DKI Kronis

29
Penyakit Dermatitis Kontak Iritan dan Pengobatannya Teofanus Delphine Halim 102013082/D1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510 Telepon : 021-5694 2061 Pendahuluan Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar dan berfungsi salah satunya sebagai pelindung. Setiap harinya kulit terpajan berbagai objek (makhluk hidup/benda/zat kimia) dari aktivitas yang dilakukan manusia. Hal ini dapat menimbulkan berbagai keluhan mengenai kulit salah satunya dermatitis kontak iritan (DKI). Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen (bahan – bahan iritan) ataupun faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik atau oligomorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. 1 Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik. 2 1

description

dki

Transcript of DKI Kronis

Penyakit Dermatitis Kontak Iritan dan PengobatannyaTeofanus Delphine Halim102013082/D1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510Telepon : 021-5694 2061PendahuluanKulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar dan berfungsi salah satunya sebagai pelindung. Setiap harinya kulit terpajan berbagai objek (makhluk hidup/benda/zat kimia) dari aktivitas yang dilakukan manusia. Hal ini dapat menimbulkan berbagai keluhan mengenai kulit salah satunya dermatitis kontak iritan (DKI).Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen (bahan bahan iritan) ataupun faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik atau oligomorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.1Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik.2Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan karena penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan bahan iritan serta munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis muncul segera setelah pajanan dan tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan kuantitas, konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut.3Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai dermatitis kontak iritan secara lengkap.

KasusSeorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan kedua tangan gatal sejak 2 minggu lalu. Makin lama gatal semakin parah,disertai perih dan kemerahan. Kulit tangan juga menjadi kering. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang pembantunya pulang.

AnamnesisAnamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala hal yang diceritakan oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh seorang dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-anamnesis/hetero-anamnesis). Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter biasanya akan menanyakan identitas dan keadaan pasien meliputi:41. Nama lengkap2. Jenis kelamin3. Umur4. Tempat tanggal lahir5. Alamat tempat tinggal6. Status perkawinan7. Pekerjaan8. Suku bangsa9. Agama10. Pendidikan

Hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien. Riwayat pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa penting pasien dimulai dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makanan, riwayat pendidikan dan masalah keluarga.4Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan riwayat sosial.4Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita merasakan keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah:41. Tempat2. Kualitas penyakit3. Kuantitas penyakit4. Urutan waktu5. Situasi6. Faktor yang memperberat atau yang mengurangi7. Gejala-gejala yang berhubungan

Keluhan pada penyakit kulit biasanya antara lain:1. Gatal Pertama perlu dilakukan identifikasi lokasi dari rasa gatal tersebut. Tanyakan pula sejak kapan merasakan perasaan gatal tersebut dan perlu ditanyakan apakah gatal tersebut hilang timbul atau gatal terus menerus? Jika hilang timbul kapan merasa paling tidak gatal dan kapan paling gatal? Atau misalnya saat melakukan apa pasien merasa lebih baik, misalnya pada saat mandi pasien merasa lebih baik. Karena pasien merupakan ibu rumah tangga yang pembantunya pulang perlu ditanyakan pula adakah kegiatan atau rutinatas yang berubah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dari tidak pernah mencuci baju, setelah pembantu pulang menjadi setiap hari mencuci baju sendiri dan bisa juga kegiatan-kegiatan lain seperti mengepel, mencuci piring dan kegiatan-kegiatan rumah tangga lainnya yang biasanya dikerjakan oleh pembantu dan sekarang dikerjakan sendiri oleh pasien.

2. Bercak Bila ada bercak tanyakan pula lokasinya dan apa warnanya. Selain itu tanyakan pula apakah bercak tersebut bersisik? Jika bercak tersebut berwarna putih tanyakan apakah ada rasa baal? Lalu bila bercak tersebut berwarna tanyakan apakah ada rasa gatal atau tidak enak pada bercak tersebut dan tanyakan pula ukuran bercak tersebut pada awalnya, membesar atau tidak, ada dimana saja pada awalnya, adakah pertambahan bercak ditempat lain. Dikarenakan pasien mengeluh gatal-gatal pada awalnya, tanyakan pula apakah gatal-gatalnya digaruk sehingga menimbulkan bercak kemerahan lalu tanyakan pula perasaan perih yang dirasakan dimana lokasinya dan apakah perasaan perih tersebut ada dari awal atau terjadi setelah digaruk oleh pasien.

Pada kasus ini keluhan utama yang dirasakan pasien adalah gatal-gatal pada kedua tangannya sejak 2 minggu lalu disertai kemerahan dan rasa perih.

Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. Riwayat penyakit keluarga merupakan segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak antar anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor sosial keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita. Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan, perkawinan, tanggungan keluarga, dan lain-lain. Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang dihadapi pasien.4 Pada kasus ini harus ditanyakan pula apakah dahulu sebelum ada pembantu sudah sering melakukan pekerjaan rumah tangga, serta tanyakan pula tentang urutan kejadian dan apa saja yang pasien lakukan sebelum pasien merakan gatal-gatal disertai kemerahan dan nyeri pada tangannya.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnesis. Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien saat pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan pada kesadaran pasien, tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan), keadaan sakit,gizi dan aktivitasnya baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.4 Setelah pemeriksaan ini dilakukan maka dapat biasanya dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada bagian yang dikeluhkan. Namun pada kasus menganai kulit cukup dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi saja.4

Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan cahaya yang cukup sementara pasien berbaring telentang. Pertama dengan mata telanjang, kemudian dengan kaca pembesar dan dapat dilakukan pemeriksaan medis umum bila relevan. Pada inspeksi, diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan efloresensi yang khusus.51. Ukuran5 Miliar : sebesar kepala jarum pentul. Lentikular: sebesar biji jagung. Numular: sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah. Plakat: en plaque, lebih besar dari numular.2. Susunan kelainan/bentuk5 Liniar: seperti garis lurus. Sirsinar/anular: seperti lingkaran. Arsinar: berbentuk bulan sabit. Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung. Korimbiformis: susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya.3. Bentuk lesi5 Teratur: misalnya bulat, lonjong, seperti ginjal dan sebagainya. Tidak teratur: tidak mempunyai bentuk yang teratur.Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yaitu pemeriksaan dengan meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak dan jari tangan. Dengan palpasi kita dapat menentukan bentuk; besar; tepi; permukaan; konsistensi organ; adanya tanda-tanda radang akut atau tidak misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional maupun generalisata.6,5 Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol-benjol; konsistensi lunak, keras, kenyal, kistik atau berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan dengan tumpul atau tajam.6

Dalam kasus kelainan kulit, perlu untuk memeriksa kelainan kulit pada pasien. Kelainan kulit bisa berupa ruam, ulkus, benjolan, dan sebagainya:6a. MakulaDaerah perubahan warna kulit yang berbatas jelas dengan kulit normal tanpa tonjolan atau lekukan kulit disekitarnya.b. PapulaLesi menonjol padat dengan diameter 0,5cm.d. TumorIstilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.e. Plak Penonjolan di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2cm atau lebih.f. IndurasiPapula atau plak berbentuk lingkaran atau memiliki puncak yang datar, berwarna merah pucat yang menghilang dalam beberapa jam.g. Pustula Penonjolan kulit berbatas tegas yang berisi eksudat purulen atau vesikel yang berisi nanah.h. Vesikula/bullaLesi menonjol berbatas tegas yang berisi cairan. Vesikula memiliki diameter 0,5 cm.i. UlkusLesi yang menunjukkan kerusakan epidermis dan dermis.j. Kista Rongga tertutup yang berisi cairan atau bahan semi-padat.

Selain itu, perlu juga diperiksa apakah terdapat perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari proses primer misalnya:6a. SkuamaLapisan deskuamasi dari stratum korneum.b. KrustaSerum, darah, atau eksudat purulen yang mengering.c. ErosiDaerah lekukan berbatas tegas akibat hilangnya epidermis, suatu kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan tidak melampaui stratum basal. d. LikenifikasiPenebalan kulit akibat sering digosok atau digaruk yang menyebabkan semakin jelasnya garis-garis kulit normal.e. Atrofi Atrofi epidermal disebabkan karena berkurangnya lapisan sel epidermal. Atrofi dermal terjadi akibat berkurangnya jaringan ikat dermal.f. ParutLesi yang terbentuk akibat kerusakan dermal.g. EkskoriasiEkskavasi superfisial epidermis akibat garukan. Bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. Ekskoriasi merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai stratum papilare.h. FisuraCelah kulit berupa garis yang terasa nyeri.

Pada pemeriksaan fisik juga perlu ditentukan apakah ada perluasan ataupun pola distribusi (simetris atau asimetris, daerah pajanan, tempat tekanan, lipatan kulit), serta bagaimana warna dan bentuk lesi (bulat, lonjong).7Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria untuk dermatitis kontak iritan sebagai berikut:1. Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk vesikel2. Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh3. Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit4. Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan1,2

Pemeriksaan PenunjangTidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontakiritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapatbeberapa tes yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan DKI. Tidak ada spesifik tes yang dapat memperlihatkan efekyang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari efekberbagai iritan.7

1. Patch TestPatch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasiyang digunakan harus tepat. Jika terlalu sedikit, dapat memberikan hasilnegatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan jika terlalu tinggi dapatterinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah 48jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dapat kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jikahasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosissebagai DKI, Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis,dengan dermatitis kontak yang rekuren.

2. Kultur BakteriKultur bakteri dapat dilakukan pada kasus-kasus komplikasi karena adanya infeksi sekunder oleh bakteri.

3. Pemeriksaan KOHDapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikologi pada infeksi jamur superfisial seperti infeksi candida, pemeriksaan ini bergantung dari tempat dan morfologi dari lesi.

Working DiagnosisBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan, maka dapat ditentukan diagnosis dari kasus diatas adalah dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis kontak iritan kumulatif.Dermatitis umumnya memiliki effloresensi yang sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang telah disebutkan, yaitu faktor individu (misalnya ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain), faktor lingkungan (misalnya suhu dan kelembabab udara, oklusi).

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retal seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Keluhan penderita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.

DKI kronis sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan ditangan dibandingkan dengan di bagian lain tubuh. Contoh pekerjaan yang beresiko tinggi untuk DKI kronis yaitu: tukang cuci, kuli bangunan, montir di bengkel, kuru maska, tukang kebun, penata rambut.1

Gambar No. 1 Dermatitis Kontak Iritan6Differential DiagnosisDermatitis Kontak Alergik (DKA)1Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangan peka (hipersensitif). Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi data baru dari inggris dan amerika serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi berkisar antara 50 sampai 60 persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada DKA akibat kerja.

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (