Herynda Nevitasari (13505244006). Pemanasan Aspal.doc
-
Upload
fandy-wijaya-dwi-rohadi -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
Transcript of Herynda Nevitasari (13505244006). Pemanasan Aspal.doc
LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN
UJI PEMANASAN ASPAL
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Konstruksi Jalan
di Laboraturium Jalan Raya
Mata Kuliah:
Konstruksi Jalan Raya
Dosen Pengampu:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
Disusun Oleh:
Herynda Nevytasari (13505244006)
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
2014
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Konstruksi Jalan ini dengan judul Pengujian Pemanasan Aspal.
Praktikum Konstruksi Jalan bertujuan agar mahasiswa mengetahui bagaimana
cara pemanasan aspal serta memiliki gambaran tentang keguanaan dan manfaat
dalam suatu pekerjaan di lapangan.
Selesainya penulisan laporan ini semata-mata berkat bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan dalam segala bentuk kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yaitu:
1. Bapak Faqih Ma’arif, M.Eng, selaku Dosen Pengampu yang selalu
membimbing penulis.
2. Saudara Muhammad Nuruzzaman dan Saudara Maris Setyo N. selaku
pendamping dan pembimbing selama berlangsungnya praktikum.
3. Bapak Sudarman selaku teknisi di ruang praktikum yang selalu
membantu dalam penyiapan alat dan bahan pengujian.
4. Teman–teman satu kelompok yang memberikan bantuannya dan
masukannya dalam pembuatan laporan ini.
5. Semua pihak yang telah mendukung dan memberi bantuan dalam
proses Praktikum Konstruksi Jalan ini sehingga dapat berjalan dengan
lancar.
Pembuatan laporan Praktikum Konstruksi Jalan ini tentunya masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat memberi dorongan dan membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa khusunya, jurusan Teknik Sipil
dan semua pihak pada umumnya.
Yogyakarta, Oktober 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
A. Jenis Pengujian ..................................................................................... 1
B. Kajian Teori ......................................................................................... 1
C. Alat dan Bahan ..................................................................................... 6
D. Langkah Kerja ...................................................................................... 11
E. Penyajian Data ..................................................................................... 12
F. Pembahasan .......................................................................................... 13
G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum ........................................................ 13
H. Kesimpulan .......................................................................................... 13
I. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
LAMPIRAN ................................................................................................ 16
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Thermometer..................................................................... 8
Tabel 2. Data Hasil Pengujian...................................................................... 13
Tabel 3. Lembar Konsultasi ........................................................................ 18
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 0. Komposisi dari Aspal (Ikatan Aspal) ........................................ 2
Gambar 1. Cawan ........................................................................................ 7
Gambar 2. Baskom ...................................................................................... 7
Gambar 3. Kompor Listrik .......................................................................... 8
Gambar 4. Thermometer ............................................................................. 9
Gambar 5. Sendok ....................................................................................... 9
Gambar 6. Tang ........................................................................................... 9
Gambar 7. Piring Logam ............................................................................. 10
Gambar 8. Kain Lap .................................................................................... 10
Gambar 9. Aspal Pabrik .............................................................................. 11
Gambar 10. Proses Pembakaran aspal (Benda Uji) .................................... 16
Gambar 11. Pengukuran Suhu .................................................................... 16
Gambar 12. Pemindahan Aspal ke Dalam Cawan ...................................... 17
Gambar 13. Benda Uji Dalam Cawan ......................................................... 17
vi
A. Jenis Pengujian.
Pengujian Pemanasan Aspal dilakukan pertama kali dalam Praktikum
Konstruksi Jalan. Pemanasan aspal ini harus dilakukan sebelum menuju
proses pengujian aspal yang lain seperti penetrasi aspal. Dari praktikum ini
diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti bagaimana cara
serta proses pencairan aspal sebelum bisa digunakan. Pengujian ini
dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.
B. Kajian Teori
Menurut Sukirman (2003), bitumen adalah zat perekat (cementitious)
berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperorleh di alam ataupun sebagai
hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti
aspal, tar atau pitch. Aspal didefinisikan sebagai material perekat
(cementitious), berwarna hitam atau cokelat tua, dengan unsur utama
bitumen aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu
penggilingan minyak bumi. Aspal adalah material yang pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis. Jadi
aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali
membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya campuran aspal
dalam perkerasan berkisar antara 4-10 % berdarkan berat campuran, atau
10-19% berdasarkan volume campuran.
Secara garis besar komposisi kimiawi aspal terdiri dari asphaltenes,
resins dan oils. Asphaltenes terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon,
merupakan material berwarna hitam atau cokelat tua yamg tidak larut dalam
n-heptane. Asphaltenes menyebar di dalam larutan yang disebut maltenes,
maltenes larut dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri dari
resins dan oils. Resins adalah cairan berwarna kuning atau cokelat tua yang
memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang
1
atau berkurang selama masa pelayanan jalan, sedangkan olis yang berwarna
lebih muda merupakan media dari asphaltenes dan resin.
Maltenes merupakan komponen yang mudah berubah sesuai
perubahan temperatur dan umur pelayanan. Durabilitas aspal merupakan
fungsi dari ketahanan aspal terhadap perubahan mutu kimiawi selama proses
pencampuran dengan agregat, masa pelayanan, dan proses pengerasan
seiring waktu atau umur perkerasan. Pengerasan aspal dapat terjadi karena
oksidasi, penguapan, dan perubahan kimiawi lainnya. Reaksi kimiawi dapat
mengubah resins menjadi asphaltenes, dan oils menjadi resins, yang secara
keseluruhan akan meningkatkan viskositas aspal.
Gambar 0. Komposisi dari Aspal (Ikatan Aspal)
(Sumber, Sukirman 2003)
Beberapa klasifiksi dari aspal adalah sebagai berikut:
1. Aspal Hasil Destilasi (Aspal Minyak)
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses
dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut.
Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan
minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses
destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak.
a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam
minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga
2
menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras.
Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui
proses destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC.
Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak
mentah yang disuling atau tingkat aspal keras yang akan
dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang
diinginkan, proses penyulingan harus ditangani sedemikian rupa
sehingga dapat mengontrol sifat-sifat aspal keras yang
dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan mencampur
berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses
destilasi dilakukan. Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan
aspal keras dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai dengan
sifat-sifat yang diinginkan. Cara lainnya yang sering dilakukan
untuk mendapatkan aspal keras adalah dengan viskositas
menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras
dengan proporsi tertentu dimana aspal keras yang sangat encer
dicampur dengan aspal lainnya yang kurang encer sehingga
menghasilkan aspal dengan viskositas menengah. Selain melalui
proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak
mentah dengan pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga
dapat dihasilkan melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam
proses ini fraksi minyak (bensin, solar, dan minyak tanah) yang
terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan sehingga
meninggalkan aspal sebagai residu (anasaff, 2012).
b. Aspal Cair
Menurut Sukuriman (1991), Aspal cair dihasilkan dengan
melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak.
Aspal ini dapat juga dihasilkan secara langsung dari proses
destilasi, dimana dalam proses ini raksi minyak ringan
terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan.
3
Kecepatan menguap dari minyak yang digunakan sebagai
pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu
pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang
dihasilkan. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
1) Aspal Cair Jenis Menguap Cepat (RC = Rapid Curing)
Aspal cair jenis menguap cepat adalah aspal cair yang
terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut yang
mempunyai daya menguap tinggi dan cepat. Pelarut yang
digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah premium.
2) Aspal Cair Jenis Menguap Sedang (MC = Medium Curing)
Aspal cair jenis menguap sedang adalah aspal cair yang
terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut yang
mempunyai daya menguap sedang dan tidak begitu cepat,
Contoh pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya adalah minyak tanah.
3) Aspal Cair Jenis Menguap Lambat (SC = Slow Curing)
Aspal cair jenis menguap lambat adalah aspal cair yang
terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut (solar)
yang mempunyai daya menguap lambat. Pelarut yang
digunakan pada aspal jenis ini adalah solar. Tingkat
kekentalan aspal cair sangat ditentukan oleh proporsi atau
rasio bahan pelarut yang digunakan terhadap aspal keras
atau yang terkandung pada aspal cair tersebut. Aspal cair
jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi
dari MC-200.
c. Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal
keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal keras dipisahkan
dan didispersikan dalam air yang mengandung emulsifer
(emulgator). Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat
kecil bahkan sebagian besar berukuran sangat kecil bahkan
4
sebagian besar berukuran koloid. Jenis emulsifer yang
digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan
aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat
pengemulsi yang digunakan, Aspal emulsi yang dihasilkan dapat
dibedakan menjadi:
1) Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion
negatif.
2) Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion
positif.
3) Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk
berion (netral) (anasaff, 2012).
Menurut Sukirman (1999), berdasarkan kecepatan
pengerasannya aspal emulsi dapat dibedakan atas:
1) Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengelmusi sehingga pengikatan yang terjadi cepat.
2) Medium Setting (MS).
3) Slow Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat
menguap.
2. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam.
Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Aspal Danau (Lake Asphalt)
Aspal danau ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad,
Venezuella dan lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral,
dan bahan organik lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat
rendah dan titik lembek sangat tinggi. Karena aspal ini dicampur
dengan aspal keras yang mempunyai angka penetrasi yang
tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aspal
dengan angka penetrasi yang diinginkan.
5
b. Aspal Batu (Rock Asphalt)
Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara
alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton,
Indonesia. Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah
batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam
batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan
memiliki persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit
ini harus ditimbang terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan
dicampur dengan minyak pelunak atau aspal keras dengan angka
penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat ini aspal
batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan
aspal batu dalam bentuk butiran partikel yang berukuran lebih
kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik (anasaff, 2012).
C. Alat dan Bahan
Praktikum ini diperlukan alat dan bahan untuk melaksanaan
praktikum, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pemanasan aspal adalah
sebagai berikut:
a. Cawan
Sebagai tempat aspal setelah di lelehkan dengan suhu tertentu.
Bedasarkan SNI 2432:2011, cawan Terbuat dari logam atau
gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang rata dan
berukuran sebagai berikut:
1) Untuk pengujian penetrasi dibawah 200:
a) Diameter 55 mm
b) Tinggi bagian dalam 35 mm
2) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
a) Diameter 55-75 mm
b) Tinggi bagian dalam 45-70 mm
6
3) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
a) Diameter 55 mm
b) Tinggi bagian dalam 70 mm
Gambar 1. Cawan(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)
b. Baskom Logam
Sebagai tempat untuk melelehkan aspal yang di panaskan
dengan kompor listrik.
Gambar 2. Baskom Logam(Sumber: Himawan, 2014)
c. Kompor Listrik
Digunakan untuk memanaskan aspal di baskom logam agar
aspal mencair.
7
Gambar 3. Kompor Listrik(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)
d. Thermometer
1) Thermometer harus dikalibrasi dengan maksimum
kesalahan skala tidak melebihi 0,1 oC atau dapat juga
digunakan pembagian skala thermometer lain yang sama
ketelitiannya dan kepekaannya.
2) Thermometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000
Spesifikasi Standar Thermometer (SNI 06-2456-1991-
Penetrasi Aspal).
3) Thermometer yang sesuai dan umum digunakan:
Tabel 1. Standar Thermometer
No. ASTM Rentang 17 C 19 sampai dengan 27 oC 63 C 8 sampai dengan +32 oC 64 C 25 sampai dengan 55 oC
(Sumber: ASTM E77)
4) Thermometer yang digunakan untuk bak perendam harus
dikalibrasi secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77.
8
Gambar 4. Thermometer (Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)
e. Sendok
Digunakan sebagai alat pengaduk dan alat bantu mengambil
aspal saat dipanaskan.
Gambar 5. Sendok(Sumber: Himawan, 2014)
f. Tang
Digunakan sebagai alat bantu menjepit baskom yang panas.
9
Gambar 6. Tang(Sumber: Arista, 2014)
g. Piring
Digunakan untuk tempat menaruh cawan yang sudah terisi
aspal.
Gambar 7. Piring Logam(Sumber: Arista, 2014)
h. Kain Lap
Digunakan untuk membersihkan kotoran atau aspal–aspal yang
tercecer.
10
Gambar 8. Kain Lap(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pemanasan aspal adalah
sebagai berikut:
a. Aspal
Menurut Sukirman (2003), aspal adalah material yang
pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat dan
bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika
temperatur turun. Bersama dengan agregat aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya
campuran aspal dalam perkerasan berkisar antara 4-10%
berdarkan berat campuran, atau 10-19% berdasarkan volume
campuran. Dan aspal ini digunakan untuk praktikum.
11
Gambar 9. Aspal(Sumber: Himawan, 2014)
D. Langkah Kerja
Tahapan-tahapan kerja dari pengujian pembakaran aspal ini adalah sebagai
berikut:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum dimulainya praktik.
2. Alat dan bahan di persiapkan.
3. Aspal diambil secukupnya dan ditaruh ke dalam baskom untuk
dipanaskan.
4. Kompor listrik dinyalakan.
5. Piring yang telah berisi aspal diletakkan di atas kompor listrik yang
sudah dinyalakan.
6. Aspal di panaskan hingga mencair dengan suhu 120 °C
7. Aspal yang cair diaduk sampai tidak berbuih.
8. Suhu aspal yang dipanaskan dipantau menggunakan thermometer
sampai sekitar 110 ºC ± 5 º C.
9. Setelah suhu 120 º C dicapai, cawan diambil dan isi dengan aspal yang
sudah dipanaskan tadi.
10. Cairan aspal dipindahkan perlahan ke dalam cawan.
11. Setelah cawan terisi cairan aspal lalu didiamkan hingga keadaan dingin.
12. Setelah dingin pada suhu ruang, cawan disimpan di tempat yang aman
di laboratorium.
12
13. Alat-alat yang telah digunakan lalu dibersihkan dan dikembalikan ke
tempat semula.
E. Penyajian Data
Dari praktikum pembakaran aspal kali ini didapatkan beberapa data
yang dapat disajikan. Namun tidak ada hasil data yang dihitung karena pada
praktikum ini hanya dilakukan pengamatan suhu pada aspal saat meleleh.
Dan data yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pengujian.
Waktu PengujianTempat
Pengujian
Data yang diperoleh
Hari,Tanggal WaktuSuhu Awal
Suhu Akhir
Waktu Pemanasan
Cuaca
Rabu, 24
September
2014
16:20 s.d
17:30
WIB
Laboratorium
Jalan Raya,
PTSP, FT
UNY
26°C 120°C ± 15' Cerah
F. Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian pemanasan aspal, maka didapatkan hasil
bahwa suhu akhir 120 ºC. Tetapi aspal akan sudah bisa benar-benar cair
pada suhu 105 ºC ± 5 ºC . Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat bersifat
viskoelastik. Artinya aspal dapat menunjukkan sifat seperti cairan kental
dan dapat dengan mudah berubah bentuk. Dan pada suhu 120 ºC aspal
sudah berbentuk sangat cair dan aspal cukup encer. Di dalam proses
pengolahan berperilaku seolah pelumas atau pelincir diantara butiran kerikil
atau agregat dalam campuran aspal panas.
G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum
Kesulitan yang dirasa selama pengujian pemanasan aspal yaitu
terbatasnya waktu dalam praktikum, sehingga pada saat praktikum
pemanasan aspal dilakukan secara bersamaan satu kelas dangan dibantu
13
oleh teknisi. Selebihnya tidak ada kesulitan lagi meskipun alat terbatas tapi
dengan dilakukannya praktik secara bersamaan membuat lebih mudah.
H. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pemanasan aspal dapat di simpulkan bahwa:
1. Dibandingkan dengan standar yang ada aspal telah mengalami titik
lelehnya pada suhu 105 ºC ± 5 ºC dan aspal bersifat cair, akan tetapi
dari hasil praktikum yang telah didapatkan suhu pemanasan akhir aspal
mencapai titik lelehnya pada suhu 120oC (110 ºC ± 5 º C) dan aspal
bersifat cair bahkan encer.
2. Ketika aspal dipanaskan >120oC, maka aspal akan mengalami titik
lelehnya, namun jika suhunya terlalu tinggi lebih dari 300 oC maka akan
mengalami titik bakar, sehingga aspal bisa menjadi bentuk seperti
arang.
I. Saran
Agar praktikum berjalan dengan nyaman dan aman perlu adanya
kesadaran tentang kebersihan dan keselamatan. Baik itu kebersihan tempat
praktikum maupun kebersihan alatnya dan keselamatan diri pribadi maupun
orang lain. Agar diperoleh hasil praktikum yang maksimal dan tidak ada
kecelakaan kerja yang terjadi. Selain itu untuk hasil praktikum yang baik
perlu juga ada perbaruan alat-alat yang sudah mulai kurang baik atau rusak
saat digunakan dan juga melengkapi atau menambah peralatan praktik,
sehingga bisa mengoptimalkan kerja dan waktu praktikum.
14
DAFTAR PUSTAKA
- Annasaf, 2012. Aspal dan Karakteristiknya. Diunduh dari
http://anasaff.blogspot.com/2012/08/aspal-dan-
kharakteristiknya.html Diakses pada 04 Oktober 2014, 21.05 WIB
- Badan Standardisasi Nasional, Standar Nasiaonal Indonesia. Cara
Uji Daktilas Aspal. SNI 2432:2011
- Badan Standardisasi Nasional, Standar Nasiaonal Indonesia.
Spesifikasi Standar Thermometer. SNI 19-6421:2000
- Badan Standardisasi Nasional, Standar Nasiaonal Indonesia. Bahan
aspal dan Metode pengujian penetrasi. SNI 06-2456:1991
- ASTM E 77, 1998. Standard Test Method for Inspection and
Verification of Thermometers
- Sukirman, Silvia. (2003). Beton Aspal Campuran Panas; edisi 1. Jakarta:
Granit
- Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova
15
LAMPIRAN
Gambar 10. Proses Pembakaran Aspal (Sumber : Dokumen Eko, 2014)
Gambar 11. Pengukuran Suhu (Sumber : Dokumen Eko, 2014)
16
Gambar 12. Pemindahan Aspal ke Dalam Cawan (Sumber : Eko, 2014)
Gambar 13. Benda uji dalam cawan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)
17
LEMBAR KONSULTASI
LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN
Nama : Herynda Nevytasari
NIM : 13505244006
Kelas : D1
Tabel 3. Lembar Konsultasi
NO. TANGGAL KETERANGAN PARAF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
18