (diuretik tiazid, loop diuretic, dan diuretik
hemat kalium biasanya digunakan sebagai terapi tambahan.
Obat-obatan baru seperti penghambat reseptor angiotensin (seperti: irbesartan)
juga digunakan pada hipertensi yang terjadi pada anak dan remaja. Obat ini mungkin
bisa menjadi pilihan pada anak yang menderita batuk kronik akibat penggunaan
penghambat ACE.
Penghambat reseptor adrenergik (seperti: propanolol, atenolol, metoprolol, dan
labetolol), penghambat reseptor adrenergik, agonis reseptor, vasodilator langsung,
agonis reseptor adrenergik perifer jarang digunakan pada pasien anak karena efek
samping yang ditimbulkannya, akan tetapi obat-obatan ini dapat menjadi pilihan bila
terjadi kegagalan terapi dengan obat-obatan Calcium Channel Blocking Agents,
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors, atau penghambat reseptor angiotensin.7,10,21
Obat-obatan yang digunakan pada anak tercantum dalam tabel 4 di bawah ini.7,10.
Tabel 4. Obat Antihipertensi Untuk Hipertensi Pada Anak 1-17 Tahun Yang Dirawat
Jalan10
Pengobatan pada krisis hipertensi
The Fourth Report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood
pressure in children and adolescents mendefinisikan hipertensi berat bila tekanan
darah melebihi 5 mmHg di atas persentil 99 menurut usia. Krisis hipertensi yaitu
rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda
klinis.10,11 Pendapat lain menyebutkan bahwa hipertensi krisis dapat bersifat
emergensi (HE) yaitu peningkatan TDS atau TDS yang telah atau dalam proses
menyebabkan kerusakan organ dalam beberapa menit-jam atau urgensi (HU) yang
perlu diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-waktu dapat progresif
menjadi hipertensi emergensi.8,11,18 Obat-obatan yang digunakan pada penanganan
hipertensi berat dan krisis hipertensi tercantum dalam tabel 5 di bawah ini.10,21
Tabel 5. Obat Antihipertensi Untuk Manajemen Hipertensi Berat Pada Anak 1-17 Tahun18
Krisis hipertensi yang disertai gejala ensefalopati hipertensif memerlukan pengobatan
dengan antihipertensi intravena untuk mengontrol pengurangan tekanan darah dengan
tujuan terapi menurunkan tekanan darah 25% selama 8 jam pertama setelah krisis
dan secara perlahan-lahan menormalisasikan tekanan darah dalam 26 sampai 48
jam. Krisis hipertensi dengan gejala lain yang lebih ringan seperti sakit kepala berat
atau muntah dapat diobati dengan obat antihipertensi oral atau intravena.
Pengawasan secara berhati-hati dilakukan terhadap reaksi pupil, penglihatan,
kesadaran, dan temuan neurologis. 7,10,18
Sodium nitroprusid, nikardipin, dan labetalol direkomendasikan sebagai obat
intravena yang aman dan efektif karena mudah dititrasi dan dengan toksisitas yang
rendah. Obat lain yang direkomendasikan adalah hidralazin, klonidin, esmolol,
enalaprilat.7,10,18 Nipedipin oral yang diberikan secara sublingual juga
direkomendasikan. Keamanan dan efikasi nipedipin kerja cepat telah terbukti aman
dan hanya menimbulkan sedikit efek samping saat digunakan pada anak dengan
hipertensi yang dirawat inap.22 Obat oral perlu mendapat perhatian khusus karena efek
yang tidak terkontrol dalam penurunan tekanan darah sehingga responnya terhadap
penurunan tekanan darah tidak dapat diprediksi.20
Kesimpulan
Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik
dan/atau tekanan darah diastolik ≥ persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia
dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran. Prevalensinya diperkirakan sebesar 1
sampai dengan 2%.2,3 Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya
hipertensi pada masa anak mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit
jantung koroner tersebut. Pengobatan hipertensi pada anak terdiri dari terapi non-
farmakologis dan terapi farmakologis. Pengurangan berat badan, aktivitas fisik yang
reguler, dan modifikasi diet merupakan perubahan gaya hidup yang dilakukan
untuk terapi non-farmakologis. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi anak
yaitu: Angiotensin-converting enzymes (ACE) inhibitors, penghambat reseptor
angiotensin, penghambat reseptor-, calcium channel blockers, dan diuretika.
Daftar Pustaka
1. Sorof JM, Lai D, Turner J, Portman RJ. Overweight, ethnicity, and the
prevalence of hypertension in school-aged children. Pediatrics 2004; 113:3:475-82.
2. Adrogue HE, Sinaiko AR. Prevalence of hypertension in junior high school-
aged children: effect of new recommendations in the 1996 updated Task Force
Report. Am J Hypertens 2001; 14:412-4.
3. Varda NM, Gregoric A. A diagnostic approach for the child with hypertension.
Pediatr Nephrol 2005; 20:499-506.
4. Sorof JM, Alexandrov AV, Cardwell G, Portman RJ. Carotid artery intimal-
mediated thickness and left ventricle hypertrophy in children with elevated
blood pressure. Pediatrics 2003; 111:61-6.
5. Hanevold C, Waller J, Daniels S, Portman R, Sorof J, International Pediatric
Hypertension Association. The effect of obesity, gender, and ethnic group on
left ventricle hypertrophy and geometry in hypertensive children: a collaborative
study of the International Pediatric Hypertension Association. Pediatrics 2004;
113:328-33.
6. Schieken RM. Systemic hypertension. Dalam: Allen HD, Clark EB, Gutgessel
HP, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adams Heart Disease in Infants,
Children, and Adolescents Volume Two. Edisi ke-6. Philadelpia: Lippincott
Williams & Willkins; 2001. h.1400-11.
7. Luma GB, Spiotta RT. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam
Physician 2006; 73:1158-68.
8. Bahrun D. Hipertensi Sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, dan
Pardede SO, penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2002. h.242-90.
9. Guertin SR. Systemic Hypertension. Dalam: Behrman RE, Vaughan VC,
penyunting. Nelson’s Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelpia: WB
Saunders Company; 2002. h.1400-10.
10. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High
Blood Pressure in Children and Adolescents. The Fourth Report on the
Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and
Adolescents. Pediatrics 2004; 114:555-76.
11. Feld LG, Corey H. Hypertension in childhood. Pediatr. Rev. 2007; 28:283-98.
12. Somu S, Sundaram B, Kamalanathan AN. Early detection of hypertension in
general practice. Arch. Dis. Child. 2003; 88:302.
13. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak.
Edisi ke- 2. Jakarta: PT Sagung Seto; 2000. h.174-7.
14. Watkinson M. Hypertension in the newborn baby. Arch. Dis. Child. Fetal
Neonatal Ed. 2002; 86:78-81.
15. Goonasekera CDA, Dillon MJ. Current topic: Measurement and interpretation of
blood pressure. Arch. Dis. Child. 2000; 82:261-5.
16. Gulati S. Hypertension in children. Indian Journal of Pediatrics 2002; 69:1077-81.
17. Croix B, Feig DL. Childhood hypertension is not a silent disease. Pediatr Nephrol
2006; 21:527-32.
18. Adelman RD, Coppo R, Dillon MJ. The Emergency Management of Severe
Hypertension. Pediatr Nephrol 2000; 14:422-27.
19. Williams CL, Hayman LL, Daniels SR, Robinson TN, Steinberger J, Paridon S,
dkk. Cardiovascular health in childhood: a statement for health professionals
from the Committee on Atherosclerosis, Hypertension, and Obesity in the Young
(AHOY) of the Council on Cardiovascular Disease in the Young, American Heart
Association. Circulation 2002; 106:143-60.
20. Krebs NF, Jacobson MS. Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics
2003; 112:424-30.
21. Robinson RF, Nahata MC, Batisky DL, Mahan JD. Pharmacologic Treatment of
Chronic Pediatric Hypertension. Pediatric Drug 2005; 7(1):27-40.
22. Yiu V, Orrbine E, Rosychuk RJ, Maclaine P, Goodyer P, Girardin C, dkk. The
safety and use of short-acting nifedipine in hospitalized hypertensive children.
Pediatr Nephrol 2004; 19:644-50.
HIPERTENSI PADA ANAK
Oleh :
Haris G0007082/ M27-11
Mohandis haki . G0006119/ M12-11
Kuntoro G0006107/ M11-11
Rangga Pragasta SS 205.12.0020/ DU2-2012