Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3
Transcript of Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3
![Page 1: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/1.jpg)
Hidrolisis Senyawa Obat
Suatu senyawa yang dapat digunakan sebagai obat harus stabil selama penyimpanan
dalam jangka waktu tertentu. Dalam penyimpanan, senyawa obat harus tidak mudah
terdegradasi atau berubah menjadi senyawa lain yang tidak berkhasiat atau bahkan bersifat
toksik. Pengetahuan tentang stabilitas suatu senyawa juga sangat diperlukan dalam proses
manufakturing obat, terkait dengan dosis dan eksipien yang diperlukan sehingga dihasilkan
produk yang efektif dan aman (Franklin et al., 2005). Stabilitas suatu senyawa diketahui dari
laju degradasinya yang ditentukan berdasarkan studi kinetika reaksi. Degradasi berlangsung
melalui beberapa jalur, tetapi mekanisme yang paling umum adalah hidrolisis (Ratna and
Edwards, 2006).
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation
hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH−) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya
digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi
tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Reaksi hidrolisis terjadi ketika suatu asam
bertemu dengan basa yang akan menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari
campuran tersebut. Dalam reaksi hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam
dan basa. H+ dan OH- berikatan menjadi air. Sedangkan pembentuk senyawa asam dan basa
yang lain bersatu membentuk dari garam campuran asam basa tersebut. Garam tersebut dapat
bersifat asam atau basa atau netral tergantung dari sifat – sifat para campurannya apakah
asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa lemah. Reaksi hidrolisis akan mempercepat
degradasi senyawa aktif yang terkandung didalam suatu sediaan obat sehingga efektivitasnya
juga akan berkurang secara cepat dan dampak yang lebih jauh, usia guna dari sediaan tersebut
akan semakin pendek. Nilai kadar air suatu sediaan obat sebaiknya kurang dari 10% untuk
mencegah tumbuhnya mikroba.
Asam O-asetilsalisilat (aspirin) adalah turunan asam salisilat yang telah dikenal
sebagai prototip obat analgesik kelompok NSAIDs. Sayangnya, stabilitas senyawa ini
menjadi salah satu kelemahannya, di samping efek sampingnya. Reaksi yang paling
berkontribusi dalam degradasi aspirin adalah hidrolisis yang menghasilkan produk asam
salisilat dan asam asetat. Reaksi ini berlangsung dalam berbagai pH dan laju reaksinya
mengikuti kinetika order pertama semu (Marr, 2004) tetapi dalam suasana yang lebih basa,
aspirin terhidrolisis lebih cepat (Reynolds, 1982). Asam O-(4-klorobenzoil)salisilat
merupakan ester asam salisilat yang dapat mengalami hidrolisis menjadi asam salisilat dan
asam 4-klorobenzoat. Gugus 4-klorobenzoil pada atom oksigen posisi 2 dari gugus
![Page 2: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/2.jpg)
karboksilat merupakan gugus asil yang berukuran lebih besar daripada gugus asetil pada
aspirin. Adanya asil tersebut memberikan halangan ruang bagi nukleofil untuk menyerang
atom C karbonil ester. Di samping itu adanya substituen klor pada posisi 4 cincin kedua dapat
mempengaruhi reaktivitas karbonil tersebut sehingga menurunkan laju reaksinya. Reaksi
hidrolisis ester termasuk reaksi substitusi nukleofilik, yang pada reaksi ini air adalah
nukleofilnya. Reaksi tersebut dapat berjalan lebih cepat tergantung reaktivitas nukleofil dan
juga gugus karbonil yang menjadi sasaran serangan nukleofil.
Reaksi Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam dengan satu
atau lebih ligan. Interaksi antara logam dengan ligan - ligan dapat diibaratkan seperti reaksi
asam-basa lewis, di mana basa lewis merupakan zat yang mampu memberikan satu atau lebih
pasangan elektron (ligan). Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron bebas,
tetapi ada juga ligan yang mempunyai dua pasang atau lebih elektron bebas. Taube (1950)
telah mengklasifikasikan senyawa kompleks menjadi kompleks labil dan kompleks inert
berdasarkan laju pertukaran ligan kompleks tersebut. Kompleks yang labil mengalami
pertukaran ligan dengan cepat. Sebaliknya pada kompleks inert, pertukaran ligan berlangsung
dengan sangat lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali.
Pembentukan kompleks dalam suatu larutan berlangsung melalui sejumlah tahapan.
Untuk setiap tahapan, tetapan stabilitasnya dapat dituliskan dalam suatu persamaan. Misalkan
pembentukan kompleks MLn, terbentuk melalui sejumlah n tahapan. Tetapan stabilitas untuk
setiap tahapan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Stabilitas dari suatu senyawa kompleks dipengaruhi dua faktor, yaitu pengaruh dari
ligan, dan pengaruh dari logam pusat kompleks tersebut. Berikut ini beberapa sifat logam
pusat yang menentukan stabilitas dari suatu senyawa kompleks :
![Page 3: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Pengaruh Logam Pusat
a) Ukuran dan Muatan Logam Pusat
Stabilitas kompleks umumnya menurun dengan kenaikan jari-jari ion logam
pusatnya. Jika ditinjau dari muatan ion logam pusatnya, maka stabilitas kompleks
menurun seiring dengan penurunan muatan ion logam pusat tersebut. Jika kedua
faktor (jari-jari ion dan muatan ion pusat) digabungkan, maka secara umum dapat
dilihat bahwa makin besar perbandingan harga muatan (q) dan jari.jari (r) kation
logam, kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan dengan
harga q/r yang makin besar medan listrik dari logam pusat semakin besar pula.
b) Faktor CFSE
Pada logam unsur-unsur transisi, adanya pemecahan orbital d yang
memberikan harga CFSE tertentu mempengaruhi stabilitas dari kompleks yang
terbentuk. Adanya CFSE akan meningkatkan kestabilan kompleks, sehingga
harga K maksimum dapat diramalkan akan diperoleh pada kompleks dengan
logam pusat yang memiliki konfigurasi elektron d3 dan d8, karena konfigurasi ini
akan memberikan harga CFSE yang paling besar.
c) Elektronegativitas dan Kemampuan Polarisasi Logam
Kompleks yang terbentuk dari logam dengan elektonegativitas yang tinggi
akan menghasilkan kopmpleks yang lebih stabil, karena kecenderungan logam
untuk menarik pasangan elektron yang didonasikan oleh ligan akan lebih kuat.
Dalam hal yang sama, logam dengan kemampuan polarisasi yang lebih besar juga
akan menghasilkan kompleks yang lebih stabil.
2. Pengaruh Ligan
Selain pengaruh dari logam sebagai ion pusat dari kompleks, ligan yang terikat
pada logam tersebut juga menentukan kestabilan dari kompleks yang terbentuk. Berikut
beberapa factor dari ligan yang mempengaruhi kestabilan kompleks.
a) Ukuran dan Muatan Ligan
Ligan yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah mendekat ke arah logam
pusat untuk membentuk ikatan yang lebih kuat. Dengan demikian ligan yang
ukurannya lebih kecil akan membentuk kompleks yang lebih stabil. Ditinjau dari
muatannya, semakin besar muatan yang dimiliki ligan, gaya tarik menarik antara
ligan dengan logam pusat juga makin kuat, sehingga ikatan yang terbentuk
otomatis juga menjadi lebih kuat. Dari dua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
![Page 4: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/4.jpg)
kompleks yang stabil akan terbentuk dari ligan yang berukuran kecil dan
memiliki muatan yang besar.
b) Momen Dipol dari Ligan
Analog dengan faktor muatan, makin besar momen dipol dari suatu ligan,
stabilitas kompleks yang terbentuk makin besar. Hal ini dapat menjelaskan
urutan kestabilan dari sejumlah ligan netral berikut : amina > etilamin >
dietilamin > trietilamin.
c) Sifat Basa Ligan
Interaksi antara logam dengan ligan dapat ditinjau sebagai interaksi Asam-
Basa Lewis. Oleh karena itu, makin basa suatu ligan, kompleks yang terbentuk
akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan ligan yang sifatnya lebih basa akan lebih
mudah mendonorkan pasangan elektron bebas yang dimilikinya pada logam. Atas
dasar hal ini, maka ligan NH3 dapat membentuk kompleks yang lebih stabil
dibandingkan H2O.
d) Kemampuan Membentuk Ikatan π
Adanya ikatan π dapat memperkuat ikatan logam dengan ligan dalam
kompleks. Oleh karena itu, ligan-ligan yang dapat membentuk ikatan π dengan
logam membentuk kompleks yang lebih stabil. Misalnya saja ligan CN-, CO, PR3,
dan alkena.
e) Efek Sterik
Adanya efek sterik dapat melemahkan ikatan logam dengan ligan karena
adanya gaya tolak menolak antar ligan yang terikat.
f) Efek Khelat
Ligan yang merupakan suatu ligan pengkhelat membentuk kompleks yang
lebih stabil dibandingkan ligan bukan khelat. Hal ini dikarenakan ligan berikatan
dengan logam melalui lebih dari satu atom donor, sehingga otomatis ikatan yang
terbentuk akan lebih kuat. Kestabilan ligan pengkhelat sendiri dipengaruhi
beberapa faktor sebagai berikut :
ukuran cincin khelat, umumnya makin besar ukuran cincin khelat, makin
stabil kompleks yang terbentuk
efek resonansi, adanya resonansi akan meningkatkan kestabilan
![Page 5: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/5.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Franklin, A., Kreider, R. Rassiwalla, A., 2005. Aspirin Hydrolysis. www.seas.upenn.edu/ courses/belab/LabProjects/2005/FRPTM3E4.doc, diakses tanggal 14 Oktober 2012.
Ratna, J.V. Edwards, L.J. 2005. pH – Rate Dependence Of The Hydrolysis Of Aspirin. Overall Velocity Constant For Aspirin Hydrolysis At 17oC As A Function Of Ph, Trans. Farad. Soc. 46:723.
Marr, P. 2004. Class Project in Physical Organic Chemistry : The hydrolysis of Aspirin. J.Chem.Ed, 2004 (81) :. 870 – 873.
Reynolds, J.E.F. (eds), 1982. Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 28th ed, London : The Pharmaceutical Press, p. 234 – 244.
![Page 6: Hidrolisis Dan Reaksi Kompleks Klpok 3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082606/557212b5497959fc0b90c438/html5/thumbnails/6.jpg)
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH STABILITAS OBAT
“ Hidrolisis dan Reaksi Kompleks “
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 3 :
Aris Winanto (I211090059)
Arlia Wigati (I211090054)
Fitri Apriani (I21109024)
Gusfarendi (I21109046)
Mega Gustiani Utami (I211090
Rianti Kartika (I21109052)
Roudhatini (I21109013)
Sainah (I21109018)
Septian Laianto (I21109049)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012