Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan (Terjemahan)
-
Upload
danny-indrawarman -
Category
Documents
-
view
241 -
download
0
description
Transcript of Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan (Terjemahan)
Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan
Fitur Jurnal diawali dengan sketsa kasus yang menyorot kepada masalah klinis umum. Bukti
yang mendukung dan berbagai strategi yang kemudian disajikan, dilanjutkan dengan
peninjauan pada pedoman formal, yang telah ada. Artikel ini diakhiri dengan rekomendasi
klinis dari penulis.
Seorang wanita 35 tahun yang belum pernah hamil dan memiliki riwayat 5 tahun
hipertensi,dan ingin hamil. Dia telah berhenti menggunakan kontrasepsi. Pengobatan satu-
satunya yang masih digunakan adalah lisinopril dengan dosis 10 mg per hari. Tekanan
darahnya 124/68 mmHg, dan indeks massa tubuh nya (berat dalam kilogram dibagi dengan
tinggi kuadrat dalam meter) adalah 27. Apa yang akan Anda sarankan?
Masalah Klinis
Hipertensi kronis pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah, minimal 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg tekanan diastolik sebelum hamil, atau bagi perempuan yang
pertama kali datang untuk perawatan selama kehamilan, sebelum 20 minggu kehamilan.
Prevalensi hipertensi kronis pada kehamilan di Amerika Serikat diperkirakan setinggi 3% 1
dan telah meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan prevalensi terutama disebabkan oleh
peningkatan prevalensi obesitas,yang merupakan faktor risiko utama untuk hipertensi, serta
penundaan dalam memiliki anak sehingga mencapai usia yang lebih sering mengalami
hipertensi kronis. Oleh karena itu, peningkatan jumlah perempuan yang memasuki kehamilan
dengan resiko hipertensi dan membutuhkan konseling baik mengenai risiko hipertensi kronis
pada kehamilan dan penyesuaian pengobatan antihipertensi sebelum dan selama kehamilan.
Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronis memiliki hasil kehamilan yang baik, tapi
perempuan ini berada pada peningkatan risiko komplikasi kehamilan, dibandingkan dengan
populasi umum. Risiko hasil yang tidak diharapkan akan meningkat dengan tingkat
keparahan hipertensi dan berakhir dengan kerusakan organ.2 Selain itu, beberapa obat anti
hipertensi memiliki risiko terhadap kehamilan dan harus dihentikan sebelum konsepsi.3
Karena hampir 50% dari kehamilan di Amerika Serikat tidak direncanakan,4 penting untuk
menasehati wanita usia reproduktif yang memiliki hipertensi mengenai risikonya, sebagai
bagian dari perawatan rutin.
Wanita dengan hipertensi kronis meningkatkan frekuensi terjadinya preeklampsia (17
sampai 25%,1,5,6 vs 3 sampai 5% pada populasi umum), serta terlepasnya plasenta sebelum
waktunya, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur, dan operasi caesar. Risiko
1
preeklamsia superimposed meningkat dengan semakin lamanya hipertensi.2 Preeklamsia
adalah penyebab utama persalinan prematur dan sesar pada populasi ini.6, 7 Dalam sebuah
penelitian yang melibatkan 861 wanita dengan hipertensi kronis, preeklamsia memberikan
angka kejadian sebesar 22%, dan Kondisi terjadi di hampir setengah perempuan dengan usia
kehamilan kurang dari 34 minggu, lebih awal dari yang menjadi khas pada wanita tanpa
hipertensi di atas. Wanita dengan hipertensi kronis dengan preeklamsia superimposed
meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi yang kecil untuk usia kehamilan6 dan terlepasnya
plasenta sebelum waktunya, dibandingkan dengan wanita dengan hipertensi kronis tanpa
preeklamsia superimposed.
Bahkan tanpa adanya preeklamsia superimposed, wanita dengan hipertensi kronis
memiliki peningkatan risiko hasil yang merugikan.5 Studi yang dilakukan di Kanada,
Amerika Serikat, dan Selandia Baru telah menunjukkan bahwa fetal growth restriction (berat
janin yg diperkirakan atau yang aktual, <10 persentil untuk populasi normal) menyulitkan 10
sampai 20% dari kehamilan tersebut.1, 5,6 Dalam sebuah analisis dari Danish National Birth
Cohort, setelah melakukan penyesuaian pada usia, indeks massa tubuh, status merokok,
paritas, dan diabetes, hipertensi kronis memberikan sekitar lima kali risiko kelahiran
prematur dan peningkatan 50% dalam risiko melahirkan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan.8 Wanita dengan hipertensi kronis memiliki resiko lebih dari dua kali untuk
terjadinya terlepasnya plasenta sebelum waktunya disbanding dengan wanita normotensif
(1,56 % vs 0,58%),9 risiko yang lebih tinggi terjadi pada wanita dengan preeclampsia.2, 9
Hipertensi kronis juga dikaitkan dengan meningkatanya risiko bayi lahir mati.10
Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronis mengalami penurunan tekanan darah
selama kehamilan, mirip dengan yang diamati pada wanita normotensif, tekanan darah turun
menjelang akhir trimester pertama dan naik kembali ke nilai sebelum hamil selama trimester
ketiga.5,11,12 Alhasil, obat antihipertensi sering kali diturunkan selama kehamilan. Namun,
selain itu sebagian dari wanita dengan hipertensi kronis akan berkrmbang menjadi
preeklampsia, yang lain 7% hingga 20% dari wanita yang telah dalam hipertensi yang
semakin parah selama kehamilan tidak menunjukan perkembangannya ke preeclampsia.13
Strategi dan Bukti
Evaluasi sebelum hamil
Perawatan wanita dengan hipertensi kronis harus dimulai sebelum kehamilan untuk
mengoptimalkan rejimen pengobatan sebelum konsepsi dan memfasilitasi konseling
mengenai komplikasi kehamilan yang potensial. Evaluasi sebelum kehamilan pada hipertensi
2
kronis umumnya harus mengikuti pedoman dari Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure 7 (JNC 7) untuk penilaian
kerusakan target organ, rekomendasi yang tidak termasuk modifikasi khusus untuk evaluasi
selama pregnancy.14 rekomendasi tersebut termasuk penggunaan elektrokardiografi dan
penilaian dari glukosa darah, hematokrit, kalium serum, kreatinin, kalsium, dan profil
lipoprotein, serta analisa urin. Mengingat peningkatan risiko preeklampsia pada wanita
dengan hipertensi kronis, evaluasi sebelum hamil juga harus mencakup hitung protein urin
selama 24 jam untuk memudahkan identifikasi terhadap preeklamsia superimposed.
Manifestasi hipertensi pada organ dapat memperburuk prognosis selama kehamilan dan harus
diperhitungkan dalam konseling. Sebagai contoh, adanya proteinuria pada awal kehamilan
meningkatkan risiko preeklamsia superimpose dan fetal growth restriction.2
Pada kebanyakan wanita dengan hipertensi kronis, penyebab gangguan ini belum
diketahui. Angka penyebab yang dapat diidentifikasi dari hipertensi pada wanita usia subur
belum diteliti dengan baik. Evaluasi dari penyebab terjadinya hipertensi umumnya terbatas
pada wanita dengan hipertensi yang resisten terhadap terapi atau obat yang memerlukan
beberapa atau untuk mereka yang memiliki gejala atau tanda-tanda yang menunjukkan
adanya penyebab sekunder, evaluasi dalam kasus tersebut harus mengikuti JNC 7
guidelines.14 Namun, karena pengujian dalam kasus ini mungkin memerlukan penggunaan
radiologi dan karena pengobatan kelainan yang terdeteksi sering meliputi operasi, praktisi
harus mengejar evaluasi tersebut sebelum pembuahan bila memungkinkan.
Pemantauan Preeklamsia
Mengidentifikasi preeclampsia superimpose pada wanita dengan hipertensi kronis
sangat menarik, mengingat bahwa tekanan darah yang tinggi untuk memulai dan beberapa
wanita mungkin memiliki proteinuria. Preeklamsia superimpose harus selalu
dipertimbangkan ketika tekanan darah meningkat pada kehamilan atau ketika ada onset baru
atau peningkatan proteinuria baseline. Sebuah tingkat asam urat yang tinggi juga membantu
untuk membedakan dua kondisi, meskipun ada tumpang tindih dalam tingkat substansial.
Adanya trombositopenia dan nilai yang tinggi pada uji fungsi hati juga dapat mendukung
diagnosis preeklampsia. Baru-baru ini, penanda angiogenik serum dan urin telah dipelajari
sebagai alat bantu mungkin dalam diagnosis preeklampsia superimpose,15 tetapi data saat ini
tidak cukup untuk mendukung penggunaannya dalam populasi ini.
3
Pengobatan Pilihan
Obat anti hipertensi
Alasan utama untuk mengobati hipertensi dalam kehamilan adalah untuk mengurangi
morbiditas ibu terkait dengan hipertensi berat (Tabel 1).
Tabel 1. Terapi farmakologis umum untuk Hipertensi kronis dalam Kehamilan. *
ObatKelas Atau
Mekanisme AksiRentang Dosis Keterangan
MethyldopaTerpusat bertindak
sebagai alpha agonis
250 mg - 1.5 g oral 2x/hari
Sering digunakan sebagai terapi lini pertama
Data jangka panjang menunjukkan keamanan pada keturunannya
LabetololGabungan alpha - dan beta blocker
100 - 1200 mg oral 2x/hari
Sering digunakan sebagai terapi lini pertama
Dapat memperburuk asmaFormulasi intravena tersedia
untuk mengobati keadaan darurat hipertensi
Metoprolol Beta blocker25–200 mg oral
2x/hari
Dapat memperburuk asmaKemungkinan ber hubungan
dengan fetal growth restriction
Beta-blocker lainnya (misalnya, pindolol dan propranolol) telah digunakan dengan aman
Beberapa ahli merekomendasikan menghindari atenolol
Nifedipine (Longacting)
Calcium channel blocker
30–120 mg oral sekali/hari
Penggunaan short-acting nifedipin biasanya tidak dianjurkan, memberkan risiko hipotensi
Calcium channel blocker lainnya telah digunakan dengan aman
HydralazinePeripheral vasodilator
50–300 mg orally in two or
four divided doses
Formulasi intravena tersedia untuk mengobati keadaan darurat hipertensi
Hydrochlorothiazide Diuretik12.5–50 mg oral
sekali/hari
Kekhawatiran sebelumnya tentang peningkatan risiko hasil yang buruk tidak didukung oleh data terbaru
* Penggunaan inhibitor angiotensin converting enzim atau angiotensin-receptor blockers merupakan kontraindikasi pada kehamilan karena risiko cacat lahir dan gagal ginjal janin atau neonatus.
Sebuah meta analisis mencakup 28 percobaan acak membandingkan pengobatan
antihipertensi baik dengan plasebo atau tanpa pengobatan menunjukkan bahwa pengobatan
4
antihipertensi secara signifikan mengurangi risiko hipertensi berat. Namun, pengobatan tidak
mengurangi risiko preeklamsia superimpose, terlepasnya plasenta sebelum waktunya, atau
fetal growth restriction, juga tidak meningkatkan kualitas outcomes neonatal.13
Obat antihipertensi dengan jumlah terbesar dari data mengenai keselamatan janin
adalah metildopa, yang telah digunakan selama kehamilan sejak 1960-an. Dalam satu studi, 16
tidak ada hasil perkembangan buruk yang dilaporkan selama 7,5 tahun follow up antara 195
anak yang ibunya telah menerima metildopa. Dengan demikian, metildopa dianggap sebagai
terapi lini pertama dalam kehamilan dengan banyak guideline groups.17-19 Namun, metildopa
sering menyebabkan mengantuk, yang dapat membatasi tolerabilitas dan memerlukan
penggunaan obat lainnya.
Dalam meta analisis dari percobaan acak membandingkan obat antihipertensi yang
berbeda pada kehamilan, penggunaan beta blocker menghasilkan episode hipertensi berat
yang lebih sedikit dibandingkan penggunaan methyldopa.13 Labetalol, alpha-dan beta receptor
blocker dikombinasi, sering direkomendasikan sebagai yang lain terapi lini pertama18 atau lini
kedua17 untuk hipertensi dalam kehamilan. Meskipun beberapa data dari sebuah asosiasi telah
menyarankan antara fetal growth restriction dan atenolol, 20 temuan ini belum dilaporkan
dengan penggunaan beta blocker-lain atau labetalol, dan apakah hubungan yang diamati ini
disebabkan penggunaan atenolol atau hipertensi yang mendasarinya. Meskipun demikian,
beberapa ahli menganggap bijaksana untuk menghindari penggunaan atenolol selama
pregnancy.18
Long-acting calcium-channel blockers bertindak juga aman pada kehamilan,
meskipun pengalaman penggunaannya lebih terbatas dibandingkan dengan labetalol.21
Diuretik yang lama dianggap dikontraindikasikan pada kehamilan karena kekhawatiran
tentang penurunan volume cairan. Namun, review dari sembilan percobaan acak
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil kehamilan antara wanita
dengan hipertensi yang mggunakan diuretik dan mereka yang tidak menggunakan obat
antihipertensi. 22 Oleh karena itu, beberapa pedoman mendukung kelanjutan dari terapi
diuretik selama kehamilan pada wanita dengan hipertensi kronis yang sebelumnya dirawat
dengan obat obatan tersebut.17, 18
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin receptor blocker
(ARB) dikontraindikasikan pada kehamilan. Penggunaan mereka diparuh kedua kehamilan
telah dikaitkan dengan oligohidramnion (mungkin akibat gangguan fungsi ginjal janin) dan
5
neonatal anuria, kelainan pertumbuhan, hipoplasia tengkorak, dan janin mati.23-26 ACE
inhibitor juga telah dikaitkan dengan efek teratogenik potensial. Dalam sebuah studi kohort
retrospektif yang mencakup wanita yang telah terpapar dengan ACE inhibitor pada trimester
pertama, rasio risiko yang terkait dengan paparan ACE inhibitor, dibandingkan dengan
paparan obat antihipertensi lainnya, adalah 4,0 (95% confidence interval [CI], 1,9-7,3) untuk
cacat jantung dan 5,5 (95% CI, 1,7-17,6) untuk kerusakan sistem saraf pusat.3 Meskipun pada
pengamatan penelitian tidak memungkinkan untuk menyingkirkan perancu oleh faktor-faktor
lain yang terkait dengan penggunaan ACE inhibitor, dianjurkan bahwa wanita yang
menggunakan ACE inhibitor dan, dengan ekstrapolasi, blocker lain dari sistem
reninangiotensin (misalnya, ARB dan inhibitor renin) akan beralih ke kelas lain obat
antihipertensi sebelum pembuahan bila memungkinkan.
Perubahan gaya hidup, termasuk penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas
fisik, telah terbukti untuk mengontrol peningkatan tekanan darah seprti pada orang yang tidak
hamil. Selain itu, indeks massa tubuh meningkat faktor risiko untuk preeclampsia.27 The
American College of Obstetrics and Ginekology merekomendasikan pengurangan berat badan
sebelum hamil pada wanita dengan obesitas.28 Namun, data yang kurang untuk
menginformasikan apakah tindakan tersebut meningkatkan hasil kehamilan khusus pada
wanita dengan hipertensi.
Target Tekanan Darah Pada Kehamilan
Dengan tidak adanya data yang konklusif dari percobaan acak untuk mengarahkan
batasan untuk mengawali obat antihipertensi atau target tekanan darah pada kehamilan,
berbagai pedoman profesional memberikan rekomendasi yang berbeda mengenai indikasi
untuk memulai terapi (mulai dari tekanan darah> 159/89 mm Hg14, 17,29 sampai > 169/109
mm Hg18, 19) dan untuk target tekanan darah untuk wanita yang menerima terapi (mulai
dari <140/90 mm Hg29 sampai <160/110 mm Hg14). Beberapa ahli merekomendasikan
menghentikan obat antihipertensi selama kehamilan, asalkan tekanan darah turun di bawah
batasan tersebut. Bagi wanita yang melanjutkan terapi antihipertensi, penurunan yang agresif
pada tekanan darah harus dihindari. Sebuah meta-analisis dari percobaan acak pengobatan
antihipertensi untuk hipertensi dalam kehamilan dari ringan-sampai sedang (baik kronis dan
terkait kehamilan) menyarankan menyarankan bahwa magnitud yang lebih besar dari
penurunan tekanan darah dikaitkan dengan peningkatan risiko fetal growth restriction.30 Oleh
karena itu, sebelum hamil dosis obat antihipertensi mungkin perlu dikurangi, terutama pada
6
trimester kedua, ketika tekanan darah biasanya jatuh sehubungan dengan tingkatan sebelum
hamil atau selama trimester pertama.
Pencegahan Preeklampsia
Preeklampsia superimpose ini memberikan hasil kehamilan yang buruk yang terkait
dengan hipertensi kronis, banyak wanita menanyakan apakah ada terapi dapat menurunkan
resiko ini. Besar, percobaan plasebo secara acak, terkontrol telah menunjukkan tidak ada
penurunan yang signifikan dalam risiko preeklampsia yang terkait dengan penggunaan
aspirin dosis rendah, 31 suplementasi kalsium, 32 atau suplemen antioksidan dengan vitamin C
dan E, 33 meskipun metaanalyses studi lebih kecil menyarankan adanya manfaat. 34,35
Pengawasan Janin
Upaya untuk memantau wanita hamil dan janin mereka untuk komplikasi dapat
meliputi kunjungan prenatal yang lebih sering untuk wanita dengan hipertensi kronis
daripada wanita yang tanpa kondisi ini. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk memantau
erat wanita untuk komplikasi hipertensi kronis dengan mengukur tekanan darah dan protein
urin. Karena kehamilan tersebut memiliki kemungkinan peningkatan terjadinya fetal growth
restriction, dianjurkan unutk mengevaluasi pertumbuhan janin. Banyak dokter kandungan
melengkapi evaluasi reguler tinggi fundus dengan ultrasonografi untuk estimasi berat janin,
dimulai pada trimester ketiga awal dan terus pada interval 2 sampai 4 minggu, tergantung
pada tekanan darah ibu, obat, komplikasi, dan temuan pada pencitraan sebelumnya.
Meskipun data dari populasi berisiko rendah menunjukkan bahwa USG dan evaluasi tinggi
fundus telah menunjukkan hasil yang sama untuk mendeteksi restriksi pertumbuhan,36
ultrasonografi juga menilai volume cairan ketuban dan gerakan janin dan denyut jantung
janin (profil biofisik), evaluasi yang mungkin berguna sehubungan dengan risiko yang terkait
dengan hipertensi kronis pada kehamilan.
Mengingat peningkatan risiko bayi lahir mati pada ibu dengan hipertensi,10
pengawasan kesejahteraan janin juga disarankan oleh beberapa ahli, meskipun orang lain
menyarankan membatasi pengujian tersebut untuk kehamilan dengan komplikasi, seperti
restriksi pertumbuhan atau preeclampsia.17, 18 Pengujian juga dapat mencakup evaluasi pola
dan variabilitas denyut jantung janin (nonstress testing). Komplikasi ibu (misalnya,
preeklamsia atau hipertensi yang memburuk), hasil uji nonreassuring janin, atau
kekhawatiran tentang restriksi pertumbuhan janin seringkali mengindikasikan untuk kelahiran
7
prematur. Dokter harus mempertimbangkan risiko morbiditas janin terkait dengan persalinan
prematur memberikan risiko komplikasi ibu dan janin dari manajemen lanjutan kehamilan.
Pada wanita dengan hipertensi kronis tanpa komplikasi tambahan, persalinan sering
direncanakan dekat tanggal perkiraan, meskipun kebutuhan untuk intervensi tersebut belum
pasti apakah hasil pengujian meyakinkan dan pertumbuhan janin normal.
Menyusui
Menyusui harus dianjurkan pada wanita dengan hipertensi kronis, termasuk mereka
yang membutuhkan obat-obatan. Kendati agen antihipertensi sebagian besar dapat dideteksi
dalam ASI, kadar pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan plasma ibu.37 Ini yang
relatif dalam tingkat rendah dan data pengamatan dari sejumlah wanita yang menerima obat
saat menyusui telah dipimpin American Academy of Pediatrics untuk label obat yang paling
antihipertensif, termasuk ACE inhibitor, sebagai "biasanya cocok" dengan ibu menyusui.38
Sejak laporan kasus telah dijelaskan lesu dan bradikardi pada bayi baru lahir yang disusui
oleh ibu menggunakan atenolol, American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar
atenolol digunakan "dengan hati-hati". Tidak seperti obat yang terkenal lainnya beta-
blockers, seperti metoprolol. Karena data yang kurang sehubungan dengan penggunaan ARB
dan menyusui, dianjurkan bahwa obat lain dipertimbangkan untuk mengobati hipertensi pada
wanita menyusui. Rekomendasi dari Society of Obstetricians and Gynaecologists Kanada
dicatat bahwa penggunaan long-acting nifedipin, labetalol, metildopa, captopril, enalapril
dapat digunakan selama menyusui.21
Area Ketidakpastian
Data dari percobaan acak untuk menginformasikan pengobatan wanita dengan
hipertensi kronis pada kehamilan terbatas, termasuk apakah wanita dengan hipertensi ringan
sampai sedang harus menerima pengobatan antihipertensi, yang menargetkan tekanan darah
harus digunakan pengobatan, dan obat antihipertensi yang superior untuk digunakan dalam
kehamilan. The Control of Hypertension in Pregnancy Study (CHIPS, ClinicalTrials.gov
nomor, NCT01192412) adalah uji coba secara acak yang sedang berlangsung yang
melibatkan wanita dengan hipertensi kronis atau hipertensi kehamilan terkait yang
membandingkan kontrol "kurang ketat" (target tekanan darah diastolik, 100 mm Hg) dengan
kontrol "ketat" (target tekanan darah diastolik, 85 mm Hg) sehubungan dengan hasil ibu,
janin, dan neonatus.39 Penyelesaian studi diharapkan pada tahun 2013. Studi prospektif
8
tambahan diperlukan untuk menilai hasil ibu dan janin terkait dengan penggunaan terapi
antihipertensi yang berbeda dan target tekanan darah. Jangka panjang tindak lanjut dari kedua
ibu dan anak ini juga dibenarkan, terutama mengingat meningkatnya bukti bahwa lingkungan
di dalam rahim mempengaruhi kesehatan kemudian outcomes.40
Pedoman
Pedoman untuk pengelolaan kehamilan pada wanita dengan hipertensi kronis telah
diterbitkan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists, 18 Society of
Obstetricians and Gynaecologists Kanada, 41 the Working Group of the National High Blood
Pressure Education Program, 17 dan the Australasian Society for the Study of Hypertension in
Pregnancy 29 (Tabel 2). Pedoman ini semua menekankan pentingnya perencanaan
prakonsepsi dan manajemen, merekomendasikan bahwa ACE inhibitor dihindari dalam
kehamilan, dan menekankan pengalaman panjang mendukung keamanan metildopa selama
kehamilan. Namun, pedoman yang berbeda menunjukkan ambang batas yang berbeda untuk
pengobatan antihipertensi dan berbeda dalam rekomendasi mengenai obat-obatan tertentu,
termasuk apakah mereka mendukung penggunaan atenolol pada kehamilan.
9
Tab
el 2
. Ped
oman
Pen
goba
tan
anti
hip
erte
nsi u
ntuk
Hip
erte
nsi k
roni
s da
lam
Keh
amil
an. *
Au
stra
lasi
an29
(20
00)
Men
yeli
diki
pot
ensi
pe
nyeb
ab h
iper
tens
i se
kund
erJi
ka a
nali
sa u
rin
posi
tif
untu
k pr
otei
n, m
aka
24
jam
pro
tein
uri
n an
alis
is
atau
pen
guku
ran
spot
pr
otei
n-to
-kre
atin
in
rasi
o ur
in, p
engu
jian
gl
ukos
a da
rah,
el
ektr
olit
, dan
fun
gsi
ginj
al (
mis
alny
a,
krea
tini
n se
rum
dan
as
am u
rat)
Per
laku
kan
jika
teka
nan
dara
h> 1
70 m
m H
g si
stol
ik a
tau>
110
mm
H
g di
asto
lik
Tar
get y
ang
disa
rank
an
adal
ah 1
20-1
40 m
m H
g si
stol
ik d
an d
iast
olik
80-
90 m
m H
g ji
ka ti
dak
ada
efek
sam
ping
yan
g ti
dak
sem
esti
nya
Pri
orit
as ti
dak
ditu
njuk
kan,
ta
pi a
gen
yang
terd
afta
r da
pat d
iter
ima
term
asuk
m
etil
dopa
, lab
etal
ol,
clon
idin
e, h
ydra
lazi
ne,
aten
olol
, dan
oxp
reno
lol
Hin
dari
inhi
bito
r A
CE
†
* A
CE
men
anda
kan
angi
oten
sin-
conv
erti
ng e
nzym
e, A
CO
G A
mer
ican
Col
lege
of
Obs
tetr
icia
ns d
an G
ynec
olog
ists
, AR
B a
ngio
tens
in-r
ecep
tor
bloc
ker,
JN
C 7
Kom
ite
Nas
iona
l B
ersa
ma
Pen
cega
han,
Det
eksi
, Eva
luas
i, da
n P
enan
gana
n T
ekan
an D
arah
Tin
ggi 7
, dan
NH
BP
EP
Nas
iona
l Tek
anan
Dar
ah T
ingg
i Pro
gram
Pen
didi
kan
.†
Ped
oman
ters
ebut
dik
elua
rkan
seb
elum
pen
gaku
an lu
as d
ari e
fek
mer
ugik
an d
ari A
RB
s pa
da ja
nin.
Can
adia
n41
(20
08)
Not
spe
cifi
ed
Per
laku
kan
jika
teka
nan
dara
h> 1
59 m
m H
g si
stol
ik a
tau>
109
mm
H
g di
asto
lik
untu
k m
enur
unka
n ri
siko
ibu
Tar
get y
ang
disa
rank
an
<15
6 m
m H
g si
stol
ik
dan
<10
6 m
m H
g di
asto
lik,
teta
pi p
ada
pasi
en d
enga
n fa
ktor
ri
siko
kar
diov
asku
lar,
<
140
mm
Hg
sist
olik
da
n <
90 m
m H
g di
asto
lik
Pal
ing
seri
ng d
igun
akan
, m
etil
dopa
dan
labe
talo
l, pe
nggu
naan
dit
erim
a,
beta
bloc
kers
lain
dan
ca
lciu
m c
hann
el b
lock
ers
Hin
dari
inhi
bito
r A
CE
dan
A
RB
s
JNC
714
(20
03)
Men
ilai
unt
uk p
enye
bab
seku
nder
dan
ada
nya
keru
saka
n ta
rget
org
an
Mel
anju
tkan
pen
goba
tan
jika
ada
targ
et-o
rgan
ke
rusa
kan
atau
pe
rsya
rata
n se
belu
mny
a un
tuk
agen
an
tihi
pert
ensi
beb
erap
a un
tuk
kont
rol b
lood
pr
essu
reJi
ka o
bat d
ihen
tika
n,
rein
stit
ute
jika
teka
nan
dara
h ad
alah
150
-160
m
m H
g si
stol
ik a
tau
100-
110
mm
Hg
dias
toli
k
Met
ildo
pa d
isuk
ai o
leh
bany
ak d
okte
r, d
enga
n la
beta
lol s
emak
in d
isuk
ai
kare
na e
fek
sam
ping
be
rkur
ang
Hin
dari
inhi
bito
r A
CE
dan
A
RB
s
NH
BP
EP
Wor
kin
g G
rou
p17
(20
00)
Pad
a w
anit
a de
ngan
riw
ayat
hi
pert
ensi
sel
ama
bebe
rapa
tahu
n,
men
geva
luas
i ker
usak
an
targ
etor
gan,
term
asuk
hi
pert
rofi
ven
trik
el k
iri,
reti
nopa
ti, d
an p
enya
kit
ginj
al
Per
tim
bang
kan
lent
ik o
bat
anti
hipe
rten
si d
an d
osis
re
inst
itut
e at
au
men
ingk
at ji
ka te
kana
n da
rah>
150
-160
mm
Hg
sist
olik
ata
u> 1
00-1
10
mm
Hg
dias
toli
k
Met
ildo
pa d
isuk
ai o
leh
bany
ak d
okte
r, d
enga
n la
beta
lol a
lter
nati
fH
inda
ri in
hibi
tor
AC
E †
AC
OG
18 (
2001
)
Per
tim
bang
kan
peng
ujia
n kr
eati
nin,
nit
roge
n ur
ea
dara
h, u
rin
24 ja
m
prot
ein
dan
bers
ihan
kr
eati
nin,
asa
m u
rat,
bers
ama
deng
an
elek
trok
ardi
ogra
fi,
ekok
ardi
ogra
fi,
pem
erik
saan
op
htha
lmol
ogic
, dan
gi
njal
ult
raso
nogr
afi
Eva
luas
i unt
uk p
enye
bab
seku
nder
di h
adap
an
suge
stif
den
gan
geja
la
Per
laku
kan
jika
teka
nan
dara
h ≥
180
³ mm
Hg
sist
olik
ata
u ³ ≥
110
mm
H
g di
asto
lik
untu
k ke
pent
inga
n ib
uH
iper
tens
i rin
gan
(140
-179
m
m H
g si
stol
ik a
tau
90-
109
mm
Hg
dias
toli
k)
bias
anya
tida
k m
emer
luka
n pe
ngob
atan
fa
rmak
olog
isJi
ka o
bat y
ang
mer
unci
ng,
rest
art j
ika>
150
-160
m
m H
g si
stol
ik a
tau>
10
0-11
0 m
m H
g
Per
tam
a-li
ne, m
etil
dopa
at
au la
beta
lol
Hin
dari
inhi
bito
r A
CE
pa
da tr
imes
ter
kedu
a da
n ke
tiga
†
Var
iab
le
Eva
luas
i seb
elum
keh
amil
an
Tek
anan
dar
ah ti
ngka
t un
tuk
peng
obat
an d
an
tuju
an
Pen
goba
tan
10
Kesimpulan dan Rekomendasi
Wanita dengan hipertensi yang dijelaskan dalam sketsa itu harus diberi konseling
untuk menggunakan kontrasepsi sampai ia telah mengalami melakukan evaluasi sebelum
hamil, termasuk penilaian kerusakan akhir organ, evaluasi untuk identifikasi penyebab
hipertensi, jika disarankan oleh riwayat medisnya, pemeriksaan fisik, atau laboratorium
pengujian, dan penyesuaian terapi antihipertensi. Jika penyebab reversibel hipertensi yang
teridentifikasi, maka harus ditangani sebelum kehamilan. Sebelum mencoba untuk hamil,
pasien harus mengganti ACE inhibitor dengan obat antihipertensi lain yang dianggap aman
dalam kehamilan (metildopa, labetalol, atau long-acting calcium channel blocker-), dan dia
harus diberi konseling mengenai pengurangan berat badan. Meskipun beberapa pedoman
merekomendasikan penggunaan lini pertama metildopa atas dasar catatan keamanan yang
panjang, kita umumnya akan menggunakan labetalol untuk pertama kali, karena data juga
mendukung keamanan, dan dalam prakteknya kita menemukan itu menjadi lebih efektif dan
memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan metildopa.
Pasien harus diikuti selama kehamilan dan dididik mengenai potensi risiko hipertensi
kronis pada kehamilan. Karena dia memiliki sejarah 5 tahun hipertensi, ia berada pada
peningkatan risiko untuk preeklampsia superimposed. 2 Dengan tidak adanya rekomendasi
definitif sehubungan dengan optimal target tekanan darah selama kehamilan, kami bertujuan
untuk menyesuaikan obat untuk menjaga tekanan darah antara 130/80 mmHg dan 150/100
mmHg. Mengingat kebutuhan untuk perencanaan hati-hati prakehamilan dan untuk
perawatan terkoordinasi selama dan setelah kehamilan untuk wanita dengan hipertensi kronis
selama tahun-tahun reproduksi mereka, kami sarankan perawatan interdisipliner yang
melibatkan dokter yang terlatih dalam obstetri dan ginekologi dan mereka yang terlatih dalam
kedokteran internal atau keluarga.
11