Hidup ini bukan untuk ditangisi

3
Bismillahirrohmanirrohiim. Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrokatu.. Di hari terakhir penutupan buku amal kita di tahun ini, aku hanya ingin bebagi artikel yang ku ambil dari buku “La Tahzan” karya Dr. ‘Aidh al- Qarni yang insyaallah membuatku kuat menerima ‘kenikmatan’ dan tetap berlindung kepada Allah SWT yaitu Sang dalang kehidupan semua umat manusia. Berikut artikelnya yang berjudul Hidup Ini Bukan untuk Ditangisi Napolen berkata di Saint Helena, “Saya tidak perna mengenal kebahagiaan sepanjang enam hari dalam hidupku.” Khalifah Hasyim ibn Abdul malik mengatakan, “aku menghitung hari-hari bahagiaku, teryata hanya tiga belas hari saja.” Sedagkan ayahnya, Abdul malik, mengeluh, “Seandainya akiu tidak perna memanku jabata khalifah.” Said Ibnul Musayyib berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka.” Ibnu Sammak yang jago memberi nasehat menemui harun al-Rasyid. Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu sammak bertanya, “seandainya Anda dicegah meminum air itu, apakah anda akan menebusnya dengan separuh kerajaanmu?” Harun menjawab, “Ya.” Setelah selesai minum Ibnu Sammak bertanya lagi, “jika Anda dijegah untuk mengeluarkan air yang telag anda minum dari perut, apakah anda rela membayar dengan separuh kerajaanmu yang lain?” Harun menjawab, “Ya.” Ibnu Sammak pun berkata, “Tidak ada artinya sebuah kerajaan yang nilainya tidak lebih dari segelas air.” Jika dunia ini tak ada keimanan di dalamnya makan dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tidak bermakna. Iqbal seorang penyair filofof asal Pakistan, mengatakan, “jika iman telah tiada maka tidah ada lagi rasa aman, dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama, dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya.” Emersin dlam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri mengatakan, “Kemenangan politik, naiknya upah, kesebuhan dari penyakit yang anda derita, atau kembalinya hari-hari bahagia, akan membayang di

Transcript of Hidup ini bukan untuk ditangisi

Page 1: Hidup ini bukan untuk ditangisi

Bismillahirrohmanirrohiim.

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrokatu..

Di hari terakhir penutupan buku amal kita di tahun ini, aku hanya ingin bebagi artikel yang ku ambil dari buku “La Tahzan” karya Dr. ‘Aidh al-Qarni yang insyaallah membuatku kuat menerima ‘kenikmatan’ dan tetap berlindung kepada Allah SWT yaitu Sang dalang kehidupan semua umat manusia. Berikut artikelnya yang berjudul

Hidup Ini Bukan untuk Ditangisi

Napolen berkata di Saint Helena, “Saya tidak perna mengenal kebahagiaan sepanjang enam hari dalam hidupku.”

Khalifah Hasyim ibn Abdul malik mengatakan, “aku menghitung hari-hari bahagiaku, teryata hanya tiga belas hari saja.”

Sedagkan ayahnya, Abdul malik, mengeluh, “Seandainya akiu tidak perna memanku jabata khalifah.”

Said Ibnul Musayyib berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka.”

Ibnu Sammak yang jago memberi nasehat menemui harun al-Rasyid. Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu sammak bertanya, “seandainya Anda dicegah meminum air itu, apakah anda akan menebusnya dengan separuh kerajaanmu?”

Harun menjawab, “Ya.” Setelah selesai minum Ibnu Sammak bertanya lagi, “jika Anda dijegah untuk mengeluarkan air yang telag anda minum dari perut, apakah anda rela membayar dengan separuh kerajaanmu yang lain?”

Harun menjawab, “Ya.” Ibnu Sammak pun berkata, “Tidak ada artinya sebuah kerajaan yang nilainya tidak lebih dari segelas air.”

Jika dunia ini tak ada keimanan di dalamnya makan dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tidak bermakna.

Iqbal seorang penyair filofof asal Pakistan, mengatakan,

“jika iman telah tiada maka tidah ada lagi rasa aman, dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama, dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya.”

Emersin dlam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri mengatakan, “Kemenangan politik, naiknya upah, kesebuhan dari penyakit yang anda derita, atau kembalinya hari-hari bahagia, akan membayang di hadapan anda. Tapi jang oerna mempercayainya, karena kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Tidah ada yang akan mendatangkan ketenangan dalam diri anda kecuali diri anda sendirilah.”

( Wahai jiwa yang tenag, kembalilah kepada rabb-mu dengan hati yang puas sari ridhai-Nya.)

QS.Al-fajr.27-28

Page 2: Hidup ini bukan untuk ditangisi

Filosof dan penulis cerita, Epiktetos, memperingatkan, “Bahwa keharusan menghilangkan pemikiran yang salah dalam pikiran kita jauh lebih penting daripada mengulangkan bisul dan tumor dari tubuh kita.”

Cukup mengherankan, banwa peringatan terhadap penyakit pemikiran dan aqidah, dalam al-Qur’an, lebih banyak daripada peringatan terhadap jasmani. Allah berfirman,

(Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tanbah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siska yang pedih, disebabkan mereka berdusta.)

QS, Al-baqarah: 10

(Maka tatkala mereka berpaling dari kebenaran allah memalingkan hati mereka.)

QS. Ash-Shoffat: 5

Filosof Perancis, Michel de Montaigne, menjadikan kata-kata berikut sebagai motto hidupnya, “Manusia itu seharusnay tidak terpengaruh oleh peristiwa yang terjadi sebagaimana ia terpengaru oleh pendapatnya terhadap peristiwa tersebut.”

Dalam sebuat atsar disebutkan: “Ya Allah jadikan aku rela dengan qadha-Mu hingga aku tahu bahwa apa yang menjadi bagianku pasti akan datang padaku dan bukan bagianku tidak akan pernah menimpahku”

-∞-

Rehat

Jangan bersedih. Sebab rasa sedih akan selalu mengganggumu dengan kenangan masa lalu. Kesedihan akan membuatmu khawatir dengan segala kemungkinan di masa mendatang. Serta akan menyiarkan kesempatanmu paha hari ini.

Jangan bersedih. Karena rasa sedih hanya akan membuat hati menjadi kecut, wajah berubah muran, semangat makin padam, dan harapan kian meghilang.

Jangan bersedih. Karena rasa sedih sama dengan menentang qadha’ dan menyesali sesuatu yang pasti. Kesedihan membuat kita jauh dari lembut, juga benci terhadap nikmat.

Jangan bersedih. Sebab rasa sedih tidak akan perna mengembalikan yanh hilang dan semua yanf telah pergi. Tidak pula akan membangkitkan orang yang telah mati. Tidak mampu menolak takdir, serta tidak akan mendatangkan manfaat.

Jangan bersedih. Karena rasa sedih itu datangnya dari seta. Kesedihan adalah rasa putus asa yang menakutakan, kefakiran yang menimpa, putus asa yang berkelanjutan, depresi yang harus dihadapi, dan kegagalan yang menyakitkan.

Allah berfirman,

(Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu. Dan Kami telah menghilanhkan darimu beban. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu

Page 3: Hidup ini bukan untuk ditangisi

urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)yang lain. Dan hanya kepada rabb-mulah hendaknya kamu harapkan.)

QS. Al-Insyiroh: 1-8

Alhamdulillah.. Demikianlah artikel ini. Saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan karena kesalahaan hanya milik kita dan kebenaran hanya milik Allah. Semoga artikel ini bermanfaat di kehidupan yang telah membacanya. Aaammiiinn Ya Rabbal ‘Alamin..

Wassalmu’alaikum Warrohmatullahi Wabarrokatu.