Higiene Sanitasi B3
-
Upload
asirajagaol -
Category
Documents
-
view
116 -
download
6
description
Transcript of Higiene Sanitasi B3
UJI KELAIKAN FISIK
UNTUK HIGIENE SANITASI JASA BOGA
Form Penilaian Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa Boga
No. URAIAN BOBOT SKOR XLokasi, bangunan, fasilitas1. Halaman Bersih, rapi, kering dan berjarak
sedikitnya 500m dari sarang lalat/ tempat pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk atau bau tidak sedap yang berasal dari sumber pencemaran
1 1 √
2. Konstruksi bangunan kuat, aman, terpelihara, bersih, dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa
1 1 √
3. Lantai rapat air, kering, tepelihara dan mudah dibersihkan
1 1 √
4. Dinding, langit-langit dan perlengkapannya dibuat dengan baik, terpelihara dan bebas dari debu
1 0
5. Bagian dinding yang tekena percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi 2 m
1 0
6. Pintu dan jendela di buat dengan baik dan kuat. Pintu dibuat menutup sendiri, membuka kedua arah dan dipasang alat menahan lalat dan bau-bauan. Pintu dapur yang berhubungan keluar, membuka kearah luar.
1 0
Pencahayaan7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan
tidak menimbulkan bayangan. Kuat cahaya sedikitnya 10 fc pada bidang kerja.
1 1 √
Penghawaan8. Ruangan kerja maupun peralatan dilengkapi
ventilasi yang baik sehingga diperoleh kenyamanan dan sirkulasi udara.
1 1 √
Air bersih9. Sumber air bersih yang aman, jumlahnya
cukup dan air bertekanan5 5 √
Air kotor10. Pembuangan air kotor dari dapur, kamar
mandi, WC, dan air hujan lancar, bak, dan kering sekitar
1 1 √
Fasilitas cuci tangan dan toilet11. Cukup jumlah, nyaman dipakai dan mudah
dibersihkan 3 3 √
Pembuangan sampah12. Tersedia bak/ tong sampah yang cukup untuk 2 2 √
menampung sampah, dibuat anti lalat, tikus, dan dilapisi kantong plastic yang selalu diangkat setiap kali penuh
Ruangan pengolahan makanan13. Tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja
pada bangunan yang terpisah dari tempat tidur atau tempat menuci pakaian
1 1 √
14. Keadaan ruang bersih dari barang yang tidak berguna. Barang tersebut disimpan rapi di gudang
1 1 √
Karyawan15. Semua karyawan yang bekerja bebas dari
penyakit infeksi, penyakit kulit, bisul, luka terbuka, dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
5 5 √
16. Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang higienis.
5 4 √
17. Pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut pendek dan tubuh bebas perhiasan
1 1 √
Makanan18. Sumbernya, keutuhan, dan tidak rusak, 5 4 √19. Bahan yang terolah dalam wadah/ kemasan
asli, terdaftar, berlabel, tidak kadaluarsa3 3 √
Perlindungan makanan20. Penanganan makanan yang potensi bahaya
pada suhu, cara dan waktu yang memadai selama penyimpanan, peracikan, persiapan, penyajian, dan pengangkutan makanan, serta melunakkan makanan beku sebelum dimasak (thawing)
5 3 √
21. Penanganan makan yang potensial berbahaya karena tidak ditutup dan disajikan ulang
4 4 √
Peralatan makan dan masak22. Perlindungan terhadap peralatan makan dan
masak dalam cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaannya
2 2 √
23. Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang
2 2 √
24. Proses pencucian melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan
3 3 √
25. Bahan racun atau pestisida disimpan tersendiri di tempat yang aman, terlindung, menggunakan label/ tanda yang jelas untuk digunakan
5 5 √
26. Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya
4 2 √
JUMLAH 65 56Khusus golongan A127. Ruang pengolahan makanan tidak dipakai
sebagai ruang tidur1 1 √
28. Tersedia 1 buah lemari es (kulkas) 2 2 √JUMLAH 68 59
Khusus golongan A229. Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan
alat pembuangan asap.1 1 √
30. Fasilitas pencucian dilengkapi dengan 3 bak pencuci
1 1 √
31. Tersedia kamar ganti pakaian dan dilengkapi dengan tempat penyimpanan pakaian (loker)
4 4 √
JUMLAH 74 65Khusus golongan A332. Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi
dengan grease trap1 0
33. Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang
1 0
34. Lemari penyimpanan dingin dengan suhu -5 0C dilengkapi dengan thermometer pengontrol
4 2 √
35. Tersedia kendaraan pengangkut makanan yang khusus
3 3 √
JUMLAH 83 70Khusus golongan B36. Sudut lantai dan dinding konus 1 037. Tersedia ruang belajar 1 1 √38. Alat pembuangan asap dilengkapi filter 1 1 √39. Dilengkapi dengan saluran air panas untuk
pencucian2 2 √
40. Lemari pendingin mencapai suhu -10 0C 4 4 √JUMLAH 92 78
Syarat kelayakan higiene sanitasi jasaboga tipe B minimal mencapai 84 atau
84-92%. Berdasarkan penilaian terhadap kelayakan persyaratan higiene sanitasi
jasaboga di RS. Militer Soepraoen Malang diperoleh nilai 78 atau 85,87%.
Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
memiliki izin usaha, jasaboga harus memiliki sertifikat higiene sanitasi yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Berikut ini akan disajikan
persyaratan higiene sanitasi jasaboga dibandingkan dengan lokasi dan bangunan
serta fasilitas yang ada dipenyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Militer
Soepraoen Malang:
1. Lokasi
Jarak jasaboga harus jauh minimal 500 meter dari sumber pencemaran seperti
tempat sampah umum, WC umum, bengkel cat dan sumber pencemaran
lainnya. Sedangkan lokasi atau lingkungan penyelenggaraan makanan di RS.
Militer Soepraoen Malang letaknya jauh dari sumber pencemaran, genangan
air, sarang hama, pemukinan penduduk yang kumuh, dan sampah.
2. Bangunan dan fasilitas :
a. Halaman
(i) Mempunyai papan nama perusahaan dan nomor izin usaha serta
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
(ii) Halaman bersih, tidak banyak alat, dan tersedia tempat sampah yang
memenuhi syarat higiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barang-
barang yang dapat menjadi sarang tikus.
(iii) Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak
menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus, dan dipelihara
kebersihannya.
(iv) Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan
air.
Sesuai hasil observasi di bagian produksi (dapur) di RS. Militer
Soepraoen Malang belum memiliki nomor izin usaha serta Sertifikat Laik
Higiene Sanitasi. Halaman bersih dan ketersediaan tempat sampah telah
memenuhi syarat higiene sanitasi. Pembuangan limbah dapur tidak
menimbulkan serangga, serta tidak ada genangan air hujan.
b. Konstruksi
Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus memenuhi persyaratan
teknis konstruksi bangunan yang berlaku. Konstruksi selain kuat juga selalu
dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau
bekas yang ditempatkan sembarangan.
Konstruksi bangunan penyelenggaraan makanan yang ada di RS.
Baptis ini telah memenuhi persyaratan karena berdasarkan hasil observasi
konstruksi bangunan kuat, dan juga selalu dibersihkan secara berkala oleh
petugas kebersihan.
c. Lantai
Permukaan lantai tidak tergenang air, halus, kelandaian cukup, tidak
licin, dan mudah dibersihkan. Pertemuan antara lantai dan dinding tidak
terdapat sudut mati agar mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat
berkumpulnya kotoran.
Lantai yang berada di dapur RS. Baptis terbuat dari tegel yang tidak
licin. Permukaan lantai kedap air dan lantai selalu dalam keadaan kering dan
bersih ketika digunakan untuk pengolahan makanandan selalu dibersihkan
setiap hari secara berkala, sehingga dapat dikatakan bahwa hal ini telah
sesuai dengan persyaratan yang ada. Pertemuan antara lantai dan dinding
tidak konus sehingga pada bagian-bagian tertentu sulit dibersihkan.
d. Dinding
(i) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dan
mudah dibersihkan.
(ii) Bila permukaan dinding terkena percikan air, maka setinggi 2 (dua) meter
dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak
menahan debu dan berwarna terang.
Di penyelenggaraan makanan RS. Baptis, permukaan dinding kering dan
halus, tetapi tidak dilapisi dengan bahan kedap air (ubin). Sekat area
pengolahan dilapisi dengan bahan kedap air (ubin), berwarna terang, tetapi
tidak sampai setinggi 2 meter dari lantai.
e. Langit-langit
(i) Bidang langit-langit harus menutup atap bangunan
(ii) Permukaan langit-langit tempat makanan dibuat, disimpan, diwadahi
dan tempat pencucian alat, makanan maupun tempat cuci tangan
dibuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak
menyerap air dan berwarna terang
(iii) Tinggi langit-langit tidak kurang 2,4 meter di atas lantai.
Keadaan langit-langit penyelenggaraan makanan di RS. Baptis ini sudah
sesuai dengan Permenkes 715/Menkes/SK/V/2003, karena bidang langit-
langit telah menutup atap bangunan, permukaan langit-langit rata, mudah
dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna putih terang. Tinggi langit-
langit lebih dari 2,4 meter.
f. Pintu dan jendela
(i) Pintu-pintu pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus
membuka ke arah luar
(ii) Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah dilengkapi
kassa yang dapat dibuka dan dipasang
(iii) Semua pintu dari ruang tempat mengolahan makanan dibuat
menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa,
tirai, pintu rangka dan lain-lain.
Pada penyelenggaraan makanan di RS. Baptis ini, pintu dapur yang
digunakan masih membuka ke dalam, dan tidak dibuat menutup sendiri.
Pintu menuju dapur telah dibuat menutup sendri. Jendela konstruksinya
sudah baik dan telah dilengkapi dengan kasa yang dapat dibuka dan
membuka ke arah luar. Selama pengamatan tidak ada lalat yang masuk
dapur.
g. Pencahayaan
(i) Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan
pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan
secara efektif.
(ii) Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat cuci
tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 10 fc (100 lux) pada titik 90
cm dari lantai.
(iii) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
sedemikian sehingga sejauh mungkin menghindarkan bayangan.
(iv) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot
candle meter).
Cahaya silau bila mata terasa sakit bila dipakai melihat obyek
yang mendapat penyinaran. Perbaikan dilakukan dengan cara
menempatkan penerangan lampu di ruangan.
Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu pada
rangka 100, atau pada posisi 10x pada angka 10.
Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai
berikut : 1 watt menghasilkan 1 candle cahaya sebagai sumber atau 1
watt menghasilkan 1 foot candle pada jarak 1 kaki (30 cm) atau 1 watt
menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1 meter atau 1 watt
menghasilkan ⅓ x ½ foot candle pada jarak 2 meter atau 1 watt
menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter. Maka
lampu 40 watt menghasilkan 40/6 = 6,8 foot candle pada jarak 2
meter atau 40/9 = 4,5 candle pada jarak 3 meter.
Selama pengamatan di dapur RS. Baptis didapatkan data bahwa luas
dapur 900 meter, sehingga diperkirakan membutuhkan pencahayaan
sebesar 30 watt. Di dapur RS. Baptis Batu walaupun siang hari lampu
dimatikan, akan tetapi kondisi dapur masih terang. Pencahayaan yang ada di
dapur tidak menimbulkan silau dan distribusinya merata dan tidak
menimbulkan bayangan.
h.Ventilasi/penghawaan
(i) Bangunan atau tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman.
(ii) Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (+ 20% dari luas lantai) untuk :
Mencegah udara dalam ruangan terlalu panas
Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada
dinding atau langit-langit
Membuang bau, asap, dan pencemaran lain dari ruangan
Ruang produksi RS. Baptis Batu sudah dilengkapi dengan ventilasi
yang cukup sehingga suasana di dalam ruangan tidak terlalu panas. Tujuan
dari pemberian ventilasi yang cukup agar terjadi pertukaran udara yang
lancar sehingga ruangan tidak terlalu panas dan membuang bau asap serta
pencemaran lain dari dalam ruangan.
Sistem ventilasi dapur harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat
dihindari terjadinya kondensasi di ruangan dapur yang dapat memacu
pertumbuhan jamur dan bakteri. Ventilasi yang baik didesain untuk dapat
mengeluarkan asap, uap, kondensasi, kelebihan panas, dan bau dari
ruangan. Asap yang dihasilkan dari berbagai proses pemasakan seperti
pembakaran, harus dapat segera dikeluarkan dari ruangan dapur, agar tidak
mengganggu pekerja. Dengan demikian, dapur memerlukan alat penghisap
(exhaust fan) atau paling tidak dilengkapi dengan cerobong dengan sungkup
asap (Hiasinta, 1999). Sistem ventilasi di dapur RS. Baptis Batu telah
dilengkapi dengan alat penghisap (exhaust fan) sehingga asap dan kelebihan
panas dari dapur dapat keluar. Selain itu, cukupnya ventilasi, membuat dapur
tidak terasa panas.
i. Ruangan pengolahan makanan
(i) Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja
pada pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar menghindari
kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan
pembersihannya.
(ii) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 m2 untuk
setiap orang pekerja.
Contoh : luas ruangan 4 x 5 m2 = 20 m2
Jumlah pekerja di dapur 6 orang
Jadi, 20/6 = 3,3 m2/orang sudah memenuhi syarat
(iii) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung
dengan jamban, peturasan, dan kamar mandi
(iv) Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja,
lemari/tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung
dari gangguan tikus dan hewan lainnya.
Sedangkan di dapur RS. Baptis Batu didapatkan data:
- Luas dapur 97,29 m2
- Luas ruangan peralatan 18,05 m2
- Luas ruangan bebas peralatan = 79,24 m2
- Jumlah pekerja di dapur 9 orang
Jadi 79,24/9 = 8,8 m2, sehingga keadaan ini melebihi persyaratan
yang ada di peraturan Permenkes 715/Menkes/SK/V/2003
Ruang pengolahan makanan di RS. Baptis Batu ini telah dilengkapi
dengan meja kerja, lemari/tempat penyimpanan bahan yang telah sesuai
dengan persyaratan serta tidak terdapat jamban, peturasan dan kamar mandi.
j. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
(i) Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih atau
deterjen.
(ii) Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan
larutan Kalium Permanganat 0,02% atau bahan rendaman air
mendidih dalam beberapa detik.
(iii) Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan
dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh
tikus dan hewan lainnya.
Pencucian peralatan masak di RS. Baptis Batu ini dilakukan di dalam
dapur dan telah sesuai dengan peraturan Permenkes 715/Menkes/SK/V/2003,
karena pencucian peralatan masak menggunakan 1 bak dan tersedia air
panas. Setelah dicuci peralatan masak lainnya disimpan sesuai dengan
tempatnya pada bagian masing-masing . Peralatan makan yang telah dicuci
disimpan pada rak yang telah disediakan. Pencucian bahan makanan
disediakan 3 bak pencuci yang telah dibedakan pencucian sayuran dan
pencucian untuk daging.
Peralatan dapur harus segera dibersihkan dan disanitasi/
didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada
tahap persiapan pengolahan, penyimpanan sementara, maupun penyajian.
Diketahui bahwa peralatan dapur seperti alat pemotong, papan pemotong
(telenan), dan alat saji merupakan sumber kontaminan potensial bagi makanan
(Hiasinta,1999). Semua peralatan yang ada di dapur harus bebas dari karat.
Pencucian peralatan di RS. Baptis Batu dibedakan menjadi 2 yaitu pencucian
peralatan makan pasien dan pencucian peralatan makan karyawan.
Pencucian peralatan makan pasien menggunakan 2 bahan pencuci yaitu
sabun krim untuk pasien biasa, sedangkan untuk pasien isolasi menggunakan
desinfektan yaitu troclose sodium 50% (NaDCC 50%). Pencucian peralatan
karyawan ada 2 sabun yaitu sabun krim untuk alat masak dan piring, dan
sabun cair untuk gelas.
k.Tempat cuci tangan
(i) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
(ii) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan kayaknya karyawan
sebagai berikut :
1-10 orang = 1 buah dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap
penambahan 10 orang atau kurang.
(iii) Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat
bekerja.
Persyaratan ini sudah sesuai dengan kondisi yang ada di dapur RS.
Baptis Batu karena tempat cuci tangan sudah terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, sabun
dan pengering yang terbuat dari handuk kecil yang digantung. Jumlah tempat
mencuci tangan ada 2 tempat dan dekat dengan tempat bekerja, sehingga
kondisi ini telah sesuai dengan peraturan Permenkes 715/Menkes/SK/V/2003
l. Air bersih
(i) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan
penyelenggaraan jasaboga.
(ii) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan
penyelenggaraan jasaboga.
(iii) Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan.
Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus
memenuhi syarat air yang dapat diminum. Adapun syarat-syarat air yang
dapat diminum adalah sebagai berikut:
1. Bebas dari bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian
kimiawi
2. Bersih dan jernih
3. Tidak berwarna dan tidak berbau
4. Tidak mengandung, bahan tersuspensi (penyebab keruh)
5. Menarik dan menyenangkan untuk diminum
Secara khusus air yang dapat diminum harus memenuhi berbagai
kriteria, antara lain kriteria kimiawi dan fisik, kriteria bakteriologis dan kriteria
radiologis (Hiasinta, 1999).
Air yang digunakan khususnya di dapur RS. Baptis Batu khususnya
untuk produksi makanan adalah air PDAM. Manajemen air sudah cukup baik
karena air berasal dari sumber yang bersih dan jumlah yang cukup baik
untuk pengolahan makanan maupun keperluan lainnya. Air yang digunakan
memang pernah diperiksa oleh tim kesehatan. Namun, belum diperiksa
selama 1 tahun terakhir ini.
m. Jamban dan peturasan
(i) Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi
syarat higiene sanitasi dan memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
(ii) Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 – 10 orang : 1 buah
11 – 25 orang : 2 buah
26 – 50 orang : 3 buah
Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang
(iii) Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 – 30 orang : 1 buah
31 – 60 orang : 2 buah
Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang.
Jamban berjumlah 1 buah dan jumlahnya sudah sesuai dengan
jumlah pekerja. Namun, tidak terdapat peturasan sehingga tidak sesuai
dengan jumlah pekerja laki-laki yang ada di dapur.
n. Kamar mandi
(i) Jasaboga harus dilengkapi kamar mandi dengan air kran mengalir
dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi pedoman
plumbing Indonesia.
(ii) Jumlah harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk
1 – 10 orang dengan penambahan 1 (satu) buah setiap 20 orang.
Kamar mandi terletak di luar ruangan produksi makanan (dapur) RS.
Baptis Batu. Jumlah kamar mandi yang disediakan 1 buah sedangkan
jumlah total pekerja dapur sebanyak 18 orang. Akan tetapi, dari total
pekerja dapur dibagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi dan shift siang.
Sehingga ketersediaan kamar mandi sudah memenuhi syarat kelaikan jika
dilihat dari pembagian shift.
o. Tempat sampah
Tempat-tempat sampah seperti kantong plastik/kertas, bak sampah
tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat
mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari
kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.
Penanggung jawab jasaboga harus memelihara semua bangunan
dan fasilitas/ alat-alat dengan baik untuk menghindari kemungkinan
terjadinya pencemaran terhadap makanan, akumulasi sampah, berbiaknya
serangga, tikus, dan genangan-genangan air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dapur RS. Baptis
Batu dapat diketahui bahwa sudah tersedia tempat sampah, yang diletakkan
di unit produksi, dan selalu dibuang setiap hari.
3. Karyawan
Ada beberapa kebiasaan yang perlu dikembangkan oleh para penjamah
makanan untuk menjamin keamanan makanan yang diolahnya. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pakaian pengolah dan penyaji harus selalu bersih
2. Rambut pekrja harus selalu dicuci secara periodik. Pekerja yang berambut
panjang disarankan untuk mengikat rambutnya dan disarankan menggunakan
topi atau jala rambut (hairnet)
3. Perhiasan dan aksesories misalnya cincin, kalung, anting, dan jam tangan
sebaiknya dilepas, sebelum pekerja memasuki daerah pengolahan.
4. Penggunaan make-up dan deodoran yang berlebihan harus dihindari
5. Kuku pekerja harus selalu bersih, dipotong pendek, dan sebaiknya tidak dicat
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dapur RS. Baptis Batu
dapat diketahui bahwa pekerja memang menggunakan alat pelindung rambut tapi
tidak menutup semua rambut sehingga memiliki peluang besar terjadinya
kontaminasi. Beberapa pekerja dalam mengolah makanan masih menggunakan
perhiasan seperti cincin, sebagian besar menggunakan make-up.
4. Perlindungan makanan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dapur RS. Baptis Batu
didapatkan data bahwa dalam penanganan makanan ada beberapa hal yang
dapat meningkatkan potensi terjadinya bahaya pada makanan. Hal tersebut
diantaranya adalah suhu penyimpanan tidak disesuaikan dengan jenis bahan
makanan yang disimpan, dan kurangnya pengontrolan suhu di alat penyimpanan
bahan makanan. Terlalu lamanya masa tunggu (Holding time) bahan makanan
khususnya lauk hewani untuk diolah sehingga bisa berakibat terhadap besarnya
kontaminasi makanan. Sebelum makanan didistribusikan, tak jarang petugas
distribusi menjamah makanan dengan tangan langsung. Hal tersebut juga
merupakan penyebab terjadinya kontaminasi pada makanan, karena tangan
merupakan sumber bakteri
5. Khusus Golongan A3
Untuk memenuhi persyaratan jasaboga tipe A3 perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi dengan grease trap (tempat
untuk menyaring lemak)
- Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan
matang
- Lemari penyimpanan dingin dengan suhu -50C dilengkapi dengan
thermometer pengontrol
Pada pengamatan yang dilakukan di dapur RS. Baptis Batu, masih belum
terdapat grease trap yang fungsinya untuk menyaring lemak, mencegah
tersumbatnya saluran limbah dapur. Cara petugas dapur mencegah terjadinya
saluran limbah yang tersumbat yaitu menggunakan air hangat sebanyak 90ml
yang ditambah dengan 120ml drain cleaner. Pembersihan dilakukan pada hari
jum’at dan dan hari sabtu cairan drain cleaner disiramkan ke saluran air. Di dapur
rumah sakit ini masih belum adanya pemisahan antara tempat memasak dengan
tempat penyiapan makanan matang. Pemisahan yang ada hanya antara tempat
memasak dengan meja distribusi. Lemari pendingin di rumah sakit ini memang
telah mencapai suhu yang ditentukan, tapi masih belum ada pengontrolan suhu
dengan thermometer dan dilakukan secara berkala.