Hipertensi pada anak

22
Hipertensi Pada Anak Abstrak: Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik (TDS) dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) yang persentil 95 sesuai jenis kelamin, usia, dan tinggi badan dalam 3 kali pengukuran yang berbeda. Hipertensi pada anak memiliki prevalensi antara 1-2%. Terdapat bukti bahwa hipertensi pada anak dapat berlanjut hingga pada masa dewasa. Pada evaluasi anak dengan kenaikan tekanan darah, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangatlah penting terutama konfirmasi kenaikan tekanan darah yang benar dan konsisten. Pemeriksaan penunjang yang tepat disesuaikan dengan usia anak dan beratnya kenaikan tekanan darah. Pemeriksaan tidak hanya difokuskan pada penyakit yang mendasarinya, namun juga pada organ target, komplikasi atau penyakit lainnya, dan penilaian terhadap risiko kardiovaskular menyeluruh terhadap anak. Managemen terapi bersifat multidimensi. Pengobatan nonfarmakologis berupa pengurangan berat badan, olahraga, dan modifikasi diet. Rekomendasi penggunaan pengobatan farmakologis didasarkan pada adanya hipertensi yang bergejala, bukti adanya kerusakan organ target, hipertensi stadium 2, dan hipertensi stadium 1 yang tidak berespon terhadap pengobatan nonfarmakologis. Kata kunci: hipertensi, tekanan darah, anak. Pendahuluan Tingkat prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak semakin meningkat sekarang ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian terhadap penyakit ini. 1 Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar 1 sampai dengan 2%. 2,3 Hipertensi diketahui merupakan salah satu factor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada masa anak mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut. 3 Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis nyata kerusakan organ target pada kasus hipertensi pada anak. Hipertensi berat juga meningkatkan risiko berkembangnya ensefalopati hipertensif, kejang, kelainan serebrovaskular, dan gagal jantung kongestif. 4-7 Komplikasi hipertensi tersebut dapat dicegah bila dilakukan

Transcript of Hipertensi pada anak

Hipertensi Pada Anak

Abstrak: Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik

(TDS) dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) yang ≥ persentil 95 sesuai jenis

kelamin, usia, dan tinggi badan dalam 3 kali pengukuran yang berbeda. Hipertensi

pada anak memiliki prevalensi antara 1-2%. Terdapat bukti bahwa hipertensi pada

anak dapat berlanjut hingga pada masa dewasa. Pada evaluasi anak dengan kenaikan

tekanan darah, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangatlah penting terutama konfirmasi

kenaikan tekanan darah yang benar dan konsisten. Pemeriksaan penunjang yang tepat

disesuaikan dengan usia anak dan beratnya kenaikan tekanan darah. Pemeriksaan

tidak hanya difokuskan pada penyakit yang mendasarinya, namun juga pada organ

target, komplikasi atau penyakit lainnya, dan penilaian terhadap risiko kardiovaskular

menyeluruh terhadap anak. Managemen terapi bersifat multidimensi. Pengobatan

nonfarmakologis berupa pengurangan berat badan, olahraga, dan modifikasi diet.

Rekomendasi penggunaan pengobatan farmakologis didasarkan pada adanya hipertensi

yang bergejala, bukti adanya kerusakan organ target, hipertensi stadium 2, dan

hipertensi stadium 1 yang tidak berespon terhadap pengobatan nonfarmakologis.

Kata kunci: hipertensi, tekanan darah, anak.

Pendahuluan

Tingkat prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak

semakin meningkat sekarang ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan

meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian terhadap

penyakit ini.1 Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar 1 sampai dengan

2%.2,3 Hipertensi diketahui merupakan salah satu factor risiko terhadap terjadinya

penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada masa anak

mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut.3

Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis nyata kerusakan organ target pada

kasus hipertensi pada anak. Hipertensi berat juga meningkatkan risiko

berkembangnya ensefalopati hipertensif, kejang, kelainan serebrovaskular, dan gagal

jantung kongestif.4-7 Komplikasi hipertensi tersebut dapat dicegah bila dilakukan

pengawasan dan pengobatan dini yang adekuat terhadap hipertensi.

Pengukuran tekanan darah secara rutin berguna untuk mendeteksi hipertensi

pada anak sedini mungkin. Tekanan darah normal anak-anak bervariasi oleh karena

banyak faktor mempengaruhinya antara lain umur, jenis kelamin, tinggi, dan berat

badan.8 Hipertensi pada anak dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi

sekunder. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat

dijelaskan penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

terjadi oleh karena adanya penyebab yang jelas. Perbedaan hipertensi pada anak

dengan orang dewasa adalah kejadian hipertensi sekunder yang lebih lazim terjadi

pada masa anak, sedangkan hipertensi primer atau esensial lebih sering didapatkan

pada orang dewasa dan jarang didapatkan pada anak dibawah 10 tahun8,9,10.

Edukasi, deteksi dini, diagnosis yang akurat dan terapi yang tepat akan

memperbaiki luaran jangka panjang anak-anak dan remaja yang menderita

hipertensi ini.3,7,8,10 Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai definisi, etiologi,

manifestasi klinis, pendekatan diagnosis dan terapi hipertensi pada anak.

Definisi

Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS) dan

tekanan darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia

dan tinggi badan.10 Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada distribusi

normal tekanan darah pada anak sehat. Berdasarkan data dari National Health and

Nutrition Examination Survey (NHANES), tingkatan tekanan darah anak laki-laki dan

anak perempuan berdasarkan persentil usia dan tinggi badan yang sudah direvisi tersaji

pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.7,10

Hipertensi didefinisikan sebagai rerata TDS dan/atau TDD ≥ persentil 95

sesuai dengan jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran seperti

tampak pada gambar 1. Pre-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata TDS atau

TDD ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95, keadaan ini berisiko tinggi berkembang

menjadi hipertensi. Terdapat istilah ”white-coat hypertension” yang merujuk pada

suatu keadaan penderita memiliki tekanan darah > persentil 95 pada pemeriksaan di

klinik atau praktek dokter, sedangkan di luar tempat kesehatan tersebut penderita

memiliki tekanan darah yang normal.7,10,11

Hipertensi tingkat 1 (hipertensi bermakna) yaitu rerata TDS atau TDD yang

berada ≥ 95 sampai dengan 5 mmHg di atas persentil 99. Hipertensi tingkat 2

(hipertensi berat) yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99. Krisis

Hipertensi yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan

tanda klinis7,10,11

Gambar 1. Tekanan Darah di Persentil 95 Laki-laki dan Perempuan Tinggi11

Tabel 1. Tekanan Darah Anak Laki-Laki Berdasarkan Persentil Usia dan Tinggi Badan.7,10

Tabel 2. Tekanan Darah Anak Perempuan Berdasarkan Persentil Usia dan Tinggi Badan.7,10

Kriteria hipertensi juga dibagi atas derajat ringan, sedang, berat, dan krisis

berdasarkan kenaikan tekanan darah sistolik normal sesuai dengan umur yang diajukan

Wila Wirya seperti terlihat pada tabel 3 di bawah ini:8

Tabel 3. Kriteria Derajat Hipertensi Berdasarkan Kenaikan Tekanan Diastolik Normal

Sesuai Dengan Umur8

Formula untuk menghitung tekanan darah pada anak juga dikembangkan untuk

memfasilitasi deteksi dini hipertensi pada anak yaitu:

Tekanan darah sistolik (persentil 95)

1-17 tahun = 100 + (usia dalam tahun x 2)

Tekanan darah diastolik (persentil 95)

1-10 tahun = 60 + (usia dalam tahun x 2)

11-17 tahun = 70 + (usia dalam tahun)12

Pengukuran tekanan darah pada anak

Tekanan darah adalah hasil kali tahanan vaskuler perifer dan curah jantung.

Pengukuran tekanan darah yang tepat tergantung dari kondisi penderita saat diperiksa,

kualitas peralatan, dan keterampilan pemeriksa.9

Pengukuran tekanan darah pada anak memerlukan ruang pemeriksaan yang

tenang, serta kondisi anak yang tenang agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

Anak dapat berbaring telentang dengan tangan lurus di samping badan ataupun

duduk dengan lengan bawah yang diletakkan di atas meja sehingga lengan atas berada

setinggi jantung. Peralatan standar untuk mengukur tekanan darah adalah

sfigmomanometer air raksa pada anak berusia lebih dari tiga tahun.3,7,10,13 Metode

terpilih untuk pengukuran tekanan darah adalah dengan auskultasi.

Manset yang digunakan harus sesuai dengan ukuran tubuh anak. Tekanan darah

akan terlalu tinggi apabila manset yang dipakai terlalu kecil dan terlalu rendah bila

ukuran manset terlalu besar.3,7,10,12. Lebar kantong manset harus menutupi 1/2 sampai

2/3 panjang lengan atas atau panjang tungkai atas. Panjang manset juga harus

melingkari setidak-tidaknya 2/3 lingkar lengan atas atau tungkai atas. Manset

dipasang melingkari lengan atas atau tungkai atas dengan batas bawah lebih kurang 3

cm dari siku atau lipat lutut. Manset dipompa sampai denyut nadi arteri radialis atau

dorsalis pedis tidak teraba kemudian diteruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.

Stetoskop diletakkan di denyut arteri brakialis atau poplitea, kemudian manometer

dikosongkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.

Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi-bunyi Korotkoff. Bunyi

Korotkoff I yaitu bunyi yang pertama kali terdengar berupa bunyi detak yang

perlahan. Bunyi Korotkoff II seperti bunyi Korotkoff I tetapi disertai bunyi desis

(swishing sign). Bunyi Korotkoff III seperti bunyi Korotkoff II tetapi lebih keras.

Bunyi Korotkoff IV bunyi tiba-tiba melemah. Bunyi Korotkoff V bunyi menghilang.

Tekanan sistolik adalah saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff I, sedangkan tekanan

diastolik adalah saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff IV, yang biasanya pada bayi

dan anak bersamaan atau hampir bersamaan dengan menghilangnya bunyi (Korotkoff

V). Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik di lengan 10-15 mmHg lebih

rendah dibanding dengan tekanan darah tungkai.3,7,10,13

Pada bayi baru lahir penggunaan sfignomanometri konvensional tidak

direkomendasikan karena suara Korotkoff tidak dapat terdengar dengan jelas. Untuk

itu digunakan alat ultrasonik Doppler, puls oksimetri, atau osilometri. Teknik puls

oksimetri menggunakan muncul dan hilangnya gelombang phletysmographic saat

manset menaik dan menurun di sekitar tekanan sistolik. Manometer osilometrik

digunakan secara luas dalam praktek klinis tetapi lebih kurang akurat jika dibandingkan

dengan alat ultrasonik Doppler dan puls oksimetri saat dibandingkan dengan baku emas

yaitu tekanan darah intraarterial.10,14,15

Peningkatan tekanan darah harus dikonfirmasi pada kunjungan ulang sebelum

menetapkan anak menderita hipertensi. Konfirmasi dari hasil pengukuran tekanan darah

yang meningkat sangat penting karena tekanan darah yang tinggi dapat turun pada

pengukuran berikutnya karena terpengaruh oleh faktor-faktor: (1) berkurangnya

kecemasan penderita dari kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya. (2) regresi

rerata tekanan darah karena sifat tekanan darah yang bersifat tidak statis tetapi

bervariasi bahkan dalam kondisi tenang.10

ETIOLOGI

A. Hipertensi primer

Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat

dijelaskan penyakit yang mendasarinya. Meskipun demikian, identifikasi faktor-faktor

yang dapat diperkirakan menjadi penyebab terjadinya hipertensi primer telah

dilakukan. Beberapa predictor diidentifikasi seperti faktor keturunan, berat badan,

respon terhadap stres fisik dan psikologis, abnormalitas transpor kation pada membran

sel, hipereaktivitas sistem saraf simpatis, resistensi insulin, dan respon terhadap

masukan garam dan kalsium.9,10

Tekanan darah yang tinggi pada masa anak-anak merupakan faktor risiko

hipertensi pada masa dewasa muda. Hipertensi primer pada masa anak biasanya ditandai

oleh hipertensi ringan atau bermakna. Evaluasi anak dengan hipertensi primer harus

disertai dengan evaluasi beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan risiko

berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular. Obesitas, kolesterol lipoprotein

densitas tinggi yang rendah, kadar trigliserida tinggi, dan hiperinsulinemia merupakan

faktor risiko yang harus dievaluasi untuk berkembangnya suatu penyakit

kardiovaskular.3,10

B. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi oleh karena adanya penyebab

yang jelas.9 Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding

orang dewasa. Evaluasi yang lebih teliti diperlukan untuk setiap anak untuk mencari

penyebab yang mendasarinya.

Anak dengan hipertensi berat, anak dengan umur yang masih muda, serta anak

remaja dengan gejala klinis suatu kondisi sistemik disertai hipertensi harus

dievaluasi lebih lanjut. Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah pertama

evaluasi anak dengan kenaikan tekanan darah yang menetap sehingga dapat

mengarahkan pada suatu kelainan sistemik yang mendasari terjadinya hipertensi. Jadi,

sangat penting untuk mencari gejala dan tanda klinis yang mengarah pada penyakit

ginjal (hematuria nyata, edema, kelelahan), penyakit jantung (nyeri dada, dispneu,

palpitasi), atau penyakit dari sistem organ lain (seperti kelainan endokrinologis,

reumatologis). Riwayat penyakit dahulu diperlukan untuk mengungkap penyebab

hipertensi. Pertanyaan berupa riwayat opname sebelumnya, trauma, infeksi saluran

kemih, diabetes, atau masalah gangguan tidur. Riwayat penyakit keluarga berupa

riwayat hipertensi, diabetes, obesitas, apnea pada waktu tidur, penyakit ginjal,

hiperlipidemia, stroke, dan kelainan endokrinologis pada keluarga.3,7,10

Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan penyakit

parenkim ginjal.9 Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan

glomerulonefritis. Hipertensi kronis pada anak paling sering berhubungan dengan

penyakit parenkim ginjal (70-80%), sebagian karena hipertensi renovaskular (10-15%),

koartasio aorta (5-10%), feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%). Pada

anak yang lebih kecil (< 6 tahun) hipertensi lebih sering sebagai akibat penyakit

parenkim ginjal, obstruksi arteri renalis, atau koartasio aorta. Anak yang lebih besar

bisa mengalami hipertensi dari penyakit bawaan yang baru menunjukkan gejala

hipertensi dan penyakit dapatan seperti refluks nefropati atau glomerulonefritis

kronis.3,16

Patogenesis hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan beberapa

mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui menstimulasi

produksi renin melalui apparatus jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I

dan selanjutnya mengaktifkan angiotensin II sehingga menyebabkan hipertensi.

Sistem hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepresor dapat

menurun dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medula ginjal juga

menurun pada penyakit ginjal. Hipervolemia dapat timbul akibat retensi air dan cairan

sehingga curah jantung meningkat dan menimbulkan hipertensi. Hipertensi juga bisa

disebabkan oleh farmakoterapi untuk penyakit parenkim ginjal yang diobati dengan

kortikosteroid.8

Manifestasi klinis

Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.

Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang

menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa

nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan.17,18

Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau fungsi organ vital

timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi ini

dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.

Manifestasi klinisnya sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak

melibatkan sistem saraf pusat, mata, jantung, dan ginjal.16,18

Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah,

atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula bermanifestasi sebagai

keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau organ

seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal

ginjal akut.18 Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum

diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma.9,18 Gejala-gejala yang

tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang

bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan menjadi normal.8

Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis

yang berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah berlangsung

lama.5,16,18

Pendekatan diagnosis anak dengan peningkatan tekanan darah

Anak yang benar-benar mengalami peningkatan tekanan darah harus

diklasifikasikan menjadi salah satu dari dua kemungkinan kategori berdasarkan

manifestasi klinisnya. Kategori I adalah anak-anak dengan peningkatan tekanan

darah yang bermakna dan dengan kemungkinan komplikasi dengan onset akut. Yang

termasuk kategori ini biasanya anak yang lebih muda dengan hipertensi sekunder yang

memerlukan terapi emergensi, terapi terhadap komplikasi yang terjadi, dan terapi

spesifik terhadap penyebab hipertensi. Kategori II adalah anak-anak dengan

peningkatan tekanan darah yang ringan dan dengan kemungkinan komplikasi jangka

panjang yang biasanya adalah anak remaja dengan hipertensi esensial.3

Klasifikasi ini penting baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi.

Algoritma mengenai manajemen anak dengan peningkatan tekanan darah ditampilkan

dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2. Algoritme Untuk Manajemen Anak Dengan Peningkatan Tekanan Darah.3

Penatalaksanaan hipertensi pada anak

Penanganan anak dengan hipertensi ditujukan pada penyebab naiknya tekanan

darah dan mengurangi gejala yang timbul. Kerusakan organ target, kondisi-kondisi

lain yang terjadi bersamaan, serta faktor-faktor risiko juga mempengaruhi keputusan

terapi. Terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis direkomendasikan berdasarkan

usia anak, tingkatan hipertensi, dan respon terhadap terapi.7,10

A. Terapi nonfarmakologis

Pada anak dengan kondisi pre-hipertensi atau hipertensi tingkat 1 terapi

berupa perubahan gaya hidup direkomendasikan. Terapi ini berupa pengontrolan

berat badan, olahraga yang teratur, diet rendah lemak dan garam, pengurangan

kebiasaan merokok pada anak remaja yang merokok, dan tidak mengkonsumsi

alkohol.7 Korelasi yang kuat terdapat pada anak yang memiliki berat badan lebih

dengan peningkatan tekanan darah. Pengurangan berat badan telah terbukti efektif

pada anak obese disertai hipertensi.

Pengontrolan berat badan tidak hanya menurunkan tekanan darah juga

menurunkan sensitivitas tekanan darah terhadap garam, menurunkan risiko

kardiovaskular lain seperti dislipidemia dan tahanan insulin. Pada penelitian tersebut

disebutkan bahwa penurunan indeks massa tubuh 10% menurunkan tekanan darah

dalam jangka waktu pendek sebesar 8 sampai 10 mmHg.7,10,19

Aktivitas fisik yang teratur membantu menurunkan berat badan dan

sekaligus menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Aktivitas fisik tersebut

minimal dilakukan selama 30-60 menit per hari.10,20 Intervensi diet pada anak dapat

berupa ditingkatnya diet berupa sayuran segar, buah segar, serat, dan makanan rendah

lemak, serta konsumsi garam yang adekuat hanya 1,2 g/hari (anak 4-8 tahun) dan 1,5

g/hari untuk anak yang lebih besar membantu dalam manajemen hipertensi.

Pengurangan garam pada anak dan remaja disebutkan dapat mengurangi

tekanan darah sebesar 1 sampai 3 mmHg. Peningkatan masukan kalium, magnesium,

asam folat juga dikaitkan dengan tekanan darah yang rendah.7,10

B. Terapi farmakologis

Indikasi penggunaan terapi farmakologis hipertensi pada anak dan remaja

jika ditemukan keadaan hipertensi yang bergejala, kerusakan organ target (seperti:

hipertrofi ventrikel kiri, retinopati, proteinuria), hipertensi sekunder, hipertensi tingkat

1 yang tidak berespon dengan perubahan gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2.

Tujuan terapi adalah mengurangi tekanan darah kurang dari persentil 95.

Jika terdapat kerusakan organ target atau penyakit yang mendasari, tujuan terapi

adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Dalam memilih terapi farmakologi harus

dipertimbangkan efikasi ketersediaan obat, frekuensi pemberian, efek samping dan

biaya. 7,10,21

Farmakoterapi harus mengikuti tahapan peningkatan dosis obat secara

bertahap. Menggunakan satu macam obat dengan dosis terendah kemudian

meningkatkan dosis sampai efek terapetik terlihat. Bila terdapat efek samping atau dosis

obat maksimal dapat digunakan obat kedua yang memiliki mekanisme kerja berbeda.7

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) (seperti: kaptopril, enalapril,

lisinopril, ramipril) dan Calcium Channel Blocking Agents (seperti: nifedipin,

amlodipin, felodipin, isradipin) adalah obat antihipertensi yang sering digunakan karena

efek sampingnya yang rendah. Diuretika (diuretik tiazid, loop diuretic, dan diuretik

hemat kalium biasanya digunakan sebagai terapi tambahan.

Obat-obatan baru seperti penghambat reseptor angiotensin (seperti: irbesartan)

juga digunakan pada hipertensi yang terjadi pada anak dan remaja. Obat ini mungkin

bisa menjadi pilihan pada anak yang menderita batuk kronik akibat penggunaan

penghambat ACE.

Penghambat reseptor adrenergik (seperti: propanolol, atenolol, metoprolol, dan

labetolol), penghambat reseptor adrenergik, agonis reseptor, vasodilator langsung,

agonis reseptor adrenergik perifer jarang digunakan pada pasien anak karena efek

samping yang ditimbulkannya, akan tetapi obat-obatan ini dapat menjadi pilihan bila

terjadi kegagalan terapi dengan obat-obatan Calcium Channel Blocking Agents,

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors, atau penghambat reseptor angiotensin.7,10,21

Obat-obatan yang digunakan pada anak tercantum dalam tabel 4 di bawah ini.7,10.

Tabel 4. Obat Antihipertensi Untuk Hipertensi Pada Anak 1-17 Tahun Yang Dirawat

Jalan10

Pengobatan pada krisis hipertensi

The Fourth Report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood

pressure in children and adolescents mendefinisikan hipertensi berat bila tekanan

darah melebihi 5 mmHg di atas persentil 99 menurut usia. Krisis hipertensi yaitu

rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda

klinis.10,11 Pendapat lain menyebutkan bahwa hipertensi krisis dapat bersifat

emergensi (HE) yaitu peningkatan TDS atau TDS yang telah atau dalam proses

menyebabkan kerusakan organ dalam beberapa menit-jam atau urgensi (HU) yang

perlu diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-waktu dapat progresif

menjadi hipertensi emergensi.8,11,18 Obat-obatan yang digunakan pada penanganan

hipertensi berat dan krisis hipertensi tercantum dalam tabel 5 di bawah ini.10,21

Tabel 5. Obat Antihipertensi Untuk Manajemen Hipertensi Berat Pada Anak 1-17 Tahun18

Krisis hipertensi yang disertai gejala ensefalopati hipertensif memerlukan pengobatan

dengan antihipertensi intravena untuk mengontrol pengurangan tekanan darah dengan

tujuan terapi menurunkan tekanan darah 25% selama 8 jam pertama setelah krisis

dan secara perlahan-lahan menormalisasikan tekanan darah dalam 26 sampai 48

jam. Krisis hipertensi dengan gejala lain yang lebih ringan seperti sakit kepala berat

atau muntah dapat diobati dengan obat antihipertensi oral atau intravena.

Pengawasan secara berhati-hati dilakukan terhadap reaksi pupil, penglihatan,

kesadaran, dan temuan neurologis. 7,10,18

Sodium nitroprusid, nikardipin, dan labetalol direkomendasikan sebagai obat

intravena yang aman dan efektif karena mudah dititrasi dan dengan toksisitas yang

rendah. Obat lain yang direkomendasikan adalah hidralazin, klonidin, esmolol,

enalaprilat.7,10,18 Nipedipin oral yang diberikan secara sublingual juga

direkomendasikan. Keamanan dan efikasi nipedipin kerja cepat telah terbukti aman

dan hanya menimbulkan sedikit efek samping saat digunakan pada anak dengan

hipertensi yang dirawat inap.22 Obat oral perlu mendapat perhatian khusus karena efek

yang tidak terkontrol dalam penurunan tekanan darah sehingga responnya terhadap

penurunan tekanan darah tidak dapat diprediksi.20

Kesimpulan

Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik

dan/atau tekanan darah diastolik ≥ persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia

dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran. Prevalensinya diperkirakan sebesar 1

sampai dengan 2%.2,3 Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko

terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya

hipertensi pada masa anak mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit

jantung koroner tersebut. Pengobatan hipertensi pada anak terdiri dari terapi non-

farmakologis dan terapi farmakologis. Pengurangan berat badan, aktivitas fisik yang

reguler, dan modifikasi diet merupakan perubahan gaya hidup yang dilakukan

untuk terapi non-farmakologis. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi anak

yaitu: Angiotensin-converting enzymes (ACE) inhibitors, penghambat reseptor

angiotensin, penghambat reseptor-, calcium channel blockers, dan diuretika.

Daftar Pustaka

1. Sorof JM, Lai D, Turner J, Portman RJ. Overweight, ethnicity, and the

prevalence of hypertension in school-aged children. Pediatrics 2004; 113:3:475-82.

2. Adrogue HE, Sinaiko AR. Prevalence of hypertension in junior high school-

aged children: effect of new recommendations in the 1996 updated Task Force

Report. Am J Hypertens 2001; 14:412-4.

3. Varda NM, Gregoric A. A diagnostic approach for the child with hypertension.

Pediatr Nephrol 2005; 20:499-506.

4. Sorof JM, Alexandrov AV, Cardwell G, Portman RJ. Carotid artery intimal-

mediated thickness and left ventricle hypertrophy in children with elevated

blood pressure. Pediatrics 2003; 111:61-6.

5. Hanevold C, Waller J, Daniels S, Portman R, Sorof J, International Pediatric

Hypertension Association. The effect of obesity, gender, and ethnic group on

left ventricle hypertrophy and geometry in hypertensive children: a collaborative

study of the International Pediatric Hypertension Association. Pediatrics 2004;

113:328-33.

6. Schieken RM. Systemic hypertension. Dalam: Allen HD, Clark EB, Gutgessel

HP, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adams Heart Disease in Infants,

Children, and Adolescents Volume Two. Edisi ke-6. Philadelpia: Lippincott

Williams & Willkins; 2001. h.1400-11.

7. Luma GB, Spiotta RT. Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam

Physician 2006; 73:1158-68.

8. Bahrun D. Hipertensi Sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, dan

Pardede SO, penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI; 2002. h.242-90.

9. Guertin SR. Systemic Hypertension. Dalam: Behrman RE, Vaughan VC,

penyunting. Nelson’s Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelpia: WB

Saunders Company; 2002. h.1400-10.

10. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High

Blood Pressure in Children and Adolescents. The Fourth Report on the

Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and

Adolescents. Pediatrics 2004; 114:555-76.

11. Feld LG, Corey H. Hypertension in childhood. Pediatr. Rev. 2007; 28:283-98.

12. Somu S, Sundaram B, Kamalanathan AN. Early detection of hypertension in

general practice. Arch. Dis. Child. 2003; 88:302.

13. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak.

Edisi ke- 2. Jakarta: PT Sagung Seto; 2000. h.174-7.

14. Watkinson M. Hypertension in the newborn baby. Arch. Dis. Child. Fetal

Neonatal Ed. 2002; 86:78-81.

15. Goonasekera CDA, Dillon MJ. Current topic: Measurement and interpretation of

blood pressure. Arch. Dis. Child. 2000; 82:261-5.

16. Gulati S. Hypertension in children. Indian Journal of Pediatrics 2002; 69:1077-81.

17. Croix B, Feig DL. Childhood hypertension is not a silent disease. Pediatr Nephrol

2006; 21:527-32.

18. Adelman RD, Coppo R, Dillon MJ. The Emergency Management of Severe

Hypertension. Pediatr Nephrol 2000; 14:422-27.

19. Williams CL, Hayman LL, Daniels SR, Robinson TN, Steinberger J, Paridon S,

dkk. Cardiovascular health in childhood: a statement for health professionals

from the Committee on Atherosclerosis, Hypertension, and Obesity in the Young

(AHOY) of the Council on Cardiovascular Disease in the Young, American Heart

Association. Circulation 2002; 106:143-60.

20. Krebs NF, Jacobson MS. Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics

2003; 112:424-30.

21. Robinson RF, Nahata MC, Batisky DL, Mahan JD. Pharmacologic Treatment of

Chronic Pediatric Hypertension. Pediatric Drug 2005; 7(1):27-40.

22. Yiu V, Orrbine E, Rosychuk RJ, Maclaine P, Goodyer P, Girardin C, dkk. The

safety and use of short-acting nifedipine in hospitalized hypertensive children.

Pediatr Nephrol 2004; 19:644-50.

HIPERTENSI PADA ANAK

Oleh :

Haris G0007082/ M27-11

Mohandis haki . G0006119/ M12-11

Kuntoro G0006107/ M11-11

Rangga Pragasta SS 205.12.0020/ DU2-2012

KEPANITERAAN KLINIK LAB / UPF ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2012