Hepatitis B

6
A. LATAR BELAKANG Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat Kejadian Luar Biasa (KLB dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia ter !nd"nesia. #enyakit Hepatitis B juga merupakan penyakit in$eksi %irus yang dapat hati dan selanjutnya akan berkembang menjadi pengerasan hati maupun kanker hati menyebabkan kematian. #enyakit Hepatitis B ini disebabkan "leh &irus Hepatitis yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun (penyakit kr"nis. Keadaan ini sangat berbahaya karena penderita merasa tidak sak menerus menularkan &HB kepada "rang lain sehingga dapat terjadi abah Hepatitis juga mengalami k"mplikasi penyakit yaitu pengerasan hati yang disebut liver cirrhosis dan juga dapat berkembang menjadi kanker hati yang disebut dengan carcinoma hepatoc (Guna an) *++,. #ada saat ini di dunia diperkirakan terdapat kira'kira - + juta "rang pengidap dan **+ juta (01 2 di antaranya terdapat di Asia termasuk !nd"nesia. Berdasarka pemeriksaan HbsAg pada kel"mp"k d"n"r darah di !nd"nesia) pre%alensi hepatitis antara *) +2 ' -3)402. 5elain itu di !nd"nesia in$eksi %irus hepatitis B terjad anak) diperkirakan * 2 ' 6 2 pengidap adalah karena in$eksi perinatal. Hal ini !nd"nesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B sehingga termasuk negara diimbau "leh 7H8 untuk melaksanakan upaya pen/egahan imunisasi (A/hmadi) *++3. Berdasarkan data 7H8 (*++1) penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh n"m"r 4+ d dunia dan endemis di 9ina dan bagian lain di Asia termasuk !nd"nesia. !nd"nesia negara dengan penderita Hepatitis B terbanyak di dunia setelah 9ina dan !ndia de penderita 4- juta "rang. #enderita penyakit Hepatitis B diperkirakan 4 dari *+ :akarta. 5ebagian besar penduduk ka asan ini terin$eksi %irus Hepatitis B sejak anak.5ejumlahnegaradi Asia 1'4+2 p"pulasi "rang menderita Hepatitis B kr"nik (5ulaiman) *+4+. ;engingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B) maka diperlukan pen/e mungkin. #en/egahan yang dilakukan meliputi pen/egahan penularan penyakit hepati melalui health promotion dan pen/egahan penyakit melalui pemberian %aksinasi. ; 7H8) pemberian %aksin Hepatitis B tidak akan menyembuhkan pemba a kuman ( carier yang kr"nis) tetapi diyakini , 2 e$ekti$ men/egah berkembangnya penyakit menja (<a=idah) *++0.

description

Kedokteran

Transcript of Hepatitis B

A. LATAR BELAKANGHepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit Hepatitis B juga merupakan penyakit infeksi virus yang dapat menyerang hati dan selanjutnya akan berkembang menjadi pengerasan hati maupun kanker hati hingga menyebabkan kematian. Penyakit Hepatitis B ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun (penyakit hati kronis). Keadaan ini sangat berbahaya karena penderita merasa tidak sakit tetapi terus-menerus menularkan VHB kepada orang lain sehingga dapat terjadi wabah Hepatitis B dan juga mengalami komplikasi penyakit yaitu pengerasan hati yang disebut liver cirrhosis dan juga dapat berkembang menjadi kanker hati yang disebut dengan carcinoma hepatocelluler (Gunawan, 2009).Pada saat ini di dunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HbsAg dan 220 juta (78 %) di antaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HbsAg pada kelompok donor darah di Indonesia, prevalensi hepatitis B berkisar antara 2,50% - 36,17%. Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25% - 45% pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B sehingga termasuk negara yang diimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan imunisasi (Achmadi, 2006).Berdasarkan data WHO (2008), penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di Cina dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B terbanyak di dunia setelah Cina dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang. Penderita penyakit Hepatitis B diperkirakan 1 dari 20 penduduk di Jakarta. Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi virus Hepatitis B sejak usia anak-anak. Sejumlah negara di Asia 8-10% populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2010).Mengingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B, maka diperlukan pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit hepatitis B melalui health promotion dan pencegahan penyakit melalui pemberian vaksinasi. Menurut WHO, pemberian vaksin Hepatitis B tidak akan menyembuhkan pembawa kuman (carier) yang kronis, tetapi diyakini 95 % efektif mencegah berkembangnya penyakit menjadi carier (Fazidah, 2007). Menurut Anwar (2001), imunisasi merupakan suatu usaha pencegahan yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit Hepatitis B. Program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dimulai pada Tahun 1987 dan telah masuk ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak Tahun 1997. Pada Tahun 1991 Indonesia dinyatakan telah mencapai Universal Child Immunization (UCI) secara nasional, akan tetapi tetap saja masih ada ditemukan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti kasus Hepatitis. Kasus penyakit Hepatitis B masih ada ditemukan di beberapa desa terutama desa dengan cakupan imunisasi Hepatitis B rendah khususnya imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari).

DEFINISI HEPATITIS B

Hepatitis adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi acut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang hati, gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian (Ling dan Lam, 2007).

EPIDEMIOLOGIHepatitis virus adalah suatu infeksi sistemik yang terutama mempengaruhi hati. Lima kategori telah diketahui : virus Hepatitis (HAV), virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C (HCB), agen delta yang yang berhubungan dengan HBV atau virus Hepatitis D (HDV) dan virus Hepatitis E (HEV) (Isselbacher, 2000). Dari beberapa penyebab Hepatitis yang disebabkan oleh virus Hepatitis B menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena manifestasinya sebagai Hepatitis akut dengan segala komplikasinya serta risiko menjadi kronik. Penyakit Hepatitis B sangat berbahaya karena penderita Hepatitis B dapat berbentuk carrier chronic yang merupakan sumber penularan bagi lingkungan dan dapat berkembang menjadi penyakit hati kronik seperti Chronic Active Hepatitis (CAH), sirosis dan Hepatoselular Carsinoma (Gracey dan Burke, 1993).

PATOFISIOLOGI Virus Hepatitis B adalah suatu virus DNA dengan struktur genom yang sangat kompleks (Isselbacher, 2000). Virus Hepatitis B berupa virus DNA sirkoler berantai ganda, termasuk family Hepadnaviradae, yang mempunyai tiga jenis antigen. Ketiga jenis antigen tersebut yaitu Antigen Surface Hepatitis (HbsAg) yang terdapat mantel (envelope virus), antigen cor Hepatitis B (HbcAg) dan antigen e Hepatitis B (HbeAg) yang terdapat pada nucleocapsid virus. Ketiga jenis antigen ini dapat merangsang timbulnya antibodi spesifik masing masing yang disebut anti HBs, anti HBc dan anti HBe (Sulaiman, 1995).Bagian virus Hepatitis B terdiri dari selubung luar HbsAg, inti pusatnya (HbcAg), pembawa sifat (DNA), dan enzim pelipat ganda DNA (DNA polimerase) dan serpihan virus (HbeAg). HbsAg terdiri dari 4 sub tipe penting yang mempunyai subdeterminan yang sama yaitu a dan 4 subdeterminan yang berlainan, yaitu d, y, w dan r (Isselbacher, 2000).Semua partikel virus Hepatitis B bersifat imonogenik dan mampu merangsang pembentukan antibodi. Bila seseorang terinfeksi virus Hepatitis B, maka tubuh penderita terdapat antigen yang berasal dari partikel virus dan antibodi humoral yang dibentuk untuk melawan antigen tersebut.HbsAg telah diidentifikasi dalam darah dan produk darah, saliva, cairan serebrospinal, peritoneal, pleural, cairan sinovial, cairan amnion, semen, sekresi vagina, dan cairan tubuh lainnya. Penularan melalui perkutaneus meliputi intra vena, intra muscular, subcutan atau intra dermal (Chin, 2000). Penularan non perkutaneus melalui ingesti oral telah dicatat sebagai jalur pemajanan potensial tetapi efisiensinya cukup rendah. Di lain pihak dua jalur penularan non perkutaneus yang dianggap memliki dampak terbesar adalah hubungan seksual dan perinatal.Penularan perinatal terutama ditemukan pada bayi yang dilahirkan carrier HbsAg atau ibu yang menderita Hepatitis B selama kehamilan trimester ketiga atau selama periode awal pasca partus. Meskipun kira-kira 10% dari infeksi dapat diperoleh in utero, bukti epidemiologik memberi kesan bahwa hampir semua infeksi timbul kira-kira pada saat persalinan dan tidak berhubungan dengan proses menyusui. Pada hampir semua kasus, infeksi acut pada neonatus secara klinis asimtomatik, tetapi anak itu kemungkinan menjadi seorang carrier HbsAg (Isselbacher, 2000).

PENULARAN DI INDONESIA Imunisasi Hepatitis B dimaksudkan agar individu membentuk antibodi yang ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi virus Hepatitis B. Tujuan umum pemberian imunisasi Hepatitis B yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B, dengan tujuan khususnya adalah memberikan imunisasi Hepatitis B, tiga dosis kepada minimal 80% bayi berumur 011 bulan dengan memberikan dosis pertama sedini mungkin sebelum bayi berumur < 7 hari (Depkes RI, 2000).Pemberian imunisasi Hepatitis B sesuai dengan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2000 harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan. Bayi dilahirkan dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-IIug atau engerix B 10 ug) atau vaksin plasma derived 10 mg secara intra muscular dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui HbsAg ibu positif segera diberikan 0,5 ml HBIG (Hepatitis B Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Immune Globulin) sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg) intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 12 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan (HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug), vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.GAMBARAN HEPATITIS B1. Hepatitis B Akut : Masa Inkubasi berkisar antara 1-6 bulan .Diawali dengan gejala prodomal berupa mual hingga muntah,anoreksia,lelah,demam,nyeri kepala,nyeri otot dan sakit pada epigastrium.( 3,8)Setelah gejala diatas berangsur angsur menghilang,kemudian timbul ikterus / jaundice,yang dapat berlangsung 1-6 minggu. Fae penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus,yang dapat berlangsung2-21 minggu. Pemeriksaan laboratorium biasanya dijumpai peningkatan SGPT,SGPOT,GGT dan fosfatase alkali2. Hepatitis B Kronik : Ditandai adanya peradangan dan nekrosis pada hati yang terus menerus tanpa penyembuhan dalam waktu 6 bulan atau lebih.(1,3,8)