Hipertensi
-
Upload
randy-anindito -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of Hipertensi
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
STATUS
PASIEN
Nama Dokter Muda : Moch.Novad Arsandy
Nama Pasien : Tn.M
Jl. Cempaka Putih Tengah I, No.1 Jakarta Pusat
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.M
Usia : 67 tahun
Berat Badan : 80 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan
Tanggal Kunjungan : 8 Agustus 2011
Diagnosa Masuk : Hipertensi
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sakit di seluruh bagian kepala
Keluhan Tambahan :
Batuk dan nyeri saat menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sakit di seluruh bagian kepala. Kadang-kadang
merasakan pusing dan leher belakang terasa tegang. Pasien juga mengeluhkan batuk kering
dan nyeri pada saat menelan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mempunyai riwayat darah tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mempunyai riwayat penyakit gula, Serta ibu pasien mempunyai riwayat
darah tinggi.
Riwayat Psikososial
Sehari-hari pasien menghabiskan 4 bungkus rorok, dan mengkonsumsi kopi hingga 6
gelas perhari. Pasien mempunyai pekerjaan sebagai penjual sepatu. Pasien mengaku jarang
berolahraga dan makan tidak teratur.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Kompos Mentis
Keadaan Umum: Sakit sedang
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 170/100 mmHg
- Nadi : 76x/menit
- Pernapasan : 19 x/menit
- Suhu : 36,80 C
STATUS GENERALIS
KEPALA : Normosefal, rambut putih, lurus.
TELINGA : Tidak ada cairan yang keluar baik kiri maupun kanan
HIDUNG : Tidak ada septum deviasi, tidak hiperemi, tidak ada pendarahan
MATA : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik baik kiri maupun kanan
MULUT : Bibir agak kering, tidak anemis, tidak sianosis, faring hiperemis, tonsil
T0/T0.
THORAX : Bentuk dada simetris.
Paru : Pergerakan simetris, tidak ada wheezing maupun ronki.
Jantung : Tidak ada suara tambahan.
ABDOMEN : Bentuk abdomen rata, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba pembesaran.,
lien tidak teraba pembesaran, bising usus normal, suara timpani.
EKSTREMITAS : Tidak ada deformitas, tidak ada keterbatasan gerak, kekuatan motorik
baik, kecuali kaki kiri susah di bengkokkan.
DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi grade 2
TERAPI
Medikamentosa :
- Diuretik tiazid dan penyekat β
- Diuretik tiazid dan penghambat ACE
- Penyekat β dan antagonis kalsium
- Antagonis kalsium dan penghambat ACE
- Penghambat ACE dan penyekat α
- Penyekat α dan antagonis kalsium
Non-medikamentosa :
- Penurunan berat badan
- Menghindari minuman beralkohol
- Latihan fisik secara teratur
- Berhenti merokok
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
I. Definisi
Hipertensi adalah Keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg siastolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang makan obat anti hipertensi tetapi ada juga yang disebut hipertensi sistolik
terisolasi (HST) apabila TDS 140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg.
II. Epidemiologi
Sampai saat ini prevalensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan
tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar 14,3% dan
meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung
di Indonesia.
Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada studi
individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat
rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler.
III. Etiologi
Hipertensi Primer
Hipertensi Primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan
merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak
penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung
dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung
meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun
mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-
perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa
tahun setelah kecenderungan ke arah sana di mulai. Pada saat tersebut, beberapa
mekanisme fisiologis kompensasi sekunder telah di mulai sehingga kelainan dasar
curah jantung atau resistensi perifer tidak diketahui dengan jelas. Pada hipertensi
yang baru mulai curah jantung biasanya normal atau sedikit meningkat dan resistensi
perifer normal.
Hipertensi Sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti di bawah ini:
Penyakit Parenkim Ginjal (3%)
Penyakit renovaskular (1%)
Endokrin (1%)
Sindrom Cushing
Hiperplasia Adrenal Kongenital
Feokromositoma
Koarktasio Aorta
Kaitan dengan Kehamilan
Akibat Obat
IV. Patogenesis
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung
menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan factor neurohumoral yang
ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik).
Rangsangan simpatik dan aktivasi system RAA memacu mekanisme Frank-
Starling melalui peningkatan volume diastolic ventrikel sampai tahap tertentu dan
pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan
fungsi sistolik)
Iskemik miokard (asimtomatik, angina pectoris, infark jantung, dll) dapat
terjadi karena terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia
miokard dan gangguan fungsi endotel merupakan factor utama kerusakan miosit
pada hipertensi.
Evaluasi pasien hipertnsi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk:
- Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder
- Menetapkan keadaan pra pengobatan
- Menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau faktor
yang akan berubah karena pengobatan
- Menetapkan kerusakan organ target
- Menetapkan factor risiko PJK lainnya
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks
postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi
ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergic dan
vasokonstriksi adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan
selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi
juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin
plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak
mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan di atas
bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output),
penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl
kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan
penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
V. Gejala Klinik
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada penurunan stroke umumnya
kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan
oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa
melayang (dizzy) dan impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat capek, sesak nafas,
sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kai
atau perut. Gangguan vascular lainnya adalah epistaksis, hematuria,
pandangan kabur karena perdarahan retina, transient serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipisia, poliuria,
dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB
dengan emosi yang labil pada sindro Cushing. Feokromositoma dapat
muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak
keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
VI. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis dimulai dengan meilai keadaan umum: memperhatikan
keadaan khusus seperti: Cushing, feokromositoma, perkembangan tidak
proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada
koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di tangan kiri dan tangan kanan
saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener-Barker
sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arterikarotis
untuk menilai stenosis atau oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk
menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung.
Pengukuran Tekanan Darah
Pasien dibiarkan istirahat dalam kamar yang tenang, kurang lebih selama
5-10 menit. Beberapa jam sebelumnya tidak dibenarkan minum zat
perangsang seperti the, kopi, dan minuman ringan yang mengandung kafein.
Karet lingkar lengan sfigmamometer memiliki ukuran lebar 12,5 cm dan harus
menutup paling sedikit 2/3 bagian atass lengan, karena karetyang lebih kecil
dengan cakupan yang kecil akan memberikan angka yang lebih tinggi. Pada
peasien gemuk barangkali perlu menggunakan karet untuk yang lebih lebar di
lengan atas sebagai pengganti ukuran standar. Pasien duduk dengan lengan
setinggi jantung. Rabalah denyut nadi radialis pada sisi ipsilateral dan
kembangkan karet sfigmamometer secara bertahap sampai tekanan sistolik 20
mmHg diatas titik dimana denyut nadi radialis menghilang. Auskultasilah
pada arteri brakialis dan kempiskan karet kurang lebih 2 mmHg per detik,
catat titik pertama pulsasi yang terdengar yang merupakan tekanan darah
sistolik dan titik dimana bunyi pulsasi menghilang yang sekarang secara
universal diakui sebagai tekanan diastolik.
Modifikasi gaya hidup
Semua pasien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu di
nasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan,
asupan garam (total <5 gr/hari), asupan lemak jenuh dan alcohol (pria <21 unit
dan perempuan <14 unit per minggu), banyak makan buah dan sayuran, tidak
merokok, dan berolahraga secara teratur; semua ini terbukti dapat merendahkan
tekanan darah dan dapat menurunkan penggunaan obat-obatan. Bagi penderita
hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi, pengaruh perubahan ini dapat
dievaluasi dengan [engawasan selama 4-6 bulan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gray, Huon, H. Lecture Notes Kardiologi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta: 2002.
2. Sudoyo, Aru, W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi Keempat. FKUI.
Jakarta: 2007.
3. Sherwood, Lauralee Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta : 2001