hijauan makanan ternak

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Di samping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung produksi ternak terutama ternak ruminansia yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak. 1

description

Tugas ilmu pakan dan nutrisi hewan

Transcript of hijauan makanan ternak

Page 1: hijauan makanan ternak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70%

dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut,

aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini

menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila

pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka

produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Di samping pengaruhnya yang besar

terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi

yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-

80% dari keseluruhan biaya produksi.

Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan

ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan

kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak

sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung

produksi ternak terutama ternak ruminansia yang setiap harinya

membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.

Pakan hijauan adalah bahan yang berfungsi sebagai sumber serat atau

sekaligus sebagai sumber vitamin. Untuk memperoleh HMT pada umumnya

peternak mencari di lapangan yang ketersediaannya tergantung pada musim.

Di samping itu peternak juga melakukan penanaman HMT terutama yang

memiliki jumlah ternak banyak sehingga tidak hanya mengandalkan

pencarian di alam. HMT bisa berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput

dan daun-daunan. Limbah pertanian mempunyai potensi yang besar untuk

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah pertanian ini dapat berupa jerami

padi, jerami jagung/tebon, kulit kedelai dan limbah kacang tanah.

Pada saat terjadi musim kemarau, peternak merasa kewalahan dalam

mencari hijauan sebagai bahan pakan ternak ruminansia disebabkan

1

Page 2: hijauan makanan ternak

menurunnya produksi hijauan pada saat tersebut. Untuk mengatasi masalah

tersebut, peternak diharapkan dapat mengelola HMT dan limbah pertanian

pada saat produksi berlebihan seperti musim panen, misalnya dengan

pengawetan. Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan

pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi,

meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga

dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang

berguna menjadi produk yang berdaya guna. Pengolahan bahan pakan yang

dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak)

akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Beberapa

teknologi untuk mengawetkan HMT yang sudah banyak dikembangkan dan

disosialisasikan kepada peternak antara lain silase, fermentasi, amoniasi dan

hay. Teknologi ini sangat sederhana karena menggunakan bahan-bahan yang

mudah diperoleh dan tidak mahal sehingga tidak memberatkan peternak.

Peternak juga mudah memahami dan menerapkan pada ternaknya. Dengan

teknologi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan pengadaan bahan

pakan hijauan karena tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang baik

Untuk mengetahui hal-hal tersebut secara mendalam perlu pembelajaran

yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan paper ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Raillietinosis?

2. Bagaimana klasifikasi Raillietina spp. beserta ciri-ciri morfologi, hospes

terinfeksi, predileksi, dan juga cara penularannya?

3. Bagaimana siklus hidup Raillietina spp?

4. Bagaimana patogenesa dan gejala klinis hewan yang terinfeksi Raillietina

spp?

5. Bagaimana diagnose dan pengobatan Raillietiniosis?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk dapat memahami dan menjelaskan pengertian dari Raillietiniosis.

2

Page 3: hijauan makanan ternak

2. Untuk dapat memahami dan menjelaskan klasifikasi Raillietina spp.

beserta ciri-ciri morfologi, hospes terinfeksi, predileksi, dan juga cara

penularannya.

3. Untuk dapat memahami dan menjelaskan siklus hidup Raillietina spp.

4. Untuk dapat memahami dan menjelaskan patogenesa dan gejala klinis

hewan yang terinfeksi Raillietina spp.

5. Untuk dapat memahami dan menjelaskan diagnose dan pengobatan

Raillietiniosis.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana,

khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai

Cestidiosis yang menyerang ayam khususnya Raillietiniosis.

2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk

mengerjakan tugas yang berhubungan dengan Raillietiniosis.

3

Page 4: hijauan makanan ternak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Raillietiniosis

Raillietiniosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Raillietina spp.

yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran

ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain

lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi

yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat

komplikasi.

Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi

oleh Nematoda dan trematoda. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan

132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp.

2.2 Peran Hijauan Makanan Ternak bagi Produksi Ternak

Makanan (pakan) sangat berpengaruh pada produksi ternak. Oleh karena

itu, pemberian makanan harus mencukupi kebutuhan ternak, baik untuk hidup

maupun pertumbuhannya. Kekurangan makanan pada musim kemarau

merupakan hal yang sangat umum ditemukan di berbagai daerah. Hal ini

mendorong petani untuk mencari pakan-pakan yang potensial, baik hijauan

makanan yang dibudidayakan maupun yang tumbuh secara alami.

Potensi wilayah dalam menyediakan hijauan makanan ternak dan

kebutuhan untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat di

usahakan pemanfaatan sumber daya ijauan secara optimal dengan

memperhatikan kesinambungan penyediaan sepanjang tahun. Makanan ternak

harus mengandung beberapa zat gizi, antara lain energi, protein, mineral,

vitamin, dan air. Zat gizi pada makanan ternak mempunyai beberapa manfaat

bagi ternak, diantaranya sebagai berikut.

1. Memelihara atau mempertahankan tubuh ternak, baik untuk bernapas,

denyut jantung, maupun bergerak di tempat.

4

Page 5: hijauan makanan ternak

2. Membangun jaringan tubuh untuk pertumbuhan sehingga ternak menjadi

gemuk.

3. Membangun pertumbuhan janin dalam kandungan induk ternak yang

sedang bunting.

4. Memproduksi air susu pada induk ternak yang baru melahirkan dan sedang

menyusui.

5. Memproduksi tenaga pada ternak yang digunakan untuk kerja.

Gambar 2. Salah satu jenis hijauan makanan ternak

2.3 Kandungan Gizi Hijauan Makanan Ternak

Kandungan gizi makanan ternak sangat tergantung pada bahan hijauan

yang diberikan. Kandungan gizi beberapa jenis makanan yang umum

diberikan kepada ternak adalah sebagai berikut.

a. Rumput Alam (Rumput Lapangan)

Rumput alam adalah rumput yang tumbuh liar di tegalan, semak-semak,

pinggir jalan, pematang, dan sebagainya. Karakteristik rumput alam adalah

tumbuh dengan sendirinya, tidak ditanam dan tidak dipelihara, serta

rendah produksinya. Rumput alam lazim disabit (diarit) oleh para

pemelihara ternak.

Kandungan gizi rumput alam dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gzi Rumput Alam

Zat Gizi Kandungan (%) Kandungan dalam 1

kg Segar (g)

Bahan kering 21,60 240,00

Protein 10,20 18,00

Energi (TDN) 52,00 125,00

5

Page 6: hijauan makanan ternak

Kalsium (Ca) 0,37 0,89

Fosfor (P) 0,23 0,55

Air 76,00 760,00

Sumber: Kukuh Budi Satoto (1991)

Pada musim kemarau, nilai gizi rumput alam menurun. Oleh karena itu,

pemberian hijauan makanan ternak pada musim kemarau sebaiknya

ditambah dengan hijauan kacang-kacangan atau makanan penguat.

Pengawetan hijauan makanan ternak untuk mengantisipasi kebutuhan

pakan pada musim kekurangan pakan sangat dianjutkan.

Gambar 3. Sapi yang digembalakan hanya memakan rumput alam

b. Rumput Tanam (Rumput Unggul)

Rumput tanam yang sering disebut hijauan atau rumput unggul adalah

rumput yang sengaja dibudidayakan atau ditanam. Karakteristik rumput

unggul adalah produksi dan nilai gizinya tinggi. Jenis rumput yang

banyak dan sengaja ditanam adalah rumput gajah, rumput raja, rumput

bengala, dan lain-lain. Kandungan gizi rumput tanam cukup tinggi

seperti yang disajikan Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Gizi Rumput Tanam

Zat Gizi Kandungan (%) Kandungan dalam 1

kg Segar (g)

Bahan kering 21,60 216,00

Protein 10,20 22,00

Energi (TDN) 52,00 115,00

6

Page 7: hijauan makanan ternak

Kalsium (Ca) 0,43 0,93

Fosfor (P) 0,29 0,60

Air 76,40 784,00

Sumber: Kukuh Budi Satoto (1991)

Pada musim kemarau, nilai gizi rumput unggu menurun sehingga ternak

memerlukan makanan tambahan, seperti hijauan kacang-kangan, dedak,

dan sebagainya.

Gambar 4. Hamparan rumput unggul

b.4 Jenis-jenis Hijauan Makanan Ternak

Hijauan adalah bahan pakan vegetative berasal dari tanaman yang terdiri

atas daun, ranting dan batang baik dalam segar maupun sudah diawetkan

(silage dan hay). Peranannya sangat penting bagi ternak ruminansia (sapi,

kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup pokok, pertumbuhan,

produksi maupun untuk reproduksi.

Kebutuhan hijauan sebagai bahan pakan setiap ternak berbeda

sebagaimana tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Pakan (%) Berbagai Jenis Ternak

Pakan

Ternak

Babi Unggas Sapi Perah Sapi

Potong

Kambing

dan

Domba

Penguat 97,4 95,3 26,2 18,4 6,0

Hijauan 2,6 4,7 73,8 81,6 94,0

Sumber: Susetyo dkk. (1969).

7

Page 8: hijauan makanan ternak

Berdasarkan sumbernya hijauan dapat digolongkan dalam 3 golongan

yaitu :

1. Graminae (rumput).

2. Leguminosae (kacang-kacangan).

3. Sisa hasil pertanian.

a. Rumput (Graminae)

Rumput merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran

serabut, bentuk dan dasar sederhana, perakaraan silindris, menyatu dengan

batang, lembar daun terbentuk pada pelepah yang muncul pada buku-buku

(nodus) dan melingkari batang (Soedomo, 1985). Akar utama rumput

terbentuk sesudah perkecambahan dan selama pertumbuhan tanaman muda

(seedling). Akar sekunder berbentuk padat di bawah permukaan tanah

dekat dengan batang dasar (Reksohadiprodjo, 1985).

Rumput sebagai pakan ternak berupa rumput lapang (liar) dan

rumput pertanian. Rumput pertanian disebut juga dengan rumput unggul

merupakan rumput yang sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk

persediaan pakan bagi ternak. Rumput unggul ini dibagi menjadi dua jenis

yaitu pertama rumput potongan seperti rumput gajah (Pennisetum

purpureum Schum.), rumput benggala (Pannicum maximum Jacq.),

rumput mexico (Euchlaena mexicana Schrad.), dan Setaria spachelata

Schum. Kedua yaitu rumput gembala seperti Brachiaria brizantha

(Hochst. ex A. Rich.) Stapf., rumput ruzi atau rumput kongo (Brachiaria

ruziziensis R. Germ. and C. M. Evrard), rumput australia (Paspalum

dilatatum Poir.), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Cynodon

plectostachyus (K. Schum.) Pilg., rumput pangola (Digitaria decumbens

Stent.), dan Chloris gayana Kunth. (Sudarmono dan Sugeng, 2009).

b. Kacang-kacangan (Leguminasae)

Kacangan merupakan jenis hijauan lain yang digunakan untuk pakan

ternak dari famili Leguminoceae. Gutteridge dan Shelton (1993)

menyatakan bahwa Leguminoceae terdiri lebih dari 1.800 spesies.

Leguminoceae terbagi menjadi tiga subfamili yaitu Papilionoideae,

Mimosoideae, dan Caesalpinioideae (Wojciechowski, 2006).

8

Page 9: hijauan makanan ternak

Papilionoideae (Papilionaceae) merupakan subfamilia yang spesiesnya

merupakan tanaman legum makanan manusia dan ternak, sedangkan

Mimosoideae (Mimosaceae) dan Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae)

merupakan tanaman legum yang khusus untuk hijauan makanan ternak

(Reksohadiprodjo, 1985).

Rukmana (2005) menyatakan bahwa kacangan dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu kacangan yang tumbuh menjalar, kacangan yang tumbuh

tegak berupa pohon, dan kacangan hasil sisa tanaman pangan. Kacangan

yang tumbuh menjalar digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan,

seperti sentro, kalopo, dan kudzu. Kacangan yang tumbuh tegak biasanya

ditanam di tegalan atau pinggir kebun, seperti lamtoro, gamal, kaliandra.

Sedangkan kacangan hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil ikutan

dari proses usaha tani seperti kacang tanah dan kacang kedelai.

Legum (kacangan) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

daripada Gramineae. Kandungan protein kacangan (Leguminoceae) lebih

dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Selain kandungan protein

yang tinggi, Leguminoceae mengandung mineral seperti kalsium, fosfor,

magnesium, tembaga dan kobal (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa saat musim kemarau,

jenis kacangan pohon mampu menyediakan hijauan dengan kandungan

protein, mineral dan vitamin yang tinggi.

b.5 Teknologi Pengolahan Hijauan Makanan Ternak

Teknologi pengolahan HMT meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan

yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan

memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk

mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang

berdaya guna.

Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan

rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak

yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah

beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang

9

Page 10: hijauan makanan ternak

semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan

mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.

Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim

sub-tropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak

ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,

terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.

Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di

lapangan adalah:

a. Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa

rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering

berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan

waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode

berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang

lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan

(pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu

tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan

hijauan pada musim kemarau.

Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:

1. Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan

hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari.

Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat

dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna

kecoklat-coklatan).

2. Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan

hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50%). Hijauan

yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein

tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang

diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan

menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

10

Page 11: hijauan makanan ternak

Gambar 5. Hay

b. Pembuatan Silase

Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau

leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses

ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di

musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin

dilakukan. 

Prinsip utama pembuatan silase:

1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.

2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses

fermentasi kedap udara.

3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk. 

Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas

yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara

organoleptik, yakni:

1. mempunyai tekstur segar

2. berwarna kehijau-hijauan

3. tidak berbau

4. disukai ternak

5. tidak berjamur

6. tidak menggumpal

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik

11

Page 12: hijauan makanan ternak

Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak) Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

asam organik: 4-6kg molases/tetes: 40kg garam : 30kg dedak padi: 40kg menir: 35kg onggok: 30kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan

kering 40% - 50%. Lakukan seperti metode pemotongan

Gambar 6. Silase

c. Amoniasi

12

Page 13: hijauan makanan ternak

Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah

pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda

(NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2. Proses

amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar biayanya

murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam

proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu :

air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).

Gambar 7. Amoniasi

13

Page 14: hijauan makanan ternak

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan

leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak. Peranannya sangat penting

terutama bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik

untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi maupun untuk reproduksi.

Kebutuhan hijauan makan ternak (HMT) pada masing-masing ternak berbeda

satu sama lain bergantung pada berat badan, umur, dan lain sebagainya.

Dalam mengatasi kebutuhan hijauan makan ternak pada musim kemarau

pakan hijauan dapat diolah melalui pembuatan hay, pembuatan silase dan

amoniasi.

3.2 Saran

Disarankan bagi masyrakat umum khususnya civitas akademika

kedokteran hewan agar terus mengembangkan teknologi pengolahan hijauan

makanan ternak supaya nantinya bisa menjadi inovasi baru dalam hal pakan

ternak, sehingga peternak tercukupi kebutuhan hijauan makan ternak bagi

ternaknya.

14

Page 15: hijauan makanan ternak

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

BIP. 1990. Mengenal Hijauan Makanan Ternak. Balai Informasi Pertanian Jawa

Timur. SurabayaLagman, J. 1985. Embriologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Cheng, Y. K. 1984. Breeding of Napier Grass / Pearl Millet Hybrid in Taiwan:

Asian Pasture FFTC. Taiwan. RRC

Crampton and harris, 1969. Applied animal nutrition. Lea & fabiger, Philadelphia.

Edo. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog.

2012. Diakses pada tanggal 11 November 2013.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak

Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik

Edisi Revisi Cetakan ke-1. BPFE. Yogyakarta

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius. Yogyakarta

Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Potong. Trubus, Jakarta

Siregar, M. E. 1989. Produksi Hijauan dan Nilai Nutrisi Tiga Jenis

RumputPennisetum dengan Sistem Potong Angkut. Dalam Proceding

Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan. Balitbang

Peternakan. Departemen Pertanian

Soedomo, R 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT

Gramedia, Jakarta

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan

Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Pertanian,

Jakarta

15

Page 16: hijauan makanan ternak

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Susetyo, S. 1980. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat.

Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta

Susilo, Herawati. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta

Syarief. 1986. Hijauan Makanan Ternak Potong Kerja dan Perah. Kanisius,

Yogyakarta

Widjajanto, D. W. 1992. Pertumbuhan dan Produksi Potong pada Berbagai

Kadar Lengas Tanah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,

Semarang.

16