Hibernas Aulia Tasman Edit

67
USUL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL PENINGKATAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI SEBAGAI PENDORONG AKTIVITAS SEKTOR UNGGULAN DAERAH DI PROVINSI JAMBI Oleh: Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D Dr. Arman Delis, SE, M.Si Drs. Ardinal, M.Si INFRASTRUKTUR

description

hibernas

Transcript of Hibernas Aulia Tasman Edit

Page 1: Hibernas Aulia Tasman Edit

USUL PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

PENINGKATAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI SEBAGAI PENDORONG AKTIVITAS SEKTOR UNGGULAN DAERAH

DI PROVINSI JAMBI

Oleh:Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D

Dr. Arman Delis, SE, M.SiDrs. Ardinal, M.Si

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI

NOVEMBER 2008

INFRASTRUKTUR

Page 2: Hibernas Aulia Tasman Edit

Halaman Pengesahan

1. Judul Penelitian : Peningkatan Infrastruktur Transportasi Sebagai Pendorong Aktivitas Sektor Unggulan Daerah di Provisi Jambi

2. Ketua Peneliti a) Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D b) Jenis Kelamin : Laki-laki c) NIP : 131645399 d) Jabatan struktural : - e) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala f) Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi / Ilmu Ekonomi g) Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Pembangunan h) Universitas : Universitas Jambi

i) Alamat : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi, Jalan Raya Jambi-Muara Bulian KM 14. Mendalo Darat, Jambi.

j) Telepon/faks : (0741)582907k) Alamat rumah : Jl. Dr. Tarzan No.23 Buluran, Telanaipura-Jambi l) Telpon/Faks/E-mail : 0811746537/0741-583088/[email protected]

3. Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan

4. Jumlah biaya yang diajukan : Rp 65 000 000

Jambi, 12 November 2008

Menyetujui, Ketua Lembaga PenelitianUniversitas Jambi Ketua Peneliti,

Prof. Dr. Ir. R.A. Muthalib, MS Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.DNIP 131467439 NIP 131963684

1

Page 3: Hibernas Aulia Tasman Edit

1. Judul Usulan : Peningkatan Infrastruktur Transportasi Sebagai Pendorong Aktivitas Sektor Unggulan Daerah di Provisi Jambi

2. Ketua Peneliti a) Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D b) Bidang Keahlian : Ekonomi Produksi c) Jabatan struktural : Pembantu Rektor IV d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e) Unit Kerja : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi

f) Alamat surat : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi, Jl Jambi-Muara Bulian KM 14. Mendalo Darat, Jambi.

g) Telepon/faks : (0741)-583088 h) E-mail : [email protected]

3. Anggota Peneliti

No. Nama dan Gelar Akademik Bidang Keahlian Instansi Alokasi waktu (jam/minggu)

1. Dr. Arman Delis, SE, M.Si Ekonomi Regional

FE UNJA 10

2 Drs. Ardinal, M.Si Manajemen Transportasi

FE UNJA 10

4. Objek penelitian:

Objek penelitian ini adalah infrastruktur transportasi khususnya jalan. Aspek yang dianalisis adalah perannya sebagai pendorong peningkatan pertumbuhan output, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan pada aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah di Provinsi Jambi.

5. Masa pelaksanaan penelitian: - Mulai : Maret 2009 - Selesai : Oktober 2009

6. Anggaran yang diusulkan : Rp 65 000 000,-7. Lokasi penelitian : Kabupaten dalam lingkungan wilayah Provinsi Jambi

8. Hasil yang ditargetkan

Dari penelitian ini diharapkan terbentuk model kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi dan diperoleh hasil simulasi mengenai dampak ekonomi peningkatan penyediaannya terhadap pertumbuhan output, kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan sektor unggulan daerah. Dengan analisis yang bersifat komprehensif, hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan yang valid dalam perumusan kebijakan untuk mempercepat perkembangan aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah terutama industri berbasis pertanian. Hal ini penting mengingat terbatasnya sumber dana dan kemampuan pemerintah (pusat dan daerah)

2

Page 4: Hibernas Aulia Tasman Edit

membiayai pembangunan infrastruktur transportasi dalam mendukung dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

9. Institusi lain yang terlibat:

Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.

10. Keterangan lain yang dianggap perlu:

3

Page 5: Hibernas Aulia Tasman Edit

Abstrak

Pelaksanaan pembangunan di daerah memainkan peran yang semakin penting dan menjadi ujung tombak bagi keberhasilan proses pembangunan nasional dewasa ini. Meski demikian, pasca otonomi daerah, aktivitas perekonomian Provinsi Jambi ternyata masih relatif tertinggal dibanding beberapa daerah lainnya di Pulau Sumatera. Hal ini antara lain bersumber dari rendahnya tingkat investasi yang dilakukan pihak swasta dan masyarakat, padahal daerah ini memiliki potensi cukup besar yang dapat diunggulkan. Keterbatasan penyediaan infrastruktur khususnya jaringan jalan diperkirakan menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat investasi dan lambannya pergerakan aktivitas ekonomi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis peran infrastruktur transportasi sebagai pendorong peningkatan aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah. Analisis dilakukan melalui pendekatan yang besifat komprehensif dengan mengkombinasikan model Input-Output regional (I-O), ekonometrika dan studi lapangan pada wilayah pengembangan komoditas unggulan. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat dilakukan analisis secara terpadu pada tingkat ekonomi sektoral dan mikro.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setelah diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah sejak tahun 2001,

pelaksanaan pembangunan di daerah memainkan peran yang semakin penting dan

bahkan dapat dipandang sebagai ujung tombak bagi keberhasilan proses

pembangunan nasional. Hal ini dimungkinkan oleh meningkatnya kewenangan

daerah dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembangunan sesuai

dengan potensi yang dimilikinya dan sektor-sektor unggulan yang akan

dikembangkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan masyarakatnya.

Provinsi Jambi adalah salah satu daerah yang masih berada dalam tahap awal

pelaksanaan proses pembangunan, sehingga pelaksanaan otonomi daerah merupakan

momentum yang tepat bagi daerah ini untuk mempercepat proses pembangunannya.

Meski demikian, aktivitas perekonomian Provinsi Jambi ternyata belum mencapai

laju pertumbuhan yang optimal bila dilihat dari potensi yang dimilikinya. Laju

pertumbuhan ekonomi daerah ini selama periode 1993-2000 hanya 1.67 persen, lebih

rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera sebesar 2.54 persen.

Pada periode 2000-2005, perekonomian Provinsi Jambi tumbuh pada tingkat 5.97

persen menempati urutan kelima setelah Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan

Lampung (BPS, 1997, 2001 dan 2007), padahal daerah ini memiliki potensi cukup

Page 6: Hibernas Aulia Tasman Edit

besar di sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan beserta

industri pengolahaannya.

Perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat Provinsi Jambi yang masih relatif

lambat seperti digambarkan di atas diantaranya bersumber dari rendahnya tingkat

investasi yang dilakukan pihak swasta dan masyarakat. Keterbatasan penyediaan

infrastruktur khususnya jaringan jalan diperkirakan menjadi salah satu penyebab

rendahnya tingkat investasi dan lambannya pergerakan aktivitas ekonomi di Provinsi

Jambi. Panjang jalan nasional dan provinsi di daerah ini pada tahun 2004 adalah

2.345,80 km berada pada peringkat keempat terendah setelah Provinsi Bangka

Belitung (1.042,13 km), Sumatera Selatan (2.093,01 km) dan Sumatera Barat

(2.330,82 km) (Kementerian Kimpraswil, 2006). Hal yang sama juga ditunjukkan

oleh jalan kabupaten yang tercatat sepanjang 7.139,83 km pada tahun 2006, berada di

atas Provinsi Bangka Belitung (2.258,12 km), Bengkulu (3.761,68 km) dan Sumatera

Selatan (7.030,31 km) (Kementerian Pekerjaan Umum, 2006).

Ketersediaan infrastruktur jalan yang relatif terbatas sekaligus

mengindikasikan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Jambi belum terjangkau

oleh pelayanan jasa transportasi jalan secara lebih memadai atau biaya pengangkutan

masih relatif kurang efisien. Jalan merupakan prasarana yang menghubungkan sentra

produksi berbagai komoditi dengan pengguna, baik industri sebagai pengguna antara

(intermediate user) dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun penduduk

sebagai konsumen barang akhir (final good). Tingkat penyediaan jalan yang masih

relatif rendah disertai kualitas yang belum memadai akan menghambat upaya

pengoptimalan pemanfaatan potensi sumberdaya, pembukaan keterisolasian daerah

dan peningkatan kelancaran arus distribusi barang dan mobilitas manusia,

peningkatan keamanan berlalu lintas serta peningkatkan efisiensi sektor transportasi.

Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan diperkirakan akan dapat

memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk mendorong tumbuhnya aktivitas

ekonomi masyarakat termasuk industri pengolahan baik yang berbasis sumberdaya

alam seperti industri pengolahan hasil perkebunan dan industri pengolahan pangan

maupun industri berteknologi tinggi. Hal ini sangat dimungkinkan bila dilihat dari

lokasi geografis Provinsi Jambi yang berhadapan langsung dengan kawasan Asia

Timur. Negara-negara di kawasan ini diperkirakan akan tetap berperan sebagai motor

5

Page 7: Hibernas Aulia Tasman Edit

pertumbuhan ekonomi dunia dalam abad ke 21 yang dikomandoi oleh Jepang, China,

Korea, dan beberapa negara yang tergabung dalam Asean.

Perkembangan kegiatan ekonomi yang sangat pesat dikawasan Asia Timur

akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai komoditi baik komoditas primer

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri maupun produk olahan industri

yang selanjutnya akan mendorong peningkatan arus perdagangan dan finansial.

Sebagai jalur perdagangan Regional dan Internasional di kawasan ASEAN dan

keberadaan kerjasama SIJORI, IMT-GT, IMS-GT dan AFTA, peningkatan arus

perdagangan dan investasi dapat dimanfaatkan oleh Provinsi Jambi untuk

memperoleh limpahan investasi atau kemungkinan terjadinya relokasi industri dari

kawasan tersebut. Penyediaan infrastruktur jalan secara lebih memadai, disamping

infrastruktur ekonomi lainnya seperti tenaga listrik dan jaringan telekomunikasi,

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan untuk dapat memanfaatkan

peluang tersebut.

Sehubungan dengan pola aktivitas ekonomi masyarakat Provinsi Jambi dan

kaitannya dengan ketersediaan infrastruktur jalan seperti yang telah diuraikan di atas,

perlu dilakukan studi terhadap dampak ekonomi peningkatan infrastruktur

transportasi terhadap aktivitas sektor-sektor unggulan daerah. Hal ini terutama sangat

penting dalam kaitannya dengan upaya peningkatan dan optimalisasi aktivitas

ekonomi masyarakat pada sentra-sentra produksi di wilayah-wilayah potensial,

memperlancar arus distribusi dan memperluas jangkauan pemasaran berbagai produk

unggulan daerah secara tepat waktu dan peningkatan efisiensi atau penurunan biaya

pengangkutan berbagai jenis komoditi dan lalu lintas manusia.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah untuk menemukan pilihan yang tepat dalam mengalokasikan

dana pembangunan infrastruktur melalui pengukuran dampak ekonominya dengan

pendekatan model Input Output. Secara lebih spesifik tujuan penelitian dapat dirinci

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sektor-sektor unggulan daerah berdasarkan luasnya

keterkaitan suatu sektor dengan sektor ekonomi lainnya dalam Tabel Input-

Output Provinsi Jambi Tahun 2006.

6

Page 8: Hibernas Aulia Tasman Edit

2. Mengidentifikasi pola alokasi dana pembangunan atau investasi untuk

penyediaan infrastruktur transportasi khususnya infrastruktur jalan oleh

pemerintah provinsi dan Kabupaten di Provinsi Jambi.

3. Mengidentifikasi perkembangan infrastruktur transportasi dan perannya

sebagai pendukung aktivitas ekonomi pada berbagai daerah atau sentra produksi

komoditas-komoditas unggulan baik di sektor pertanian maupun industri

pengolahan.

4. Mengestimasi dan menganalisis pengaruh peningkatan investasi dan

infrastruktur transportasi terhadap produksi sektor-sektor unggulan daerah

Jambi.

5. Melakukan simulasi dampak peningkatan investasi infrastruktur transportasi

terhadap peningkatan output, kesempatan kerja, dan pendapatan pada sektor-

sektor unggulan daerah.

6. Menyusun kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi khususnya

melalui pengalokasian dana pembangunan pemerintah untuk mempercepat

pertumbuhan output dan perluasan kesempatan kerja pada sektor unggulan

daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat dalam aktivitas

ekonomi sektor tersebut.

1.3. Urgensi Penelitian

Infrastruktur ekonomi memainkan peran yang sangat penting dalam setiap

perekonomian baik pada tingkat nasional maupun daerah. Ketersediaan infrastruktur

secara memadai bahkan dapat dipandang sebagai prasyarat yang diperlukan

(necassary condition) bagi terlaksananya aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Walaupun secara tidak langsung, investasi dalam suatu bidang usaha sangat

dipengaruhi oleh investasi dalam bidang prasarana dan sarana yang juga menunjang

proses industrialisasi di daerah (Azis, 1985).

Ketersediaan infrastruktur secara memadai menjadi daya tarik bagi investor

sehingga dapat merangsang peningkatan investasi swasta yang akan mendorong

tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi dan tersedianya lapangan pekerjaan. Ini juga

berarti bahwa infrastruktur memainkan peran kunci dalam pengaturan alokasi

sumberdaya antar sektor atau antar daerah, sehingga pendanaan penyediaan dan

pemiliharaan infrastruktur dapat digunakan sebagai instrumen untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, mewujudkan keseimbangan

7

Page 9: Hibernas Aulia Tasman Edit

pembangunan antar daerah, menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata

antar kelompok masyarakat, dan menjaga keberlanjutan aktivitas ekonomi dalam

jangka panjang.

Sejak dilanda krisis pada pertengahan tahun 1997 pembangunan dan

pemiliharaan infrastruktur fisik di berbagai daerah termasuk infrastruktur

transportasi relatif terabaikan. Perhatian pemerintah lebih banyak tertuju pada

pemulihan ekonomi dan upaya pengendalian dampaknya terhadap kemiskinan

absolut. Akibatnya, sebagian besar infrastruktur fisik khususnya transportasi jalan

baik antar provinsi maupun antar kabupaten dan jalan lokal, mengalami kerusakan

dan kondisinya menjadi semakin parah. Hampir seluruh daerah terjebak ke dalam

krisis infrastruktur secara berkepanjangan. Memburuknya kondisi infrastruktur

semakin mempersulit berbagai daerah untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan

lambannya pemulihan sektor rill terutama sektor industri manufaktur berbasis

pertanian. Padahal tantangan dan kompetisi yang dihadapi daerah dalam era

liberalisasi perdagangan dunia dan regionalisasi ekonomi beberapa kawasan semakin

berat. Beranjak dari kenyataan tersebut, sejak awal tahun 2005 pemerintah

memfokuskan perhatiannya pada percepatan pembangunan dan pemiliharaan

infrastruktur, termasuk membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi pihak swasta

untuk berperan serta dalam penyediaan infrastruktur.

Alokasi dana pembangunan infrastruktur di daerah berperan penting terhadap

peningkatan produktivitas aktivitas ekonomi sektor swasta. Secara teoritis,

kontribusi marginal dari penyediaan infrastruktur lebih kecil untuk daerah yang

tingkat produktivitasnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang tingkat

produktivitas lebih rendah. Ini berarti penyediaan infrastruktur di daerah tertinggal

akan menghasilkan tingkat pengembalian (return of public invesment) yang lebih

tinggi (Takahasi, 1998). Hal tersebut terutama dapat dicapai apabila mobilisasi

sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur tidak menimbulkan kelangkaan

sumberdaya di sektor swasta yang memiliki produktivitas tinggi (Kondo, 2004).

Sebagai daerah yang relatif tertinggal di Pulau Sumatera, alokasi dana

pembangunan infrastruktur yang lebih besar di Provinsi Jambi, diperkirakan akan

dapat mendorong peningkatan produktivitas investasi swasta sehingga pemanfaatan

potensi daerah yang masih cukup besar dapat dioptimalkan. Namun ketertinggalan

daerah ini dibanding daerah lainnya berimplikasi pada tingginya ketergantungan

8

Page 10: Hibernas Aulia Tasman Edit

terhadap pembiayaan pembangunan infrastuktur yang bersumber dari pemerintah.

Keterlibatan pihak swasta yang lebih besar khususnya dalam penyediaan

infrastruktur dasar seperti prasarana jalan darat belum bisa diharapkan.

Konsekuensinya pola alokasi anggaran pembangunan pemerintah daerah (provinsi

dan kabupaten/kota) menjadi faktor penentu dalam penyediaan infrastruktur di

daerah ini.

Wilayah Provinsi Jambi terbentang disepanjang pertengahan Pulau Sumatera

dari bukit barisan hingga ke pantai timur. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari

dataran rendah yang merupakan areal tanaman perkebunan dan tanaman pangan.

Karet dan kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dominan yang diusahakan

masyarakat Provinsi ini. Daerah ini telah dikenal sebagai sentra produksi karet sejak

zaman kolonial bersama Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Selatan. Kemerosotan

harga karet di pasar dunia sebagai akibat berkembangnya pemakaian karet sintesis

telah mengakibatkan terlantarnya sebagian besar lahan karet rakyat dan

meningkatnya pengalihan lahan ke perkebunan sawit. Perluasan areal perkebunan

sawit menyebabkan Provinsi Jambi tercatat sebagai salah satu sentra produksi kelapa

sawit bersama Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan

Nangroe Aceh Darus Salam dengan luas areal mencapai 302.152 Ha dan

produktivitas 22.345 kg/Ha pada tahun 2002 (Disbun, 2003). Pada saat ini Provinsi

Jambi diperkirakan menyumbang sekitar 10 persen terhadap total areal perkebunan

kelapa sawit nasional.

Peralihan aktivitas ekonomi dari monokultur karet ke monokulktur kelapa

sawit ternyata mimiliki sisi negatif terhadap perekonomian Provinsi Jambi. Pada saat

harga CPO meningkat tajam mencapai US$1.305 per ton pada pertengahan Juli 2008

tingkat pendapatan petani sawit meningkat tajam dan nilai ekspor melonjak drastis.

Sebaliknya, ketika harga CPO turun dipasar dunia hingga mencapai US$745 per ton

pada pertengahan September dan jatuh kembali pada tingkat yang lebih rendah

hingga bulan November 2008, telah menimbulkan kesulitan terhadap kehidupan

petani sawit. Walaupun krisis keuangan global juga berdampak negativ terhadap

harga karet alam, penurunannya relatif lebih kecil dibanding produk kelapa sawit.

Peningkatan permintaan karet sejak beberapa tahun terakhir sebelum krisis keuangan

global, bersamaan dengan berkembangnya industri manufaktur pengguna produk

karet alami seperti industri kendaraan bermotor di negara-negara Asia Timur telah

9

Page 11: Hibernas Aulia Tasman Edit

membuka peluang yang besar bagi daerah ini untuk mengembangkan kembali

perkebunan karet dan industri pengolahannya.

Penurunan harga komoditas karet olahan dan CPO di pasar dunia

mengisyaratkan perlunya peningkatan pengolahan kedua komoditas unggulan

tersebut serta berbagai komoditas unggulan lainnya melalui pengembangan mata

rantai industri hasil pertanian (agroindustry) sehingga ketergantungan petani

terhadap permintaan industri-industri di berbagai negara importer dapat dikurangi

dan dampak guncangan eksternal seperti yang terjadi pada saat ini dapat diperkecil.

Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian membutuhkan ketersediasan

sarana dan prasarana pendukung secara lebih memadai, termasuk diantaranya

infrastruktur transportasi.

Sampai saat ini belum ada studi yang secara spesifik memfokuskan analisisnya

pada dampak ekonomi secara komprehensif dari peran peningkatan penyediaan

infrastruktur transportasi terhadap kinerja sektor-sektor unggulan Provinsi Jambi.

Padahal informasi tersebut sangat diperlukan untuk memperoleh dampak ekonomi

yang optimal dari pengalokasian dana pembangunan infrastruktur transportasi

terutama yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, disamping investasi

infrastruktur oleh pihak swasta. Studi ini dilakukan untuk menyediakan informasi

dimaksud agar pemerintah daerah memiliki arah yang jelas dalam menyusun

kebijakan dan mengalokasikan dana pembangunan untuk menyediakan infrastruktur

transportasi yang dapat mendukung percepatan pengembangan aktivitas sektor-

sektor unggulan daerah.

BAB II. STUDI PUSTAKA

Infrastrutur transportasi merupakan salah satu input dalam proses produksi

pada hampir seluruh sektor atau komoditas di tingkat ekonomi mikro. Meskipun

demikian, perhatian terhadap peran dan pengaruh investasi infrastruktur terhadap

aktivitas perekonomian baru muncul sejak akhir pertengahan tahun 1980-an. Pada

perekonomian Indonesia, perhatian para peneliti terhadap masalah penyediaan

infrastruktur bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan studi terhadap

bidang ekonomi lainnya.

Pada tingkat perekonomian wilayah studi peran infrastruktur terhadap

produktivitas telah dilakukan oleh Martin (1987), Munnel (1990b), dan Eisner (1991)

10

Page 12: Hibernas Aulia Tasman Edit

untuk Amerika Serikat serta Mera (1973) untuk perekonomian wilayah di Jepang.

Studi Munnell juga menguji hubungan antara investasi publik dan investasi swasta.

Pada satu sisi kapital publik meningkatkan produktivitas kapital swasta,

meningkatkan tingkat pengembaliannya (rate of return) dan mendorong investasi

menjadi lebih banyak. Namun di sisi lain, investasi publik merupakan substitusi yang

menimbulkan efek crowds out terhadap investasi swasta. Kedua pola hubungan

tersebut sama-sama kuat, namun investasi publik tetap berperan sebagai stimulus

bagi investasi swasta.

Munnell juga menggunakan model lokasi perusahaan untuk melihat hubungan

antara stok modal sektor publik dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Setelah

memperhitungkan pengaruh berbagai faktor lainnya, stok modal sektor publik juga

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kesempatan kerja.

Munnell menyimpulkan bahwa stok modal sektor publik mempunyai dampak positif

terhadap aktivitas ekonomi yang meliputi pertumbuhan output, investasi, dan

kesempatan kerja.

Duffi-Deno dan Eberts (1989) dan Eberts (1986, 1990) melakukan studi

dampak infrastruktur publik pada tingkat daerah metropolitan. Duffi-Deno dan

Eberts menggunakan spesifikasi fungsi produksi log levels, sementara Eberts

menggunakan fungsi produksi translog. Hasil estimasi koefisien elastisitas outputnya

lebih rendah dari tingkat federal. Namun investasi dan infrastruktur publik

berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian pada keseluruhan tingkatan

perekonomian yaitu federal, negara dan area metropolitan.

Penilaian dampak infrastruktur terhadap kinerja perekonomian juga telah

dilakukan oleh Morrizon dan Schwartz (1996) dengan menerapakan pendekatan

fungsi biaya terhadap sektor industri manufaktur pada 48 negara bagian di Amerika

Serikat periode 1970-1987. Studi ini mengagregasi perekonomian Amerika Serikat

ke dalam empat wilayah yaitu wilayah utara dan timur (Snowbelt) dan wilayah

selatan dan barat (Sunbelt). Hasilnya menunjukkan bahwa stok kapital infrastruktur

mempunyai produk marginal positif pada perusahaan di seluruh negara bagian, tetapi

cenderung lebih rendah dan kenaikannya lebih kecil dibanding stok kapital swasta.

Perlambatan pertumbuhan produktivitas di wilayah Utara dan Selatan, sebagian

memang disebabkan oleh terjadinya penurunan investasi infrastruktur relatif terhadap

pertumbuhan output. Berbeda dengan studi ini, hasil penelitian Holtz-Eakin dan

11

Page 13: Hibernas Aulia Tasman Edit

Schwarrtz (1995) menggunakan pendekatan fungsi produksi neo klasik untuk data

panel tingkat lokal-negara periode 1971-1986 di negara yang sama menemukan

bahwa stok modal infrastruktur memiliki dampak yang relatif kecil terhadap

pertumbuhan produktivitas.

Hulten at al (2003) secara lebih spesifik melakukan studi dampak infrastruktur

jalan raya dan listrik terhadap industri manufaktur di berbagai daerah di India. Hasil

estimasi fungsi produksi industri manufaktur menunjukkan bahwa infrastruktur jalan

raya dan tenaga listrik memiliki eksternalitas atau spillover effect dan merupakan

bagian yang penting dari pertumbuhan produktivitas industri manufaktur modern

pada berbagai daerah di India. Untuk ruang lingkup yang lebih luas pada kasus

negara yang sama, Ghosh dan De (2005) melakukan studi mengenai peran

infrastruktur ekonomi dan sosial dalam pembangunan ekonomi antar negara bagian

di India. Menggunakan data panel cross-section, studi ini menemukan bahwa secara

statistik sangat signifikan untuk melakukan kebijakan regional baru dalam seluruh

kerangka kerja globalisasi untuk mengurangi disparitas regional dalam infrastruktur

dan pendapatan.

Pada tingkat ekonomi sektoral, Mamatzakist (2003) memfokuskan studinya

pada dampak infrastruktur publik terhadap produktivitas sektor pertanian di Yunani.

Hasil estimasi empiris menunjukkan bahwa investasi infrastruktur publik

menyediakan suatu pengembalian hasil dan perkembangan pertumbuhan

produktivitas yang signifikan dalam sektor pertanian Yunani. Hasil ini menyarankan

bahwa penurunan dalam investasi infrastruktur publik dapat sebagian menjelaskan

penurunan pertumbuhan produktivitas dalam sektor pertanian Yunani pada tahun

1980-an.

Fan dan Zang (2004) melakukan studi dampak infrastruktur terhadap

pembangunan ekonomi regional di pedesaan China. Dalam spesifikasi fungsi

produksinya, studi ini membedakan sektor ekonomi atas sektor pertanian dan non

pertanian. Menggunakan data tingkat kabupaten, hasil studi ini menunjukkan bahwa

infrastruktur perdesaan memainkan peran yang penting dalam menjelaskan

perbedaan produktivitas non pertanian perdesaan dibanding produktivitas pertanian.

Aktivitas ekonomi non pertanian perdesaan merupakan penentu utama pendapatan

perdesaan, karena itu investasi infrastruktur yang lebih besar di perdesaan merupakan

kunci untuk meningkatkan pendapatan keseluruhan penduduk perdesaan. Dilihat dari

12

Page 14: Hibernas Aulia Tasman Edit

dimensi spasial, tingkat produktivitas yang lebih rendah di wilayah barat dapat

dijelaskan oleh rendahnya tingkat infrastruktur perdesaan, pendidikan, dan sain dan

teknologi. Karena itu studi ini menyarankan bahwa perbaikan tingkat dan efisiensi

stok modal publik di wilayah barat merupakan keharusan untuk menyamakan

produktivitasnya dengan wilayah lainnya.

Hauhgwout (2002) mengkritisi pendekatan fungsi produksi dan fungsi biaya

agregat yang digunakan sebagian besar peneliti dalam menjelaskan dampak investasi

infrastruktur terhadap produktivitas sektor swasta. Studi ini menekankan adanya

peran ganda kapital publik dalam teknologi produksi perusahaan swasta dan

konsumsi rumah tangga dengan mengekplorasi data regional menggunakan

pendekatan model keseimbangan spasial. Berdasarkan model yang diturunkan dan

pengalaman empiris yang dipresentasikan, studi ini menekankan pentingnya investasi

infrastruktur dalam mempengaruhi daya tarik relatif suatu tempat untuk lokasi

investasi. Infrastruktur memiliki potensi untuk mengarahkan kembali proses

pertumbuhan, karenanya daerah miskin harus diupayakan untuk memperoleh

investasi infrastruktur yang lebih besar. Infrastruktur juga berperan penting untuk

mengubah distribusi aktivitas ekonomi antar wilayah dan mengatur kembali sektor

rumah tangga dalam peran bersamanya sebagai konsumen jasa infrastruktur,

penyedia tenaga kerja dan kompetisi dalam pasar tanah.

Burman dan Rietveld (1999) melakukan studi dampak penyediaan infrastruktur

terhadap perkonomian wilayah dengan memfokuskan perhatiannya pada infrastruktur

transportasi dan dampaknya terhadap lokasi industri di Thailand. Dari tiga jenis

infrastruktur transportasi yang di teliti yaitu jalan raya, rel kereta api dan pelabuhan,

studi ini menunjukkan bahwa infrastruktur jalan raya dan pelabuhan mempunyai

dampak positif terhadap lokasi industri, namun efeknya tidak begitu besar. Suplai

tenaga kerja ternyata justru merupakan faktor lokasi yang lebih penting di Thailan

dibanding penyediaan infrastruktur.

Masih dalam lingkup infrastruktur transportasi, Chandra dan Thompson (2000)

memfokuskan studinya pada infrastruktur jalan raya antar negara di perdesaan dan

melihat efeknya terhadap aktivitas ekonomi di Amerika Serikat. Dengan

menggunakan data panel antar negara bagian, hasil studi ini menunjukkan bahwa

jalan raya antar negara memiliki dampak yang berbeda antar industri. Jenis-jenis

industri tertentu tumbuh sebagai hasil dari penurunan biaya transportasi, tetapi

13

Page 15: Hibernas Aulia Tasman Edit

dampaknya mendua untuk jenis industri lainnya. Selain itu infrastruktur jalan raya

mempengaruhi alokasi spasial dari aktivitas ekonomi regional. Infrastruktur jalan

raya meningkatkan tingkat aktivitas ekonomi pada negara-negara yang dilalui secara

langsung, tetapi aktivitas ekonomi di areal yang lebih jauh dari jalan raya terutama

daerah-daerah non metropolitan tidak banyak mengalami perubahan.

Kim (2000) menggunakan pendekatan model keseimbangan umum untuk

menganalisis dampak infrastruktur transportasi pada perekonomian Korea. Studi ini

mengkombinasikan pendekatan keseimbangan parsial melalui estimasi fungsi biaya

translog dan model CGE rekursiv. Berdasarkan model yang dikonstruksi, hasil studi

ini menunjukkan bahwa peningkatan rasio investasi infrastruktur terhadap GDP

sebesar 1 persen dari kondisi awal ternyata dapat mendorong secara signifikan laju

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, peningkatan ekspor, penurunan biaya

produksi industri manufaktur, permintaan tenaga kerja, perbaikan distribusi

pendapatan dan peningkatan kesejahteraan. Dari empat daerah yang menjadi objek

studi ini, disimpulkan bahwa untuk menciptakan efisiensi ekonomi dan

keseimbangan wilayah diperlukan peningkatan investasi kapital terutama investasi

infrastruktur jalan raya di daerah Honam dan daerah Jungbu yang relatif tertinggal.

Pendekatan model keseimbangan umum juga telah diterapkan oleh Takahasi

(1998) memfokuskan studinya pada kebijakan optimal dalam penyediaan

infrastruktur antar daerah dengan mengembangkan model teoritis komputasi

keseimbangan umum antar wilayah (interregional computation general

equilibrium=IRCGE) untuk kasus dua daerah yang dicirikan oleh adanya arus

perdagangan dan migrasi diantara kedua daerah tersebut. Dengan menggunakan

pendekatan IRCGE alokasi investasi infrastruktur pada suatu wilayah tidak hanya

akan berdampak terhadap daerah yang bersangkutan, tetapi juga berdampak terhadap

daerah lainnya. Peningkatan investasi untuk penyediaan infrastruktur pada suatu

daerah akan meningkatkan produktivitas di daerah tersebut yang selanjutnya

meningkatkan produksi dan ekspor daerah ini ke daerah lainnya. Peningkatan

produksi dan ekspor akan memperbaiki term of trade dan pendapatan rill pekerja

pada setiap daerah. Hal ini akan mendorong arus migrasi antar daerah yang

selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rill serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan pada tingkat nasional (Takahasi, 1998).

14

Page 16: Hibernas Aulia Tasman Edit

Feltenstein dan Ha (1999) melihat dimensi lain dari penyediaan infrastruktur

publik yaitu menganalisis tingkat penyediaan infrastruktur publik yang optimal untuk

perekonomian Meksiko. Studi ini mempertimbangkan tiga jenis infrastruktur fisik

yaitu tenaga listrik, jaringan transportasi dan komunikasi. Aktifitas produksi

dipisahkan menjadi 16 sektor. Output masing-masing sektor bergantung pada input

kapital dan tenaga kerja serta ketiga jenis input infrastruktur tersebut. Hasil estimasi

fungsi produksi sektoral memperlihatkan bahwa elastisitas output berkenaan dengan

infrastruktur publik relatif tinggi, namun peningkatan pengeluaran yang terlalu tinggi

untuk infrastruktur ternyata menurunkan manfaat yang dihasilkannya.

Studi peran kapital infrastruktur di Indonesia belum banyak menarik perhatian

peneliti bila dibandingkan studi bidang ekonomi lainnya. Pada tingkat perekonomian

agregat Yudhoyono (2004) telah memasukkan variabel pengeluaran pemerintah

untuk infrastruktur ke dalam model persamaan simultan pada studinya mengenai

analisis ekonomi politik kebijakan publik pada perekonomian Indonesia. Hasil

estimasinya menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk

infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

tenaga kerja terutama di sektor non pertanian. Pengeluaran pemerintah untuk

infrastruktur juga dapat mengurangi kemiskinan, namun kurang efektif jika

dibandingkan dengan kemampuannya mengurangi pengangguran.

Masih pada tingkat ekonomi agregat, Hambali (2007) telah memasukkan tiga

variabel kapital infrastruktur dalam studinya mengenai dampak iklim usaha terhadap

investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu panjang jalan beraspal, daya

terpasang listrik dan saluran sambungan telepon. Ketiga variabel ini dimasukkan

dalam spesifikasi model ekonometri dengan pendekatan sistem persamaan simultan.

Hasil estimasinya menunjukkan bahwa panjang jalan beraspal dan daya terpasang

listrik berpengaruh cukup besar terhadap pendapatan nasional, investasi nasional dan

investasi asing dengan koefisien elastisitas lebih besar dari satu. Jumlah saluran

telepon masih berpengaruh positif, tetapi relatif kecil dengan koefisien elastisitas

kurang dari satu.

Pada tingkat perekonomian agregat dan antar wilayah, Yanuar (2005)

menggunakan GLS fixed effect Model (GLS-FEM) untuk mengestimasi persamaan

regresi dalam studinya mengenai kaitan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan

ekonomi output serta dampaknya terhadap kesenjangan di Indonesia. Studi ini

15

Page 17: Hibernas Aulia Tasman Edit

menduga fungsi produksi sektor pertanian dan industri untuk perekonomian nasional

dan wilayah kepulauan. Pada spesfikasi fungsi produksinya, studi telah

memperkenalkan tiga variabel infrastruktur fisik dan dua variabel infrastruktur

sosial. Variabel infrastruktur fisik terdiri dari persentase rumah tangga yang

mendapat penerangan listrik sebagai proksi infrastruktur listri, panjang jalan

beraspal, dan jumlah sambungan telepon. Variabel infrastruktur sosial terdiri atas

jumlah tempat tidur di rumah sakit sebagai proksi infrstruktur kesehatan dan jumlah

lulusan dan sekolah menengah sebagai proksi infrastruktur pendidikan.

Hasil studi Yanuar, menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur fisik dan

infrastruktur sosial berpengaruh signifikan terhadap terhadap output. Infrastruktur

jalan, telepon, kesehatan dan pendidikan berpengaruh positif terhadap output

nasional dan wilayah kepulauan serta KBI dan KTI, namun infrastruktur listrik

justeru berpengaruh negatif. Bila dilihat fungsi produksi persektor ekonomi,

infarstruktur listrik berpengaruh negatif terhadap kedua sektor pertanian dan industri,

namun nilai koefien elstisitasnya lebih kecil di sektor pertanian apabila dibandingkan

dengan sektor industri. Infrastruktur jalan beraspal berpengaruh lebih besar terhadap

sektor industri dari pada sektor pertanian. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh

pengaruh positif infarstruktur telepon yang lebih besar terhadap sektor industri

dibanding sektor pertanian. Infrastruktur sosial kesehatan dan pendidikan ternyata

berpengaruh lebih besar terhadap output sektor pertanian daripada pengaruhnya

terhadap sektor industri. Studi ini menyimpulkan bahwa ketimpangan antar wilayah

dapat dijelaskan oleh perbedaan tingkat ketersediaan infrastruktur fisik dan sosial

antar wilayah kepulauan yang berada di KBI dan KTI.

Masih berkaitan dengan ketimpangan antar wilayah, Firdaus (2006) telah

memuat variabel suplai listrik dan tingkat pedidikan ke dalam spesifikasi model

empiris dalam studinya mengenai dampak arus investasi terhadap disparitas wilayah

di Indonesia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa suplai tenaga listrik dan

infrastruktur sosial yang diproksi dari tingkat pendidikan berpengaruh signifikan

terhadap daya tarik investasi asing pada suatu wilayah di Indonesia. Suatu wilayah

yang memiliki suplai listrik yang lebih memadai akan memiliki daya tarik yang lebih

tinggi bagi investor asing, sehingga ketesediaannya secara lebih memadai akan dapat

mengurangi ketimpangan antar wilayah.

16

Page 18: Hibernas Aulia Tasman Edit

Secara lebih spesifik, dalam konteks pembangunan pertanian dan perdesaan,

Hartoyo (1995) telah melakukan studi mengenai pengaruh infrastruktur terhadap

penawaran tanaman pangan di Pulau Jawa menggunakan pendekatan multi input

multi output. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengurangan pengeluaran untuk

irigasi sebesar 10 persen hanya akan mengurangi jumlah padi yang ditawarkan

sekitar 0.42 persen, tetapi diikuti oleh kenaikan penawaran kacang tanah sekitar 1.09

persen. Hal ini berarti bahwa besarnya tambahan biaya yang digunakan untuk irigasi

tidak diikuti oleh kenaikan produksi yang sebanding. Pengaruh pengurangan

pengeluaran irigasi terhadap permintaan input juga relative kecil, yaitu kurang dari

1.5 persen. Dengan kenyataan ini maka pengurangan investasi irigasi, terutama untuk

pembangunan jaringan irigasi baru di Jawa, tidak banyak berpengaruh terhadap

penawaran tanaman pangan. Khusus infrastruktur jalan raya, studi ini menunjukkan

bahwa peningkatan pengeluaran sebesar 10 persen akan menyebabkan penawaran

jumlah padi, jagung, kedele, kacang tanah, dan ubi kayu meningkat berturut-turut

sekitar 3.23 persen, 9.82 persen, 9.34 persen, dan 2.99 persen. Peningkatan ini juga

diikuti oleh peningkatan permintaan pupuk urea dan TSP berturut-turut sekitar 4.92

persen dan 5.3 persen. Studi ini menyimpulkan bahwa pembangunan jalan raya

mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan produksi pertanian dan

perekonomian perdesaan dibanding pembangunan prasarana irigasi.

Wuryanto (1996) menggunakan pendekatan model keseimbangan umum untuk

menganalisis dampak alokasi dana pembangunan infrastruktur terhadap kinerja

perekonomian daerah di Indonesia melalui alokasi dana Inpres. Studi ini lebih

menekankan pada aspek desentralisasi dalam hubungan fiskal antara pemerintah

pusat dan daerah.

Sebagian besar studi-studi di atas menyimpulkan bahwa infrastruktur publik

khususnya transportasi memiliki peran cukup besar terhadap peningkatan dan

perluasan aktivitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, penurunan

disparitas antar wilayah, dan peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan. Akan

tetapi analisis dampak investasi infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi

tidak dikaitkan langsung dengan sektor-sektor unggulan pada tingkat perekonomian

wilayah. Melalui kombinasi pendekatan model I-O dan ekonometrika, studi ini

mencoba mengaitkan ketersediaan infrastruktur transportasi dengan kinerja sektor-

sektor unggulan di Provinsi Jambi.

17

Page 19: Hibernas Aulia Tasman Edit

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer untuk menjawab

masalah penelitian. Data sekunder terdiri atas Tabel I-O Provinsi Jambi Tahun 2006

yang publikasikan BPS Jambi. Selain itu diperlukan data investasi infrastruktur yang

bersumber dari realisasi APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, stok

kapital infrastruktur jalan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota). PDRB

berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran, output sektor-sektor unggulan daerah

seperti karet dan kelapa sawit, penggunaan input (Tenaga Kerja dan kapital), dan

ekspor komoditas sektor-sektor unggulan.

Data primer dikumpulkan untuk menggali informasi mengenaia persepsi pihak-

pihak terkait mengenaia pengembangan infrastruktur transportasi di Provinsi Jambi

terutama di wilayah-wilayah sentra produksi sektor-sektor unggulan daerah.

Informasi tersebut diperoleh dari pejabat berwenang dalam penyediaan infrastruktur

transportasi dan pengembangan sektor-sektor unggulan daerah pada setiap

Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jambi seperti Bappeda, Dinas PU, Dinas

Perhubungan, DLLAJR, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas

Perikanan, Dinas Perindustrian dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Bea dan Cukai dan Pelabuhan Ekspor dan

Impor, perusahaan-perusahaan angkutan jalan raya dan masyarakat di sektor

pertanian.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder dikumpulkan dari lembaga/instansi/dinas terkait pada tingkat

provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan tugas kewenangannnya dalam penyediaan

infrastruktur dan pengembangan sektor unggulan daerah. Data primer dikumpulkan

dari pejabat berwenang, produsen (tingkat petani dan industri) dan perusahaan jasa

angkutan. Pada kelompok produsen dan perusahaan jasa angkutan ditarik sampel

secara proporsional dari jumlah populasi. Penarikan sampel dilakukan secara sengaja

(propused sampling) agar setiap karakteristik sampel yang dikehendaki dapat

terwakili. Pengumpulan dan penggalian informasi dari responden terpilih dilakukan

dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu.

18

Page 20: Hibernas Aulia Tasman Edit

3.3. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan

yaitu Model I-O, Model Ekonometrika dan analisis deskriptif. Model I-O digunakan

untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan daerah berdasarkan keterkaitan antar

sektor (langsung dan tidak langsung), derajat kepekaan dan daya penyebaran, dan

simulasi dampak peningkatan investasi infrastruktur transportasi. Model

ekonometrika degunakan untuk mengestimasi fungsi produksi sektor-sektor

unggulan yang inputnya telah diperluas dengan menambahkan investasi atau stok

kapital infrastruktur. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis informasi

mengenai persepsi responden terhadap pengembangan infrastruktur dalam

mendorong pengembangan sektor-sektor unggulan daerah.

3.3.1. Model I-O

3.3.1.1. Transaksi Input-Output

Untuk melihat keterkaitan antar sektor dan mengevaluasi dampak peningkatan

investasi infrastruktur transportasi terhadap kinerja sektor-sektor unggulan daerah

dilakukan perhitungan dengan menggunakan Tabel I-O tingkat Provinsi. Seperti

halnya model Input-Output nasional, model Input-Output regional tunggal

dikonstruksi berdasarkan neraca transaksi Input-Output. Neraca Input-Output

merekam keterkaitan atau transaksi antar sektor pada suatu waktu tertentu dengan

mengasumsikan bahwa suatu sektor menghasilkan produk tunggal yang unik, dan

sektor-sektor tersebut bertindak sebagai penjual dan pembeli dalam suatu wilayah.

Total nilai produksi barang oleh sektor i dalam suatu wilayah dijual kepada sektor j

sebagai input dan permintaan akhir. Dengan demikian total ouput suatu sektor dapat

dinyatakan sebagai persamaan berikut (Miller dan Blair, 1985; Miller, 1998; dan

Sadoulet dan Janvry, 1995):

xi = zi1 + zi2 + ....+ zin + fi ..................................................................................(1)

dimana :

xi = Total nilai produksi barang-barang oleh sektor i dalam suatu wilayah

selama periode waktu tertentu (output kotor sektor i)

zij = Nilai penjualan sektor i ke sektor j selama peride tertentu, biasanya 1

tahun

19

Page 21: Hibernas Aulia Tasman Edit

fi = Nilai penjualan barang-barang sektor i ke permintaan akhir (rumah

tangga, ekspor, investasi, dan pengeluaran semua tingkat pemerintah)

i = 1, 2, ……..n

Secara alternatif, total pengeluaran sektor ke j sama dengan total outputnya,

atau dapat dinyatakan sebagai:

xj = z1j + z2j + …+ znj + vaj + mj .......................................................................( 2)

dimana :

xj = total nilai pengeluaran sektor ke-j

vaj = pembayaran sektor ke-j untuk nilai tambah (value added)

mj = total impor sektor ke-j (untuk semua barang)

j = 1, 2, ……..n

Keseluruhan komponen-komponen yang terdapat pada Tabel Input-Output

secra singkat dapat dipresentasikan sebagai transaksi input-output sebagai matrik Z

berikut ini:

Tabel 1. Neraca Input-OutputPenjualan Antar

Industri(z)

Penjualan kePermintaan akhir

(f)

TotalPenjualan

(x)

z11 z12 …… z1n C1 i1 g1 e1 x1

z21 z22 …… z2n C2 i2 g2 e2 x2

. . . . . . . .

. . . . . . . .zn1 zn2 …... znn cn in gn en xn

NilaiTambah

Impor

l1 l2 …… ln Transaksi diantarasektok pembayar(termasuk impor

dan permintaan akhir)

Lov1 ov2 …… ovn OV   m1 m2 …… mn M

TotalPengeluaran

(x)

               x1 x2 …… xn C I G E               

Pada tabel di atas, baris menunjukkan distribusi output suatu sektor, sedangkan

kolom menunjukkan distribusi input suatu sektor. Penjualan output sektor ke-i ke

permintaan akhir dapat dipisahkan menjadi:

ci = pengeluaran konsumsi perseoranganii = pembelian barang I untuk investasigi = pengeluaran pemerintahei = ekspor

20

Page 22: Hibernas Aulia Tasman Edit

Pengeluaran pemerintah dalam neraca input output regional dipisahkan

menjadi: pengeluaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (sgi) dan pengeluaran

pemerintah pusat (fgi) atau gi = sgi + fgi. Sementara ekspor juga dibedakan menjadi

ekspor antar wilayah (eri) dan ekspor ke luar negeri (efi) atau ei = eri + efi. Total

elemen baris ke-i memempresentasikan total penjualan sektor ke-i atau output kotor

sektor ke-i, xi.

Pembelian sektor ke-j terhadap input-input dari nilai tambah sektor-sektor

lainnya ditunjukkan pada kolom di bagian bawah tabel transaksi, yang meliputi :

lj = pembayaran untuk jasa tenaga kerja

ovj = pembayaran untuk semua nilai tambah lainnya

mj = pembayaran untuk input impor

Seperti halnya ekspor, impor juga sering dipisah menjadi impor antar wilayah

dalam negara (mrj) dan impor dari luar negeri (mfj), sehingga mj = mrj + mfj . Secara

keseluruhan, total nilai dari pengeluaran (input) dalam kolom j sama dengan total

nilai keseluruhan penjualan (ouput) dalam baris i.

Total nilai aktivitas ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah dapat

diperoleh dengan menjumlahkan seluruh baris atau total penjualan antar industri dan

permintaan akhir dengan jumlah nial tambah dan impor, atau:

.......................................................................................(3)

Nilai ini dapat juga diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kolom secara

vertikal, sehingga didapat :

......................................................................................(4)

Pada kedua persamaan di atas total output (total penjualan) sama dengan total

input (total pengeluaran), atau:

.................................................................................................(5)

sehingga diperoleh :

..............................................................(6)

dimana vaj (nilai tambah sektor ke-j) adalah lj + ovj (pengeluaran sektor ke-j atas

penggunaan tenaga kerja dan seluruh nilai tambah lainnya). Sisi kiri persamaan

21

Page 23: Hibernas Aulia Tasman Edit

mengukur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan sisi kanananya mengukur

pendapatan regional (total pembayaran faktor).

3.3.1.2. Koefisien Teknis Model Input Output

Untuk mentransfer informasi pada tabel transaksi input output ke model input

output perlu dihitung terlebih dahulu koefisien teknis produksi (atau koefisien input

langsung, ). Koefisien teknis baris ke-i dan kolom ke-j merupakan rasio antara zij

dengan total pengeluaran sektor ke-j atau :

...................................................................................................(7)

Koefisien ini menunjukan nilai input i yang digunakan dalam menghasilkan

satu dolar output j. Penghitungan koefisen ini untuk keseluruhan sektor

menghasilkan matrik koefisien teknis atau matrik koefisien input langsung (matrik

kebutuhan langsung) sebagai berikut:

......................................................................(8)

Elemen-elemen matrik A menunjukan bahwa untuk setiap Rupiah yang

dikeluarkan terhadap outputnya, sektor j membeli Rp aij dari outout sektor ke-1, Rp

a2j dari sektor ke-2 dan seterusnya Rp anj dari sektor ke-n.

Dari persamaan 7, jumlah output yang dihasilkan setiap sektor dapat dihitung

sebagai :

........................................................(9)

Dengan menggunakan notasi matrik, maka dari persamaan (1) hingga

persamaan (9), output dari n sektor dapat dipresentasikan sebagai:

x = Zi + f .....................................................................................................(10)

dan

x = Ax + f ....................................................................................................(11)

dimana i adalah elemen vector kolom ke-1. Dengan menggunakan matrik

identitas I didapat:

Ix – Ax = f

(I-A)x = f ...................................................................................................(12)

dan penurunan persamaan (11) dari persamaan (10) menghasilkan matrik

koefisien teknologi sebagai :

A = Z (x)-1.......................................................................................................(13)22

Page 24: Hibernas Aulia Tasman Edit

Melalui manipulasi matematis, peramaan (12) juga dapat dinyatakan sebagai

persamaan berikut:

...............................................................................................(14)

dimana komponen disebut sebagai matrik kebalikan Leontief yang

berperan penting untuk melakukan analisis dampak perubahan komponen-komponen

permintaan akhir atau perubahan variabel-variabel lainnya terhadap perubahan

output atau pertumbuhan ekonomi.

3.3.1.3. Analisis Keterkaitan Antar Sektor

3.3.1.3.1. Keterkaitan Langsung

Keterkaitan antar sektor dalam model input output dapat dipisahkan menjadi

keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung ke belakang dan ke depan.

Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) menunjukkan akibat

langsung penggunaan output sektor lain sebagai input sektor tertentu untuk

mendukung peningkatan produksinya. Untuk model dengan n sektor, keterkaitan

langsung ke belakang dapat diperoleh sebagai berikut:

............................................................................................(15)

Sedangkan keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)

menunjukkan akibat yang ditimbulkan sektor tertentu terhadap sektor lain yang

menggunakan outputnya secara langsung sebagai input. Koefisien keterkaitan

langsung ke depan dapat diperoleh sebagai berikut:

.............................................................................................(16)

3.3.1.3.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau total keterkaitan ke

belakang (direct and indirect backward linkage) menunjukkan besarnya

ketergantungan langsung dan tidak langsung suatu sektor terhadap sektor lainnya

yang berperan sebagai penyedia input. Semakin besar koefisiennya semakin besar

kemampuan suatu sektor menstimulasi sektor hulunya apabila terjadi peningkatan

permintaan akhir terhadap ouputnya. Koefisien total keterkaitan ke belakang dapat

diperoleh sebagai berikut:

23

Page 25: Hibernas Aulia Tasman Edit

.............................................................................................(17)

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau total keterkaitan ke

depan (direct and inderect forward linkage) menunjukkan besarnya ketergantungan

langsung dan tidak langsung sektor-sektor lain terhadap suatu sektor tertentu

penyedia input. Semakin besar koefisennya semakin besar kemampuan suatu sektor

untuk menstimulasi sektor hilirnya apabila terjadi peningkatan permintaan akhir

terhadap sektor tersebut. Koefisen total keterkaitan ke depan dapat dihitung sebagai

berikut:

............................................................................................(18)

dimana αij menunjukkan elemen matrik kebalikan Leontief seperti ditunjukkan

pada persamaan (14).

3.3.1.4. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektoral

Indikator penentuan suatu sektor sebagai sektor kunci belum memadai apabila

hanya menggunakan koefisien total keterkaitan ke depan atau ke belakang. Koefisien

tersebut harus dinormalkan terlebih dahulu dengan rata-rata dampak seluruh sektor.

Normalisasi ini menghasilkan indikator daya penyebaran (Power of Distribution) dan

derajat kepekaan (Degree of Sensitivity) sektoral. Daya penyebaran menunjukkan

kemampuan suatu sektor untuk menstimulasi industri hulunya. Apabila koefisien

daya penyebaran suatu sektor lebih besar dari satu berarti kemampuannya

menstimulasi industri hulu lebih besar dibanding sektor lainnya. Koefisien daya

penyebaran dapat diperoleh sebagai berikut:

........................................................................................(19)

Sedangkan derajat kepekaan menunjukkan kemampuan suatu sektor

mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Suatu sektor dikatakan memiliki kepekaan

yang tinggi dibanding sektor lainnya jika koefisiennya lebih dari satu. Koefisien

derajat kepekaan suatu sektor dapat diperoleh sebagai berikut:

24

Page 26: Hibernas Aulia Tasman Edit

.........................................................................................(20)

3.3.1.5. Analisis Penggandaan (Multiplier)

Efek penggandaan dari sebuah model I-O dapat dibedakan atas tiga yaitu

multiplier output, pendapatan dan kesempatan kerja. Tabel I-O dapat dibedakan

menjadi model I-O tertutup dan model I-O terbuka. Model tertutup adalah matrik I-O

tanpa memasukkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja di dalam

tabel. Berdasarkan Tabel I-O tertutup dan terbuka masing-masing akan diperoleh

matrik kebalikan Leontief model tertutup (α*ij) dan model terbuka (αij). Selanjutnya

dapat hitung koefisien multiplier seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 2. Perhitungan multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja

NilaiMultiplier

Output(Rp)

Pendapatan(Rp)

Tenaga Kerja(Orang)

Efek Awal (EA)

Efek Putaran Pertama (EPP)

Efek Dukungan Industri (EDI)

Efek Induksi Konsumsi (EKI)

Efek Total

1

Σiaij

Σiαij-1- Σiaij

Σiα*ij- Σiαij

Σiα*ij

hj

Σiaijhi

Σiαijhi-hj-Σiaijhi

Σiα*ijhi-Σiαijhi

Σiα*ijhi

ej

Σiaijei

Σiαijeij-ej-Σiaijei

Σiα*ijei-Σiαijei

Σiα*ijei

Efek Lanjutan Σiα*ij-1 Σiα*

ijhi-hj Σiα*ijeij-ej

Sumber: Daryanto, 1990

Keterangan:

aij = Koefisien output

hi = Koefisien pendapatan rumah tangga

ei = Koefisien tenaga kerja

αij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka

aij = Matrik kebalikan Leontief model tertutup

Dari efek awal dan efek lanjutannya, dapat dihitung Multiplier tipe I dan II

yang menunjukkan hubungan antara kedua efek tersebut per unit pengukuran dari sisi

output, pendapatan dan tenaga kerja, sebagai berikut:

Tipe I = (EA+EPP+EDI)/ EA

Tipe II = (EA + EPP +EDI + EIK)/EA

25

Page 27: Hibernas Aulia Tasman Edit

3.3.1.6. Analisis Dampak Output

Dampak peningkatan output dan nilai tambah (value added) sektor-sektor

unggulan daerah dan dampak totalnya terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai akibat

peningkatan permintaan akhir dapat diperoleh dengan melakukan guncangan pada

komponen investasi pada sektor-sektor infrastruktur transportasi jalan raya, laut dan

sungai. Dampak guncangan tersebut dapat dihitung dengan mengunakan rumus

berikut:

ΔX = (I-A)-1 ΔF ..............................................................................................(21)

Sedangkan dampak terhadap nilai tambah sektor-sektor unggulan dapat

dihitung sebagai berikut (Boediono, 1981):

.............................................................................................(22)

dimana vj menunjukkan koefisien nilai tambah masing-masing sektor. PDRB

diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah seluruh sektor dalam perekonomian,

atau:

...................................................................................(23)

Untuk melihat dampak perubahan pemintaan akhir terhadap pertumbuhan

ouput dan nilai tambah sektoral khususnya kelompok sektor industri pengolahan,

dalam studi ini dilakukan simulasi peningkatan investasi infrastruktur dengan tiga

kelompok skenario besar yaitu: (1) peningkatan pada sektor unggulan hulunya; (2)

peningkatan pada sektor unggulan industri hilirnya; dan (3) kombinasi peningkatan

pada sektor hulu dan industri hilirnya. Untuk sektor hulu peningkatan investasi

dilakukan pada sektor tanaman bahan makanan (Sim 1), perkebunan kelapa sawit

(Sim 2); perkebunan kelapa (Sim 3); perkebunan karet (Sim 4); perkebunan lainnya

(Sim 5); total perkebunan (Sim 6); peternakan (Sim 7); perikanan (Sim 8) dan

industri kehutanan (Sim 9). Untuk sektor hilir, peningkatan investasi infrastruktur

transportasi dilakukan pada industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung (Sim

10); industri minyak kelapa (Sim 11); industri makanan lainnya (Sim 12); industri

minuman dan tembakau (Sim 13); industri total pengolahan pangan (Sim 14);

industri barang dari karet dan plastik (Sim 15); industri pengolahan hasil perkebunan

(Sim 16); industri penggergajian dan pengolahan kayu (Sim 17); industri kayu lapis

(Sim 18); industri bahan bangunan dan perabot dari kayu (Sim 19); total industri

perkayuan (Sim 20); dan industri kertas dan barang dari kertas (Sim 21). Pada

26

Page 28: Hibernas Aulia Tasman Edit

kelompok ketiga dilakukan kombinasi peningkatan investasi pada tanaman bahan

makanan dan industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung (Sim 22); perkebunan

kelapa sawit dan industri minyak kelapa (Sim 23); perkebunan karet dan industri

barang dari karet dan plastik (Sim 24); sektor kehutanan dan industri penggergajian

dan pengolahan kayu (Sim 25); sektor kehutanan dan industri kayu lapis (Sim 26);

sektor kehutanan dan industri bahan bangunan dan perabot dari kayu (Sim 27);

sektor kehutanan dengan industri penggergajian dan pengolahan kayu dan industri

kayu lapis (Sim 28); sektor kehutanan dan total industri perkayuan (Sim 29); dan

sektor kehutanan dan industri kertas dan barang dari kertas(Sim 30).

Keseluruhan industri pengolahan produk pertanian, produk perkebunan dan

sektor kehutanan dimasukkan ke dalam simulasi peningkatan investasi untuk melihat

perbandingan dampak yang ditimbulkannya terhadap output sektoral dan

pertumbuhan ekonomi daerah. Eksistensi industri perkayuan sesungguhnya sudah

mulai terganggu sebagai akibat menipisnya pasokan bahan baku. Kelompok industri

ini kemungkinan sulit diharapkan untuk dapat dipertahankan tanpa adanya usaha

yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan hutan tanaman industri. Namun bila

terdapat keseriusan untuk membangun sektor kehutanan dan terjaminnya

keberlanjutan pasokan bahan baku dalam jangka panjang maka kelompok industri ini

diperkirakan masih dapat dikembangkan. Untuk melihat prospek pengembangannya

dalam jangka panjang perlu dilakukan simulasi peningkatan investasi pada sektor

kehutanan dan industri pengolahan perkayuan bersamaan dengan industri pengolahan

pertanian lainnya.

3.3.2. Fungsi Produksi Sektor Unggulan

Pada berbagai studi sebelumnya, estimasi fungsi produksi untuk mengukur

peran infrastruktur terhadap aktivitas perekonomian, dilakukan pada tingkat agregat

dan sektoral. Pada fungsi produksi agregat, total output dianggap sebagai fungsi dari

total tenaga kerja dan stok kapital serta stok kapital publik sebagai representasi dari

infrastruktur publik seperti yang dilakukan Munnel (1992), Holtz-Eakin dan

Schwarrtz (1995) dan Baffes dan Shah (1998). Pada fungsi produksi sektoral, selain

ketiga input tersebut juga dimasukkan input intermediate seperti yang dilakukan

Morrizon dan Schwartz (1996) dan Hulten at al. (2003) untuk sektor industri

manufaktur serta Mamatzakist (2003) untuk sektor pertanian.

27

Page 29: Hibernas Aulia Tasman Edit

Pada studi ini jumlah variabel yang dimasukkan ke fungsi produksi bervariasi

sesuai dengan ketersediaan data pada masing-masing sektor. Variabel infrastruktur

transportasi direpresentasikan oleh panjang jalan. Pada sektor industri manufaktur

tersedia data input secara lengkap sehingga memungkinkan untuk memasukkan lebih

banyak variabel ke dalam fungsi produksi. Selain tenaga kerja dan stok kapital

dimasukkan variabel bahan baku.

Penambahkan input kapital infrastruktur terhadap input stok kapital, tenaga

kerja dan input antara, menghasilkan spesifikasi dasar fungsi produksi sektoral

sebagai berikut:

......................................................................................(24)

dimana: Y=output, K= stok kapital, L=tenaga kerja, M=input antara dan G= stok

kapital infrastruktur transportasi.

Pada formulasi fungsi produksi Cobb-Douglas, persamaan 4.1 dapat

ditransformasikan melalui proses logaritma ke bentuk persamaan liner sebagai

berikut:

...........................................(25)

Persamaan 25 dapat diestimasi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least

Squares=OLS) untuk memperoleh koefisien elastisitas produksi seperti ditunjukkan

oleh α, β, γ dan δ. Koefisien ini, masing-masing adalah elastisitas produksi terhadap

perubahan stok kapital, tenaga kerja, input antara dan stok kapital infrastruktur,

sedangkan μ=unsur kesalahan pengganggu (error term). Apabila asumsi constant

return to scale ditiadakan, penjumlahan koefisen elastisitas output tidak harus

bernilai satu. Persamaan 4.2 dapat diderivasikan terhadap unsur waktu sehingga

menghasilkan persamaan berikut.

.........................(26)

Persamaan 26 menunjukkan laju pertumbuhan masing-masing variabel baik output

maupun input, sehingga dapat ditformulasikan kembali menjadi persamaan berikut:1

................................................................(27)

Persamaan 27 menunjukkan bahwa pertumbuhan output masing-masing sektor

selama periode pengamatan disumbangan oleh pertumbuhan masing-masing input

1 Lihat misalnya Barro RJ and Sala-i-Martin. 2004. Economic Growth. Second edition. The MIT Press Cambridge, Massachusetts. London.

28

Page 30: Hibernas Aulia Tasman Edit

dan faktor residual yang diidentifikasi sebagai pertumbuhan produktivitas total (total

factor productivity=TFP) atau kemajuan teknologi dalam model pertumbuhan

agregat Solow. Pangsa masing-masing input terhadap produktivitas sektoral

ditunjukkan oleh hasil kali koefisen elastisitasnya dengan laju pertumbuhannya

masing-masing. Jadi pangsa input infrastruktur terhadap produktivitas sektoral

adalah elastisitas produksinya (γ) dikali dengan pertumbuhannya (rG). Dengan

memasukkan setiap jenis infrastruktur terhadap fungsi produksi masing-masing

sektor unggulan akan diperoleh pangsanya terhadap pertumbuhan seluruh sektor.

Angka inilah yang menunjukkan peran infrastruktur transportasi terhadap

peningkatan output sektor-sektor unggulan.

3.3.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi berbagai pihak

terhadap penyediaan infrastruktur transportasi dalam upaya mendorong sektor-sektor

unggulan daerah. Data yang diperoleh dari hasil survei lapangan diolah dengan

program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel silang (Crosstab).

Berdasarkan pola distribusi persepsi responden dan modus jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selanjutnya ditarik kesimpulan mengenai

persepsi responden terhadap penyediaan infrastruktur transportasi di masing-masing

sentra produksi komoditas unggulan daerah.

BAB IV. PEMBIAYAAN

Untuk memperlancar pelaksanaan penelitian diperlukan sumber dana

dalam jumlah yang mencukupi. Jumlah biaya yang diperlukan secara garis

besarnya ditampilkan pada tabel anggaran berikut ini. Rincian biaya penelitian

berdasarkan komponen pengeluaran disajikan pada lampiran 1.

No Uraian Jumlah

1 Gaji dan Upah Rp 20 480 0002 Peralatan Rp 1 264 0003 Bahan habis pakai Rp 4 296 0004 Perjalanan Rp 10 700 0005 Pengumpulan Data Primer Rp 17 760 0006 Lain-lain Rp 10 500 000

Jumlah Rp 65 000 000

29

Page 31: Hibernas Aulia Tasman Edit

DAFTAR PUSTAKA

Azis, I. J. (1985). Pembangunan Daerah dan Aspek Alokasi Investasi Antar Daerah, Prisma, No. 5, Tahun XIV, hal: 2-21.

Badan Pusat Statistik (1997). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 1993-1996, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (2001). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 1995-2000, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (2007). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 2000-2005, Jakarta.

Burman, J. dan P. Rietveld (1999). Transport and industrial location: the case of Thailand, review of urban & regional development studies, journal of the applied regional science conference, vol. 11 No. 1, pp: 45-62.

Chandra, A. dan E. Thompson (2000). Does public infrastructure affect economic activity? Evidence from the rural interstate highway system, regional science and urban economics, No. 30, pp: 457-490.

Fan, S. dan X. Zang (2004). Infrastucture and regional economic development in rural China, China economic review, No. 15, pp: 203-214.

Feltenstein, A. dan J. Ha (1999). An analysis of the optimal provision of public infrastructure: a computational model using Mexican data, journal of development economics, vol. 58, pp: 219-230.

Ghosh, B. dan P. De (2005). Investigating the linkage between infrastructure and regional development in India: era of planning to globalization, journal of Asian economics, No. 15, pp: 1023-1050.

Holtz-Eakin, D., dan A. M. Schwarrtz (1995). Infrastructure in a structural model of economic growth, Regional Science and Urban Economics, Vol. 25, pp: 131-151.

Holtz-Eakin, D., dan M. E. Lovely (1996). Scale economies, return to variety, and the productivity of public infrastructure, Regional Science and Urban Economics, Vol. 26, pp: 105-123.

Hulten, C. E., E. Bennathan, dan S. Srinavasan (2003). Infrastructure, externalitas, and economic development, working paper, www.gogle.com.

Kim, E. (2000). The transportation infrastructure invesments on growth and equity: applications of the translog cost function and recursive CGE model of Korea, working paper, departement of urban planning and engineering, Yonsei University, Seoul, Korea, www.gogle.com.

30

Page 32: Hibernas Aulia Tasman Edit

Kondo, H. (2004). Optimal scale and interregional allocation of public infrastructure in an endogenous growth and urbanization model, working paper at Departement of Economics, Shinshu University

Mamatzakist, E. C. (2003). Public infrastructure and productivity growth in Greek agriculture, agricultural economics, No. 29, pp: 169-180.

Martin, P. (1997). Can regional policies affect growth and geography in Europe?, Working Paper, Gradute Institute of International Studies, Geneva.

Morrizon, C. J., dan A. E. Schwartz (1996). State infrastructure and productive performance, American Economic Review, Vol. 86, pp: 1095-1111.

Munnel, A. H. (1992). Policy watch: infrastructure investment and economic growth, Journal of economic perspectives, Vol. 6, No. 4, pp: 189-198.

Pesaran, M.H and B. Pesaran (1997). Microfit : An Interactive Econometric Sofware Package, Oxford University Press, London.

Shane, M and F. Gale (2004). China: a study of dynamic growth, Economic Research Service, United State, Departemen of agriculture, www.ers.usda.gov.

Takahasi, T. (1998). On the optimal policy of infrastructure provision across region, Regional Science and Urban Economics, Vol. 28 No. 2, pp: 213-235.

Wuryanto, E.L. (1996). Fiscal decentralization and economic performance in Indonesia: an Interregional Computable General Equilibrium Approach, Unpublished Ph.D. Dissertation, Cornell University, Ithaca.

Lampiran 1.

Rincian Anggaran Biaya Penelitian

Tahun Pertama

1. Anggaran untuk pelaksanaan (gaji dan upah)

No Jenis Anggaran Jumlah

1Ketua Peneliti : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 12 jam x Rp 20 000/jam) Rp 7 680 000

2Anggota Peneliti I: Dr. Arman Delis, SE, M.Si(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 10 jam x Rp 20 000/jam) Rp 6 400 000

31

Page 33: Hibernas Aulia Tasman Edit

3Anggota Peneliti I: Drs. Ardinal, M.Si(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 10 jam x Rp 20 000/jam) Rp 6 400 000

Sub total (1) Rp 20 480 000

2. Anggaran untuk keperluan peralatan

No Jenis Anggaran Jumlah

1Sewa Internet (pelacakan data dan informasi tentang model)(12 jam/minggu x 24 minggu x Rp 3000)

Rp 864 000

2Sewa LCD (diskusi dan pemaparan hasil penelitian)(4 x Rp 100 000) Rp 400 000

 Sub Total (2) Rp 1 264 000

3.  Anggaran untuk bahan habis pakai

No Jenis Anggaran Jumlah

1 Kertas Ukuran A4 80 gram (media pengetikan)(10 rim x Rp 40 000)

Rp 400 000

2 Tinta Printer HP desk Jet (media pengetikan)(10 unit x Rp 250 000) Rp 2 500 000

3 CD-RW (media penyimpanan data dan laporan)(20 buah x Rp 10 000) Rp 200 000

4 Flashdisc 4 GB (media transfer data dan laporan)(3 buah x Rp 250 000) Rp 750 000

5 Alat-alat tulis lainnya (pinsil, balpoint, block note) Rp 446 000

 Sub total (3) Rp 4 296 000

4. Anggaran untuk perjalanan dinas

No Jenis Anggaran Jumlah1 

Transportasi Jambi– Kerinci 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 150 000)Transportasi Jambi– Bangko 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)Transportasi Jambi– Sarolangun 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)Transportasi Jambi– Bungo 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)

Transportasi Jambi– Tanjung Jabung Timur 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 50 000)Transportasi Jambi– Muara Jambi 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 12 500)(pengumpulan data primer dan sekunder)

Rp 1 200 000

Rp 600 000

Rp 600 000

Rp 600 000

Rp 400 000

Rp 100 000

  2 Transportasi lokal di 6 Kabupaten/Kota(2 orang x 2 HOK x 6 x Rp 100 000)

Rp 2 400 000

Perdiem:2 orang x 2 HOK x 6 x Rp 200 000

Rp 4 800 000

Sub total (4) Rp10 700 000

5. Anggaran untuk pengumpulan data primerNo. Jenis Anggaran Jumlah

1 Survei pendahuluan di 6 Kabupaten Rp 7 200 000

32

Page 34: Hibernas Aulia Tasman Edit

(4 orang x 3 HOK x 6 x Rp 100 000) 2 Pengumpulan data primer di 6 Kabupaten

(4 orang x 4 HOK x 6 x Rp 110 000Rp 10 560 000

Sub total (5) Rp 17 760 000

6. Anggaran untuk pengeluaran lainnyaNo Jenis Anggaran Jumlah

1 Pembelian data/Tabel I-O Tahun 2006 Rp 2 000 000

2 Fhotocopy data makroekonomi regional dan data sektoral Rp 500 000

3 Pembelian dan fhotocopy buku referensi Rp 500 000

4 Pembelian softcopy Jurnal untuk survei studi sebelumnya10 x Rp 30 000

Rp 1 000 000

5

Penggandaan kuesioner penelitian untuk 10 kabupaten/kota20 x 10 lbr x 10 x Rp 150

Rp 300 000

6 Pengolahan data (2 orang x 3 bulan x Rp 200 000) Rp 1 200 000

7 Pemodelan (2 orang x 2 bulan x Rp 250 000) Rp 1 000 000

8 Analisis data(2 orang x 3 bulan x Rp 250 000)

Rp 1500 000

9 Pertemuan tim(10 kali x Rp 50 000) Rp 500 000

10 Penulisan laporan penelitian (2 orang x 2 bulan x Rp 225 000)

Rp 1 000 000

11 Seminar hasil penelitian Rp 500 000

12 Penggandaan laporan penelitian(20 eks x Rp 25 000)

Rp 500 000

Sub total (6) Rp 10 500 000

Lampiran 2.

BIODATA PENELITI

Ketua Peneliti

A. Identitas Peneliti

1. Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D.2. Umur/ Kelamin : 47 Tahun/Laki-laki3. Alamat Rumah : Jl. Dr.Tazar No. 23 Buluran, Telanaipura, Jambi4. Pangkat/Gol/NIP : Pembina /IV.a/1316453995. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

33

Page 35: Hibernas Aulia Tasman Edit

6. Unit Organisasi : Fak. Ekonomi UNJA7. Alamat Kantor : Rektorat UNJA, Kampus UNJA Mendalo Darat Jambi 36361

B. Riwayat Pendidikan

Tahun SpesialisasiNo. Nama Pendidikan Tempat Dari Sampai Ijazah Bidang

1 SD Lempur 1967 1972 Ijazah2 SMP Lempur 1973 1975 Ijazah3 SMA Sei. Penuh 1976 1979 Ijazah IPS4 Fak Ekon. UNAND Padang 1979 1985 SE Manajemen5 Pascasarjana Kansas S.

Univ, USA1990 1991 MSc Agriculture

Economics6 Pascasarjana UPLB -

Philippines1994 1997 Ph.D Production

Economics

C. KegiatanPenelitian

1. “Cassiavera - Tanaman Primadona Kabupaten Kerinci: Kajian dari segi ekonomi produksi”, Jambi (1993).

2. “Industri Kecil Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan Masyarakat Kabupaten Kerinci”, (1994)

3. “Penerapan AIDS Model terhadap Permintaan Kebutuhan Pokok di Kotamadya Jambi”, (1994).

4. Technical Efficiency and Technological Change in Rubber (Hevea brasiliensis) Farming in Batang Hari Regency, Jambi - Indonesia”, Dissertasi, Univ. of the Philippines, Los Baños. (1997).

5. Pengukuran Perubahan Teknologi Perkebunan Karet di Kabupaten Batang Hari, Kerjasama dengan BAPPEDA Tk. I Jambi. (1997)

6. Kajian Kelayakan Pelabuhan Muara Sabak, Kerjasama dengan Kanwil Perhubungandan Bappeda Tk. I Jambi. (1998).

7. Evaluasi Dampak Dana Bantuan INPRES Dati II di Propinsi Jambi, BAPPEDA Tk. I Jambi. (1998).

8. Studi Pelacakan Perambah Taman Nasional Kerinci Seblat, Balai TNKS, Jambi (1999).

9. Studi Kelayakan Terminal Pasar untuk Lintas Tengah dan Timur di Provinsi Jambi, Bekerjasama Dinas Perindustrian Provinsi Jambi, Jambi (1999)

10. Analysis of Economic Efficieny and Total Factor Productivity of Rubber Farming in Jambi Province, Dana URGE, Jambi (2000)

11. Kajian Perbandingan Tingkat Perubahan Teknologi Perkebunan Karet Antara Peserta PIR dan Non-PIR di Kabupaten Batang Hari, Dana Perguruan Tinggi, Jambi (2000)

12. Kajian Pemberdayaan Sub-sistem Agribisnis Produk Andalan pada Kawasan Sentra Produksi di Provinsi Jambi, bekerjasama dgn Bappeda Provinsi Jambi, Jambi (2000).

34

Page 36: Hibernas Aulia Tasman Edit

13. Penyusunan rancangan / model pengusahaan hutan non kayu oleh usaha kecil dan menengah., Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).

14. Penyusunan rancangan / model pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi dalam segementasi pengusahaan hutan. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).

15. Penyusunan rancangan / model pengembangan pemanfaatan limbah tebangan HPH oleh usaha kecil dan koperasi. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).

16. Penyusunan rancangan / model pengembangan pemanfaatan limbah IPKH oleh usaha kecil dan koperasi. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).

17. Evaluasi Proyek BAP-PLP, Bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Merangin, Bangko, Maret (2000).

18. Evaluasi Proyek P3DT Provinsi Jambi, Bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Jambi, Maret (2000).

D. Karya Ilimiah Dipublikasikan

1) “The Almost Ideal Demand System: Teori dan Penerapannya”, Jurnal Ilmiah, Universitas Jambi (1992).

2) “Penerapan The Almost Ideal Demand System Model pada Permintaan Kopi Indonesia oleh Amerika Serikat”, Jurnal Ilmiah, Universitas Jambi (1992).

3) “Pola Permintaan Mahasiswa Universitas Jambi Terhadap Rumah Kos”, Jurnal Penelitian, Jambi (1993).

4) “High Versus Low Input Agriculture : Ecologicalsound in Indonesia”, Jurnal Ilmiah, Jambi (1994).

5) “Pengembangan Industri Kecil sebagai Alternatif Sumber Pendapatan di Kabupaten Kerinci”, Jurnal Penelitan, Jambi (1994).

6) “Penerapan the Almost Ideal Demand System pada Permintaan Terhadap Kebutuhan Pokok di Kotamadya Jambi (1994)

7) “Pengukuran Perubahan Teknologi Melalui Kajian Ekonomi”, Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Edisi 8, No. 2 ; 96-107 (1998).

8) “Efisiensi teknis Perkebunan karet di Kabupaten Batang Hari”, Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Edisi 8, No. 3; (1998)

E. Makalah Tidak di Publikasikan

1) “The United State Demand for Indonesian Coffee Export”, Graduate Thesis, Kansas Stated University, USA (1991).

2) “Pengentasan Kemiskinan di Propinsi Jambi”, Jambi (1994)3) “Persiapan Jambi Menhadapi Pasar SIJORI”, Jambi (1994)4) “System Pertanian Berkelanjutan: Usaha Menerobos Jerat Kemiskinan Pedesaan

di Indonesia”, Los Baños (1995).5) “Measuring Technical Efficiency of Rice Farming in Jambi Propinve: ase Study

Rice Farmers in Lempur - Gunung Raya County”, Los Baños (1995)6) “The Devaluation Policies in Indonesia: Their Effects to the Agricultural

Exports”, Los Baños (1995).

35

Page 37: Hibernas Aulia Tasman Edit

7) “Technical Efficiency of Paddy Farming in Jambi Propince, Los Baños (1995)8) “Technical Efficiency of Water Bufallo Farm in Jambi, Los Baños (1995)9) “Sustainable Agriculture System: The Key to Escape the Rural Poverty Trap in

the Asian Countries, Los Baños (1995).10) “The Estimation of Technical Effisiency in Annual Crops”, Los Baños (1996)11) “On the Measurement of Economic Efficiency”, Working paper No. 1/1996.12) “The Measurement of Technological Change: a theoretical review”, Working

paper No.P96-2/1996.13) “Poverty Allevation in Indonesia”, Los Baños (1996)14) “The Devaluation Policies in Indonesia: Their Effects to the Agricultural Exports”,

Los Baños (1996)15) “Kesiapan Indonesia Menghadapi Pasar AFTA 2003”, Indonesian Embassy,

Manila (1996)16) “The Measurement of Technological Change in Perinnial Crops”, Los Baños

(1997). 17) “The Share of Indonesian Export in International Trade”, Los Baños (1997)18) “Measurement of Economics Efficiency and Technological Change of Perennial

Crops”, SEARCA, Los Baños, Philippnes (1997).19) “Technical Efficiency of Rubber Farming in Batang Hari Regency - Jambi”,

SEARCA, Los Baños, Philippines, (1997).20) “Agribusiness or Agro-Industrial Develompment as an Approach to Uplifting

Agricultural Economics”, bersama Dr. Soekartawi, Los Baños (1997).21) “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Propinsi Jambi”, Jambi (1998).22) “Estimation of Technical and Economic Efficiency”, Jambi (1998)23) “Production Function Frontier the Way to Estimate Efficiency”, Jambi (1998)24) “Cost and Profit Function, the Duality Function”, Jambi (1998)25) “Pengentasan Kemiskinan Tinjauan dari SDM dan SDA”, Seminar Sehari

BKKBN - Jambi (1998)26) “Peranan Budaya Kerja dalam Peningkatan SDM”, bersama Dr. M.Havidz Aima,

Jambi (1998)27) “Pendekatan Inisiatif Masyarakat dan Stimuli Permintaan: Pendekatan Baru

Pengentasan Kemiskinan”, bersama Dr. M. Havidz Aima, Jambi (1998)28) “Masyarakat Indonesia Baru dan Produktivitas Sumberdaya Manusia: Tinjauan

PerencanaanStrategis dan Implementasinya”, Jambi (1998)29) “Informasi Pembangunan Daerah Propinsi Jambi”, bersama Dr. M. Havidz Aima,

(1998)30) “Masyarakat Indonesia Baru dan Produktivitas Sumberdaya Manusia : Tinjauan

PerencanaanStrategis dan Implementasinya”, bersama Dr. M. Havidz Aima, Jambi (1998)

31) “Masyarakat Jambi dalam Masa Krisis Moneter dan Ekonomi: Tinjauan Sekilas Mengiringi Survey Konsultan Bank Dunia untuk PPW-JRDP”, Jambi (1998).

32) “Pengumpulan Jelutung di Sekitar Taman Nasional Berbak”, TPK SDA Bappeda, Jambi (1999)

33) “Potensi Jambi dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional mengenai Manajemen Strategis di Waktu Krisis, Jambi (1999)

34) “Peluang Investasi di Propinsi Jambi: Upaya Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Masyarakat Perbankan Daerah Jambi, Jambi (1999)

36

Page 38: Hibernas Aulia Tasman Edit

35) “Pemberdayaan Masyarakat Jelutung di Sekitar Taman Nasional Berbak”, Jambi (1999)

36) “Kajian Kelayakan Usaha Karamba di Pulau Aro, Kabupaten Sarolangun Bangko”, Jambi (1999).

37) “Pemberdayaan Masyarakat: Strategi Pembangunan yang Berdimensi Kerakyatan”. Jambi (1999)

38) “Peran Serta Masyarakat Perguruan Tinggi dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di Propinsi Jambi, Jambi, Juli (1999)

39) “Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Oleh Gerakan Koperasi”, Hut Koperasi Tgl. 12 Juli 1999.

40) “Pemberdayaan Kelompok Sasaran (POKSAR) Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (P-KSP) di Provinsi Jambi”, Jambi, September (1999)

41) “Perekonomian Daerah Jambi pada Millenium III”, Disampaikan pada Seminar Sehari, Hari Ulang Tahun Stastistik di Jambi, tanggal September 1999.

42) “Konsepsi Agribisnis” Disampaikan pada Diklat Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Pekanbaru (2000).

43) “OTONOMI UNIVERSITAS?”: Suatu Tantangan dan Perspektif Menuju Kemandirian. Jambi 2000.

44) “Pemberdayaan Sumber Daya”, Makalah disampaikan dihadapan peserta Diklat Spama, Jambi, Januari (2000)

45) “Perekonomian Daerah Jambi Dalam Era Otonomi: Kesiapan, Masalah Dan Tantangan”, Disampaikan pada Seminar Sehari dan Temu Seminar Fakultas Ekonomi, Jambi, Februari (2000)

46) “Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batang Hari”, Disampaikan pada Seminar Sehari tentang Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batang Hari, Muara Bulian, 13 Maret (2000).

47) “Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Kabupaten Muaro Jambi”, Disampaikan pada Seminar Pengembangan dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan di Kabupaten Muaro Jambi, April 2005.

48) “Globalisasi, Liberalisasi Perdagangan Dan Otonomi Daerah” Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Liberalisasi Perdagangan Dalam Perspektif Otonomi Daerah”, Jambi - 9 Mei 2006.

49) Implementasi Kegiatan Pembangunan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Jambi - 17 Mei 2004.

50) “Implementasi Uu Nomor. 22 Tahun 1999 Terhadap Perencaaan Pembangunan Daerah”, Makalah disampaikan pada Diklat Spama – Bukit Tinggi, 8 April 2003.

51) “Alokasi-Distribusi APBD Provinsi Jambi Dan Dampaknya Terhadap Pembangunan Manusia", Makalah disampaikan pada Seminar Regional Ecosoc, tentang Pembangunan Manusia dan Hak-hak Warga Negara, di Padang 23-24 Agustus 2004.

52) “Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Otonomi Daerah”, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Muaro Jambi”, Ma. Jambi - 5 Februari 2004.

53) ”Mencari Format Ekonomi Alternatif”, Disampaikan pada Agenda Seminar Sehari “Penguatan Ekonomi di Era Otonomi”, Jambi, 20 Mei 2002

37

Page 39: Hibernas Aulia Tasman Edit

54) “Mencari Kiat Dan Strategi Pengembangan Agribisnis”, Disampaikan pada Seminar Regional Sehari “Menjadikan Agribisnis Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat, Jambi 24 Agustus 2002.

55) “Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan”, Disampaikan pada Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan Hidup dalam pandangan Al Qur’an, Tebo 19 Juni 2005.

56) “Pembangunan Bidang Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Otonomi Daerah Di Propinsi Jambi”, Disampaikan pada Agenda Seminar Sehari “Penguatan Ekonomi Rakyat di Era Otonomi”, Jambi, 2 Mei 2004.

57) “Pembangunan Berbasis Kemitraan Dalam Upaya Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Pembangunan Sektor Perikanan di Provinsi Jambi”, Jambi - 16 Juli 2003.

58) “Potensi Dan Peluang Investasi Di Kabupaten Batang Hari”, Disampaikan pada Seminar Sehari “Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batanghari”, Muara Bulian, 12 Maret 2000.

59) “Reorientasi Arah Pembangunan Provinsi Jambi: Mantapkan Konsep Pembangunan Jangka Panjang”, Makalah untuk Diskusi pada Pemedntah Daerah Propinsi Jambi - Bappeda Tk.1 Jambi , tanggal 9-Apdl 2001 di Jambi

60) “Arah Pengembangan Sektor Agribisnis Kota Jambi”. Makalah Disampaikan pada Seminar Pembangunan Kota Jambi Tahun 2007 – 2027, Jambi 29 Mei 2006.

F. Publikasi Buku

1). In the Shadow of Rubber: Alternative Agriculture Development Perspective in Jambi. (1999). Bersama Dr. Patrice Levang dan Ir. Baslian K. Yoza. Institut de recerche por le developpement, IRD Jakarta, March 1999.

2). Ekonomi Manajerial: Pendekatan Matematis, 2005. Penerbit Chandra Pratama, Jakarta.

3). Ekonomi Produksi Teori dan Aplikasi. 2006. Penerbit Chandra Pratama, Jakarta.4). Ekonomi Produksi: Analisis Efisiensi dan Produktivitas. 2008. Penerbit Chandra

Pratama, Jakarta.

Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.DAnggota Peneliti I

A. Identitas

1. Nama Lengkap Dr. Arman Delis, SE, M.Si2. Tempat Lahir Mukai Mudik, Kerinci3. Tanggal Lahir 17 Desember 19654. Jenis Kelamin Laki-laki5. Agama I s l a m6. Status Perkawinan Kawin7. Pendidikan Terakhir Doktor (S3)8. Alamat Rumah Komp. Perumahan Baruga Permata Mendalo Jl.

Jambi-Ma. Bulian KM 15 Blok B No. 4 Desa

38

Page 40: Hibernas Aulia Tasman Edit

Mendalo Darat - Jambi 36361.

B. Pendidikan (S1 ke atas)

Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus Bidang studi

Universitas Jambi, Fakultas Ekonomi SE 1990 Ilmu Ekonomi

PPs-UGMBidang Ilmu Ekonomi M.Si 1995 Ekonomi Publik

SPs-IPB, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dr 2008 Ekonomi Regional

C. Pengalaman Penelitian

No Judul Penelitian Sumber Dana/Tahun1. Analisis Kecendrungan Transformasi Struktur Ekonomi

Propinsi JambiUNJA/1992

2. Impor dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Suatu Kajian Empiris

UNJA/1993

3. Industri Kecil Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Kerinci

UNJA-DIKTI/1994.

4. Analisis Prilaku Permintaan Indonesia terhadap Impor Barang : Suatu Pendekatan Kointegrasi

UNJA/1997

5. Determinan Perbedaan tingkat Upah Buruh Laki-laki dan Perempuan pada Industri Kayu Lapis di Propinsi Jambi

DIKTI/1997

6. Pengaruh Program Pendidikan Menabung terhadap Tingkat Kesadaran Pelajar Menabung di Propinsi Jambi

UNJA-Bank Indonesia Jbi/1997

7. Pengujian Ulang Pandangan Strukturalis terhadap Proses Inflasi : Studi Kasus Indonesia UNJA/1998

8. Analisis Prilaku Jangka Panjang Permintaan Negara-negara Kawasan Asia Pasifik terhadap Ekspor Hasil Industri Kayu Lapis Propinsi Jambi

UNJA-DIKTI/1998

9. Analisis Prilaku Tabungan Rumah Tangga di Kotamadya Jambi

UNJA-ADB/1999

10. Model Pemasaran Produk Olahan Limbah Industri Perkayuan di Propinsi Jambi

Dinas Kehutanan Prop. Jbi/ 1999

11. Pengukuran Tingkat Efisiensi Eknomi Pada Industri Kecil Unggulan di Kabupaten Kerinci

UNJA-ADB/2000.

12. Analisis Peta Perbankan Pasca Pemekaran Wilayah di Propinsi Jambi

CDFORES-Bank Indonesia

Jambi/2000

13. Analisis dan Prediksi Eknomi Regional Triwulanan Propinsi Jambi

CDFORES-Bank Indonesia

Jambi/2000

14. Analisis dan Prediksi Eknomi Regional Triwulanan CDFORES-Bank

39

Page 41: Hibernas Aulia Tasman Edit

Propinsi Jambi Indonesia Jambi/2001

15. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) oleh Perbankan di Wilayah Kerja Bank Indonesia Jambi

UNJA-Bank Indonesia

Jambi/2002

16. Faktor Penyebab Kecendrungan Tingginya Tingkat Inflasi di Provinsi Jambi

Bank Indonesia & BPS Jambi/ 2003

17. Penaksiran Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP-PBB) Daerah Perkotaan: Penerapan Pendekatan Hodonic Price Function untuk Kasus Kota Jambi

UNJA-DIKTI/2004

18. Dampak Kebijakan Peningkatan Tarif Impor Beras terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia : Suatu Pendekatan Model Keseimbangan Umum

PPs-IPB/2004

19. Dampak Kebijakan Tarif Impor dan Harga Dasar Pembelian Gabah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Beras di Indonesia: Suatu Simulasi dengan Pendekatan Keseimbangan Parsial

UNJA-DIKTI/2005

20. Developing Tools for Assessing the Effectivenees of ADB Operations in Reducing Poverty

ADB Jkt & PSP3 IPB-Bogor/ 2005

21. Kajian Kebijakan Produksi, Pemasaran, Dan Pembiayaan Terhadap Komoditi Agribisnis Pangan

Menko Perekonomian-

Jakarta & PSP3 IPB Bogor/ 2005

22. Penyusunan Master Plan Ketahanan Pangan Propinsi Riau Pemda Riau & PSP3 IPB Bogor/ 2005

23. Dampak Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Terhadap Perkembangan Sektor Industri Manufaktur di Indonesia: Pendekatan Model Keseimbangan Umum

Departemen Perindustrian Jkt-

FEM-IPB Bogor/2006

24. Penyusunan Model Dynamic Computable General Equilibrium (DCGE) untuk Sektor Perbankan di Indonesia

Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB

Bogor/2006

25. Dampak Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perta-nian Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ekonomi dan Sektoral di Provinsi Jambi : Suatu Pendekatan Model Input Output Regional

DIKTI-UNJA/2007

26. Kebijakan Pengembangan infrastruktur Jalan dan kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Efisiensi Transportasi di Provinsi Jambi

BALITBANGDA Provinsi Jambi

2007

27.Kajian Investasi di Kabupaten Sarolangun

BAPPEDA Kab. Sarolangun

2007

28. Penyusunan Model Keseimbangan Umum Recursive Dynamic

Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB

Bogor/2007

40

Page 42: Hibernas Aulia Tasman Edit

29. Updating Data Model Computable General Equilibrium (CGE), Recursive Dynamic Computable General Equilibrium (RDCGE) dan MD-Kesturi

Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB

Bogor/2008

D. Daftar Publikasi

No Judul Artikel Penerbit/Tahun

1. Pengukuran Elastisitas Penerimaan Pajak di Indonesia : Pendekatan Indeks Divisia dan Model Liner Dinamis

Jurnal Manajemen dan Pembangunan FE-

UNJA,1996

2. Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Pajak di Indonesia : 1968-1993

Jurnal Penelitian Berkala Pasca Sarjana

–UGM, 1997

3. Analisis Prilaku Permintaan Jangka Panjang Negara-negara Kawasan Asia Pasifik Terhadap Ekspor Kayu Lapis Provinsi Jambi

Jurnal Penelitian Universitas Jambi,

2002

4. Dampak Gangguan Struktural dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pentargetan Inflasi di Indonesia

Jurnal Ilmiah Impasja, Impasja-Bogor, 2006

5. Dampak Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ekonomi dan Sektoral di Provinsi Jambi : Suatu Pendekatan Model Input Output Regional

Jurnal Manajemen dan Pembangunan FE-

UNJA, 2008

Jambi, 12 November 2008

Dr. Arman Delis, SE, M.Si

Anggota Peneliti II

A. Identitas

1. Nama Lengkap Drs. Ardinal, M.Si2. Tempat Lahir Medan3. Tanggal Lahir 12 September 19534. Jenis Kelamin Laki-laki5. Agama I s l a m6. Status Perkawinan Kawin7. Pendidikan Terakhir Magister (S2)

C. Pendidikan (S1 ke atas)

41

Page 43: Hibernas Aulia Tasman Edit

Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus Bidang studi

Universitas Jambi, Fakultas Ekonomi Drs 1980 Manajemen

PPs-Unv. PadjajaranBidang Ilmu Ekonomi M.Si 1996 Ekonomi Pertanian

D. Riwayat Jabatan

Nama Jabatan Instansi Periode WaktuPembantu Rektor I Universitas Jambi 2004-2008Pembantu Rektor III Universitas Jambi 2001-2004Sekretaris Senat Universitas Jambi 2000-2004Sekretaris ISEI Cab Jambi Universitas Jambi 1997-2005Ketua Jurusan Studi Manajemen Unja 1999-2001Pembantu Rektor II Universitas Batanghari 1985-1988Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ)

Universitas Terbuka 1984-1994

E. Pengalaman Penelitian (5 dari 50 judul penelitian)

No

Judul Penelitian Tahun

1. Peranan Manajemen Kepemimpinan Efektif Menghadapi Persaingan Bisnis Glogal

2004

2. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Distribusi Pendapatan Petani PIRBUN Kelapa Sawit di Daerah Jambi

2003

3. Analisis Tingkat Kewirausahaan (Entrepreneur) Pengusaha Kelompok Industri Kecil dan Pengaruhnya terhadap Keberhasilan Usaha

2003

4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Bermukim di Rakit Sungai Batanghari

2002

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pendapatan Petani Kelapa Sawit pada Proyek PTP Gunung Pamela di Daerah Sungai Bahar Provinsi Jambi

2002

F. Publikasi Ilmiah

No Judul Artikel Nama Jurnal/Tahun

1. Analisis Konflik Kaitannya dengan Teori Marx Jurnal Madani/2001

2. Kritikan terhadap Kepemimpinan dan Ajaran Marxisme

Jurnal Madani/2001

3. Kepemimpinan Partai Politik dan Cermin Struktur Masyarakat Jurnal Madani/2004

Jambi 12 November 2008

42

Page 44: Hibernas Aulia Tasman Edit

Drs. Ardinal, M.Si

43